Anda di halaman 1dari 22

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

istilah spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energy


cahaya oleh suatu system kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang
tertentu. Untuk memahami spektrofotometri, kita perlu meninjau ulang
peristilahan yang digunakan dalam mencirikan energy cahaya, memperhatikan
antareaksi radiasi dengan spesies kimia dengan cara yang erlementer, dan
secara umum mengurus apa kerja instrument-instrumen. (Underwood, 1981).
Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan penilikan
visual dimana studi yang lebih rinci mengenai penyerapan energy cahaya oleh
spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam pencirian dan
pengukuran kuantitatif. .

Kemampuan sumber cahaya merubah warna permukaan secara akurat dapat


diukur dengan baik oleh indeks perubahan warna. Indeks ini didasarkan pada
ketepatan dimana serangkaian uji warna dipancarkan kembali oleh lampu yang
menjadi perhatian relatif terhadap lampu uji, persesuaian yang sempurna akan
diberi angka 100. Indeks CIE memiliki keterbatasan, namun cara ini merupakan
cara yang sudah diterima secara luas untuk sifat-sifat perubahan warna dari
sumber cahaya. Untuk menentukan panjang gelombang maksimun dapat
menggunakan suatu alat yang disebut sepktrophotometer atau spektronik 20
melalui sample suatu senyawa yang berwarna. Dalam praktikum ini, kita dapat
mengetahui panjang gelombang maksimum dari larutan yang berwarna dalam
hal ini adalah CuSO 0,0752 M.
Dimana suatu sumber cahaya dipancarkan ke sample dan dari situ, ada cahaya
yang diteruskan ke layar dan ada yang diserap (sisa ditangkap oleh layar atau
absorbansi.

1.2 Tujuan
Mengetahui panjang gelombang maksimum (maks) dari senyawa CuSO4
0,0752M

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat
yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spectrometer dibandingkan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini
ndiperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada
fotometer filter berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak
mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis,
melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, pnjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapatdiperoleh
dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer
tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel
pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur
perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.
(Underwood, 1981).
Keuntungan dari spektrofotometer untuk keperluan analisis kuantitatif adalah :
(Underwood,1989),
Dapat digunakan secara luas
Memiliki kepekaan yang tinggi
Keseletifannya cukup baik
Tingkat ketelitian tinggi
Syarat larutan yang dapat digunakan untuk analisis campuran dua komponen
adalah (Underwood,1989),
Komponen-komponen dalam larutan tidak boleh saling bereaksi
Penyerapan komponen-komponen tersebut tiak sama
Komponen harus menyerap pada panjang gelombang tertentu
Senyawa-senyawa yang diukur dengan metoda spektrofotometri harus
memenuhi hukum Lambert-Beer, yaitu (Alexeyev, V. 1969)

Bila suatu sinar monokromatis dilewatkan pada medium pengabsorbsi,maka


berkurangnya intensitas cahaya per unit tebal medium sebanding dengan
intensitas cahaya tersebut.
Berkurangnya intensitas cahaya per unit konsentrasi akan berbanding lurus
dengan intensitas cahaya.
Dari hukum Lambert Beer didapat rumus sebagai berikut
A = a.b.c A = -log T
Rumus yang digunakan untuk analisis dua komponen adalah :
A1 = ax1. b. cx + ay1 . b . cy
A2 = ax2 . b. cx + ay2 . b . cy
Dimana :
A1 = serapan campuran pada panjang gelombang maksimum pertama
A2 = serapan campuran pada panjang gelombang maksimum kedua
C = konsentrasi larutan
Kondisi berikut adalah keabsahan hukum Beer. Cahaya yang digunakan
harus monokromatis, bila tidak demikian maka akan diperoleh dua nilai
absorbansi pada dua panjang gelombang. Hukum tersebut tidak diikuti oleh
larutan yang pekat. Konsentrasi lebih tinggi untuk beberapa garam tidak
berwarna justru mempunyai efek absorbsi yang berlawanan. Larutan yang
bersifat memancarkan pendar-fluor atau suspensi tidak selalu mengikuti hukum
Beer. Jika selama pengukuran pada larutan encer terjadi reaksi kimia seperti
polimerisasi, hidrolisis, asosiasi atau disosiasi, maka hukum Beer tidak berlaku.
(Alexeyev, V. 1969)
Cara Kerja Spektrofotometer Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah
sebagai berikut. Tempatkan larutan pembanding, misalnya blanko dalam sel
pertama sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih
fotosel yang cocok 200-650 nm ( 650-1100 nm ) agar daerah yang diperlukan
dapat terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup nol
galvanometer dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang
diinginkan, buk fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blanko dan nol
galvanometer didapat dengan memutar tombol sensitivitas. Dengan
menggunakn tombol transmitansi, kemudian atur besarnya pada 100 %.
Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis. Skala
absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel.( Vogel (refisi) Svela, G.
1995)
Spektrum UV-Vis merupakam hasil interaksi antara radiasi elektromagentik (REM)
dengan molekul. REM merupakan bentuk energy radiasi yang mempunyai sifat
gelombang dan partikel (foton). Karena bersifat sebagai gelombang maka

beberapa parameter perlu diketahui, misalnya panjang gelombang, frekuensi,


bilngan gelombang, dan serapan. REm mempunyai vector listrik dan vector
magnet yang bergetar dalam-dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama
lain dan masing-masing tegak lurus pada arah perambatan radiasi. (Vogel (refisi)
Svela, G. 1995)
Perubahan warna mencerminkan suatu perubahan dalam pengabsorpsian
cahaya oleh larutan, yang menyertai perubahan konsentrasi dari spesies yang
menyerap. Dalam suatu titrasi visual, seenarnya orang menggunakan semua
segi titrator fotometrik yang automatic, cahaya dilewatkan larutan menuju mata,
yang merupakan transduser peka cahaya yang berespon dengan isyrat dan
kalau tidak, membuatnya tepat untuk diteruskan ke system penyetopan aliran
yang bersifat elektromekanis (khopkar, 2002).
Kadang-kadang suatu zat yang terlihat langsung dalam reaksi titrasi menyerap
cukup anyak pada suatu panjang gelombang yang dapat dicapai, dan titrasi itu
diikuti secara spektrofotometri tanpa menambahkan suatu indicator. Bentuk
kurva titrasi dapat diramalkan dari nilai spesies kimia yang diperhatikan.
Beberapa kurva titrasi fotometrik yang khas diperagakan, jika reaksi titrasi itu
cukup tidak lengkap disekitar titik kesetaraan, kurva itu akan jadi membundar.
Titik akhir itu kemudian dicari letaknya dengan titik potong garis-garis lurus yang
diekstrapolasi, yang ditarik lewat titik-titik yang diambil secukupnya sebelum
dan sesudah bagian yang membundar. Kurva titrasi semacam itu mudah
dihitung, orang semata-mata menghitung konsentrasi spesies yang menyerap
titik dimana saja, dengan menggunakan tetapan keseimbangan reaksi itu,
kemudian menghitung sumbangan tiap spesies pada absorbans dari larutan
menurut Hukum Beer (Underwood, 1981).
Kadang-kadang dimungkinkan untuk melengkapi sebuah spektrofotometri
dengan suatu ruangan sel yang diubah sehingga suatu bejana titrasi seperti
sebuah gelas piala dapat ditaruh dalam berkas cahaya. Lebih nyaman bila
pengaduk yang digunakan adalah pengaduk magnetic yang diletakkan dibawah
ruangan harus dijaga agar penataan itu kedap cahaya. (Underwood, 1981).
Menurut hukum Bouguer-Beer, suatu alur absorbans dengan konsentrasi molar
akan berupa garis lurus dengan arah lereng. Tetapi sering kali pengukuran
terhadap system kimia riil menghasilkan alur Hukum Beer yang tidak linear
sepanjang seluruh jangka konsentrasi untuk system-sistem semacam itu, namun
pemahaman yang lebih mendalam menimbulkan suatu pandangan yang agak
lebih canggih (Underwood, 1981).
2.2 Tinjauan Bahan
Warna-warna didalam spectrum Spektrum optik (cahaya atau spektrum
terlihat atau spektrum tampak) adalah bagian dari spektrum elektromagnetik
yang tampak oleh mata manusia. Radiasi elektromagnetik dalam rentang
panjang gelombang ini disebut sebagai cahaya tampak atau cahaya saja. Tidak
ada batasan yang tepat dari spektrum optik; mata normal manusia akan dapat
menerima panjang gelombang dari 400 sampai 700 nm, meskipun beberapa

orang dapat menerima panjang gelombang dari 380 sampai 780 nm (atau dalam
frekuensi 790-400 terahertz).
Mata yang telah beradaptasi dengan
cahaya biasanya memiliki sensitivitas maksimum di sekitar 555 nm, di wilayah
hijau dari spektrum optik. Warna pencampuran seperti pink atau ungu, tidak
terdapat dalam spektrum ini karena warna-warna tersebut hanya akan
didapatkan dengan mencampurkan beberapa panjang gelombang. (Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

Panjang gelombang yang kasat mata didefinisikan oleh jangkauan spektral


jendela optik, wilayah spektrum elektromagnetik yang melewati atmosfer Bumi
hampir tanpa mengalami pengurangan intensitas atau sangat sedikit sekali
(meskipun cahaya biru dipencarkan lebih banyak dari cahaya merah, salah satu
alasan menggapai langit berwarna biru). Radiasi elektromagnetik di luar
jangkauan panjang gelombang optik, atau jendela transmisi lainnya, hampir
seluruhnya diserap oleh atmosfer. Dikatakan jendela optik karena manusia tidak
bisa menjangkau wilayah di luar spektrum optik. Inframerah terletak sedikit di
luar jendela optik, namun tidak dapat dilihat oleh mata manusia. (Jim Clark pada
06-10-2007)
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat
yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu (Langsung ke: navigasi, cari)

Komponen utama dari spektrofotometer diantaranya yaitu :


1.
Monokromator berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar
monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran, macam-macam
monokromator : (Satiadarma, Kosasih. 2004)
- Prisma
- kaca untuk daerah sinar tampak
- kuarsa untuk daerah UV
- Rock salt (kristal garam) untuk daerah IR
- Kisi difraksi
2.
Detektor fungsinya untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang
sebanding dengan besaran yang dapat diukur.

Syarat-syarat ideal sebuah detektor :


-

Kepekan yang tinggi

Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi

Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.

Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.

Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

Macam-macam detektor :
-

Detektor foto (Photo detector)

Photocell

Phototube

Hantaran foto

Dioda foto

Detektor panas

3.
Pengatur Intensitas berfungsi untuk mengatur intensitas sinar yang
dihasilkan oleh sumber cahaya agar sinar yang masuk tetap konstan.

Absorbain sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer, dimana sejumlah


cahaya dengan panjang gelombang tertentu di serap o;eh sample ;( Jim Clark
pada 06-10-2007)
Transmitran , T=
%T= 100T
Absorbansi ; dari hokum lambert-beer.
A= log
A= log
A= log 10
= log10( 100) log10( %T)

= log10 10 - log10( %T)


= 2 log10( %T)
Keterangan : P0 = Intensitas sinar datang
P= Intensitas sinar yang diteruskan
b = Panjang sel/kuvet
A = Absorban

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bahan dan Alat Percobaan


* Bahan

CuSO 0,0752 M

Akuades
*Alat

Kuvet

Botol semprot

Beaker glass

Tabung reaksi

Rak tabung reaksi

Bola hisap

Pipet tetes

Pipet ukur

Spektrofotometer

3.2 Diagram Alir

Nyalakan alat spektronik 20 (30 menit)

Putar panjang gelombang 380 nm

Atur (%T)=0 (tanpa kuvet)

Atur %T = 100

Ukur %T untuk larutan CuSO 0.0752 M ( 380nm60nm) kisaran 20 nm

Gambar spectrum absorpsi,

Tentukan maks kisaran 5 nm

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Percobaan
Tabel larutan CuSO4 (merah) kisaran 20 nm
Panjang gelombang()
%T
A (2-log10(%T))
380
88,8
0,052
400
86,6
0,063
420
101
-0,004
440
88,8
0,052
460
102
-0,009
480
100
0

500
91,8
0,073
520
100
0
540
88,5
0,053
560
88,2
0,055
580
84,5
0,073
600
74,4
0,128
620
65,8
0,182
630
58,4
0,234
635
60,4
0,219
640

54,1
0,267
645
55,7
0,254
Penentuan maks larutan CuSO4 0,0752 (merah) kisaran nm
Panjang gelombang()
%T
A (2-log10(%T))
630
58,4
0,234
635
60,4
0,219
640
54,1
0,267
645
55,7
0,254
650
46,1
0,336

4.2. Pembahasan
Dalam analisis spektrofotomtri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok
ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu, dari spektru ini, dipilih panjang-

panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm, pada proses ini
memerlukan penggunaan instrumen yang lebih rumit dan karenanya lebih
mahal, instrument yang digunakan adalah spektrofotometer. Dari percobaan ini,
kami bahwa panjang gelombang maksimum untuk larutan CuSO 0,0752 M
adalah pada 640 nm, dan pada absorpsi. 0,267, Absorbansi maksimum sama
dengan panjng gelombang maksimum (maks).
Dari data percobaan tersebut memiliki dua gelombang cahaya yang mempunyai
kisaran 20 nm dan 5 nm. jumlah molekul juga menentukan energi pada panjang
gelombang ini menimbulkan kenaikan gelombang yang sangat signifikan. Dari
bahan seperti CuSO4 memberikan warna biru akan dominan pada merah,kuning
dan jingga. warna ini sama halnya dengan warna langit. Warna ini jga
berpengaruh dengan jarak dari sumber cahaya.
Perubahan warna mencerminkan suatu perubahan dalam pengabsorpsian
cahaya oleh larutan, yang menyertai perubahan konsentrasi dari spesies yang
menyerap. Dalam suatu titrasi visual, seenarnya orang menggunakan semua
segi titrator fotometrik yang automatic, cahaya dilewatkan larutan menuju mata,
yang merupakan transduser peka cahaya yang berespon dengan isyrat dan
kalau tidak, membuatnya tepat untuk diteruskan ke system penyetopan aliran
yang bersifat elektromekanis Menurut hukum Bouguer-Beer, suatu alur
absorbans dengan konsentrasi molar akan berupa garis lurus dengan arah
lereng. Tetapi sering kali pengukuran terhadap system kimia riil menghasilkan
alur Hukum Beer yang tidak linear sepanjang seluruh jangka konsentrasi untuk
system-sistem semacam itu, namun pemahaman yang lebih mendalam
menimbulkan suatu pandangan yang agak lebih canggih

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini, kami menyimpulkan bahwa panjang gelombang
maksimum untuk larutan CuSO 0,0752 M adalah pada 640 nm, dan pada
absorpsi. 0,267, Absorbansi maksimum sama dengan panjng gelombang
maksimum (maks).
5.2 Saran
Pada praktikum kali ini dan selanjutnya mudah-mudahan diperhatikan sebaiknya
sebelum melakukan percobaan alat yang akan digunakan harus dalam keadaan
bersih agar diperoleh hasil maksimal. Dan juga diberikan waktu yang lebih
leluasa agar praktikan dapat menganalisa hasilnya dengan maksimal.
Dalam melakukan praktek penentuan panjang gelombang maksimum kita
menggunakan alat spektrophotometer atau spektronik 20 dan alat tersebut

harus sama dengan 100 (%T). Dalam melakukan praktek ini, juga dibutuhkan
ketelitian dan kecepatan dalam meletakan sample dalam alat agar panjang
gelombangnya tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia (hal 176 187)
Alexeyev, V. 1969. Quantitative Analysis. Moscow: MIR Publishers (hal 406 410)
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Ilmu Kimia Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia (hal 61)
Day, R.A, & Underwood, A.L., Analisis Kimia Kuantitatif, edisi kelima., Erlangga,
Jakarta,1986.
Hardaji, W., Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia, Jakarta, 1990.
Blog pada WordPress.com.
http://rgmaisyah.wordpress.com/2008/11/22/titrimetri/
04 Juni 2010 (oneline)
2009 (Sri Ratisah - 054828 - Pendidikan Kimia UPI)diakses tanggal 4 Juni 2010
jam 10:40(online)
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Sri%20Ratisah
%20054828/materi.HTM
Michael Purba. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta: Erlangga

A. Pendahuluan
Prinsip spektroskopi didasarkan adanya interaksi dari energy radiasi
elektromagnetik dengan zat kimia. Dengan mengetahui interasi yang terjadi,
dikembangkan teknik-teknik anaisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari
interaksi tersebut. Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan satu atau lebih
peristiwa, seperti : pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, penyerapan
(absorpsi), flouresensi, fosforisensi, dan ionisasi. Dalam analisis kimia, peristiwa
absorpsi merupakan dasar dari cara spektroskopi karena proses absorpsi
tersebut bersifat unik/spesifik untuk setiap zat kimia atau segolongan zat
kimia(aplikasi kualitatif). Disamping itu adalah kenyataan bahwa bayaknya
absorpsi berbanding lurus dengan banyaknya zat kimia (aplikasi kuantitatif).

Instrument yang digunakan disebut spektrofotometer yang telah dibuat dalam


berbagai merek, model, dan jenis dengan tingkat kepekaan maupun
reprodusibilitas yang semakin tinggi dan canggih. Untuk dapat memahami
spektroskopi diperlukan pengetahuan tenang sifat-sifat radiasi elektromagnetik,
interaksinya dengan zat, serta prinsip kerja maupun penggunaannya.

B. Dasar teori / tinjauan pustaka


Salah satu analisis untuk menentukan kadar suatu senyawa pada suatu sampel
adalah dengan cara spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan metode
analisis yang didasarkan pada besarnya nilai absorbsi suatu zat terhadap radiasi
sinar elektromagnetik. Prinsip kerja spektrofotometri adalah dengan
menggunakan spektrofotometer yang pada umumnya terdiri dari unsur-unsur
seperti sumber cahaya, monokromator, sel, fotosel, dan detektor. Sumber radiasi
spektrofotometer dapat digunakan lampu deuterium untuk radiasi di daerah
sinar ultraviolet sampai 350 nm, atau lampu filamen untuk sinar tampak sampai
inframerah. Sinar yang dikeluarkan sumber radiasi merupakan sinar polikromatis,
sehingga harus dibuat menjadi sinar monokromatis oleh monokromator. Radiasi
yang melewati monokromator diteruskan ke zat yang akan diukur dan sebagian
radiasinya akan diserap oleh zat tersebut. Zat yang akan diukur nilai
absorbannya diletakkan pada sel dengan wadah kuvet. Sinar yang diteruskan
akan mencapai fotosel dan energi sinar diubah menjadi energi listrik. Namun,
nilai yang dihasilkan dari spektrofotometer bukanlah nilai absorban (A)
melainkan transmitan (T). Oleh karena itu nilai T tersebut harus dikonversi ke
dalam nilai A zat yang diukur. Konversi menggunakan rumus A= log % T.
Konversi ini dilakukan karena yang terukur adalah nilai transmitan (besarnya
sinar radiasi yang melewati zat dan ditangkap detektor), sedangkan yang
diinginkan adalah nilai absorban (besarnya sinar radiasi yang terserap oleh zat)
dari zat yang diukur.

Penentuan nilai absorban pada percobaan kali ini adalah untuk mengetahui
kadar asam amino pada sampel kentang. Penambahan ninhirin dan piridin
sebagai pereaksinya, yang selanjutnya dilakukan pemanasan. Menurut Winarno
(1997), asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan
melalui ikatan peptida pada setiap ujungnya. Pemanasan asam amino dengan
ninhidrin akan memberikan kompleks berwarna ungu. Intensitas warna tersebut
sebanding dengan konsentrasi asam amino bebas dalam pengukuran absorban
pada panjang gelombang yang paling tepat. Asam amino lisin mempunyai rantai
cabang yang dapat bermuatan positif maupun negatif, tergantung
lingkungannya. Asam amino lisin juga mempunyai rantai cabang gugus basa.

Day dan Underwood (1986) menyatakan bahwa untuk mendeteksi asam amino
dalam suatu larutan, maka sebelum larutan tersebut ditetesi piridin dan ninhidrin
serta dipanaskan terlebih dahulu. Piridin berguna untuk menganalisis kadar H2O
dalam suatu zat dan menggeser reaksi kearah kanan. Ninhidrin adalah suatu
reagen untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam
larutan. Senyawa ini adalah hidrat dari triketon siklik dan apabila bereaksi
dengan asam amino akan menghasilkan zat berwarna ungu. Panjang gelombang
yang paling tepat untuk warna larutan tersebut adalah 625 nm.

C. Tujuan percobaan
Mahasiswa dapat menentukan panjang gelombang serapan maksimum larutan
mengandung analit,
Mahasiswa dapat membuat kurva standar analit,
Mahasiswa dapat menentukan konsentrasi analit dengan metoda
spektrofotometri.
D. Alat dan bahan
alat
-

Spektrofotometer double beam atau spektronic 20

Kuvet

Labu takar

Pipet

Tissue

Bahan :
-

air suling

larutan K2CrO4 0,05 M

E.

Cara kerja / pelaksanaan percobaan

penentuan panjang gelombang serapan maksimum


diisi kuvet bersih dengan larutan K2CrO4 0,05 M,
diisi kuvet blanko dengan aquadest,
dibaca serapan sinar / absorbansi (A) larutan K2CrO4 0,05 M pada kisaran
panjang gelombang 400-700 nm. Pada setiap pergantian panjang gelombang,
absorbansi dinolkan dengan larutan blanko,
dibuat kurva hubungan panjang gelombang dengan absorbansi,
ditentukan panjang gelombang serapan maksimum.
pembuatan kurva standar
dibuat seri larutan standar dengan cara diencerkan larutan K2CrO4 0,05 M
sesuai table berikut :
No. tabung Volume K2CrO4 0,05 M (mL)
Volume aquadest (mL)
Konsentrasi larutan k2CrO4 hasil pengenceran (M)
Blanko

0,0

10,0

2,0

8,0

0,01

4,0

6,0

0,02

6,0

4,0

0,03

8,0

2,0

0,04

10,0

0,0

0,05

Tabel 1.

dibuat kurva standar absorbansi vs konsentrasi K2CrO4, dengan absorbansi


sebagai ordinat (sumbu Y), dan konsentrasi K2CrO4 sebagai absis (sumbu X),
ditentukan persamaan garis lurusnya : Y = aX + b
penentuan konsentrasi analit dalam larut sampel
ditentukan absorbansi larutan sampel
ditentukan konsentrasinya dengan cara menghitung dari persamaan garis lurus
yang telah diperoleh.
F.

Hasil pengamatan dan perhitungan

Penentuan panjang gelombang serapan maksimum


Larutan

Panjang gelombang ( )nm

Absorbansi (A)

K2CrO4

432 nm

436 nm

438 nm

440 nm

442 nm

0.818

0.611

0.506

0.434

0.323

Tabel 2.

Pembuatan kurva standar larutan


Panjang gelombang serapan maksimum : 432 nm

Larutan
aX + b)

Konsentrasi (M)

K2CrO4

0.01 M

Absorbansi (A)

0.02 M

0.03 M

0.04 M

0.05 M0.310

0.460

0.535

0.764

0.826

Y = 13.36X + 0.178

Tabel 3.

Penentuan konsentrasi analit dalam larutan sampel


Absorbansi larutan sampel (Y) = 0.490

Konsentrasi analit dalam larutan sampel :

X = Y b/a

Persamaan garis lurus ( Y =

= 0.490

= 0.490 0.013323

= 0.476677

= 0.48

G. Pembahasan
Dalam praktikum analisis spektrofotometri kami melakukan berbagai perlakuan
terhadap bahanbahan dan alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
praktikum, pelakuan tersebut sebagai berikut :

Membuat larutan K2CrO4 menjadi lima variasi yaitu 0,01 M, 0,02 M, 0,03 M, 0,04
M, dan 0,05 M.hal ini kami lakukan untuk memperoleh data Absorbansi vs
Konsentrasi dengan menggunakan panjang gelombang maksimum (432 nm).
Dengan adanya data tersebut, kami dapat membuat kurva standar dengan
persamaan garis yang diperoleh dari data tersebut Y = 13.08X+0.183 dimana
sumbu y = Absorbansi dan sumbu x = konsentrasi
Memperlakukan larutan standar (K2CrO4) dengan larutan sampel secara samasama. Misalnya dalam penggunaan kuvet, kuvet yang digunakan haruslah sama.
Hal ini dimaksudkan agar nilai yang diperoleh mendekati keakuratan.
Memastikan tidak ada endapan di dalam larutan, agar tidak ada penghalang
sinar monokromatis sehingga konsentrasi tidak akan bertambah besar dan data
yang diperoleh mendekati keakuratan.
Selalu mengkalibrasi ulang alat spektrofotometri dengan larutan blanko agar
ketika melakukan percobaan mendapatkan hasil yang mendekati keakuratan.
H. Kesimpulan
Panjang gelombang serapan maksimum yang dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer dalam satuan nano meter (nm) yaitu semakin panjang
gelombang yang diukur maka semakin kecil nilai absorbansinya. Seperti pada
panjang gelombang 432 nm dapat dilihat nilai absorbansinya sekitar 0.818 A,
sedangkan pada panjang 442 nm nilai absorbansinya adalah 0.323 A.

Tetapi konsentrasi larutan berbanding lurus dengan absorbansi yaitu semakin


besar konsentrasinya maka semakin besar pua nilai absorbansinya. Sehingga
pada saat konsentrasi k2CrO4 diturunkankan konsentrasinya menjadi 0.01 M
maka nilai absorbansinya 0.310 A, lebih kecil dibanding dengan K2CrO4 ang
konsentrasinya 0.05 M dengan nilai absorbansi 0.818 A.

Dengan kurva yang telah dibuat sebelumnya kita dapat mencari nilai konsentrasi
dengan persamaan sebagai berikut X=Y-b/a .

I.

Daftar pustaka

Day RA dan Underwood AL.1986. Analisis Kimia Kuantitatif edisi Kelima.


Jakarta: Erlangga.

Hart H, Craine LE, Hart DJ.2003.Kimia Organik : Suatu kuliah singkat.


Jakarta: Erlangga.
-

Karyadi, Benny. 1994. Kimia 2. Jakarta: Balai Pustaka

Keenan R. 1992. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Mathias Laksi. 2000. Kimia Analitik Dasar. Bandung : Grafindo Media Utama.

Anda mungkin juga menyukai