Anda di halaman 1dari 4

SMAN 2 KUNINGAN

Apresiasi Seni Kriya Nusantara


Seni Budaya

Anggota : Bayu Juliansyah Filda Handayani Nabilla Nur Aufa Nino Adhika Prabangkara

Gunungan Wayang
Dari referensi yang kelompok kami baca, Gunungan Wayang ini termasuk kedalam jenis kelompok seni kriya nusantara yang terbuat dari kulit. Disebut gunungan karena bentuknya seperti gunung yang berisi mitos sangkan paraning dumadi, yaitu asal mulanya kehidupan ini dan disebut juga KAYON. kata kayon melambangkan semua kehidupan yang terdapat di dalam jagad raya yang mengalami tiga tingkatan yakni : 1. Tanam tuwuh (pepohonan) yang terdapat di dalam gunungan, yang orang mengartikan pohon Kalpataru, yang mempunyai makna pohon hidup. 2. Lukisan hewan yang terdapat di dalam gunungan ini menggambarkan hewan- hewan yang terdapat di tanah Jawa. 3. Kehidupan manusia yang dulu digambarkan pada kaca pintu gapura pada kayon, sekarang hanya dalam prolog dalang saja. Kayon atau gunungan sering digunakan pada saat pertunjukan wayang yang biasanya diletakkan di tengah kadang disamping itu mempunyai beberapa arti, arti dari diletakkannya gunungan ada 3 yakni: 1. Dipergunakan dalam pembukaan dan penutupan, seperti halnya layar yang dibuka dan ditutup pada pentas sandiwara. 2. Sebagai tanda untuk pergantian jejeran (adegan/babak). 3. Digunakan untuk menggambarkan pohon, angin, samudera, gunung, guruh, halilintar, membantu menciptakan efek tertentu (menghilang/berubah bentuk). 4. Gunungan merupakan simbol kehidupan, jadi setiap gambar yang berada di dalamnya melambangkan seluruh alam raya beserta isinya mulai dari manusia sampai dengan hewan serta hutan dan perlengkapannya. Gunungan dilihat dari segi bentuk segi lima, mempunyai makna bahwa segi lima itu lima waktu yang harus dilakukan oleh agama adapun bentuk gunungan meruncing ke atas itu melambangkan bahwa manusia hidup ini menuju yang di atas yaitu Allah SWT. Dalam kayon terdapat ukiran-ukiran atau gambar yang diantaranya : 1. Rumah atau balai yang indah dengan lantai bertingkat tiga melambangkan suatu rumah atau negara yang di dalamnya ada kehidupan yang aman, tenteram dan bahagia. 2. Dua raksasa kembar lengkap dengan perlengkapan jaga pedang dan tameng. diinterprestasikan bahwa gambar tersebut melambangkan penjaga alam gelap dan terang. 3. Dua naga kembar bersayap dengan dua ekornya habis pada ujung kayon. 4. Gambar hutan belantara yang suburnya dengan kayu yang besar penuh dengan satwanya.

5. Gambar ilu-ilu Banaspati melambangkan bahwa hidup di dunia ini banyak godaan, cobaan, tantangan dan mara bahaya yang setiap saat akan mengancam keselamatan manusia. 6. Pohon besar yang tinggi dibelit ular besar dengan kepala berpaling kekanan. 7. Dua kepala makara ditengah pohon melambangkan manusia dalam kehidupan sehari mempunyai sifat yang rakus, jahat seperti setan. 8. Dua ekor kera dan lutung sedang bermain diatas pohon dan dua ekor ayam hutan sedang bertengkar diatas pohon, macan berhadapan dengan banteng.

Lambang binatang yang menggambarkan tingkah laku manusia Kebo = pemalas, Monyet = serakah, Ular = licik, Banteng = lambang roh , anasir tanah , dengan sifat kekuatan nafsu Aluamah, Harimau = lambang roh , anasir api dengan sifat kekuatan nafsu amarah, emosional, pemarah, Naga = lambang Roh , anasir air dengan sifat kekuatan nafsu sufiah, Burung Garuda = lambang Roh, anasir udara dengan sifat kekuatan nafsu Muthmainah. Gambar raksasa digunakan sebagai lambang kawah condrodimuka, adapun bila dihubungkan dengan kehidupan manusia di dunia sebagai lambang atau pesan terhadap kaum yang berbuat dosa akan di masukkan ke dalam neraka yang penuh siksaan. Gambar samudra dalam gunungan pada wayang kulit melambangkan pikiran. Gambar api merupakan simbol kebutuhan manusia yang mendasar karena dalam kehidupan seharihari akan membutuhkannya. 7 anak tangga: berarti tujuan atau PITUtur (pemberitahuan) bahwa kita semua yang bernama hidup pasti mati kullu nasi dha ikhotul maut . Gerbang/pintu selo manangkep: pintu alam kubur yang kita tuju. Pohon hayat: jalan hidup seseorang yang lurus dan mempunyai 4 anak cabang yang menjadi perlambang nafsu kita dan banyak anak cabangnya. Sedangkan dari filosofi bentuk adalah : bentuk gunungan sendiri menyerupai serambi bilik kiri yang ada di dalam tubuh kita, itu mungkin mempunyai makna kalau kita harus menjaga apapun yang ada di dalam hati kita hanya kepada sang pencipta. Dan yang lebih hebat lagi adalah dari segi bentuk yang persisi dengan mustoko di atas masjid yang ada banyak di negara kita. itu perlambang dari sipembuat untuk kita supaya menjaga hati kita secar lurus (seperti pohon) kepada masjid/agama/tuhan. Gunungan bisa diartikan lambang Pancer, yaitu jiwa atau sukma, sedang bentuknya yang segitiga mengandung arti bahwa manusia terdiri dari unsure cipta, rasa dan karsa. Sedangkan lambang gambar segi empat lambang sedulur papat dari anasir tanah, api , air, udara. Gunungan atau kayon merupakan lambang alam bagi wayang, menurut kepercayaan hindu, secara makrokosmos gunungan yang sedang diputar-putar oleh sang dalang, menggambarkan proses bercampurnya benda-benda untuk menjadi satu dan terwujudlah alam beserta isinya. Benda-benda tersebut dinamakan Panca Maha Bhuta, lima zat yakni: Banu (sinar-udara-sethan), Bani (Brahma-api), Banyu (air), Bayu (angin), dan Bantala (bumi-tanah).

Makara yang terdapat dalam pohon Kalpataru dalam gunungan tersebut berarti Brahma mula, yang bermakna bahwa benih hidup dari Brahma. Lukisan bunga teratai yang terdapat pada umpak (pondasi tiang) gapura, mempunyai arti wadah (tempat) kehidupan dari Sang hyang Wisnu, yakni tempat pertumbuhan hidup. Berkumpulnya Brahma mula dengan Padma mula kemudian menjadi satu dengan empat unsur, yaitu sarinya api yang dilukiskan sebagai halilintar, sarinya bumi yang dilukiskan dengan tanah di bawah gapura, dan sarinya air yang digambarkan dengan atap gapura yang menggambarkan air berombak.

Menurut pandangan kami Gunungan Wayang ini bentuknya sangat menarik, unik dan mengandung banyak arti dari setiap gambarannya. Bentuknya lebih rumit bila dibandingkan dengan sebuah tokoh wayang kulit. Pewarnaannya yang detail dan berwarna-warni membuat Gunungan ini tidak hanya digunakan untuk pertunjukan wayang, tetapi juga memiliki nilai seni yang tinggi. Selain itu, untuk orang yang mengerti dan mau mengerti, seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa Gunungan ini memiliki banyak sekali filosofi dan pesanpesan moral bagi manusia. Dalam pembuatannya pun tidak boleh melukiskan gambar dengan sesuka hati, karena terdapat aturan dan maksud yang khusus dari Gunungan Wayang ini yang membuatnya menjadi sangat khas.

Anda mungkin juga menyukai