Anda di halaman 1dari 6

50

Dielektrika, ISSN 2086-9487 Vol. 1, No. 1 : 50 - 55, Agustus 2010

KAJIAN TARIF BERDASARKAN BIAYA POKOK PENYEDIAAN (BPP) PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO LANTAN
Study Based On The Costs Of Supplying Rates (COS) Power Generation In Lantan Microhydro Hadi Sutrisno , Agung Budi Muljono ABSTRAK Makalah ini menyajikan suatu kajian penentuan tarif listrik berdasarkan biaya pokok penyediaan (BPP) pada PLTMH Lantan dengan kapasitas 100 kW. Tarif listrik yang berlaku saat ini berdasarkan tarif dasar listriki PLN. Kajian tarif berdasarkan BPP di PLTMH Desa Lantan bertujuan penentuan tarif listrik sesuai dengan nilai investasi. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dilakukan analisis untuk beberapa skenario dengan cara mencari besarnya BPP, biaya beban, NPV, IRR, dan Break Event Point. Hasil yang didapatkan, nilai investasi menghasilan NPV yang layak dengan IRR sebesar 8,408%. Harga jual listrik rata-rata berdaraskan nilai BPP setiap sistem sebesar Rp. 403,26/kWh, lebih rendah dari tarif 18,5 % dari tarif PLN sebesar Rp. 495/kWh. Untuk biaya bebannya diperoleh nilai sebesar 205.917,1425 Rp./450kVA/bln, yang mempunyai perbedaan sekitar 1425 % dari biaya perbulan yang berlaku saat ini yaitu sebesar 13.500 Rp./450VA/bln dan nilai total investasi sebesar Rp. 3.270.515,190 dengan waktu BEP adalah 13 tahun 226 hari. Kata kunci: BPP, Tarif, PLTMH. ABSTRACT This paper presents a study of the determination of electricity tariffs based on cost of supply (CoS) in the MHP Lantan with a capacity of 100 kW. The current electricity tariff is based on the electricity basic tariff. Study of COS tariffs based on objective Lantan Village MHP electricity tariff in accordance with the investment value. To determine this, the analysis is performed to some scenarios by looking for the COS, abonemen, NPV, IRR, and Break Event Point. The results obtained, the value of investments that require a decent NPV with an IRR of 8.408%. Electricity price based on the average value of each system COS Rp. 403.26 / kWh, lower than the rate of 18.5% of the electricity tariff of Rp. 495/kWh. To obtain the value of the abonemen of 205,917.1425 Rp./450kVA/month, which have a difference of about 1,425% of the cost of the current month is equal to 13,500 Rp./450VA/ month and total investment value of Rp. 3,270,515.190, by the time the BEP is 13 years 226 days. Key words: COS, Tariff, MHP. PENDAHULUAN Provinsi Nusa Tenggara Barat sampai tahun 2008 rasio elektrifikasinya baru mencapai 47,81 %, sedangkan Pulau Lombok lebih kecil lagi yaitu baru mencapai 33,42 %, hal ini menunjukan bahwa masih banyak masyarakat Lombok yang belum menikmati pelayanan listrik. Untuk mengatasi hal tersebut telah banyak dikembangkan pembangunan pembangkit listrik menggunakan potensi energi setempat, khususnya mikrohidro. Akan tetapi beberapa PLTMH yang sudah dibangun banyak mengalami kerusakan, karena pengelolaan yang kurang baik dan operasi tidak sesuai jangka waktu yang direncanakan sebelumnya akibat ketidaksesuaian antara pendapatan dan pengeluaran untuk biaya
1,2

operasionalnya. Untuk tidak mengulangi hal serupa maka perlu dikelola dengan kelembagaan yang baik, sehingga peran pemerintah sangat diperlukan untuk pengelolaan PLTMH antara lain dalam menentukan biaya pokok penyediaan energi listrik sebagai dasar penentuan tarif listrik pada PLTMH Desa Lantan Lombok Tengah. Dari masalah tersebut perlu untuk mengkaji dan menganalisa berapa besarnya biaya pokok penyediaan di PLTMH Kali Babak yang kemudian untuk dapat digunakan sebagai penentuan harga listrik untuk masyarakat yang sesuai dengan nilai riilnya. Kriteria Penilaian Investasi. Investasi jangka panjang merupakan investasi yang perputar-

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat

Hadi dan Agung: Kajian tarif Berdasarkan Biaya Pokok PLTMH

51

annya lebih dari satu tahun. Untuk itu sebelum melakukan investasi perlu dilakukan analisis apakah rencana investasi aktiva tetap tersebut menguntungkan atau tidak. Pada penelitian ini menggunakan metode : Net Present Value, Internal Rate of Return, Payback Period, Accounting Rate of return. Nilai Present Value (P) dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut , dengan tingkat suku bunga (i) dalam periode waktu (n) tahun (Santika I P G, 2006) .

Biaya operasi dan pemeliharaan dapat dicari dengan cara : Total biaya O&M = biaya pelumas + biaya pembersihan + biaya operator 3. Biaya Depresiasi (penyusutan) Besarnya depresiasi tiap tahun (D), tergantung dari nilai harga awal (H), nilai sisa aset (S) dan umur ekonomis peralatan adalah [6] :

V ...................................................(1) (1 i ) n

Dt ( Rp. / th )

H S ...................................(5) N

Nilai tersebut digunakan untuk untuk menghitung Net Present Value (NPV) dengan persamaan :

NPV
Dengan : values

valuei PVoutlays .............(2) t i 1 ( 1 rate )

Biaya Pokok Penyediaan (BPP).Perhitungan biaya pokok penyediaan masing-masing komponen sistem tenaga listrik (Charismata Kualita, 2006). Biaya Penyaluran. Untuk pendistribusian listrik pada PLTMH terdapat dua tipe jaringan yaitu jaringan tegangan rendah dan tegangan menengah. Total biaya per tahunnya dapat dicari dengan cara : Total (Rp /th) = (biaya tetap O&M + Present Value dari Annual + biaya depresiasi) * panjang salura...........................................................(6) Biaya Pembangkitan (Rp/kWh). adalah jumlah biaya pokok di pembangkitan dibagi kWh yang dibangkitkan. Perhitungan biaya pokok penyediaan pada sistem tenaga listrik dapat dicari : (7) Biaya Pokok di Pembangkitan
BPP - Pembangkitan kWh dibangkit Pemakaian Sendiri

= Aliran kas masuk (proceeds) untuk periode t rate = Tingkat bunga atau discount rate yang digunakan n = Periode terakhir dimana aliran kas diharapkan PV outlays = Nilai investasi

Break Even Point. Analisa break-event adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya keuntungan dan volume kegiatan. Sehingga cara untuk menentukan BEP di sini adalah dengan cara membandingkan dua buah variabel kemudian dikalikan dengan lamanya periode waktu yang dipergunakan sebagai acuan (t): var iabel 1 BEP x (t ) ............................(3) var iabel 2 Dengan : Variabel 1 = Nilai investasi (Rp.) Variabel 2 = Biaya penyambungan dan pemakaian listrik (Rp.) Biaya Pokok Pembangkitan yang diperhitungkan adalah sebagai berikut: 1.Biaya modal atau Capital Cost. Perhitungan biaya modal (Capital Cost), tergantung pada tingkat suku bunga (discount rate) dan umur ekonomis. Biaya modal/ Capital Cost (CC) dirumuskan berikut (PLN, 2006): CC ( Rp. / th ) ( (% biaya O & M investasi ......(4) * biaya investasi ) PV )

Biaya Tegangan Menengah (Rp/kWh). adalah jumlah biaya pokok pembangkitan ditambah biaya pokok di tegangan menengah dikurangi dibagi kWh TM dikurangi susut TM.
BPP - TM

Biaya Pokok TM - BPP dijual di TT (8)


kWh TM susut TM

Biaya Tegangan Rendah (Rp/kWh). Adalah biaya pokok pembangkitan ditambah transmisi ditambah biaya pokok di tegangan menengah dan biaya pokok di tegangan rendah dibagi volume kWh TR dikurangi susut TR.
BPP - TR kWh TR susut TR

Biaya Pokok TR - BPP dijual di TT - BPP dijual di TM

x daya terpasang di PLTMH


2. Biaya operasi dan pemeliharaan

(9) Biaya Beban. Untuk mendapatkan biaya bebannya digunakan rumus (Charismata Kualita, 2006).

52

Dielektrika, 1 (1), Agustus 2010

1. Pada pembangkit, biaya beban setiap tahunnya dicari dengan cara:


BB P embangkit ( Rp. / kVA) ...(10) akumulasi biaya tetap total kVA yang tersambung

Skenario untuk interpolasi rate dari 8% sampai 15% dengan lifetime 20 tahun. HASIL DAN PEMBAHASAN Urutan langkah dalam menentukan dapat tidaknya suatu investasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode NPV (Net Present Value),sebagai berikut : Present Value Operasional (P). Perhitungan Present Value Operasional (P) pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro yang diperoleh menggunakan persamaan (1) dengan suku bunga bank 8 % dan usia ekonomis 20 tahun didapatkan nilai menurun seoiap tahunnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

2. Tegangan menengah dicari dengan cara:


BB TM ( Rp.kVA) total biaya tetap TM (11) total kVA yang tersambung biaya beban di pembangkit
total biaya tetap TR total kVA yang tersambung biaya beban di TM

3. Tegangan rendah dicari dengan cara:


BB TR ( Rp. / kVA )

(12) METODE PENELITIAN Penelitian ini melakukan studi alokasi investasi untuk biaya pokok penyediaan pada PLTMH sesuai dengan potensi tenaga air yang ada saat ini dan kemampuan daya bayar masyarakat dengan cara mengetahui seberapa besar penggunaan daya listrik perkWh tiap bulannya. Penelitian ini menggunakan datadata dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Desa Lantan Kabupaten Lombok Tengah berupa data beban terpasang, data geografis, data energi air serta pemanfaatannya, data biaya pembangunan serta sarana PLTMH, serta data beban pelanggan yang didapat dari masyarakat pelanggan PLTMH itu sendiri. Proses penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut : a. Menghitung nilai investasi komponen yang digunakan dalam pembangkitan. b. Menghitung nilai sekarang (present value). c. Menganalisis investasi dengan menggunakan metode Net Present NPV. d. Menganalisis investasi untuk mendapatkan nilai Internal Rate of Return (IRR). e. Menghitung jatuh tegangan dan susut daya pada saluran distribusi tegangan menengah dan tegangan rendah. f. Menghitung besarnya biaya pokok pembangkitan, tegangan menengah, dan tegangan rendah. g. Menentukan harga jual listrik h. Analisis Break Event Point (BEP) i. Analisis hasil dari beberapa skenario, yaitu: 1. Skenario untuk kondisi investasi yang sebenarnya 2. Skenario untuk kondisi lifetime 30 tahun dengan suku bunga yang sebenarnya.

Gambar 1. Grafik hasil Present Value selama 20 tahun

Proceeds (Aliran Kas Netto). Aliran kas netto dapat diperoleh dengan cara mengurangi pendapatan atau cash flow /tahun dengan biaya operasional (P), secara grafik Aliran kas setiap tahunnya dapat dilihat Gambar 2.

Gambar 2. Grafik hasil proceeds selama 20 tahun

Selanjutnya dari langkah tersebut dapat digambarkan karakteristik dari nilai Present Value terhadap seperti pada Gambar 3.

Hadi dan Agung: Kajian tarif Berdasarkan Biaya Pokok PLTMH

53

Nilai-nilai yang ditentukan dalam analisis biaya pada PLTMH meliputi, biaya modal, depresiasi nilai uang, biaya penyaluran untuk tegangan menengah dan tegangan rendah. Hasil dari perhitungan nilainilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Nilai Biaya Pembangkitan No 1 2 3 4 Gambar 3. Grafik hasil Present Value dari proceeds selama 20 tahun Komponen Biaya Biaya Modal Depresiasi Penyaluran TR Penyaluran TM Nilai (Rp) 2.408.770,249/th 135.256.189,7 111.311.113,9 196.184.569,1

Internal Rate Return ( IRR ). Untuk mencari besarnya r dapat dilakukan dengan metode trial and error, sehingga dapat dicari IRR nya dengan menggunakan discount rate pada alternatif tingkat bunga 8 % dan asumsi 20 %, seperti pada Gambar 4.

Nilai negatif pada capital cost bagi para pemilik modal investasi dapat diartikan sebagai hutang yang harus dilunasi setiap tahunnya dalam periode tertentu sehingga pada akhir periode diharapkan setidaknya dapat mengembalikan modal yang dahulu diinvestasikan. Biaya Pokok Penyediaan (BPP).Perhitungan biaya pokok penyediaan (BPP) ditentukan dari masing-masing komponen sistem tenaga listrik yaitu : Biaya Pokok Penyediaan di Pembangkit, Biaya Pokok Penyediaan di Tegangan Menengah dan Biaya Pokok Penyediaan di Tegangan Rendah, yang dihitung menggunakan persamaan 10 sampai 12. Hasil Perhitungan BPP setiap bagian sistem tenaga listrik di PLTMH Lantan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Nilai Biaya Pokok Penyediaan (BPP) No 1 2 3 Komponen Biaya BPP di Pembangkit BPP di JTM BPP di TR Nilai 163,66 Rp/kWh 451,096 Rp/kWh 595,04 Rp/kWh

Gambar 4. Grafik Present Value dari procceds setiap tahunnya selama 20 tahun

Analisa Biaya pada PLTMH Desa Lantan Biaya Pembangkitan. Analisis ini berdasarkan skema PLTMH Lantan yang terdiri dari Pembangkit, Jaringan Tegangan Menengah 2 menggunakan penghantar A3C 70 mm , Jaringan Tegangan Rendah menggunakan kabel |LVTC dan konsumen, seperti pada Gambar 5.
160 kVA 2000 m PLTMH Lantan 100 kW JTR, 200 m Rerantik JTM 100 kVA 760 m 810 m Pondok Komak Lantan Daye 25 kVA JTM ke PLN

Perhitungan BPP setiap komponen pada sistem tenaga listrik PLTMH Lantan memperhitungkan nilai susut energi pada setiap bagian. Nilai susut energi pada setiap komponen ditentukan dengan melihat kurva karakteristik beban harin pada PLTMH Lantan, seperti pada Gambar 6 berikut.
beban puncak = 45 kW beban ratarata : 921 kWh/24h = 38,375 kW
faktor beban : 38,375 kW/45 kW = 0,853 kW

500 m Pemasir

50 kVA

Gambar 5. Diagram segaris PLTMH Lantan

Gambar 6. Grafik kurva beban harian Desa Lantan

54

Dielektrika, 1 (1), Agustus 2010

Perhitungan Biaya beban. Biaya beban merupakan biaya tetap yang dapat dianggap mewakili biaya-biaya daripada kesiapan penyediaan setiap waktu. Biaya beban untuk setiap komponen listrik dapat dicari menggunakan persamaan 10 sampai 12. Hasil perhitungan biaya beban setiap bagian sistem tenaga listrik di PLTMH Lantan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Nilai Biaya Beban No 1 2 3 Komponen Biaya Biaya beban di Pembangkit Biaya beban di JTM Biaya beban di JTR Nilai 127.467,5 Rp/kVA/bln 355.916,53 Rp/kVA/bln 457.593,65 Rp/kVA/bln

Biaya setiap bulan pemakaian listrik selama t = 20 tahun dengan data diketahui sebagai berikut : Daya yang dipakai setiap hari = 100 x 24 x 0,5 = 1.200 kWh/hari Biaya pemakaian per kWh = 595,04 Rp./kWh Biaya beban (abodemen) per bulan = 205.917,1425 Rp/kVA/bln 1 bulan 30 hari Sehingga biaya per bulan dapat dicari dengan cara : Biaya per bulan = biaya beban + (kWh terpakai x harga 1 kWh x 30 hari) = Rp. 205.917,1425 + (1.200 kWh x Rp. 595,04 x 30 hari) = Rp. 21.627.357,14 Biaya iuran bulanan selama t = 20 tahun: = biaya per bulan x 12 x 20 = Rp. 21.627.357,14 x 12 x 20 = Rp. 5.190.565.714 Biaya total pemakaian selama 20 tahun adalah dengan biaya penyambungan dengan harga Rp. 1.350.000 ditambah biaya iuran bulanan selama 20 tahun. Biaya total = biaya penyambungan baru + biaya iuran bulan selama 20 tahun = Rp. 1.350.000 + Rp. 5.190.565.714 = Rp. 5.191.915.714 Sehingga untuk perhitungan BEP dapat dicari dengan cara membandingkan antara dua variabel (variabel 1 dan variabel 2) dikalikan dengan periode yang menggunakan acuan waktu (t = 20), sehingga diperoleh hasil perhitungan BEP sesuai dengan persamaan 3 sebagai berikut : BEP BEP = Rp . 3.535.129.000 x (20)
Rp . 5.191.915.714

Karena jumlah kWhmeter di Desa Lantan sebanyak 200 buah dengan masing-masing kWhmeter (450 VA) untuk 2-4 pelanggan, sehingga biaya beban untuk masing-masing kWhmeter adalah : Biaya Beban (Rp./kVA/bln) = 457.593,65 Biaya Beban (Rp./1000VA/bln) = 457,593.65 Biaya Beban (Rp,/450VA/bln) = 205.917,1425 Break Event Point (BEP). Agar dapat mengetahui hubungan antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan dan volume kegiatan di PLTMH Lantan digunakanlah analisa Break Event Point karena selain itu kita juga dapat mengetahui pada saat kapan dengan rentan waktu tertentu pendapatan penjualan listrik akan mengembalikan nilai investasi awal. Dalam mencari Break Event Point ada 2 nilai variabel dari kedua sisi pembanding. Kedua nilai variabel ini adalah biaya pemakaian listrik selama 20 tahun dan biaya investasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ditambah biaya operasional. Nilai variabel tersebut pada analisis ini adalah : 1. Variabel pertama adalah sama dengan nilai investasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro, yaitu: Variabel 1 = nilai investasi = Rp. 3.090.829.000 + Rp. 444.300.000 = Rp. 3.535.129.000 2. Variabel kedua adalah biaya total yang harus dikeluarkan bila memakai jaringan listrik selama 20 tahun. Biaya total pemakaian listrik selama 20 tahun adalah biaya penyambungan baru ditambah dengan biaya setiap bulan pemakaian listrik dari selama waktu 20 tahun.

= 13 tahun 226 hari

Analisis Beberapa Skenario. Dari beberapa skenario, didapatkan hasil untuk IRR, BPP, biaya beban, dan BEP-nya adalah dalam Tabel 4 berikut: Hasil perbandingan dari beberapa skenario menunjukkan bahwa PLTMH dibangun seharusnya untuk kesejahteraan masyarakat desa, bukan sepenuhnya untuk bisnis, meskipun yang memiliki modal sesungguhnya adalah investor, sehingga tidak terlalu diwajibkan untuk mengembalikan modal awal secepatnya.

Hadi dan Agung: Kajian tarif Berdasarkan Biaya Pokok PLTMH

55

Tabel 4. Hasil Simulasi berbagai skenario Skenario IRR (%) Investasi yang sebenarnya Masa life time 30 tahun Interpolasi discon rate 8 sampai 15 % Kondisi eksisting BPP TR (Rp/kWh) Biaya Beban BEP (th) (Rp/kVA) 205.917 13 th, 226 hari 21 th, 248 hari 12 th, 127 hari 16 th, 127 hari

DAFTAR RUJUKAN Don R. Hansen and Maryane M. Mowen, 2000., Cost Management : Accounting and Control, 2 ed,Jakarta: Salemba Empat. Charismata Kualita, 2006, Workshop Perhitungan Biaya Pokok Penyediaan dan Desain Tarif Listrik , Makalah disajikan dalam Lokakarya penentuan TDL, Mataram. PLN, 2006, Studi Penyusunan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Tenaga Listrik , Mataram: PT PLN (persero) Wilayah NTB. Robert J. Kodoatie, 1997, Analisis Ekonomi Teknik, Yogyakarta :Andi Ofset,. Santika I P G, 2006. Analisis Investasi dan Penentuan Harga Jual per kWh Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Sungai Petanu, Desa Tegenungan, Kemenuh, Gianyar-Bali. Denpasa, Tugas Akhir tidak diterbitkan. DenpasarBali: Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana. Sumastuti, 2006, Keunggulan NPV sebagai Alat Analisis Uji Kelayakan Investasi dan Penerapannya, Artikel (Online), www.google.com/BEJ-v3-n1-artikeldiakses 17agustus2006.pdf.
nd

595,04

397,02

145.186

16

654,87

274.760

495

13.300

KESIMPULAN 1. Nilai investasi dari pembangkitan di PLTMH Desa Lantan sebesar Rp. 2.153.500.000,- layak diterima karena hasil Net Present Value-nya positif, dan IRR yang didapat sebesar 8,408 % (lebih besar dari suku bunga di bank yaitu sebesar 8%) sehingga investasi itu akan menguntungkan. 2. Pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Desa Lantan dengan daya yang dibangkitkan sebesar 100 kW, diperoleh Biaya Pokok Penyediaan (BPP) di pembangkit 155,365 Rp./kWh; di tegangan menengah 373,708 Rp./kWh; dan tegangan rendah 469,921 Rp/kWh. Nilai Biaya Pokok Penyediaan (BPP) yang diperoleh setelah perhitungan ternyata lebih kecil dan memiliki selisih dari tarif yang berlaku di Desa Lantan saat ini sehingga tetap menjanjikan untuk kelang-sungan PLTMH selanjutnya jika dilaksana-kan dengan baik. 3. Sedangkan untuk biaya beban perbulannya adalah 205.917,1425 Rp./450 kVA/bln yang ternyata lebih besar dari biaya beban yang berlaku saat ini yaitu 13.500 Rp./450 kVA/bln sebab biaya beban yang berlaku di Desa Lantan yang dikenakan saat ini hanya untuk menangung biaya operasional dan pemeliharaan sehingga menganggap biaya pembelian beberapa komponen di pembangkit, tegangan menengah, dan tegangan rendah adalah sumbangan dari pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai