Anda di halaman 1dari 3

Haryo Dimasto Kristiyanto 41090012

Kontrasepsi adalah suatu metode yang digunakan untuk mencegah terbuahinya sel telur oleh sperma (konsepsi) yang mengakibatkan kehamilan. Berdasarkan perkembangannya, saat ini tersedia berbagi macam dan jenis alat kontrasepsi, tetapi pada umumnya kesemuanya itu memiliki tiga fungsi berikut, yaitu mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, mencegah sperma masuk ke rahim (dengan pelindung maupun spermisida), dan mencegah terjadinya nidasi ovum pada dinding rahim. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena masingmasing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut: a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan b. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan c. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. d. Terjangkau harganya oleh masyarakat e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap. Dari wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 26-27 Mei 2012 terhadap empat orang wanita dan 1 orang laki-laki terlihat bahwa pemakaian jenis kontrasepsi sangat dipengaruhi oleh latar belakang seseorang, yaitu meliputi usia, gaya hidup, frekuensi hubungan seksual, jumlah anak yang diharapkan, pengalaman terakhir dengan kontrasepsi yang sebelumnya, serta sikap pasangan.

Ibu AM Ibu berusia 42 tahun yang tinggal di Pugeran Asri no.1, menggunakan kontrasepsi mantap setelah kelahiran anak ke-tiganya yang sempat mengalami komplikasi sehingga mengharuskannya untuk melahirkan secara bedah. Keputusan menggunakan kontrasepsi mantap ini (tubektomi) diputuskannya bersama suami setelah menimbang bahwa pasangan ini merasa cukup dengan 3 orang anak (3 laki-laki) di dalam keluarga. Pada awalnya memang ada rasa takut untuk melakukan tindakan ini, namun karena dorongan suami akhirnya Ibu AM berani menganbil keputusan tersebut. Ketika ditanyakan mengenai efek samping pasca indikasi, Ibu AM mengatakan bahwa tidak ada keluhan yang berarti selain rasa sedikit nyeri pasca tindakan.

Ibu SMY Ibu berusia 64 tahun yang tinggal di Perumahan Jombor Baru blok VI/15, menggunakan kontrasepsi mantap setelah Ibu SMY dan suaminya memiliki 5 orang anak (2 perempuan, 3 laki-laki). Keputusan menggunakan kontrasepsi mantap ini dilakukan karena Ibu SMY dan suami memutuskan tidak ingin menambah jumlah anak lagi, selain karena alasan ekonomi juga karena jarak antara anak ke-4 dan ke-5 cukup dekat yaitu sekitar 22 bulan. Menurut Ibu SMY, di dalam pandangan orang Jawa, di tali pusat anak yang dilahirkan terdapat seperti simpul (uritan) yang dipercaya sebagai kemungkinan jumlah anak di masa yang akan datang. Saat kelahiran anak ke-5, suami Ibu SMY melihat bahwa di tali pusat si jabang bayi terdapat 3 simpul (uritan) yang dipercaya merupakan bakal calon anak ke-6, 7, dan 8. Dengan latar belakang itulah Ibu SMY dan suami memutuskan menggunakan kontrasepsi mantab. Seingat Ibu SMY tindakan ini dilakukan beberapa hari setelah beliau melahirkan anak ke-5 dan tidak memberikan efek samping yang cukup berarti.

Ibu SC Ibu yang berusia 33 tahun yang tinggal di Jl. Magelang km. 7.5 no 127 ini menggunakan alat kontrasepsi alami yaitu pantang berkala. Setelah kelahiran putrinya yang pertama, Ibu SC percaya bahwa dengan menyusui bayinya tersebut dapat berfungsi sebagai kontrasepsi alami walau memang efektifitasnya rendah. Ibu SC berencana untuk menggunakan AKDR setelah beliau berhenti menyusui anaknya yang pertama, karena menurut beliau kontrasepsi alami pantang berkala hambatannya tinggi dan kadang perhitungannya meleset karena siklus haid dapat maju atau mundur sesuai akibat aktivitas bekerjanya yang berat sebagai seorang manager yang kadang mengharusnkannya lembur sampai dini hari.

Ibu MTP Ibu yang berusia 36 tahun yang tinggal di Perum Lojajar Indah blok D/27 ini menggunakan alat kontrasepsi AKRD setelah beliau melahirkan putrinya yang pertama sekitar 18 tahun yang lalu. AKRD dipilih, setelah sebelumnya beliau menggunakan pil KB dirasa cukup merepotkan karena harus mengkonsumsi pil tersebut setiap hari. Awalnya Ibu MTP merasa takut ketika membayangkan pemasangan AKRD di dalam rahimnya, namun ternyata setelah dilakukan tindakan rasa nyerinya tidak seberapa yang beliau bayangkan. Tepat sekitar 7-8 bulan yang lalu Ibu MTP sempat khawatir karena siklus menstruasinya yang teratur tiba-tiba mundur beberapa hari, khawatir hamil padahal beliau belum mencabut AKRD di dalam rahimnya sempat membuat Ibu MTP dan suami was-was karena sempat ada kasus AKRD yang menempel di kepala janin, tertelan, dan menimbulkan kecacatan. Namun kegelisahan tersebut berakhir setelah dites menggunakan tespek ternyata kadar HCG-nya negatif.

Bapak SS Bapak muda berusia 26 tahun yang tinggal di Jalan Kaliurang KM 14 ini memutuskan bersama istrinya yang berusia 24 tahun untuk menunda kehamilan pasca pernikahannya bulan Desember tahun 2011 kemarin. Alasan ekonomi dan kesubikan studi lah yang membuat pasangan ini memutuskan menunda kehamilan. Bapak SS memilih menggunakan metode kontrasepsi alami yaitu menggunakan pantang berkala, serta menggunakan kondom di saat masa subur. Menurut penuturan Bapak SS, sejauh ini tidak ada efek samping yang berarti selama beliau menggunakan kondom, tapi memang jika dipikir-pikir kadang terasa kurang nyaman ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai