Anda di halaman 1dari 4

I

Judul Percobaan

: Identifikasi Jenis Bahan Pewarna

II

Tanggal Percobaan

: 01 November 2011

III

Selesai Percobaan

: 01 November 2011

IV

Tujuan

: Mengidentifikasi jenis bahan pewarna yang


dipakai pada tahu kuning.

Dasar Teori

Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni


pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai
penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur
melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai
bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi penyalahgunaan
pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna
untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas
sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat
pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan
oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan
disamping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan
dengan harga zat pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat
pewarna untuk bahan pangan jauh lebih tinggi dari pada zat pewarna bahan non
pangan. Lagi pula warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih
menarik.
Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa
pigmen. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain:
klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada
wortel dan sayuran lain berwarna oranye-merah). Umumnya, pigmen-pigmen
ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu. Walau
begitu, pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping
bagi tubuh (Anonim, 2008).

Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia


buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang
mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh
pewarna buatan yaitu :

Warna kuning : tartrazin, sunset yellow

Warna merah : allura, eritrosin, amaranth.

Warna biru : biru berlian

Tabel : Pembagian pewarna sintetis berdasarkan kemudahannya larut dalam air.


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Pewarna Sintetis
Rhodamin B
Methanil Yellow
Malachite Green
Sunset Yelow
Tatrazine
Brilliant Blue
Carmoisine
Erythrosine
Fast Red E
Amaranth
Indigo Carmine
Ponceau 4R

Warna

Mudah larut di

Merah
Kuning
Hijau
Kuning
Kuning
Biru
Merah
Merah
Merah
Merah
Biru
Merah

air
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya

Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat


menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang
digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap
cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan,
sedangkan pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada

saat diolah dan disimpan. Misalnya, kerupuk yang menggunakan pewarna


alami, maka warna tersebut akan segera pudar ketika mengalami proses
penggorengan (Anonim, 2008).
Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan
pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh
arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna
organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara
dulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hal akhir,
atau berbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang
tidak boleh ada.
Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur
penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi
pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna
tersebut.
http://catatankimia.com/catatan/bahan-pewarna-makanan.html

VI

Alur Kerja

Identifikasi Jenis Bahan Pewarna

Air kapur 20 ml
- Dituangkan ke dalam gelas 1 dan gelas 2
- Dimasukkan tahu jenis A dan tahu jenis B
ke masing-masing gelas
- Ditunggu 2 menit
- Diamati perubahan warna
Perubahan warna tahu

Anda mungkin juga menyukai