Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH PRESENTASI AKAROLOGI

Oleh: Kelompok Diah Fitri Ekarini Rahma Sari Utami Defriana Lutfi Chusnaifah Haruma Anggraini M. BI/8291 BI/8300 BI/8306 BI/8348

FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

PENGANTAR

Acarina merupakan salah satu kelompok hewan anggota Phyllum Arthropoda dengan jenis dan peranan yang beraneka ragam. Makalah ini akan mengulas jurnal penelitian yang berjudul Temperature-dependent Development of the Predatory

Mite Cheyletus malaccensis (Acari: Cheyletidae). Jurnal ini secara garis besar membahas tentang pengaruh suhu terhadap pertumbuhan dan perkembangan salah satu spesies Acarina di alam, yaitu Cheyletus malaccensis. Spesies ini merupakan anggota Familia Cheyletidae dan termasuk ke dalam predator yang hidup bebas dan memakan serangga atau hewan kecil. Spesies ini berpotensi untuk menanggulangi kutu atau serangga di tempat penyimpanan atau gudang. Cheyletus malaccensis menggunakan chelicera dan segera melakukan penetrasi untuk memparalisis mangsanya. Temperatur, kelembaban, intensitas cahaya merupakan faktor-faktor abiotik yang dapat mempengaruhi biologi, ekologi, dan dinamika populasi dari serangga hama dan musuh alami.

JUDUL JURNAL : Temperature-dependent Development of the Predatory Mite Cheyletus malaccensis (Acari: Cheyletidae)

A. TUJUAN DAN PERMASALAHAN Tujuan dan permasalahan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui temperatur ideal untuk perkembangan Cheyletus malaccensis. Oleh karena itu, digunakan 6 jenis temperatur konstan (range 17.535C). Untuk mengetahui fase C. malaccensis memakan Tyrophagus putrescentiae (Schrank), sebagai predator potensial (biological control agent). Yang diamati : perbandingan organisme hasil fertilisasi dan partenogenesis/betina virgin, survival, sex rasio dari keturunan. B. CIRI UMUM Cheyletus malaccensis Cheyletus malaccensis berperan sebagai agen kontrol biologi, yaitu sebagai predator Tyrophagus putrescentiae. T. putrescentiae merupakan mold mites yang dapat menyebabkan penyakit dermatitis atopik, dsb. C. malaccensis memiliki gnathosoma yang besar, chelicera yang meruncing, pada ujung palpusnya terdapat claw dengan 2 gigi, dan ujung tarus terdapat 2 cakar.

Gambar 1. Cheyletus malaccensis Daur hidup pada C. malaccensis betina meliputi 2 fase nimfa, yakni: protonimfa dan deutonimfa. Sedangkan hewan jantan akan langsung mengalami fase protonimfa, tanpa mengalami fase deutonimfa. C. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Rearing C. malaccensis 2. Kultur C. malaccensis C. malaccensis akan dibiakkan pada medium berupa wheat grain dalam kontainer plastik, dengan menggunakan environmental incubator (GRW 500 CMP) pada 25 1C, 80 5% r.h. dan dalam keadaan gelap (tanpa cahaya sama sekali). 3. Pemberian pakan C. malaccensis Kultur C. malaccensis akan diberi pakan setiap minggu berupa T. putrescentiae (food source). Oleh karena itu, diperlukan proses kultur pakan dengan menggunakan medium campuran bran dan tepung (rasio 3:1) dalam kontainer plastik, dengan environmental incubator (GRW 500 CMP) pada 25 1C, 80 5% r.h. dan dalam keadaan gelap. Kultur T. Putrescentiae ini diberi pakan berupa brewers yeast. 4. Monitoring Penelitian ini dilakukan pada lingkungan dengan temperatur konstan berbeda, yaitu 17.5C, 20C, 25C, 30C, 32.5C, dan 35C, 80 5% r.h. tanpa cahaya. 5. Hasil dan analisis: berupa rasio jenis kelamin, analisis data dengan ANOVA, dan dikomparasi dengan TukeyKramers honestly significant difference (HSD). D. HASIL PENELITIAN Secara umum, baik Cheyletus malaccensis jantan maupun betina berkembang optimal pada suhu 33-35C. Namun, perkembangan hewan jantan lebih cepat daripada hewan betina. Spesies ini akan berkembang lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi, (range of 17.5C 30C). Rasio jenis kelamin dari anakan yang dihasilkan tidak secara signifikan dipengaruhi oleh suhu. Suhu di atas 32,5C akan mempengaruhi rasio survival dari C. malaccensis yang belum dewasa. Suhu yang terlalu tinggi untuk C. malaccensis (>32,5C) maupun suhu yang terlalu rendah (<20C) akan menyebabkan rasio survival C. malaccensis yang belum dewasa menurun. Suhu optimum untuk perkembangan C. malaccensis adalah 20C sampai 32,5C. (Hasil secara lengkap dapat dilihat pada lampiran jurnal). E. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Pertumbuhan Cheyletus malaccensis dipengaruhi oleh suhu. Sex rasio tidak dipengaruhi suhu.

Suhu optimum pertumbuhan predator Cheyletus malaccensis Oudemans: 33C 33.5C. Cheyletus malaccensis merupakan pest control yang efektif untuk Tyrophagus putrescentiae. Lingkungan ideal untuk pertumbuhan C. malaccensis adalah suhu tinggi, kering, intensitas cahaya sedang-gelap.

Anda mungkin juga menyukai