Anda di halaman 1dari 8

Bahasa Jepang Dituturkan di: Jepang, Guam, Kepulauan Marshall, Palau, Taiwan Wilayah: Asia Timur, Oseania Jumlah

penutur: 127 juta Urutan ke: 8 Klasifikasi rumpun bahasa: Tidak diklasifikasikan Jepanik Jepang

Status resmi Bahasa resmi di: Jepang (de facto), Angaur (Palau) Diatur oleh: Pemerintah Jepang Kode bahasa ISO 639-1 ja ISO 639-2 jpn SIL JPN

Lafaz vokal

Bahasa Jepang mempunyai 5 huruf vokal yaitu /a/, /i/, //, /e/, dan /o/. Lafaz vokal bahasa Jepang mirip bahasa Indonesia. Contohnya:

/a/ seperti "bapa" /i/ seperti "ibu" /u/ seperti "urut" /e/ seperti "esok" /o/ seperti "obor"

[sunting] Tulisan bahasa Jepang

Tulisan bahasa Jepang berasal dari tulisan bahasa China (/kanji) yang diperkenalkan pada abad keempat Masehi. Sebelum ini, orang Jepang tidak mempunyai sistem penulisan sendiri. Tulisan Jepang terbagi kepada tiga:

aksara Kanji () yang berasal dari China aksara Hiragana () dan aksara Katakana (); keduanya berunsur daripada tulisan kanji dan dikembangkan pada abad kedelapan Masehi oleh rohaniawan Buddha untuk membantu melafazkan karakter-karakter China.

Kedua aksara terakhir ini biasa disebut kana dan keduanya terpengaruhi fonetik bahasa Sansekerta. Hal ini masih bisa dilihat dalam urutan aksara Kana. Selain itu, ada pula sistem alihaksara yang disebut romaji. Bahasa Jepang yang kita kenal sekarang ini, ditulis dengan menggunakan kombinasi aksara Kanji, Hiragana, dan Katakana. Kanji dipakai untuk menyatakan arti dasar dari kata (baik berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata sandang). Hiragana ditulis sesudah kanji untuk mengubah arti dasar dari kata tersebut, dan menyesuaikannya dengan peraturan tata bahasa Jepang.

[sunting] Kana
Aksara Hiragana dan Katakana (kana) memiliki urutan seperti dibawah ini, memiliki 46 set huruf masing-masing: A Ka Sa Ta Na Ha Ma Ya Ra Wa N' I Ki Shi Chi Ni Hi Mi (i) Ri (i) U Ku Su Tsu Nu Hu Mu Yu Ru (u) E Ke Se Te Ne He Me (e) Re (e) O Ko So To No Ho Mo Yo Ro Wo Keduanya (Hiragana dan Katakana) tidak memiliki arti apapun, seperti abjad dalam Bahasa Indonesia, hanya melambangkan suatu bunyi tertentu, meskipun ada juga kata-kata dalam bahasa Jepang yang terdiri dari satu 'suku kata', seperti me(mata), ki (pohon) ni (dua), dsb. Abjad ini diajarkan pada tingkat pra-sekolah (TK) di Jepang.

[sunting] Kanji
Banyak sekali kanji yang diadaptasi dari Tiongkok, sehingga menimbulkan banyak kesulitan dalam membacanya. Dai Kanji Jiten adalah kamus kanji terbesar yang pernah dibuat, dan berisi 30.000 kanji. Kebanyakan kanji

sudah punah, hanya terdapat pada kamus, dan sangat terbatas pemakaiannya, seperti pada penulisan suatu nama orang. Oleh karena itu Pemerintah Jepang membuat suatu peraturan baru mengenai jumlah aksara kanji dalam Joyoo Kanji atau kanji sehari-hari yang dibatasi penggunaannya sampai 1945 huruf saja. Aksara kanji melambangkan suatu arti tertentu. Suatu Kanji dapat dibaca secara dua bacaan, yaitu Onyomi(adaptasi dari cara baca China) dan Kunyomi(cara baca asli Jepang). Satu kanji bisa memiliki beberapa bacaan Onyomi dan kunyomi.

[sunting] Tanda baca


Dalam kalimat bahasa Jepang tidak ada spasi yang memisahkan antara kata dan tidak ada spasi yang memisahkan antara kalimat. Walaupun bukan merupakan tanda baca yang baku, kadang-kadang juga dijumpai penggunaan tanda tanya dan tanda seru di akhir kalimat. Tanda baca yang dikenal dalam bahasa Jepang:

(/kuten) Fungsinya serupa dengan tanda baca titik yakni untuk mengakhiri kalimat. (/toten) Fungsinya hampir serupa dengan tanda baca koma yakni untuk memisahkan bagian-bagian yang penting dalam kalimat agar lebih mudah dibaca

[sunting] Angka dan Sistem Penghitungan


Bangsa Jepang pada jaman dahulu (dan dalam jumlah yang cukup terbatas pada jaman sekarang) menggunakan angka-angka Tionghoa, yang lalu dibawa ke Korea dan sampai ke Jepang. Berikut adalah angka-angka mereka dari 0 sampai 10,100,1000 dan 10 000: "rei,ichi,ni,san,shi/yon,go,roku,shichi/nana,hachi,kyuu/ku,jyuu,hyaku,sen, man" Setelah Kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi oleh Eropa, angka-angka Arab/Latin mulai digunakan secara besar-besaran, dan hampir mengganti sepenuhnya kegunaan angka Tionghoa ini. Dalam pengunaannya di Bahasa Jepang, dan untungnya juga agak mirip di bahasa Indonesia, angka-angka ini tidak bisa digunakan seperti itu saja untuk menyatakan sebuah jumlah dari sebuah barang, waktu dan sebagainya. Pertama-tama jenis barangnya harus dipertimbangkan, lalu ukurannya, dan akhirnya jumlahnya. Cara berhitung untuk waktu dan tanggal pun berbeda-beda, maka satu hal yang harus dilakukan adalah menghafalkan cara angka-angka ini bergabung dengan satuannya.

1. BARANG cara menghitung barang dilihat dari bentuk dan ukurannya 1.1. Barang secara umum (sepadan dengan berapa buah) (Kanji , ...) Misal: (ikutsu?),berapa banyak?: 1 buah (hitotsu) 2 buah (futatsu) 3 (mittsu) 4 (yottsu) 5 (itsutsu) (muttsu) (nanatsu) (yattsu) (kokonotsu) (too). digunakan untuk menghitung jumlah buah, dan barang barang yang "umum"/ biasa, tidak termasuk kategori yang lainnya. 1.2. Barang Panjang (sepadan dengan berapa botol,batang,drum,kaleng dll. yang mempunyai bentuk silinder/ tabung) (satuan dalam kanji , ...) Misal: Berapa banyak? (nanbon?): 1 (ippon) 2 (nihon) 3 (sanbon) 4 (yonhon) 5 (gohon) 6 (roppon) 7 (nanahon) 8 (happon) 9 (kyuuhon) 10 (jyuppon). dapat dipakai untuk menghitung jumlah pensil, botol, pohon. 1.3. Barang Tipis (sepadan dengan berapa helai, lapis, lembar) (, ...) Hanya perlu angka biasa ditambahi satuan (mai) sebagai akhiran, Misal: berapa banyak? ?(nanmai?) 1 lembar (ichimai) ,dst . Bisa digunakan untuk menghitung jumlah kertas, baju, perangko, dan bahkan pizza! dan beda tipis lainnya. 1.4. Barang Besar (sepadan dengan berapa buah) (Satuan Kanji ,...) Hanya perlu angka biasa ditambahi satuan (dai) sebagai akhiran, Misal :Berapa banyak? ? (nandai?) 1 buah (ichidai),dst . Bisa digunakan untuk menghitung jumlah barang elektronik yang besar, atau barang besar pada umunya, seperti televisi, kulkas, rumah, mobil dan sebagainya 2. MAKHLUK HIDUP 2.1. Manusia (sepadan dengan berapa orang) (Satuan tertulis dengan Kanji untuk mengucapkan seorang (hitori), dua orang (futari) dan seterusnya setelah itu hanya perlu menggunakan angka biasa ditambahi satuan (nin) Misal: Berapa banyak orang? (nannin?) 3 orang (sannin) 7 orang (shichinin)

[sunting] Tata Bahasa

Pola kalimat dalam Bahasa Jepang seperti Bahasa Inggris, misalnya: akai kuruma red car mobil merah dimana akai adalah merah dan kuruma adalah mobil Pada prakteknya, kata kerja dalam Bahasa Jepang selalu berada di akhir kalimat, misalnya: Hon wo yomimasu membaca buku dimana hon adalah buku dan yomimasu adalah membaca (dari yomu=baca) Pada Bahasa Jepang, tidak selalu disebutkan subyeknya, Walaupun kata kata tersebut ada, yang terlihat seperti contoh diatas. Bila dimasukkan, akan menjadi seperti ini: Watashi wa hon wo yomimasu Saya membaca buku

[sunting] Kata Sifat


Pengunaan kata sifat di dalam Bahasa Jepang kadang-kadang dapat memusingkan, namun penjelasan dibawah ini mungkin cukup untuk memahami sebagian dari rumus-rumus dan hukum-hukum pengunaannya di Bahasa Jepang yang benar. Di dalam Bahasa Jepang, terdapat tiga buah jenis kata sifat, kata sifat (na) dan kata sifat (i). jenis kata sifat ketiga/ kata sifat asli sangatlah sedikit jumlahnya. Dua jenis kata sifat yang paling umum ini dipisah menjadi dua jenis karena PADA UMUMNYA mereka berakhir dengan huruf hiragana yang sesuai,(i) atau (na) pada bentuk dasarnya, dan apabila disambung pada suatu kata PASTI AKAN diakhiri dengan hiragana tersebut. Misalmisal (kata-kata diberi spasi untuk pemudahan pembacaan, dan dalam penulisan hiragana dan kanji) misal kata sifat (i): / (akarui heya) kamar yang terang misal kata sifat (na): / (yuumeina yama) gunung yang terkenal Salah satu perkecualian terdapat di dalam kata-kata seperti (kirei) yang berarti rapih, atau indah (kanji untuk rapih dan indah adalah

berbeda),(benri), mudah dipakai, dan banyak lagi kata sifat (na) yang nampaknya berakhiran huruf (i). Mereka sebenarnya adalah kata sifat (na). Kesalahan dalam membedakan jenis kata sifat dapat membuat suatu kalimat menjadi rusak. Untungnya kebanyakan kata sifat di Bahasa Jepang termasuk ke dalam kategori kata sifat (i). misal perkecualian kata sifat (na): / (sakura wa kireina hana desu) Sakura adalah bunga yang indah Warna-warna di dalam Bahasa Jepang masuk kategori kata sifat (i), karena itu, apabila digunakan akan berakhir dengan huruf (i). Pada pemakaiannya pun 2 jenis kata sifat ini akan menjadi sangat berbeda, apabila dimasukkan dalam suatu kata negatif, atau dalam (past tense) akhirannya tidak boleh sama. Pengunaan dalam bentuk negatifnya Misal kata sifat (i)negatif : akhiran (kunai) menggantikan huruf (i) di kata sifat awal. Misal : Kata awal (muzukashii),sulit. Bentuk negatif (muzukashikunai),tidaklah sulit. Pengunaan : / (nihongo wa muzukashikunai desu) Bahasa Jepang tidaklah sulit. Misal kata sifat (na) negatif: akhiran (dewa arimasen) ditambahkan setelah kata sifat awal dimasukkan. Misal : Kata awal (shizuka),sepi. Awal+bentuk negatif (shizuka dewa arimasen), tidaklah sepi. Pengunaan : (ano koen ha shizuka dewa arimasen) taman itu tidaklah sepi. Pengunaan dalam (past tense) TOLONG DIBENARKAN Misal kata sifat (i) bentuk (past tense): akhiran (katta) menggantikan huruf (i) di kata sifat awal. Misal kata sifat (i) past tense DAN negatif: akhiran menggantikan huruf (i) di kata sifat awal.

Pengunaan 1: /(gakkoo ha tanoshikatta desu),"sekolah telah dinikmati",terjemahan tidak langsung:saya telah berbahagia di sekolah saya Penggunaan 2: / (omatsuri ha yokunakatta desu), hari rayanya (yang telah berlalu) tidak berjalan baik Penggunaan 3: / (heya wa kirei dewa arimasendeshita),kamarnya(yang telah dikunjungi) tidaklah rapih.

[sunting] Bentuk Sopan


Seperti dalam bahasa Jawa, bahasa Jepang memiliki 3 tingkatan: halus, biasa, kasar. Hal ini sering kali dipakai dalam subyek (orang) nya. Contoh: Saya = Watakushi (halus) Aku = Boku (untuk penutur lelaki) atau watashi (untuk lelaki dan perempuan) "Gua" = Ore Anda = Anata (halus) Saudara = Kimi Kau = Omae "Lo" = Temee (diucapkan pada orang yang tidak kita suka, tapi bukan musuh) kau = Kisama (diucapkan pada musuh) Betuk halus yang seringkali kita dengar, diakhiri oleh -gozaimasu Bentuk biasa diakhiri dengan -masu atau -desu Bentuk kasar diakhiri dengan bentuk kamus, juga -da. Biasanya, makin panjang suatu kalimat dalam bahasa Jepang, makin dianggap sebagai kalimat sopan.

[sunting] Akhiran nama


Banyak sekali akhiran pada Bahasa Jepang, digunakan untuk menghormati seseorang "menempatkan seseorang pada tempatnya". Digunakan pada akhir nama seperti Tanaka-san, Takashi-sama, dsb -Sama = Pada orang yang kedudukannya jauh lebih tinggi dari pembicara. -Dono = Digunakan pada mentri, kepala daerah, bisa juga berarti tuan. secara literally artinya adalah "istana". PM Jepang dipanggil dengan -Dono

-San = paling umum. Diterjemahkan sebagai Mr./Mrs/Ms. dalam Bahasa Inggris. -Kun = Saudara. Digunakan untuk antar rekan kerja atau anak kecil (biasanya laki-laki), dsb -Chan = Sayang. Digunakan untuk panggilan pada anak kecil (perempuan) Selain itu ada yang lain, seperti -tan, -suke, dsb (tidak umum)

[sunting] Kekerabatan bahasa Jepang


Para pakar bahasa tidak mengetahui secara pasti kekerabatan bahasa Jepang dengan bahasa lain. Ada yang menghubungkannya dengan bahasa Altai, namun ada pula yang menghubungkannya dengan bahasa Austronesia. Selain itu ada pula kemiripan secara tatabahasa dan dalam susunan kalimat serta secara fonetik dengan bahasa Korea meski secara kosakata tidaklah begitu mirip.

Anda mungkin juga menyukai