1.1 Giro
A. Pengertian
Giro adalah simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindah bukuan.
Perlakuan Akuntansi
Setoran giro yang diterima tunai pada saat uang diterima. Setoran giro melalui kliring
(bilyet giro bank lain) diakui setelah tidak ada tolakan (dananya sudah efektif)
Setelah memenuhi segala persyaratan pembukuan rekening giro, seorang calon nasabah
diminta untuk segera menyetor sejumlah uang tertentu sebagai setoran pertama.
Sebagai contoh:
Pada tanggal 1 Agustus 2013 Tuan Hermawan membuka rekening giro pada bank Omega cabang
Jakarta dan menyetor tunai sejumlah Rp. 100.000.000,-, dan membayar tunai semua biaya
administrasi seperti penerbitan buku cek sebesar Rp. 50.000,-. Maka bank Mega cabang Jakarta
akan dibukukan seperti:
Penyetoran Kliring
Apabila pada tanggal 10 Agustus 2013 Tuan Hermawan kemudian menyerahkan sebuah cek giro
pada Bank BTN sebesar Rp. 10.000.00,- untuk disetorkan kedalam rekening gironya, oleh Bank
Mega akan dibukukan sebagai transaksi kliring. Pengkreditan kedalam rekening giro Hermawan
akan dilakukan setelah hasil kliring tersebut dinyatakan berhasil. Untuk menampung
pengkreditan sementara biasanya dikreditkan kedalam rekening warkat klirng. Warkat kliring ini
dianggap sebagai warkat debet keluar. Pembukuan untuk transaksi penyetoran warkat kliring ini
sebagai berikut:
Pada waktu hasil kliring dinyatakan berhasil, akan dibukukan dengan cara menihilkan
rekening warkat kliring yang sifatnya sementara, dengan ayat jurnal sebagai berikut:
Jurnal setelah kliring dinyatakan berhasil
Tanggal Keterangan Debet Kredit
2013 Agst 10 WARKAT KLIRING Rp.10.000.000
Giro Rek. Hermawan Rp.10.000.000
Akan tetapi apabila kliring ditolak maka jurnal yang harus dibuat adalah dengan
menihilkan BANK INDONESIA GIRO dan Warkat Kliring (titipan Kliring), sebagai berikut:
Khusus untuk pembukaan rekening giro yang dilakukan dengan menyerahkan sebuah
warkat kliring, transaksi penarikan rekening giro baru dapat dilakukan paling cepat sehari setelah
kliring diselesaikan
Seluruh transaksi penetoran ini memiliki kode transaksi sendiri yang akan memudahkan
didalam memberikan informasi kepada manajemen bank terhadap jenis penyetoran. Maksud
kode ini adalah selain memberikan informasi juga untuk tujuan keamanan bagi pihak bank
seperti mencegah terjadinya penyetoran kliring dan penarikan rekening giro pada hari yang
sama. Kalau hal ini terjadi bank bisa kebobolan, karena nasabah yang curang akan menarik dana
gironya melebihi saldo yang dimiliki.
Penyetoran melalui transfer
Apabila pada tanggal 15 Agustus 2013 Hermawan menerima transfer dari seorang
rekannya nasabah Bank BCA sebesar Rp. 50.000,- oleh Bank Mega akan dibukukan seperti
berikut:
C. Penarikan
Penarikan rekening giro dapat dilakukan setiap saat setelah memenuhi persyaratan
tertentu. Jenis penarikan kredit antara lain dapat berupa penarikan tunai, penarikan dengan
memberikan amanat kepada bank, penarikan kliring, dan lain sebagainya.
Didalam hal nasabah akan melakukan penarikan tunai terhadap rekening giro yang
dimilikinya, harus melalui prosedur sebagai berikut:
1. Nasabah menulis selembar cek dan menanda-tanganinya
2. Cek tersebut diserahkan ke loket pengambilan di bank, yang kemudian oleh petugas loket
dibelakang cek dibubuhi blok stempel untuk ditanda-tangani oleh si pembawa cek tadi.
3. Petugas loket meneruskan cek tadi ke petugas rekapitulasi awal kas, guna diperiksa kebenaran
cek tersebut.
4. Setelah dinyatakan benar cek tersebut diteruskan ke petugas primanota, untuk diadakan
pencocokan antara saldo rekening yang masih tersisa dengan besarnya dana yang akan ditarik.
Bila saldonya cukup maka langsung dikurangi dan bila ternyata saldonya tidak mencukupi,
dikembalikan kepetugas rekapitulasi awal kas dan dibuatkan surat penolakan
Contoh:
Pada tanggal 15 Agustus 2013 Tuan Hermawan menarik dana gironya dengan selembar cek
sebesar Rp.20.000.000, untuk dibayarkan oleh bank secara tunai. Atas penarikan cek oleh Tuan
Hermawan tersebut, maka oleh bank akan dibuat jurnalnya sebagai berikut:
Dengan adanya penarikan tunai ini, maka rekening giro Tuan Hermawan akan
berkurang dan dengan demikian perhitungan jasa giro yang diperhitungkan untuk keuntungan
Tuan Hermawan juga akan berkurang.
Penarikan secara Kliring
Penarikan secara kliring dilakukan oleh nasabah dengan cara menerbitkan cek untuk
disetorkan kepada seseorang yang merupakan nasabah bank lain. Bila pada tanggal 20 Agustus
2013 Tuan Hermawan menerbitkan cek sebesar Rp. 4.000.000,- dan memerintahkan bank Mega
agar diserahkan untuk keuntungan seorang nasabah di bank BRI, maka bank Mega akan
dibukukan sebagai berikut:
Jurnal Penarikan Secara Kliring
Tanggal Keterangan Debet Kredit
2013 Agst 15 Giro-Rek. Hermawan Rp.4.000.000
Bank Indonesia-Giro Rp.4.000.000
Pengertian Kliring
Kliring adalah suatu tata-cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat-surat dagang
dan surat-surat berharga dari suatu bank terhadap bank lainnya denganmaksud agar
penyelesaiannya dapat terselenggara dengan mudah dan aman, serta untuk memperluas dan
memperlancar lalu-lintas pembayaran giral.
Lalu-lintas pembayaran giral ini adalah suatu proses kegiatan bayar-membayar dengan
warkat kliring, yang dilakukan dengan cara saling memperhitungkan diantara bank-bank, baik
atas beban maupun untuk keuntungan nasabah yang bersangkutan. Konsekuensi dari itu semua,
bank diwajibkan memelihara sejumlah saldo alat likuid dalam bentuk rekening Giro pada Bank
Indonesia untuk menampung semua penarikan dan penyetoran nasabah masing-masing yang
akan mengakibatkan bertambah atau berkurangnya saldo giro tersebut. Alat likuid yang harus
dipeliharaoleh suatu bank pada rekening Giro Bank Indonesia harus memenuhi syarat tertentu.
Warkat Kliring
Warkat kliring adalah alat atau sarana yang dipakai dalam lalu-lintas pembayaran giral
yang diperhitungkan dalam kliring dan biasanya terdiri atas; cek, bilyet giro, suratb bukti
penerimaan transfer dari luar kota (kiriman uang), wesel bank untuk transfer atau wesel unjuk,
nota debet atau kredit, dan jenis-jenis warkat lain yang telah disetujui penyelenggara.
Warkat kliring yang dapat di kliringkan adalah harus dinatakan dalam mata uang rupiah dan
bernilai nominal penuh (seratus persen nilai nominal) serta telah jatuh tempo pada saat
dikliringan. Nota atau warkat yang diikut sertakan dalam kliring dapat dikelompokkan menjadi
empat macam nota atau warkat kliring.
Jenis-jenis Kliring
1. Kliring Umum adalah sarana perhitungan warkat-warkat antar bank yang pelaksanaannya diatur
oleh Bank Indonesia.
2. Kliring Lokal adalah sarana perhitungan warkat antar bank yang berada dalam satu wilayah
kliring (telah ditentukan)
3. Kliring Antar Cabang (Interbranch Clearing) adalah sarana perhitungan warkat antar kantor
cabang suatu bank peserta yang biasanya berada dalam satu wilayah kota. Kliring ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan seluruh perhitungan dari suatu kantor cabang untuk kantor cabang
lainnya yang bersangkutan pada kantor induk yang bersangkutan.
Penyelenggara Kliring
Kliring di Indonesia hanya dapat dilakukan oleh bank sentral dalam hal ini adalah Bank
Indonesia. Namun demikian apabila disuatu daerah belum terdapat Bank Indonesia maka akan
diatur lain pelaksanaan kliringnya oleh Bank Indonesia.
Peserta Kliring
Ada dua macam peserta kliring:
1. Peserta Kliring Langsung
Adalah bank-bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring dan dapat memperhitungkan
warkatnya secara langsung dalam pertemuan kliring.
2. Peserta Kliring Tidak Langsung
Adalah bank-bank yang belum tercatat sebagai peserta kliring dan yang memperhitungkan
warkatnya dengan kantor pusat atau kantor cabang lainnya adalah yang sudah tercata menjadi
peserta kliring.
1.2 Tabungan
Tabungan adalah simpanan pihak lain pada bank yang penarikanya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,
atau alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Termasuk didalamnya tabungan berjangka
yang telah jatuh tempo sesuai dengan perjanjian yang dipersyaratkan seperti tabungan pergi haji
yang telah jatuh tempo.
Perlakuan akuntansi
Setoran tabungan yang diterima tunai diakui pada saat uang diterima. Setoran tabungan melalui
kliring (bilyet giro bank lain) diakui setelah tidak ada tolakan kliring (dananya sudah efektif)
Tabungan merupakan kewajiban keuangan, dapat dibukukan dalam dua kategori
kewajiban keuangan. Yaitu:
4. Pada saat pengakuan awal kewajiban (giro, tabungan), bank tidak perlu melakukan kapitalisasi
atas beban pada biaya perolehan kewajiban, dan dapat mengakui secara langsung sebagai beban
pada periode berjalan, jika:
a. Beban tidak dapat diatribusikan secara langsung pada kewajiban dan tidak terkait dengan jangka
waktu kewajiban.
b. Beban tidak dapat diatribusikan secara langsung pada kewajiban dan terkait dengan jangka
waktu kewajiban namun besarnya tidak material.
5. Setelah pengakuan awal kewajiban (giro, tabungan), bank mencatat kewajiban tersebut sebagai
berikut:
6. Untuk kewajiban yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamorti sasi, nilai yang
dicatat tersebut ( carrying amount) dapat berbeda dengan nilai yang akan dibayarkan
pada saat jatuh tempo, yaitu jika bank :
a. Mengeluarkan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung pada
perolehan/pemilikan kewajiban tersebut.
b. Memperoleh kewajiban dengan suku bunga diluar suku bunga pasar
c. Memperoleh kewajiban secara diskonto atau premium.
7. Amortisasi dilakukan selama periode berjalan menggunakan metode suku bunga efektif atas
selisih antara nilai tercatat kewajiban (yang merupakan biaya perolehan diamorti sasi) dengan
nilai kewajiban yang akan dibayarkan pada saat jatuh tempo.
8. Bank dapat menggunakan metode garis lurus dalam melakukan amorti sasi untuk:
a. Kewajiban dengan skedul penarikan (arus kas) yang sulit diprediksi, misalnya giro
b. Besarnya:
Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan/pemilikan kewajiban
Perbedaan suku bunga kewajiban dan suku bunga pasar atas kewajiban sejenis.
Diskonto atau premium atas perolehan/pemilikan kewajiban material.
Amortisasi biaya transaksi atas simpanan/dana pihak keti ga yang tidak memiliki jangka
waktu tetap atau tidak diketahui periode kewajibannya dapat didasarkan pada data historis rata-
rata umur simpanan/dana pihak ketiga.
9. Bank dapat tidak melakukan amorti sasi sebagaimana dimaksud pada angka 7) dan serta
mengakui sekaligus sebagai beban pada periode berjalan, jika besarnya biaya transaksi tersebut
tidak material.
10. Bank harus menetapkan ti ngkat materialitas dan mendokumentasikan dalam kebijakan akuntansi
sebagaimana diatur dalam Bab mengenai Kredit.
Contoh
Kasus Transaksi Giro/Tabungan, nasabah setor dengan bilyet giro bank lain.
Pada tanggal 13 Februari 2010, seorang nasabah giro (giran) Bank XYZ menyetorkan selembar
bilyet giro Bank PQR senilai Rp 20.000.000 untuk dikreditkan ke rekeningnya di Bank XYZ.
Setoran efekti f (ti dak terjadi penolakan) pada tanggal 15 Februari 2010. Jasa giro yang
diberikan kepada giran adalah 4% per tahun dan sampai akhir bulan ti dak terjadi mutasi. (Dalam
contoh ini ti dak ada biaya transaksi yang dapat diatribusikan).
Kebijakan bank membukukan giro/tabungan sebagai kategori kewajiban lainnya (harga
perolehan yang diamortisasi.)
Jurnal transaksi
a. Pada saat nasabah hendak mencairkan bilyet giro tanggal 13 Februari 2010, Tidak ada jurnal,
hanya dilakukan pencatatan penerimaan bilyet giro
b. Tanggal 15 Februari 2010, ketika diketahui tidak terjadi penolakan
(Db) Giro BI Rp. 20.000.000
(Kr) Giro amortised cost (Rek Nasabah) Rp. 20.000.000
c. Pengakuan beban bunga (setiap hari)
(Db) Beban jasa giro Rp. 2.192
(Kr) Jasa giro yang masih harus dibayar Rp. 2.192
Perhitungan:
Bunga per hari= Rp 20.000.000 x 4% x 1/365 = Rp 2.192
Jumlah hari bunga dari tgl 15 Februari 2010 s/d 28 Februari 2010 adalah 14 hari sehingga
total beban bunga untuk bulan Februari 2010 adalah Rp. 30.688 (14 x Rp. 2.192) Pajak = 20%
x Rp. 30.688 = Rp. 6.137
d. Pembayaran bunga tanggal 28 Februari 2010
(Db) Jasa giro yang masih harus dibayar Rp. 30.688
(Kr) Giro - amortised cost (Rek. Nasabah) Rp. 24.551
(Kr) Kewajiban segera - pajak nasabah Rp. 6.137