Anda di halaman 1dari 102

i

ANALISIS PENDAPATAN INTEGRASI TANAMAN - TERNAK


DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
(Studi Kasus Usahatani Kelapa Sawit dan Usaha Ternak sapi di Desa Lama Tuha
Kecamatan Kuala Batee Di Kabupaten Aceh Barat Daya)


SKRIPSI

OLEH

M. BUSTANIL ARIFIN
NIM: 0605102020037








JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2013

i
ANALISIS PENDAPATAN INTEGRASI TANAMAN - TERNAK
DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
(Studi Kasus Usahatani Kelapa Sawit dan Usaha Ternak sapi di Desa Lama
Tuha Kecamatan Kuala Batee Di Kabupaten Aceh Barat Daya)






SKRIPSI


OLEH


M. BUSTANIL ARIFIN
NIM: 0605102020037





Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Dalam
Menyelesaikan Sarjana Pada Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala






JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2013

ii
LEMBARAN PENGESAHAN


Judul : ANALISIS PENDAPATAN INTEGRASI TANAMAN -
TERNAK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
(Studi Kasus Usahatani Kelapa Sawit dan Usaha Ternak
sapi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Di
Kabupaten Aceh Barat Daya)

Nama Mahasiswa : M. BUSTANIL ARIFIN

NIM : 0605102010037

Program Studi : Agribisnis


Menyetujui Komisi
Pembimbing


Pembimbing Utama Pembimbing kedua



Dr. Ir. Romano, M.P Dr. Ir. Sofyan, M.Agric, Sc
NIP. 196012311989031025196611051992031004 NIP. 196611051992031004



Mengetahui
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala



Dr. Ir. Sofyan, M.Agric, Sc
NIP. 196611051992031004


Tanggal Lulus : 19 Agustus 2013

iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT



Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : M. Bustanil Arifin
Tempat / Tanggal Lahir : Kuta Tinggi 31 Desember 1988
NIM : 0605102020037
Program Studi : Agribisnis
Judul Skripsi : ANALISIS PENDAPATAN INTEGRASI
TANAMAN TERNAK DI KABUPATEN
ACEH BARAT DAYA (Studi Kasus Usahatani
Kelapa Sawit dan Usaha Ternak sapi di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Di
Kabupaten Aceh Barat Daya)




Dengan penuh kesadaran saya telah memahami sebaik-baiknya dan menyatakan
bahwa karya ilmiah Skripsi ini bebas dari segala bentuk plagiat. Apabila di kemudian
hari terbukti adanya indikasi plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.



Darussalam, 19 Agustus 2013
Yang Membuat Pernyataan




M. Bustanil Arifin
0605102020037

iv


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan berkah
dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan
Skripsi ini yang berjudul Analisis Pendapatan Integrasi Tanaman Ternak
di Kabupaten Aceh Barat Daya
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar
sarjana (S1) pada Program Studi Agribisnis Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Skripsi ini tak lepas
dari campur tangan berbagai pihak.
Dengan selesainya penulisan Skripsi ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Romano, M.P, selaku Pembimbing I
dan Bapak Dr. Ir. Sofyan, M.Agric.Sc selaku Pembimbing II
yang telah banyak memberikan dukungan, arahan dan bimbingannya
selama penyusunan dan penulisan Skripsi.
Kepada segenap tim penguji yang menguji adrenalin, penulis haturkan terima kasih yang
luar biasa. Teruntuk Bapak Ir. Irwan A. Kadir, M.P selaku Penguji Utama
dan Bapak T. Saiful Bahri, SP, M.si, terima kasih atas segala saran, kritikan dan
koreksinya sebagai tim penguji dalam penyempurnaan penulisan Skripsi ini.

Tak lupa pula terimakasih penulis haturkan kepada
Ibu Dr. ir. Suyanti Kasimin, M.Si, selaku dosen Wali yang telah memberikan
banyak nasihat dan arahan setiap awal semester selama menempuh pendidikan
di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.
Tanpa nasihat dan arahan dari seorang Dosen Wali, maka tiada terstruktur
perencanaan studi selama menempuh pendidikan strata 1.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Agussabti, M.Si.,
selaku Dekan Fakultas Pertanian Unsyiah, dan Bapak Dr. Ir. Sofyan, M.Agric.Sc., selaku
Ketua Jurusan Fakultas Pertanian Unsyiah, yang telah memberikan kemudahan dalam
pengurusan administrasi penulisan Skripsi ini, serta kepada seluruh dosen Program Studi
Sosial Ekonomi Pertanian yang telah senantiasa memberikan ilmu pengetahuan dan
bimbingan selama mengikuti perkuliahan serta menjadikan
kami lebih berguna dengan ilmu yang telah diberikannya kepada kami.

Cinta dan dukungan berupa moril maupun materil dari kedua orang tua penulis terkasih.
Terima kasih atas segala yang telah dilakukan demi penulis,
dan terimakasih atas setiap cinta yang terpancar serta doa dan restu
yang selalu mengiring tiap langkah penulis.
Terimakasih kepada Mamak Tersayang Azizah
dan Bapak Asmarah adi yang senantiasa memberikan kasih sayang
sepanjang masa sehingga Anak mu bisa sampai ke titik ini.

Teruntuk Kakak dan Adik tersayang, penulis haturkan banyak doa
dan terima kasih atas segala doa, dan dukungan dalam menyelesaikan Skripsi ini.

v
Terima kasih untuk, Kakak tercinta Reyhanah dan Maria Ulfah,
dan kepada adik saya Taufik Hidayat, semoga semua usaha penulis dapat
menjadi lecutan semangat tak terhingga agar adik tersayang dapat meraih
hal yang sama bahkan lebih demi kebahagiaandan kebanggaan kedua orang tua
tercinta.
Kepada sahabat-sahabat Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian
Angkatan 2006 terutama Agusdiar, SP, Mizardi, Manda, bung Rhoma,
Husaini Yusuf, SP (Pak Seen), Hendra Gunawan, SP, Herizal, SP,
Mahfud Rasyid, SP, Cut Nadia, SP, Irawan Saputra, SP,
Rini Sukmawati, SP , Ibnu Hajar, SP, Miswar, SP, dan Fahrul Yuka, SP (Cha-cha)
terima kasih atas segala ukiran hati bertemakan persahabatan yang tulus murni
sepanjang masa pendidikan di kasih atas segala canda, tawa dan tangisan haru
serta bahagia yang telah dibagi dan turut dirasa.
Penulis juga berterima kasih kepada adik-adik Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian angktan 2007-2008 yakni Fidazuwawi Timora, Eriady Saputra, Ilham
Alafan, Rahmat Wahyudi, M. Ikhwan (Leugoek), Kusria Ningsih, Fauzal Amna,
Maimun Salem, Ahmad Malik, Bang Umar, dan Bang Iwok, terima atas segala
bantuan, doa, dukungan dan ilmu yang dibagi sepanjang penyeles aian skripsi ini.
Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan hati kalian.

Alhamdulillah.Sebagai manusia biasa,
tentunya penulis masih memiliki banyak kekurangan pengetahuan
dan pengalaman pada topik yang diangkat dalam Skripsi ini, begitu pula dalam
penulisannya yang masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis akan sangat senang jika menerima berbagai masukan
dari para pembaca baik berupa kritik maupun saran yang sifatnya membangun
demi penyempurnaan penulisan-penulisan Skripsi di masa yang akan datang.

Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi para penuntut ilmu dan pengajar, baik dalam bangku
perkuliahan, penelitian maupun berprofesi sebagai guru nantinya,
guna membina generasi muda penerus bangsa yang lebih berkualitas
dan berdaya saing.
Akhirnya kepada Allah-lah penulis memohon agar usaha ini dijadikan
sebagai amal shalih dan diberikan pahala oleh-Nya.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga hari akhir,
Aamiin.


Kajhu, 30 September 2013


M. Bustanil Arifin

vi
ABSTRAK

Program pengembangan ternak sapi yang terintegrasi dengan perkebunan
kelapa sawit yang terkenal dengan istilah SISKA (Sistem Integrasi Sapi Kelapa
Sawit). Pada dasarnya upaya optimalisasi produksi daging bisa dilakukan dengan
beberapa alternatif seperti i) intensifikasi dan ekstensifikasi lahan tidur, ii)
optimalisasi pemanfaatan sumber pakan alternatif, dan iii) integrasi ternak dengan
tanaman perkebunan / industri kelapa sawit
Daerah Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee merupakan salah satu
daerah yang mempunyai areal perkebunan sawit serta masyarakat di sekitarnya juga
beternak sapi, sehingga sangat coock bila kedua komoditi tersebut dapat dipadukan
sehingga menciptakan hasil produksi yang sangat menguntungkan. Rata-rata
kepemilikan untuk setiap rumah tangga pemanen adalah 6 ekor dan umumnya hanya
2 ekor yang dipergunakan untuk menarik gerobak
Penelitian ini dilakukan di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya pada masyarakat petani kelapa sawit yang mempunyai
usaha peternakan sapi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara sensus karena populasinya kecil yakni 20 responden sehingga sampel
diambil secara keseluruhan dengan model analisis yang digunakan adalah uji
pendapatan, uji studi kelayakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan yang diterima oleh
petani system integrasi kelapa sawit sapi mencapai Rp.6.311.000 per tahun, dimana
besarnya biaya produksi mencapai Rp.16.189.000 per tahun dengan jumlah produksi
yang dihasilkan adalah 3 ekor lembu dengan berat daging mencapai 60 Kg yang
memiliki harga jual sebesar Rp.7.500.000 per ekor. Sedangkan dari hasil analisis
kelayakan menunjukkan bahwa nilai NPV >0, Net B/C >1, IRR adalah sebesar
28,61%. Sedangkan BEP terjadi pada umur proyek 5 Tahun 3 Bulan 23 Hari.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah usahatani kelapa sawit dan usaha ternak
sapi di desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, telah
memberikan pendapatan yang layak dan sistem integrasi usahatani kelapa sawit
usaha ternak sapi di desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya secara finansial menguntungkan untuk dilaksanakan dan layak untuk
dikembangkan.

Kata Kunci : Usaha Integrasi, Kelapa Sawit, Sapi, Pendapatan, NPV, BC
Ratio, IRR dan BEP


vii
ABSTRACK

Cattle development program that is integrated with the famous palm
plantations with the term SISKA ( System Integration Cow - Palm Oil ) . Basically
meat production optimization efforts can be done with some alternatives such as i )
intensification and extension of vacant land, ii ) optimizing the utilization of
alternative feed sources , and iii ) the integration of livestock with crops / oil palm
industry
Old Village area of Kuala Tuha Batee District is one area that has palm
plantations and surrounding communities also raise cattle , so it coock when both
commodities can be combined to create a highly profitable production . The average
ownership per household harvester is 6 tails and generally only 2 tails used to pull
carts
The research was conducted in the village of Lama Kuala Tuha District Batee
Southwest Aceh district on oil palm farmers who have cattle business . Data
collection techniques in the study done by census as a small population that is 20
respondents so that the sample taken as a whole with the analytical model used is the
income test , test feasibility study
The results showed that the level of income received by growers of oil palm
integration system - reaching Rp.6.311.000 cow per year , where the cost of
production per year to reach Rp.16.189.000 resulting production number is 3 oxen
weighing meat reaches 60 Kg which has a selling price of Rp.7.500.000 per cow .
While the results of the feasibility analysis shows that NPV >0 , Net B / C >1 , the
IRR is equal to 28.61 % . While BEP project occurred at age 5 Year 3 Months 23
Days .
The conclusion of this study is the oil palm farming and cattle business in the
District of Kuala Tuha village Batee Old Southwest Aceh district , has given a decent
income and systems integration palm farming - cattle business in the District of
Kuala Tuha village Batee Old Southwest Aceh district financially advantageous to be
implemented and feasible to be developed .

Keywords : Business Integration , Palm Oil , Beef , Revenue , NPV , BC Ratio , IRR
and BEP

viii
RINGKASAN

M. Bustanil Arifin dengan judul skripsi Analisis Pendapatan Integrasi
Tanaman - Ternak Di Kabupaten Aceh Barat Daya (Studi Kasus Usahatani
Kelapa Sawit dan Usaha Ternak sapi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala
Batee Di Kabupaten Aceh Barat Daya) dengan pembimbing utama Bapak Dr. Ir.
Romano, M.P serta Bapak. Dr. Ir. Sofyan M. Agric. Sc selaku pembimbing kedua.
Adapun permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah Seberapa
besarkah pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatani integrasi tanaman
ternak dan Apa pengembangan sistem integrasi tanaman ternak layak
dikembangkan. Penelitian ini dilakukan di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya . Objek penelitian adalah pada masyarakat petani kelapa
sawit yang mempunyai usaha peternakan sapi. Ruang lingkup penelitian ini terbatas
pada pendapatan usahatani kelapa sawit dan usaha ternak sapi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk.mengetahui besarnya pendapatan yang
diterima oleh petani dari integrasi tanaman ternak dan untukmMengetahui
kelayakan sistem integrasi tanaman ternak yang dikembangkan. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sensus karena
populasinya kecil yakni 20 responden sehingga sampel diambil secara keseluruhan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah usahatani kelapa sawit dan usaha ternak
sapi di desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, telah
memberikan pendapatan yang layak. Sistem integrasi usahatani kelapa sawit usaha
ternak sapi di desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya
secara finansial menguntungkan untuk dilaksanakan dan layak untuk dikembangkan.

ix
Sedangkan saran yang dapat diberikan adalah mengingat banyak pihak yang
terlibat dalam usaha SISKA, maka perlu kejelasan tugas dan kewajiban dari masing-
masing pihak dengan mengoptimalkan koordinasi.Usaha perternakan sapi
penggemukan dan kombinasi (penggemukan dan pembibitan) ditingkat petani
plasma lebih efisien dan efiktif dilakukan dengan pola kelompok. Usaha peternakan
sapi pembibitan di tingkat petani plasma lebih efisien dan efiektif dilakukan dengan
pola perorangan. Untuk kelancaran pengembalian kredit, pihak petani dapat
menggunakan pendapatan dari hasil TBS dengan dipotong langsung oleh pihak inti.
Untuk usaha pembibitan sebaiknya mengusahakan jenis sapi Bali atau PO dan untuk
penggemukan jenis sapi Brahman Cross.




x
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
Analisis Pendapatan Integrasi Tanaman - Ternak Di Kabupaten Aceh Barat
Daya (Studi Kasus Usahatani Kelapa Sawit dan Usaha Ternak sapi di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Di Kabupaten Aceh Barat Daya), yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.
Terimakasih diucapkan kepada semua lapisan yang terutama sekali kepada
Bapak. Dr. Ir. Romano, M.P serta Bapak Dr. Ir. Sofyan, M.Agric, S.c yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingan dan juga tak lupa ucapan terimakasih kepada
tim penguji, Ketua Jurusan SEP dan seluruh staff pengajar pada Fakultas Pertanian
Unsyiah, serta teman temanku angkatan 2006 Fakultas Pertanian Universitas Syiah
Kuala Darussalam Banda Aceh yang telah banyak memberikan bantuan dan
dukungan dalam menyelesaikan laporan penelitian/skripsi ini.
Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada
penyempurnaan karya tulis ini, sehingga dapat memberi manfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan kepada pihak-pihak lain yang memerlukan. Semoga Allah SWT
selalu melindungi kita, Amin.
Banda Aceh, Agustus 2013

Penulis

xi
DAFTAR ISI



ABSTRAK .......................................................................................................... vii
RINGKASAN .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah ...................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
1.5. Kerangka Pemikiran...................................................................... 4
1.6. Hipotesis ...................................................................................... 23

BAB II. METODE PENELITIAN
2.1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ................................ 24
2.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ......................................... 24
2.3. Batasan Variabel ........................................................................... 25
2.4. Model Analisis .............................................................................. 27

BAB III. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum Daerah ............................................................. 32
3.1.1. Tanah dan Topografi ......................................................... 32
3.1.2. Iklim ................................................................................. 33
3.1.3. Penduduk Dan Mata Pencaharian ...................................... 34
3.1.4. Keadaan Sarana dan Prasarana .......................................... 35
3.2. Budiaya Kelapa Sawit ................................................................... 35
3.2.1. Syarat Pertumbuhan................................................................... 35
3.2.2. Pedoman Teknis Budidaya ........................................................ 36
3.2.3. Teknik Penanaman ............................................................ 37
3.2.4. Pemeliharaan Tanaman ..................................................... 38
3.2.5. Hama dan Penyakit ............................................................ 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Petani ....................................................................... 48
4.2. Usahatani Kelapa Sawit ................................................................ 49
4.2.1. Penggunaan Sarana Produksi ............................................. 49
4.2.2. Penggunaan Peralatan Produksi ......................................... 51
4.2.3. Penggunaan Tenaga Kerja ................................................. 52
Halaman

xii
4.2.4. Total Biaya Produksi ......................................................... 54
4.2.5. Pendapatan Usahatani ........................................................ 55
4.3. Usaha Ternak Sapi ........................................................................ 55
4.3.1. Penggunaan Sarana Produksi ............................................. 56
4.3.2. Penggunaan Peralatan Produksi ......................................... 58
4.3.3. Penggunaan Tenaga Kerja ................................................. 59
4.3.4. Total Biaya Produksi ......................................................... 61
4.3.5. Pendapatan Usaha Ternak Sapi .......................................... 61
4.4. Konsep Integrasi Tanaman Ternak ............................................. 62
4.4.1. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Kelapa
Sawit Untuk Usaha Ternak Sapi ........................................ 62
4.4.2. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Kelapa
Sawit Untuk Usaha Ternak Sapi ........................................ 63
4.5. Analisis Kelayakan Integrasi Usahatani Kelapa Sawit
Usaha Ternak Sapi ....................................................................... 64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 66
5.2. Saran ............................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
LAMPIRAN LAMPIRAN ................................................................................ 6










xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
1 Rata-rata Curah hujan, Hari Hujan, Bulan Kering Dan Bulan
Basah Di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten
Aceh Barat Daya, Tahun 2006-2010 ....................................................... 33

2 Penggunaan Pupuk Makro ...................................................................... 37

3 Dosis Pupuk Makro ................................................................................ 39

4 Rata-Rata Karakteristik Petani Sistem Integrasi di Desa Lama
Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya,
Tahun 2013. ........................................................................................... 48

5. Jumlah Sarana Produksi Pupuk Pada Usahatani Sawit di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya, Tahun 2013. ................................................................................. 49

6. Jumlah Biaya Sarana Produksi Pada Usahatani Sawit di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya, Tahun 2013. ................................................................................. 50

7. Jumlah Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Sawit di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya, Tahun 2013. ................................................................................. 51

8. Jumlah Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Sawit di
Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya, Tahun 2013. ................................................................................. 52

9. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Sawit di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya, Tahun 2013. ................................................................................. 53

10. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Sawit di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya, Tahun 2013. ................................................................................. 53

11. Jumlah Biaya Produksi Pada Usahatani Sawit di Desa Lama Tuha
Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun
2013. ...................................................................................................... 54

Halaman

xiv
12. Jumlah Produksi, Harga Jual, dan Pendapatan Pada Usahatani
Sawit di Desa Kuala Batee Kecamatan Kuala Batee Kabupaten
Aceh Barat Daya, Tahun 2013. ............................................................... 55

13. Jumlah Sarana Produksi Pada Usaha Ternak Sapi di Desa Lama
Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya,
Tahun 2013. ........................................................................................... 56

14. Jumlah Biaya Sarana Produksi Pada Usaha Ternak Sapi di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya, Tahun 2013. ................................................................................. 57

15. Jumlah Penggunaan Peralatan Pada Usaha Ternak Sapi di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya, Tahun 2013. ................................................................................. 58

16. Jumlah Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usaha Ternak Sapi di
Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya, Tahun 2013. ................................................................................. 59

17. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usaha Ternak Sapi di
Desa Lama Tuha Kecamatan .................................................................. 60

18. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usaha Ternak Sapi di
Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya, Tahun 2013. ................................................................................. 60

19. Jumlah Biaya Produksi Pada Usaha Ternak Sapi di Desa Lama
Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya,
Tahun 2013. ........................................................................................... 61

20. Jumlah Produksi, Harga Jual, dan Pendapatan Pada Usaha Ternak
Sapi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten
Aceh Barat Daya, Tahun 2013. ............................................................... 62






DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran

1. Karakteristik Petani Sistem Integrasi Usahatani Kelapa sawit -
Usaha Ternak Sapi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013 .............................................. 70

2. Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani Kelapa sawit
Sistem Integrasi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013 .............................................. 71

3. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Kelapa sawit Sistem
Integrasi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013 .............................................. 73

4. Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Kelapa sawit Sistem
Integrasi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013 .............................................. 75

5. Jumlah Produksi, Harga, Nilai Produksi, Biaya Produksi dan
Pendapatan Pada Usahatani Kelapa sawit Sistem Integrasi di
Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh
Barat Daya, Tahun 2013 ......................................................................... 79

6. Penggunaan Sarana Produksi Pada Usaha Ternak Sapi Sistem
Integrasi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013 .............................................. 80

7. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usaha Ternak Sapi Sistem
Integrasi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013 .............................................. 82

8. Penggunaan Peralatan Produksi Pada Usaha Ternak Sapi Sistem
Integrasi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013 .............................................. 83

9. Jumlah Produksi, Harga, Nilai Produksi, Biaya Produksi dan
Pendapatan Pada Usaha Ternak Sapi Sistem Integrasi di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya, Tahun 2013 .................................................................................. 86

Halaman

16
10. Analisis Kelayakan Sistem Integrasi di Desa Lama Tuha
Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun
2013 ....................................................................................................... 87
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Program pengembangan ternak sapi yang terintegrasi dengan perkebunan
kelapa sawit yang terkenal dengan istilah SISKA (Sistem Integrasi Sapi Kelapa
Sawit). Pada dasarnya upaya optimalisasi produksi daging bisa dilakukan dengan
beberapa alternatif seperti i) intensifikasi dan ekstensifikasi lahan tidur, ii)
optimalisasi pemanfaatan sumber pakan alternatif, dan iii) integrasi ternak dengan
tanaman perkebunan / industri kelapa sawit. Integrasi ternak dengan perkebunan
dikembangkan berdasarkan konsep. LEISA (Low External Input Sustainable
Agriculture) dengan cara 1:
1. Limbah perkebunan dalam hal ini kebun sawit seperti solid, pelepah, dan
bungkil sawit dimanfaatkan sebagai pakan,
2. Kotoran ternak dan limbah sawit non pakan didekomposisi menjadi kompos
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah,
3. Penggembalaan ternak diarahkan untuk memakan tanaman liar/gulma
Sumber pakan berupa hijauan diperoleh dari area perkebunan dan juga dari
produk sampingan olahan sawit seperti pelepah, solid, dan bungkil sawit. Produk
sampingan tersebut sangat bermanfaat karena tersedia sepanjang tahun tidak seperti
hijauan yang menjadi sangat terbatas pada saat musim kemarau. Hasil studi
menunjukkan bahwa per ha kebun sawit dapat menyediakan pakan untuk 1-3 ekor
sapi dewasa. Pola integrasi ternak dengan tanaman perkebunan cocok dikembangkan

18
di Kabupaten Aceh Barat Daya yang memiliki areal perkebunan yang luas. Luas area
perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2008 mencapai
sekitar 2.837 hektar yang terdiri dari TBM sekitar 2.158 hektar, TM 589 Ha serta
TTM 90 Ha. Potensi perkebunan sawit yang besar tersebut merupakan modal yang
sangat potensial untuk diintegrasikan dengan usaha peternakan
Salah satu pola integrasi sapi-sawit yang dianggap berhasil adalah Sistem
Integrasi Sapi-Kelapa Sawit yang lebih dikenal dengan pola SISKA. Pola integrasi
ini telah dicanangkan oleh Menteri Pertanian sebagai Program Nasional yang
dideklarasikan pada tanggal 10 September 2003 di Bengkulu. Penerapan pola
integrasi tersebut pada awalnya ditujukan untuk mengatasi kesulitan pemanen dalam
mengangkut TBS karena topografi wilayah yang berbukit / bergelombang sehingga
menyulitkan pemanen untuk mengngkut Tandan Buah Segar (TBS) dari tempat
pemanenan ke TPH (tempat penampungan sementara). Dengan diterapkannya pola
integrasi sapi-sawit, kegiatan pengangkutan hasil panen dilakukan dengan
memanfaatkan tenaga sapi baik dengan gerobak ataupun diangkut di punggung sapi.
Dengan pemanfaatan tenaga sapi ini, kegiatan pengangkutan menjadi lebih efisien
sehingga areal kerja pemanen bisa bertambah dari sebelumnya 10 ha menjadi 15 ha.
Daerah Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee merupakan salah satu
daerah yang mempunyai areal perkebunan sawit serta masyarakat di sekitarnya juga
beternak sapi, sehingga sangat coock bila kedua komoditi tersebut dapat dipadukan
sehingga menciptakan hasil produksi yang sangat menguntungkan. Rata-rata
kepemilikan untuk setiap rumah tangga pemanen adalah 6 ekor dan umumnya hanya
2 ekor yang dipergunakan untuk menarik gerobak. Berdasarkan hasil kajian usaha

19
peternakan sapi di perkebunan sawit akan layak apabila setiap pemanen / petani
memiliki lebih dari 2 ekor sapi.
Dalam peningkatan kesejahteraan ini pembangunan pertanian merupakan
salah satu sektor yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia terutama
dalam produksi pangan, pertumbuhan GDP, substitusi impor, penyediaan lapangan
kerja, dan kesempatan berusaha. Pembangunan sektor pertanian yang meliputi
perkebunan, peternakan, kehutanan dan lain-lain dilakukan melalui pendekatan
sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan berkelanjutan,
terdesentralisasi, serta mencakup aspek hulu, budidaya, aspek hilir, maupun
komponen pendukungnya.
Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
dengan judul ANALISIS PENDAPATAN INTEGRASI TANAMAN -
TERNAK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA (Studi Kasus Usahatani
Kelapa Sawit dan Usaha Ternak sapi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala
Batee Di Kabupaten Aceh Barat Daya)

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang
dapat diidentifikasikan adalah :
a. Seberapa besarkah pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatani
integrasi tanaman ternak ?
b. Apa sistem integrasi tanaman ternak layak dikembangkan ?


20
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh petani dari integrasi
tanaman ternak
2. Mengetahui kelayakan sistem integrasi tanaman ternak yangdikembangkan.

1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini berguna bagi peneliti dalam usaha mengaplikasikan dan
memperdalam pengetahuan dibidang Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian serta
melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi peneliti
lainnya dalam mengadakan penelitian lebih lanjut dan juga menjadi bahan masukan
bagi para petani kelapa sawit dalam melakukan integrasi antara tamanan ternak
agar dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih baik dan menghasilkan
keuntungan semaksimal mungkin.

1.5. Kerangka Pemikiran
1.5.1. Konsep Pertanian Berkelanjutan
Menurut Minami (1997), Rosario dan Lorica (1997) diacu dalam Farhani
(2003) sistem pertanian berkelanjutan adalah solusi untuk mengatasi dampak yang
ditimbulkan oleh revolusi hijau. FAO (2001) mendefinisikan pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture) sebagai suatu praktek pertanian yang melibatkan

21
pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia bersamaan
dengan upaya mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan
mengkonservasi sumberdaya lahan. Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
juga diartikan sebagai pengelolaan sumberdaya pertanian untuk memenuhi
perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meningkatkan kualitas
lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Menurut Righby dan Caceres (2001)
sudah banyak alternatif pendekatan atau contoh penerapan dari sistem pertanian
berkelanjutan, yaitu Integrated Pest Management (IPM) yang dikembangkan oleh
Carrol dan Risch pada tahun 1990, Integrated Crop Management LEAF pada tahun
1991, Low Input Agriculture, Low Input Sustainable Agriculture (LISA) yang
dikembangkan oleh Edwards pada tahun 1987, Low External Input Sustainable
Agriculture (LEISA) yang dikembangkan oleh Reintjess et al. pada tahun 1992,
Agroecology oleh Altieri pada tahun 1995, Permaculture oleh Moolison dan Slay
pada tahun 2000, Biodinamic Farming oleh Steiner pada tahun 1924 dan Organic
Farming oleh Scofield pada tahun 1986. Salah satu penerapan dari sistem pertanian
berkelanjutan yang banyak dilakukan di Indonesia adalah Integrated Farming
System, yang dikembangkan oleh George Chan.
1.5.2. Konsep Sistem Pertanian Integrasi
Konsep integrasi atau terpadu telah banyak digunakan sebagai pendekatan
dalam membuat sistem ataupun program baru yang diharapkan akan memajukan
sektor pertanian. Integrasi atau keterpaduan ini dianggap dapat meningkatkan
efisiensi. Konsep integrasi yang paling luas dan mencakup hampir seluruh elemen
pertanian adalah sistem agribisnis. Menurut Gumbira-Said (2002) dalam Hanifah

22
(2008) sistem agribisnis merupakan sistem yang terpadu, baik secara vertikal
maupun horisontal (integrated farming). Agribisnis terpadu merupakan suatu bentuk
pengeloIaan sistem agribisnis yang bertujuan untuk mengurangi risiko pasar, risiko
produksi, dan risiko produk. Integrasi yang terjadi adalah integrasi antara subsistem
usaha pengadaan input pertanian, subsistem usaha produksi pertanian atau usahatani
(on-farm), subsistem usaha pengolahan hasil pertanian (agroindustri), dan subsistem
usaha pemasaran. Terdapat tiga sistem yang dapat digunakan dalam membangun
agribisnis terpadu, yaitu integrasi vertikal, integrasi horisontal, serta gabungan
keduanya. Menurut Saragih (2000) dalam Hanifah (2008) integrasi vertikal adalah
pengelolaan bisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan berada pada satu komando
keputusan manajemen untuk menghindari resiko ekonomi. Melalui integrasi vertikal
dapat dicapai efisiensi tertinggi, karena dapat mencapai skala ekonomi (economic of
scale) dan terhindar dari masalah marjin ganda. Contoh dari integrasi vertikal adalah
pada agribisnis ayam ras. Dimulai dari pengadaan pakan dan obat-obatan yang
sesuai. Penyediaan pakan yang sesuai ini akan mungkin dilakukan bila industri pakan
terintegrasi dengan kegiatan produksi bahan baku pakan. Integrasi vertikal ditujukan
untuk memberikan jaminan pasar, pasokan, harga, efisiensi, dan kelangsungan sistem
komoditas. Menurut Gumbira-Said (2002) dalam Hanifah (2008) integrasi vertikal
hanya bisa terselenggara bila terdapat hubungan yang saling menguntungkan dan
saling mendukung antar para pelaku bisnis dalam suatu sistem komoditas. Misalnya,
hubungan antara plasma sebagai petani dan inti sebagai pembeli, pengolah, dan
pemasar.

23
Integrasi horisontal adalah pengeIolaan usaha agribisnis dengan membangun
keterpaduan atas beberapa komoditas. Misalnya seperti yang terjadi pada kelompok
tani (kloptan) hortikultura di Cipanas (Pacet segar). Pada klotan ini terjadi kegiatan
yang saling mendukung antara Iini komoditas yang satu dengan lainnya, atau antara
perusahaan agribisnis yang satu dengan perusahaan agribisnis lain pada komoditas
usaha yang sama. Tujuan utama pembentukan integrasi horisontal adalah
meningkatkan efisiensi, mengatur jadwal tanam dan jenis komoditi sesuai dengan
permintaan, serta memenuhi volume dan mutu produk, memperkuat posisi tawar
produsen. Selain itu dapat membantu mengurangi risiko produksi dengan pengiliran
tanaman, mengurangi risiko harga dengan pengaturan jadwal tanam dan jenis
komoditi, serta mengatur jumlah pasokan (Gumbira-Said 2002 dalam Hanifah,
2008).
Integrasi campuran merupakan kombinasi antara vertikal dan horisontal.
Contoh pelaksanaan integrasi campuran adalah pada usaha minyak atsiri. Integrasi
horisontal terjadi pada usaha penanaman berbagai komoditas tanaman yang
mengandung minyak atsiri. Usaha-usaha tersebut juga terintegrasi secara vertikal
dengan produsen minyak atsiri, serta usaha pemasaran yang terlibat dalam sistem
komoditas tersebut (Gumbira-Said 2002 dalam Hanifah, 2008).
Konsep integrasi digunakan pula pada subsistem usahatani (on-farm). Konsep
usahatani yang terintegrasi merupakan alternatif pendekatan atau contoh penerapan
dari sistem pertanian berkelanjutan. Konsep ini dinamakan Integrated Farming
System, bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah sistem
usahatani terintegrasi atau sistem usahatani terpadu. Pengertian usahatani integrasi

24
menurut Suwandi (2005) adalah suatu kegiatan petani dalam memanfaatkan secara
optimal dan terpadu lebih dari satu komoditas pertanian, baik komponen usahatani
pangan, palawija, hortikultura, ternak, dan ikan selama setahun. Sedangkan usahatani
tidak terintegrasi hanya dengan satu komoditas selama setahun. Rural Industries
Research and Development Corporation (RIRDC) (2002) menyebut sistem usahatani
integrasi dengan bio-cyclo farming atau integrated biosystems yang didefinisikan
sebagai sistem yang menghubungkan beberapa aktivitas produksi pangan yang
berbeda, dengan aktivitas lain seperti pengolahan limbah dan pembuatan bahan
bakar. Integrated biosystems adalah sistempertanian dimana produksi dan konsumsi
berlangsung pada suatu siklus tertutup, output dari suatu operasi menjadi input untuk
yang lainnya secara berkesinambungan. Sistem ini memungkinkan adanya hubungan
fungsional antara aktivitas produksi pangan yang berbeda, seperti pertanian,
perikanan, dan industri pangan, dengan aktivitas lainnya seperti pengelolaan limbah,
penggunaan air dan degenerasi bahan bakar. Pangan, pupuk, pakan ternak dan bahan
bakar dapat diproduksi dengan input atau sumberdaya minimum.
Sumberdaya tersebut dapat dikonversi, didaur ulang untuk mengurangi
dampak buruknya terhadap lingkungan. Penelitian ini akan membahas pertanian
integrasi berdasarkan definisi RIRDC (2002) ini, yang pada bahasan selanjutnya
istilah integrated biosystems akan disebut sebagai usahatani integrasi. Departemen
Pertanian juga telah menggunakan istilah usahatani integrasi untuk konsep
integrated biosystems yang dimaksud.
Salah satu bentuk integrasi yang telah dilakukan di Indonesia adalah integrasi
tanaman-ternak (ITT) atau pola Crop-Livestock System (CLS) dan integrasi tanaman-

25
ternak-ikan (ITTI). Tanaman dapat berupa tanaman pangan atau tanaman perkebunan
yang kemudian diintegrasikan dengan ternak sapi, domba, kambing, dan berbagai
jenis ikan. Memadukan tanaman, ternak dan ikan pada sistem usahatani kecil
mempunyai kelebihan ditinjau dari ekologi dan ekonomi. Sistem ini secara kondusif
telah melaksanakan konservasi sumberdaya alam, karena mendorong stabilitas
habitat dan keanekaragaman kehidupan alami di lingkungan pertanian dan
sekitarnya. Sistem terpadu ini mengoptimumkan penggunaan sumberdaya yang
berasal dari usahatani itu sendiri maupun yang ada di sekitarnya, dan mendorong
konservasi habitat daripada merusaknya. Sistem ini bersifat produktif dan
menguntungkan karena melaksanakan daur ulang secara intensif. Limbah dari satu
kegiatan dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara kegiatan yang lain. Selain itu ikan
merupakan sumber protein hewani untuk rumah tangga petani (Sutanto 2002)
Tjakrawiralaksana (1983) dalam Hanifah (2008) menyebut usahatani
integrasi sebagai usahatani terpadu. Usahatani terpadu memiliki beberapa manfaat
dilihat dari sudut petani dan keluarga. Penyelenggaraan usahatani integrasi
mempunyai keuntungan sebagai berikut:
1. Menyediakan kebutuhan pangan dan gizi yang bervariasi bagi keluarga
petani.
2. Memberikan pendapatan yang tidak tergantung kepada musim. Pendapatan
itu dapat diperoleh secara bersinambung dari waktu ke waktu dengan jarak
yang tidak begitu lama. Selain itu usahatani tersebut dapat mengurangi resiko
kegagalan hasil.

26
3. Mengefektifkan tenaga kerja keluarga. Dengan usahatani integrasi
pengangguran tak kentara dapat dihindarkan dan produktivitas tenaga kerja
keluarga dapat ditingkatkan.
4. Usahatani integrasi juga dapat meningkatkan produktivitas penggunaan lahan
dan modal, serta menjaga kelestarian alam. Dengan usahatani integrasi
kesuburan lahan akan dapat dipertahankan, berkat tersedianya pupuk kandang
yang dihasilkan hewan ternak.
Tipe usahatani integrasi yang dilakukan mendekati tipe closed loops. Tipe ini
adalah tipe usahatani integrasi yang memadukan ternak, pupuk kandang, pupuk
untuk tanaman, pakan ternak, dan ternak. Kelima elemen ini telah dimiliki dan
ditambah lagi dengan adanya ikan yang memanfaatkan limbah tanaman dan ternak.
Beberapa pola usahatani integrasi telah diaplikasikan di beberapa negara yang
sistemnya disesuaikan dengan sumberdaya yang tersedia di masingmasing negara.
Filipina telah mengembangkan usahatani integrasi tipe multiple water use, dengan
pola Livestock-Fisheries System (LFC) sejak tahun 1970, yang merupakan integrasi
ternak babi dan bebek dengan ikan. Indonesia telah mulai mengadosi sistem ini. Di
Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Timur terdapat usahatani integrasi simple
connections dengan pola Crop-Livestock System (CLS), yang merupakan integrasi
tanaman pangan dan ternak. Pada daerah lainnya yaitu di Bengkulu terdapat
usahatani integrasi yang biasa disebut SISKA (Sistem Integrasi Sapi dengan Kelapa
Sawit), yang merupakan integrasi tanaman kelapa sawit dengan ternak sapi.



27
1.5.3. Kajian Empiris tentang Sistem Pertanian Integrasi
Berbagai penelitian mengenai pola-pola pertanian integrasi yang dapat
diterapkan telah banyak dilakukan. Seperti Thailand, Cina, Vietnam, India dan
Bangladesh. Bangladesh telah menerapkan pertanian integrasi sesuai dengan kondisi
alam dan sumberdaya yang mereka miliki. Tajjuddin (1997) mengatakan bahwa
hampir 90 persen petani Bangladesh memiliki ternak dan unggas untuk
menghasilkan pangan seperti susu, daging, telur dan keperluan lainnya seperti kulit,
bulu, wool, pupuk kandang dan bahan bakar (biogas). Ternak dan unggas tersebut
diintegrasikan satu sama lain dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan menghemat
biaya usahatani. Penghematan biaya yang dimaksud adalah penghematan biaya tunai.
Selain itu ikan selalu menjadi bagian penting dari usahatani integrasi yang dilakukan
di daerah pedesaan Bangladesh. Di Filipina, hasil analisis ekonomi dan kelayakan
usaha menunjukkan pola integrasi ternak-ikan sangat menguntungkan (Maramba et
al. 1978, diacu dalam Arboleda 2004). Untuk mempromosikan teknologi ini,
Philippine Council for Aquatic and Marine Research and Development (1990) telah
menerbitkan manual atau SOP (Standard Operation Procedure) untuk Integrated
Crop- Livestock-Fish Farming System. Walaupun pengadopsian teknologi ini masih
lambat, telah ada beberapa wirausaha yang menerapkan teknologi ini yaitu Yaptenco
Farm (babi-ikan) dan Maya Farms (ternak-biogas-ikan). Keduanya menyatakan telah
mendapatkan keuntungan dari sistem integrasi ini. Alat analisis yang digunakannya
adalah analisis investasi karena kedua perusahaan menaruh investasi yang besar di
mesin pengolah biogas.

28
Daerah-daerah di Indonesia mulai banyak yang menerapkan pertanian
integrasi. Salah satunya adalah Kabupaten Lampung Utara. Analisis pendapatan
usahatani pada pertanian lada terintegrasi ternak kambing di Kecamatan Abung
Timur, Kabupaten Lampung Utara yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Lampung (BPTP Lampung) pada tahun 2002, memperlihatkan bahwa
dengan pemeliharaan ternak kambing dapat memberikan tambahan pendapatan
petani lada Rp 4.088.760,00 per hektar per tahun, yang terdiri atas pendapatan
kambing Rp 1.188.760,00 dan tanaman lada Rp 2.900.000,00 per hektar per tahun
dengan nilai rasio R/C 1,8, sedangkan cara bertani tanpa integrasi ternak kambing
hanya Rp 1.315.000,00 per hektar per tahun dengan nilai rasio R/C 1,6.
Data Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengenai struktur
pendapatan usahatani tanaman pangan dipadukan dengan ternak sapi di Indonesia,
tampak bahwa usahatani tersebut memiliki pendapatan yang lebih baik dibandingkan
usahatani yang dilakukan secara parsial atau berdiri sendiri.
Penerimaan dan pendapatan petani lahan irigasi yang mengelola tanaman
pangan diintegrasikan dengan ternak sapi lebih tinggi masing-masing 6,46 persen
dan 25,64 persen dibandingkan petani yang mengelola usaha tersebut secara parsial.
Begitu pula dengan petani sawah tadah hujan mampu meningkatkan penerimaan dan
pendapatan sebesar 6,65 persen dan 19,87 persen. Sementara pada lahan kering, pola
integrasi tanaman-ternak mampu meningkatkan penerimaan dan pendapatan masing-
masing sebesar 4,49 persen dan 38,87 persen. Pada semua agroekosistem terlihat
pola integrasi tanaman-ternak mampu meningkatkan efisiensi yang dicirikan oleh
membaiknya nilai rasio R/C.

29
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu (BPTP Bengkulu)
melakukan kajian sosial ekonomi pada sistem integrasi sapi dan kelapa sawit
(SISKA) yang dilakukan PT. Agricinal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
sapi meringankan kerja pemanen dalam mengumpulkan tandan buah segar sehingga
meningkatkan kemampuan kerja pemanen dari areal kerja 10 hektar menjadi 15
hektar. Ternak sapi menghasilkan feses yang potensial untuk dijadikan kompos untuk
mengurangi penggunaan pupuk kimia dan biaya produksi. Hasil samping perkebunan
kelapa sawit (pelepah, daun, rumput, solid, bungkil inti sawit) dapat dimanfaatkan
untuk pakan ternak. Tahun awal usaha adalah tahun 1997 dan tahun akhir 2003,
dengan tingkat bunga 19,5 persen per tahun. Analisis kelayakan menunjukkan bahwa
pada skala usaha 6 ekor induk dan 1 ekor jantan memberikan gambaran bahwa usaha
tersebut menuju usaha yang komersial dengan nilai rasio R/C sebesar 3,13; NPV
sebesar Rp22.425.000,00 dan IRR diatas 50 persen.
Hasil-hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan integrasi
komoditas yang dilakukan dapat memberikan tambahan manfaat bagi petani.
1.5.4. Pola Tanam Usahatani
Pola tanam usahatani adalah suatu usaha penanaman pada suatu bidang lahan
dengan mengatur pola pertanaman. Pola pertanaman adalah suatu susunan tata letak
dan tata urutan tanaman pada sebidang tanah selama periode tertentu, termasuk di
dalamnya masa pengolahan tanah dan bera (Setjanta 1983 dalam Hanifah 2008).
Pada lahan intensif yang mengutamakan pada keanekaragaman, biasanya terdiri lebih
dari satu jenis tanaman (diversifikasi): umbi-umbian, sayuran, toga (tanaman obat
keluarga), legum dan buah-buahan. Pergiliran tanaman dapat dilaksanakan untuk

30
setiap petak. Nilai nutrisi masing-masing tanaman dipertimbangkan dalam
mengembangkan intensifikasi lahan. Alasan utama dari diversifikasi tanaman ini
adalah stabilisasi dalam pendapatan pertanian dan menghindari ketergantungan serta
mengurangi resiko akan harga jual yang tidak menentu, selain itu diversifikasi juga
dilakukan untuk memperbaiki keseimbangan gizi keluarga petani sehingga sebagian
besar dari keperluan hidup sehat dapat terpenuhi dan diperoleh dari hasil usahatani
sendiri.
Menurut Sutanto (2002) kemungkinan intensifikasi lahan yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah yang dipadukan dengan pengembangan ternak.
Menurut Halcrow (1992) diversifikasi usahatani dapat berbentuk kombinasi usaha
tanaman dan ternak; kombinasi tanaman yang memiliki tipe pertumbuhan yang
berbeda; dan kombinasi dari beberapa usahatani ternak.
Alasan petani melakukan diversifikasi adalah:
1. Meningkatkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki petani, khususnya
tenaga kerja. Diversifikasi dapat menyebabkan kesempatan kerja pada
beberapa cabang usahatani dengan beberapa komoditas yang diusahakan
sepanjang tahun. Sumberdaya dapat digunakan secara optimal.
2. Mengurangi resiko terutama yang berkaitann dengan pendapatan. Kegagalan
dari suatu cabang usaha, termasuk resiko turunnya harga dapat ditutupi oleh
cabang usahatani lainnya.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Wicaksono (2006) yang dilakukan di
Kabupaten Cianjur. Tingkat pendapatan petani lahan luas lebih tinggi dari petani
lahan sempit, karena petani lahan luas lebih berdiversifikasi dibandingkan petani

31
lahan sempit. Hal ini diketahui dari penghitungan indeks diversifikasi dihasilkan nilai
yang lebih tinggi pada petani lahan luas.
1.5.5. Usaha Peternakan
Kondisi peternakan sapi perah di Indonesia saat ini masih dalam skala usaha
yang kecil (2-5 ekor) dan dianggap sebagai usaha sampingan tanpa memperhatikan
laba apalagi mementingkan kualitas produk yang dihasilkan. Usahatani ternak yang
dilakukan jauh dari teknologi dan tidak dikelola dengan manajemen yang baik.
Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha keluarga di
pedesaan dalam skala kecil. Komposisi peternak yang mempunyai ternak sapi perah
kurang dari 4 ekor diperkirakan mencapai 80 persen, 4-7 ekor sebesar 17 persen, dan
3 persen yang memiliki lebih dari 7 ekor. Dari komposisi tersebut dapat diperkirakan
bahwa 64 persen produksi susu segar di Indonesia berasal dari peternak skala kecil,
28 persen dari peternak skala sedang, dan 8 persen dari skala besar (Erwidodo 1993).

1.5.6. Komponen Biaya Sistem Integrasi Tanaman Ternak
Program sistem integrasi tanaman semusim -Ternak merupakan salah satu
alternatif dalam meningkatkan produksi pertanian, daging, susu, dan sekaligus
meningkatkan pendapatan petani (Haryanto, 2002). Badan litbang pertanian telah
meneliti dan mengkaji integrasi tanaman semusim -Ternak dengan pendekatam Zero
Waste. Yang dimaksud Zero Waste adalah pengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya lokal seperti pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak dan kotoran ternak sapi
untuk diproses menjadi pupuk organik. Artinya memperbaiki unsur hara yang

32
dibutuhkan tanaman sehingga tidak ada limbah yang terbuang (Dirjen Bina Produksi
Peternakan, 2002)
1.5.7.1. Biaya Produksi
Biaya Produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh pengusaha
untuk dapat menghasilkan output atau semua faktor produksi yang digunakan untuk
menghasilkan output (Rosyidi, 1996) sedangkan Soekartawi (2003) menyatakan
bahwa biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik
dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga
yang tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian operasional maupun
biaya non operasional yang menghasilkan keuntungan. Biaya dibedakan menjadi dua
yaitu biaya variabel yang merupakan biaya yang berubah-ubah untuk setiap
tingkatan, serta biaya tetap yaitu biaya yang dikeluarkan walaupun produksi tidak
berjalan (Swastha dan Sukartjo, 1993)
Biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau untuk
memperoleh suatu barang, yang bersifat ekonomis. Jadi dalam pengorbanan ini tidak
boleh mengandung pemborosan, sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian,
tidak di bebankan ke harga pokok (Alma, 2000). Menurut Abidin (2002) bahwa
pencatatan perlu dilakukan untuk dua pos besar, yaitu pos penegularan atau biaya
dan pos pendapatan. Biaya dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1) Biaya Tetap (Fixed Cost)

33
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang besarnya tetap, walaupun hasil
produksinya berubah sampai batas tertentu. Termasuk dalam biaya tetap yaitu
biaya sewa lahan, pembuatan kandang, pembelian peralatan dan pajak ternak
2) Biaya Variabel (Variabel Cost)
Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah jika hasil
produksinya berubah. Termasuk dalam biaya ini yaitu biaya pembelian pakan,
biaya pembelian bibit, biaya obat-obatan, dan tenaga kerja. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa diluar biaya tersebut, perlu juga diperhitungkan biaya-biaya
yang pada usaha peternakan tradisional tidak pernah diperhitungkan, seperti
perhitungan gaji tenaga kerja dari anggota keluarga, bunga modal, dan biaya
penyusutan.
3) Biaya Total
Menurut Swastha dan Sukartjo (1993) bahwa biaya total adalah keseluruhan
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan kata lain biaya total ini
merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total yang
dibebankan pada setiap unit disebut biaya total rata-rata (average total cost).
1.5.7.2.Penerimaan dan Pendapatan
Soekartawi, et.al (1986) menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai
produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang
tidak dijual sedangkan menurut Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa
penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga per satuan.
Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada
tingkat usaha tani atau harga jual petani.

34
Penerimaan adalah hasil dari perkalian jumlah produksi dengan harga jual
sedangkan pendapatan yaitu selisih dari total penerimaan dengan total biaya dengan
rumus Pd =TR TC, dimana Pd adalah Pendapatan, TR yaitu total penerimaan dan
TC adalah total biaya (Soekartawi, 1995). Pendapatan usaha ternak sapi sangat
dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga
semakin banyak jumlah ternak sapi maka semakin tinggi pendapatan bersih yang
diperoleh (Soekartawi, 1995).

1.5.8. Kajian Empiris Pendapatan Usahatani Ternak
Berdasarkan hasil pengamatan, banyak petani belum melakukan kegiatan
integrasi sawit-ternak sapi, karena jarak kebun dengan rumah petani umumnya jauh
dan faktor keamanan ternak dari pencurian, rendahnya tingkat pengetahuan petani
untuk beternak dalam pola integrasi sawit-sapi. Estimasi pendapatan petani sawit
tidak integrasi dan integrasi sawit-ternak sapi, dengan pemeliharaan 2 ekor ternak (3
periode/tahun) yang dikandangkan, memperlihatkan selisih pendapatan yang lebih
tinggi pada usaha tani integrasi sawit-ternak sapi sekitar Rp. 17,228,000.00 (43,01
%)., yang diperoleh dari : (1) adanya penghematan biaya pengendalian gulma, dan
(2) adanya keuntungan dari hasil penjualan sapi dan pengolahan pupuk organik, serta
adanya penghematan sebesar 33.33 % biaya produksi sawit dari pengendalian
tanaman penutup tanah/gulma dan limbah pelepah pada integrasi sawit-sapi yang
diambil sebagai pakan ternak, hal tersebut memberikan hasil yang lebih baik
dibanding dengan hasil petani integrasi sawit-ternak sapi di Malaysia seperti yang
dipaparkan oleh Lembaga Usahawantani Malaysia (2007) melaporkan : (a) program
integrasi sawit-ternak sapi, mengoptimalkan sumberdaya lahan yang meningkatkan

35
pendapatan setiap hektar areal kebun sawit berkisar RP. 5.000.000-
6.000.000/hektar/tahun (RM 1.422-1.512 hektar/tahun), (b) hemat 20-50% biaya
produksi (pengendalian tanaman penutup tanah/gulma) pada integrasi sawit-sapi.
Umumnya petani mengelola usaha taninya secara sederhana berdasarkan
pengalaman, pengetahuan dan kebiasaan tanpa memperhitungkan nilai ekonomi.
Biaya yang dikeluarkan oleh petani sawit yang tidak menerapkan integrasi adalah
biaya kegiatan, penyemprotan gulma, tenaga kerja . namun Petani integrasi sawit-
sapi mengeluarkan biaya untuk pembelian bakalan, obat-obatan, bahan pembuatan
pupuk organik.
Penelitian mengenai pendapatan usahatani ternak sapi perah pernah dilakukan
sebelumnya oleh Vidiayanti (2004) pada usaha peternakan sapi perah di Kawasan
Usaha Peternakan (KUNAK) sapi perah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui total penerimaan yang
diperoleh keluarga yang mengusahakan sapi perah dalam satu masa laktasi (305 hari)
adalah sebesar Rp 69.086.100,00. Produksi susu sapi untuk satu periode laktasi
adalah 2.874,05 liter per ekor. Rata-rata kepemilikan sapi adalah 9 ekor per petani.
Sedangkan total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 61.395.100,00 dengan rincian
72,05 persen adalah biaya tunai dan 27,95 persen adalah biaya tidak tunai, sehingga
pendapatan bersih yang diterima adalah sebesar Rp 7.691.000,00. Komponen biaya
terbesar adalah biaya untuk pakan ternak, yaitu konsentrat, ampas tahu dan hijauan
(tidak tunai) yaitu masingmasing sebesar 25,81 persen, 20,29 persen dan 11,92
persen dari total biaya.

36
Biaya-biaya ini tentu dapat diminimalisir apabila petani dapat mencari
alternatif pakan ternak yang lebih murah. Dalam penelitian ini akan dilihat tambahan
manfaat yang didapat dengan mengintegrasikan ternak dengan tanaman dan ikan.
1.5.9. Penelitian Sebelumnya
Menurut Nyak Ilham dan Handewi P. Saliem (2011) Pakan merupakan faktor
penting dalam usaha sapi potong. Sumber pakan potensial yang belum banyak
dimanfatkan adalah lahan di bawah tanaman kelapa sawit dan limbah perkebunan
dan industri kelapa sawit. Kawasan perkebunan kelapa sawit, merupakan alternatif
sebagai kawasan baru pengembangan sapi potong sistem integrasi tanaman ternak.
Diharapkan dukungan Program Kredit Usaha Pembibitan Sapi dapat mempercepat
mendorong berbagai stakeholder untuk mengembangkan kawasan itu. Artikel ini
bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha sapi potong yang
diintegrasikan dengan perkebunan kelapa sawit dengan berbagai pola pengusahaan
ternak. Analisis di lakukan berdasarkan studi sebelumnya terkait dengan integrasi
usaha ternak sapi dengan tanaman sawit. Usahatani pembibitan sapi yang
diintegrasikan dengan perkebunan sawit memberikan keuntungan dengan nilai R/C
berkisar 1,05 - 2,84. Secara finansial usaha tersebut layak dikembangkan dengan
nilai IRR berkisar antara 21 - 29 persen, nilai B/C antara 1,35 - 2,67, dan lama
pengembalian modal 4,91 - 6,4 tahun. Diharapkan pemerintah dapat lebih
mendorong pihak pengusaha perkebunan terlibat sebagai avalis, fleksibilitas
persyaratan perbankan dan pihak Badan Pertanahan Nasional melakukan sertifikasi
untuk mendukung mengembangkan usaha pembibitan sapi yang terintegrasi dengan
perkebunan sawit.

37
1.5.10. Kelayakan Sistem Integrasi Tanaman Ternak
Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa belum banyak dilakukan penelitian
mengenai pengembangan sistem integrasi kelapa sawit - usaha ternak sapi dengan
menggunakan analisis finansial di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kalau
adapun masih terbatas pada aspek tertentu saja. Oleh karena itu, penelitian mengenai
pengembangan sistem integrasi usahatani kelapa sawit - usaha ternak sapi ini
menjadi penting dilakukan sehubungan dengan usaha pemerintah untuk
mempertahankan swasembada protein, memperluas kesempatan kerja, dan
meningkatkan pendapatan petani di pedesaan.
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value diartikan sebagai nilai bersih sekarang. NPV merupakan
selisih antara presen value dari benefit dan presen value dari biaya. Net Present
Value merupakan net benefit yang telah di discounted dengan Social Opportunity
Cost of Capital (SOCC). J ika hasil perhitungan NPV lebih besar dari nol (NPV>0)
maka dikatakan usaha tersebut layak untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari nol
(NPV<0) tidak layak untuk dilaksanakan. J ika sama dengan nol (NPV=0) berarti
usaha tersebut mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital.
Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode NPV adalah
sebagai berikut:
- Apabila NPV >0, maka usulan proyek diterima,
- Apabila NPV <0, maka usulan proyek ditolak, dan
- Apabila NPV =0, Kemungkinan proyek akan diterima atau nilai perusahaan
tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak.

38
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio adalah perbandingan antara net present value positif
dengan present value negative. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat
benefit akan diperoleh dari cost yang akan dikeluarkan. J ika Net B/C lebih besar dari
satu gagasan usaha tersebut layak untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari satu
berarti yang diterima lebih kecil dari cost yang telah dikeluarkan yang berarti usaha
tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai discount rate yang membuat NPV
dari proyek sama dengan nol. IRR adalah untuk mengetahui persentasi keuntungan
dari suatu proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Dengan demikian untuk
mencari IRR kita harus menaikkan discount factor sehingga tercapai NPV sama
dengan nol.
IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih
dalam suatu proyek asal setiap benefit bersih yang diwujudkan secara otomatis
ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan
selama sisa umur proyek.
4. Break Even Point (BEP)
Break Event Point merupakan saat dimana penghasilan total sama dengan
biaya total. J ika saat BEP suatu usaha tidak mendapatkan keuntungan dan tidak
mengalami kerugian (titik impas). Dilihat dari jumlah produksi titik BEP diperoleh
pada saat penerimaan sama dengan pengeluaran. Semakin besar keuntungan yang
diterima semakin cepat waktu pengembalian biaya yang telah dikeluarkan. Dengan

39
mengetahui jumlah produksi dalam keadaan BEP maka hal ini dapat digunakan
sebagai ukuran bagi pelaksana dalam mendapatkan keuntungan yang diharapkan.
5. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas atau analisis kepekaan bertujuan untuk melihat
kemungkinana-kemungkinan yang tetjadi pada analisis usaha, jika ada suatu
kesalahan perhitungan biaya dan manfaat serta perubahan-perubahan yang tidak
dapat diduga sebelumnya.

1.6. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan penelitian sebelumnya, maka adapun hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Besarnya pendapatan Sistem Integrasi tanaman ternak telah layak
b. Efisiensi pekerjaan, modal kecil, dan efisiensi waktu adalah alasan petani
melakukan sistem integrasi tanaman ternak.
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya pada masyarakat petani kelapa sawit yang mempunyai
usaha peternakan sapi. Objek penelitian adalah pada masyarakat petani kelapa sawit
yang mempunyai usaha peternakan sapi. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada
pendapatan Sistem Integrasi tanaman ternak dan kelayakan sistem integtrasi
tanaman ternak..
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa desa
tersebut merupakan salah satu desa yang penduduknya sebagian besar masyarakat
petani kelapa sawit yang mempunyai usaha peternakan sapi, selain itu desa tersebut
juga mudah dijangkau.

2.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen yang menjadi objek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang memiliki
usahatani sawit dan usaha ternak sapi yang berstatus pemilik.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sensus
karena populasinya kecil yakni 20 responden sehingga sampel diambil secara
keseluruhan.

41
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder.Teknik pengumpulan data primer terhadap responden dilakukan dengan
pencatatan, wawancara yang mendalam dan observasi langsung ke lokasi penelitian.
Untuk memperkuat dan melengkapi data primer maka diperlukan juga data sekunder
yang diperoleh dari perpustakaan, media massa, lembaga-lembaga pemerintah
maupun non pemerintah dan instansi-instansi yang terkait dalam penelitian ini.

2.3. Batasan Variabel
Untuk menguji hipotesis yang diturunkan di atas di perlukan variabel-
variabel adalah sebagai berikut:
a. Luas Lahan Garapan
Luas Lahan Garapan, yaitu luas lahan yang digarap oleh petani untuk
berusahatani kelapa sawit dinyatakan dalam Ha.
b. Biaya Produksi
Biaya produksi, yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi berlangsung baik biaya tunai maupun biaya tidak tunai yang diukur
dalam rupiah/ha/Tahun
c. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah curahan tenaga kerja baik tenaga kerja pria, wanita dan
anak-anak yang bersumber dari dalam keluarga dan luar keluarga yang
dipergunakan dalam usahatani kelapa sawit dan usaha ternak sapi potong.
Keseluruhan tenaga kerja tersebut dikonfirmasikan ke dalam Hari Kerja Pria
(HKP) dengan menggunakan formula (Mubyarto, 1999) sebagai berikut :

42

w
j h t
L


Dimana:
L =Hari Kerja Pria (HKP)
t =Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
h =Jumlah Hari Kerja (hari)
j = Jumlah jam kerja (jam)
w =Rata-rata jam kerja per hari per orang
d. Jumlah Produksi
Jumlah produksi, yaitu besarnya hasil usahatani kelapa sawit dan usaha
ternak sapi potong yang dinyatakan dalam satuan Kg.
e. Harga Jual
Harga jual, yaitu tingkat harga rata-rata yang berlaku di daerah penelitian dan
dinyatakan dalam satuan Rupiah/Kg.
f. Total Penerimaan atau manfaat
Total Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produksi dengan harga jual
produksi yang berlaku di daerah penelitian dalam satuan Rp.
g. Pendapatan Usahatani
Pendapatan bersih (keuntungan), yaitu merupakan selisih nilai hasil produksi
dengan nilai total biaya produksi yang dikeluarkan baik tunai maupun tidak
tunai dan dinyatakan dalam Rp.




43
2.4. Model Analisis
Data yang telah dikumpulkan dilapangan selanjutnya diolah dan
ditabulasikan, kemudian dipindahkan dalam bentuk tabelaris sesuai dengan
kebutuhan analisis. Sesuai dengan hipotesis yang telah diuraikan, maka model
analisis yang digunakan adalah :
Untuk hipotesis 1, diuji dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Pendapatan (penerimaan) merupakan selisih antara total revenue dengan total cost,
dirumuskan sebagai berikut :
I =TR TC
I = Q. Pq (FC +VC).................................................(Suharyanto, 2004)
Dimana :
I =Pendapatan (Income).
TR =Total Penerimaan (Total Revenue).
TC =Total Biaya (Total Cost).
FC =Biaya Tetap (Fixed Cost).
VC =Biya Tidak Tetap (Variable Cost).
Q =Jumlah Produksi (Quantity).
Pq =Harga Jual Perunit.
Untuk menjawab hipotesis 2, maka digunakan model analisis Studi
Kelayakan Bisnis (SKB). Data yang telah dikumpulkan dilapangan diolah dan
ditabulasikan kemudian dipindahkan kedalam bentuk tabel sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan analisis. Sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan diatas maka
pengujian nya dilakukan dengan prosedur kriteria investasi (Kadariah, 1979).

44
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan selisih antara present value dari benefit dan
present value dari biaya. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
NPV =
B
t
C
t
(1+i)
t
t=n
t=0

Dimana :
Bt = Benefit kotor sehubungan dengan suatu proyek pada tahun t
Ct =Biaya kotor sehubungan dengan suatu proyek pada tahun t, tidak dilihat
apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal (pembelian peralatan,
tanah, konstruksi dan sebagainya).
n = Umur ekonomis dari proyek
i = Sosial Opportunity Cost of Capital yang ditunjukkan sebagai Discount
Rate.
J ika NPV >0 berarti usaha atau proyek tersebut menguntungkan dan
jika NPV <0 maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya
terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit
bersih positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas present value dari biaya bersih
dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif yaitu biaya kotor lebih besar
daripada benefit kotor.



45
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

(B
t
C
t
)
(1+i)
t
t=n
t=0

Net B/C =

(B
t
C
t
)
(1+i)
t
t=n
t=0


NPI (+)
Net B/C =
NPI ()
Dimana :
Bt =Benefit pada tahun ke t
Ct =Biaya pada tahun ke t
i =Tingkat bunga yang berlaku
n =Umur ekonomis dari proyek
J ika Net B/C >1, berarti pengembangan sistem integrasi usahatani kelapa sawit
ternak sapi layak untuk diusahakan.
J ika Net B/C =1, berarti pengembangan sistem integrasi usahatani kelapa sawit
ternak sapi tidak untung dan tidak rugi.
J ika Net B/C <1, berarti pengembangan sistem integrasi usahatani kelapa sawit
ternak sapi tidak layak untuk diusahakan.
3. Internal Rate of Return
Internal Rate of Return digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan
dari suatu proyek tiap tahunnya dan juga merupakan alat ukur kemampuan proyek
dalam mengembalikan bunga pinjaman dengan formula sebagai berikut :
IRR=i
1
+
NVP
1
NVP
1
NPV
2
(i
2
i
1
)

46
i
1
=Tingkat bunga i
1
(dimana NPV positif)
i
2
=Tingkat bunga i
2
(dimana NPV negatif)
NPV
1
=Nilai NPV pada tingkatan bunga i
1
(positif menuju nol)
NPV
2
=Nilai NPV pada tingkatan bunga i
2
(negatif menuju nol)

J ika IRR > Discount rate, maka usaha tersebut layak diusahakan.
J ika IRR = Discount rate, maka usaha tersebut berada pada titik impas dan layak
untuk diusahakan.
J ika IRR <Discount rate, maka usaha tersebut tidak layak diusahakan.
4. Break Event Point (BEP)
Untuk menghitung dan menggambarkan suatu usaha atau proyek dalam
keadaan seimbang (tidak untuk dan tidak rugi secara finansial). Rumus yang
digunakan sebagai berikut :
Ic
1
t=n
t=0
B
cp-1
t=n
t=0

BEP =T
p-1
+
B
p
Dimana :
T
p-1
=Satu tahun sebelum terdapat BEP
Tc
1
=Jumlah total cost yang telah di discount
B
iep-1
=jumlah benefit yang telah di discount satu tahun sebelum terdapat BEP
B
p
=jumlah benefit yang telah di discount yang terdapat pada tahun BEP
n =Umur ekonomis proyek



47
Asumsi :
1. Umur ekonomis tanaman sawit sesuai dengan teori adalah 25 tahun
2. Putaran produk sapi intergrasi sawit- sapi dijual pada umur sapi 3
tahun.

BAB III
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Daerah
Secara geografis desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh
Barat Daya terletak pada garis 04,30
0
- 04,60
0
Lintang Utara dan 95,75
0
- 96,20
0
Bujur
Timur. Luas wilayah kabupaten Pidie Jaya 13.200 Km.
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya dengan
batas-batas desa Lama Tuha adalah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Keudee Baro
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ie Mameh
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Alue Pisang
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Alue Padee

3.1.1. Tanah dan Topografi
Jenis tanah di Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya di dominasi oleh tanah podsolid merah kuning (PMK) dan Aluvial. Keadaan
topografi di daerah praktek adalah sangat bervariasi sebagian besar berlahan datar
yang merupakan daerah persawahan, ladang, perumahan, dan pekarangan.
Sedangkan daerah berbukit, bergelombangn dan pengunungan merupakan
perkebunan dan hutan negara.

49
Karena tanaman sawit mempunyai adaptasi yang tinggi dan dapat hidup di
daerah tersebut maka jika dilihat dari keadaan topografi di daerah praktek tanaman
sawit dapat ditanam didaerah tersebut.

3.1.2. Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman disamping faktor lainnya, iklim juga berperan dalam proses
pembentukan dan perkembangan tanah disamping menentukan pertumbuhan dan
produksi bagi tanaman. Iklim mempengaruhi perkembangan profil tanah melalui
komponen curah hujan dan temperatur. Faktor penting dalam iklim adalah curah
hujan, suhu dan pancaran sinar matahari, dimana curah hujan merupakan faktor
penting baik untuk produksi tanaman maupun untuk pembentukan tanah, hal ini
berkaitan erat dengan persediaan air untuk lahan pertanian.
Tabel 1. Rata-rata Curah hujan, Hari Hujan, Bulan Kering Dan Bulan Basah
Di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya, Tahun 2006-2010

Tahun Curah Hujan
Hari hujan
(hari)
Bulan kering
(Bulan)
Bulan Basah
(Bulan)
2006 1558,0 74,0 2,0 8,0
2007 2190,0 114,0 1,0 9,0
2008 1056,0 71,0 3,0 7,0
2009 1930,0 84,0 2,0 8,0
2010 2470,0 132,0 1,0 9,0
Jumlah 9204,0 475,0 9,0 41,0
Rata-rata 1840,8 95,0 1,8 8,2
Sumber : BPP Aceh Barat Daya ,2011
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat curah hujan tertinggi terjadi pada
tahun 2010 yaitu 2470 mm per tahun, rata-rata hujan adalah 95,0 hari per tahun, rata-
rata bulan basah adalah 8,2 bulan per tahun, dan rata-rata bulan kering adalah 1,6

50
bulan per tahun. Menurut Schmidt dan Ferguson (Karin, 1981), tipe iklim suatu
daerah dapat dihitung dengan mencari nilai Q yaitu dengan membandingkan antara
jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah.
Formulanya adalah:
Q=
roto roto bulon kcring
roto roto bulon boso
x 100%

Dengan menggunakan formula diatas, tipe iklim daerah praktek lapangan
dapat ditentukan dengan memasukkan angka rata-rata bulan kering dan bulan basah
yang ada pada tabel 1. yaitu:
Q=
1,8
8,2
x 100%
Q=21,95%
Berdasarkan perhitungan nilai Q diatas diperoleh sebesar 22%, maka menurut
Schmidt dan Ferguson, daerah ini tergolong kedalam tipe C (basah). Iklim ini cocok
untuk tanaman pertanian seperti kakao dan jenis tanaman lainnya.

3.1.3. Penduduk Dan Mata Pencaharian
Masyarakat Di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh
Barat Daya. Namun ada sebagian penduduk pendatang yang berlokasi di daerah
tersebut. Jumlah penduduk Di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten
Aceh Barat Daya seluruhnya berjumlah 8.906 J iwa.



51
Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya
mempunyai sektor pencaharian yang beragam, namun mayoritas penduduk bermata
pencaharian sebagai petani, Banyaknya penduduk yang bermata pencaharian petani
disebabkan karena tanah pertaniannya luas khususnya sawah.

3.1.4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sudah cukup mamadai namun demikian terdapat
beberapa kekurangan. Prasarana yang telah dibangun antara lain jalan-jalan desa
telah ditingkatkan, jaringan air bersih dan jaringan listrik sudah cukup memadai.
Kedua Kecamatan ini juga dilewati kendaraan jalur lalu lintas Sumatera, dilewati
juga oleh labi-labi sebagai sarana angkutan pedesaan antar Kecamatan.
Sarana pendidikan dan peribadatan sudah cukup memadai yaitu telah adanya
Mesjid, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama dan lanjutan
Atas, Sekolah Menengah Kejuruan serta Pesantren-pesantren. Begitu juga dengan
sarana kesehatan telah disediakan Puskesmas dan beberapa unit puskesmas bantu
juga adanya unit Posyandu.

3.2. Budiaya Kelapa Sawit
3.2.1. Syarat Pertumbuhan
1. Iklim
Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-
2.500 mm. Temperatur optimal 24-28
0
C. Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500
m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.

52
2. Media Tanam
Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur.
Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH
tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut
saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

3.2.2. Pedoman Teknis Budidaya
1. Pembibitan
1.1.Penyemaian
Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah
lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag
harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah
berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan. Bibit dari dederan
dipindahkan ke dalam polibag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah
lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5
ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan
jarak 90x90 cm.
a. Pemeliharaan Pembibitan
Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau
disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan
mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9
bulan. Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :


53
Tabel 2. Penggunaan Pupuk Makro

Pupuk Makro
15-15-6-4
Minggu ke 2 dan 3 (2 gram); minggu ke 4 dan 5 (4gr); minggu ke 6 dan
8 (6gr); minggu ke 10 dan 12 (8gr)
12-12-17-2
Mingu ke 14, 15, 16 dan 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 dan 28 (12gr),
minggu ke 30, 32, 34 dan 36 (17gr), minggu ke 38 dan 40 (20gr).
12-12-17-2
Minggu ke 19 dan 21 (4gr); minggu ke 23 dan 25 (6gr); minggu ke 27,
29 dan 31 (8gr)
POC NASA
Mulai minggu ke 1 40 (1-2cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu
sekali).

3.2.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah
(legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena
dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi,
mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu
(gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera
setelah persiapan lahan selesai.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50x40 cm
sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. J arak
9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m
dari sisi lereng.


54
3) Cara Penanaman
Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur.
Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati
dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah
dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama +1 minggu di sekitar perakaran
tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara
merata dengan dosis 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4
tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPERNASA. Adapun cara
penggunaan SUPERNASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPERNASA diencerkan
dalam 2 liter 2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi
10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

3.2.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman dan Penjarangan
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar
135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.
2) Penyiangan
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.
3) Pemupukan
Anjuran pemupukan sebagai berikut :




55
Tabel 3. Dosis Pupuk Makro
Urea 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 dan 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
225 kg/ha
1000 kg/ha
TSP 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 dan 36
2. Bulan ke 48 dan 60
115 kg/ha
750 kg/ha
MOP/KCl 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 dan 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
200 kg/ha
1200 kg/ha
Kieserite 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 dan 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
75 kg/ha
600 kg/ha
Borax 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 dan 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
20 kg/ha
40 g/ha

4) Pemangkasan Daun
Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:
1. Pemangkasan pasir. Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk
waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
2. Pemangkasan produksi. Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk
(songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.
3. Pemangkasan pemeliharaan. Membuang daun-daun songgo dua secara rutin
sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.
5) Kastrasi Bunga
Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman
berumur 12-20 bulan.

6) Penyerbukan Buatan
Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan
buatan oleh manusia atau serangga.


56
3.2.5. Hama dan Penyakit
1) Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun.
Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian:
Semprot Pestona atau Natural BVR.
b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala:
daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian:
Penyemprotan dengan Pestona.
2) Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang
akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa
layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan
persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau,
penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan
pengunaan Natural GLIO.
b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala:
bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada
daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit

57
dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO
semenjak awal.
c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala:
pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati
dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah
diinokulasi penyakit.
3.2.6. Panen
1) Umur Panen
Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah
penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan,
sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1
tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah
sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya
kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan
yang beratnya 10 kg atau lebih.

b. Beternak Sapi
1. Memilih Jenis Sapi
Jenis-jenis sapi potong yang biasa dipelihara adalah : Sapi Bali, Sapi Madura,
Sapi Ongole, sapi Peranakan ongole, sapi Charolois, sapi Hereford, sapi
Brangus dan lain-lain.


58
2. Pemeliharaan dan Kandang
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada
kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X
1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi
kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas,
sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan
produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang
kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu
kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada
kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam
mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh
daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.
Setiap pagi bilamana sapi sudah dikeluarkan, maka kotoran dlm kandang
dibersihkan bersama-sama sisa makanan dan dimasukkan ke dlm lubang
yang telah disediakan, untuk kemudian dijadikan pupuk, sedang bekas-bekas
urine disiram dengan abu dari api unggun.
Kandang untuk sapi potong hendaknya dibuat dari bahan-bahan yang kuat,
keadaan kandang harus terang dan ada sirkulasi udara bebas. Atap dari
genting/rumbia/ilalang. Lantai sebaiknya disemen atau sekurang-kurangnya
tanah dipadatkan.
3. Makanan
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan
hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara

59
mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif
dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah
melewati rumen.
Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan
berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan
membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan
adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat
yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji
kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih
dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan
masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan.
Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya.
Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-
alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput
gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.
Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan
nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas
rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena
terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.
Sapi-sapi diberi makan rumput, daun-daunan atau jerami yang sudah
difermentasi. Sebaiknya ada cadangan makanan untuk musim kemarau.
Biasanya berbentuk jerami, namun perlu diolah lagi supaya kualitas semakin
bagus dengan cara fermentasi jerami.

60
Pakan utk sapi potong dpt dikelompokkan menjadi :
1) Hijauan
Hijauan yang berkualitas baik sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup
pokok, pertunbuhan dan reproduksi yang normal sehingga pada pemeliharaan
sapi dianjurkan lebih banyak menggunakan hijauan (85-100%), apabila
hijauan banyak tersedia, pemberian konsentrat hanya dianjurkan utk keadaan
tertentu saja seperti saat sulit hijauan (di musim kemarau) atau untuk
penggemukkan.
Contoh hijauan unggul :
Rumput setaria
Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Rumput raja (Kinggrass)
Rumput benggala (Panicum maximum)
Rumput bede (Brachiaria decumbens)
Lamtorogun(Leucaena leucocepala)
Turi (Sesbania grandiflora)
Gamal (Gliricidia maculata)
Kaliandra

Contoh hijauan limbah pertanian :
Jerami kacang panjang
Jerami kedelai
Jerami padi

61
Jerami jagung
b. Konsentrat
Contoh konsentrat :
Dedak padi
Onggok (ampas singkong)
Ampas tahu, dan lain-lain
c. Makanan tambahan
Contoh : vitamin, mineral dan urea
Secara umum makanan utk seekor sapi setiap hari sebagai berikut :
Hijauan :35-47 kg atau bervariasi menurut berat dan besar badan
Konsentrat : 2-5 kg
Makanan tambahan : 30-50 gram
4. Kesehatan
Berbagai jenis penyakit pada sapi yang sering berjangkit baik yang menular
ataupun yang tidak menular. Penyakit menular yang terjangkit pada
umumnya menimbulkan kerugian besar bagi peternak dari tahun ke tahun.
Seperti ternak sapi menjadi korban penyakit radang limpa (Anthrax),
penyakit mulut dan kuku, serta penyakit surra.
Jenis penyakit yang sering terjadi pada sapi potong adalah :
Anthrax (radang limpa)
Penyakit mulut dan kuku
Penyakit surra
Penyakit radang paha

62
Penyakit Bruccellosis (keguguran menular)
Kuku busuk (foot ror)
Cacing hati
Cacing perut, dan lain-lain

5. Perkembangbiakan
Sapi potong mulai dewasa yaitu dimulai dari timbulnya oestrus (tanda-tanda
birahi, bronst). Pada umur 8-12 bulan, tergantung pada bangsa-bangsa,
makanan, dan lingkungannya.
Cara perkawinan Hand Mating yaitu pemeliharaan jantan dan betina dipisah
dan bila ada betina yang bronst, diambilkan pejantanya agar mengawininya
atau dilakukan perkawinan buatan atau dengan cara perkawinan bebas di
padang rumput. Dimana sapi-sapi jantan dan betina yang sudah dewasa pada
musim perkawinan dilepas bersama-sama, bila ada sapi-sapi betina yang
bronst tanpa campur tangan si pemilik akan terjadi perkawinan.
6. Pengolahan Hasil
Jenis olahan dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan minat
masyarakat. Dibandingkan dengan produk olahan memiliki daya tahan yang
lebih lama sehingga dapat mengurangi resiko akibat perubahan harga. Selain
itu, dalam upaya turut menjaga kelestarian lingkungan, pengolahan produk
sampingan seperti kulit, tulang dan darah dapat mengurangi resiko
pencemaran lingkungan.
Bentuk hasil dari olahan ternak sapi potong diantaranya adalah :

63
a. daging bisa diolah sebagi dendeng, daging asap, sosis, bakso,abon,
corned.
b. kulit bisa diolah sebagi bahan utk pembuatan tas, sepatu, ikat pinggang.

7. Pemasaran
Pemasaran hasil sebaiknya dikoordinasikan oleh kelompok tani. Agar biaya
yang dikeluarkan tidak terlalu banyak karena bisa ditanggung bersama-sama.
Pemasaran hasil sapi potong selain dipasarkan sebagai sapi potong berupa
produk daging, juga sering dijual dalam keadaan hidup dan sebaiknya
memilih standar harga per kilogram berat hidup.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik
Karakteristik petani merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
mengusahakan lahan taninya juga mempengaruhi terhadap kemampuan kerja seorang
petani dalam usaha meningkatkan produksi dan pendapatan pada usahatani.
Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, jumlah
tanggungan, dan pengalaman petani dalam mengusahakan usahatani. Karakteristik
petani dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Rata-Rata Karakteristik Petani Sistem Integrasi di Desa Lama Tuha
Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013.

No Karakteristik Petani Satuan Umur Rata-rata
1.
2.
3.
4.
Umur
Pendidikan
Pengalaman
Tanggungan
Tahun
Tahun
Tahun
J iwa
51
7
17
2
Sumber : Data Primer diolah (2012)

Tabel 4 memperlihatkan bahwa rata-rata umur petani sistem integrasi yaitu
51 tahun dengan memiliki tingkat pendidikan 7 tahun berarti petani sudah
menamatkan tingkat Sekolah Dasar (SD). Pengalaman rata-rata dalam berusahatani
17 tahun dan tangungan keluarga rata-rata adalah 2 orang.
Dimana tingkat pendidikannya masih tergolong rendah dan ini akan
mengakibatkan daya pikir petani terhadap perkembangan teknologi akan menjadi

65
lambat sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan diri dengan
perkembangan yang ada.

4.2. Usahatani Kelapa Sawit
4.2.1. Penggunaan Sarana Produksi
Untuk melakukan sebuah kegiatan bercocok tanam, tentunya seorang petani
memerlukan sarana produksi diantaranya adalah bibit, pupuk dan pestisida untuk
digunakan dalam meningkatkan produksi dan melindungi tanaman. Adapun
banyaknya bibit dan pupuk serta pestisida yang digunakan oleh para petani pada
usahatani kelapa sawit di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Jumlah Sarana Produksi Pupuk Pada Usahatani Sawit di Desa Lama
Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun
2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
3
4
5
Pupuk Urea
Pupuk SP-36
Pupuk KCL
Pupuk Kandang
Pestisida
Kg/tahun
Kg/tahun
Kg/tahun
Kg/tahun
Liter/Tahun
622,5
542,5
525
1.628
27,325
Sumber : Data Primer diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat banyaknya sarana produksi pupuk pada
usahatani sawit di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya rata-rata sebanyak 622,5 Kg per tahun untuk jenis pupuk urea, sedangkan jeis
pupuk SP-36 sebesar 542,5 Kg per tahun, pupuk KCL sebanyak 504,75 Kg per tahun
serta pupuk kandang sebanyak 3.797,5 Kg per tahun. Sedangkan pestisida sebanyak
27,325 liter per tahun.

66
Untuk memenuhi kebutuhan pupuk, maka para petani membeli pupuk ini,
sedangkan untuk jenis pupuk kandang para petani tidak membelinya, akan tetapi
mereka memperolehnya dari ternak mereka sendiri yang dimana mereka juga
memelihara ternak sapi di areal perkebunan sawit yang dimiliki oleh para petani di
Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya.
Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani di Desa Lama Tuha Kecamatan
Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya untuk mengadakan pupuk ini sebesar
Rp.10.966.875 per tahun, tidak termasuk biaya pupuk kandang. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Jumlah Biaya Sarana Produksi Pada Usahatani Sawit di Desa Lama
Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun
2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
3
4
5
Pupuk Urea
Pupuk SP-36
Pupuk KCL
Pupuk Kandang
Pestisida
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
2.801.250
2.441.250
3.675.000
-
2.049.375
Jumlah 10.966.875
Sumber : Data Primer diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat besarnya biaya sarana produksi yang terdiri
dari biaya pembelian bibit, pupuk dan pestisida. Dimana biaya terbesar adalah
pembelian pupuk urea yang mencapai Rp. 2.801.250 per tahun dan biaya terkecil
pestisida sebesar Rp. 2.049.375 per tahun.
Sedangkan biaya pembelian pupuk kandang yang mencapai Rp.813.750 per
tahun tidak dikeluarkan, dikarenakan usahatani yang dijalankan oleh petani di Desa

67
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya adalah konsep
integrasi antara usahatani kelapa sawit dengan usaha ternak sapi, oleh karena itu
adanya penggunaan sumber daya dari ternak sapi yaitu penggunaan hasil kotoran
sapi yang digunakan sebagai pupuk kandang.

4.2.2. Penggunaan Peralatan Produksi
Adapun penggunaan peralatan pada usahatani kelapa sawit terdiri dari
parang, cangkul, arit, garukan. Adapun jumlahnya yang digunakan oleh para petani
pada umumnya bervariasi dan disesuaikan dengan luas lahan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Jumlah Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Sawit di Desa Lama
Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun
2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
Sabit
Parang
Cangkul
Sprayer
Dodos
Egrek
Kereta Sorong
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
1
1
1
1
1
1
1
Sumber : Data Primer diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat penggunaan peralatan dimana untuk
peralatan produksi, dimana untuk jenis peralatan yang digunakan oleh petani terdiri
dari sabit, parang, cangkul, sprayer, dodos, egrek dan kereta sorong, masing-masing
peralatan tersebut digunakan petani sebanyak 1 unit.

68
Besarnya biaya penyusutan peralatan produksi sangat ditentukan oleh jumlah
peralatan produksi yang digunakan, untuk usahatani kelapa sawit yaitu untuk satu
tahun tanam yaitu Rp.961.250. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8
berikut :
Tabel 8. Jumlah Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Sawit di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya,
Tahun 2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
Sabit
Parang
Cangkul
Sprayer
Dodos
Egrek
Kereta Sorong
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
31.250
43.750
80.000
56.250
200.000
200.000
350.000
Jumlah 961.250
Sumber : Data Primer diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa besarnya biaya penyusutan, dimana
biaya terbesar adalah pembelian kereta sorong sebesar Rp.350.000 per tahun dan
yang terkecil adalah biaya pembelian sabit sebesar Rp.31.250 per Tahun.

4.2.3. Penggunaan Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi yang paling
penting dalam usahatani, hal ini yang menentukan berhasil tidaknya usahatani
tersebut. Dengan adanya pekerja yang tepat tentunya usahatani tersebut dapat
berjalan sesuai dengan harapan. Besarnya penggunaan tenaga kerja pada usahatani

69
kelapa sawit adalah 493,75 HOK per Tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 9 berikut :
Tabel 9. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Sawit di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya,
Tahun 2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
3
4
Pemeliharaan
Penyomprotan
Pemupukan
Pemanenan
HOK/Tahun
HOK/Tahun
HOK/Tahun
HOK/Tahun
168,75
101,25
24
199,75
Jumlah HOK/Tahun 493,75
Sumber : Data Primer diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat besarnya penggunaan tenaga kerja yang
terdiri dari 4 sub pekerjaan, dimana penggunaan tenaga kerja terkecil yaitu
pemupukan sebesar 24,00 HOK per tahun, sedangkan yang tertinggi yaitu pada
penggunaan tenaga kerja untuk pekerjaan pemanenan 199,75 HOK per tahun.
Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh para petani dapat dilihat pada Tabel 10
berikut :

Tabel 10. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Sawit di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya,
Tahun 2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
3
4
Pemeliharaan
Penyomprotan
Pemupukan
Pemanenan
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
5.062.500
5.062.500
720.000
13.982.500
Jumlah Rp/Tahun 24.827.500
Sumber : Data Primer diolah (2013)

70
Besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh para petani yaitu
mencapai Rp.24.827.500 per Tahun. Dimana biaya terbesar terdapat pada kegiatan
panen yang mencapai Rp.13.982.500 per Tahun.

4.2.4. Total Biaya Produksi
Adapun biaya produksi yang terdapat pada penelitian ini adalah biaya
variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya saprodi dan biaya tenaga
kerja. Sedangkan biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan. Untuk lebih jelasnya
tentang biaya produksi pada masing-masing usahatani dapat dilihat pada Tabel 11
berikut
Tabel 11. Jumlah Biaya Produksi Pada Usahatani Sawit di Desa Lama Tuha
Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013.

Uraian Nilai (Rp/Tahun)
I. Biaya Variabel
Tenaga Kerja (A) 24.827.500
Biaya Saprodi (B) 10.966.875
Jumlah (C =A +B) 35.794.375
II. Biaya Tetap
Penyusutan (A) 961.250
Jumlah (B =A) 961.250
III. Total Biaya Produksi (I +II) 36.755.625
Sumber : Data Primer diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa besarnya biaya produksi
untuk usahatani kelapa sawit yaitu Rp. 36.755.625 per Tahun, dengan besarnya biaya
variabel mencapai Rp.35.794.375 per Tahun sedangkan biaya tetap Rp.961.250 per
Tahun.

71
4.2.5. Pendapatan Usahatani
Besarnya pendapatan usahatani kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh
besarnya jumlah produksi kelapa sawit itu sendiri, besarnya pendapatan selain
besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh para petani, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 12 sebagai berikut :
Tabel 12. Jumlah Produksi, Harga Jual, dan Pendapatan Pada Usahatani
Sawit di Desa Kuala Batee Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh
Barat Daya, Tahun 2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
3
4
5
Produksi
Harga Jual
Nilai Produksi
Biaya Produksi
Pendapatan
Kg/Tahun
Rp/Kg
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
45.061
1.100
49.566.824
36.755.625
12.811.199
Sumber : Data Primer diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat dilihat besarnya pendapatan yang diterima
oleh petani kelapa sawit di daerah penelitian yaitu mencapai Rp.12.811.199 per
tahun, dimana besarnya biaya produksi mencapai Rp.36.755.625 per tahun dengan
jumlah produksi yang dihasilkan adalah 45.061 Kg per tahun yang memiliki harga
jual sebesar Rp.1.100 per Kg atau besarnya nilai penjualan mencapai Rp.49.566.824
per tahun.

4.3. Usaha Ternak Sapi
Usaha ternak sapi yang dijalani oleh petani sawit adalah usaha ternak sapi yang
berada di dalam kawasan kebun kelapa sawitnya. Dengan demikian usaha ternak ini

72
dapat dijalankan berbarengan dengan usahatani kelapa sawit atau yang lazim dikenal
orang yaitu sistem integrasi kelapa sawit dengan usaha ternak sapi.

4.3.1. Penggunaan Sarana Produksi
Untuk melakukan sebuah kegiatan bercocok tanam, tentunya seorang petani
memerlukan sarana produksi diantaranya adalah bibit, pupuk dan pestisida untuk
digunakan dalam meningkatkan produksi dan melindungi tanaman. Adapun
banyaknya bibit dan pupuk serta pestisida yang digunakan oleh para petani pada
usahatani kelapa sawit di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 13 berikut :
Tabel 13. Jumlah Sarana Produksi Pada Usaha Ternak Sapi di Desa Lama
Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun
2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
3
4
5
6
Bibit Sapi
Rumput Pakan
Pohon Pisang
Rumput Gajah
Pelepah Sawit
Obat-obatan
Ekor/Tahun
Kg/tahun
Kg/tahun
Kg/tahun
Kg/Tahun
Paket/tahun
4
28.620
3.780
11.340
1.512
1
Sumber : Data Primer diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat banyaknya sarana produksi pada usaha
ternak sapi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya
rata-rata sebanyak 28.620 Kg per tahun untuk rumput pakan, sedangkan jenis pohon
pisang sebesar 3.780 Kg per tahun, rumput gajah sebanyak 11.340 Kg per tahun serta
pelepah sawit sebanyak 1.512 Kg per tahun. Sedangkan obat-obatan sebanyak 1

73
paket per tahun. Sedangkan bibit sapi yang diusahakan mencapai 4 ekor per
tahunnya.
Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani di Desa Lama Tuha Kecamatan
Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya untuk mengadakan sarana produksi ini
sebesar Rp.9.374.000 per tahun, tidak termasuk biaya pembelian rumput dan pelepah
sawit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut :
Tabel 14. Jumlah Biaya Sarana Produksi Pada Usaha Ternak Sapi di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya,
Tahun 2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
3
4
5
6
Bibit Sapi
Rumput Pakan
Pohon Pisang
Rumput Gajah
Pelepah Sawit
Obat-obatan
Rp/Ekor
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
6.300.000
-
756.000
2.268.000
-
50.000
Jumlah 9.374.000
Sumber : Data Primer diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat besarnya biaya sarana produksi yang
terdiri dari biaya pembelian pohon pisang, rumput gajah dan obat-obatan. Dimana
biaya terbesar adalah pembelian rumput gajah yang mencapai Rp.2.268.000 per
tahun dan biaya terkecil obat-obatan sebesar Rp. 50.000 per tahun.
Untuk biaya pembelian rumput pakan dan pelepah sawit tidak mengeluarkan
biaya dikarena sudah ada di kebun kepala sawit, sehingga petani tidak perlu lagi
membeli kedua sarana produksi tesrsebut. Hal ini snagat menguntungkan petani,
dimana dengan adanya ketersediaan dari usahatani kelapa sawit maka petani telah

74
dapat menghemat biaya untuk usaha ternak sebesar Rp2.862.000 per tahun untuk
pembelian rumput pakan dan Rp.316.962 per tahun untuk pelepah kelapa sawit.

4.3.2. Penggunaan Peralatan Produksi
Adapun penggunaan peralatan pada usahatani kelapa sawit terdiri dari
parang, cangkul, arit, garukan. Adapun jumlahnya yang digunakan oleh para petani
pada umumnya bervariasi dan disesuaikan dengan luas lahan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 15 berikut :
Tabel 15. Jumlah Penggunaan Peralatan Pada Usaha Ternak Sapi di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya,
Tahun 2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
3
4
5
6
Kandang
Skop
Ember
Sprayer
Sabit
Cangkul
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
Unit/tahun
1
1
1
1
1
1
Sumber : Data Primer diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat penggunaan peralatan dimana untuk
peralatan produksi, dimana untuk jenis peralatan yang digunakan oleh petani terdiri
dari kandang, skop, ember, sprayer, sabit dan cangkul masing-masing peralatan
tersebut digunakan petani sebanyak 1 unit.
Besarnya biaya penyusutan peralatan produksi sangat ditentukan oleh jumlah
peralatan produksi yang digunakan, untuk usaha ternak sapi yaitu untuk satu tahun
tanam yaitu Rp.1.325.000. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16 berikut :

75
Tabel 16. Jumlah Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usaha Ternak Sapi di
Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya, Tahun 2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
3
4
5
6
Kandang
Skop
Ember
Sprayer
Sabit
Cangkul
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
595.000
43.750
80.000
56.250
200.000
350.000
Jumlah 1.325.000
Sumber : Data Primer diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa besarnya biaya penyusutan,
dimana biaya terbesar adalah pembuatan kandang sapi sebesar Rp.595.000 per tahun
dan yang terkecil adalah biaya pembelian skop sebesar Rp 43.750 per Tahun.

4.3.3. Penggunaan Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi yang paling
penting dalam usahatani, hal ini yang menentukan berhasil tidaknya usahatani
tersebut. Dengan adanya pekerja yang tepat tentunya usahatani tersebut dapat
berjalan sesuai dengan harapan. Besarnya penggunaan tenaga kerja pada usahatani
kelapa sawit adalah 693 HOK per Tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 17 berikut :




76
Tabel 17. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usaha Ternak Sapi di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya,
Tahun 2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
Pemeliharaan Kandang
Perawatan Sapi
HOK/tahun
HOK/Tahun
405
288
Jumlah HOK/tahun 693
Sumber : Data Primer diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat besarnya penggunaan tenaga kerja yang
terdiri dari 2 sub pekerjaan, dimana penggunaan tenaga kerja terbesar yaitu pada
pemeliharaan kandang sebesar 405 HOK per tahun sedangkan penggunaan tenaga
kerja terkecil yaitu pada pekerjaan Perawatan sapi sebanyak 288 HOK per tahun.
Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh para petani dapat dilihat pada Tabel 18
berikut :

Tabel 18. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usaha Ternak Sapi di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya,
Tahun 2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
Pemeliharaan Kandang
Perawatan Sapi
Rp/tahun
Rp/tahun
4.050.000
1.440.000
Jumlah 5.490.000
Sumber : Data Primer diolah (2013)
Besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh para petani yaitu
mencapai Rp.5.490.000 per Tahun. Dimana biaya terbesar terdapat pada kegiatan
pemeliharaan kandang yang mencapai Rp.4.050.000 per Tahun.




77
4.3.4. Total Biaya Produksi
Adapun biaya produksi yang terdapat pada penelitian ini adalah biaya
variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya saprodi dan biaya tenaga
kerja. Sedangkan biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan. Untuk lebih jelasnya
tentang biaya produksi pada masing-masing usaha ternak sapi dapat dilihat pada
Tabel 19 berikut
Tabel 19. Jumlah Biaya Produksi Pada Usaha Ternak Sapi di Desa Lama
Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun
2013.

Uraian Nilai (Rp/Tahun)
I. Biaya Variabel
Tenaga Kerja (A) 5.490.000
Biaya Saprodi (B) 9.374.000
Jumlah (C =A +B) 14.864.000
II. Biaya Tetap
Penyusutan (A) 1.325.000
Jumlah (B =A) 1.325.000
III. Total Biaya Produksi (I +II) 16.189.000
Sumber : Data Primer diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 19 di atas dapat dilihat bahwa besarnya biaya produksi
untuk usaha ternak sapi yaitu Rp.16.189.000 per Tahun, dengan besarnya biaya
variabel mencapai Rp.14.864.000 per Tahun sedangkan biaya tetap Rp.1.325.000 per
Tahun.

4.3.5. Pendapatan Usaha Ternak Sapi
Besarnya pendapatan usaha ternak sapi sangat dipengaruhi oleh besarnya
jumlah produksi usaha ternak sapi itu sendiri, besarnya pendapatan selain besarnya

78
biaya produksi yang dikeluarkan oleh para petani, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 20 sebagai berikut :
Tabel 20. Jumlah Produksi, Harga Jual, dan Pendapatan Pada Usaha Ternak
Sapi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh
Barat Daya, Tahun 2013.

No Uraian Satuan Jumlah
1
2
3
4
5
Produksi
Harga Jual
Nilai Produksi
Biaya Produksi
Pendapatan
ekor/Tahun
Rp/Ekor
Rp/Tahun
Rp/Tahun
Rp/Tahun
3
7.500.000
22.500.000
16.189.000
6.311.000
Sumber : Data Primer diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 20 di atas dapat dilihat besarnya pendapatan yang diterima
oleh petani di daerah penelitian yaitu mencapai Rp.6.311.000 per tahun, dimana
besarnya biaya produksi mencapai Rp.16.189.000 per tahun dengan jumlah produksi
yang dihasilkan adalah 3 ekor lembu dengan berat daging mencapai 60 Kg yang
memiliki harga jual sebesar Rp.7.500.000 per ekor atau besarnya nilai penjualan
mencapai Rp.22.500.000 per tahun.

4.4. Konsep Integrasi Tanaman Ternak
4.4.1. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Kelapa Sawit Untuk Usaha
Ternak Sapi

Penggunaan sarana produksi yang yang dihasilkan oleh usahatani kelapa
sawit dapat dipergunakan oleh usaha ternak sapi, yaitu :
1. Penggunaan rumput yang terdapat pada usahatani kelapa sawit serta daun
muda yang ada pada tanaman kelapa sawit dapat digunakan sebagai

79
pakan ternak, sehingga memudahkan kepada petani untuk mencari pakan
ternak, pelengkap. Selain itu penggunaan pakan ternak yang berasal dari
tanaman kelapa sawit saat ini sudah banyak digunakan.
2. Besarnya biaya yang dapat dihemat oleh petani ternak sapi bila
menggunakan pakan yang berasal dari usahatani kelapa sawit yaitu
sebesar Rp. 2.466.000 per tahun untuk pembelian rumput pakan dan
Rp.274.644 per tahun untuk pelepah kelapa sawit, hal ini tentunya akan
mempengaruhi besarnya pendapatan yang diterima oleh petani itu sendiri.
4.4.2. Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Kelapa Sawit Untuk Usaha
Ternak Sapi

Penggunaan sarana produksi yang yang dihasilkan usaha ternak sapi oleh
dapat dipergunakan oleh usahatani kelapa sawit, yaitu :
1. Penggunaan output usaha ternak sapi untuk kegiatan usahatani kelapa sawit
diantarnya adalah penggunaan limbah sapi yaitu kotoran sapi yang dapat
dijadikan pupuk kandang. Penggunaan pupuk kandang pada usahatani kelapa
sawit ini mencapai 1.628 kg per tahun atau besarnya biaya yang harus
ditambahkan bila menggunakan pupuk kandang mencapai Rp.813.750 per
tahun. Dengan besarnya biiaya yang harus ditanggung oleh petani ternak sapi
tentunya akan mempengaruhi besarnya pendapatan yang diterima oleh petani
tersebut
2. Selain kotoran sapi yang dijadikan sebagai pupuk kandang untuk kegiatan
penanaman kelapa sawit, para petani kelapa sawit juga dapat menggunakan
jasa ternak yaitu berupa pemeliharaan tanaman yang ada dibawah pohon
kelapa sawit yaitu rumput. Rerumputan tersebut dapat dikonsumsi oleh

80
ternak, sehingga biaya yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan tanaman
memotong rumput (manual atau dengan herbisida) dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak langsung ditempat, selain itu akan menekan biaya
produksi kelapa sawit itu sendiri. Besarnya biaya penggunaan tenaga kerja
yang dapat ditekan akibat adanya sistem integrasi ini mencapai Rp.472.500
per tahun.

4.5. Analisis Kelayakan Integrasi Usahatani Kelapa Sawit Usaha Ternak
Sapi

Analisa kelayakan usaha merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil
suatu keputusan, apakah layak atau tidak layak dari usaha yang dijalankan.
Pengertian layak dalam penelitian ini kemungkinan dari gagasan usaha yang
dilakukan dapat memberi manfaat (benefit) bagi pengusaha tersebut. Penelitian
proyek dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi.
Untuk melihat layak tidaknya sistem integrasi pada usahatani kelapa sawit
dengan usaha ternak sapi di desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten
Aceh Barat Daya yang dijalankan, maka dapat digunakan 4 kriteria investasi di atas,
yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cos Ratio (Net B/C), Internal Rate of
Return (IRR), Break Even Point (BEP). Untuk sistem integrasi pada usahatani kelapa
sawit dengan usaha ternak sapi di desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya layak untuk diusahakan apabila NPV >0, Net B/C >1,
IRR >tingkat suku bunga yang berlaku dan BEP terjadi dalam umur ekonomis
proyek. Untuk hasil analisa usaha ternak sapi potong adalah sebagai berikut :


81
1. Net Present Value (NPV) pada Df 18 % = Rp 14.512.317
2. Net Benefit Cos Ratio (Net B/C) = 1,82
3. Internal Rate of Return (IRR) =28.61%
4. Break Even Point (BEP) =5 Tahun 3 Bulan 23 Hari
Berdasarkan analisa diatas, maka sistem integrasi pada usahatani kelapa sawit
dengan usaha ternak sapi di desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten
Aceh Barat Daya layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan nilai NPV >0, yaitu
Rp.14.512.317,- yang berarti peneriman yang diterima lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan. Net B/C >1, yaitu 1,82 yang berarti setiap penambahan biaya Rp. 1,-
akan memberikan hasil sebesar Rp.1,82,-. IRR adalah sebesar 28,61%. Sedangkan
BEP sistem integrasi pada usahatani kelapa sawit dengan usaha ternak sapi di desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya terjadi pada umur
proyek 5 Tahun 3 Bulan 23 Hari.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Usahatani kelapa sawit dan usaha ternak sapi di desa Lama Tuha Kecamatan
Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, telah memberikan pendapatan
yang layak.
2. Sistem integrasi usahatani kelapa sawit usaha ternak sapi di desa Lama
Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya secara finansial
menguntungkan untuk dilaksanakan dan layak untuk dikembangkan.

5.2. Saran
1. Mengingat banyak pihak yang terlibat dalam usaha SISKA, maka perlu
kejelasan tugas dan kewajiban dari masing-masing pihak dengan
mengoptimalkan koordinasi.
2. Usaha perternakan sapi penggemukan dan kombinasi (penggemukan dan
pembibitan) ditingkat petani plasma lebih efisien dan efiktif dilakukan dengan
pola kelompok.
3. Usaha peternakan sapi pembibitan di tingkat petani plasma lebih efisien dan
efiektif dilakukan dengan pola perorangan.

83
4. Untuk kelancaran pengembalian kredit, pihak petani dapat menggunakan
pendapatan dari hasil TBS dengan dipotong langsung oleh pihak inti.
5. Untuk usaha pembibitan sebaiknya mengusahakan jenis sapi Bali atau PO dan
untuk penggemukan jenis sapi Brahman Cross.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, 2002 . Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Alma, B. 2000. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Alfabeta. Bandung.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2002. Pengembangan Kawasan
Agribisnis Berbasis Peternakan.

Erwidodo. 1993. Kemungkinan Deregulasi Industri Persusuan Indonesia. Makalah
Seminar. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor

Farhani MA. 2003. Kontribusi pendapatan keluarga dari pemanfaatan limbah
pertanian di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor
[skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

FAO. 2001. World Markets for Organic Fruit and Vegetables: Opportunity for
Developing Countries in the Production and Export of Organic
Horticultural Products. Rome.

Halcrow HG. 1992. Ekonomi Pertanian. Armand Sudiyono, penerjemah. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press. Terjemahan dari: Economics of
Agriculture.

Haryanto.B.,I.Inounu.,Arsana.B dan K. Diwyanto. 2002. Sistem Integrasi Padi-
Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian. Jakarta

Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta.

Kadariah; Lien Karlina; Cliver Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga
Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta.

Maramba DF. 1978. Biogas and waste recycling: The Philippine Experience Maya
Farms Division, Liberty Flour Mills, Inc. Metro Manila. Philippines: Maya
Farms.

Nyak Ilham dan Handewi P. Saliem. 2011. Kelayakan Finansial Sistem Integrasi
Sawit-Ternak Sapi Melalui Program Kredit Usaha Pembibitan Sapi. Pusat
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Jawa Barat.


85
Ratu Nurul Hanifah, 2008. Pendapatan Usahatani Integrasi Pola Sayuran-Ternak-
Ikan (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial,
Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung). Skripsi
TIdak di Publikasikan.

Righby D, Caceres D. 2001. Organic farming and the sustainability of agricultural
system. J Agric Syst 68:21-40.

RIRDC. 2002. Introduction: what is an integrated biosystem? Di dalam: Warburton
K, Pillai-McGarry U, Ramage D, editor. Integrated Biosystems for
Sustainable Development. Proceedings of the INFORM 2000 National
Workshop on Integrated Food Production and Resource Management.
Queensland: RIRDC. hlm 1.

Rosyidi, 1996 . Pengantar Teori Ekonomi, Pendekatan pada Teori Ekonomi Mikro
dan Makro. PT. Radja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi dkk. 1995. Analisis Usaha Tani. PT. Raha Grafindo Persada, Jakarta.

--------------. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Suwandi. 2005. Keberlanjutan usahatani pola padi sawah-sapi potong terpadu di
Kabupaten Sragen: pendekatan RAP-CLS [disertasi]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sutanto R. 2002. Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan
Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.

Swastha, B dan Sukartjo,I. 1993. Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi
Perusahaan Modern. Edisi III. Liberty, Yogyakarta

Taj-Uddin M, Talukder RK. 1997. Business analysis of farm households practising
crop-cattle-poultry-fish farming systems in a selected area of bangladesh.
Banglad J Agric Econs XX 1:97-105.

Vidiayanti A. 2004. Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor
produksi pada usaha peternakan sapi perah studi kasus Kawasan Usaha
Peternakan (KUNAK) sapi perah di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Wicaksono D. 2006. Analisis pendapatan usahatani dan optimalisasi pola tanam
sayuran di Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat [skripsi]. Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

86
Lampiran 1.
Karakteristik Petani Sistem Integrasi Usahatani Kelapa sawit - Usaha Ternak Sapi di
Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013


NO
Luas Lahan Umur Pendidikan Pengalaman Tanggungan
(Ha) (tahun) (Tahun) (tahun) (Jiwa)
1 1,75 54 6 17 3
2 1,75 54 6 17 3
3 2,75 55 6 17 3
4 2 45 16 17 2
5 1,75 52 6 17 2
6 1,75 54 6 17 2
7 1,75 49 6 17 1
8 1,75 47 6 17 3
9 1,75 50 6 17 2
10 2,5 46 12 17 3
11 1,75 52 6 17 2
12 1,75 55 6 17 1
13 1,75 52 6 17 1
14 1,75 51 6 17 2
15 2,75 49 9 17 5
16 1,75 52 6 17 1
17 1,75 54 6 17 3
18 1,75 49 6 17 3
19 2,5 45 9 17 3
20 2,75 45 9 17 3
Jumlah 39,75 1010 145 340 48
Rata-rata 1,9875 51 7 17 2
Lampiran 2.
Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani Kelapa sawit Sistem Integrasi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013


NO
Luas Pupuk Urea Luas Pupuk SP-36
Lahan Jumlah Harga Biaya Lahan Jumlah Harga Biaya
(Ha) Kg/tahun Rp/Kg Rp (Ha) Kg/tahun Rp/Kg Rp
1 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 500 4.500 2.250.000
2 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 450 4.500 2.025.000
3 2,75 1000 4.500 4.500.000 2,75 750 4.500 3.375.000
4 2 600 4.500 2.700.000 2 500 4.500 2.250.000
5 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 450 4.500 2.025.000
6 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 450 4.500 2.025.000
7 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 450 4.500 2.025.000
8 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 450 4.500 2.025.000
9 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 450 4.500 2.025.000
10 2,5 900 4.500 4.050.000 2,5 750 4.500 3.375.000
11 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 500 4.500 2.250.000
12 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 450 4.500 2.025.000
13 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 450 4.500 2.025.000
14 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 450 4.500 2.025.000
15 2,75 1050 4.500 4.725.000 2,75 850 4.500 3.825.000
16 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 450 4.500 2.025.000
17 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 450 4.500 2.025.000
18 1,75 500 4.500 2.250.000 1,75 450 4.500 2.025.000
19 2,5 900 4.500 4.050.000 2,5 750 4.500 3.375.000
20 2,75 1000 4.500 4.500.000 2,75 850 4.500 3.825.000
Jumlah 39,75 12450 90.000 56.025.000 39,75 10850 90.000 48.825.000
Rata-rata 1,9875 622,5 4.500 2.801.250 1,9875 542,5 4.500 2.441.250
Lanjutan Lampiran 2



NO
Luas KCL Luas Pupuk Kandang Luas Pestisida
Lahan Jumlah Harga Biaya Lahan Jumlah Harga Biaya Lahan Jumlah Harga Biaya LuasLahan
(Ha) Kg/tahun Rp/Kg Rp (Ha) Kg/tahun Rp/Kg Rp (Ha) Liter/tahun Rp/Kg Rp (Ha)
1 1,75 450 7.000 3.150.000 1,75 1.500 500 750.000 1,75 25,5 75.000 1.912.500 9.562.500
2 1,75 450 7.000 3.150.000 1,75 1.350 500 675.000 1,75 24 75.000 1.800.000 9.225.000
3 2,75 850 7.000 5.950.000 2,75 2.250 500 1.125.000 2,75 42 75.000 3.150.000 16.975.000
4 2 450 7.000 3.150.000 2 1.500 500 750.000 2 30 75.000 2.250.000 10.350.000
5 1,75 450 7.000 3.150.000 1,75 1.350 500 675.000 1,75 24 75.000 1.800.000 9.225.000
6 1,75 450 7.000 3.150.000 1,75 1.350 500 675.000 1,75 24 75.000 1.800.000 9.225.000
7 1,75 450 7.000 3.150.000 1,75 1.350 500 675.000 1,75 24 75.000 1.800.000 9.225.000
8 1,75 450 7.000 3.150.000 1,75 1.350 500 675.000 1,75 24 75.000 1.800.000 9.225.000
9 1,75 450 7.000 3.150.000 1,75 1.350 500 675.000 1,75 24 75.000 1.800.000 9.225.000
10 2,5 700 7.000 4.900.000 2,5 2.250 500 1.125.000 2,5 15 75.000 1.125.000 13.450.000
11 1,75 400 7.000 2.800.000 1,75 1.500 500 750.000 1,75 24 75.000 1.800.000 9.100.000
12 1,75 450 7.000 3.150.000 1,75 1.350 500 675.000 1,75 24 75.000 1.800.000 9.225.000
13 1,75 450 7.000 3.150.000 1,75 1.350 500 675.000 1,75 24 75.000 1.800.000 9.225.000
14 1,75 450 7.000 3.150.000 1,75 1.350 500 675.000 1,75 24 75.000 1.800.000 9.225.000
15 2,75 750 7.000 5.250.000 2,75 2.550 500 1.275.000 2,75 42 75.000 3.150.000 16.950.000
16 1,75 400 7.000 2.800.000 1,75 1.350 500 675.000 1,75 24 75.000 1.800.000 8.875.000
17 1,75 400 7.000 2.800.000 1,75 1.350 500 675.000 1,75 24 75.000 1.800.000 8.875.000
18 1,75 450 7.000 3.150.000 1,75 1.350 500 675.000 1,75 24 75.000 1.800.000 9.225.000
19 2,5 750 7.000 5.250.000 2,5 2.250 500 1.125.000 2,5 35 75.000 2.625.000 15.300.000
20 2,75 850 7.000 5.950.000 2,75 2.550 500 1.275.000 2,75 45 75.000 3.375.000 17.650.000
Jumlah 39,75 10500 140.000 73.500.000 39,75 32.550 10.000 16.275.000 39,75 546,5 1.500.000 40.987.500 219.337.500
Rata-rata 1,9875 525 7.000 3.675.000 1,9875 1.628 500 813.750 1,9875 27,325 75.000 2.049.375 10.966.875
Lampiran 3. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Kelapa sawit SistemIntegrasi
di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya,
Tahun 2013




Pemeliharaan Penyomprotan
NO
LuasLahan HOK Harga Biaya LuasLahan HOK Harga Biaya
(Ha) HOK/Tahun Rp/HOK Rp (Ha) HOK/Tahun Rp/HOK Rp
1 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
2 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
3 2,75 225 30.000 6.750.000 2,75 135 50.000 6.750.000
4 2,00 200 30.000 6.000.000 2,00 120 50.000 6.000.000
5 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
6 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
7 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
8 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
9 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
10 2,50 200 30.000 6.000.000 2,50 120 50.000 6.000.000
11 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
12 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
13 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
14 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
15 2,75 225 30.000 6.750.000 2,75 135 50.000 6.750.000
16 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
17 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
18 1,75 150 30.000 4.500.000 1,75 90 50.000 4.500.000
19 2,50 200 30.000 6.000.000 2,50 120 50.000 6.000.000
20 2,75 225 30.000 6.750.000 2,75 135 50.000 6.750.000
Jumlah 39,75 3375 600.000 101.250.000 39,75 2025 1.000.000 101.250.000
Rata-rata 1,9875 168,75 30.000 5.062.500 1,9875 101,25 50.000 5.062.500
Lampiran 4.
Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Kelapa sawit SistemIntegrasi di Desa Lama
Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013



Sabit Parang
NO
Luas
Lahan Jumlah Harga Biaya Umur E. Penyusutan LuasLahan Jumlah Harga Biaya Umur E. Penyusutan
(Ha) Unit Rp/Unit Rp/Tahun (Tahun) (Rp/Tahun) (Ha) Unit Rp/Unit Rp/Tahun (Tahun) (Rp/Tahun)
1 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
2 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
3 2,75 2 50.000 100.000 2 50.000 2,75 2 70.000 140.000 2 70.000
4 2 1 50.000 50.000 2 25.000 2 1 70.000 70.000 2 35.000
5 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
6 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
7 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
8 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
9 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
10 2,5 2 50.000 100.000 2 50.000 2,5 2 70.000 140.000 2 70.000
11 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
12 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
13 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
14 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
15 2,75 2 50.000 100.000 2 50.000 2,75 2 70.000 140.000 2 70.000
16 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
17 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
18 1,75 1 50.000 50.000 2 25.000 1,75 1 70.000 70.000 2 35.000
19 2,5 2 50.000 100.000 2 50.000 2,5 2 70.000 140.000 2 70.000
20 2,75 2 50.000 100.000 2 50.000 2,75 2 70.000 140.000 2 70.000
Jumlah 39,75 25 1.000.000 1.250.000 40 625.000 39,75 25 1.400.000 1.750.000 40 875.000
Rata-rata 1,9875 1 50.000 62.500 2 31.250 1,9875 1 70.000 87.500 2 43.750
Lampiran 5.
Jumlah Produksi, Harga, Nilai Produksi, Biaya Produksi dan Pendapatan Pada Usahatani Kelapa sawit SistemIntegrasi di Desa Lama
Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013


NO
Luas
Lahan Produksi Harga Nilai Produksi Biaya Produksi Totao Pendapatan
(Ha) (Kg) (Tahun) (tahun) Saprodi Tenaga Kerja Peralatan Biaya (Rp/Tahun)
1 1,75 41.857 1100 46.042.739 9.562.500 22.900.000 946.250 33.408.750 12.633.989
2 1,75 42.272 1100 46.499.554 9.225.000 22.900.000 946.250 33.071.250 13.428.304
3 2,75 56.309 1100 61.939.500 16.975.000 30.800.000 1.006.250 48.781.250 13.158.250
4 2 46.748 1100 51.422.663 10.350.000 25.900.000 946.250 37.196.250 14.226.413
5 1,75 41.755 1100 45.930.539 9.225.000 22.550.000 946.250 32.721.250 13.209.289
6 1,75 42.123 1100 46.335.261 9.225.000 21.850.000 946.250 32.021.250 14.314.011
7 1,75 42.165 1100 46.381.343 9.225.000 22.200.000 946.250 32.371.250 14.010.093
8 1,75 42.234 1100 46.457.078 9.225.000 21.850.000 946.250 32.021.250 14.435.828
9 1,75 41.682 1100 45.850.396 9.225.000 21.850.000 946.250 32.021.250 13.829.146
10 2,5 49.326 1100 54.258.985 13.450.000 32.200.000 1.006.250 46.656.250 7.602.735
11 1,75 41.726 1100 45.898.482 9.100.000 21.400.000 946.250 31.446.250 14.452.232
12 1,75 41.946 1100 46.140.914 9.225.000 21.500.000 946.250 31.671.250 14.469.664
13 1,75 41.863 1100 46.048.750 9.225.000 20.800.000 946.250 30.971.250 15.077.500
14 1,75 42.056 1100 46.261.129 9.225.000 20.800.000 946.250 30.971.250 15.289.879
15 2,75 56.011 1100 61.612.250 16.950.000 31.600.000 1.006.250 49.556.250 12.056.000
16 1,75 41.422 1100 45.563.886 8.875.000 21.400.000 946.250 31.221.250 14.342.636
17 1,75 42.096 1100 46.305.207 8.875.000 21.850.000 946.250 31.671.250 14.633.957
18 1,75 42.238 1100 46.461.486 9.225.000 21.850.000 946.250 32.021.250 14.440.236
19 2,5 49.750 1100 54.724.615 15.300.000 34.300.000 1.006.250 50.606.250 4.118.365
20 2,75 55.638 1100 61.201.700 17.650.000 36.050.000 1.006.250 54.706.250 6.495.450
Jumlah 39,75 901.215 22000 991.336.476 219.337.500 496.550.000 19.225.000 735.112.500 256.223.976
Rata-rata 1,99 45.061 1100 49.566.824 10.966.875 24.827.500 961.250 36.755.625 12.811.199

Lampiran 6.
Penggunaan Sarana Produksi Pada Usaha Ternak Sapi SistemIntegrasi di Desa Lama
Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013




NO
Bibit Sapi Rumput Pakan Pohon Pisang
Jumlah Harga Biaya Jumlah Harga Biaya Jumlah Harga Biaya
Ekor/Tahun Rp/Ekor Rp Kg/tahun Rp/Kg Rp Kg/tahun Rp/Kg Rp
1 6 1.500.000 9.000.000 10.800 100 1.080.000 5.400 200 1.080.000
2 3 1.500.000 4.500.000 21.600 100 2.160.000 2.700 200 540.000
3 3 1.500.000 4.500.000 21.600 100 2.160.000 2.700 200 540.000
4 5 1.500.000 7.500.000 36.000 100 3.600.000 4.500 200 900.000
5 4 1.500.000 6.000.000 28.800 100 2.880.000 3.600 200 720.000
6 4 1.500.000 6.000.000 28.800 100 2.880.000 3.600 200 720.000
7 3 1.500.000 4.500.000 21.600 100 2.160.000 2.700 200 540.000
8 6 1.500.000 9.000.000 43.200 100 4.320.000 5.400 200 1.080.000
9 4 1.500.000 6.000.000 28.800 100 2.880.000 3.600 200 720.000
10 3 1.500.000 4.500.000 21.600 100 2.160.000 2.700 200 540.000
11 4 1.500.000 6.000.000 28.800 100 2.880.000 3.600 200 720.000
12 4 1.500.000 6.000.000 28.800 100 2.880.000 3.600 200 720.000
13 3 1.500.000 4.500.000 21.600 100 2.160.000 2.700 200 540.000
14 5 1.500.000 7.500.000 36.000 100 3.600.000 4.500 200 900.000
15 5 1.500.000 7.500.000 36.000 100 3.600.000 4.500 200 900.000
16 3 1.500.000 4.500.000 21.600 100 2.160.000 2.700 200 540.000
17 6 1.500.000 9.000.000 43.200 100 4.320.000 5.400 200 1.080.000
18 4 1.500.000 6.000.000 28.800 100 2.880.000 3.600 200 720.000
19 5 1.500.000 7.500.000 36.000 100 3.600.000 4.500 200 900.000
20 4 1.500.000 6.000.000 28.800 100 2.880.000 3.600 200 720.000
Jumlah 84 30.000.000 126.000.000 572.400 2000 57.240.000 75.600 4000 15.120.000
Rata-rata 4 1.500.000 6.300.000 28.620 100 2.862.000 3.780 200 756.000
Lanjutan 'Lampiran 6.




Rumput Gajah Pelepah Sawit Obat-obatan
Jumlah Harga Biaya Jumlah Harga Biaya Jumlah Harga Biaya Total
Kg/tahun Rp/Kg Rp Kg/tahun Rp/Kg Rp Paket/tahun Rp/Kg Rp (Ha)
16.200 200 3.240.000 2.160 200 432.000 1 50.000 50.000 13.370.000
8.100 200 1.620.000 1.080 201 217.080 1 50.000 50.000 6.710.000
8.100 200 1.620.000 1.080 202 218.160 1 50.000 50.000 6.710.000
13.500 200 2.700.000 1.800 203 365.400 1 50.000 50.000 11.150.000
10.800 200 2.160.000 1.440 204 293.760 1 50.000 50.000 8.930.000
10.800 200 2.160.000 1.440 205 295.200 1 50.000 50.000 8.930.000
8.100 200 1.620.000 1.080 206 222.480 1 50.000 50.000 6.710.000
16.200 200 3.240.000 2.160 207 447.120 1 50.000 50.000 13.370.000
10.800 200 2.160.000 1.440 208 299.520 1 50.000 50.000 8.930.000
8.100 200 1.620.000 1.080 209 225.720 1 50.000 50.000 6.710.000
10.800 200 2.160.000 1.440 210 302.400 1 50.000 50.000 8.930.000
10.800 200 2.160.000 1.440 211 303.840 1 50.000 50.000 8.930.000
8.100 200 1.620.000 1.080 212 228.960 1 50.000 50.000 6.710.000
13.500 200 2.700.000 1.800 213 383.400 1 50.000 50.000 11.150.000
13.500 200 2.700.000 1.800 214 385.200 1 50.000 50.000 11.150.000
8.100 200 1.620.000 1.080 215 232.200 1 50.000 50.000 6.710.000
16.200 200 3.240.000 2.160 216 466.560 1 50.000 50.000 13.370.000
10.800 200 2.160.000 1.440 217 312.480 1 50.000 50.000 8.930.000
13.500 200 2.700.000 1.800 218 392.400 1 50.000 50.000 11.150.000
10.800 200 2.160.000 1.440 219 315.360 1 50.000 50.000 8.930.000
226.800 4000 45.360.000 30.240 4.190 6.339.240 20 1.000.000 1.000.000 187.480.000
11.340 200 2.268.000 1.512 210 316.962 1 50.000 50.000 9.374.000
Lampiran 7.
Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usaha Ternak Sapi SistemIntegrasi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten
Aceh Barat Daya, Tahun 2013


NO
Jumlah Pemeliharaan Kandang Perawatan Sapi
Ternak HOK Harga Biaya Jumlah Harga Biaya Total Biaya
(ekor) HOK/Tahun Rp/HOK Rp HOK/Tahun Rp/Kg Rp (Rp)
1 6 360 10.000 3.600.000 240 5.000 1.200.000 4.800.000
2 3 360 10.000 3.600.000 240 5.000 1.200.000 4.800.000
3 3 540 10.000 5.400.000 480 5.000 2.400.000 7.800.000
4 5 480 10.000 4.800.000 240 5.000 1.200.000 6.000.000
5 4 360 10.000 3.600.000 240 5.000 1.200.000 4.800.000
6 4 360 10.000 3.600.000 240 5.000 1.200.000 4.800.000
7 3 360 10.000 3.600.000 240 5.000 1.200.000 4.800.000
8 6 360 10.000 3.600.000 240 5.000 1.200.000 4.800.000
9 4 360 10.000 3.600.000 240 5.000 1.200.000 4.800.000
10 3 480 10.000 4.800.000 240 5.000 1.200.000 6.000.000
11 4 360 10.000 3.600.000 480 5.000 2.400.000 6.000.000
12 4 360 10.000 3.600.000 240 5.000 1.200.000 4.800.000
13 3 360 10.000 3.600.000 240 5.000 1.200.000 4.800.000
14 5 360 10.000 3.600.000 240 5.000 1.200.000 4.800.000
15 5 540 10.000 5.400.000 240 5.000 1.200.000 6.600.000
16 3 360 10.000 3.600.000 480 5.000 2.400.000 6.000.000
17 6 360 10.000 3.600.000 240 5.000 1.200.000 4.800.000
18 4 360 10.000 3.600.000 240 5.000 1.200.000 4.800.000
19 5 480 10.000 4.800.000 240 5.000 1.200.000 6.000.000
20 4 540 10.000 5.400.000 480 5.000 2.400.000 7.800.000
Jumlah 84 8100 200.000 81.000.000 5760 100.000 28.800.000 109.800.000
Rata-rata 4,2 405 10.000 4.050.000 288 5.000 1.440.000 5.490.000
Lampiran 8.
Penggunaan Peralatan Produksi Pada Usaha Ternak Sapi SistemIntegrasi di Desa
Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013



NO
Jumlah Kandang Skop
Ternak Jumlah Harga Biaya Umur Ekonomis Penyusutan Jumlah Harga Biaya
Umur
Ekonomis Penyusutan
(ekor) Unit Rp/Unit Rp/Tahun (Tahun) (Rp/Tahun) Unit Rp/Unit Rp/Tahun (Tahun) (Rp/Tahun)
1 6 1 3.000.000 3.000.000 5 600.000 1 70.000 70.000 2 35.000
2 3 1 2.500.000 2.500.000 5 500.000 1 70.000 70.000 2 35.000
3 3 2 1.500.000 3.000.000 5 600.000 2 70.000 140.000 2 70.000
4 5 1 2.000.000 2.000.000 5 400.000 1 70.000 70.000 2 35.000
5 4 1 3.000.000 3.000.000 5 600.000 1 70.000 70.000 2 35.000
6 4 1 2.500.000 2.500.000 5 500.000 1 70.000 70.000 2 35.000
7 3 1 3.000.000 3.000.000 5 600.000 1 70.000 70.000 2 35.000
8 6 1 2.500.000 2.500.000 5 500.000 1 70.000 70.000 2 35.000
9 4 1 1.500.000 1.500.000 5 300.000 1 70.000 70.000 2 35.000
10 3 2 3.000.000 6.000.000 5 1.200.000 2 70.000 140.000 2 70.000
11 4 1 2.500.000 2.500.000 5 500.000 1 70.000 70.000 2 35.000
12 4 1 3.000.000 3.000.000 5 600.000 1 70.000 70.000 2 35.000
13 3 1 2.500.000 2.500.000 5 500.000 1 70.000 70.000 2 35.000
14 5 1 1.500.000 1.500.000 5 300.000 1 70.000 70.000 2 35.000
15 5 2 3.000.000 6.000.000 5 1.200.000 2 70.000 140.000 2 70.000
16 3 1 2.500.000 2.500.000 5 500.000 1 70.000 70.000 2 35.000
17 6 1 1.500.000 1.500.000 5 300.000 1 70.000 70.000 2 35.000
18 4 1 2.000.000 2.000.000 5 400.000 1 70.000 70.000 2 35.000
19 5 2 1.500.000 3.000.000 5 600.000 2 70.000 140.000 2 70.000
20 4 2 3.000.000 6.000.000 5 1.200.000 2 70.000 140.000 2 70.000
Jumlah 84 25 47.500.000 59.500.000 100 11.900.000 25 1.400.000 1.750.000 40 875.000
Rata-rata 4,2 1 2.375.000 2.975.000 5 595.000 1 70.000 87.500 2 43.750
Lanjutan Lampiran 8.



NO
Ember Sprayer
Jumlah Harga Biaya
Umur
Ekonomis Penyusutan Jumlah Harga Biaya
Umur
Ekonomis Penyusutan
Unit Rp/Unit Rp/Tahun (Tahun) (Rp/Tahun) Unit Rp/Unit Rp/Tahun (Tahun) (Rp/Tahun)
1 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
2 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
3 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
4 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
5 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
6 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
7 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
8 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
9 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
10 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
11 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
12 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
13 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
14 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
15 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
16 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
17 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
18 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
19 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
20 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
Jumlah 20 1.600.000 1.600.000 20 1.600.000 20 9.000.000 9.000.000 160 1.125.000
Rata-rata 1 80.000 80.000 1 80.000 1 450.000 450.000 8 56.250
Lanjutan Lampiran 8.



NO
Sabit Cangkul
Jumlah Harga Biaya
Umur
Ekonomis Penyusutan Jumlah Harga Biaya Umur E Penyusutan Total Biaya
Unit Rp/Unit Rp/Tahun (Tahun) (Rp/Tahun) Unit Rp/Unit Rp/Tahun (Tahun) (Rp/Tahun) (Rp)
1 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.321.250
2 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.221.250
3 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.356.250
4 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.121.250
5 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.321.250
6 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.221.250
7 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.321.250
8 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.221.250
9 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.021.250
10 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.956.250
11 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.221.250
12 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.321.250
13 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.221.250
14 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.021.250
15 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.956.250
16 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.221.250
17 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.021.250
18 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.121.250
19 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.356.250
20 1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.956.250
Jumlah 20 4.000.000 4.000.000 20 4.000.000 20 7.000.000 7.000.000 20 7.000.000 26.500.000

1 200.000 200.000 1 200.000 1 350.000 350.000 1 350.000 1.325.000
Lampiran 9.
Jumlah Produksi, Harga, Nilai Produksi, Biaya Produksi dan Pendapatan Pada Usaha Ternak Sapi SistemIntegrasi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala
Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013


NO
Jumlah Jumlah harga Nilai Biaya Produksi Jumlah
Ternak Produksi Jual Produksi Saprodi Tenaga Kerja Peralatan Total Pendapatan
(ekor) (tahun) (Tahun) (tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
1 6 5 7.500.000 37.500.000 13.370.000 4.800.000 1.321.250 19.491.250 18.008.750
2 3 3 7.500.000 22.500.000 6.710.000 4.800.000 1.221.250 12.731.250 9.768.750
3 3 3 7.500.000 22.500.000 6.710.000 7.800.000 1.356.250 15.866.250 6.633.750
4 5 5 7.500.000 37.500.000 11.150.000 6.000.000 1.121.250 18.271.250 19.228.750
5 4 4 7.500.000 30.000.000 8.930.000 4.800.000 1.321.250 15.051.250 14.948.750
6 4 4 7.500.000 30.000.000 8.930.000 4.800.000 1.221.250 14.951.250 15.048.750
7 3 3 7.500.000 22.500.000 6.710.000 4.800.000 1.321.250 12.831.250 9.668.750
8 6 5 7.500.000 37.500.000 13.370.000 4.800.000 1.221.250 19.391.250 18.108.750
9 4 4 7.500.000 30.000.000 8.930.000 4.800.000 1.021.250 14.751.250 15.248.750
10 3 3 7.500.000 22.500.000 6.710.000 6.000.000 1.956.250 14.666.250 7.833.750
11 4 4 7.500.000 30.000.000 8.930.000 6.000.000 1.221.250 16.151.250 13.848.750
12 4 4 7.500.000 30.000.000 8.930.000 4.800.000 1.321.250 15.051.250 14.948.750
13 3 3 7.500.000 22.500.000 6.710.000 4.800.000 1.221.250 12.731.250 9.768.750
14 5 5 7.500.000 37.500.000 11.150.000 4.800.000 1.021.250 16.971.250 20.528.750
15 5 5 7.500.000 37.500.000 11.150.000 6.600.000 1.956.250 19.706.250 17.793.750
16 3 3 7.500.000 22.500.000 6.710.000 6.000.000 1.221.250 13.931.250 8.568.750
17 6 5 7.500.000 37.500.000 13.370.000 4.800.000 1.021.250 19.191.250 18.308.750
18 4 4 7.500.000 30.000.000 8.930.000 4.800.000 1.121.250 14.851.250 15.148.750
19 5 5 7.500.000 37.500.000 11.150.000 6.000.000 1.356.250 18.506.250 18.993.750
20 4 4 7.500.000 30.000.000 8.930.000 7.800.000 1.956.250 18.686.250 11.313.750
Jumlah 84 81 150.000.000 607.500.000 187.480.000 109.800.000 26.500.000 323.780.000 283.720.000
Rata-rata 4,2 3 7.500.000 22.500.000 9.374.000 5.490.000 1.325.000 16.189.000 6.311.000
Lampiran 10. AnalisisKelayakan SistemIntegrasi di Desa Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya, Tahun 2013

TahunKe
Benefit Cost NetBenefit DF18% NPV18% DF28% NPV28% DF29% NPV29%
Rp/Tahun Rp/Tahun Rp/Tahun Rp/Tahun Rp/Tahun Rp/Tahun
1 34.891.705,95 55.762.125,00 (20.870.419,05) 0,8475 (17.686.795,80) 0,7813 (16.305.014,88) 0,7752 (16.178.619,42)
2 39.848.388,33 52.944.625,00 (13.096.236,67) 0,7182 (9.405.513,26) 0,6104 (7.993.308,51) 0,6009 (7.869.861,59)
3 54.718.435,47 52.944.625,00 1.773.810,47 0,6086 1.079.595,82 0,4768 845.818,74 0,4658 826.300,63
4 64.631.800,23 52.944.625,00 11.687.175,23 0,5158 6.028.114,97 0,3725 4.353.812,05 0,3611 4.220.371,82
5 72.066.823,80 52.944.625,00 19.122.198,80 0,4371 8.358.489,33 0,2910 5.565.292,32 0,2799 5.352.901,82
6 72.066.823,80 52.944.625,00 19.122.198,80 0,3704 7.083.465,54 0,2274 4.347.884,62 0,2170 4.149.536,29
7 72.066.823,80 52.944.625,00 19.122.198,80 0,3139 6.002.936,89 0,1776 3.396.784,86 0,1682 3.216.694,80
8 72.066.823,80 52.944.625,00 19.122.198,80 0,2660 5.087.234,66 0,1388 2.653.738,17 0,1304 2.493.561,86
9 72.066.823,80 52.944.625,00 19.122.198,80 0,2255 4.311.215,81 0,1084 2.073.232,95 0,1011 1.932.993,69
10 72.066.823,80 52.944.625,00 19.122.198,80 0,1911 3.653.572,72 0,0847 1.619.713,24 0,0784 1.498.444,72
Jumlah 626.491.272,81 532.263.750,00 94.227.522,81 14.512.316,66 557.953,57 -357.675,38
NPV+ 115.097.941,86 32.199.112,47 16.862.968,45 15.820.944,04
NPV- (20.870.419,05) (17.686.795,80) (16.305.014,88) (16.178.619,42)
Jumlah 94.227.522,81 14.512.316,66 557.953,57 (357.675,38)


88
Lanjutan Lampiran 10.

1. Net Present Value (NPV) pada Df 18 %
NPV =

n
i
t
t t
i
C B
1
) 1 (
) (
. (Gray, 1992:66)
NPV =


n
i 1
10
) 18 , 0 1 (
5,80) (17.686.79 - ) 2,47 (32.199.11

NPV = Rp. 14.512.317



2. Net Benefit Cos Ratio (Net B/C)
Net B/C =

n
i
t
t t
n
i
t
t t
i
B C
i
C B
1
1
) 1 (
) (
) 1 (
) (

Net B/C =
,80 17.686.795
,47 32.199.112

Net B/C =1,82

3. Internal Rate of Return (IRR)
IRR =i
1
2 1
1
NPV NPV
NPV


(i
2
- i
1
)
IRR =0,28
+
38) (-357.675, - 7) (557.953,5
7) (557.953,5

(0,29 - 0,28)
IRR =0,28
+
915.629
557.954

(0,01)
IRR =0,28 +(0,6094)

(0,01)
IRR =0,28+(0,00609)
IRR =0,2861


89
IRR =28,61%
4. Break Even Point (BEP)
BEP =T
p-1
+
p
n
i
icp
n
i
i
B
B TC



1
1
1

BEP =5 Tahun+
) ,54 (7.083.465
8,22) (50.379.40 - 6) (17.686.79

BEP =5 Tahun+
) (7.083.466
) (2.220.596

BEP =5 Tahun +0,31
BEP =5,31 Tahun
BEP =5 Tahun +3 Bulan, +23Hari

Anda mungkin juga menyukai