Anda di halaman 1dari 8

DUA ISOMER FLAVONOID TERPRENELASI Macaranga aleuritoides (EUPHORBIACEAE)

Mulyadi Tanjung, Euis H. Hakim, Didin Mujahidin dan Yana M. Syah

DARI

DAUN

Kelompok Penelitian Kiimia Organik Bahan Alam, Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10, Bandung, 40132, Indonesia

*Corresponding author. Tel.: +62-22-2502103; Fax: +62-22-2504154; E-mail: yana@chem.itb.ac.id ABSTRAK Dua isomer flavonoid terprenelasi, glyasperin A (1) dan broussoflavonol F (2) telah diisolasi pertamakalinya dari ekstrak metanol daun Macaranga aleuritoides. Struktur kedua senyawa tersebut ditetapkan berdasarkan data spektroskopi UV, IR, 1D dan 2D NMR. Senyawa (1) dan (2) telah ditentukan sifat sitotoksiknya terhadap sel murine leukemia P-388 dengan IC50 6.0, and 5.1 g/ml. Kata kunci: Flavonoid terprenelasi, Macaranga aleuritoides, Sitotoksik

OH HO O OH OH 1 O OH 2 O HO O OH

OH

PENDAHULUAN Macaranga merupakan salah satu genus terbesar dari famili Euphorbiaceae, terdiri dari 300 spesies dengan nama lokal mahang. Tumbuhan ini merupakan salah satu tumbuhan endemik Indonesia dan dijumpai di seluruh kawasan negeri ini. Tumbuhan Macaranga penyebarannya relatif luas, selain di Indonesia, dijumpai di wilayah Afrika, Madagaskar, Asia, pantai timur Australia, dan kepulauan Pasifik. Umumnya tumbuhan Macaranga berupa semak atau pohon, dan tumbuh pada tempat yang banyak mendapat

sinar matahari di hutan sekunder atau hutan yang sudah rusak. Kelompok tumbuhan ini memiliki fungsi ekologi yang unik, salah satunya sebagai tumbuhan pelopor, yang dapat membuka hutan yang sudah rusak dapat tertanami secara alamiah. Selain tumbuhan pelopor, Macaranga bersimbiosis dengan sekelompok semut tertentu sehingga tumbuhan ini sering disebut Macaranga-semut. Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan bahan bangunan, seperti tiang, dan atap rumah, bahan pewarna, dan pengobatan tradisional. Penggunaan obat tradisional dari tumbuhan ini, antara lain digunakan sebagai obat diare, luka, dan batuk. Kajian fitokimia, Macaranga penghasil senyawa-senyawa fenol golongan flavonoid dan stilben. Karakteristik dan keunikan senyawa-senyawa flavonoid dan stilbenoid adanya substituen dari berbagai jenis terpenoid yang meliputi turunan prenil (C5), geranil (C10) dan geranil-geranil (C20). Senyawasenyawa flavonoid dan sttilbenoid dari tumbuhan Macaranga memperlihatkan berbagai bioaktivitas seperti antitumor, antikanker, antivirus, antimikroba, dan antioksidan. Kajian fitokimia tumbuhan ini relatif sangat sedikit, baru 12 spesies. Macaranga aleuritoides sampai saat ini belum pernah laporan tentang survey fitokimia, dan pada kesempatan ini akan dilaporkan penemuan dua isomer flavonol terprenelasi yaitu glyasperin A (1), dan broussoflavonol F (2) dari ekstrak metanol daun Macaranga aleuritoides. BAHAN DAN METODE Umum. Kromatografi cair vakum (KCV) menggunakan Si-gel 60 GF254 (Merck), kromatografi radial menggunakan Si-gel 60 PF254 (Merck), dan analisis KLT menggunakan plat KLT Kieselgel 60 GF254 0.25 mm (Merck). Spektrum UV dan IR ditetapkan dengan spektrometer Cary Varian 100 Conc. dan Perkin Elmer Spectrum One FT-IR. Spektrum 1H-NMR dan 13C-NMR ditentukan dengan spectrometer JEOL ECP400 yang beroperasi pada 400 MHz (1H) dan 100 MHz (13C) menggunakan pelarut aseton-d6. Bahan tanaman. Bahan tumbuhan berupa daun M. aleuritoides dikumpulkan dari kawasan konservasi hutan Sorong, Papua. Spesimen tumbuhan diidentifikasi di Herbarium Bogoriense, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong. Ekstraksi dan isolasi. Serbuk daun M. aleuritoides (1,8 kg) dimaserasi dengan metanol sebanyak dua kali. Ekstrak metanol yang diperoleh dipekatkan dengan alat

penguap bertekanan rendah sehingga diperoleh ekstrak kental (200g), yang selanjutnya dipartisi dengan n-heksan dan etilasetat. Ektrak etilasetat (20 g), selanjutnya dilakukan pemisahan menggunakan kromatografi vakum cair (KVC) dengan eluen campuran heksanetilasetat yang ditingkatkan kepolarannya menghasilkan 4 fraksi A-D. Fraksi C dengan pemisahan kromatografi radial menggunakan eluen heksan-kloroform (6:4, 7:3 dan 8:2) menghasilkan senyawa 1 dan 2. Senyawa 1, padatan berwarna kuning, UV (MeOH) maks nm (log ) : 264 (3,86), 346 (3,58) dan 368 (3,01) nm; (MeOH + AlCl3) 265 (3,85), dan 434 (3,32) nm; (AlCl3+ HCl) 264 (3,75), 368 (3,43) dan 435 (3,34) nm; (NaOAc): 265 (3,87), 347 (3,53) dan 435 (3,40) nm. IR (KBr) max (cm-1): 3321 (hidroksi); 2964 (C-H alifatik); 2912 (C-H aromatik); 1645 (karbonil terkonyugasi); dan 1606-1448 (C=C aromatik).Spektrum 1H NMR ( 400 MHz, aseton d-6) H (ppm): 12,41 (1H, s, 5-OH); 9,78 (1H, s, 7-OH); 9,36 (1H, s, 4-OH); 8,00 (1H, d, J = 2.5 Hz, H-2,); 7,91 (1H, dd, J = 8,5; 2,5 Hz, H-6); 6,97 (1H, d, J = 8,5 Hz, H-5); 6,56 (1H, s, H-8); 5,33 (1H, dd, J = 2,5; 1,3 Hz, H-2); 5,23 (1H, t, J = 1,8 Hz, H-2); 3,34 (2H, d, J = 7,3 Hz, H-1); 3,30 (2H, d, J = 7.4 Hz, H-1,); 1,74 (3H, s H-5); 1,71 (3H, s, H-5; 1,70 (3H, s, H-4); dan 1,60 (3H, s, H-4). 13CNMR ( 100 MHz, asetone d-6) C (ppm): 176,4 (C-4); 162,9 (C-7); 158,7 (C-5); 157,9 (C-4); 155,5 (C-8a); 147,0 (C-2); 136,4 (C-3); 132,9 (C-3); 131,5 (C-3,3,); 130,1(C2); 128,9 (C-1); 127,8 (C-5); 123,2 (C-2); 123,1(C-2); 115,6 (C-6); 111,6 (C-6); 103,8 (C-4a); 93,7 (C-8); 29,0 (C-1); 25,8 (C-4/ C-4); 21,8 (C-1), dan 17,8 (C-5/ C-5). Senyawa 2, padatan berwarna kuning, Spektrum UV dan IR hampir sama dengan senyawa 1. . Spektrum.1H NMR (400 MHz, aseton d-6) H (ppm): 12,09 (1H, s, 5-OH); 8,96 (1H, s, 4-OH); 8,05 (1H, dd, J = 7,2; 2,4 Hz, H-6); 8,04 (1H, d, J = 2,4 Hz, H-2,); 7,89 (1H, s, 3-OH); 7,01 (1H, d, J = 7,2 Hz, H-5); 6,58 (1H, s, 7-OH); 6,34 (1H, s, H6); 5.39 (1H, d, J = 1,6 Hz, H-2); 5,31 (1H, t, J = 1,6 Hz, H-2); 3,55 (2H, d, J = 7,4 Hz, H-1); 3,40 (2H, d, J = 7,6 Hz, H-1); 1,80 (3H, s, H-5); 1,74 (6H, s H-4/5); dan 1,65 (3H, s, H-4). Spektrum 13C-NMR (100 MHz, asetone d-6) C (ppm): 176,7 (C-4); 161,9 (C-7); 159,8 (C-5); 157,7 (C-4); 154,9 (C-8a); 147,1 (C-2); 136,4 (C-3); 133,3 (C-3); 132,0 (C-3); 129,8 (C-2); 129,1 (C-3); 128,2 (C-5); 123,7 (C-1); 123,3 (C-

2); 123,0 (C-2); 115,7 (C-6); 107,1 (C-8); 104,1 (C-4a); 98,9 (C-6); 29,0 (C-1); 25,9 (C-5/C-4), 22,2 (C-1); 18,1 (C-4); dan 17.8 (C-5). HASIL DAN PEMBAHASAN Senyawa 1 berwujud padatan kuning, spektrum UV dalam metanol

memperlihatkan serapan-serapan pada panjang gelombang maksimum 264, 346, dan 368 nm merupakan ciri khas turunan flavonol, dan memberikan efek batokromik dengan penambahan AlCl3, dan NaOAc. Spektrum IR menunjukkan pita serapan untuk gugus hidroksil (3321 cm-1), alkil (2964, 2912, dan 2854 cm-1), karbonil terkonyugasi (1645 cm-1), dan aromatik (1568-1448 cm-1). Spektrum 1H-NMR senyawa 1 memperlihatkan tiga sinyal proton aromatik untuk sistem ABX pada H 8.00 (1H, d, J = 2.5 Hz); 7.91 (1H, dd, J = 8.5, 2.5 Hz); dan 6.97 ppm (1H, d, J = 8.5 Hz) yang sesuai untuk gugus disubstitusi pada C-3 dan C-4 di cincin B flavonol yang sekaligus memperlihatkan adanya satu gugus isoprenil pada C-3,. Sinyal singlet pada 6.56 ppm merupakan ciri khas proton aromatik untuk gugus trisubstitusi di cincin A yang karakteristik untuk proton aromatik H-6 atau H-8. Adanya dua rantai samping isoprenil senyawa 1 memperlihatkan adanya empat gugus metil ( H 1.74, 1.71,1.70, dan 1.60 ppm), dua gugus metilen ( 3.34, dan 3.30 ppm), dua gugus vinil (H 5.33, dan 5.23 ppm). Data spektrum 13C-NMR (percobaan APT) memperlihatkan 22 sinyal karbon yang mewakili 25 atom karbon. Dua sinyal karbon senyawa 1 (H 176,4; dan 136,4 ppm) karakteristik untuk struktur flavonol. Lima sinyal karbon (C 147.0; 155.5; 157.9; 158.7;dan162.9 ppm) karakteristik untuk daerah sinyal oksiaril yang berindikasi bahwa struktur flavonol tersebut merupakan derivat kaempferol. Korelasi satu ikatan dan dua/tiga ikatan 1H-13C senyawa 1 dapat dilihat pada spektrum HMQC dan HMBC (Tabel-1). Adanya satu gugus isoprenil pada C-6 terlihat pada spektrum HMBC, memperlihatkan korelasi antara sebuah sinyal proton gugus kelat-OH pada H 12,41 ppm dengan tiga atom kuarterner pada C 103,8 (C-4a), 111,6 (C-6), dan 158,7 (C-5). Hal ini didukung adanya korelasi antara sebuah sinyal proton metilen pada H 3,30 ppm dengan tiga atom kuarterner pada C 111,6 (C-6), 158,7 (C-5); dan162,9 (C-7. Berdasarkan data 1D dan 2D NMR

senyawa 1 adalah 6,3-diisoprenilkaempferol atau lebih dikenal dengan nama glyasperin A.


Tabel-1. Data spektrum 1H dan 13C-NMR senyawa 1 dan 2 dalam aseton d-6. Senyawa 1 Senyawa 2 No H (mult, J C HMBC (H C) H (mult, J C dalam Hz) dalam Hz) 1 2 147,1 146,9 3 136,4 136,5 4 176,7 176,4 4a 104,1 104,0 5 159,8 158,9 6 6,34 (s) 98,9 111,6 7 8 8a 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 3-OH 5-OH 7-OH 4-OH

HMBC (H

C)

6,57 (s) 8,03 (d, 2,0) 6,98 (d, 8,4) 7,95 (dd, 8,4; 2,0) 3,35 (d, 7,2) 5,27(t, 2,7) 1,64 (s) 1,77 (s) 3,37 (d, 7,2) 5,37(t, 2,8) 1,74 (s) 1,74 (s) 7,85 (br,s) 12,40 (br, s) 9,59 (br, s) 8,89 (br, s)

162,6 93,8 155,5 123,4 130,1 128,9 157,9 115,8 127,9 21,9 123,2 131,6 17,8 25,7 29,0 123,1 133,1 17,9 25,7 -

C-4a, C-6, C-7, C8a C-2, C-3, C-4, C2 C-1, C-3 C-4 C-2, C-1, C-4 C-5, C-6, C-7, C2, C-3 C-6, C-1, C-4, C-5 C-5 C-4 C-3, C-5, C-2, C-3 C-3 , C-1, C-4, C-5 C-5 C-4 C-2, C-3, C-4 C-4a, C-5, C-6 C-6, C-7, C-8 C-3 , C-4 , C-5

8,04 (d, 2,4) 7,01 (d, 7,2) 8,05 (dd, 7,2; 2,4) 3,55 (d, 7,4) 5,39 (d, 1,6) 1,65 (s) 1,80 (s) 3,40 (d, 7,6) 5,31 (t, 1,6) 1,74 (s) 1,74 (s) 7,89 (br,s) 12,09 (br, s) 6,58 (br, s) 8,96 (br, s)

161,9 107,1 154,9 123,7 129,8 129,1 157,7 128,2 115,7 22,2 123,3 133,3 18,1 25,9 29,0 123,0 132.0 25,9 17,8 -

C-4a, C-5, C-7, C8 C-2, C-3, C-4, ,C2 C-2, C-2, C-4 C-1, C-2 , C-4 C-4a, C-7, C-8a, C-3 C-1, C-4, C-5 C-2, C-3, C-5 C-2, C-3,C-4 C-4, C-2, C-3 C-1, C-4, C-5 C-2, C-3, C-5 C-2, C-3, C-4 C-2 C-4a, C-5, C-6 C-4a, C-7, C-8a C-3

Senyawa 2 berwujud padatan kuning, spektrum UV, IR, 1H dan 13C NMR dengan senyawa 1 tidak dapat dibedakan mengingat kedua senyawa tersebut merupakan senyawa isomer. Perbedaan letak gugus isoprenil pada C-8 senyawa 2 dengan gugus isoprenil senyawa 1 di cincin A hanya dapat terlihat pada spektrum HMBC (Tabel-1). Adanya satu gugus isoprenil pada C-8 pada spektrum HMBC, memperlihatkan korelasi antara sebuah sinyal proton gugus kelat-OH pada H 12,09 ppm dengan tiga atom kuarterner pada C 98,9 (C-6), 104,1 (C-4a), dan 159,8 (C-5). Berdasarkan data spektrum 13C-NMR (percobaan APT) memperlihatkan bahwa C 98,9 merupakan atom karbon C-metin di posisi atom C-6. Hal ini didukung adanya korelasi antara sinyal singlet proton aromatik H 6,34 ppm dengan dua atom oksiaril pada C 159,8 (C-5), dan 161,9 (C-7) yang menunjukkan proton aromatik tersebut berada pada H-6. Adanya gugus isoprenil pada atom C-8, adanya korelasi antara sebuah sinyal proton metilen pada H 3,55 ppm dengan empat atom kuarterner pada C 103,8 (C-4a), 133,3 (C-3), 154,9 (C-8a), dan 161,9 (C-7). Berdasarkan data 1D dan 2D NMR senyawa 2 adalah 8,3-diisoprenilkaempferol atau lebih dikenal dengan nama broussoflavonol F.

OH HO O OH OH 1 O OH 2 O HO O OH

OH

Gambar-1. Perbedaan spektrum HMBC senyawa 1 dan 2 Uji aktivitas senyawa 1 dan 2 terhadap sel kanker murine P-388, masing-masing senyawa mempunyai IC50 6.0, and 5.1 g/ml. Adanya isoprenyl pada atom C-8 dari senyawa 2 memperlihatkan aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan atom C-6 dari senyawa 1.

KESIMPULAN Dua isomer isoprenil flavonol, yakni glyasperin A (1) dan broussoflavonol F (2) telah berhasil dipisahkan dari ekstrak methanol daun Macaranga aleuritoides suatu spesies tumbuhan yang belum pernah dilaporkan tentang kajian fitokimianya. Uji aktivitas senyawa 1 dan 2 terhadap sel kanker murine P-388, masing-masing senyawa mempunyai IC50 6.0, and 5.1 g/ml UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa BPPs. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Herbarium Bogoriense, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong atas bantuan pengadaan dan identifikasi sampel penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Emilio Ghisalberti, Departement of Chemistry, South Wales University, Australia atas bantuan pengukuran NMR . Daftar Pustaka Alley, M.C., Scudiero, D.A., Monks, A., Hursey, M.L., Czerwinski, M.J., Fine, Abbot, B.J., Mayo,J.G., Shoemaker, R.H., and Boyd, M.R.., 1988, Feasibility of Drug Screening with Panels of Human Tumor Cells Lines Using a Microculture Tetrazolium Assay, Cancer Research., 48, 589-601 Beutler, J.A., Shoemaker, R.H., Johnson, T., and Boyd M.R., 1998, Cytotoxic Geranyl Stilbenes from Macaranga schweinfurthii, J.Nat. Prod., 61, 1509-1512 Blattner, F.R., Weising, K., Banfer, G., Maschwitz,U., and Fiala, B., 2001, Molecular Analysis of Phylogenetic Relationships among Myrmecophytic Macaranga Species (Euphorbiaceae), Mol. Phyl. Evol., 19, 331-344. Fang, S-C, Shieh, B-C, Wu, R-R, and Lin, C-N, 1995, Isoprenylated Flavonols of Formosan Broussonetia papyripera, Phytochem., 38(2), 535-537 Harborne, J.B. and Mabry, T.J., 1982, The Flavonoids: Advances in Research, p.75-76, Chapman and Hall Ltd., London-New York

Hnawia, E., Thoison, O., Voegelein, F.G., Bourret, D., and Sevenet, T., 1992, A Geranyl Substitued Flavonol from Macarannga vedeliana, Phytochem., 29(7), 2367-2368 Suttivaiyakit, S., Unganont, S., Suttivaiyakit, ., and Suksamrarn, A., 2002, Diterpenylated and Prenylated Flavonoids from Macaranga denticulate, Tetrahedron, 58, 36193622

Anda mungkin juga menyukai