Anda di halaman 1dari 13

Kumpulan Artikel tentang SKBDN

SKBDN Bank Mandiri

Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN)


Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) atau sering disebut LC local, adalah instrument yang diterbitkan oleh bank (Issuing Bank), atas permintaan Applicant yang berisi janji bank untuk membayar sejumlah uang kepada Beneficiary apabila Issuing Bank menerima dokumen yang sesuai dengan syarat SKBDN. SKBDN dipergunakan untuk mendukung transaksi perdagangan di dalam negeri. Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia, dapat melayani kebutuhan Anda, baik dari sisi Pembeli (Buyer) maupun Penjual (Seller).

SKBDN Terbit
Penerbitan SKBDN melalui Bank Mandiri dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang kami sediakan. Sekarang ada cara yang lebih cepat dalam menerbitkan SKBDN yaitu dengan menggunakan dana Anda, baik berupa dana tunai,/blokir rekening/blokir deposito, sebagai Setoran Jaminan. Sebagai bank terbesar di Indonesia, SKBDN yang kami terbitkan akan diterima oleh counter party maupun bank counter party Anda.

Manfaat

Memeriksa bahwa persyaratan dokumen yang tercantum dalam SKBDN terpenuhi. Melindungi proses settlement transaksi Anda. Meningkatkan bonafiditas Anda karena SKBDN yang Anda pergunakan diterbitkan oleh Bank bertaraf internasional.

SKBDN Terima
Pada transaksi perdagangan dengan SKBDN, terdapat tenggang waktu antara presentasi dokumen dengan penerimaan pembayaran dari Issuing Bank. Bill Purchasing memungkinkan Anda memperoleh pembayaran segera setelah presentasi dokumen sehingga akan meningkatkan efisiensi Cash Flow Anda. Bill Purchasing adalah pengambilalihan dokumen atau draft atas dasar SKBDN yang harus dibayar oleh Issuing Bank. Bill Purchasing ini dapat dilakukan baik untuk SKBDN yang bersifat Sight (Atas Unjuk) maupun Usance (Berjangka) dengan hak regres (with recourse). Sebelum melakukan Bill Purchasing, kami akan memberikan Anda limit yang disebut Trade Line. Kami

dapat mengkredit rekening Anda pada hari yang sama dengan presentasi dokumen, apabila dokumen lengkap kami terima sebelum pk. 12.00 WIB.

Manfaat

Membantu pengembangan usaha Anda karena proceeds yang Anda peroleh dapat segera Anda gunakan untuk kebutuhan bisnis Anda. Meningkatkan daya saing Anda dimata counter party dengan menawarkan penundaan pembayaran tanpa mengganggu Cash Flow Anda. Memitigasi kemungkinan un-paid dari Issuing Bank karena adanya discrepancy, dengan layanan Document Preparation kami.

Informasi lebih lanjut


Untuk keterangan lebih lanjut mengenai produk-produk kami, silahkan anda hubungi Call Mandiri di 14000. Atau klik disini untuk menghubungi kantor Commercial Banking Kami.

SKBDN (surat kredit berdokumen dlam negeri


Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri Jasa perdagangan yang dapat diberikan untuk mempelancar transaksi perdagangan dalam negeri adalah menerbitkan Surat kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) atau sering dikenal Letter of Credit (L/C) dalam negeri. Penerbitan SKBDN sebenarnya mencerminkan bank sebagai lembaga perantara dalam lalu lintas pembayaran diantara pelaku perdagangan atas dasar kepercayaan. Menurut PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI, bahwa yang di maksud dengan SKBDN adalah surat kredit berdokumen dalam negeri (SKBDN) atau lazim dikenal sebagai letter of credit (L/C) dalam negeri adalah setiap janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis pemohon (Aplicant) yang mengikat bank pembuka (issuing bank) untuk : a.Melakukan pembayaran kepada penerima atau ordernya, atau mengaksep dan membayar wesel yang ditarik oleh penerima. b.Member kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atau ordernya , atau mengakses dan membayar wesel yang ditarik oleh penerima ; c.Memberi kuasa kepada bank lain untuk menegosiasikan wesel yang ditarik oleh penerima, atau penyerahan dokumen, sepanjang pensyaratan dan kondisi SKBDN di penuhi. A. Beberapa terminologi perdagangan dengan SKBDN 1.Bank pembuka (issuing bank) adalah bank menerbitkan SKBDN atas permintaan permohonan (Aplicant). 2.Bank penerus (Advising bank) adalah bank yang meneruskan SKBDN kepada penerima (Benefisiari) 3.Bank tertunjuk (nominatet bank) adalah bank yang diberi kuasa untuk melakukan pembayaran atas unjuk (negotiation)

4.Bank pengkonfirmasi adalah bank yang mengkonfirmasi SKBDN dengan mengikatkan diri untuk membayar, mengaksep/mengambil alih wesel yang ditarik atas SKBDN tersebut. 5.Bank penegosiasi adalah bank yang melakukan negosiasi 6.Bank pembayar adalah bank yang melakukan pembayaran kepada penerima atas penyerahan dokumen yang telah disyaratkan dalam SKBDN. 7.Bank peremburs adalah bank yang ditunjuk oleh bank pembuka untuk melakukan penggantian pembayaran ke pada bank pembayar. 8.Bank pengirim adalah bank yang mengirim dokumen yang di syaratkan dalam SKBDN kepada bank pembuka. 9.Bank penstansfer adalah bank yang atas permintaan penerima melaksanakan pengalihan SKBDN, baik sebagian maupun seluruhnya kepada satu / beberapa pihak lainnya. 10.Bank tertarik adalah bank yang berkewajiban untuk melakukan pembayaran atas wesel yang ditarik padanya. 11.Bank pengaksep adalah bank yang melakukan akseptasi atas wesel SKBDN 12.Negosiasi adalah pengambilalihan wesel dan atau dokumen oleh bank dengan disertai pembayaran. 13.Pemohon adalah orang atau badan usaha yang mengajukan permohonan untuk membuka SKBDN pada bank. 14.Penerima adalah orang atau badan usaha yang disebut dalam wesel, SKBDN atau surat perjanjian lainnya yang terkait dengan SKBDN tersebut sebagai pihat yang berhat menerima pembayaran. 15.Janji tertulis adalah janji bank yang dapat dilakukan dengan surat, teleks, swift, maupun sarana lainnya menurut kezaliman dalam praktek perbankan. 16.Hari kerja perbankan adalah hari kerja bank yang dimulai dari hari senin sampai dengan hari jumat kecuali hari libut nasional dan hari libur khusus yang ditetapkan oleh pemerintah. B. mekanisme sederhana transaksi dengan SKBDN 1.Antara pembeli dan penjual barang terjadi kotrak pembelian/penjual dengan syarat pembayaran menggunakan SKBDN 2.Pembeli membuka SKBDN di bank penerbit sebesar nilai kontrak. 3.Bank penerbit memberitahukan kepada bank pembuka bahwa SKBDN atas nama pemohon telah dibuka. 4.Bank pembuka selanjutnya meneruskan kepihak penjual bahwa SKBDN telah dibuka. 5.Penjual selanjutnya mengirimkan barang yang diperjanjikan melalui perusahaan pengangkutan. 6.Bukti penerimaan barang selanjutnya diserahkan kepada pihak bank dan kepada pihak pembeli. 7.Bank penerbit memberitahukan kepada bank pembayar bahwa barang telah diterima sesuai dengan spesifikasi yang tertulis dalam SKBDN. 8.Bank pembayar meneruskan kepada penjual dan melakukan negosiasi pembayaran. 9.Penjual selanjutnya menandatangani wesel yang diterbitkan bank pembayar 10.Bank pembayar menyerahkan wesel yang diterbitkan kepada bank penerbit SKBDN untuk segera dipenuhi. 11.Bank penerbit membebankan kepada pihak applicant untuk memenuhi seluruh setoran jaminan. 12.Bank penerbit memberikan konfirmasi bahwa seluruh dana dan untuk SKBDN dimaksud telah efektif 13.Bank pembayar melakukan pembayaran kepada penjual.

C. Penerbit SKBDN Beberapa ketentuan yang harus ditaati untuk penerbit SKBDN adalah: 1.Pemohon, dan peneroma berkedudukan dalam negeri 2.Dalam hal SKBDN dibuka dalam valuta asing, bank peremburs dapat berkedudukan diluar negeri 3.SKBDN hanya dilakukan untuk transaksi perdagangan barang. 4.Dalam hal transaksi perdagangan barang tersebut terkait dengan transaksi perdagangan jasa yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, nilai barang harus lebih besar dari nilai jasa. 5.Transaksi perdagangan barang tersebut hanya dapat dilakukan dengan batasan bahwa perpindahan barang dilakukan didalam negeri atau perpindahan barang boleh dilakukan dari dalam negeri keluar negeri sepanjang SKBDN diterbitkan atas dasar L/C (master L/C) dan non L/C untuk tujuan ekspor. 6.SKBD diterbitkan dalam valuta rupiah 7.SKBDN dapat diterbitkan dalam valuta asing sepanjang SKBDN terkait dengan transaksi perdagangan internasional. 8.SKBDN hanya dapat diterbitkan dengan kondisi tidak dapat diubah dan tidak dapat ditarik kembali atau tidak dapat dibatalkan tanpa persetujuaan dari bank pembuka, bank pengkonfirmasi jika ada dan penerima. 9.Jangka waktu SKBDN dan jangka waktu penundaan pembayaran SKBDn ditetapkan sesuai dengan sepakatan antara pemohon dengan bank pembuka. 10.Dalam menerbitkan SKBDN, bank dapat menetapkan sendiri besarnya jaminan dan atau setoran tunai dengan mempertimbankan bonafiditas pemohon. 11.Dalam hal SKBDN diterbitkan dengan syarat pembayaran dimuka bank wajib menetapkan setoran tunai yang memadai dengan memperhatikan besarnya uang muka yang ditarik. 12.Permohonan penerbitan SKBDN hanya dapat dilakukan secara tertulis oleh pemohon atau kuasanya. 13.Bank hanya dapat menerima pemohonan penerbitan SKBDN apabila dalam permohonan tersebut sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut : a.Nama jelas dan alamat pemohon b.Nama jelas dan alamat penerima c.Nilai SKBDN d.Syarat pembayaran atas unjuk, akseptasi atau negosiasi e.Rincian dokumen, seperti dokumen pengangkutan barang atau dokumen lainya yang dibutuhkan f.Tanggal terakhir pengajukan dokumen g.Tempat penyerahan dokumen untuk pembayaran atas unjuk, akseptasi atau negosiasi h.Tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo SKBDN i.Media penerbitan SKBDN: surat, teleks, swift, atau sarana lainnya j.Uraian barang k.Tanggal terakhir pengiriman barang l.Tempat tujuan pengiriman barang m.Pernyataan tunduk pada syarat-syarat umum bank untuk penerbitan SKBDN D. Akuntansi SKBDN Pada prinsipnya skbdn tidak dapat dibatalkan, kecuali ada persetujuan bank pembuka, bank pengkomfirmasi dan penerima. Oleh karena itu penerbitan SKBDN dapat berupa SKBDN yang tak-dapat dibatalkan dan yang dapat dibatalkan. SKbdn yang dapat dibatalkan merupakan

transaksi yang bersifat komitmen , sedangkan yang dapat dibatalakan merupakan transaksi kontinjensi (bersyarat). Sight SKBDN atas unjuk, artinya kapanpun di unjukkan SKBDN dapat dicairkan. Skbdn tersebut sewaktu-waktu dapat dicairkan sepanjang hasil konfermasi telah diberikan kepastian setoran jaminan penuh. Tentu saja dalam SKBDN seperti ini harus dicantumkan secara jelas persyaratan pembayaran atas unjuk. Pencatan usance SKBDN adalah SKBDN yang pembayarannya secara berjangka dengan menggunakan wesel berjangka. Pihat beneficiary tidak bisa langsung menerima pembayaran tunai ketika barang dikirim kepada pembeli. Penerbitan usance SKBDN umumnya disepakati setoran jaminan kurang dari 100%. Dengan demikian pihak applicant harus melunasi pada saat seluruh barang sudah kirim atau saat SKBDN efektif. E. Pengalihan SKBDN SKBDN dapat dialihkan adalah SKBDN dimana penerima pertama berhak untuk mengajukan permohonan kepada bank penerus yang membayar, mengaksep atau menegosiasi untuk mengalih SKBDN tersebut , baik seluruhnya maupun sebagian kepada satu atau beberapa pihak penerima kedua. Namun demikian tidak semua SKBDN dapat di alihkan. SKBDN hanya dapat di alihkan jika di dalamnya secara tegas dicantumkan kata dapat di alihkan atau transferable sedangkan istilah lainya tidak diperkenankan. SKBDN hanya dapat di alihkan satu kali kepada penerima kedua. SKBDN hanya dapat di alihkan sesuai dengan persyaratan dan kondisi yang dinyatakan dalam SKBDN asli (original SKBDN), dengan pengecualian Nilai SKBDN Harga satuan Tanggal jatuh tempo Tanggal terakhir pengajuan dokumen Jangka waktu pengangkutan , salah satu atau semua batasan-batasan tersebut dapat dikurangi atau diperpendek.

Seputar Back to Back L/C

Tanya: Salah satu nasabah kami, sebuah perusahaan di bidang trading company, melakukan

ekspor dan impor berbagai komoditas. Dalam melaksanakan aktivitas tersebut nasabah kami itu tidak jarang menggunakan skema back to back L/C. Jadi L/C diterima dari bank di luar negeri. Kemudian, atas dasar L/C ekspor itu nasabah minta diterbitkan SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam negeri) atau L/C lokal. Selama ini penerbitan SKBDN atas dasar L/C ekspor dari bank luar negeri itu selalu kami syaratkan penyerahan jaminan tambahan untuk meng-cover nilai SKBDN, karena nasabah tidak menyetor dana jaminan sedikitpun. Belakangan nasabah meminta penerbitan SKBDN atas dasar L/C ekspor dari bank luar negeri itu, tidak lagi diharuskan menyerahkan jaminan tambahan (tanah dan bangunan) sebagaimana selama ini diterapkan. Menurut mereka L/C ekspor dari bank luar negeri itu sebenarnya adalah jaminan yang telah memadai, mengingat SKBDN itu diterbitkan atas dasar L/C ekspor tersebut.

Menurut nasabah di bank lain, hal itu sudah biasa dilaksanakan. Dengan kata lain, pembayaran SKBDN itu nantinya dapat diperhitungkan dari hasil pembayaran atas negosiasi dokumen ekspor atas dasar L/C ekspor dari bank luar negeri. Mohon komentar Bapak mengenai hal ini. Di samping itu, bagaimana pula jika nasabah membuka back to back L/C ke negara lain karena pemasok/ suppliernya ada di negara lain. Jadi L/C dibuka oleh bank di Australia kepada bank kami, lalu kami membuka back to back L/C ke Sungapura. Sementara, barang dikirimkan langsung dari Singapura ke Australia, tidak melalui Indonesia. Apakah hal itu mungkin dilaksanakan? Mohon penjelasan Bapak.

Hendra, salah satu bank devisa di Jakarta

Jawab: Pada prinsipnya, dalam skema back to back L/C antara Master L/C (dalam hal ini L/C ekspor) dan Baby L/C (dalam hal ini SKBDN atau L/C lokal) merupakan dua transaksi yang terpisah satu dengan lainnya. Maka, kewajiban anda sebagai penerbit SKBDN untuk membayar tidak akan dipengaruhi oleh berhasil atau tidaknya penagihan pembayaran kepada bank penerbit L/C ekspor di luar negeri. Jadi, sepanjang dokumen yang disyaratkan dalam SKBDN itu sudah memenuhi persyaratan SKBDN, maka bank anda sebagai bank penerbit SKBDN terikat untuk membayar walaupun nantinya penagihan kepada bank penerbit L/C ekspor bisa saja gagal karena adanya discrepancy.

Berdasarkan uraian tersebut wajarlah bila bank anda akan memerlukan coverage untuk pengamanan bank anda dalam rangka penerbitan SKBDN. Masalahnya adalah bentuk coverage yang bagaimana yang acceptable untuk bank anda akan sangat bergantung pada: tingkat keyakinan bank anda terhadap nasabah, besarnya nilai SKBDN, jenis komoditasnya dalam arti luas (market place fluctuation), country risk dan bank risk dari bank penerbit L/C ekspor di luar negeri, terms and conditions L/C ekspor tersebut, dan sebagainya sebagaimana lazimnya penerbitan suatu SKBDN (L/C lokal). Oleh karena itu, master L/C (L/C ekspor dari bank luar negeri tersebut) mungkin akan dilihat oleh bank anda lebih sebagai faktor kepastian pemasaran barang yang dibiayai oleh bank anda dan tingkat keterjaminan sumber pelunasan dari fasilitas yang diberikan oleh bank anda kepada nasabah; ketimbang sebagai jaminan (collateral) dari fasilitas dimaksud. Sehingga, yang akan diikat oleh bank anda sebagai jaminan adalah tagihan yang akan timbul atas realisasi master L/C tersebut yang tentunya masih akan bergantung pada apakah shipment dilakukan sesuai dan apakah dokumen yang diserahkan memenuhi persyaratan master L/C tersebut. Jadi bukanlah master L/C-nya, karena master L/C pada hakikatnya hanyalah merupakan contractual relationship antara bank penerbit L/C di luar negeri dengan nasabah anda, yang dalam hal ini adalah sebagai beneficiary dari master L/C tersebut. Untuk skema back to back L/C atas L/C yang diterbitkan oelh bank di Australia kemudian bank anda menerbitkan baby L/C ke Singapura dapat saja dilakukan, dengan catatan baby L/C yang anda terbitkan itu bukanlah merupakan L/C impor karena pengapalan barang dilakukan dari Singapura langsung ke Australia. Hal itu tentu memiliki risiko yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan barang yang masuk dulu ke Indonesia, sehingga perlakuannya pun tentu harus disesuaikan. Demikianlah jawaban saya, semoga memuaskan.

(Diasuh oleh Saul Daniel Rumeser, Pengamat Ekspor-Impor, Bisnis Indonesia, 18 Mei 2003)

Mekanisme Perdagangan Menggunakan L/C dan SKBDN

DALAM perdagangan, metode menggunakan sarana letter of credit (L/C) dan Surat Kredit berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) sering menjadi pilihan penjual dan pembeli. Mengapa? Tak lain karena adanya unsur jaminan pembayaran dari bank penerbit L/C atau SKBDN itu. Umumnya L/C atau SKBDN digunakan untuk membiayai sales contract antara penjual dan pembeli yang belum saling mengenal dengan baik.

Dengan L/C atau SKBDN, penjual merasa aman dengan adanya janji pembayaran dari bank penerbit L/C atau SKBDN (issuing bank) itu sepanjang penjual dapat menyerahkan dokumen yang sesuai dengan syarat L/C atau SKBDN (complying presentation). Di lain pihak, pembeli juga begitu. Ia sebagai pihak pemohon L/C atau SKBDN juga merasa aman dengan adanya syarat penyerahan dokumen yang telah ditentukan dalam L/C atau SKBDN, karena banknya tidak akan melakukan pembayaran sebelum dokumen diterima olehnya. L/C dan SKBDN sendiri diterbitkan oleh bank sebagai pelaksanaan klausul-klausul dalam sales contract yang telah disepakati penjual dan pembeli, yang pada dasarnya terdiri dari 4 faktor utama, yaitu: syarat barang (terms of goods), syarat penyerahan barang (terms of delivery), syarat pembayaran (terms of payment), dan dokumentasi. Sesuai sifatnya, L/C atau SKBDN merupakan komitmen dari issuing bank yang TERPISAH dari sales contract. L/C atau SKBDN merupakan salah satu alternatif cara pembayaran dalam transaksi perdagangan yang paling ideal karena risiko penjual dan pembeli dapat dialihkan pada bank.

Mengapa L/C dan SKBDN?


Pada prinsipnya, L/C dan SKBDN itu sama. Uraian di atas adalah jawaban dari apa persamaan L/C dan SKBDN itu. Sedangkan perbedaan antara keduanya, pertama, lokasi penjual dan pembeli. L/C digunakan untuk transaksi perdagangan yang melibatkan penjual dan pembeli yang berada di negara yang berbeda. Sedangkan untuk SKBDN, mereka berada di wilayah domestik Indonesia. Kedua, lalu lintas komoditas yang diperdagangkan. Jika barang yang diperdagangkan melewati batas kepabeanan negara lain, maka digunakanlah L/C. Jadi misalnya penjual dan pembeli sama-sama berlokasi di Indonesia, namun barangnya didatangkan dari

Jepang, maka yang digunakan adalah L/C, bukan SKBDN. SKBDN digunakan jika barangnya asli dari Indonesia, atau dari luar negeri namun sudah masuk ke kepabeanan Indonesia. Ketiga, acuan formal. Pelaksanaan L/C pada umumnya mengacu pada kebiasaan praktik perdagangan yang telah dibakukan oleh International Chamber of Commerce (ICC), yaitu Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCPDC). Pertama kali dipublikasikan pada 1933, UCPDC telah mengalami beberapa kali revisi sesuai perkembangan dan dinamika perdagangan internasional, yaitu tahun 1951, 1962, 1974, 1983 (dikenal dengan UCP 400), 1993 (UCP 500), dan pada 2006 dilakukan revisi keenam dengan terbitnya publikasi ICC No. 600 yang berlaku efektif tanggal 1 Juli 2007, yang dikenal dengan UCP 600 dan banyak digunakan sebagai acuan sekarang. Sedangkan pelaksanaan SKBDN mengacu pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 5/6/PBI/2003 tanggal 2 Mei 2003 tentang Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN). Bagaimanapun, klausul dan teknis yang diatur dalam PBI di atas banyak mengadopsi klausul-klausul dalam UCPDC. Lalu bagaimana dengan mekanisme L/C dan SKBDN itu sendiri? Berikut ini gambar alur dan prosedur pelaksanaan L/C dan SKBDN, mulai dari penerbitan hingga pembayaran.

Penjelasan mekanisme: 1. Penjual dan pembeli membuat sales contract. Salah satu syarat yang disepakati adalah pembayaran dilaksanakan dengan L/C atau SKBDN.

2. Atas dasar syarat pembayaran yang telah disepakati di dalam kontrak, maka pihak pembeli mengajukan permohonan penerbitan L/C atau SKBDN kepada Bank. 3. Issuing bank selanjutnya menerbitkan L/C atau SKBDN atas dasar permintaan pembeli sebagai Applicant untuk keuntungan penjual sebagai Beneficiary yang disampaikan melalui bank penerus (advising bank) di tempat penjual. 4. Advising bank menyampaikan asli L/C atau SKBDN kepada penjual (beneficiary) setelah dilakukan verifikasi atau autentikasi terhadap L/C atau SKBDN itu. 5. Setelah menerima L/C atau SKBDN dari advising bank, beneficiary melakukan pengiriman barang sesuai dengan syarat penyerahan barang (terms of delivery) yang disepakati di dalam sales contract, serta menyiapkan dokumen yang diminta oleh L/C atau SKBDN. 6. Beneficiary menyerahkan satu set dokumen yang disyaratkan L/C atau SKBDN kepada bank yang ditunjuk atau diberi kuasa (nominated bank) oleh issuing bank yang disebutkan dalam L/C atau SKBDN. 7. Berdasarkan penyerahan dokumen dari beneficiary, nominated bank selanjutnya melakukan pemeriksaan kesesuaian dokumen dengan syarat dan kondisi L/C atau SKBDN dan ketentuan yang berlaku. Jika dokumen telah memenuhi syarat complying presentation, maka nominated bank dapat memutuskan bertindak sebagai negotiating bank dengan melakukan pembayaran terlebih dahulu sepanjang L/C atau SKBDN mensyaratkan by negotiation. 8. Nominated bank meneruskan dokumen kepada issuing bank, terlepas apakah nominated bank telah membayar terlebih dahulu atau belum. Penerusan dokumen ke bank penerbit ini dalam rangka melakukan penagihan akseptasi, pembayaran, atau pembayaran kembali (reimbursement) dalam hal dokumen telah dinegosiasi. 9. Setelah menerima penerusan dokumen dari nominated bank, issuing bank melakukan pemeriksaan dokumen tersebut apakah memenuhi syarat complying presentation atau tidak. Jika dokumen dinyatakan clean, maka issuing bank wajib melakukan akseptasi, pembayaran, atau reimbursement kepada nominated/ negotiating bank. Namun jika terjadi penyimpangan pada dokumen terhadap syarat dan kondisi L/C atau SKBDN (discrepancy), maka issuing bank tidak wajib melakukan akseptasi, pembayaran, atau reimbursement. Yang dilakukan issuing bank adalah menghubungi Applicant sehubungan dengan kondisi dokumen yang discrepant tersebut, dan meminta penegasan Applicant apakah menerima adanya discrepancy tersebut atau menolak kondisi penyimpangan dokumen. 10. Issuing bank menyerahkan dokumen original kepada Applicant setelah ia menyelesaikan kewajiban dana pembayarannya. Selanjutnya, Applicant melakukan pengeluaran barang dari maskapai pelayaran dengan memenuhi kewajiban

kepabeanan (import clearance).

Demikian gambaran tentang L/C dan SKBDN serta mekanismenya secara umum. Dalam praktiknya memang bisa lebih rumit dan spesifik. Namun, alur intinya tidak berubah dari gambaran di atas. Jika anda ada yang belum jelas atau anda mempunyai pengetahuan tentang perdagangan internasional, jangan ragu untuk berbagi :)

SKBDN dan L/C UPAS


Tanya: Bank kami menerima SKBDN dari Bank X di Jakarta. Dalam SKBDN tersebut disyaratkan dokumen pengangkutan berupa Surat Jalan. Setelah nasabah kami menyerahkan dokumen-dokumen yang disyaratkan oleh SKBDN itu, maka menurut penelitian kami terdapat penyimpangan pada Surat Jalan tersebut.

Penyimpangan tersebut adalah atas dasar Peraturan Bank Indonesia No. 5/6/PBI/2003 tanggal 2 Mei 2003 Pasal 19 ayat 4 yang tidak terpenuhi, antara lain butir:

(c) nama dan alamat perusahaan pengangkut atau agen perusahaan pengangkut (d) mencantumkan SIUP perusahaan pengangkut atau agen perusahaan pengangkut (j) tanda tangan dan nama jelas penanggung jawab perusahaan pengangkut atau agen yang ditunjuk

Dokumen pengangkut jenis apa yang dimaksud pada peraturan di atas. Apakah pengangkutan yang menggunakan truk juga harus memenuhi persyaratan tersebut di atas? Kami juga ingin menanyakan mengenai L/C Usance Payable At Sight (UPAS) sebagai tambahan pengetahuan bagi kami, yaitu apabila bank kami menerbitkan L/C UPAS apakah importir (applicant) akan dikenakan biaya akseptasi sebagaimana lazimnya dilakukan pada L/C Usance?

Kris, salah satu bank devisa di Jakarta

Jawab: Pada Peraturan Bank Indonesia No. 5/6/PBI/2003 tanggal 2 Mei 2009 Pasal 19 ayat 1,

SKBDN dapat mensyaratkan dokumen pengangkutan barang. Kemudian pada ayat 4 dokumen pengangkutan barang sebagaimana dimaksup Pasal 1 sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:

(a) Nama dan alamat pengirim barang (b) Nama dan alamat penerima barang (c) Nama dan alamat perusahaan pengangkut atau agen perusahaan pengangkut (d) Nomor surat izin usaha perusahaan pengangkut atau agen perusahaan pengangkut (j) Tanda tangan dan nama jelas penanggung jawab perusahaan pengangkut atau agen yang ditunjuk

Jelas terlihat bahwa ketentuan itu tidak secara spesifik menetapkan jenis angkutan barang tertentu, sehingga hal itu berarti bahwa ketentuan tersebut berlaku untuk semua jenis angkutan barang seperti laut, udara, darat, sungai, dan danau. Sementara untuk pengangkutan darat tentunya akan meliputi pengangkutan yang menggunakan sarana kereta api maupun mobil (truk dsb). Namun, disarankan bank anda dapat meminta penegasan mengenai hal itu kepada pihak Bank Indonesia sebagai lembaga pembuat peraturan dimaksud. Mengenai pengenaan biaya akseptasi pada L/C UPAS, pertama yang perlu diketahui adalah dasar pengenaan biaya oleh bank kepada nasabahnya. Tentunya, karena adanya suatu bentuk jasa yang dilakukan oleh bank kepada nasabahnya yang kemudian sesuai kesepakatan antara keduanya maka dikenakan biaya untuk keuntungan bank atas beban nasabahnya. Kedua, dalam L/C UPAS kita ketahui bahwa pembayaran kepada beneficiary (eksportir) adalah secara sight (atas unjuk) bukan berjangka. Sedangkan pembayaran yang bersifat berjangka adalah pembayaran dari applicant (importir) kepada issuing bank atau kepada financing bank tertentu. Jadi, kalaupun ada kegiatan akseptasi tentunya yang melakukan akseptasi itu adalah drawee (pihak tertarik) dari draft/ wesel (bill of exchange) yang tenornya usance tersebut. Dalam hal issuing bank sendiri yang menjadi financing bank-nya, tentu tidak wajar bila akseptasi dilakukan oleh applicant (importir) tetapi malahan kepada yang bersangkutan dibebankan biaya akseptasi. Sedangkan bila ada bank lain yang bertindak sebagai financing bank, maka akan tergantung pada bilateral agreement antara issuing bank dan financing bank tersebut apakah diperlukan akseptasi yang harus diterbitkan oleh issuing bank. Bila ada maka hal itu dapat dibebankan kepada applicant (importir). Demikian jawaban saya semoga memuaskan.

Diasuh oleh: Saul Daniel Rumeser (Pengamat Ekspor-Impor) Sumber: Bisnis Indonesia, 1 Februari 2004

SKBDN BNI
Layanan ini memberi fasilitas berupa jaminan bersyarat untuk nasabah yang berdomisili di dalam negeri untuk membayar wesel-wesel yang ditarik oleh beneficiary sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam SKBDN. Manfaat

Menjamin pembayaran atas pelaksanaan syarat-syarat jual/beli yang ditetapkan/disepakati. Memperlancar arus pengadaan barang-barang di dalam negeri dari satu tempat ke tempat lainnya baik antar pulau, antar kota, atau antar pihak-pihak dalam satu kota.

Persyaratan

Mengajukan permohonan penerbitan dan menandatangani syarat-syarat umum SKBDN. Pemohon dapat menyediakan cover 100% atau kurang dari 100% dari nilai SKBDN.

Anda mungkin juga menyukai