Anda di halaman 1dari 6

Perbedaan Transaksi LC Impor, LC Lokal,

LC Non Impor
Mungkin sudah banyak orang tahu tentang letter of credit atau lebih dikenal dengan sebutan LC,
dari praktisi bisnis sampai pelajar/mahasiswa. Sejauh pengamatan saya, dalam proses transaksi
perdagangan internasional atau ekspor impor masih banyak yang belum mengaplikasikan atau
memanfaatkan LC ini secara maksimal baik dari fungsi sebenarnya maupun dari resiko-resiko
yang akan timbul dari transaksi tersebut.

saya coba paparkan kesalahmengertian mengenai konsep LC sendiri yang berhubungan dengan
kekhawatiran penjual/exportir terhadap kondisi pembeli padahal dia sudah menerima LC dari
Bank.pada dasarnya LC merupakan JAMINAN dari suatu Bank atas permintaan pihak
lain/Pembeli yang diberikan kepada penjual untuk membayar atau memberikan janji bayar
kepada penjual dengan syarat dipenuhinya persyaratan dalam LC.

jadi selama penjual/eksportir sudah menerima LC dari bank (yang sudah dipastikan
bonafiditasnya) dan siap untuk memenuhi semua persyaratan LC tersebut, dia tidak lagi perlu
memperhatikan Pembelinya (dalam arti kemampuan pembeli untuk membayar), karena semua
tanggung jawab pembayaran dan resiko sudah ditanggung oleh bank, ASALKAN semua kondisi
dan persyaratan LC terpenuhi.yang perlu diberikan perhatian khusus adalah mampukah penjual
memenuhi persyaratan dan kondisi LC, seperti : memenuhi spesifikasi produk/jasa sesuai yang
diminta, pembuatan dokumen, realisasi pengapalan barang sesuai dengan jadwal LC dan
kesesuaian lainnya.Jika hal tersebut sudah dapat dipenuhi, maka tidak ada alasan untuk khawatir
terhadap pembayaran dari pembeli, karena pembayaran sudah dijamin oleh bank.

Seperti kita tahu, ada banyak macam Letter of Credit atau disingkat LC ditinjau dari berbagai
macam aspek, dari sisi pembayaran (sight LC, Usance LC, Upas LC, Defered Payment LC), dari
sisi Keterlibatan pihak lain (Confirm LC, Transferable LC, Claim reimbursement LC Dll.) serta
lainnya, baik yang secara tegas tersurat di UCP 600 maupun hasil modifikasi dari transaksi.

Dari sudut pandang Operasional Letter of Credit dalam hal ini, tetapi tidak terbatas, oleh Bank
sebagai pihak yang paling dominan karena sebagai penerbit dan pelaksana fungsi-fungsi lain,
memiliki terminologi yang semestinya juga dipahami oleh pihak-pihak terkait, terutama oleh
importir/applicant maupun eksportir/beneficiary, terminologi pembedaan istilah transaksi
tersebut yaitu :

LC IMPOR 
adalah transaksi LC standard seperti yang sudah biasa kita kenal, yang merupakan instrumen
penjaminan pembayaran dari bank atas transaksi perdagangan ekspor impor yang meliputi
pergerakan barang yang masuk ke wilayah pabean negara applicant yang sekaligus sebagai
importir.
contoh : applicant/Importir  dari Indonesia, Beneficiary/Eksportir dari Amerika, barang dikirim
dari Amerika ke Indonesia.
LC LOKAL
adalah transaksi LC standard seperti yang sudah biasa kita kenal, yang merupakan instrumen
penjaminan pembayaran dari bank atas transaksi perdagangan dalam negeri yang meliputi
pergerakan barang di dalam wilayah pabean negara applicant dan juga beneficiary.
Contoh : Applicant dari Jakarta membeli barang dari Beneficiary dari Bandung, barang dikirim
dari Bandung ke Jakarta.

LC NON IMPOR 
adalah transaksi LC standard seperti yang sudah biasa kita kenal, yang merupakan instrumen
penjaminan pembayaran dari bank atas transaksi perdagangan ekspor impor yang meliputi
pergerakan barang yang tidak memasuki wilayah pabean negara applicant tetapi memasuki
wilayah pabean negara lain sebagai negara importir.
Contoh :
Applicant dari Indonesia, Beneficiary dari Amerika, barang dikirim dari Amerika ke Malaysia.
Applicant dari Indonesia, Beneficiary dari Amerika, barang dikirim dari Inggris ke Singapura.

Dalam prakteknya, ada begitu banyak variasi dan pengembangan transaksi yang akhirnya dapat
menciptakan terminologi-terminologi baru untuk memfasilitasi perkembangan transaksi
perdagangan. bagi kita yang penting kita berpegangan pada konsep bahwa dalam transaksi Letter
of Credit pihak-pihak yang terlibat adalah Applicant dan Beneficiary, sedangkan dalam transaksi
perdagangan ekspor impor pihak-pihak yang terlibat adalah eksportir dan importir, dalam LC
import applicant sama dengan Importir sedangkan dalam Non Impor, applicant biasanya tidak
sama dengan Importir.

setelah membaca artikel ini mudah-mudahan kita bisa menganalisa sendiri jika barang yang
diperdagangkan oleh penjual di dalam negeri, pembeli di dalam negeri, sedangkan barang
dikirim dari luar negeri ke dalam negeri itu menggunakan LC Lokal atau LC Impor.

Mungkin terlalu berlebihan kalau saya bilang Letter of Credit bagi banyak orang dari kalangan
usaha yang awam merupakan suatu momok yang menakutkan, tetapi tidak sedikit dari mereka
yang merasa makhluk yang namanya letter of credit itu merupakan suatu yang asing, njelimet,
penuh resiko dan banyak aturan.
Asumsi keruwetan atau kompleksitas suatu system pembayaran dengan Letter of Credit
tercermin lewat jargon-jargon yang mereka kesankan terhadap Letter of Credit; “Pakai LC itu
urusannya panjang dan rumit” kata seorang pengusaha kecil suatu waktu, “LC itu biayanya
mahal, harus ada Jaminan segala macam” kata yang lainnya. ada lagi yang berujar “Pakai LC itu
dokumennya banyak, harus teliti, salah ketik sedikit saja bisa-bisa tidak dibayar”, atau pernah
salah satu Importir mengeluh “pakai LC tidak menjamin barangnya sesuai dengan kualitas dan
kuantitas yang kita inginkan dan bisa jadi dokumennya sesuai tetapi barangnya tidak sesuai,
bahkan barangnya tidak ada!”. serta banyak lagi ungkapan-ungkapan lainnya yang senada
seirama.

Mengingat informasi mengenai Letter of Credit yang biasanya didapat sepotong-sepotong dan
tidak secara menyeluruh, maka penangkapan kesan setengah-setengah yang cendrung keliru
tersebut menjadi kesan yang terus diingat oleh banyak kalangan.
Jika kita tarik sedikit ke dalam, secara konsep Letter of Credit sendiri atau orang sering
menyingkatnya dengan LC, L/C, DLC, LOC atau hanya menyebutnya dengan Credit merupakan
suatu instrument yang mencoba menjawab kebutuhan dunia usaha akan suatu mekanisme
pembayaran dan penjaminan yang berupaya semaksimal mungkin menjaga resiko-resiko masing-
masing pihak yang terlibat dengan cara menentukan kewajiban dan tanggung jawab masing-
masing pihak dalam bertransaksi yang lebih aman.

Pada dasarnya mekanisme sistim pembayaran dan penjaminan Letter of credit itu sangat
sederhana. Saya sengaja ungkapkan di sini bukan bermaksud untuk menggampangkan atau
terlalu menyederhanakan sesuatu, tetapi mencoba menanamkan konsep awal yang merupakan
pondasi pengertian agar dalam pengembangannya nanti kita tidak terombang-ambing dengan
pengertian-pengertian baru hasil modifikasi atau variasi bentuk dari konsep dasar Letter of
Credit.

Konsep Letter of Credit secara sederhana merupakan Pengambilalihan tanggung jawab


pembayaran oleh pihak lain (Bank) atas dasar permintaan pihak yan dijamin
(Applicant/Pembeli) untuk melakukan pembayaran kepada pihak penerima jaminan
(Beneficiary/Penjual) berdasarkan syarat dan kondisi yang ditentukan dan disepakati.

kalau mengambil pengertian dari Kitab Sucinya LC yaitu UCP 600, pasal 2, tentang Definisi
menyebutkan : ”Credit means any arrangement, however named or described, that is
irrevocable and thereby constitutes a definite undertaking of the issuing bank to honour a
complying presentation”. Anda bebas mengartikan dan mengintepretasikannya sendiri, yang
kurang lebih artinya : “suatu bentuk perjanjian, apapun namanya dan penjelasannya, yang tidak
bisa diubah sepihak, yang menyebabkan suatu pengambilalihan mutlak dari bank penerbit
jaminan untuk membayar presentasi (dokumen) yang sesuai”.

Terminology pihak yang dijamin di sini harus dipertegas karena tidak seperti dalam asuransi
mobil, biasanya kita yang memohon penjaminan kita juga yang dijamin akan menerima
pembayarannya. Pihak yang dijamin dalam Letter of Credit hampir sama dengan Bank
Guarantee lainnya, dimana pihak pertama (guarantor) yang diharuskan menjamin, mengalihkan
kewajibannya kepada bank atas permintaan pihak kedua (guarantee) yang mendapat jaminan
tersebut.

Alur Prosesnya pun awalnya sederhana, yaitu :


1. Terjadi kesepakatan antara pembeli dan penjual, yang biasanya dituangkan dalam Sales
Contract atau media kesepakatan lainnya.
2. Pembeli mengajukan permohonan pembukaan Letter of Credit kepada Bank yang akan
menerbitkan (Issuing bank) atas permintaan Penjual. Sebutan untuk Pembeli dalam terminology
LC menjadi Applicant dan Penjual menjadi Beneficiary (hal ini penting untuk dibedakan, karena
dalam kasus-kasus pengembangannya nanti applicant bisa jadi tidak sama dengan Pembeli dan
Beneficiary bisa jadi tidak sama dengan Penjual).
3. Issuing Bank,sebagai bank penjamin, memberikan jaminan tersebut kepada Beneficiary,
sehingga pada proses ini peran issuing bank berubah menjadi Advising Bank (dalam prakteknya
nanti, mengingat jauhnya jarak antara Issuing Bank dengan Beneficiary yang biasanya di Negara
yang berbeda, maka issuing bank bisa meminta pihak/bank lain sebagai advising bank) tetapi
secara konsep, issuing bank dapat secara langsung meng-Advise LC tersebut ke Beneficiary jika
memungkinkan.
4. Beneficiary/Penjual yang telah menerima Lc tersebut melakukan pengiriman barang dan
membuat dokumen-dokumen yang dipersyaratkan oleh LC.
5. Beneficiary menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada Issuing Bank (pada prakteknya
melalui Negotiating Bank/Remitting Bank di Negara eksportir) untuk mendapatkan pembayaran
dan Issuing Bank pun melakukan pembayaran kepada Beneficiary berdasarkan penyerahan
dokumen yang sesuai dengan persyaratan dan kesepakatan semua pihak.
6. Issuing Bank menagihkan pembayaran tersebut kepada Applicant dengan menyerahan
dokumen dan Applicant melakukan pembayaran kepada Issuing Bank untuk mendapatkan
dokumen untuk pengeluaran barang.

Anda mungkin juga menyukai