0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
116 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang proses kondensasi dalam pembuatan asam siromat melalui reaksi kondensasi Knoevenagel antara natrium asetat, benzaldehid, dan asam asetat anhidrat. Langkah-langkahnya meliputi pemanasan larutan reaktan di bawah kondenser selama beberapa jam, dilanjutkan dengan pendinginan, pengasaman, penyaringan, dan pengeringan hasil untuk dihitung yieldnya.
Dokumen tersebut membahas tentang proses kondensasi dalam pembuatan asam siromat melalui reaksi kondensasi Knoevenagel antara natrium asetat, benzaldehid, dan asam asetat anhidrat. Langkah-langkahnya meliputi pemanasan larutan reaktan di bawah kondenser selama beberapa jam, dilanjutkan dengan pendinginan, pengasaman, penyaringan, dan pengeringan hasil untuk dihitung yieldnya.
Dokumen tersebut membahas tentang proses kondensasi dalam pembuatan asam siromat melalui reaksi kondensasi Knoevenagel antara natrium asetat, benzaldehid, dan asam asetat anhidrat. Langkah-langkahnya meliputi pemanasan larutan reaktan di bawah kondenser selama beberapa jam, dilanjutkan dengan pendinginan, pengasaman, penyaringan, dan pengeringan hasil untuk dihitung yieldnya.
I. TUJUAN Mahasiswa dapat mengetahui proses kondensasi Menentukan mekanisme reaksi, menghitung % yield dan % konversi
II. TEORI Kondensasi adakah suatu proses dimana dua molekul atau lebih bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil. Kondensasi Knoevenagela adalah reaksi antarasebuah senyawa yang mempunyai sebuah nitrogen terhadap 2 gugus pengaktif ( seperti C = O atau C = N ) menggunakan ammonia atau amina sebagai katalis. Contoh : Ar C = OCH + CH 2 ( CO 2 ) H 2 Asam siromat ( 2-fenilpropanoat) Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Proses terjadinya kondensasi dapat dilihat ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu, tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut kondensat. Sebuah alat yang digunakan untuk mengkondensasi uap menjadi cairan disebutkondenser. Kondenser umumnya adalah sebuah pendingin atau penukar panas yang digunakan untuk berbagai tujuan, memiliki rancangan yang bervariasi, dan banyak ukurannya dari yang dapat digenggam sampai yang sangat besar. Kondensasi uap menjadi cairan adalah lawan dari penguapan (evaporasi) dan merupakan proses eksothermik (melepas panas). Air yang terlihat di luar gelas air yang dingin di hari yang panas adalah kondensasi Kondensasi Dan Pendinginan Lanjut (Sub-Cooling) Fungsi dari kondenser adalah merubah wujud refrigerant dari bentuk uap/gas menjadi refrigerant dengan bentuk cair. Proses perubahan dari gas ke cair ini dilakukan dengan membuang kalor yang ada pada refrigerant ke lingkungan sekitarnya pada suhu dan tekanan konstan. Dalam percobaan ini kalor dibuang dengan cara konveksi yaitu meniupkan udara yang mempunyai temperatur lebih rendah dari refrigerant melewati kondenser sehingga terjadi perpindahan kalor. Proses perpindahan kalor ini dimaksimalkan dengan adanya sirip-sirip pada kondenser dan aliran udara yang cukup dan bebas dari hambatan. Proses kondensasi atau perubahan dari wujud gas ke cair ini terjadi dialam pipa kondenser dan terjadi pada kondisi tekanan dan temperature tetap. Pada sistem refrigerasi yang telah dipelajari sebelumnya, proses kondensasi ini adalah proses dari titik 2 ke titik 3. Pada titik 3 idealnya seluruh refrigerant telah berujud cair jenuh (saturated liquid). Jika perancangan dan pemilihan ukuran kondenser tidak tepat ataupun sirip-sirip condenser kotor maka pada ujung kondenser belum tentu semua refrigerant telah berbentuk cair. Suhu/temperatur pada waktu proses kondensasi ini terjadi masih lebih tinggi dari temperatur udara disekitarnya. Oleh karena itu refrigerant yang mengalir keluar dari kondenser menuju TXV melalui filter drier masih akan mengalami proses perpindahan kalor yang akan menurunkan suhu refrigerant lebih rendah lagi dari suhu cair jenuhnya (saturated liquid). Proses penurunan suhu setelah melalui titik saturated liquid ini disebut proses subcooling dan wujud refrigerant disebut subcooled liquid. Daerah subcooled liquid ini terletak disebelah kiri dari kurva saturated liquid pada diagram p-h. Besarnya pendinginan lanjut yang terjadi di kondenser ini dihitung dengan cara mengurangi temperatur kondensasi dengan temperatur yang terukur di akhir condenser. III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN Alat Labu leher dua 250 ml, batu didih Kondenser, pompa air Erlenmeyer 100 ml Gelas kimia 250 ml, 400 ml Gelas ukur 25 ml Corong Buchner, labu buchner, corong kaca, kertas saring Kaca arloji Pipet ukur 10 ml, 25 ml, bola karet Spatula, batang pengaduk Penangas minyak Termometer Wadah es Pipet tetes Bahan Natrium asetat Benzaldehid Asam asetat anhidrat Asam klorida pekat Aquades Es IV. LANGKAH KERJA ( Melakukan dilemari asam ) Tahap Pembuatan Ester 1. Melelehkan 10 gr natrium asetat hingga leleh dioven, mendinginkan dan menimbang 4,5 gr lalu memasukkan ke dalam labu bundar leher dua. 2. Menambahkan 7,5 ml Benzaldehid dan 11 ml asam asetat anhidrat kedalam labu tersebut, kemudian dikocok dengan baik. 3. Memasang condenser dan melakukan refluk pada suhu 140 0 C - 150 0 C selama 1 jam, lalu mendinginkan hingga suhu ruang. Lanjutan : 1. Melanjutkan pemanasan pada suhu 175 0 C 180 0 C selama 2 3 jam hingga tak terdapat lagi uap reaktan terbentuk. 2. Mendinginkan residu dalam es selama 10 menit, mengasamkan dengan asam klorida secara perlahan, dikocok hingga mendapatkan endapan. 3. Menyaring dengan penyaring Buchner dan bilas dengan air dingin. 4. Mengeringkan dalam oven selama 30 menit, mendinginkan dalam desikator, menimbang hasil.