Anda di halaman 1dari 7

Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel GI Nusa Dua PT. PLN (Persero) Distribusi Bali UJ Kuta.

. Reliability Evaluation of Spindel Network Distribution System at GI Nusa Dua PT. PLN (Persero) - UJ Kuta.
1)

I Wayan Suardiawan
1) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111, email: wa_1_cool@yahoo.co.id Abstrak : Pada tugas akhir ini, dilakukan analisis keandalan sistem distribusi jaringan spindel pada gardu Induk Nusa Dua. Tujuan yang ingin dicapai pada tugas akhir ini adalah sebagai evaluasi bagi PT. PLN (Persero) Distribusi Bali khususnya Unit Jaringan Kuta dalam memperbaiki kinerja penyulang-penyulang yang ada pada Gardu Induk Nusa Dua. Metode yang digunakan antara lain pengumpulan data, pengolahan data, serta penganalisisan keandalan sistem distribusi. Kata kunci: Keandalan, sistem distribusi, jaringan spindel. nilai 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Keandalan sistem/komponen bernilai 0 berarti memiliki peluang sukses 0% dan keandalan sistem/komponen bernilai 1 memiliki peluang sukses 100%. Nilai keandalan ini adalah fungsi waktu, artinya keandalan sebuah sistem/komponen akan bervariasi sesuai dengan waktu dimana evaluasi keandalan tersebut dilakukan. Sistem/komponen yang sama dan diukur saat waktu operasi yang sama akan mungkin memiliki keandalan yang berbeda jika kondisi operasi kedua sistem/komponen sejenis tersebut berbeda. Sebagai contoh yang sederhana akan dipakai sebuah subsistem yang terdiri dari dua buah filter berikut ini: II.1.2 Sistem dengan susunan seri Suatu sistem dapat dimodelkan dengan susunan seri jika komponen-komponen yang ada didalam sistem itu harus bekerja atau berfungsi seluruhnya agar sistem tersebut sukses dalam menjalankan misinya. R R 1 2 Gambar 1 Sistem susunan seri Rs = R1R2 ............................................................... (1) dengan: Rs = keandalan sistem seri R1 = keandalan komponen 1 R2 = keandalan komponen 2

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang


Pertumbuhan beban (pelanggan) di wilayah Area Jaringan (AJ) Bali Selatan sedang berkembang, terutama di daerah Nusa Dua yang notabene adalah salah satu pusat pariwisata dari Pulau Bali. Dari kenyataan tersebut, tuntutan terhadap keandalan sistem jaringan distribusi sangat dibutuhkan. Untuk itu perlu dilakukan suatu evaluasi keandalan sistem distribusi primer 20kV di PT. PLN (Persero) AJ Bali Selatan khususnya daerah Nusa Dua (GI Nusa Dua). I.2

Permasalahan

Permasalahan yang ada adalah bagaimana mengevaluasi sistem distribusi jaringan spindel khususnya di Gardu Induk Nusa Dua, serta menentukan indeks keandalah dari sisi pelanggan. I.3

II.1.3 Sistem dengan susunan paralel


Suatu sistem dapat dimodelkan dengan susunan paralel jika seluruh komponen yang ada didalam sistem itu gagal berfungsi maka akan mengakibatkan sistem itu gagal menjalankan fungsinya. R1 R2 Gambar 2 Sistem susunan paralel Rp = 1- (1-R1)(1-R2).........................................(2) dengan: Rp = keandalan sistem paralel R1 = keandalan komponen 1 R2 = keandalan komponen 2

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah untuk mengevaluasi keandalan dari Gardu Induk Nusa Dua yang sebagian besar menggunakan jaringan spindel dan kemudian membandingkannya dengan standar PLN yang telah ada, apakah bisa dikatakan nilai yang didapat sudah baik atau tidak, serta mengetahui indeks keandalan ditinjau dari sisi pelanggan.

II. TEORI PENUNJANG


II.1 Keandalan dan Pemodelan Sistem Keandalan merupakan peluang bekerjanya suatu peralatan atau sistem sesuai dengan fungsinya pada waktu tertentu dan kondisi tertentu. Jika kita berbicara keandalan kuantitatif, maka kita berbicara dalam konteks peluang (probability). Peluang yang merepresentasikan indeks keandalan memiliki rentang

II.2 Bentuk jaringan distribusi primer pada Gardu Induk Nusa Dua II.2.1 Jaringan Radial
Sistem distribusi dengan pola Radial seperti 1

Gambar 3. Adalah sistem distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.

MTTF= .......................................... (3) dengan: T = waktu operasi (up time) n = jumlah kegagalan II.3.2 Mean Time To Repair Mean Time To Repair adalah waktu rata-rata yang diperlukan untuk melakukan perbaikan terhadap terjadinya kegagalan suatu sistem yang dapat dirumuskan: MTTR= .......................................... (4) dengan: L = waktu perbaikan (down time) n = jumlah perbaikan II.3.3 Laju Kegagalan Laju kegagalan atau hazard rate adalah frekuensi suatu sistem/komponen gagal bekerja, biasanya dilambangkan dengan (lambda), laju kegagalan dari suatu sistem biasanya tergantung dari waktu tertentu selama sistem tersebut bekerja. Rumus laju kegagalan: = ................................................................ (5)

Gambar 3 Jaringan Radial Keuntungan dari sistem ini adalah tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain. Namun keandalan sistem ini lebih rendah karena hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam.

II.2.2 Jaringan Spindel


Sistem Spindel seperti pada Gambar 4 adalah suatu pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).

II.3.4 Laju Perbaikan Laju perbaikan atau Downtime rate adalah frekuensi lamanya suatu sistem/komponen dalam masa perbaikan (kondisi OFF). Rumus laju perbaikan: ................................................................ (6)

II.3.5 Ketersediaan
Ketersediaan atau Availability didefinisikan sebagai proporsi waktu dimana sistem dalam keadaan siap beroperasi. Nilai dari availability sistem bergantung pada frekuensi komponen-komponen sistem yang gagal bekerja (laju kegagalan) dan lama perbaikan dari komponen yang rusak hingga sistem berfungsi kembali (laju perbaikan). Rumus ketersediaan: .................................................................. (7) dengan: A = Ketersediaan = laju perbaikan = laju kegagalan II.3.6 Kurva Bak Mandi Kurva bak mandi (bathtub) merupakan sebuah grafik yang mempunyai bentuk seperti bak mandi, yang memetakan tingkat kegagalan dari mesin atau sesuatu terhadapa waktu. Pemetaan dilakukan dengan melihat tingkat kegagalan dari suatu produk dalam suatu waktu tertentu yang dipetakan dalam suatu grafik seperti pada gambar 5. 2

Gambar 4 Jaringan Spindel Pada pengoperasiannya, sistem Spindel berfungsi sebagai sistem Radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau tegangan menengah (TM).

II.3 Faktor-faktor Nilai keandalan


Dalam menganalisa nilai keandalan, banyak faktor yang harus diperhitungkan, antara lain: MTTF, MTTR, laju kegagalan, laju perbaikan,, ketersediaan, kurva bak mandi, distribusi eksponensial, dan korelasi. II.3.1 Mean Time To Failure Mean Time To Failure (MTTF) adalah waktu rata-rata kegagalan yang terjadi selama beroperasinya suatu sistem, dapat dirumuskan:

y = variabel y = mean (rata-rata) variabel y Berikut adalah batasan nilai untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel: 0 : Tidak ada korelasi >0 0,25 : Korelasi sangat lemah >0,25 0,5 : Korelasi cukup >0,5 0,75 : Korelasi kuat >0,75 0,99 : Korelasi sangat kuat 1 : Korelasi sempurna Gambar 5 Kurva bak mandi Kurva bak mandi mendeskripsikan keterangan dari fungsi hazard yang terdiri dari tiga bagian atau fase, yaitu: 1. Bagian pertama adalah tingkat kegagalan yang turun, yang dikenal sebagai kegagalan awal (masa awal / burn in period). 2. Bagian kedua adalah tingkat kegagalan yang konstan, yang dikenal sebagai kegagalan acak (masa berguna / useful life period). 3. Bagian ketiga adalah tingkat kegagalan yang naik, yang dikenal sebagai kegagalan aus (masa aus / wearout period). II.3.7 Distribusi Eksponensial Pada distribusi eksponensial, laju kegagalan adalah konstan (=C), seperti pada bagian kedua pada kurva bak mandi yang memiliki tingkat kegagalan yang konstan, jadi distribusi eksponensial hanya berlaku pada normal life period saja pada bathtub curve (kurva bak mandi). Rumus distribusi eksponensial: .................................. (8) II.4 Indeks Keandalan dari sisi pelanggan Indeks keandalan merupakan suatu metode/cara pengevaluasian parameter keandalan suatu peralatan distribusi tenaga listrik terhadap keandalan mutu pelayanan kepada pelanggan. Indeks ini antara lain adalah SAIFI (System Average Interruption Frequency Index), SAIDI (System Average Interruption Duration Index) dan CAIDI (Customer Average Interruption Frequency Index). II.4.1 System Average Interruption Frequency Index SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) adalah jumlah rata-rata kegagalan yang terjadi per pelanggan yang dilayani per satuan waktu (umumnya tahun). Indeks ini ditentukan dengan membagi jumlah semua kegagalan dalam satu tahun dengan jumlah pelanggan yang dilayani oleh sistem tersebut. Persamaan untuk SAIFI dapat dilihat pada persamaan berikut ini: ................................................ (10) dengan: k = laju kegagalan saluran Mk = jumlah pelanggan pada saluran k M = total pelanggan pada sistem II.4.2 System Average Interruption Duration Index SAIDI (System Average Interruption Duration Index) adalah nilai rata-rata dari lamanya kegagalan untuk setiap pelanggan selama satu tahun. Indeks ini ditentukan dengan pembagian jumlah dan lamanya kegagalan secara terus menerus untuk semua pelanggan selama periode waktu yang telah ditentukan dengan jumlah pelanggan yang dilayani selama tahun itu. Persamaan SAIDI dapat dilihat pada persamaan berikut: ................................................ (11) dengan: k = laju perbaikan saluran Mk = jumlah pelanggan pada saluran k M = total pelanggan pada sistem 3

II.3.8 Korelasi Korelasi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel, yaitu untuk mengetahui tingkatan kekuatan hubungan antara variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain dengan jarak (range) 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai koefesien korelasi diketemukan positif, sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif, korelasi disebut tidak searah. Berikut adalah rumus korelasi:

......................... (9)
dengan: x = variabel x = mean (rata-rata) variabel x

III. DATA SALURAN DISTRIBUSI GARDU INDUK NUSA DUA


Gardu Induk Nusa Dua mempunyai 3 trafo utama dan terbagi atas 21 penyulang, yang terdiri dari 6 penyulang konfigurasi radial, 12 penyulang konfigurasi spindel dan 3 penyulang express. Hampir 70% pelanggan dari GI Nusa Dua adalah pelanggan VIP seperti hotel-hotel besar dan bertaraf internasional. III.1. Data gangguan selama 7 tahun Berikut ini akan disajikan contoh data gangguan tiap penyulang yang terjadi tiap tahun selama 7 tahun (2003-2009). Karena keterbatasan tempat maka akan diambil contoh untuk penyulang Kedonganan pada tahun 2003: Tabel 1 Daftar gangguan penyulang Kedonganan tahun 2003
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Tgl_trip 06-Jan-03 22-Jan-03 22-Jan-03 04-Apr-03 20-Apr-03 25-Apr-03 28-Apr-03 01-Mei-03 01-Mei-03 01-Mei-03 04-Mei-03 04-Mei-03 04-Mei-03 05-Mei-03 06-Jun-03 22-Jun-03 19-Jul-03 20-Jul-03 20-Jul-03 20-Jul-03 28-Jul-03 19-Des-03 19-Des-03 Arus 60 85 80 76 62 50 50 50 50 50 46 46 46 50 68 64 50 70 70 74 50 84 50 Lm Pdm Jam 0,03 0,02 0,53 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 1,12 2,80 0,02 1,48 2,08 0,02 0,08 0,03 0,08 0,02 0,40 0,02 0,02 0,02 0,27 kWh_hilang 55,43 39,26 1.182,41 35,10 28,64 23,09 23,09 23,09 1.547,30 3.879,79 21,25 1.890,94 2.655,81 23,09 157,04 59,12 115,47 32,33 775,96 34,18 23,09 38,80 369,50

4 5 6 7 8 No 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

B. Gardenia Kampus Tj. Benoa Four Season Sawangan Penyulang Bvlgary Buster Pump I Tragia Golf Course Hilton Santa R. SS II Amenity Club Med Bali Resort Exp Jimbaran SS I Exp BPG

2.064 27.347 7.630 10.363 1.700 Panjang Saluran (m) 30.500 19.495 31.050 9.844 5.800 3.725 790 5.070 4.770 9.415 7.895 1.595 11.830

10 36 21 9 1 Jumlah Trafo 3 11 10 10 5 1 1 5 6 12 0 0 0

19/02/2009 1996 01/08/1995 01/08/1995 26/11/2002 Mulai Beroperasi 07/04/2008 04/09/1995 16/07/1996 07/09/1995 08/09/1995 2007 24/07/1995 <2003 <2003 <2003 16/11/1995 <2003 07/04/2008

III.3 Jumlah pelanggan dari tahun 2003 sampai 2009 Selanjutnya adalah data jumlah pelanggan dari tahun 2003 sampai tahun 2009. Pertumbuhan rata-rata tiap tahun dari GI Nusa Dua adalah sebesar 2,5% yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3 Jumlah pelanggan dari tahun 2003 sampai 2009 No Tahun Jumlah Pelanggan 1 2003 28787 2 2004 29526 3 2005 30283 4 2006 31059 5 2007 31855 6 2008 32672 7 2009 33510 IV. PERHITUNGAN DAN ANALISIS KEANDALAN GARDU INDUK NUSA DUA IV.1 Evaluasi Keandalan Statis Untuk mengevaluasi keandalan dari suatu komponen atau sistem yang pertama kali harus dilakukan adalah dengan memodelkan komponen atau sistem tersebut kedalam diagram blok keandalan (reliabiliy block diagram). Dari diagram blok keandalan ini kemudian dihitung keandalan berdasarkan susunan seri-paralel dari komponen atau sistem yang bersangkutan, berikut adalah hasilnya: Tabel 4 Nilai keandalan masing-masing penyulang dengan metode keandalan statis
No 1 2 3 4 Penyulang KEDONGANAN MUMBUL UNGASAN BALI GARDENIA R 0,990000 0,899894 0,999899 0,999963 Konf. R R R R

III.2 Data mulai beroperasinya penyulang Berikut adalah data mulai beroperasinya penyulang, panjang saluran dan jumlah trafo.

Tabel 2 Data usia, panjang dan jumlah trafo tiap penyulang


Panjang No 1 2 3 Penyulang Saluran (m) Kedonganan Mumbul Ungasan 12.205 43.735 85.248 Trafo 46 73 125 Beroperasi 01/08/1995 <2003 <2003 Jumlah Mulai

5 6 7 8 No 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

KAMPUS TJ. BENOA FOUR SEASON SAWANGAN Penyulang BVLGARY BUSTER PUMP I TRAGIA GOLF COURSE HILTON SANTA R. SS II AMENITY CLUB MED BALI RESORT EXP JIMBARAN SS I EXP BPG

0,899829 0,690958 0,387420 0,900000 R 0,729000 0,313811 0,999997 0,348678 0,590490 0,900000 0,900000 0,882900 0,531441 0,282430 1,000000 1,000000 1,000000

R R S S Konf. S S S S S S S S S S E E E No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Konfig R S S S S S E S S S R S E S R E S S R R R Penyulang KEDONGANAN FOUR SEASON SAWANGAN BVLGARY BUSTER PUMP I TRAGIA EXP JIMBARAN GOLF COURSE HILTON SANTA R. TJ. BENOA SS II SS I AMENITY KAMPUS EXP BPG CLUB MED BALI RESORT B. GARDENIA UNGASAN MUMBUL

IV.3 Laju Kegagalan dan Laju Perbaikan Dari hasil yang diperoleh pada tabel 5, kemudian dapat dicari nilai laju kegagalan () dan laju perbaikan () dari masing-masing penyulang. Tabel 6 Nilai laju kegagalan dan laju perbaikan masing-masing penyulang
Laju Kegagalan () Hari 0,0569 0,0202 0,0221 0,0270 0,0465 0,0364 0,0279 0,0301 0,0120 0,0320 0,0522 0,0118 0,0132 0,0151 0,0558 0,0204 0,0167 0,0105 0,0123 0,0964 0,0428 Laju Perbaikan () Jam Hari 1,6554 1,6430 0,6361 6,3776 2,2887 1,8486 0,8364 2,3883 0,7763 0,8795 1,1995 0,4840 0,4192 1,0231 1,4138 0,5318 0,9786 0,5969 0,3460 3,2664 1,4013 39,7298 39,4327 15,2667 153,0612 54,9279 44,3659 20,0737 57,3199 18,6315 21,1091 28,7875 11,6171 10,0600 24,5551 33,9303 12,7623 23,4854 14,3265 8,3045 78,3927 33,6323

IV.2 Mean Time To Failure dan Mean Time To Repair MTTF dan MTTR digunakan untuk melihat seberapa cepat terjadinya kerusakan dan perbaikan dari masing-masing penyulang pada Gardu Induk Nusa Dua Berikut akan ditampilkan nilai MTTF dan MTTR masing-masing penyulang selama 7 tahun. Tabel 5 Nilai MTTF dan MTTR selama selang waktu 7 tahun
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Penyulang KEDONGANAN FOUR SEASON SAWANGAN BVL GARY BUSTER PUMP I TRAGIA EXP JIMBARAN GOLF COURSE HILTON SANTA R. TJ. BENOA SS II SS I AMENITY KAMPUS EXP BPG CLUB MED BALI RESORT B. GARDENIA UNGASAN MUMBUL MTTF (hari) Rata2 17,5732 49,4604 45,1766 37,0002 21,4919 27,5054 35,8642 33,2297 83,3503 31,2867 19,1749 84,6667 75,5516 66,3586 17,9231 49,1028 59,8120 95,1211 81,0000 10,3753 23,3596 MTTR (jam) Rata2 0,6041 0,6086 1,5720 0,1568 0,4369 0,5410 1,1956 0,4187 1,2881 1,1370 0,8337 2,0659 2,3857 0,9774 0,7073 1,8805 1,0219 1,6752 2,8900 0,3062 0,7136

IV.4 Ketersediaan Nilai ketersediaan (A) menggambarkan berapa peluang suatu alat beroperasi. Berdasarkan rumus (7), maka didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 7 Nilai Ketersediaan tiap penyulang
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Penyulang KEDONGANAN MUMBUL UNGASAN BALI GARDENIA KAMPUS TJ. BENOA FOUR SEASON SAWANGAN BVLGARY BUSTER PUMP I TRAGIA GOLF COURSE HILTON SANTA R. SS II AMENITY CLUB MED (A) 0,99857 0,998729 0,998772 0,998516 0,998358 0,998192 0,999488 0,998552 0,999823 0,999154 0,999181 0,999475 0,999356 0,998488 0,998984 0,999387 0,999289 Konf R R R R R R S S S S S S S S S S S

18 19 20

BALI RESORT EXP JIMBARAN SS I

0,999267 0,998613 0,998686

S E E

Korelasi R terhadap P. Radial P. Spindel

Panjang saluran -0,60 -0,59

Jumlah trafo -0,64 -0,21

Jumlah pelanggan -0,66 -0,34

Usia penyulang -0,93 -0,29

21 EXP BPG 0,998407 E IV.5 Keandalan Distribusi Eksponensial Kemudian dari data pada tabel 6 dan rumus (8) dapat digambarkan grafik keandalan dengan menggunakan metode distribusi eksponensial untuk masing-masing tipe penyulang selama selang waktu (t) 100 hari sebagai berikut.

IV. 7 Indeks Keandalan dari sisi pelanggan Dari rumus (10) dan (11), kemudian dapat dihitung indeks keandalan dari sisi pelanggan Gardu Induk Nusa Dua selama 7 tahun. Tabel 9 Indeks keandalan dari sisi pelanggan GI Nusa Dua selama 7 tahun No 1 2 3 4 5 6 7 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 SAIFI (gangguan/pelanggan) 0,055 0,062 0,103 0,053 0,045 0,911 0,05 SAIDI (menit) 1130 695 167 225 123 54 353

Gambar 8 Grafik keandalan penyulang konfigurasi radial selama 100 hari

Dari hasil yang didapat kemudian dibandingkan dengan standar yang diterapkan oleh PT. PLN (Persero) Distribusi Bali, yaitu World Class Services GAP Analysis, berikut ini:

Gambar 10 World Class Services GAP Analysis Kemudian dari tabel 9 dan gambar 10, dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut: Gambar 9 Grafik keandalan penyulang spindel selama 100 hari IV. 6 Korelasi keandalan dengan faktor fisik penyulang Berdasarkan rumus (9) dan dari data-data yang ada, dapat dicari hubungan/korelasi antara keandalan penyulang dengan faktor fisik di lapangan, seperti: usia penyulang, jumlah pelanggan, panjang saluran, dan jumlah trafo. Tabel 8 Korelasi keandalan eksponensial selama 1 bulan dengan faktor fisik penyulang Tabel 10 Tabel perbandingan indeks keandalan antara WCS, GI Nusa Dua dan Sistem Bali pada tahun 2008 SAIFI WCS

GI Nusa Dua Sistem Bali


V. PENUTUP V.1 Kesimpulan

SAIDI 3 100 0,911 54 1,65 61,43

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 6

1.

2.

3.

4.

Nilai Mean Time To Failure (MTTF) terkecil selama 7 tahun untuk penyulang radial adalah 10,375 hari (P. Ungasan) dan nilai MTTF terbesar adalah 81 hari (P. Bali Gardenia) serta nilai rataratanya adalah 28,23 hari, sedangkan nilai MTTF terkecil selama 7 tahun untuk penyulang spindel adalah 21,49 hari (P. Booster Pump I) dan nilai MTTF terbesar untuk penyulang spindel adalah 95,12 hari (P. Bali Resort) serta nilai rata-ratanya adalah 52,87 hari. Dari hasil perbandingan untuk 2 tipe penyulang tersebut, terlihat bahwa konfigurasi spindel mempunyai nilai R yang lebih baik, hingga sebesar 87,28% bila dibandingkan dengan konfigurasi radial. Untuk evaluasi dengan metode diagram blok, didapat bahwa nilai keandalan penyulang spindel adalah lebih rendah dengan rata-rata 0,6472 bila dibandingkan dengan penyulang radial yang rataratanya 0,9134. Dari hasil analisis korelasi pada penyulang radial, nilai keandalan cukup berkorelasi dengan panjang saluran (-0,6), jumlah trafo (-0,64), jumlah pelanggan (-0,66), dan usia penyulang (-0,93). Tapi tidak halnya dengan penyulang spindel, nilai keandalannya kurang berkorelasi dengan jumlah trafo (-0,21), jumlah pelanggan (-0,34) dan usia penyulang (-0,29). Nilai SAIFI untuk WCS adalah 3, GI Nusa Dua adalah 0,911 dan Sistem Bali 1,65, sedangkan nilai SAIDI untuk WCS adalah 100, GI Nusa Dua adalah 54 dan Sistem Bali 61,43. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa keandalan dari Gardu Induk Nusa Dua sudah cukup baik, karena nilai yang didapat lebih baik bila dibandingkan dengan standar WCS yang telah diterapkan maupun dengan keseluruhan sistem bali itu sendiri. Untuk penelitian lebih lanjut tentang keandalan sistem distribusi, perlu dilibatkan berbagai analisa lainnya, seperti cost analysis, management analysis maupun maintenance analysis. Untuk melengkapi wacana penelitian tentang keandalan distribusi, dapat dilakukan pengembangan untuk daerah lain yang memiliki karakteristik jaringan dan beban yang berbedabeda, baik di PT. PLN (Persero) Distribusi Bali maupun di seluruh Indonesia.

Ch. 2, 1980. [4] Wilkins, Dennis J., The Bathtub Curve and Product Failure Beha vior , Weibull, November, 2002 [5] Ferdiansyah, Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi PT.PLN (Persero) APJ Surabaya Selatan Menggunakan Metode Non-Eksponensial Down Times, Teknik Elektro-ITS, Surabaya, 2007. [6] Marsudi, Djiteng, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Balai Penerbit dan Humas ISTN, Jakarta Selatan, 1990. [7] Priyanta, Dwi, Diktat Kuliah: Keandalan dan Perawatan FTK ITS, Surabaya, 2000 [8] Sukerayasa, I Wayan, Penentuan Angka Keluar Peralatan Untuk Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Universitas Udayana, Jimbaran, Desember, 2007 [9] Sukmawidjaja, Maula, Perhitungan Profil Tegangan pada Sistem Distribusi Menggunakan Matrix Admitansi dan Matrix Impedansi Bus, JETri, vol. 7, pp.21-40, ISSN 1412-0372, February, 2008 [10] Priyambodo, B., Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 2007. [11] Rummel, R.J., Understanding Correlation, Departement of Political Science University of Hawaii, Honolulu, 1976. [12] Moubray, John, Reliability Centered Maintenance, Industrial Press, New York, 1997 [13] Rausand, M. and Hoyland, A., System Reliability Theory; Models, Statistical methods, and Applications, John Wuiley & Sons, New York, 2004. RIWAYAT HIDUP I Wayan Suardiawan dilahirkan di Denpasar, 6 Januari 1988. Pada tahun 2006, penulis masuk ke Jurusan Teknik Elektro FTI ITS dan mengambil bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai asisten praktikum, koordinator praktikum dan koordinator asisten di Laboratorium Konversi Energi Listrik-Jurusan Teknik ElektroInstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

V.2 Saran
1.

2.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Artana, Ketut Buda, Diktat Kuliah: Kuliah Keandalan1-Pendahuluan - FTK ITS, Surabaya. [2] Artana, Ketut Buda, Diktat Kuliah: Statistika Rekayasa-Distribusi Peluang FTK ITS, Surabaya. [3] Endrenyi, J., Reliability Modeling in Electric Power Systems, John Wiley & Sons Ltd., Toronto, 7

Anda mungkin juga menyukai