Anda di halaman 1dari 23

Bahasa Jepang dengarkan (bantuaninfo) (; romaji: Nihongo) merupakan bahasa resmi di Jepang dan jumlah penutur 127 juta

jiwa. Bahasa Jepang juga digunakan oleh sejumlah penduduk negara yang pernah ditaklukkannya seperti Korea dan Republik Cina. Ia juga dapat didengarkan di Amerika Serikat (California dan Hawaii) dan Brasil akibat emigrasi orang Jepang ke sana. Namun keturunan mereka yang disebut nisei (, generasi kedua), tidak lagi fasih dalam bahasa tersebut. Bahasa Jepang terbagi kepada dua bentuk yaitu Hyoujungo (), pertuturan standar, dan Kyoutsugo (), pertuturan umum. Hyoujungo adalah bentuk yang diajarkan di sekolah dan digunakan di televisi dan segala perhubungan resmi.

Daftar isi

1 Lafal vokal 2 Tulisan bahasa Jepang 3 Kana 4 Kanji 5 Tanda baca 6 Angka dan Sistem Penghitungan o 6.1 Cara menghitung barang 6.1.1 Barang secara umum 6.1.2 Barang panjang 6.1.3 Barang tipis 6.1.4 Barang besar o 6.2 Cara menghitung orang 7 Tata bahasa o 7.1 Infleksi dan konjugasi o 7.2 Adjektiva o 7.3 Partikel o 7.4 Kesopanan 8 Kosa kata 9 Belajar Bahasa Jepang 10 Kekerabatan bahasa Jepang 11 Bilangan dalam bahasa Jepang dengan bahasa Melayu/Indonesia 12 Rujukan 13 Daftar pustaka 14 Pranala luar

Lafal vokal

Bahasa Jepang mempunyai 5 huruf vokal yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/. Lafal vokal bahasa Jepang mirip bahasa Melayu. Contohnya:

/a/ seperti "bapa" /i/ seperti "ibu" /u/ seperti "urut" /e/ seperti "esok" /o/ seperti "obor"

Tulisan bahasa Jepang


Tulisan bahasa Jepang berasal dari tulisan bahasa China (/kanji) yang diperkenalkan pada abad keempat Masehi. Sebelum ini, orang Jepang tidak mempunyai sistem penulisan sendiri. Tulisan Jepang terbagi kepada tiga:

aksara Kanji () yang berasal dari China aksara Hiragana () dan aksara Katakana (); keduanya berunsur daripada tulisan kanji dan dikembangkan pada abad kedelapan Masehi oleh rohaniawan Buddha untuk membantu melafazkan karakter-karakter China.

Kedua aksara terakhir ini biasa disebut kana dan keduanya terpengaruhi fonetik Bahasa Sanskerta. Hal ini masih bisa dilihat dalam urutan aksara Kana. Selain itu, ada pula sistem alihaksara yang disebut romaji. Bahasa Jepang yang kita kenal sekarang ini, ditulis dengan menggunakan kombinasi aksara Kanji, Hiragana, dan Katakana. Kanji dipakai untuk menyatakan arti dasar dari kata (baik berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata sandang). Hiragana ditulis sesudah kanji untuk mengubah arti dasar dari kata tersebut, dan menyesuaikannya dengan peraturan tata bahasa Jepang.

Kana

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hiragana dan Katakana Aksara Hiragana dan Katakana (kana) memiliki urutan seperti dibawah ini, memiliki 46 set huruf masing-masing. Keduanya (Hiragana dan Katakana) tidak memiliki arti apapun, seperti abjad dalam Bahasa Indonesia, hanya melambangkan suatu bunyi tertentu, meskipun ada juga katakata dalam bahasa Jepang yang terdiri dari satu 'suku kata', seperti me (mata), ki (pohon), ni (dua), dsb. Abjad ini diajarkan pada tingkat pra-sekolah (TK) di Jepang.

Kanji
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kanji Banyak sekali kanji yang diadaptasi dari Tiongkok, sehingga menimbulkan banyak kesulitan dalam membacanya. Dai Kanji Jiten adalah kamus kanji terbesar yang pernah dibuat, dan berisi 30.000 kanji. Kebanyakan kanji sudah punah, hanya terdapat pada kamus, dan sangat terbatas pemakaiannya, seperti pada penulisan suatu nama orang. Oleh karena itu Pemerintah Jepang membuat suatu peraturan baru mengenai jumlah aksara kanji dalam Joy Kanji atau kanji sehari-hari yang dibatasi penggunaannya sampai 1945 huruf saja. Aksara kanji melambangkan suatu arti tertentu. Suatu Kanji dapat dibaca secara dua bacaan, yaitu Onymi (adaptasi dari cara baca China) dan Kunymi (cara baca asli Jepang). Satu kanji bisa memiliki beberapa bacaan Onyomi dan Kunyomi.

Tanda baca
Dalam kalimat bahasa Jepang tidak ada spasi yang memisahkan antara kata dan tidak ada spasi yang memisahkan antara kalimat. Walaupun bukan merupakan tanda baca yang baku, kadangkadang juga dijumpai penggunaan tanda tanya dan tanda seru di akhir kalimat. Tanda baca yang dikenal dalam bahasa Jepang:

(/kuten) Fungsinya serupa dengan tanda baca titik yakni untuk mengakhiri kalimat. (/toten) Fungsinya hampir serupa dengan tanda baca koma yakni untuk memisahkan bagian-bagian yang penting dalam kalimat agar lebih mudah dibaca

Angka dan Sistem Penghitungan


Bangsa Jepang pada zaman dahulu (dan dalam jumlah yang cukup terbatas pada zaman sekarang) menggunakan angka-angka Tionghoa, yang lalu dibawa ke Korea dan sampai ke Jepang. Berikut ini adalah daftar angka-angka Jepang.

Satu Dua Tiga Empat Lima Enam Tujuh Delapan Sembilan Sepuluh Setelah Kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi oleh Eropa, angka-angka Arab mulai digunakan secara besar-besaran, dan hampir mengganti sepenuhnya kegunaan angka Tionghoa ini. Dalam penggunaannya di Bahasa Jepang, dan untungnya juga agak mirip di bahasa Indonesia, angka-angka ini tidak bisa digunakan seperti itu saja untuk menyatakan sebuah jumlah dari sebuah barang, waktu dan sebagainya. Pertama-tama jenis barangnya harus dipertimbangkan, lalu ukurannya, dan akhirnya jumlahnya. Cara berhitung untuk waktu dan tanggal pun berbedabeda, maka satu hal yang harus dilakukan adalah menghafalkan cara angka-angka ini bergabung dengan satuannya.

Cara menghitung barang


Barang secara umum Untuk mengucapkan 1 buah yaitu (hitotsu) dan seterusnya menambahkan huruf tsu () Barang panjang Barang tipis Hanya perlu angka biasa ditambahi satuan (mai) sebagai akhiran, Misal: 1 lembar (ichimai) ,dst . Bisa digunakan untuk menghitung jumlah kertas, baju, perangko, dan benda tipis lainnya. Barang besar Hanya perlu angka biasa ditambahi satuan (dai) sebagai akhiran, Misal: 1 buah (ichidai),dst . Bisa digunakan untuk menghitung jumlah barang elektronik yang besar, atau barang besar pada umumnya, seperti televisi, kulkas, rumah, mobil dan sebagainya

Cara menghitung orang


Untuk mengucapkan seorang dan seterusnya menggunakan angka biasa ditambahi satuan (nin), misal: 3 orang (sannin) 7 orang (shichinin),kecuali untuk 1 orang dan dua orang terjadi pengecualian ucapan yaitu ; hitori (( 1 orang ), futari ( 2 orang)

Tata bahasa
Tata kalimat dalam Bahasa Jepang memakai aturan subyek-obyek. Subyek, obyek dan relasi gramatika lainnya biasa ditandai dengan partikel, yang menyisip di kalimat dan disebut posisi akhir (postposition). Struktur dasar kalimat memakai cabang topik. Contohnya adalah, Kochira-

wa Tanaka-san desu (). Kochira ("ini") merupakan topik dari kalimat ini. Kata kerjanya ialah "desu" yang berarti "it is" dalam bahasa Inggris. Dan yang terakhir, Tanaka-san desu merupakan cabang atau komentar dari topik ini.

Infleksi dan konjugasi


Dalam bahasa Jepang, kata benda tidak memiliki bentuk numeral, jenis kelamin, atau aspek lainnya. Contohnya pada kata benda hon () yang mungkin berarti sebuah atau beberapa buku. Juga pada kata hito () yang mungkin berarti orang atau sekumpulan orang. Kata untuk menyebut orang biasanya dalam bentuk tunggal, contohnya Harada-san. Kalau kata panggil jamak, biasanya disebut -tachi. Pertanyaan mempunyai bentuk yang sama dengan kalimat afirmatif. Intonasi akan meninggi setiap akhir dari kalimat pertanyaan. Dalam situasi resmi, biasanya kalimat pertanyaan disertai partikel -ka. Contohnya, kalimat ii desu () yang berarti "Baiklah" menjadi bentuk ii desu ka () yang berarti "Boleh kan?". Biasanya pada situasi tidak resmi, partikel -no () untuk menunjukkan penekanan, contohnya pada kalimat Doshite konai-no? yang berarti "Kenapa (kamu) tidak datang?". Kalimat negatif dibentuk dengan mengubah bentuk kata kerja. Contohnya pada kalimat Pan o taberu () yang artinya "Saya akan makan roti) menjadi Pan-o tabenai () yang artinya "Saya tidak akan makan roti".

Adjektiva
Ada tiga bentuk kata sifat dalam bahasa Jepang:

(keiyoshi) yaitu penambahan partikel -i, yang memiliki akhiran konjugasi (i). Contohnya: (atsui hi) yang berarti "hari yang panas" (keiyodoshi) yaitu penambahan partikel -na. Contoh: (henna hito) yang berarti "orang aneh" (rentaishi) yaitu kata sifat sebenarnya. Contoh: (ano yama)

Partikel
Bahasa Jepang juga memiliki beberapa partikel yaitu:

ga untuk bentuk nominatif ni untuk bentuk dativ. no untuk bentuk genital o untuk bentuk akusatif

Kesopanan

Biasanya untuk menghormati orang yang lebih tinggi, seperti kepada menteri atau direktur, dipakai bahasa Jepang sopan yang disebut () teineigo. Untuk menyebut nama menteri, diakhiri dengan partikel -sama atau -sangi. Contoh: Katsumoto-sangi (). Untuk berkenalan, kita harus menggunakan bentuk bahasa sopan. Tapi, kalau sudah akrab, kita boleh memakai bahasa umum.

Kosa kata
Bahasa Asli Jepang yaitu berasal dari bahasa asli pemukim Jepang zaman dahulu disebut yamato kotoba ( ) yang berarti kosa kata Yamato. Kosakata Jepang sebagian besar berakar atau berasal dari Cina disebut kango () yang masuk pada abad ke-5 lewat Semenanjung Korea. Jepang banyak mengadopsi kosakata dari bahasa Inggris, kata-kata adopsi ini umumnya ditulis menggunakan huruf katakana. Contoh: (maikaa - sama dengan pelafalan "my car") yang berarti "mobil saya"

Belajar Bahasa Jepang


Beberapa universitas internasional di dunia mengajarkan bahasa Jepang. Mulainya ketertarikan belajar bahasa Jepang sewaktu abad ke-18 Masehi, lalu melonjak dimana Jepang mulai memimpin ekonomi dunia pada tahun 1980. Bahasa Jepang semakin diminati karena mendominasi dunia kartun (anime dan manga) di seluruh penjuru dunia. Kebanyakan dari otaku (penggemar anime) bisa berbicara bahasa Jepang walaupun hanya dasarnya. Pemerintah Jepang sebagai pihak yang mengatur bahasa Jepang menyediakan tes profisiensi sejenis TOEFL yaitu JLPT (Japanese Language Proficiency Test).

Kekerabatan bahasa Jepang


Para pakar bahasa tidak mengetahui secara pasti kekerabatan bahasa Jepang dengan bahasa lain. Ada yang menghubungkannya dengan bahasa Altai, namun ada pula yang menghubungkannya dengan bahasa Austronesia.[2] Selain itu ada pula kemiripan secara tatabahasa dan dalam susunan kalimat serta secara fonetik dengan bahasa Korea meski secara kosakata tidaklah begitu mirip.

Bilangan dalam bahasa Jepang dengan bahasa Melayu/Indonesia


Bilangan 0 1 2 3 4 5 Bahasa Jepang Bahasa Indonesia rei nol ichi satu ni dua san tiga shi/yon empat go lima

6 roku 7 shichi/nana 8 hachi 9 ky 10 j 20 ni-j 30 san-j 40 shi-j 50 go-j 60 roku-j 70 shichi-j 80 hachi-j 90 ky-j 100 hyaku 1000 sen 10000 man 100000 j-man 1000000 hyaku-man 100000000 oku 1000000000000 ch

enam tujuh delapan sembilan sepuluh dua puluh tiga puluh empat puluh lima puluh enam puluh tujuh puluh delapan puluh sembilan puluh seratus seribu sepuluh ribu seratus ribu satu juta seratus juta satu triliun

Awal Mula Terjadinya Jepang Jepang kini sudah dikenal masyarakat dunia bukan lagi sebagai negara berkembang melainkan sebagai negara maju.. Hal ini dibuktikan dengan merajalelanya produk-produk yang beredar dengan lebel Negara Matahari Terbit tersebut. Seperti konsumsi (rumah makan), barang elektronik, transportasi, pakaian, dan bahan baku lainnya bahkan atom & nuklir. Jepang sendiri adalah negara yang tidak begitu luas dibandingkan dengan Indonesia. Namun Jepang sudah mampu mengalahkan negara-negara Asia lainnya. Luas negara Jepang sendiri adalah + 378.000km2 (ada pula yang menyebutkan hanya 370.000 km2). Itu berarti hanya 1/25 (seper dua puluh lima) dari negara Amerika. Bahkan cenderung lebih kecil dari Kalifornia. Berdasarkan keadaan geografis dan sejarahnya, Jepang dibagi menjadi sembilan kawasan dari 47 prefektur. Kesembilan wilayah tersebut adalah Hokkaido, Tohoku, Kanto, Chubu, Kinki, Chugoku, Shikoku, Kyushu, dan Okinawa. Sedang empat pulau utamanya adalah Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Selain dikenal sebagai product monster, Jepang juga dikenal sebagai negara misteri karena penuh tanda tanya dan sejarah. Mulai dari agama, bahasa, kebudayaan, penduduk, hingga awal terjadinya kepulauannya. Jika Amerika ditemukan oleh Colombus?, maka tidak begitu dengan Jepang. Awal terjadinya kepulauan Jepang dimulai pada masa Palaozoic. Kala itu Jepang masih merupakan dasar lautan. Setelah memasuki masa Mesozoic, dasar lautan yang dimaksud mengalami perubahan dan membentuk daratan yang menyambung dengan Asia. Namun, pada akhir periode III masa Cenozoik, daratan tersebut kembali ke dasar laut. Pada periode IV masa Deluvium, dasar laut tersebut timbul kembali dan sekali lagi menyatu dengan Asia. Setelah mengalami banyak perubahan alam dan cuaca, pada zaman es ke-3 (Dilivium), daratan yang menyatu dengan Asia ini berangsur-angsur mengalami penurunan dan membentuk kepulauan Jepang seperti sekarang ini. Jepang yang memiliki kawasan pegunungan atau + 70% dari keseluruhan daratan memiliki empat musim yang berbeda. Empat musim tersebut adalah musim semi/haru (Maret Mei), panas/natsu (Juni Agustus), dingin/fuyu (September Nopember), gugur/aki (Desember Februari). Meski perubahan-perubahan iklim & cuaca sangat dinantikan masyarakat Jepang, ternyata Jepang sangat rawan terjadi gempa bumi dan bencana alam akibat letak geografisnya yang dipenuhi dengan pegunungan dan bukit-bukit. Penghuni Jepang sendiri berasal dari beberapa negara yang bersinggah dan melakukan jual beli. Banyak pihak yang berpendapat berbeda akan hal ini. Masyarakat awam cenderung beranggapan bahwa suku Ainu lah sebagai penduduk pertama Jepang. Namun, pendapat tersebut belum dapat dibenarkan. Pendapat lain juga menyebutkan bahwa penduduk asli atau nenek moyang Jepang adalah yang memiliki kebudayaan Jmon. Hal ini dikarenakan telah ditemukannya fosil dari hasil kebudayaan Jmon. Ada pendapat lain yang menyebutkan, dan terkenal dengan sebutan Teori Selatan-Utara bahwa nenek moyang Jepang yang asli berasal dari daratan Asia yang tinggal dan menamakan dirinya sebagai Kikajin yang berawal pada jaman Yayoi. Teori Selatan menyebutkan bahwa nenek moyang Jepang berasal dari Asia Tenggara seperti Tibet, Taiwan, Kepulauan Pasifik Barat Daya, Melayu, dan bahkan Indonesia. Teori ini dapat dibenarkan dengan adanya penemuan tentang cara bercocok tanam yang dilakukan oleh nenek moyangnya dengan cara membuat sawah.

Teori Utara menyebutkan lain. Di sini disebutkan bahwa nenek moyang Jepang berasal dari pusat daratan Asia seperti Mongol, Manchuria, Siberia, dan Turki. Teori juga dapat dibenarkan karena tata bahasa yang digunakan dalam keseharian msyarakat Jepang sesuai dengan susunan bahasa Korea, Ural, Turki, dan sebagainya. Zaman di Jepang Pada dasarnya, Jepang memiliki banyak jaman sesuai dengan perubahan masa dan kekuasaan. Namun, secara garis besar Jepang dibagi menjadi 5 periode. Periode tersebut meliputi 1. Abad kuno atau disebut dengan Kodai. Periode ini meliputi zaman primitif / Genshi Jidai (abad ke-3), zaman Yamato (592), zaman Nara (710), dan zaman Hei An (7941192) 2. Abad pertengahan atau disebut dengan Chuusei yang meliputi zaman Kamakura (11921333), zaman Muromachi (1334-1573), dan zaman Azuchi Momoyama (1573-1603) 3. Abad pra modern atau Kinsei yang dimulai dengan zaman Edo (1603-1868) 4. Abad modern atau Kindai. Pada periode Jepang banyak mengalami perubahan dan mulai dikenal dunia luar. Zaman yan sering dibicarakan ini dikenal dengan zaman Meiji (1868-1912) 5. Dewasa ini atau lebih dikenal dengan Gendai. Periode ini meliputi zaman Taisho (19121926), zaman Showa (1926-1991), dan zaman Heisei (1991-sekarang?) Dalam perputaran tiap zaman, Jepang juga mengalami perubahan kebudayaan. Namun, perubahan yang paling besar (meliputi social dan politik) adalah saat terjadinya Restorasi Meiji. Pada saat itu, Jepang dipaksa untuk kembali membuka diri untuk negara luar. Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1870473-sejarahjepang/#ixzz20DLEQESr

Sejarah Jepang
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Sejarah Jepang

Paleolitik Jepang 35.00014.000 SM Zaman Jomon 14.000400 SM Zaman Yayoi 400 SM250 M Zaman Kofun 250538 Zaman Asuka 538710 Zaman Nara 710794 Zaman Heian 7941185 Zaman Kamakura 11851333 o Restorasi Kemmu 13331336 Zaman Muromachi (Ashikaga) 13361573 o Istana Utara dan Selatan 13361392 o Zaman Sengoku 14671573 Zaman Azuchi-Momoyama 15681603 o Perdagangan dengan Nanban Zaman Edo (Tokugawa) 16031868 o Bakumatsu Zaman Meiji 18681912 o Restorasi Meiji Zaman Taish 19121926 o Perang Dunia I Zaman Shwa 19261989 o Militerisme Jepang o Pendudukan Sekutu o Jepang pascapendudukan Heisei 1989sekarang Kekaisaran Jepang (18681945) Sejarah ekonomi

Mata uang

Sejarah pendidikan Sejarah militer Sejarah angkatan laut

Daftar istilah
Kotak ini: lihat bicara sunting

Dokumen tertua mengenai sejarah Jepang adalah kumpulan naskah sejarah Cina Sejarah Dua Puluh Empat Dinasti asal abad ke-1 Masehi. Namun bukti-bukti menunjukkan kepulauan Jepang sudah dihuni manusia sejak zaman Paleolitik Atas[1] Setelah zaman es terakhir sekitar 12.000 SM, ekosistem Kepulauan Jepang yang kaya memungkinkan manusia untuk hidup. Barangbarang tembikar tertua berasal dari zaman Jmon.

Daftar isi

1 Zaman prasejarah Jepang o 1.1 Zaman Paleolitik o 1.2 Zaman Jmon o 1.3 Zaman Yayoi 2 Zaman kuno dan zaman klasik Jepang o 2.1 Zaman Kofun o 2.2 Zaman Asuka o 2.3 Zaman Nara o 2.4 Zaman Heian 3 Zaman feodal o 3.1 Zaman Kamakura o 3.2 Zaman Muromachi o 3.3 Zaman Azuchi-Momoyama o 3.4 Zaman Edo (1603-1868) 4 Periodisasi sejarah 5 Lihat pula 6 Referensi 7 Pranala luar

Zaman prasejarah Jepang


Zaman Paleolitik

Kapak batu yang diekskavasi dari situs B Hinatabayashi, Shinano, Prefektur Nagano dari zaman PraJmon (Paleolitik), 30.000 SM. Museum Nasional Tokyo. Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zaman Paleolitik Jepang

Zaman Paleolitik Jepang berlangsung dari sekitar 100.000 hingga 30.000 SM, dimulai dari penggunaan perkakas batu dan berakhir sekitar 12.000 SM pada akhir zaman es terakhir yang sekaligus awal dari periode Mesolitik zaman Jmon. Bukti-bukti penggalian arkeologi menunjukkan kepulauan Jepang sudah dihuni orang sejak 35.000 SM.[2] Kepulauan Jepang terpisah dari daratan Asia setelah zaman es terakhir sekitar 11.000 SM. Setelah terungkapnya pengelabuan zaman Paleolitik Jepang oleh peneliti amatir Shinichi Fujimura,[3] bukti-bukti asal zaman Paleolitik Bawah dan zaman Paleolitik Tengah yang diklaim oleh Fujimura dan rekanrekan telah diteliti ulang dan ditolak.

Zaman Jmon
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zaman Jmon

Sebuah bejana dari zaman Jmon Pertengahan (3000-2000 SM).

Zaman Jmon berlangsung dari sekitar 14.000 SM hingga 300 SM. Tanda-tanda pertama peradaban dan pola hidup stabil manusia muncul sekitar 14.000 SM dengan adanya kebudayaan Jmon yang bercirikan bercirikan gaya hidup pemburu-pengumpul semi-sedenter Mesolitik hingga Neolitik. Mereka tinggal di rumah-rumah yang dibangun di atas tanah yang digali dan di atasnya didirikan rumah beratap dari kayu. Orang zaman Jmon sudah mengenal bentuk awal dari pertanian, namun belum mengenal cara menenun kain dan pakaian dibuat dari bulu binatang. Orang zaman Jmon mulai membuat bejana tanah liat yang dihias dengan pola-pola yang dicetakkan ke atas permukaan bejana sewaktu masih basah dengan menggunakan tongkat kayu atau tali atau simpul tali. Walaupun hasil penelitian menimbulkan keragu-raguan, menurut tes penanggalan radiokarbon, beberapa contoh tembikar tertua di dunia berasal dari Jepang, disertai pisau belati, giok, sisir dari kulit kerang, dan barang-barang keperluan rumah tangga lainnya berasal dari abad ke-11 SM.[4] Boneka tanah liat yang disebut dog juga ditemukan dari situs ekskavasi. Barang-barang rumah tangga menunjukkan kemungkinan ada rute perdagangan yang jauhnya sampai ke Okinawa[rujukan?]. Analisis DNA menunjukkan bahwa penduduk asli Hokkaido dan bagian utara Pulau Honshu yang disebut suku Ainu adalah keturunan orang zaman Jmon dan merupakan keturunan dari manusia pertama penghuni Jepang[rujukan?].

Zaman Yayoi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zaman Yayoi

Dtaku dari zaman Yayoi, abad 3 M.

Zaman Yayoi berlangsung dari sekitar 400 SM atau 300 SM hingga 250 Masehi. Dari situs arkeologi kota Yayoi, distrik Bunky, Tokyo ditemukan artefak asal zaman yang kemudian disebut zaman Yayoi. Pada awal zaman Yayoi, orang Yayoi sudah mulai dapat menenun, bertanam padi, mengenal perdukunan serta pembuatan perkakas dari besi dan perunggu yang dipelajari dari Korea atau Cina.[5] Sejumlah studi paleoetnobotani menunjukkan teknik menanam padi di sawah dan irigasi sudah dikenal sejak sekitar 8000 SM di Delta Sungai Yangtze dan menyebar ke Jepang sekitar 1000 SM.[6] Dokumen tertulis yang pertama kali menyebut Jepang adalah Buku Han Akhir[7] asal 57 Masehi. Buku tersebut mengisahkan, "Di seberang lautan dari Distrik Lelang tinggal orang-orang Wa. Mereka ada lebih dari dari 100 suku, mereka sering datang dan membayar upeti." Catatan Sejarah Tiga Negara dari abad ke-3 mencantumkan negara yang terbentuk dari kumpulan 30 suku-suku kecil yang diperintah oleh dukun wanita bernama Himiko dari Yamataikoku. Semasa Dinasti Han dan Dinasti Wei, pengelana Cina tiba di Kyushu dan mencatat tentang para penduduk yang tinggal di sana. Menurut para pengelana Cina, mereka adalah keturunan dari Paman Agung (Tib) dari negara Wu. Penduduk di sana juga menunjukkan ciri-ciri orang Wu pra-Cina yang mengenal tato, tradisi mencabut gigi, dan menggendong bayi. Buku Sanguo Zhi mencatat ciri-ciri fisik yang mirip dengan ciri-ciri fisik orang yang digambarkan dalam boneka haniwa. Laki-laki berambut panjang yang dikepang, tubuh dihiasi tato, dan perempuan mengenakan pakaian terusan berukuran besar. Situs Yoshinogari adalah situs arkeologi terbesar untuk peninggalan orang zaman Yayoi yang mengungkap adanya permukiman di Kyushu yang sudah didiami orang secara terus menerus selama ratusan tahun. Hasil ekskavasi menunjukkan artefak tertua berasal dari sekitar 400 SM. Di antara artefak yang ditemukan terdapat perkakas besi dan perunggu, termasuk perkakas dari Korea dan Cina.[8][9][10] Dari barang-barang peninggalan diperkirakan orang zaman Yayoi sudah sering melakukan kontak dan berdagang dengan orang dari Daratan Cina.

Zaman kuno dan zaman klasik Jepang


Zaman Kofun
Artikel utama untuk bagian ini adalah: zaman Kofun

Helm besi dan baju besi dengan hiasan berkilat dari perunggu (zaman Kofun, abad ke-5). Koleksi Museum Nasional Tokyo.

Zaman Kofun dimulai sekitar 250 M. Nama zaman ini berasal dari tradisi orang zaman itu untuk membuat gundukan makam (tumulus) yang disebut kofun. Pada zaman ini sudah terdapat negara-negara militer yang kuat dengan klan-klan berpengaruh sebagai penguasa. Salah satu di antaranya terdapat negara Yamato yang dominan, dan berpusat di Provinsi Yamato dan Provinsi Kawachi. Negara Yamato berlangsung dari abad ke-3 hingga abad ke-7, dan merupakan asal garis keturunan kekaisaran Jepang. Negara Yamato yang berkuasa atas klan-klan lain dan memperoleh lahan-lahan pertanian mempertahankan pengaruh yang kuat di Jepang bagian barat. Jepang mulai mengirimkan utusan ke Kekaisaran Cina pada abad ke-5. Dalam dokumen sejarah Cina ditulis tentang negara Wa yang memiliki lima raja. Sistem pemerintahan di Wa meniru model Cina yang menerapkan sistem administrasi terpusat. Sistem kekaisaran juga mengambil model dari Cina, dan masyarakat dibagi menjadi strata berdasarkan profesi. Hubungan yang erat antara Jepang dengan Tiga Kerajaan Korea dimulai pertengahan zaman Kofun, sekitar akhir abad ke-4.

Zaman Asuka

Lukisan dinding di Makam Takamatsuzuka, Asuka, Nara, abad ke-8 Artikel utama untuk bagian ini adalah: zaman Asuka

Pada zaman Asuka (538-710), negara Jepang purba Yamato secara bertahap menjadi negara yang tersentralisasi. Negara Jepang purba sudah memiliki undang-undang seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Taih dan butir-butir Reformasi Taika.[11] Masuknya agama Buddha di Jepang mengakibatkan orang tidak lagi membuat makam berbentuk kofun. Agama Buddha masuk ke Jepang sekitar tahun 538 melalui Baekje yang mendapat dukungan militer dari Jepang.[12] Penyebaran agama Buddha di Jepang dilakukan oleh kalangan penguasa. Pangeran Shtoku mendedikasikan dirinya dalam penyebaran Buddhisme dan kebudayaan Cina di Jepang. Ia berjasa menyusun Konstitusi 17 Pasal yang membawa perdamaian di Jepang. Konstitusi yang disusunnya dipengaruhi oleh pemikiran Konfusianisme tentang berbagai moral dan kebajikan yang diharapkan masyarakat dari pejabat pemerintah dan abdi kaisar. Dalam sepucuk surat yang disampaikan duta Kekaisaran Jepang ke Kekaisaran Cina pada tahun 607 ditulis kata-kata, "Kaisar negeri matahari terbit (Jepang) mengirimkan surat kepada kaisar di negeri matahari terbenam (Cina)".[13] Surat tersebut menyebabkan kemarahan kaisar Cina.[14] Dimulai dengan Perintah Reformasi Taika tahun 645, Jepang semakin giat mengadopsi praktikpraktik budaya Cina, melakukan reorganisasi pemerintahan, serta menyusun undang-undang pidana (Ritsury) dengan mengikuti struktur administrasi Cina pada waktu itu. Istilah Nihon (?) juga mulai dipakai sebagai nama negara sejak zaman Asuka.

Zaman Nara

Daibutsu di Nara. Buddharupang berukuran besar asl tahun 752 M. Artikel utama untuk bagian ini adalah: zaman Nara

Zaman Nara pada abad ke-8 ditandai oleh negara Jepang yang kuat. Pada tahun 710, Kaisar Gemmei mengeluarkan perintah kekaisaran yang memindahkan ibu kota ke Heij-ky yang sekarang bernama Nara. Heij-ky dibangun dengan mencontoh ibu kota Dinasti Tang di Chang'an (sekarang disebut Xi'an). Sepanjang zaman Nara, perkembangan politik sangat terbatas. Anggota keluarga kekaisaran berebut kekuasaan dengan biksu dan bangsawan, termasuk dengan klan Fujiwara. Hubungan luar negeri berlangsung dengan Silla dan hubungan formal dengan Dinasti Tang. Pada 784, ibu kota dipindahkan ke Nagaoka-ky untuk menjauhkan istana dari pengaruh para biksu, sebelum akhirnya dipindahkan ke Heian-ky (Kyoto). Penulisan sejarah Jepang berpuncak pada awal abad ke-8 dengan selesainya penyusunan kronik Kojiki (712) dan Nihon Shoki (720). Dalam kedua buku sejarah tersebut dikisahkan sejarah Jepang mulai dari awal sejak zaman mitologi Jepang. Di dalamnya ditulis tentang pendirian Jepang pada tahun 660 SM oleh Kaisar Jimmu yang keturunan langsung dari Amaterasu. Menurut kedua kronik tersebut Kaisar Jimmu merupakan leluhur dari garis keturunan kaisar yang sekarang. Kaisar Jimmu sering dianggap sebagai kaisar mitos karena kaisar pertama berdasarkan bukti-bukti sejarah adalah Kaisar jin yang tahun-tahun masa pemerintahannya tidak diketahui dengan jelas. Sejak zaman Nara, kekuasaan politik tidak selalu berada di tangan kaisar, melainkan di tangan bangsawan istana, shogun, militer, dan sekarang di tangan perdana menteri.

Zaman Heian
Artikel utama untuk bagian ini adalah: zaman Heian

Lukisan gulung dari tahun 1130, ilustrasi Hikayat Genji bab "Sungai Bambu".

Periode akhir sejarah klasik Jepang berlangsung dari 794 hingga 1185 yang disebut zaman Heian. Puncak kejayaan istana kekaisaran di bidang puisi dan sastra terjadi pada zaman Heian. Pada awal abad ke-11, Murasaki Shikibu menulis novel Hikayat Genji yang hingga kini merupakan salah satu dari novel tertua di dunia. Pada zaman Heian selesai disusun naskah tertua koleksi puisi Jepang, Man'ysh dan Kokin Wakash. Pada zaman Heian berkembang berbagai macam kebudayaan lokal, misalnya aksara kana yang asli Jepang. Pengaruh budaya Cina surut setelah sampai di puncak keemasan. Pengiriman terakhir utusan Jepang ke Dinasti Tang berlangsung pada tahun 838 sejalan dengan kemunduran Dinasti Tang. Walaupun demikian, Cina dalam terus berlanjut sebagai negara tujuan ekspedisi dagang dan rombongan peziarah agama Buddha.[15] Kekuasaan politik istana kekaisaran berada di tangan segelintir keluarga bangsawan yang disebut kuge, khususnya klan Fujiwara yang berkuasa dengan gelar Sessh and Kampaku. Pada akhir zaman Heian bermunculan berbagai klan samurai. Empat klan samurai yang paling kuat adalah klan Minamoto, klan Taira, klan Fujiwara, dan klan Tachibana. Memasuki akhir abad ke-12, konflik antarklan berubah menjadi berbagai perang saudara seperti Pemberontakan Hgen dan Pemberontakan Heiji. Setelah berakhirnya Perang Genpei, Jepang berada di bawah pemerintahan militer oleh klan-klan samurai di bawah pimpinan seorang shogun.

Zaman feodal
Dalam sejarah Jepang, zaman feodal dibagi menjadi dua bagian. Paruh pertama disebut abad pertengahan (chsei) dari zaman Kamakura hingga zaman Muromachi, sementara paruh kedua disebut abad modern (kinsei) dari zaman Azuchi-Momoyama hingga zaman Edo. Zaman feodal di Jepang berlangsung dari abad ke-12 hingga abad ke-19, ditandai oleh pemerintahan daerah oleh keluarga-keluarga daimyo di bawah kendali pemerintahan militer keshogunan. Kaisar hanya berperan sebagai kepala negara de jure sementara kekuasaan berada di tangan shogun.

Zaman Kamakura
Artikel utama untuk bagian ini adalah: zaman Kamakura

Keshogunan Kamakura berkuasa di Jepang dari tahun 1185 hingga 1333 yang disebut zaman Kamakura yang merupakan zaman transisi menuju abad pertengahan Jepang. Abad pertengahan berlangsung selama hampir 700 tahun ketika pemerintah pusat, istana, dan Kaisar Jepang umumnya hanya menjalankan fungsi-fungsi seremonial. Urusan sipil, militer, dan kehakiman dikendalikan oleh kelas samurai. Secara de facto, penguasa negeri kekuasaan politik berada di tangan shogun yang berasal dari klan samurai yang terkuat. Pada 1185, Minamoto no Yoritomo menghancurkan klan Taira yang merupakan musuh bebuyutan klan Minamoto. Setelah pada tahun 1192 diangkat oleh Kaisar sebagai Seii TaiShogun, Yoritomo mendirikan pemerintahan militer di Kamakura dan berkuasa sebagai shogun pertama Keshogunan Kamakura. Setelah wafatnya Yoritomo, klan Hj menjadi klan yang berpengaruh dan bertugas sebagai wali shogun.

Samurai menyerang kapal-kapal Mongol pada tahun 1281.

Peristiwa terbesar dalam periode Kamakura adalah invasi Mongol ke Jepang antara 1272 dan 1281. Pasukan Mongol dengan teknologi angkatan laut dan persenjataan yang unggul mencoba menyerbu ke kepulauan Jepang. Angin topan yang kemudian dikenal sebagai kamikaze (angin dewa) membuat kekuatan invasi Mongol tercerai-berai. Meskipun demikian, beberapa sejarawan bersikeras bahwa pertahanan pantai yang dibangun Jepang di Kyushu cukup memadai untuk mengusir para penyerbu. Walaupun invasi Mongol berhasil digagalkan, usaha mengatasi serbuan bangsa Mongol menyebabkan berakhirnya kekuasaan keshogunan akibat kekacauan politik dalam negeri. Zaman Kamakura berakhir setelah runtuhnya kekuasaan Keshogunan Kamakura pada tahun 1333. Kekuasaan dikembalikan ke tangan kekaisaran di bawah pemerintahan Kaisar Go-Daigo dalam masa Restorasi Kemmu yang hanya berlangsung singkat. Pemerintahan Go-Daigo kembali ditumbangkan oleh Ashikaga Takauji.

Zaman Muromachi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: zaman Muromachi

Dalam periodisasi sejarah Jepang, zaman Muromachi berlangsung dari sekitar tahun 1136 hingga 1673 ketika kekuasaan pemerintah berada di tangan Keshogunan Ashikaga yang juga disebut Keshogunan Muromachi. Pendiri Keshogunan Ashikaga adalah Ashikaga Takauji yang merebut kekuasaan politik dari Kaisar Go-Daigo dan sekaligus mengakhiri Restorasi Kemmu. Zaman

Muromachi berakhir pada tahun 1573 ketika shogun ke-15 sekaligus shogun Muromachi terakhir, Ashikaga Yoshiaki diusir dari ibu kota Kyoto oleh Oda Nobunaga. Tahun-tahun awal zaman Muromachi juga disebut zaman Nanboku-cho atau zaman Istana UtaraIstana Selatan ketika kekuasaan istana terbelah dua menjadi Istana Utara dan Istana Selatan. Sejak tahun 1467 hingga berakhirnya zaman Muromachi disebut sebagai zaman Sengoku atau "zaman negara-negara bagian yang berperang". Pada zaman Sengoku terjadi perang saudara dan perebutan kekuasaan antarprovinsi. Pada masa ini pula terjadi kontak pertama Jepang dengan orang-orang Barat yang disebut Perdagangan dengan Nanban ketika pedagang-pedagang Portugis tiba di Jepang.
Lihat pula: Perdagangan Nanban dan zaman Sengoku

Orang Portugis di Jepang pada abad ke-17, di antaranya terdapat misionaris Francis Xavier.

Sebuah kapal Portugis yang berlayar ke Cina terkena badai dan merapat di sebuah pulau Jepang bernama Tanegashima. Senjata api yang diperkenalkan oleh orang Portugis membawa kemajuan teknologi militer dalam periode Sengoku, dan berpuncak pada Pertempuran Nagashino yang melibatkan pasukan samurai yang dipersenjatai dengan 3.000 pucuk arquebus (jumlah sebenarnya diperkirakan sekitar 2.000 pucuk). Selama perdagangan dengan Nanban, para pedagang dari negara-negara lainnya, Belanda, Inggris, dan Spanyol juga ikut berdatangan. Kedatangan para pedagang juga membawa penyebar agama Kristen, Serikat Yesuit, Ordo Dominikan, dan misionaris Fransiskan.
Lihat pula: Kirishitan

Zaman Azuchi-Momoyama

Artikel utama untuk bagian ini adalah: zaman Azuchi-Momoyama

Dari tahun 1568 hingga 1600 di Jepang disebut zaman Azuchi-Momoyama. Jepang bersatu secara militer dan negara menjadi stabil di bawah kekuasaan Oda Nobunaga yang dilanjutkan oleh Toyotomi Hideyoshi. Istilah zaman Azuchi-Momoyama berasal dari nama istana (kastil) yang menjadi markas kedua pemimpin besar, Nobunaga di Istana Azuchi dan Hideyoshi di Istana Momoyama. Setelah berhasil menyatukan Jepang, Hideyoshi berusaha memperluas wilayah dengan melakukan invasi ke Korea. Dua kali usaha penaklukan Korea berakhir dengan ditarik mundurnya pasukan Hideyoshi dari Semenanjung Korea pada tahun 1598 akibat dikalahkan pasukan gabungan Korea dan Cina, serta wafatnya Hideyoshi. Konflik suksesi pasca-Hideyoshi berakhir dengan munculnya Tokugawa Ieyasu sebagai pemimpin baru Jepang. Kekuasaan pemerintahan beralih ke tangan Ieyasu setelah mengalahkan pasukan pendukung Toyotomi Hideyori dalam Pertempuran Sekigahara.

Zaman Edo (1603-1868)


Artikel utama untuk bagian ini adalah: zaman Edo

Fondasi batu di menara utama Istana Edo.

Pada zaman Edo adalah pemerintahan otonomi daerah berada di tangan lebih dari dua ratus pejabat daimyo. Sebagai klan terkuat, pemimpin klan Tokugawa dari generasi ke generasi menjabat sebagai shogun (sei-i taishgun). Keshogunan Tokugawa yang bermarkas di Edo (sekarang Tokyo) memimpin para daimyo di masing-masing daerah otonom yang disebut domain (han). Kelas samurai ditempatkan oleh keshogunan di atas kelas rakyat biasa, petani, perajin, dan pedagang. Keshogunan mengeluarkan undang-undang yang mengatur segala aspek kehidupan, dimulai dari potongan rambut dan busana untuk masing-masing kelas dalam masyarakat. Shogun mewajibkan para daimyo secara bergantian untuk bertugas di Edo. Mereka disediakan rumah kediaman mewah di Edo agar tidak memberontak. Kekuatan militer daimyo daerah ditekan, dan diharuskan meminta izin dari pusat sebelum dapat memperbaiki fasilitas militer. Keshogunan Tokugawa runtuh setelah Perang Boshin 1868-1869.

Zaman Edo adalah zaman keemasan seni lukis ukiyo-e dan seni teater kabuki dan bunraku. Sejumlah komposisi terkenal untuk koto dan shakuhachi berasal dari zaman Edo.

Periodisasi sejarah
Tahun 30.000 SM 10.000 SM 10.000 SM3000 SM 900 SM-250 SM (tumpang tindih) Jepang kuno sekitar 250 Masehi-538 Masehi 538-710 Masehi 710-794 794-1185 1185-1333 1333-1336 1336-1392 1392-1573 1573-1603 awal zaman modern di Jepang Japan zaman AzuchiMomoyama zaman Sengoku zaman feodal Muromachi Jepang klasik Periode Paleolitik Jepang Periode Subperiode Pemerintahan tidak diketahui

Jmon

klan-klan lokal

Yayoi

klan-klan lokal

Yamato

Kofun klan Yamato

Yamato Nara Heian Kamakura Restorasi Kemmu

Asuka Istana kekaisaran di Nara Istana kekaisaran di Heian Keshogunan Kamakura Kaisar Jepang Nanboku-cho Keshogunan Ashikaga, Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi

1600-1867

Edo

Keshogunan Tokugawa

1868-1912

Meiji

monarki terbatas (Kaisar

modern 1912-1926 Taish Demokrasi Taisho

Meiji) monarki terbatas (Kaisar Taish) monarki terbatas (Kaisar Shwa) Komandan Tertinggi Sekutu

1926-1945

Ekspansionisme Jepang zaman pendudukan Sekutu Pascapendudukan Sekutu Heisei

1945-1952

Shwa

1952-1989 1989-sekarang

demokrasi parlementer, Kaisar Jepang sebagai simbol negara

Anda mungkin juga menyukai