Anda di halaman 1dari 47

TUGAS AKHIR KOMPREHENSIF

MATA KULIAH

AUDIT KINERJA

AUDIT INTERNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Akuntansi dari

Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang

Oleh:
ARIA RIVANDI DWI PUTRA
NIM. 2015121545

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

MENGIKUTI UJIAN KOMPREHENSIF


MATA KULIAH
AUDIT KINERJA
INTERNAL AUDIT

Oleh

ARIA RIVANDI DWI PUTRA


NIM. 2015121545

Disetujui untuk mengikuti Ujian Komprehensif

Mengetahui Menyetujui
Ketua Program Studi Akuntanti S1 Pembimbing

Effriyanti, S.E., Akt., M.Si., CA. Habibah, S.E., M.M.


NIDN. 0003047701 NIDN. 0403067504

i
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH AUDIT KINERJA DAN AUDIT INTERNAL

Tugas Akhir ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana dari Universitas Pamulang

Oleh:
ARIA RIVANDI DWI PUTRA
NIM. 2015121545

Telah Diuji dan Dinyatakan Lulus di Hadapan Dewan Penguji


Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang
Pada Tanggal………
Pembimbing

Habibah, S.E., M.M.


NIDN. 0403067504

Dewan Penguji
Penguji I Penguji II

NIDN. NIDN.
Disahkan:
Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. H. EndangRuhiyat, S.E., M.M., CSRA., CMA.


NIDN. 0409067203

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang

telah memberikan rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan makalah komprehensif ini serta diberi

kesempatan dan kelancaran dalam menulis makalah ini dengan judul Audit

Kinerja dan Internal Audit.

Dalam menuliskan dan menjabarkan teori mengenai audit kinerja dan

internal audit tentunya masih banyak kekurangan dari segi referensi maupun

penjabaran yang dikemukakan oleh penulis. Maka dari itu, kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan dari semua pembaca agar karya ini semakin

sempurna. Semoga penulisan makalah ini menjadi manfaat bagi para pembaca

sekalian.

Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. (HC) Drs. H. Darsono selaku KetuaYayasan Sasmita Jaya yang

telah mewujudkan mimpi-mimpi anak bangsa dengan mempelopori adanya

pendidikan dengan biaya terjangkau dan berkualitas.

2. Bapak Drs. H. Dayat Hidayat, M.M, selaku Rektor Universitas Pamulang

yang telah berupaya keras menjadikan Universitas Pamulang semakin

berkualitas.

3. Bapak Dr. Drs. E. Nurzaman AM. M.M., M.Si. selaku Wakil Rektor I

Universitas Pamulang yang telah memotivasi dan menginspirasi untuk saya

meraih gelar sarjana.


4. Bapak Dr. H. Endang Ruhiyat, S.E., M.M., CSRA., CMA. Selaku Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang yang telah memajukan Fakultas

Ekonomi menjadi semakin baik.

5. Ibu Effriyanti, S.E., Akt., M.Si., CA. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi

yang senantiasa sabar memberikan pengarahan.

6. Habibah, S.E., M.M. Selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan bijak

dalam membimbing, memberi dukungan, dan membantu penulis dalam

menyelesaikan makalah komprehensif ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi yang telah

memberikan ilmunya kepada semua mahasiswa.

8. Bapak dan Ibu jajaran staff Universitas Pamulang terkhusus staff akuntansi,

yang telah membantu memperlancar upaya saya dalam menyelesaikan studi

di Universitas Pamulang.

9. Keluarga tercinta yaitu Mamah dan Bapak, Kakak, Adik dan Keponakan yang

sangat saya sayangi yang telah memberikan semangat, mendoakan tiada

henti, perhatian, materi, dukungan dan arahan-arahan positif untuk saya

sehingga saya bisa kuliah dan menyelesaikan S1 di Universitas Pamulang.

10. Manajer Saya yaitu Ibu Joice Stevani yang sudah mengizinkan Saya bisa

bekerja bersamaan dengan menjalankan aktivitas perkuliahan, supervisor

Saya yaitu Risma Haeroni, Hendrik Azhari, Vitta Riesmana, Prawidiya, Dwi

Haryanto, Megaprian Rimawati, Sri Wahyuni, Lukman Hakim, rekan kerja

Saya Mediawan, yang sudah memberikan dukungan baik dalam hal materi

maupun motivasi, teman sekelas di kampus Rudiono dan Nike Khairunnisa


yang sangat turut membantu dalam memberikan pengarahan penyusunan

makalah ini

11. Dan terimakasih untuk semua pihak yang telah mendukung dan membantu

dalam penyusunan tugas akhir ini yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari yang

diharapkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun. Penulis berharap tugas akhir ini dapat berguna bagi para pembaca.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Tangerang Selatan,
Penulis

ARIA RIVANDI DWI PUTRA


NIM. 2015121545
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………. i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………….. ii
KATA PENGANTAR………………………………………... iii
DAFTAR ISI………………………………………………….. vi
BAB I AUDIT KINERJA
1.1.Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................3
1.5 Landasan Teori............................................................................3
1.6 Pembahasan..................................................................................4
1.6.1 Definisi Audit Kinerja (Performance Audit)................4
1.6.2 Struktur Audit Kinerja..................................................5
1.6.3 Pemeriksaan Kinerja Menurut Beberapa Para Ahli......7
1.6.4 Pengukuran Kinerja......................................................8
1.6.5 Tujuan Penilaian Kinerja..............................................9
1.6.6 Manfaat Audit Kinerja..................................................9
1.6.7 Contoh Kasus................................................................10
1.7 Kesimpulan..................................................................................12
1.8 Daftar Pustaka..............................................................................14
BAB II AUDIT INTERNAL
2.1 Latar Belakang.............................................................................15
2.2 Rumusan Masalah........................................................................16
2.3 Tujuan..........................................................................................17
2.4 Manfaat........................................................................................17
2.4.1 Manfaat Teoritis............................................................17
2.4.2 Manfaat Praktis.............................................................18
2.5 Landasan Teori............................................................................18
2.6 Pembahasan..................................................................................19
2.6.1 Pengertian Audit Internal..............................................19
2.6.2 Gambaran Proses Bisnis Audit Internal Pada
Perusahaan....................................................................23
2.6.3 Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab
Audit Intenal.................................................................28
2.6.4 Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses
Audit Internal................................................................29
2.6.5 Standar Kinerja Audit Internal......................................30
2.6.6 Manajemen Risiko........................................................33
2.6.7 Peranan Audit Internal..................................................33
2.6.8 Contoh Kasus................................................................34
2.7 Kesimpulan..................................................................................35
2.8 Daftar Pustaka..............................................................................36
BAB I

AUDIT KINERJA

1.1 Latar Belakang

Audit kinerja muncul karena adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap

audit keuangan, yang hanya menilai kewajaran laporan keuangan. Masyarakat

ingin mengetahui apakah uang negara yang memang sudah dikelola dengan baik.

Masyarakat ingin mendapatkan kepastian apakah uang negara digunakan untuk

memperoleh sumber daya dengan efektif, digunakan secara efisien, serta dapat

memberikan hasil optimal yang membawa manfaat bagi mereka. Reformasi yang

terjadi tahun 1998 membawa dampak yang signifikan dalam pengelolaan

keuangan negara. Sekitar sepuluh tahun terakhir, tuntutan masyarakat akan

transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara oleh

pemerintah semakin meningkat. Masyarakat ingin mengetahui apakah berbagai

program telah tercapai dan apakah tercapainya program tersebut telah dilakukan

dengan prinsip ekonomi (kehematan), dengan cara efisien, dan dengan hasil yang

efektif atau yang lebih dikenal dengan istilah spend well, spend less, spend wisely.

Keinginan dan tuntutan masyarakat tersebut belum sepenuhnya dapat

dipenuhi apabila hanya mengandalkan hasil audit laporan keuangan yang memuat

opini tentang neraca, perbandingan anggaran dan realisasi, arus kas, dan catatan

atas laporan keuangan. Masyarakat ingin mengetahui apakah penyelenggaraan

kegiatan oleh pemerintah dengan menggunakan keuangan negara dapat

memberikan nilai lebih bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab

itu,

1
perlu diadakan perluasan tujuan dan jenis audit dari audit keuangan menuju audit

kinerja (performance audit).

Audit kinerja (performance audit) dapat membantu masyarakat dalam

mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari organisasi masyarakat (public). Audit

Kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta maupun sektor publik dan badan

pemerintah, karena dari semua tujuan kepentingan masyarakat merupakan

prioritas utama. Audit kinerja bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dan

mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan rekomendasi guna perbaikan atau

tindakan lebih lanjut. Selama ini, hasil dari audit kinerja cenderung diasumsikan

sebagai informasi yang ditujukan kepada konsumsi pihak internal perusahaan,

karena menelaah secara sistematik kegiatan organisasi dalam hubungannya

dengan tujuan tertentu. Padahal laporan audit kinerja ini juga bisa digunakan oleh

pihak eksternal untuk pengambilan keputusan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan dalam

makalah ini adalah:

1. Definisi Audit Kinerja (Performance Audit)

2. Struktur Audit Kinerja

3. Pengukuran Kinerja

4. Tujuan Penilaian Kinerja dan Manfaat Audit Kinerja

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Mengetahui definisi audit kinerja

2
2. Mengetahui struktur audit kinerja

3. Mengetahui pengukuran kinerja

4. Mengetahui tujuan penilaian kinerja

5. Mengetahui manfaat audit kinerja

1.4 Manfaat

Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca maupun bagi

penulis.

2. Sumber literasi terkait audit sumber daya manusia di Universitas

Pamulang

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Penulis

Sebagai wadah dalam menuangkan karya penulisan terkait audit kinerja.

2. Bagi Perusahaan dan Pemerintah

Sebagai bahan referensi terkait pentingnya audit kinerja untuk

memajukan perusahaan

1.5. Landasan Teori

Audit kinerja adalah adalah suatu proses yang sistematis untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif atas kinerja suatu organisasi,

fungsi, program, dan kegiatan.


Evaluasi pada audit kinerja dilakukan terhadap tingkat ekonomi, efisiensi,

dan keefektifan dalam mencapai target yang telah ditetapkan; kepatuhannya

terhadap kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang disyaratkan; dan

membandingkan antara kinerja yang dihasilkan dengan kriteria yang ditetapkan

dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Audit kinerja memastikan Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan

kebijakan.

1.6 Pembahasan

1.6.1 Definisi Audit Kinerja (Performance Audit)

Performance audit/audit kinerja adalah sebuah audit dalam rangka

mendapatkan gambaran mengenai kinerja sebuah organisasi/perusahaan secara

keseluruhan. Performance audit lebih menekankan pada aspek kebutuhan

organisasi dalam meningkatkan proses bisnis dan memenangkan kompetisi.

Performance audit akan menghasilkan angka-angka yang dengan diolah

menggunakan metode statistik akan memberikan gambaran langkah-langkah yang

harus diambil oleh organisasi/perusahaan.

Performance audit adalah pengujian yang objektif dan sistematis yang

berkaitan dengan program, aktivitas, fungsi, sistem manajemen dan prosedur

melalui assessmen dalam rangka pencapaian target yang ada untuk mendapatkan

keuntungan secara ekonomi, efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya

yang ada. Kinerja (prestasi kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu

(standar), dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan,

kuantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu,

dan
ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan. Audit kinerja

merupakan suatu audit yang objektif dan sistematis terhadap bukti-bukti untuk

dapat melaksanakan penilaian secara independen atas kinerja suatu

organisasi/perusahaan. Keberhasilan organisasi atau perusahaan ditentukan oleh

manajemen organisasi atau perusahaan yang baik.

1.6.2 Struktur Audit Kinerja

Struktur audit adalah sebuah pendekatan sistematis terhadap auditing yang

dijelaskan oleh langkah-langkah penentuan audit, prosedur rangkaian logis,

keputusan, dan menggunakan sekumpulan alat-alat serta kebijakan audit yang

komperehensif dan terintegrasi untuk membantu auditor dalam melakukan audit.

Struktur audit kinerja terdiri atas tahap pengenalan dan perencanaan, tahap

pengauditan, tahap pelaporan dan tahap penindaklanjutan. Pada tahap pengenalan

dilakukan survei pendahuluan dan review sistem pengendalian manajemen.

Pekerjaan yang dilakukan pada survei pendahuluan dan review sistem

pengendalian manajemen bertujuan untuk menghasilkan rencana penelitian yang

detail yang dapat membantu auditor dalam mengukur kinerja dan

mengembangkan temuan berdasarkan perbandingan antara kinerja dan kriteria

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam audit kinerja terdiri dari tiga elemen, yaitu telaah hasil-hasil

program, telaah ekonomi dan efisiensi, serta telaah kepatuhan. Tahapan-tahapan

dalam audit kinerja disusun untuk membantu auditor dalam mencapai tujuan audit

kinerja. Review hasil-hasil program akan membantu auditor untuk mengetahui

apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar. Review ekonomis dan

efisiensi
akan mengarahkan auditor untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan

sesuatu yang benar secara ekonomis dan efisien.

Review kepatuhan akan membantu auditor untuk menentukan apakah

entitas telah melakukan segala sesuatu dengan cara-cara yang benar, sesuai

dengan peraturan dan hukum yang berlaku. Masing-masing elemen tersebut dapat

dijalankan sendiri-sendiri atau secara bersama-sama, tergantung pada sumber daya

yang ada dan pertimbangan waktu. Tahap pelaporan audit kinerja merupakan

tahapan yang harus dilaksanakan karena adanya tuntutan yang tinggi dari

masyarakat atas pengelolaan sumber daya publik. Hal tersebut menjadi alasan

utama untuk melaporkan keseluruhan pekerjaan audit kepada pihak manajemen,

lembaga legislatif dan masyarakat luas.

Penyampaian hasil-hasil pekerjaan audit dapat dilakukan secara formal

dalam bentuk laporan tertulis kepada lembaga legislatif maupun secara informal

melalui diskusi dengan pihak manajemen. Namun demikian, akan lebih baik bila

laporan audit disampaikan secara tertulis, karena pengorganisasian dan pelaporan

temuan-temuan audit secara tertulis akan membuat hasil pekerjaan yang telah

dilakukan menjadi lebih permanen. Selain itu, laporan tertulis juga sangat penting

untuk akuntabilitas publik. Laporan tertulis merupakan ukuran yang nyata atas

nilai sebuah pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor.

Laporan yang disajikan oleh auditor merupakan kriteria yang penting bagi

kesuksesan atau kegagalan pekerjaannya. Tahapan yang terakhir adalah tahap

penindak lanjutan, dimana tahap ini didesain untuk memastikan atau memberikan

pendapat apakah rekomendasi yang diusulkan oleh auditor sudah diimplentasikan.


Prosedur penindak lanjutan dimulai dengan tahap perencanaan melalui pertemuan

dengan pihak manajemen untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi

organisasi dalam mengimplementasikan rekomendasi auditor. Selanjutnya, auditor

mengumpulkan data-data yang ada dan melakukan analisis terhadap data-data

tersebut untuk kemudian disusun dalam sebuah laporan.

1.6.3 Pemeriksaan Kinerja Menurut Beberapa Para Ahli

Ada beberapa pengertian mengenai audit kinerja menurut para ahli yaitu

sebagai berikut:

1. Menurut Taufik Akbar (2015) Kinerja audtor adalah:

“Suatu hasil karya yang dicapai oleh seorang auditr dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesunguhan waktu yang

diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas, dan ketepatan

waktu.”

2. Menurut Wibowo (2014:7) mengemukakan kinerja sebagai berikut:

“Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai

dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakannya

dan bagaimana cara mengerjakannya.”

3. Sedangkan menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2014:9) sebagai

berikut: Bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau

actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang

dicapai seseorang) yaitu: “Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.”


4. Adapun menurut Ristio dkk.(2014) mengemukakan pengertian dari

kinerja auditor adalah: “Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang

dicapai oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggungjawab yang diberikan kepadanya, dan menjadi salah satu

tolak ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu pekerjaan

yang dilakukan akan baik atau sebaliknya.”

1.6.4 Pengukuran Kinerja

Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah

selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan,

atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, atau

apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Wibowo (2014:155) pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan

cara:

1. Memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan telah

terpenuhi

2. Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan

3. Mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat kinerja

4. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang

perlu prioritas perhatian

5. Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas

6. Mempertimbangkan penggunaan sumber daya

7. Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan.”


1.6.5 Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Wibowo (2014:188) penilaian kinerja atau performance appraisal

adalah suatu proses penilaian tentang seberapa baik pekerja telah melaksanakan

tugasnya selama periode waktu tertentu. Tujuan penilaian kinerja menurut Anwar

Prabu Mangkunegara (2014:10) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan

kerja.

2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga

mereka termotivasi untuk membuat yang lebih baik atau sekurang-

kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan

keinginan dan anspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap

karier atau terhadap pekerjaan yang dikembangkannya sekarang.

4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan,

sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan

potensinya.

5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai

dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian

menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu dirubah.”

1.6.6 Manfaat Audit Kinerja

Manfaat utama audit kinerja adalah untuk meningkatkan kinerja dan

akuntabilitas publik.
1. Peningkatan Kinerja

a) Audit kinerja dapat meningkatkan kinerja suatu entitas yang

diaudit dengan cara sebagai berikut:

b) Mengidentifikasi permasalahan dan alternatif penyelesaiannya.

c) Mengidentifikasi sebab-sebab aktual (tidak hanya gejala atau

perkiraan-perkiraan).

d) Mengidentifikasi peluang atau kemungkinan untuk mengatasi

keborosan atau ketidakefisienan.

e) Mengidentifikasi kriteria untuk menilai pencapaian tujuan

organisasi.

f) Melakukan evaluasi atas sistem pengendalian internal.

g) Menyediakan jalur komunikasi antara operasional dan manajemen.

h) Melaporkan ketidakberesan.

2. Peningkatan Akuntabilitas Publik

Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan

akuntabilitas, berupa perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga

perwakilan, pengembangan bentuk-bentuk laporan akuntabilitas, perbaikan

indikator kinerja, perbaikan perbandingan kinerja antara organisasi sejenis yang

diperiksa, serta penyajian informasi yang lebih jelas dan informatif.

1.6.7 Contoh Kasus

Audit kinerja Danareksa tahun 2017-2018, berikut empat temuan BPK:

Pertama, anak perusahaan Danareksa yakni PT Danareksa Finance belum

memiliki kebijakan dan prosedur terkait dana titipan dan service level agreement
(SLA) tahapan pembiayaan. Sehingga perusahaan tidak dapat segera

memanfaatkan dana titipan untuk kegiatan operasional perusahaan.

BPK menilai pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari setiap unit dan divisi dalam

melaksanakan kegiatan pembiayaan belum optimal.

Kedua, terkait penyelesaian pembiayaan bermasalah atas tiga debitur pada

Danareksa Finance tidak sesuai dengan Akta Perjanjian dan Danareksa Finance

belum memiliki kebijakan terkait aset yang diambil alih (AYDA) sehingga

Danareksa Finance tidak memperoleh pendapatan yang seharusnya.

“Hal ini berpotensi mempengaruhi kemampuan keuangan perusahaan,

berpotensi akan memperoleh pengembalian pembiayaan dengan hargayang rendah

atau tidak sesuai dengan fasilitas pembiayaan yang telah dikeluarkan,” tulis

Akhsanul dalam ikhtisar eksekutif laporan audit itu. Selain itu, juga terdapat

ketidakjelasan nilai maupun prosedur yang diperlukan untuk melakukan AYDA

atas aset jaminan serta risiko hukum atas tidak dilakukannya penyerahan segera

atas aset jaminan yang masuk dalam budel pailit.

Ketiga, BPK menilai penanganan pembiayaan bermasalah PT Danareksa

belum optimal sehingga perusahaan menanggung beban bunga pembiayaan yang

tinggi tidak segera memperoleh pengembalian atas pembiayaan yang telah

diberikan. Hal ini menyebabkan likuiditas perusahaan terganggu, juga

ketidakjelasan nilai maupun prosedur yang diperlukan untuk melakukan AYDA

atas aset jaminan. Juga ketidakjelasan tugas dan tanggungjawab serta prosedur

pelaporan Komisaris yang ditempatkan sebagai wakil PT Danareksa di PT IMCM.


“Keempat, perhitungan Imbalan Jasa atau sharing management fee Agen

Penjual Efek Reksa Dana tidak akurat. Sehingga terdapat kelebihan pembayaran

sebesar Rp 361,1 juta dan kekurangan pembayaran sebesar Rp 190,66 juta. Serta

berisiko menurunkan tingkat kepercayaan selling agent atas pelaksanaan

perjanjian kerja sama pemasaran produk investasi,” lanjut Akhsanul. Kendati

demikian, BPK menilai bahwa Danareksa telah meningkatkan efektivitas kegiatan

pembiayaan dan management fee antara lain melalui penetapan pedoman dan

prosedur penyusunan program kerja dan anggaran. Juga terhadap struktur

organisasi yang memadai sesuai kebutuhan, maupun penetapan kebijakan

pengelolaan risiko terintegrasi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan kinerja atas efektivitas pengelolaan

pembiayaan dan management fee tahun 2017 dan 2018 menunjukkan bahwa

Danareksa beserta anak usaha Danareksa Finance dan Danareksa Capital dalam

menjalankan pengelolaan pembiayaan menunjukkan angka capaian kinerja

sebesar 77,77% atau cukup efektif. Selain itu, Danareksa Investment Management

dalam menjalankan pengelolaan management fee menunjukkan angka capaian

kinerja sebesar 91,29% atau efektif. Terkait hasil pemeriksaan tersebut, BPK telah

memberikan berbagai rekomendasi kepada manajemen Danareksa. Direksi

perusahaan beserta anak juga telah menyatakan bahwa akan melakukan perbaikan

atas pemeriksaan tersebut.

1.7 Kesimpulan

Audit kinerja merupakan kegiatan yang menggambarkan mengenai kinerja

sebuah perusahaan/organisasi secara keseluruhan yang harus terstruktur dalam

menjalankan pekerjaannya, karena dalam tahapan audit kinerja dilakukannya


tahap
pengauditan, tahap pelaporan, dan tahap penindaklanjutan yang hasilnya akan

berguna untuk diinformasikan kepada pihak-pihak yang memerlukan.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan pencapaian prestasi suatu audit,

oleh karena itu kinerja mencerminkan kemampuan auditor dalam mengelola dan

mengalokasikan sumber dayanya. Maka dari itu kinerja menjadi hal penting yang

harus dicapai setiap perusahaan.


1.8 Daftar Pustaka

Alfianto, S., & Suryandari, D. (2015). Pengaruh Profesionalisme, Komitmen


Organisasi dan Struktur Audit Terhadap Kinerja Auditor
Jesthy, J., Karamoy, H., & Pontoh, W. (2017). Analisis Pelaksanaan Prosedur
Pemeriksaan Kinerja
Kurnia, Digna Elvina. (2019). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja
Auditor.
Rahmawati, R., & Rusli, A. (2016). Pengaruh Audit Kinerja Terhadap Penerapan
Good Corporate Governance
Wibawa, I.G.N.A.D., & Astika, Ida Bagus Putra. (2018). Pengaruh Struktur Audit,
Komitmen Organisasi, dan Gaya Kepemimpinan Transformasi Pada
Kinerja Auditor
BAB II

AUDIT INTERNAL

2.1 Latar Belakang

Audit internal adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibuat

perusahaan dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan

yang dilaksanakan perusahaan. Sedangkan tujuan dilaksanakannya audit internal

adalah untuk memperbaiki kinerja perusahaan dengan cara membantu karyawan

perusahaan agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.

Audit internal akan melakukan penilaian dengan tujuan untuk menguji dan

mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara

memberikan berbagai analisis. penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan informasi

sehubungan dengan kegiatan yang akan diperiksa.

Agar berhasilnya peran auditor dalam pencegahan dan pendeteksian

adanya kecurangan. sebaiknya internal auditor perlu memaham kecurangan dan

jenis-jeniş keeurangan yang mungkin terjadi dalam perusahaan. Sebagai konsep

legal yang luas, kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang

disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak-hak orang atau

pihak lain. Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan

sebagai salah saji laporan keuangan yang disengaja.

Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang untuk

memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji

(misstatement) yang material dan juga memberikan keyakinan yang memadai atas

15
akuntabilitas manajemen atas aktiva perusahaan. Salah saji itu terdiri dari dua

macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Menurut standar

pengauditan, faktor yang membedakan kecurangan dan kekeliruan adalah apakah

tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan

keuangan, berupa tindakan yang sengaja atau tidak disengaja.

Biasanya kecurangan ini tidak mudah untuk ditemukan. Kecurangan

biasanya ditemukan karena suatu ketidaksengajaan ataupun disengaja. Dengan

demikian manajemen perlu berhati-hati terhadap kemungkinan timbulnya

kecurangan yang mungkin terjadi di perusahaan yang dikelolanya. Untuk

mengatasi timbulnya kecurangan, audit internal diperlukan keberadaannya

didalam perusahaan, yang bertugas untuk mengevaluasi suatu sistem dan prosedur

yang telah disusun secara benar dan sistematis serta apakah telah

diimplementasikan secara benar, melalui pengamatan penelitian dan pemeriksaan

atas pelaksanaan tugas yang telah didelegasikan di setiap unit kerja

perusahaan.

2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan dalam

makalah ini adalah:

1. Apakah yang dimaksud audit internal?

2. Bagaimana gambaran proses bisnis audit internal pada perusahaan?

3. Apakah tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab audit internal?

4. Apakah faktor yang berpengaruh terhadap proses audit internal?

5. Bagaimanakah standar kinerja audit internal?

16
6. Bagaimanakah manajemen resiko audit internal?

7. Bagaimanakah peranan audit internal?

2.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi audit internal

2. Untuk mengetahui gambaran proses bisnis audit internal pada

perusahaan

3. Untuk mengetahu tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab audit

internal

4. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap proses audit

internal

5. Untuk mengetahui standar kinerja audit internal

6. Untuk mengetahui manajemen risiko audit internal

7. Untuk mengetahui peranan audit internal

2.4 Manfaat

2.4.1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca maupun bagi

penulis.

2. Sumber literasi terkait audit internal di Universitas Pamulang


2.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Penulis

Sebagai wadah menuangkan karya penulisan terkait audit internal.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan referensi dalam melakukan kegiatan internal audit.

2.5 Landasan Teori

Menurut American Accounting Association, audit internal adalah proses

sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai

tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian

antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengomunikasikannya ke

pengguna yang berkepentingan.

Definisi audit internal menurut Institute of Internal Auditor (IIA) yang

adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang

untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut

membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang

sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas

proses pengeloaan resiko, kecukupan control, dan pengenloaan organisasi.

Definisi ini mengandung pengertian bahwa audit internal merupakan suatu

aktivitas yang dilakukan untuk membantu manajemen dalam penyediaan

informasi, dengan tujuan akhir yaitu menambah nilai perusahaan. Pelaksanaan

audit internal dilakukan secara independen dan obyektif yang berarti tidak

terpengaruh oleh pihak manapun dan tidak terlibat dalam pelaksanaan kegiatan.
2.6 Pembahasan

2.6.1 Pengertian Audit Internal

Pada awal perkembangan fungsi audit internal, dorongan manajemen

untuk membentuk satuan kerja audit internal (satuan pengawas internal) hanya

bersifat sukarela, atau sebatas memenuhi tuntutan pemangku kepentingan tanpa

memiliki kekuatan normatif, sehingga fungsi audit internal kurang optimal dalam

menjalankan fungsinya. Faktor kekeliruan persepsi dari unsur manajemen dan

karyawan terhadap fungsi audit internal, misalnya bahwa audit internal hanya

mencari-cari kesalahan, atau tempatnya orang-orang senior yang sudah tidak

produktif, telah menyebabkan kegagalan audit dalam mencegah ataupun

mendeteksi terjadinya kesalahan/ penyimpangan secara signifikan. Fenomena

terkait dinamika organisasi yang semakin sulit dikontrol dan diprediksi dengan

tingkat persaingan yang semakin ketat, serta ukuran perusahan yang semakin

besar, telah mendorong para pemangku kepentingan untuk memperkuat fungsi

audit internal pada posisi yang strategis guna menilai efektivitas pengelolaan

risiko, pengendalian, dan proses governance melalui pemberian jasa konsultasi

dan penjaminan, yang dilakukan secara independen, berdasarkan standar audit

dan etika profesi.

American Accounting Association (AAA) mendefenisikan Audit Internal

sebagai proses sistimatis untuk secara obyektif memperoleh dan mengevaluasi

asersi mengenai tindakan dan kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat

kesesuaian antara asersi dan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan

kepengguna yang berkepentingan.


Institute of Internal Auditors (IIA) dalam Standar for The Proffessional

Practice of Internal Auditing (SPPIA): Fungsi Auditor Internal melakukan

penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan

mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada

manajemen.

Auditor Internal Modern adalah sebuah penilaian yang sistimatis dan obyektif

yang dilakukan Auditor Internal terhadap operasi dan kontrak yang berbeda-beda

dalam organisasi untuk menentukan apakah:

1. Informasi keuangan dan operasional telah akurat dan dapat diandalkan.

2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi.

3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa

diterima telah diikuti.

4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi.

5. Sumber daya telah digunakan secara efektif dan ekonomis.

6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif, semua dilakukan dengan

tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota

organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif.

Kualitas Profesional digunakan untuk menilai suatu jabatan, terdapat

beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Pelayanan kepada publik.

2. Pelatihan khusus berjangka panjang.

3. Menaati kode etik.

4. Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan.

5. Publikasi jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik.


6. Menguji pengetahuan para kandidat auditor bersertifikat.

7. Lisensi oleh negara atau sertifikasi oleh dewan.

Kriteria profesi yang melekat pada Auditor Internal:

1. Memiliki dasar ilmu yang jelas.

2. Program sertifikasi.

3. Program Pengetahuan Profesional berkelanjutan.

4. Adanya kode etik.

5. Pernyataan tanggung jawab.

6. Seperangkat standar.

7. Jurnal profesi.

8. Jumlah literatur yang semakin meningkat.

Audit internal profesional membutuhkan seorang staf yang profesional.

Lingkup yang luas dari audit internal modern mensyaratkan pengetahuan yang

luas mengenai metode-rnetode dan teknik-teknik audit. Persyaratan ini

menetapkan standar yang tinggi pula dalam audit internal standar yang sudah

tidak bisa dikompromikan lagi. Lebih baik kekurangan staf dari pada

menggunakan seorang auditor internal yang hanya dalam satu penugasan saja

dapat merusak kredibilitas yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Oleh

karena itu, direktur audit internal harus mempertimbangkan beberapa atribut

tertentu seperti pengetahuan profesional, kemampuan, dan kualitas karakter,

dalarn melakukan pengambilan keputusan pemilihan karyawan dan

mempertahankannya.

Pendidikan mampu mengembangkan kemampuan profesional;

pengalaman di dunia nyata kemudian rnengasahnya. Pendidikan akan


mengembangkan
pengetahuan, keahlian dan disiplin yang penting dalam kinerja audit internal

profesional. Dikarenakan lingkup audit internal yang luas, merupakan suatu hal

yang hampir mustahil bagi seseorang untuk dapat menguasai seluruh subjek

dilalamnya. Sebuah audit secara keseluruhan hendaknya memiliki kecakapan

dalam melaksanakan setiap penugasan audit atau paling tidak merniliki akses atas

kecakapan tersebut. Seorang auditor seharusnya memuliki kecakapan dalam

keahlian utama yang diperlukan dalam melakukan audit internal yang mendalam.

Untuk mendapatkan tenaga audit yang professional maka perlu menarik

calon auditor internal yaitu: pertama melakukan wawancara dan kedua,

melakukan tes. Selanjutnya Pertanyaan yang perlu diajukan kepada seorang calon

yang tidak berpengalaman meliputi:

1. Bagaimanakah konsep Anda mengenai audit internal?

2. Bagaimana Anda mengetahui hal tersebut?

3. Mengapa Anda berpikirakan menyukainya?

4. Penugasan seperti apa yang paling Anda sukai?

5. Apakah Anda memiliki minat-minat lain yang mungkin berhubungan

dengan audit internal.

6. Apakah tujuan pribadi Anda?

Pertemuan staf dapat digunakan untuk memperkuat pemahaman mengenai

petunjuk-petunjuk administratif yang telah ada dan topik-topik umum seperti

penulisan laporan dan membuat program audit.


2.6.2 Gambaran Proses Bisnis Audit Internal Pada Perusahaan

1. Planning

1. Teliti apakah ada perencanaan yang baik tentang dukungan yang

akan diberikan unit sisfo ke unit-unit lain pada

perusahaan/organisasi tersebut.

2. Teliti apakah sudah ada panduan bagaimana unit Sisfo mengelola

sumber daya informasi yang dimiliki secara optimal, efektif,

efisien, dan ekonomis.

3. Teliti bagaimana manajemen akan mengalokasikan sumber daya

informasi (computer hardware, software, facilities, network, dan

information systems brainware, data/database) seoptimal mungkin.

2. Organizing

1. Cek bagaimana manajemen melakukan koordinasi agar dengan

sumber daya yang ada dapat memberikan jasa informasi dalam

services level yang memadai.

2. Teliti apakah ada konsep organizing yang jelas, apakah unit sisfo

hanya unit teknis saja atau merupakan bagian penting organisasi

(ada CIO di direksi).

3. Cek apakah ada pemisahan tugas/fungsi bagian sistem (pengolahan

data) berbasis komputer dan pemakai atau struktur organisasi unit

fungsional sistem informasi itu sendiri.

a) Bagian Aplikasi (terdiri dari para sistem analis dan

programmer)
b) Bagian Produksi (terdiri dari para operator yang secara

langsung menjalankan operasional komputer)

c) Bagian Dukungan Teknis (terdiri dari para spesialis operating

systems, ahli database, ahli komuniksi data).

d) Unit fungsional pengguna jasa informasi (user). Di

lingkungan user itupun juga perlu diperjelas yang mana

merupakan fungsi otorisasi, fungsi akuntabilitas, dan fungsi

pelaksanaan olperasional.

4. Teliti bagan organisasi, khususnya unit sisfo dan pemakai (users).

5. Teliti uraikan tugas (job description) staf unit sisfo dan pemakai

untuk memastikan kelayakan adanya pemisahan tugas dan fungsi.

6. Amati pelaksanaan penanganan kesalahan yang mencakup

persiapam, penelitian, dan distribusi daftar kesalahan,

7. Lakukan wawancara dengan pimpinan dan staf unit sisfo untuk

menentukan tingkat efektivitas supervisi manajemen.

8. Teliti laporan manajemen, hasil studi, dan evaluasi yang ada

mengenai proses penanganan kesalahaannya.

9. Siapkan bagan arus sistem untuk setiap siklus transaksi dan teliti

pemisahan dan penggabungan fungsi.

10. Teliti pelaksanaan rekonsiliasi kontrol jumlah menurut pihak di

luar sistem (pengolahan data) berbasis komputer dengan jumlah

hasil komputer.
11. Lakukan pengujian terhadap rekonsiliasi tersebut untuk

memastikan bahwa pengendalian telah dilaksanakan secara efektif.

12. Teliti dan uji pengendalian: adakah persetujuan jika ada master file

update, teliti status master file setelah pengolahan, teliti

pengendalian terprogram, dan uji kelayakannya untuk menentukan

apakah pelaksanaan sudah sesuai spesifikasi.

13. Dapatkan bagan organisasi sistem (pengolahan data) berbasis

komputer untuk menentukan bahwa fungsi systems analyst,

programmer, operator, librarian, dan control clerk dipisahkan,

14. Teliti dan uji jabatan dan uraian tugas dari dari personil kunci

dalam system (pengolahan data) berbasis komputer, yang

mencakup system analyst, programmer, operator, librarian, dan

control clerk, untuk memastikan bahwa yang bersangkutan

melaksanakan fungsinya masing-masing,

15. Amati operasi sistem (pengolahan data) berbasis komputer untuk

meyakinkan bahwa system analysts dan programmer memiliki

akses yang terbatas terhadap perangkat keras, file, maupun

program komputer,

16. Amati pelaksanaan fungsi librarian, teliti buku harian library untuk

meyakinkan bahwa catatan dipelihara secara konsisten, dan

pastikan hanya personil yang berwenang yang diijinkan untuk

memindahkan transaction file dan master file serta dokumentasi

program,
17. Teliti dokumentasi rancangan sistem untuk menentukan apakah:

a) sistem tersebut telah dibuat dalam bentuk modul,

b) analisis sistem berbeda dengan perancang sistem untuk tiap

modul

c) akses terhadap dokumentasi tiap modul dibatasi

18. Tanggung jawab pengendalian

a) Teliti uraian tertulis (manual, job description) mengenai

tanggungjawab pengendalian pada tiap tingkat struktur

organisasi untuk meyakinkan apakah penugasan sesuai dengan

tanggung jawab masing-masing.

b) Teliti risalah-risalah yang ada, untuk meyakinkan bahwa

tanggungjawab direksi atas pengendalian sistem berbasis

komputer telah dilaksanakan.

c) Teliti dokumentasi pengembangan dan pengoperasian sistem

untuk melihat kelayakan persetujuan manajemen (user).

d) Teliti laporan dan risalah-risalah mengenai pengendalian intern

system pengolahan data) berbasis computer.

e) Lakukan observasi ada/tidaknya kelompok pengendali di luar

unit sisfo dan teliti independensinya. Hal ini dapat dilihat

dengan ada/tidaknya permintaan

f) Revisi terhadap spesifikasi program, permintaan perubahan

program, tanggapan tertulis dari kelompok pengendali, dan


tindak lanjut sistem (pengolahan data) berbasis komputer

terhadap rekomendasi tersebut.

19. Praktek Kepegawaian

a) Teliti prosedur penerimaan dan penilaian pegawai apakah telah

dilakukan dengan baik (tidak ada KKN), dan kemampuan

pegawai secara umum.

b) Teliti jadwal kegiatan pegawai, apakah diberi tugas yang tepat

dan apakah dirotasi secara berkala,

c) Teliti apakah terdapat program pelatihan pegawai untuk

peningkatan kemampuan staf sistem (pengolahan data) berbasis

komputer,

d) Teliti mutasi, promosi, dan pemberhentian untuk meyakinkan

bahwa perubahan terswbut telah sesuai dengan kebijaksanaan

yang berlaku dan tidak mengurangi pengendalian,

e) Kebijakan personil pada suatu unit organisasi sistem informasi

sudah tentu berbeda dengan unit yang lain. Pada suatu instalasi

komputer, terdapat tipe pegawai administratif (klerk), pegawai

operasional (para operator), serta knowledge

worker/professional (sistem analis, programmer, dan lainnya).

f) Teliti apakah ada perencanaan pegawai, pola karier, program

pendidikan dan pelatihan teknis/manajerial perlu sungguh

sungguh diperhatikan.
3. Actuating

Apakah pucuk pimpinan memberikan arahan yang kongkrit, leading dalam

bentuk memberikan pelatihan, pembinaan, mendorong motivasi, dan

sebagainya sehingga personil knowledge worker, pegawai profesional yang

mempunyai karakeristik spesifik yang ada dapat bekerja sebaik-baiknya.

4. Controlling

Bagaimana mekanisme pengawasan oleh pucuk pimpinan dalam arti

memonitor apakah kinerja atau realisasi pelaksanaan kegiatan menyimpang,

favourable ataukah un-favourable bila dibandingkan dengan yang telah

direncanakan.

2.6.3 Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab Audit Intenal

Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab aktivitas audit internal harus

didefinisikan secara formal dalam suatu piagam audit internal.

1. Tujuan audit internal yaitu untuk melakukan pemeriksaan yang sesuai

dengan kode etik dan standar yang ada. Pengendalian intern memiliki

tujuan yang sangat penting bagi setiap organisasi kecil maupun besar.

Manajer tidak dapat mengawasi secara pribadi segala sesuatu yang

menjadi tanggung jawabnya. Jadi mereka harus mendelegasikan

kewenangannya kepada bawahan yang berfungsi sebagai wakilnya.

Bawahan tersebut akan diberi tanggung jawab untuk melaksanakan

tugasnya. Seiring dengan pemberian tanggung jawab muncul pula

akuntabilitas, yang membutuhkan bahan bukti bahwa tugas yang


dibebankan telah diselesaikan. Bukti tersebut biasanya dalam bentuk

laporan yang membandingan hasil aktual dengan yang direncanakan.

2. Kewenangan audit internal yaitu untuk mengakses catatan, personil,

dan properti fisik yang berkaitan dengan pelaksanaan penugasan; dan

mendefinisikan ruang lingkup aktivitas audit internal. Persetujuan

akhir atas piagam audit internal berada pada Dewan.

3. Tanggung jawab audit internal yaitu harus mengkaji secara periodik

piagam audit internal dan menyampaikannya kepada Manajemen

Senior dan Dewan untuk memperoleh persetujuan.

2.6.4 Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Audit Internal

Faktor yang berpengaruh terhadap proses audit internal dapat dibagi

menjadi beberapa faktor sebagai berikut:

1. Independensi

adalah kondisi bebas dari situasi yang dapat mengancam kemampuan

aktivitas auditor internal untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya

secara tidak memihak.

2. Objektivitas

adalah suatu sikap mental tidak memihak yang memungkinkan auditor

internal melaksanakan tugas sedemikian rupa sehingga mereka memiliki

keyakinan terhadap hasil kerja mereka dan tanpa kompromi dalam mutu.

3. Kompetensi

adalah kualifikasi yang dibutuhkanoleh auditor untuk melaksanakan audit

dengan benar. Untuk memperoleh kompetensi tersebut, dibutuhkan


pendirikan dan pelatihan bagi auditor yang dikenal dengan nama

Pendidikan professional berkelanjutan (Dontinuing Professional

Education).

4. Integritas

Adalah kualitas yang menimbulkan kepercayaan masyarakat dan sebagai

pedoman bagi anggota audit melakukan uji keputusan atas pekerjaannya

sesuai standar Kode Etik.

2.6.5 Standar Kinerja Audit Internal

1. Mengelola Aktivitas Audit Internal

Kepala Audit Internal harus mengelola aktivitas audit internal secara

efektif untuk meyakinkan bahwa aktivitas tersebut memberikan nilai

tambah bagi organisasi. Aktivitas audit internal telah dikelola secara

efektif.

2. Perencanaan

Kepala audit bertanggung jawab dalam membangun perencanaan berbasis

risiko dengan memanfaatkan kerangka manajemen risiko organisasi.

Apabila kerangka tersebut belum ada, maka audit menggunakan

pertimbangan risikonya sendiri setelah melakukan pertimbangan atas

masukan dari manajemen senior dan dewan. Kepala audit harus mengkaji

dan menyesuaikan perencanaan seperlunya untuk merespon perubahan

seperti: usaha, risiko, operasi, sistem, dan pengendalian organisasi.

3. Komunikasi dan Persetujuan

Kepala Audit Internal mengkomunikasikan rencana audit internal dan

kebutuhan sumber daya termasuk perubahan intern yang signifikan.


Kepada
manajemen senior dan dewan untuk dikaji dan dietujui serta dampak dari

keterbatasan sumber daya.

4. Pengelola Sumber Daya

Keahlian kepala audit internal atau tim audit internal mengacu pada

gabungan mulai dari pengetahuan, kecakapan atau keahlian, dan

kompetensi lain yang diperlukan untuk melaksanakan rencana memadai

kuantitas sumber daya yang diperlukan untuk mencapai rencana. Sehingga

sumber daya yang digunakan secara efektif apabila digunakan dengan cara

yang dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan yang telah disetujui.

5. Kebijakan dan Prosedur

Kepala Audit internal menetapkan kebijakan dan prosedur audit untuk

mengarahkan aktivitas dalam audit internal, dengan bentuk dan isi

tergantung pada ukuran dan struktur aktivitas serta kompleksitas pekerjaan

audit internal.

6. Koordinasi

Seluruh informasi yang diperoleh Kepala audit internal harus

diinformasikan dan dikoordinasikan. Seluruh aktivitas dengan penyedia

baik internal ataupun eksternal untuk memastikan bahwa ruang lingkup

penugasan sudah tepat atau memadai serta mengurangi duplikasi pekerjaan

atau pekerjaan ganda sehingga meminimalisir biaya yang dikeluarkan.

7. Laporan Kepada Manajemen Senior dan Dewan

Laporan periodik yang diberikan kepala Auditor internal, kepada

manajemen senior dan dewan yang berisi tujuan kewenangan tanggung


jawab dan kinerja audit internal yang mencakup resiko-resiko dan

permasalahan yang dihadapi.

8. Penyediaan Jasa Eksternal Dan Tanggung Jawab Organisasi Pada

Audit Internal

Organisasi bertanggung jawab untuk memelihara aktivitas audit internal

secara objektif. Dengan pemahaman yang diberikan oleh penyedia jasa

eksternal, seperti memahami kesesuaiannya terhadap definisi audit internal

pemahaman standar dan kode etik audit internal.

9. Sifat Dasar Kinerja

Seorang Auditor Internal harus melakukan evaluasi dan memberikan

kombinasi dalam peningkatan proses tata kelola, manajemen risiko dan

pengendalian menggunakan pendekatan yang sistematis dan teratur.

10. Tata Kelola

Proses tata kelola dalam pencapaian tujuan-tujuan sebagai berikut:

a) Pengembangan etika dan nilai-nilai yang sesuai dalam organisasi

b) Akuntabilitas kinerja organisasi telah efektif

c) Mengkoordinasikan kegiatan dan mengkomunikasikan informasi

secara efektif di antara dewan pengawal auditor internal dan

eksternal serta manajemen.

Aktivitas audit internal harus mengevaluasi rancangan, penerapan dan

efektivitas sasaran, program, kegiatan terkait etika organisasi, dan harus menilai

apakah tata kelola teknologi informasi organisasi telah mendukung strategi dan

tujuan organisasi.
2.6.6 Manajemen Risiko

Aktivitas auidit internal harus mengevaluasi dan memberikan kontribusi

pada peningkatan proses manajemen risiko. Penilaian efektivitas proses

manajemen risiko merupakan suatu pendapat berdasarkan evaluasi dari auditor

bahwa:

a) Tujuan organisasi telah mendukung dan sesuai sisi organisasi

b) Risiko signifikan telah diidentifikasikan dan dinilai

c) Respon risiko yang sesuai telah dipilih dan sesuai dengan selera risiko

organisasi

d) Informasi yang relevan mengenai risiko telah diperoleh dan

dikomunikasikan dalam waktu yang tepat keseluruhan unit organisasi

yang membuat staf, manajemen dan dewan dapan melaksanakan

tanggung jawab.

2.6.7 Peranan Audit Internal

Peranan audit internal pada saat ini sangat diperlukan di berbagai institusi,

tidak terkecuali untuk perguruan tinggi. Peranan audit internal diharapkan oleh

manajemen dapat mencurahkan perhatian pada tugas pengelolaan, sedangkan

tugas pengawasan sehari-hari atas perusahaan dapat dilaksanakan secara lebih

intensif dan efektif tanpa mengurangi tanggung jawabnya.

Peranan audit internal adalah untuk membantu perusahaan dalam

melakukan audit bagi kepentingan manajemen, memecahkan beberapa hambatan

dalam sebuah organisasi dan mendukung upaya manajemen untuk membangun

budaya yang mencakup etika, kejujuran, dan integritas. Sebaik apapun yang

dilakukan oleh audit internal dalam pelaksanaan tugas namun apabila integritas
manajemen tidak mendukung dalam upaya memastikan bahwa rekomendasi yang

diberikan oleh audit internal telah dilaksanakan, maka hal tersebut menjadi sia-sia.

Untuk menjalankan tugas dengan baik audit internal harus berada diluar

fungsi lini suatu organisasi atau berada di luar hierarchy manajemen, tetapi tidak

terlepas dari hubungan atasan-bawahan seperti lainnya atau idealnya langsung

bertanggung jawab terhadap direktur. Pentingnya suatu pengendalian internal

dalam kegiatan operasi perusahaan, juga karena pengendalian internal merupakan

cara dan prosedur yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

meminimalkan terjadinya kecurangan dan penyelewengan yang merugikan

perusahaan. Audit internal juga harus mampu menjaga objektivitas terhadap

organisasi mereka dan mampu mengidentifikasi ancaman terhadap statusnya.

Objektif adalah keteguhan pendapat yang didasarkan atas fakta-fakta yang bisa

diverifikasi, tidak bias dan tidak hanya tergantung pada atasan.

2.6.8 Contoh Kasus

Esvaldas Rimasauskas, didakwa melakukan tindak kejahatan pencurian

identitas, penipuan finansial, dan pencucian uang sepanjang 2013-2015. Pria asal

Lithuania itu melakukan penipuan terhadap dua perusahaan teknologi raksasa asal

Amerika Serikat (AS), Facebook dan Google. Pria berusia 50 tahun tersebut

melakukan penipuan dengan total kerugian mencapai US$ 122 juta. Masing-

masing Facebook US$ 99 juta dan Google US$ 23 juta. Esvaldas melancarkan

aksinya dengan metode Business Email Compromise (BEC). Ia mengirimkan

tagihan kepada kedua perusahaan menggunakan email beridentitas Quanta

Computer,
perusahaan manufaktur di Taiwan, lengkap dengan dokumen dan surat kontrak

yang dipalsukan.

Facebook dan Google percaya tagihan itu dan mengirimkan uang. Namun

pada 2017, aksi itu ketahuan dan Esvaldas akhirnya dijatuhi hukuman.

Fraud dengan metode BEC ini disebut-sebut tak hanya dialami oleh Facebook dan

Google. Berdasarkan data FBI, total kerugian yang dialami perusahaan di seluruh

dunia melalui penipuan BEC mencapai US$ 12,5 miliar. Modus operandi yang

dilakukan umumnya ialah membajak email dan mengirimnya seakan asli dari

mitra bisnis perusahaan. Kasus fraud yang dialami Facebook dan Google ini

merupakan salah satu contoh kasus fraud jenis Aset misappropriation.

2.7 Kesimpulan

Berdasarkan kasus diatas, maka dapat disimpulkan Audit Internal

berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Dengan demikian kondisi ini

memperlihatkan bahwa internal audit sangat memiliki peran yang besar didalam

perusahaan untuk mengendalikan dan mengevaluasi aktivitas keuangan kegiatan

perusahaan terutama dalam pencegahan fraud. Karena tindakan fraud bias terjadi

pada perusahaan milik siapapun, bahkan termasuk perusahaan Google maupun

Facebook. Itulah yang menyebabkan audit internal harus bisa mengidentifikasi

juga indikasi-indikasi yang mencurigakan didalam perusahaan untuk

menghindari kerugian material yang akan berdampak sangat buruk bagi

perusahaan.
2.8 Daftar Pustaka

Meikhati, Ety., & Rahayu, Istiyawati. (2015). Peranan Audit Internal Dan
Pencegahan Fraud Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal
Rachmat, Radhi Abdul Halim., Putra, Ivan Gumilar Sambas., & Halilah, Li. (2017).
Audit Internal Dan Efektivitas Pengendalian Intern Penjualan.
Rohman, Abdul., & Parasayu, Annisa. (2014). Analisis Faktof-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Internal
Rustendi, Tedi. (2017). Audit Internal: Prinsip Dan Teknik Audit Yang Berbasis
Risiko
Arif, Lina Farida., & Putra, Iwan Setya. (2016). Peranan Audit Internal Untuk
Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal

Anda mungkin juga menyukai