3/26/12
Prinsip
Prinsip analisa: mengubah ikatan kovalen menjadi ion-ion. Senyawa organik mengandung unsur C (karbon). Oleh karena itu untuk mengetahui suatu zat merupakan senyawa organik atau bukan perlu ditunjukkan adanya unsur C tersebut.
3/26/12
1. Pengarangan/vercaling/pirolisa Langkah:
Zat dipanaskan dalam cawan porselen dengan syarat api tidak langsung di bawah zat supaya perubahan lebih jelas. Amati gejala pengarangan, yaitu terjadi perubahan warna menjadi cokelat kemudian 3/26/12 hitam. Pada pemanasan lebih lanjut,
1) Tidak semua senyawa organik memberikan nyala. 2) Ada senyawa anorganik yang maemberikan nyala pada pemanasan monofosfit dan hipofosfit. 3) Apabila hasil negatif, bukan berarti tidak ada senyawa organik. Ada beberapa senyawa organik yang tidak memberikan pengarangan.
3/26/12
4) Pengamatan mungkin keliru dengan adanya warna hitam dari oksida logam. Misal: CuO, Fe2O3, dsb. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan kepastian adanya unsur C, pada pemanasan lebih lanjut warna hitam harus hilang.
3/26/12
2. Percobaan Penfield
Prinsip: senyawa yang mengandung C apabila dipanaskan dengan PbCrO4 akan menjadi PbCO3 yang pada pemanasan lebih lanjut akan menjadi PbO + CO2. CO2 yang keluar dapat ditunjukan dengan adanya Ba(OH)2 yang akan menghasilkan endapan Ba(CO3)2 berwarna putih.
3/26/12
Pelaksanaan
1) Untuk zat yang tidak mudah menguap Dilakukan dalam tabung sempit = 0,75 cm; panjang= 10 cm. PbCrO4 dilumerkan dahulu kemudian dihaluskan. Dalam tabung dimasukkan 0,5 gram PbCrO4 dan 25 mg zat. Tabung diletakkan mendatar dan campuran zat dipanaskan dengan 3/26/12 Ba(OH)2.
2) Untuk zat yang mudah menguap Dilakukan dalam tabung sempit =1,5 cm; panjang=10 cm. PbCrO4 dipijarkan dulu dalam tabung kemudian zat ditambahkan ke dalam pijaran tersebut dan segera tutup dengan gabus (longgar).
3/26/12
Pada pendinginan akan terlihat zat yang tidak terbakar akan menyublim pada dinding tabung. Dengan pemanasan setempat, diusahakan supaya ada bagian dinding yang bersih (untuk meletakkan air barit). Tabung diletakkan mendatar, teteskan air barit dan selanjutnya dilakukan cara 1
3/26/12
Pelaksanaan: CuO yang halus dipijarkan kemudian didinginkan dalam tabung. CuO tersebut dicampur dengan zat yang akan diperiksa (harus kering) dan dipijar lagi. CO2 yang keluar akan dialirkan ke dalam larutn air barit, menyebabkan terjadinya kekeruhan.
3/26/12
1. Percobaan Beilstein
Dasar: berdasarkan sifat beberapa senyawa yang dengan pemijaran dengan oksida tembaga membentuk senyawa tembaga yang menguap dan berwarna hijau.
3/26/12
Pelaksanaan
a. Kawat Cu yang bersih dicelupkan ke dalam HNO3, lalu pijar pada nyala oksidasi dari pembakar bunsen. Lakukan berkali-kali. b. Kawat Cu dipijar, lalu dicelupkan ke dalam oksida termbaga, setelah dipijar: i. Kawat Cu yang mengandung 3/26/12 oksida tembaga dicelupkan pada gas
Kecuali halogenida, senyawa yang juga memberi warna hijau: 1. senyawa nitrogen. Misal: ureum, NH4CNS, (NH4)2SO4, NH4 formiat, beberapa turunan piridin dan turunan qinolin. Diduga terbentuk cyan tembaga yang mudah menguap. 2. asam borat Persoalan NaCl (Beilstein negatif) Hal ini dimungkinkan karena tertutup oleh nyala Na (kuning) 3/26/12
3/26/12
3/26/12
2. Percobaan Kjeldahl
Prinsip: senyawa N, dengan H2SO4 diubah menjadi (NH4)2SO4 yang dengan basa membebaskan NH3 yang dapat ditunjukkan dengan pereaksi Nessler. Senyawa P diubah menjadi PO43- yang dapat ditunjukan dengan amin molybdat dan HNO3, dimana terbentuk amin fosfomolybdat yang berbentuk kristal spesifik bila diamati di bawah mikroskop.
3/26/12
Pelaksanaan:
Dalam tabung reksi dimasukkan 100 mg zat,, tambahkan 10 tetes asam sulfat lalu panaskan sampai larutan jenuh. Seetlah dingin, encerkan dengan satu ml H2O. tambahkan larutan NaOH encer sampai reaksi basa (alkalis). Dinginkan dan periksa dengan satu tetes pereaksi nessler. Untuk P: setelah destruksi (pengenceran dengan air) tanbahkan 3/26/12 HNO3 dan ammonium molybdat.
Catatan: - percobaan ini sangat peka, karena itu sebaiknya dilakukan percobaan blanko tanpa zat untuk mengetahui apakah reagensia tidak mengandung NH3. - beberapa zat (misal: senyawa diazo, turunan nitro) dengan percobaan ini sukar membebaskan NH3, hal ini dapat diatasi dengan penambahan sukrosa.
3/26/12
3/26/12
Pelaksanaan
100 mg zat dalam tabung reaksi dicampur dengan serbuk CaO. Mulamula dipanaskan perlahan dengan api kecil, lama-lama suhu dinaikkan sampai pijar kemudian didinginkan. Asbes dipasang dekat ujung tabung dan di atasnya dipasang lakmus merah yang basah. Jika ada N, maka ada NH3 lakmus jadi biru. Halogen akan terdapat sebagai Ca halogenida dalam 3/26/12 tabung sisa pijar. Tarik dengan air dan
Catatan: - tidak semua senyawa organik yang mengandung N, memberikan NH3 dengan cara ini, misalnmya senyawa nitro diazo. Jadi bila hasil dengan cara ini negatif coba lagi debnagn cara Lassaigne yang lebih umum. - untuk senyawa yang mudah menguap dipakai tabung lebar. CaO dipijar terlebih dahulu dalam tabung itu lalu ketika panas zat dimasukkan (50 mg atau = 1 tetes). 3/26/12
4. Percobaan Lassaigne
Prinsip: dengan memijar logam Na, maka senyawa organik yang mengandung C, H, O, N, S, P, dan halogen berubah menjadi:
3/26/12
Pelaksanaan:
Dalam tabung reaksi dimasukkan sepotong logam Na dan sedikit zat. Mula-mula dipanaskan perlahan pada api kecil, Na mulai meleleh dan tercampur baik dengan zat (tabung dimiringkan agar Na yang meleleh dapat bercampur baik dengan zat). Perlahan-lahan api dibesarkan sampai akhirnya dipijar sampai merah selama 10-15 menit.
3/26/12
Catatan:
dengan pemijaran yang cukup lama kelebihan logam Na diubah menjadi Na2O sehingga tidak berbahaya kalau kena air. Disamping C, N, ada S, kemungkinann terbentuk CNS yang akan menggangu penentuan N, untuk menghindarkannya, dipakai 3/26/12 logam Na berlebih.
3/26/12
Percobaan ini memakai prosedur yang sama dengan percobaan Lassaigne, bedanya percobaan ini yang dipakai untuk mendestruksi bukan logam Na, tetapi campuran antara Mg dan Na2CO3 dengan perbandingan 1:2. Keuntungan cara ini adalah selain prosesnya lebih cepat, reaksi juga tidak seberbahaya cara Lassaigne karena tidak 3/26/12 menggunakan logam Na yang
Dalam sebagian senyawa terapeutik dan farmasetik, fosfor merupakan turunan asam fosfat dan dapatr diidentifikasi sebagai fosfat setelah dihidrolisis. Jika tidak demikian halnya, senyawa fosfor organik didestruksi oksidatif dengan cara memanaskannya dengan asam nitrat atau dengan natrium peroksida dalam bom Wurzschmitt (cawan nikel 3/26/12 yang tertutup dan disekrup). Disini
Sekian.
3/26/12