Anda di halaman 1dari 9

BAB I

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS
II. Nama

: Nn.M

III. Umur

: 19 tahun

IV. Alamat

: Pondok Kopi

V. Pekerjaan

: Pelajar

VI. Tanggal berobat

: 28 Juli 2011

VII. ANAMNESA
Keluhan Utama
Bintilan pada kedua mata.
VIII. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke RS dengan keluhan terdapat bintilan pada kedua mata. Yang di
kiri bintilan terletak dikelopak mata atas 6 bulan dirasakan. Bintilan tidak terasa
nyeri bila ditekan, merah (+), kotoran atau nanah (-). Menurut pasien
penglihatannya tidak terganngu hanya terasa mengganjal saja. Sudah dibawa
berobat ke puskemas dan diberi salep tapi bintilan tidak menghilang. 3 hari yang
lalu keluhan yang sama dirasakan oleh pasien pada kelopak mata kanannya di
bagian bawah. Merah (+), nyeri bila ditekan, kotoran atau nanah yang keluar (-).

IX. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien tidak pernah sakit mata seperti ini sebelumnya.

X.

RIWAYAT ALERGI

Makanan (-)

Obat (-)

XI. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada keluarga yang mengeluhkan sama seperti pasien.

XII. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


Pasien mengaku gemar memakan goring-gorengan.

XIII. STATUS OFTALMOLOGIKUS

OD

OS

Ortoforia

Kedudukan

Ortoforia

Baik ke segala

Pergerakan

Baik ke segala arah

arah

Bola Mata

Tidak ada

Palpebra Superior

Kalazion

Palpebra Inferior

Tidak ada kelainan

kelainan

Hordeolum
eksternum

Tidak ada kelainan

Konjungtiva
Tarsal

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Konjungtiva
Bulbi

Tidak ada kelainan

Jernih

Kornea

Jernih

Sedang

COA

Sedang

OD

OS

Coklat, kripte tampak jelas

Iris

Coklat, kripte tampak jelas

Bulat, isokor, refleks cahaya

Pupil

Bulat, isokor, refleks langsung dan tdk

langsung dan tdk langsung (+)

langsung cahaya (+)

Jernih

Lensa

Jernih

Tidak dilakukan

Vitreus Humor

Tidak dilakukan

6/6

Visus

6/6

XIV. RESUME

Pasien wanita datang ke RS dengan keluhan bintilan pada kedua mata.

Bintilan pada kelopak mata kanan atas dirasakan 6 bulan.

Tidak nyeri dan terasa mengganjal.

Sudah berobattidak ada perbaikan.

3 hari bintilan pada kelopak mata kiri bawah.

Merah (+), nyeri tekan (+) dan mengganjal.

Riwayat psikososial , pasien gemar memakan goreng-gorengan.

Status Oftalmologikus
o Visus OD/OS

: 6/6

o Palpebra Inferior OD

: Hordeolum eksternum

o Palpebra Superior OS

: Kalazion

XV. DIAGNOSA
Pterigium OD stadium II
Pterigium OS stadium I

XVI. PENATALAKSANAAN

Insisi

Antibiotik lokal

Antiinflamasi

Roburensia

Edukasi :
Kompres dengan antiseptik.
Hindari makan-makanan yang mengandung lemak tinggi (goreng-gorengan).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Palpebra
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan
alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma
sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian
depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lender tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal. Gangguan penutupan kelopak mata akan mengakibatkan keringnya permukaan mata
sehingga terjadi keratitis et lagoftalmus.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :

Kelenjar seperti : Kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar
Zeiss pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.

Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra
terdapat otot orbikularis okuli yang disebut M. Rioland. M. orbikularis berfungsi
menutup bola mata yang dipersarafi N. facialis. M. levator palpebra, yang berorigo
pada annulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian
menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit
tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini
dipersarafi oleh N.III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau
membuka mata.

Di dalam tarsus kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar didalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.

Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang

merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom( 40 buah di


kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).

Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.

Persarafan kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal n. V, sedang kelopak
bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

HORDEOLUM
DEFINISI
Merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Biasanya merupakan
infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak biasanya sembuh sendiri dan dapat
diberi hanya kompres hangat.
Pembagian Hordeolum :

Hordeolum internum : merupakan infeksi pada kelenjar meibom yang terletak di


dalam tarsus. Hordeolum ini memberikan penonjolan terutama ke daerah
konjungtiva tarsal. Biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksterna.

Hordeolum eksternum : merupakan infeksi pada kelenjar Zeis dan Moll. Hordeolum
ini memberikan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak, dapat keluar nanah
dari pangkal rambut.

GEJALA KLINIS
-

Bengkak pada kelopak mata

Rasa mengganjal dan sakit

Mata Merah

Nyeri bila ditekan

Peka terhadap cahaya terang

Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak


sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum biasanya kelenjar preaurikuler ikut
membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.
PENATALAKSANAAN
Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat, 3 sampai
4 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkat bulu mata dapat
memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberi antibiotik lokal terutama bila berbakat
untuk rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar preaurikuler.
Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg diklosasilin 4
kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus di bagian tubuh
lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama. Pada nanah dari kantung nanah yang tidak
dapat keluar dilakukan insisi.
Pada hordeolum internum dan hordeolum eksternum kadang-kadang perlu
dilakukan insisi pada daerah abses dengan fluktuasi terbesar.
Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan
ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra. Diagnosis banding
hordeolum adalah selulitis preseptal, konjungtivitis adenovirus, dan granuloma pyogenik.

Insisi Hordeolum
Pada insisi hordeolum terlebih dulu diberikan anesthesia topical dengan patokain
tetes mata. Dilakukan anestesia filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum
dan dilakukan insisi yang bila :

Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo
palpebra.

Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.

KALAZION
Merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada
kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan
peradangan kronis kelenjar tersebut. Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan
pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar
preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata
akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.
Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorpsi.
Pengobatan pada kalazion adalah dengan memberikan kompres hangat, antibiotic setempat
dan sistemik. Untuk mengurangkan gejala dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau
dilakukan ekstirpasi kalazion tersebut. Insisi dilakukan seperti pada insisi hordeolum
internum. Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan
pemeriksaan

histopatologik

untuk

menghindarkan

kesalahan

diagnosis

dengan

kemungkinan adanya suatu keganasan.


Ekskokleasi Kalazion
Terlebih dahulu mata ditetes dengan anesthesia topical pantokain. Obat anesthesia
infiltrative disuntikkan dibawah kulit didepan kalazion. Kalazion dijepit dengan klem kalazion
dan kemudian klem dibalik sehingga konjungtuva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan
insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem
kalazion dilepas dan diberi salep mata.
Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi dan pemasangan drain
kalau perlu diberi antibiotik lokal dan sistemik. Analgetika dan sedative diberikan bila sangat
diperlukan untuk rasa sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas,Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan III. Balai Penerbitan FKUI. Jakarta.
2010.
Ilyas,Sidharta; Mailangkay; Taim,Hilman ;Saman,Raman; Simarmata,Monang;
Widodo,Purbo. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran. Edisi II. Sagung Seto. Jakarta. 2010.
Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 14.
KDT. Jakarta. 2000.

www.emedicine.medscape.com/ pterygiu

Anda mungkin juga menyukai