RUANG
STANDAR
KAPASITAS
1.000
1.000
Luas (m2)
2.000
13.000
15.000
17.160
32.160
Bab II : Analisis Lokasi dan Analisis Fisik Bangunan Tower Solo Technopark
2.1. Aspek Kebijakan.........................................................................................................................................
2.2. Aspek Fisik Lahan ......................................................................................................................................
2.3. Aspek Sarana dan Prasarana .....................................................................................................................
2.4. Analisis Kegiatan, Tata Fungsi dan Besaran Ruang ...................................................................................
2.4.1. Analisis Kegiatan Utama (MICE) ......................................................................................................
2.4.2. Analisis Kegiatan Kelompok Penunjang ...........................................................................................
2.4.3. Kebutuhan dan Besaran Ruangan....................................................................................................
2.5. Analisis Dasar Perencanaan Green Smart Building ....................................................................................
:1
:3
:5
:8
: 10
: 10
: 16
: 17
: 20
: 21
: 22
: 22
: 23
: 27
: 30
: 31
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
: 40
: 42
: 44
: 45
: 47
: 49
: 54
: 57
: 64
: 67
EXECUTIVE SUMMARY
ii
PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR 1 - 1
dengan
pihak
investor
untuk
mempercepat
terwujudnya
b.
1.2.3. Sasaran
Sasaran dari penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark ini adalah
tersedianya Feasibility Studi Tower Solo Technopark sebagai dokumen lelang
kerjasama investasi.
Republik
Indonesia
Nomor
36
Tahun
1999
tentang
Menteri
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/
Kepala
Badan
LAPORAN AKHIR 1 - 2
i. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah
j. Perda Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Surakarta Tahun 2011 2031
k. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2009 tentang Bangunan
1.4. Ruang Lingkup
Sesuai dengan KAK, Ruang lingkup Kegiatan Penyusunan FS Tower Solo Technopark
adalah sebagai berikut:
1. Menyusun Design Rancang Bangun Tower Solo Technopark yang memenuhi
konsep Green Smart Building sebagai acuan untuk menentukan besaran nilai
investasi, perkiraan pendapatan dan biaya operasional (cash flow)
2. Melakukan survey pasar sesuai kebutuhan pengembangan bidang usaha yang
akan dilakukan di dalam Tower Solo Technopark.
3. Mengkaji kelayakan pembangunan Tower Solo Technopark antara lain meliputi :
a. Analisis Biaya Manfaat Sosial menggunakan Pendekatan :
1)
2)
Menentukan tingkat
pelayanan
yang
tenant
(penghuni/pengguna tower)
2)
3)
4)
5)
Analisis Biaya Investasi (biaya proyek, asumsi bunga dan eskalasi); biaya
perijinan dan biaya tidak langsung.
Analisis keuangan dilakukan dengan cara :
1) Menentukan Net Present Value (NPV)
2) Menentukan tingkat Internal Rate of Return (IRR);
3) Menentukan Net B/C Ratio
4) Menentukan Pay Back Periode (PBP)
d. Analisis Resiko, ditujukan untuk mengidentifikasi resiko dan mengalokasikannya
kepada pihak yang paling mampu untuk mengatasinya (mitigasi resiko).
1.5. Keluaran
Dokumen untuk bahan Pembahasan/Penilaian FS Tower Solo Technopark Kota
Surakarta, terdiri dari :
1.
2.
Laporan Antara (inception report), menyajikan data hasil riset dari berbagai aspek
(pasar,sosial,ekonomi dll) dan analisisnya serta hasil rancang bangun yang
minimal memuat:
a. Site Plan dan Block Plan
b. Gambar Denah
c. Gambar Tampak
d. Sistem Sirkulasi
e. Sistem Parkir
f.
3.
Sistem Utilitas
Laporan Akhir (final report) penyempurnaan laporan Antara dan berisi Hasil
Analisis berbagai Aspek Kelayakan, kesimpulan dan rekomendasi.
4.
5.
Dokumen yang harus diserahkan Konsultan dalam bentuk buku (dokumen) dan CD,
sebagai berikut:
1.
2.
3.
LAPORAN AKHIR 1 - 4
4.
5.
6.
PENDAHULUAN
Berisi pembahasan tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran,
dasar hukum, ruang lingkup, keluaran dan sistematika pembahasan.
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
ANALISIS KEUANGAN
Berisi mengenai perkiraan nilai investasi, perkiraan pendapatan dan biaya
serta kelayakan investasi bangunan tower solo technopark
LAPORAN AKHIR 1 - 5
Bab 7
LAPORAN AKHIR 1 - 6
GAMBARAN EKSISTING
TOWER SOLO TECHNOPARK
: Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Timur
: Kabupaten Karanganyar
Sebelah Selatan
: Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Utara
: Kabupaten Boyolali
bulan april. Sementara itu rata-rata curah hujan saat hari hujan
LAPORAN AKHIR 2 - 1
LAPORAN AKHIR 2 - 2
MICE
di
Indonesia
menunjukkan
peningkatan
yang
sangat
menggembirakan. Indonesia tak hanya kaya akan potensi wisata tapi juga potensi
untuk dijadikan lahan bisnis komersial di bidang MICE. Hal ini akan menjadi peluang
besar bagi pebisnis dan pemerintah Indonesia untuk menggarapnya menjadi sumber
pendapatan yang cukup menjanjikan.
Kota Surakarta yang sudah dipersiapkan menjadi Kota Mice sejak Pak Joko Wi, dari
tahun ke tahun tingkat kunjungan wisatawan ke Solo semakin meningkat. Berdasarkan
salah satu sumber dari media tabulasi nasional1, tahun lalu, Solo menduduki peringkat
8 tujuan wisata nasional dan sekarang telah bergeser ke peringkat 4. Selain itu
pertumbuhan eknomi Kota Solo dalam 5 tahun terakhir rata-rata 5.6% (Bappeda, Tk. II.
2007), dengan tingkat investasi tumbuh rata-rata 18% (BKPMD, 2007), pebisnis dan
investor lokal/asing banyak melakukan kunjungan rata-rata 10/20 kali/orang/tahun
(PHRI, APINDO,Surakarta,2007).
Selain dari sektor bisnis dan perdagangan potensi Solo dalam MICE didukung dengan
potensi seni budaya lokal, dengan adanya dua keraton yang bisa menjadi tujuan
turisme lokal dan internasional yang didukung oleh berbagai kesenian tradisional yang
masih aktif. Dari beberapa perhitungan bisnis bahwa biaya segala aktivitas MICE bila
diselenggarakan di Solo terhitung murah dibandingkan bila diselenggarakan di Jakarta
atau di Bali, mulai dari tarif hotel, harga makanan, biaya transportasi sampai tiket
rekreasi.
Di Kota Solo sudah sering diagendakan event bertaraf nasional dan internasional,
yang melibatkan berbagai pihak terkait. Even tersebut misalnya World Heritage Cities
Conference & Expo (WHCCE), Solo Batik Carnival, Festival Pasar Kumandang, Munas
Apeksi, SIEM, Bengawan Solo Fair, Borobudur Travel Mart dan Munas Apeksi, yang
pada saat pelaksanaanya sering mengalami kesulitan dengan minimnya fasilitas MICE
seperti ruangan yang berkapasitas besar yang nyaman serta perlengkapan audio
visual yang memadai. Dengan demikian sudah saatnya Solo memiliki fasilitas
pendukung MICE bertaraf nasional bahkan bila perlu yang bertaraf internasional,
melengkapi convention hall yang sudah dimiliki sekarang seperti Ibis, Solo Paragon,
Centerpoint, Kusuma Mulia Tower, Hotel Sunan dan lain lain.
Convention hall bertaraf nasional tersebut tentu saja ideal perlu didukung dengan
adanya area yang besar, toilet yang memadai, AC, pencahayaan yang cukup, pasokan
listrik dan cadangannya, telepon, kendaraan, fasilitas pemadam kebakaran, cargo dan
lift serta eskalator bila diperlukan, pintu darurat, ruang sekretariat, panggung, ruang
VIP, restoran, dapur dan sebagainya. Perlu juga didukung dengan adanya SDM
berkualitas untuk mengelola, baik dari segi marketing, event organizer, security,
service attendance hingga kateringnya. Karena perlu adanya kepastian akan kualitas
managemen & operasional gedung secara keseluruhan dan juga konsistensi akan misi
dari convention hall itu sendiri.
Saat ini apabila terdapat event yang melibatkan lebih dari 3.000 orang, pasti akan di
tempatkan di Bali atau Jakarta, karena kesulitan mencarinya di Solo 2. Padahal bisa
dipastikan event semacam ini akan diadakan minimal enam kali dalam satu bulan, baik
berskala nasional ataupun internasional.
Dengan dibangunnya convention centre seperti ini, niscaya perkembangan MICE di
Kota Solo dengan sendirinya akan menunjukkan perkembangan yang signifikan. Dan
tentu dengan berkembangnya MICE tersebut akan mendorong laju perekonomian
Solo, dan menciptakan atmosfer budaya baru, yaitu berkembangnya Solo tak hanya
melulu menjadi kota budaya dan wisata tapi juga menjadi kota metropolitan.
Tapi jika dilihat secara keseluruhan sepanjang tahun, masih rendah. Pada 2012 di
kisaran 60 persen. (tempo.com).
Kota Surakarta sebagai salah satu kota Tujuan Wisata di Jawa Tengah memiliki
sejumlah fasilitas hotel, yaitu sebanyak 253 hotel yang terdiri dari hotel bintang dan
non bintang.
LAPORAN AKHIR 2 - 5
Solo
Technopark
merupakan
sebuah
wadah
yang
LAPORAN AKHIR 2 - 6
2. Tujuan
Keberadaan Solo Techno Park (STP) bertujuan menghasilkan sumber daya
manusia yang kompeten dalam bidang industri, juga diharapkan mampu
menjadi embrio bagi lahirnya sebuah kawasan industri di Surakarta. Para
lulusannya dibekali dengan pengetahuan menyangkut kewirausahaan
sehingga akan mampu menciptakan dan mengembangkan sendiri usaha
industri yang sesuai dengan minat serta kemampuan mereka setelah
bermasyarakat. Singkat kata tujuannya adalah :
Mengentaskan kemiskinan
Incubator Bisnis
Incubator
bisnis
merupakan
wadah
pengembangan
bisnis
dan
3)
Pusat Informasi
Solo Technopark (STP) menyediakan informasi teknologi dan bisnis
mutakhir dalam berbagai media. Hal ini diharapkan mampu mensuplai
kebutuhan informasi bagi pengguna technopark maupun praktisi yang
terlibat didalamnya.
LAPORAN AKHIR 2 - 7
4)
5)
Pusat pelatihan
STP berfungsi yang berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia.
Teknologi yang ada dan sedang dikembangkan baik di dalam maupun luar
techno park akan diperkenalkan kepada pesertapelatihan. Tujuan dari
pelatihan ini adalah mencetak tenaga kerja yang benar-benar professional
dibidangnya. Techno park sebagai sebuah kawasan yang berfungsi untuk
mengembangkan bisnis memerlukan fasilitas yang layak sebagai
penunjang kegiatan bisnis agar dapat mempermudah kliennya dalam
mengembangkan bisnis mereka melalui technopark.
jasa
teknis.
Unit
ini
dikembangkan
sebagai
pusat
rujukan
Sertifikasi
LAPORAN AKHIR 2 - 10
LAPORAN AKHIR 2 - 11
3.1.
2013
yang
sebesar
Rp
55.171,2
milyar.
Dengan
demikian,
LAPORAN AKHIR 3 - 1
Tabel III.1
PDRB Jawa Tengah Sektor Ekonomi Triwulan I dan II 2013
Triw I
2013 *)
Triw II
2013 **)
Triw I
2013 *)
Triw II
2013 **)
(2)
(3)
(4)
(5)
30.097,6
29.670,4
10.119,8
9.903,0
1.389,4
1.470,2
603,4
632,7
47.312,7
49.562,1
17.727,0
187.248,4
1.537,2
1.597,1
478,6
483,9
5. Konstruksi
8.700,3
8.984,4
3,228.8
3.307,1
30.506,5
31.970,9
12,206,4
12.582,9
8.705,3
9.016,1
2.994,2
3.062,7
5.408,4
5.707,3
2.154,1
2.252,9
15.899,1
16.068,4
5.659,0
5.686,9
149.556,5
154.046,9
55.171,2
56.160,5
2.
3. Industri Pengolahan
9. Jasa-jasa
PDRB
Sumber : BPS, 2013
Tabel III.2
Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Sektor Ekonomi
(Persentase)
Sektor Ekonomi
(1)
1. Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan
Triw II 2013**)
Terhadap
Triw I 2013**)
(Q to Q)
Laju
Sumber
(2)
(3)
Triw II 2013**)
Terhadap
Triw II 2012*)
(Y on Y)
Laju
Sumber
(4)
(5)
Semester I 2012**)
Terhadap
Semester I 2011*)
(C to C)
Laju
Sumber
(4)
(5)
- 2,1
- 0,4
2,4
0,4
1.6
0,3
4,9
0,1
5,7
0,1
5,5
0,1
3. Industri Pengolahan
2,9
0,9
6,5
2,1
5,7
1,8
1,1
0,0
6,8
0,1
8,2
0,1
5. Konstruksi
2,4
0,1
6,9
0,4
6,5
0,4
3,1
0,7
8,3
1,8
8,7
1,9
2,3
0,1
7,5
0,4
7,7
0,4
4,6
0,2
9,7
0,4
9,8
0,4
9. Jasa-jasa
Produk Domestik Regional Bruto
0,5
1,8
0,1
1,8
4,2
6,1
0,4
6,1
5,2
5,9
0,5
5,9
Jika kita bandingkan semester I tahun 2013 terhadap periode yang sama
tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai angka 5,9 persen.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor keuangan, real estat dan jasa
perusahaan tumbuh 9,8 persen. Sedangkan sektor pertanian mengalami
pertumbuhan terendah pada periode ini sebesar 1,6 persen. Data rinci tentang
pertumbuhan PDRB Jawa Tengah berdasarkan periode penghitungannya
dapat dilihat pada tabel diatas.
3.1.2. Struktur PDRB Jawa Tengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2011-2012,
dan Triwulan II 2013
Pada triwulan II tahun 2013, sektor ekonomi yang sumbangannya besar
dalam perekonomian Jawa Tengah adalah sektor industri pengolahan yaitu
sebesar 32,2 persen, diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 20,8 persen,
dan sektor pertanian sebesar 19,3 persen. Secara keseluruhan ketiga sektor
tersebut mempunyai sumbangan sebesar 72,3 persen dalam PDRB. Dengan
demikian peranan enam sektor lainnya terhadap PDRB sebesar 27,7 persen.
LAPORAN AKHIR 3 - 3
Tabel III.3
Struktur PDRB Jawa Tengah Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2011-2012 dan Triwulan II 2012-2013
2011
2012*)
(2)
(3)
19,1
18,8
20,1
19,3
0,9
0,9
0,9
1,0
3. Industri Pengolahan
33,3
32,8
31,7
32,2
1,0
1,0
1,0
1,0
5. Konstruksi
6,0
6,0
5,8
5,8
19,7
20,3
20,4
20,8
5,9
5,9
5,8
5,8
3,5
3,6
3,6
3,7
10,6
100,0
10,7
100,0
10,7
100,0
10,4
100,0
Sektor Ekonomi
(1)
1. Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan
9. Jasa-jasa
Produk Domestik Regional Bruto
Triwulan II
2012*) 2013**)
(4)
(5)
oleh
berbagai
komponen
permintaan,
yaitu
pengeluaran
LAPORAN AKHIR 3 - 4
Tabel III.4
Nilai PDRB Jawa Tengah Menurut Penggunaan
Triwulan I 2013 dan Triwulan II 2013
Komponen Penggunaan
Triw I 2013*)
Triw II 2013**)
Triw I 2013*)
Triw II 2013**)
(2)
(3)
(4)
(5)
94.740,3
96.323,3
34.609,3
34.965,2
2.174,7
2.214,5
739,1
746,0
3. Konsumsi Pemerintah
15.005,2
16.413,8
6.033,4
6.561,3
28.057,9
29.934,2
10.077,7
10.608,2
5. Perubahan Stok 1)
3.604,4
6.711,5
807,2
2.101,9
6. Ekspor
68.072,5
70.299,2
27.941,6
28.862,4
7. Dikurangi Impor
62.116,5
67.849,6
25.037,1
27.684,4
149.538,6
154.046,9
55.171,2
56.160,5
(1)
PDRB
Sumber : BPS, 2013
dilihat
dari andil
atau
sumber
pertumbuhan
masing-masing
LAPORAN AKHIR 3 - 5
tahun 2013 menjadi Rp. 96.323,3 milyar pada triwulan II tahun 2013 atau naik
sebesar 1,7 persen.
Pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba tumbuh sebesar 0,9 persen pada
triwulan II tahun 2013 dibandingkan dengan triwulan I tahun 2013. Demikian
juga pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba atas dasar harga berlaku naik
dari Rp 2.174,7 milyar pada triwulan I tahun 2013 menjadi Rp 2.214,5 milyar
pada triwulan II tahun 2013 atau naik sebesar 1,8 persen. Pengeluaran
konsumsi pemerintah pada triwulan II tahun 2013 mengalami peningkatan
yang terutama disebabkan oleh kenaikan belanja pegawai dan belanja barang
pemerintah. Besarnya pengeluaran konsumsi pemerintah atas dasar harga
berlaku naik dari Rp 15.005,2 milyar pada triwulan I tahun 2013 menjadi Rp
16.413,8 milyar pada triwulan II tahun 2013 atau naik sebesar 9,4 persen.
Sementara pengeluaran konsumsi pemerintah atas dasar harga konstan 2000
pada triwulan II tahun 2013 naik sebesar 8,7 persen.
Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atas dasar harga berlaku mengalami
peningkatan dari Rp 28.057,9 milyar pada triwulan I tahun 2013 menjadi Rp
29.934,2 milyar pada triwulan II tahun 2013 atau naik sebesar 6,7 persen.
PMTB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan II tahun 2013 juga
mengalami peningkatan sebesar 5,3 persen bila dibandingkan dengan
triwulan I tahun 2013. Peningkatan PMTB atas dasar harga konstan 2000
tersebut terutama terjadi pada barang modal berupa bangunan.
Nilai ekspor atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp
68.072,5 milyar pada triwulan I tahun 2013 menjadi Rp 70.299,2 milyar pada
triwulan II tahun 2013, atau tumbuh sebesar 3,3 persen. Begitu juga, jika
dilihat atas dasar harga konstan mengalami kenaikan sebesar 3,3 persen.
Nilai impor Jawa Tengah atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan
dari Rp 62.116,5 milyar pada triwulan I tahun 2013 menjadi Rp 67.849,6
milyar pada triwulan II tahun 2013, atau naik sebesar 9,2 persen. Peningkatan
impor tersebut terjadi baik pada impor barang maupun jasa. Nilai impor Jawa
Tengah atas dasar harga konstan 2000 juga mengalami peningkatan, yaitu
sebesar 10,6 persen, dari Rp 25.037,1 milyar pada triwulan I tahun 2013
menjadi Rp 27.684,4 milyar pada triwulan II tahun 2013.
LAPORAN AKHIR 3 - 6
Tabel III.5
Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Penggunaan
Komponen Penggunaan
(1)
1. Konsumsi Rumah
Tangga
2. Konsumsi Lembaga
Non Profit
3. Konsumsi Pemerintah
Triw II 2013**)
Terhadap
Triw I 2013**)
(Q to Q)
Laju
Sumber
(2)
(3)
Triw II 2013**)
Terhadap
Triw II 2012*)
(Y on Y)
Laju
Sumber
(4)
(5)
Semester I 2013**)
Terhadap
Semester I 2012*)
(C to C)
Laju
Sumber
(6)
(7)
1,0
0,6
5,1
3,2
5,0
3,2
0,9
0,0
7,2
0,1
7,2
0,1
8,7
1,0
3,8
0,5
3,0
0,4
4. PMTB+Stok
16,8
3,3
10,6
2,3
7,8
1,6
5. Ekspor Neto
-59,4
-3,1
2,6
0,1
19,1
0,6
1,8
6,1
5,9
PDRB
Sumber : BPS, 2013
LAPORAN AKHIR 3 - 7
Tabel III.6
Distribusi PDRB Jawa Tengah Menurut Penggunaan
Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)
Komponen Penggunaan
(1)
(2)
(3)
63,4
62,5
1,5
1,4
3. Konsumsi Pemerintah
10,0
10,7
21,2
23,8
5. Ekspor Neto
4,0
1,6
100,0
100,0
PDRB
Sumber : BPS, 2013
3.2.
LAPORAN AKHIR 3 - 8
Tabel III.7.
Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2013 dan Triwulan II-2013 Berdasarkan Variabel
Pembentuknya di Jawa Tengah
Variabel Pembentuk
(1)
Pendapatan rumah Tangga Kini
Pengaruh Inflansi Terhadap Tingkat Inflasi
Tingkat konsumsi Beberapa Komoditi
Makanan dan Bukan Makanan
Indeks Tendensi Konsumen
Triwulan II-2013
(2)
104,07
108,53
(3)
108,92
109,34
101,24
104,81
104,68
108,14
Nilai indeks pengaruh inflasi terhadap konsumsi sebesar 109,34 artinya perubahan
harga tidak mengurangi konsumsi sehari-hari, baik konsumsi makanan maupun non
makanan. Tingkat konsumsi beberapa komoditas makanan dan non makanan lebih
tinggi dibanding triwulan sebelumnya dengan nilai indeks sebesar 104,81. Pada
konsumsi non makanan indeks rata-ratanya sebesar 107,16, artinya terjadi
peningkatan konsumsi non makanan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hampir
semua komoditas non makanan mengalami peningkatan konsumsi terutama
perumahan (bahan bakar, listrik dan gas), kesehatan dan pendidikan masing-masing
sebesar 109,98; 108,80 dan 107,96. Di sisi lain kelompok kebutuhan non makanan
yang mengalami penurunan konsumsi hanya rekreasi dengan nilai indeks 98,97.
LAPORAN AKHIR 3 - 9
Tabel III.8
Indeks Komoditas Makanan dan Non Makanan Triwulan II 2013
Komoditas
(1)
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan (listrik, gas, dan bahan
bakar)
Indeks
(2)
104,98
101,26
109,98
102,4
108,8
Pakaian
Kesehatan
Pendidikan
107,96
Rekreasi
Tranportasi
Komunikasi
Total
Indeks Makanan
Indeks Non Makanan
98,97
106,74
106,65
104,81
103,74
107,16
Keterangan :
1) ITK berkisar antara 0 sampai 200, dengan indikasi sebagai berikut :
a. ITK < 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan
berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya.
b. ITK = 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen triwulan
berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan) dibanding triwulan
sebelumnya.
c. ITK > 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen triwulan
berjalan meningkat dibanding triwulan sebelumnya.
3.3.
Pengertian yang lebih luas tentang pasar adalah himpunan pembeli nyata dan
pembeli potensial atas suatu produk. Dari pengertian ini mengandung arti bahwa
pasar merupakan kumpulan atau himpunan dari para pembeli nyata maupun pembeli
potensial atas suatu produk atau jasa tertentu. Pasar juga dapat diartikan pula
sebagai mekanisme yang terjadi antar pembeli dan penjual atau tempat pertemuan
antara kekuatan permintaan dan penawaran.
Pengertian pemasaran oleh Kotler adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan
mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.
Pemasaran dapat juga diartikan sebagi upaya untuk menciptakan dan menjual
produk kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran berusaha
menciptakan dan mempertukarkan produk baik barang dan jasa kepada konsumen
dipasar. Penciptaan produk tentu saja didasarkan kepada kebutuhan dan keinginan
pasar. Konsumen yang menginginkan dan membutuhkan produk adalah individu
(perorangan) dan kelompok tertentu (industri).
Kelompok pasar terdiri dari :
a. Pasar konsumen adalah pasar di mana individu dan rumah tangga dapat
membeli/memperoleh barang dan jasa untuk dikonsumsi sendiri.
b. Pasar industrial adalah dimana pihak-pihak yang membeli barang dan jasa
digunakan kembali untuk menghasilkan barang dan jasa lain atau disewakan
kepada pihak lain untuk mengambil untung.
c. Pasar reseller adalah suatu pasar yang terdiri dari individu dan organisasi yang
melakukan penjualan kembali barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan.
d. Pasar pemerintah adalah yang terdiri dari unit-unit pemerintah yang membeli atau
menyewa barang dan jasa untuk melaksanakan fungsi utama pemerintah.
3.4.
Pekerjaan
g. Pendidikan
h. Agama
i.
Ras
j.
Kebangsaan
LAPORAN AKHIR 3 - 12
LAPORAN AKHIR 3 - 13
Yang
dipilih
adalah
penjualan
terakhir,
proyeksi
laju
LAPORAN AKHIR 3 - 14
Menarik perhatian
3. Menciptakan kemasan
Kemasan merupakan pembungkus suatu produk. Penciptaan kemasan pun
harus memenuhi berbagai persyaratan, seperti kualitas kemasan, bentuk,
warna, dan persyaratan lainnya.
4. Keputusan label
Label merupakan sesuatu yang direkatkan pada produk yang ditawarkan dan
merupakan bagian dari kemasan. Di dalam label harus menjelaskan siapa
yang membuat, dimana dibuat, kapan dibuat, cara menggunakannya, waktu
kadaluwarsanya, dan informasi lainnya.
LAPORAN AKHIR 3 - 16
b. Strategi harga
Harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix. Harga
adalah sejumlah uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan
suatu barang dan jasa. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk
diperhatikan. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap
produk yang ditawarkan dan berakibat tidak lakunya produk tersebut di pasar.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam menetapkan harga yang tepat
terhadap suatu produk adalah :
1. Menentukan tujuan penetapan harga.
2. Memperkirakan permintaan, biaya, dan laba.
3. Memilih strategi harga untuk membantu menentukan harga dasar.
4. Menyesuaikan harga dasar dengan taktik penetapan harga.
Penentuan harga oleh suatu perusahaan dimaksudkan dengan berbagai tujuan
yang hendak dicapai. Tujuan harga secara umum adalah sebagai berikut :
1. Untuk bertahan hidup.
2. Untuk memaksimalkan laba.
3. Untuk memperbesar market share.
4. Mutu produk.
5. Adanya pesaing.
Besarnya harga yang harus dipasang tentu disesuaikan dengan tujuan penentuan
harga. Ada tiga strategi dasar dalam penetapan harga :
1. Skimming price yaitu harga awal produk yang ditetapkan setinggi-tingginya
dengan tujuan bahwa produk atau jasa memiliki kualitas tinggi.
2. Penetration pricing, yaitu dengan menetapkan harga yang serendah mungkin
dengan tujuan untuk menguasai pasar.
3. Status quo pricing yaitu penetapan harga status quo adalah harga ditetapkan
sesuai dengan harga pesaing.
c. Strategi lokasi dan distribusi
Kegiatan pemasaran yang ketiga adalah penentuan lokasi dan distribusi baik
untuk kantor cabang, kantor pusat, pabrik atau gudang. Penentuan lokasi dan
distribusi sangat penting agar konsumen mudah menjangkau setiap lokasi yang
ada serta mendistribusikan barang dan jasa. Demikian pula sarana dan prasana
harus memberikan rasa nyaman dan aman kepada seluruh konsumennya. Halhal yang perlu dalam pemilihan dan penentuan loaksi adalah pertimbangan
sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR 3 - 17
LAPORAN AKHIR 3 - 19
3. Publisitas.
4. Penjualan pribadi.
Iklan adalah sarana promosi yang digunakan untuk perusahaan guna
menginformasikan,
menarik,dan
mempengaruhi
calon
konsumennya.
pertimbangan
penggunan
media
yang
akan
diapakai
untuk
pelanggan.
Promosi
LAPORAN AKHIR 3 - 20
penjualan dilakukan untuk menarik pelanggan agar segera membeli maka perlu
dibuatkan promosi penjualan yang menarik.
Bagi perusahaan promosi penjualan dapat dilakukan melalui :
1. Pemberian harga khusus atau potongan
tertentu.
2. Pemberian undian kepada setiap pelanggan yang membeli dalam jumlah
tertentu.
3. Pemberian
cendera
mata
serta
kenang-kenangan
lainya
kepada
LAPORAN AKHIR 3 - 21
LAPORAN AKHIR 3 - 22
f.
Pengertian penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan produsen
pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa adalah :
a. Harga barang itu sendiri.
b. Harga barang lain yang memiliki hubungan ( barang pengganti atau barang
pelengkap).
c. Teknologi.
d. Harga input (ongkos produksi).
e. Tujuan perusahaan.
f.
Jumlah permintaan dan penawaran serta jenis barang yang ada di pasar ini dapat
dijadikan dasar untuk mengetahui struktur pasar atas produk atau jasa tersebut.
Dalam praktiknya terdapat berbagai struktur pasar yang ada. Salah satu cara
untuk mengenal struktur pasar adalah dengan melihat jumlah perusahaan yang
ada di dalam industrri yang menawarkan suatu barang dan jasa. Jenis struktur
pasar yang ada dapat dikelompokkan ke dalam :
a. Pasar persaingan sempurna.
b. Pasar persaingan monopolistik.
c. Pasar oligopoli.
d. Pasar monopoli.
3.7.
LAPORAN AKHIR 3 - 23
5. ASITA
6. Perbarindo
7. Kadin
8. IHS
9. PHRI
FGD dilakukan dengan suasana santai dan teratur. Hal ini berguna untuk
membuat peserta FGD lebih tenang dalam menyampaikan berbagai usulan
dan kebutuhan bisnis apa saja yang dapat dilakukan dalam Tower STP. FGD
yang dilakukan mampu menjaring kebutuhan bisnis para pemangku
kepentingan ini sehingga dapat dijadikan landasan pembangunan Tower STP
sehingga aspek ekonomis pembangunan Tower STP dapat dipotret lebih
mendalam. Dalam kegiatan feasibility study ini akan melihat potensi pasar
yang ada dan bagaimana mengarap permintaan pasar ini.
Aspek pasar dan pemasaran atau oleh Gitinger diistilahkan sebagai
aspek komersil merupakan rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh
proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan
dan pelaksanaan proyek. Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam aspek
pasar dan pemasaran terdapat dua sudut pandang yaitu sudut pandang
output dan sudut pandang input.
Aspek pasar dan pemasaran dari sudut pandang output setidaknya mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Apakah terdapat pasar cukup atau permintaan yang cukup untuk produk
yang ditawarkan?
2. Berapa besar porsi (share) keseluruhan pasar yang akan dikuasai
proyek?
3. Apakah tersedia fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh konsumen ?
4. Apakah proyek menghasilkan kualifikasi atau kualitas yang diminta oleh
pasar?
A. Hasil FGD
FGD dengan stakeholder atau pemangku kepentingan dalam hal ini
asosiasi bisnis yang bekerja di Solo sekitarnya telah dilakukan dua kali
yaitu :
1. FGD 1
FGD ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai asosiasi bisnis yang
mempunyai banyak kepentingan bsinis dan mempunyai jangkauan
pasar yang besar bagi produk mereka. FGD kali ini dihadiri oleh
LAPORAN AKHIR 3 - 24
LAPORAN AKHIR 3 - 25
memikirkan
pembangunan
gedung
pertemuan
ini.
LAPORAN AKHIR 3 - 26
minimal
4 kali
dalam
setahun.
Pengunjung
total
lelang,
ruang
perform
serta
ruang
kuliner.
Kadin
LAPORAN AKHIR 3 - 28
acuan
dalam
membangun
Tower
STP.
SCCN
gedung
yang
menampung
banyaknya
calon
PHRI
PHRI mengaku kesulitan mencari MICE yang dapat menampung
8.000 orang. Ada peluang international event yang harusnya bisa
ditangkap oleh Solo. Lokasi kota Solo diuntungkan dengan segitiga
Solo-Jogja-Semarang
karena
menjadi
centernya.
Walaupun
agak
bingung untuk berkegiatan apa. Oleh karena itu Tower STP bisa
diharapkan menjadi salah satu destinasi bagi para tamu hotel.
g. Direktur STP
Secara desain direktur STP menginformasikan bentuk sebelumnya
adalah bunga teratai sehingga menara bisa dibentuk bunga teratai.
LAPORAN AKHIR 3 - 29
dan enggan dolan ke lokasi yang dianggap terlalu jauh dari pusat
kota. Untuk desain bangunan di usulkan bentuk keris atau motif batik.
Dengan demikian usulan ini merupakan dukungan pembangunan
Tower STP. Perbarindo berharap Tower STP dapat dijadikan pusat
pelatihan perbankan sehingga kemampuan para bankir dapat
berkembang. Oleh karena itu Perbarindo setuju dan mendukung
pembangunan Tower STP karena dapat membantu para anggota
Perbarindo. HIS mengungkapkan kebutuhan ruang untuk wisuda
dalam jumlah peserta wisuda yang besar. Oleh karena itu IHS
mendukung menyambut gembira rencana pembangunan Tower STP
yang akan berguna menyediakan ruang wisuda yang lebih luas. PHRI
menganggap kota Solo sebagai pusatnya segitiga Solo Jogja
Semarang. Lebih lanjut PHRI berharap pembangunan Tower STP
jangan sampai hanya bangunan saja tetapi mempunyai roh yang kuat
sehingga lebih mampu melayani kegiatan MICE dalam skala besar
dan nasional bahkan internasional. Direktur STP berpendapat akan
banyak multilplier effect bagi masyarakat sekitar. Bappeda Solo
mempunyai harapan bahwa pembangunan Tower STP ini akan
mendapatkan
Sky
tower
monumental
tetapi
juga
ada
nilai
LAPORAN AKHIR 3 - 31
Tabel III.9
Tingkat pelayanan Yang diHarapkan oleh Calon Tenant
No
Asosiasi
1.
HIPMI
2.
Apkomindo
3.
ASITA
4.
PPGI
5.
Kadin
Komentar
Bangunan Tower STP harus
didukung sarana dan prasarana yang
lengkap
Bangunan Tower STP harus
didukung sarana dan prasarana yang
lengkap
Bangunan Tower STP harus
didukung sarana dan prasarana yang
lengkap
Bangunan Tower STP harus
didukung sarana dan prasarana yang
lengkap
Dari tabel diatas terlihat beberapa layanan yang diharapakan oleh calon
tenant jika mereka menyewa Tower STP untuk kegiatan bisnisnya. Layanan
ini terlihat layanan standar yang mereka dapatkan ketika menyewa space
ruang untuk berbagai kegiatan. Hendaknya pengelola Tower STP melakukan
terobosan layanan sehingga menjadi lebih menarik misalnya program diskon,
program rescheduling, program kemitraan, dan lain sebagainya.
Dalam in depth interview yang dilakukan di Kota Semarang beberapa
perwakilan asosiasi mempunyai pendapat mengenai layanan yang perlu
disediakan oleh Tower STP. Beberapa layanan itu antara lain tercakup dalam
tabel dibawah ini.
LAPORAN AKHIR 3 - 32
Tabel III.10
Tingkat pelayanan Yang diHarapkan oleh Calon Tenant
No
Asosiasi
1.
AEOC
2.
Pengusaha Jasa
Pameran
Komentar
Bangunan Tower STP
harus didukung sarana
dan prasarana yang
lengkap
Harapan layanan juga tidak jauh beda dari asosiasi bisnis di luar Kota Solo.
Mereka menginginkan layanan yang baik sehingga acara yang menjadi
tanggung jawab mereka dapat selesai dengan lancar dan memuaskan para
klien. Tabel diatas terlihat lebih terinci layanan yang diharapakan. Untuk kota
Semarang dan sekitarnya mereka mengaku kekurangan ruang untuk
melakukan kegiatan bisnisnya. Mereka berpendapat gedung yang bagus dan
repersentatif untuk kegiatan MICE di Semarang hanya dua yaitu Mall Ciputra
dan Mall Paragon. Akibatnya harga sewa tiap tahun selalu meningkat dan ini
tidak bagus untuk bisnis mereka.
Kesimpulan Tingkat Pelayanan Yang Diharapkan Calon Pengguna Tower
STP :
1. STP dapat dipakai perhelatan skala nasisonal (aktifitas MICE skala
besar).
2. Adanya fasilitas ATM dan ticketing.
3. Adanya layanan informasi.
LAPORAN AKHIR 3 - 33
MICE
bermunculan,
sehingga tidak dipungkiri industri MICE sebagai industri masa kini yang
banyak diminati oleh para pelaku bisnis.
Kegiatan bisnis MICE telah membuka lapangan kerja baru, tidak hanya
menciptakan tenaga kerja musiman saja, tetapi juga telah menciptakan
pekerjaan yang tetap bagi banyak masyarakat. Indonesia dengan wilayah
yang strategis serta memiliki daya tarik tersendiri bagi warga negara
asing, memberikan peluang bagi tumbuhnya industri MICE. Disisi lain
krisis
ekonomi
yang
menimpa
negara-negara
maju
juga
turut
Association).
Trend
kegiatan
MICE
domestik
juga
LAPORAN AKHIR 3 - 34
Hal ini juga bisa dilihat semakin banyaknya permintaan dukungan dari
berbagai pihak kepada Pemerintah, mulai dari kegiatan bidding, promosi,
delegate boosting, site visit dan memperkaya program pada saat suatu
event MICE diselenggarakan.
Berbagai langkah strategis dalam pembangunan MICE di Indonesia
antara lain dengan Pendekatan Co-Marketing dengan para pelaku
industri. Pendekatan Komunitas, yaitu mendukung penyelenggaraan
kegiatan yang dilakukan oleh berbagai komunitas. Memanfaatkan
prominent
persons/public
figures
sebagai
Ambassador
untuk
LAPORAN AKHIR 3 - 35
e. Infrastruktur
Dalam penyelenggaraan event internasional, dibutuhkan fasilitas
infrastruktur langsung seperti venue meeting dan konvensi yang
berstandar internasional dengan jumlah kapasitas yang memadai serta
terintegrasi dengan hotel dan tempat hiburan. Infrastruktur pendukung
bagi para konsumen untuk menuju ke venue penyelenggaraan sangat
penting. Selain mudah untuk di akses, infrastruktur berstandar
internasional sangat diperlukan diantaranya, bandara yang mampu
menampung pesawat besar dan adanya jalur langsung ke kota
internasional.
f.
g. Bahasa
Untuk mempermudah para konsumen MICE dalam mengikuti agenda
kegiatannya, maka perlu adanya tourism hospitality and MICE staff
yang bisa berbahasa asing. Tergantung dengan asal konsumen MICE
tersebut. Penyedia jasa MICE sudah seharusnya menyediakan
profesional yang mampu berbahasa asing.
aksesibilitas
(penerbangan
langsung),
insentif
bagi
LAPORAN AKHIR 3 - 36
Jumlah
Pertemuan
2.236
1.367
1.098
491
Jumlah Pertemuan
2.026
1.626
1.498
769
649
LAPORAN AKHIR 3 - 37
Tema
Jumlah Pertemuan
597
449
414
Ilmu Sosial
Ekonomi
Manajemen
Transportasi &
Telekomunikasi
Commerce
390
346
atau
IKPI
(Ikatan
Konsultan
Pajak
Indonesia)
yang
LAPORAN AKHIR 3 - 38
organizer dalam arti pantia raker adalah para karyawan selama 10 hari
termasuk 2 meal + 2 coffe break setiap harinya, kegiatan perekrutan
anggota Multi Level Marketing dengan waktu 5 hari akan digabungkan
dengan meal dari restaurant meeting 1 meal + 1 coffe break. Jadi yang
dipasarkan sebagai produk utama adalah aktifitas MICE yang nanti akan
mendorong penjualan semua produk di restauran, gardu pandang, ball
room.
Potensi Aktifitas Retail Marketing MICE difokuskan pada sewa kamar
hotel. Asumsinya kegiatan ini akan meningkatkan penjualan di bidang lain
misal meeting room dan restaurant
Tabel III.13
Tabel perkiraan pendapatan MICE Non Even
No
Bulan
Keterangan
1.
2.
Januari
Februari
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Perkiraan Pendapatan
kenaikan
kenaikan
kenaikan
0%
35%
45%
81.900.000
81.900.000
81.900.000
81.900.000
81.900.000
81.900.000
110.565.000
110.565.000
-
September
bulan non even
Oktober
bulan non even
81.900.000
Nopember
bulan non even
81.900.000
Desember
bulan non even
SUB TOTAL
655.200.000
TOTAL POTENSI PENDAPATAN SETAHUN
221.130.000
118.755.000
118.755.000
237.510.000
1.113.840.000
9.
10.
11.
12.
charge (FOC) dari jumlah kamar yang dipesan, misal pesan 9 kamar
gratis satu. Perhitungan memperlihatkan jumlah Rp 81.900.000 per bulan
dengan estimasi peningkatan permintaan 0 %, 35%, dan 45% . tabel
diatas dapat digunkan untuk benchmark kegiatan pemasaran dan
berpotensi mendapatkan konsumen non even.
2. Aktifitas pemasaran kegiatan MICE dengan even
Aktifitas MICE dengan even adalah aktifitas MICE yang diselenggarakan
oleh asosiasi bisnis yang mengadakan even. Convention hall STP dengan
kapasitas 8.000 orang akan dengan cepat menarik even-even skala
menengah dan besar di Solo. Dalam FGD yang diadakan terlihat potensi
pasar ini cukup besar. Kegiatan meeting akan menjadi hal rutin untuk
organisasi bisnis besar seperti pemilihan calon dekan atau rector PTN
terkenal yang memerlukan jasa EO. Semua kegiatan MICE semacam ini
yang menggunakan jasa EO sebagai panitia pelaksana masuk dalam
kategori ini. Sehingga EO lah yang berhubungan dengan pengelola
gedung.
Berikut perhitungan potensi pengunjung convention hall STP.
Tabel III.14
Tabel Perkiraan Pendapatan MICE Even
No
Bulan
Agenda
Even
Perkiraan Pendapatan
kenaikan 10%
kenaikan 35%
kenaikan 45%
1.
2.
3.
4.
Januari
Februari
Maret
April
12
26
13
7
3.745.912.500
4.597.256.250
4.597.256.250
4.597.256.250
-
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
7
31
14
21
46
50
3.745.912.500
-
4.597.256.250
4.597.256.250
-
4.937.793.750
4.937.793.750
4.937.793.750
11. Nopember
32
12. Desember
2
3.745.912.500
SUB TOTAL
11.237.737.500
TOTAL POTENSI PENDAPATAN SETAHUN
22.986.281.250
4.937.793.750
19.751.175.000
53.975.193.750
tahun.
Dengan adanya
even
ini
potensi peningkatan
LAPORAN AKHIR 3 - 40
Tabel III.15
Kebutuhan Calon Pengguna STP
Menurut Asosiasi Profesi dan Bisnis
No
1.
Asosiasi
HIPMI
2.
Apkomindo
3.
ASITA
4.
PPGI
5.
Kadin
6.
Asmindo
Ruang pameran
Ruang lelang
Ruang perform
Tempat shooping yang murah
Exhibition hall skala nasional
Komentar
Bangunan Tower STP harus
didukung sarana dan prasarana
yang lengkap
LAPORAN AKHIR 3 - 41
No
7.
Asosiasi
Solo Creative
City Network
8.
Perbarindo
9.
IHS
10.
PHRI
11.
Direktur STP
12.
Bappeda Solo
Komentar
Interior dan eksterior ruang yang
menarik dan nyaman
Ruang-ruang Tower STP
sebaiknya memadai untuk
kebutuhan ini
Dari tabel diatas animo dan perhatian asosiasi profesi dan bisnis yang banyak
melakukan kegiatan di Kota Solo cukup besar. Kebutuhan akan ruang
kegiatan yang lebih representative yang diungkapkan dalam kegiatan FGD ini
memperlihatkan potensi yang bagus baik untuk Tower STP dan untuk
pengembangan kota Solo. Potensi ekonomi yang ditimbulkan jika Tower STP
dapat memenuhi harapan peserta FGD akan menguntungkan kota Solo dan
masyarakatnya. Sektor riel di bidang MICE akan lebih maju sehingga kota
Solo menjadi lebih maju. Dibandingkan dengan kota-kota penting lainnya di
Jawa Tengah, kota Solo mempunyai keuntungan secara geografis karena
berada di tengah antara kota Jogjakarta dan Semarang.
Kesimpulan Kebutuhan Calon Tenant :
1. Tersedianya meeting room kapasitas lebih dari 1500
2. Tersedianya alat transportasi (bis, taxi).
3. Tersedianya ruang pameran.
4. Tersedianya ruang lelang.
5. Tersedianya ruang perform.
6. Tersedianya tempat shooping yang murah.
7. Tersedianya ruang wisuda / graduation.
8. Tersedianya ruang kantor one stop service.
LAPORAN AKHIR 3 - 42
dari
1,
jika
perusahaan
tersebut
kondisinya
sangat
lemah
LAPORAN AKHIR 3 - 43
Tabel III.16
Matrik Profil Kompetitif MICE Tower STP Solo
Jec (Jogja)
No
Faktor
Strategis
Bobot
Mcc (Semarang)
Balai Kartini
Jakarta Interntl E
Rating
Bobot
Skor
Rating
Bobot
Skor
Rating
Bobot
Skor
Rating
Bobot
Skor
Rating
Bobot
Skor
Rating
Bobot
Skor
1.
Product
0,3
1,2
0,6
0,9
1,2
1,2
1,2
2.
Price
0,2
0,6
0,4
0,4
0,6
0,6
0,8
3.
Place
0,3
1,2
0,6
0,6
0,9
1,2
1,2
4.
Promotion
0,05
0,15
0,15
0,1
0,15
0,2
0,2
5.
Process
0,05
0,15
0,15
0,1
0,15
0,2
0,2
0,05
0,15
0,1
0,1
0,15
0,2
0,2
0,05
0,1
0,1
0,1
0,15
0,2
0,2
People
Physical
7.
Evidence
TOTAL
6.
1
3,55
Sumber : data primer diolah, 2013
2,1
2,3
3,3
3,8
LAPORAN AKHIR 3 - 44
Dari tabel diatas terlihat bahwa Balai Sidang JCC Jakarta memang
menempati rangking teratas karena memang sudah terkenal dan menjadi
lokasi yang representatif. Faktor strategis terutama product dan place yang
terlihat menonjol. Balai Sidang JCC termasuk skala regional yang sudah
dikenal di luar negeri. Gedung berikutnya adalah Jakarta Internasional Expo
yang menempati peringkat kedua. Faktor price menjadi patokan dalam
penentuan gedung ini. Selanjutnta JEC Jogjakarta menempati rangking
ketiga. JEC Yogyakarta mempunyai Bima Hall yang mampu menampung
3000 sampai 10.000 orang, Yudhistira Hall yang mampu 150 sampai 900
orang, Arjuna Hall dapat menampung 250 sampai 1250 orang. MCC
Semarang secara operasional belum begitu dilirik asosiasi bisnis karena
letaknya di semarang bawah dan harga yang belum kompetitif. Untuk
sementara kegiatan MICE di Semarang masih terpusat di mall yaitu Mall
ciputra dan Mall Paragon. Keduanya dianggap representatif dalam melakukan
kegiatan MICE. Oleh karena itu Tower STP dapat memakai JEC Jogjakarta
sebagai benchmark pengembangan lokasi untuk kebutuhan MICE berbagai
acara skala besar dan nasional di Solo.
Berikut ranking bobot skor untuk masing-masing gedung atau ruang expo
yang dapat dijadikan pegangan dalam menentukan strategi memenangkan
persaingan.
Tabel III.17
Rangking Bobot Skor
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kota
Jakarta
Jakarta
Jakarta
Jogja
Solo
Semarang
Bobot
Skor
4
3,8
3,55
3,3
2,3
2,1
LAPORAN AKHIR 3 - 45
Tabel III. 18
Matrik Profil Kompetitif Hotel Tower STP di Solo
No
Faktor
Strategis
Product
Price
Place
Promotion
Process
People
Physical
7.
Evidence
TOTAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3
2
3
2
2
2
Bobot
Skor
0,6
0,4
0,9
0,2
0,2
0,1
0,05
0,1
Rating
2,5
Kusuma Sahid
Prince Hotel
Bobot
Rating
Skor
4
0,8
3
0,6
4
1,2
3
0,3
2
0,2
2
0,1
2
0,1
3,3
4
3
3
2
2
2
Bobot
Skor
0,8
0,6
0,9
0,2
0,2
0,1
0,1
Rating
2,9
4
3
2
2
2
2
Bobot
Skor
0,8
0,6
0,6
0,2
0,2
0,1
0,1
Rating
2,6
Novotel
4
3
4
2
2
2
Bobot
Skor
0,8
0,6
1,2
0,2
0,2
0,1
0,1
Rating
3,2
Matrik diatas memperlihatkan kemungkinan peta persaingan yang akan terjadi jika hotel di Tower STP dioperasikan. Oleh
karena masih baru sebaiknya hotel Tower STP mencontoh dan menjadikan The Sunan Hotel sebagai pesaing terdekat serta
menjadikkanya lompatan dalam memasuki bisnis perhotelan di Solo. Seiring dengan perkembangan bisnis dan pariwisata di
Solo terdapat banyak hotel baru yang sudah mengajukan ijin membangun di Solo dan di dearh lain seperti di Solo baru
Sukoharjo.
LAPORAN AKHIR 3 - 46
Tabel III. 19
Matrik Profil Kompetitif Rental Office Tower STP Solo
No
Faktor
Strategis
0,3
0,2
0,3
0,05
0,05
0,05
4
2
2
1
1
1
Bobot
Skor
1,2
0,4
0,6
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
Rating
Product
Price
Place
Promotion
Process
People
Physical
7.
Evidence
TOTAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ruko Kawasan
SoloBaru
Sukoharjo
4
2
4
3
3
3
Bobot
Skor
1,2
0,4
1,2
0,15
0,15
0,15
0,15
Rating
2,4
Ruko Kawasan
Strategis (Jln Slamet
Riyadi, Radjiman,
Nonongan,Klewer,dll)
Bobot
Rating
Skor
4
1,2
2
0,4
3
0,9
2
0,1
1
0,05
2
0,1
2
0,1
3,4
2,85
Tabel diatas memperlihatkan posisi rental ofiice Tower STP. Jika dibanding
dengan kawasan lain misalnya kawasan rumah toko atau lokasi bisnis di
berbagai jalan strategis di Solo memang memperlihatkan kondisi persaingan
yang tajam. Produk rental office ini harus berhadapan dengan jenis rumah
toko di berbagai lokasi strategis di Kota Solo. Rumah toko masih dipandang
jauh lebih fleksibel penggunaanya serta mudah didapatkan di tingkat berbagai
tingkat
harga.
Demikian
pula
dilokasi
Sukoharjo
yang
mengalami
perkembangan bisnis sangat pesat di derah Solo Baru. Oleh karena itu untuk
meningkatkan value added
rental
ofiice
perlu
dipersiapakan skema
LAPORAN AKHIR 3 - 47
umum
pengertian
menetapkan
pasar
sasaran
adalah
LAPORAN AKHIR 3 - 48
adalah
untuk
membangun
dan
mengkomunikasikan
Tabel III.20
Segmenting, Targeting dan Positioning Tower STP
Kegiatan
Penentuan
Segmenting
Targeting
Positioning
Keterangan
Kebutuhan asosiasi bisnis dan
professional lainnya akan ruang pamer,
ruang lelang, ruang perfom sampai ke
ruang sidang komisi. Kebutuhan MICE
skala besar mendapat perhatian serius
dari asosiasi binis dan profesional.
Aktifitas MICE skala besar terlihat
mempunyai agenda yang relatif rutin
dalam setiap kegiatan asosiasi bisnis.
LAPORAN AKHIR 3 - 49
Tabel III.21
Kemampuan dan Kemauan Tenant dalam Penggunaan Tower STP
NO
1.
baik
2.
penyewa kantor
(misal perbankan)
baik
3.
instansi (misal
sekolah, MLM, kantor
perbankan)
baik
Character
Kinerja
Pembayaran
Capacity
CH Rp. 25.000/meter
BL Rp. 50.000/orang
Menara Pandang
pakai tiket
Sewa per meter Rp
100.000 dan service
charge per meter Rp
50.000
Sewa per meter Rp
100.000 dan service
charge per meter Rp
50.000
tunai dan
penggunaan
termin
tunai dan
penggunaan
termin
tunai dan
penggunaan
termin
Character untuk tenant Tower STP dapat diartikan kemauan secara moral
untuk melakukan kewajban pembayaran sewa Tower STP. Bisnis tentunya
atas dasar kepercayaan, sedangkan yang mendasari suatu kepercayaan,
yaitu adanya keyakinan dari pihak pengelola STP bahwa calon tenant
memiliki moral, watak dan sifat-sifat pribadi yang positif dan koperatif.
Disamping itu mempunyai tanggung jawab, baik dalam kehidupan pribadi
sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat, maupun dalam
menjalankan usahanya. Karakter merupakan faktor yang dominan, sebab
walaupun calon tenant tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan
kewajibannya, kalau tidak mempunyai itikad yang baik tentu akan membawa
kesulitan bagi pengelola Tower STP dikemudian hari. Walaupun demikian
resiko tenant tidak membayar kewajiban dipandang kecil karena mudah untuk
dikomunikasikan segala sesuatunya.
Capacity untuk tenant Tower STP diartikan merupakan suatu penilaian
kepada calon mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari
kegiatan usaha yang dilakukannya. Jadi jelaslah maksud penilaian dari
terhadap capacity ini untuk menilai sampai sejauh mana hasil usaha yang
LAPORAN AKHIR 3 - 50
Keterangan
1.
2.
Convention Hall
Hotel
3.
Ballroom
4.
Restoran
5.
Gardu Pandang
6.
ICT
7.
Kantor Sewa
representatif
LAPORAN AKHIR 3 - 51
Tabel III.23
Perkiraan Permintaan dan Kebutuhan
Asosiasi Bisnis dan Profesional di Kota Surakarta Terhadap Tower STP
NO
Asosiasi
Perkiraan Permintaan
(Demand)
Aktifitas MICE skala besar
1.
HIPMI
2.
Apkomindo
3.
4.
PPGI (Persatuan
Perusahaan Grafika
Indonesia)
ASITA
5.
Perbarindo
6.
Kadin
7.
IHS
Keterangan
Butuh tempat yang lebih
representatif
Butuh tempat yang lebih
representatif
Pameran mesin grafika
perlu jalan yang bagus
Lingkage dengan kota
Solo sebagai destinasi
wisata
Lingkage dengan
kebutuhan kredit
pengusaha yang
capable
Butuh tempat yang lebih
representatif
Butuh tempat yang lebih
representatif
Dari tabel diatas juga terlihat beberapa kebutuhan calon tenant yang dapat
ditindaklanjuti dalam pembuatan desain dan gedung nantinya. Beberapa
kebutuhan calon tenant yang muncul dari hasil FGD antara lain :
a. Tower STP sebagai tempat kegiatan pameran atau kegiatan MICE skala
besar
Beberapa asosiasi memberikan masukan untuk pemanfaatan STP
nantinya yaitu ruang pameran yang memadai dalam artian skala besar.
Konsep skala besar adalah dapat menampung lebih dari 8.000 orang.
Usulan lain adalah tentang desain interior yang menyarankan untuk
pengaturan pilar yang tinggi sehingga ketika kegiatan pameran yang
memerlukan pemasangan stan dan back drop akan lebih mudah. Untuk
Kota Solo tempat pameran yang dapat menampung lebih dari 8.000 orang
belum ada sehingga menjadi potensi pasar yang baik.
b. Tower STP sebagai tempat wisata belanja baru yang representatif
ASITA sebagai asosiasi yang juga berkiprah di Kota Solo mengajukan
STP dapat menjadi lokasi yang menarik tamu-tamu hotel yang menginap
di Solo lebih dari dua hari dua malam. Bentuk yang paling memungkinan
LAPORAN AKHIR 3 - 52
antara lain adalah sebagi tempat belanja baru. Konsep ini tentunya perlu
di fokuskan pada produk unggulan Solo atau produk bermerek dengan
harga diskon. Keduanya akan dapat menarik penghuni hotel-hotel di Solo
untuk mau diajak mengunjungi STP terutama di malam hari. STP akan
menjadi pilihan tempat wisata belanja baru terjadwal yang dapat
dimasukakan dalam agenda tour leader yang mendampingi para
pelancong yang akan berlibur ke daerah Tawangmangu (misalnya Candi
Sukuh) sampai Sarangan atau yang mau keluar Kota Solo melanjutkan
wisata di daerah Jawa Timur dan Bali.
c. Tower STP sebagai tempat pelatihan berbagai ketrampilan profesi
Kegiatan STP sekarang ini yang menonjol adalah sebagai pusat pelatihan
ketrampilan terutama lulusan SMK dan sederajat. Usulan Pebarindo
antara lain STP dapat menjadi pusat pelatihan profesional bagi beberapa
asosiasi yang berada di Solo sekitarnya. Beberapa asosiasi memang
mensyaratkan
pelatihan
berkelanjutan
bagi
anggotanya
untuk
LAPORAN AKHIR 3 - 53
masing-masing
sesuai
dengan
besaran
satuan
lingkungannya.
Untuk lokasi Solo Technopark di Kecamatan Jebres, termasuk dalam
Bagian Wilayah Kota V (BWK V) yang merupakan wilayah yang berada di
bagian Timur Kota Surakarta.
Selain itu, terdapat pula kawasan strategis lainnya yang akan berkembang
di Kota Surakarta adalah kawasan strategis dari sudut kepentingan ilmu
pengetahuan, yang ditetapkan dengan kriteria:
LAPORAN AKHIR 4 - 1
Potensi Pendidikan
Ketersediaan Sarana Pendidikan (UNS, ISI, STP dan AKBID)
sebagai kawasan pendidikan tinggi dengan tingkat pelayanan
nasional.
Potensi pengembangan Solo Technopark di Kecamatan Jebres.
Potensi Transportasi :
Ketersediaan jaringan jalan raya dan kereta api sebagai sistem
jaringan transportasi.
Ketersediaan sarana transportasi seperti : Stasiun Kereta Api
Jebres, Kargo Pedaringan dan Halte.
b.
c.
LAPORAN AKHIR 4 - 3
di
sekitar
lokasi
pengembangan
Solo
Technopark
Pucangsawit.
Kebijakan
dan
strategi
umum
dalam
Arahan
pengembangan
Kawasan
Pusat
Pendidikan
dan
Penelitian/Teknologi Tinggi;
Pengembangan
pusat
pendidikan
dan
penelitian
atau
Pusat
Pengembangan Technopark
ini
LAPORAN AKHIR 4 - 4
tempat-tempat
khusus
yang
mampu
menampung
LAPORAN AKHIR 4 - 5
b.
kawasan
Solo
Technopark,
kawasan
strategis
untuk
tersebut
dikembangkan
dengan
dilengkapi
sarana
LAPORAN AKHIR 4 - 6
LAPORAN AKHIR 4 - 7
mengoptimalkan
daya
guna
dan
hasil
guna
barang
milik
negara/daerah;
LAPORAN AKHIR 4 - 8
Bangun guna serah dan bangun serah guna barang milik negara/
daerah dapat dilaksanakan dengan persyaratan sebagai berikut (pasal 27):
pengguna
barang
memerlukan
bangunan
dan
fasilitas
bagi
Persyaratan lain bangun guna serah dan bangun serah guna (pasal 29) :
Jangka waktu bangun guna serah dan bangun serah guna paling lama
tiga puluh tahun sejak perjanjian ditandatangani.
Penetapan mitra bangun guna serah dan mitra bangun serah guna
dilaksanakan melalui tender dengan mengikutsertakan sekurangkurangnya lima peserta /peminat.
LAPORAN AKHIR 4 - 9
Mitra bangun guna serah dan mitra bangun serah guna yang telah
ditetapkan, selama jangka waktu pengoperasian harus memenuhi
kewajiban sebagai berikut:
o
Dalam
jangka
waktu
pengoperasian,
sebagian
barang
milik
negara/daerah hasil bangun guna serah dan bangun serah guna harus
dapat digunakan langsung untuk penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi pemerintah.
Izin mendirikan bangunan hasil bangun guna serah dan bangun serah
guna
harus
diatasnamakan
Pemerintah
Republik
Indonesia/
Pemerintah Daerah.
D. Permendagri
No.
17
Tahun
2007
tentang
pedoman
Teknis
milik
daerah
ditetapkan
status
penggunaannya
untuk
LAPORAN AKHIR 4 - 10
Sewa
Barang milik daerah baik barang bergerak maupun tidak bergerak yang
belum dimanfaatkan oleh pemerintah daerah, dapat disewakan kepada
Pihak Ketiga sepanjang menguntungkan daerah.
Barang
milik
daerah
yang
disewakan,
tidak
merubah
status
Jangka waktu pinjam pakai barang milik daerah paling lama 2 (dua)
tahun dan dapat diperpanjang;
pemanfaatan
barang
milik
daerah
dengan
pihak
lain
Pemerintah
Daerah
memerlukan
bangunan
dan
fasilitas
bagi
pemerintahan
daerah
untuk
kepentingan
LAPORAN AKHIR 4 - 12
Geografi
Solo Technopark berada di wilayah Kelurahan Jebres Kecamatan
Jebres Kota Surakarta.
Batas wilayah Solo Technopark adalah berikut ini :
Sebelah utara
kosong
Sebelah timur
Jebres
Sebelah barat
4.1.2.2.
: 320 meter
: 2,1 Km
: 4,2 Km
: 16,1 Km
Topografi
Kondisi topografi lahan Solo Technopark adalah bergelombang
rendah, dan semakin ke arah utara, yaitu mendekati Sungai (Kali
Anyar) lahan semakin rendah. Perbedaan tinggi antara jalan utama
(Jl. Ki Hajar Dewantara) dengan tanah yang paling utara adalah
sekitar 15 meter.
Kondisi lahan saat ini di kawasan Solo Technopark telah berdiri
beberapa bangunan yaitu :
1. Bangunan Under Water Wet Welding
2. Bangunan Teaching Factory
3. Bangunan Research and Development
4. Bangunan Expo Centre (baru setengah jadi)
LAPORAN AKHIR 4 - 13
4.1.2.3.
Vegetasi
Saat ini di kawasan Solo Technopark telah cukup banyak ditemui
vegetasi yang tersebar di seluruh kawasan. Walaupun beberapa dari
vegetasi tersebut masih berumur muda atau belum rimbun. Namun
ke depan diharapkan akan menjadi kawasan yang hijau. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat kondisi vegetasi di kawasan Solo Technopark
pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.1
Kondisi Vegetasi di Kawasan Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 14
Selain itu juga menjadi jalan utama bagi masyarakat yang bermukim di sekitar
kawasan Solo Technopark. Oleh karena itu volume kendaraan disana cukup
padat.
Selain jalan utama, terdapat jalan lokal yang menghubungkan kawasan STP
dengan pusat pemukiman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 4.2
Jalan di sekitar Kawasan Solo Technopark
Ketersediaan air bersih
Pada kawasan Solo Technopark telah tersedia prasarana jaringan air bersih
(PDAM) berupa sumur dalam milik PDAM. Sumur dalam ini tentunya memiliki
area penangkapan air yang cukup besar di dalamnya.
Selain itu berdasarkan pasal 25 RTRW Kota Surakarta diketahui bahwa
terdapat penyediaan air bersih dengan memanfaatkan air baku meliputi:
LAPORAN AKHIR 4 - 15
a. Bagian utara wilayah kota dilayani oleh IPA Jebres dengan kapasitas 50
liter per detik dan Sistem Pengembangan Air Minum Regional melalui IPA
Mojosongo;
b. Bagian tengah wilayah kota dilayani oleh mata air Ingas Cokrotulung
dengan kapasitas 400 liter per detik, IPA Fiber dengan kapasitas 50 liter
per detik dan IPA Jurug dengan kapasitas 200 - 300 liter per detik; dan
c. Bagian selatan wilayah kota dilayani dengan IPA Semanggi dengan
kapasitas 300 liter per detik.
Drainase
Sistem drainase di kawasan Solo Technopark terpadu dalam system drainase
Kota Surakarta. Sistem drainase tersebut meliputi:
a. Sistem drainase perkotaan yang terdiri dari jaringan sungai atau kali dan
saluran primer penuntasan permukiman berfungsi untuk mengalirkan
limpasan air hujan;
b. Jaringan sungai atau kali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sungai bengawan solo, kali jenes, kali anyar, kali gajah putih, kali pepe
hulu, kali pepe hilir, kali wingko, kali brojo, kali boro, kali pelem wulung, dan
kali tanggul; dan
c. Pengaturan mengenai jaringan saluran primer penuntasan permukiman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan melalui peraturan
walikota
serta
perencanaan
Wilayah
Kota
Surakarta
perlu
LAPORAN AKHIR 4 - 16
Joyotakan,
Kelurahan
Kemlayan,
Kelurahan
Kratonan,
LAPORAN AKHIR 4 - 17
dan lain-lain. Fasilitas ini dapat direncanakan pada salah satu bagian Tower STP yang
mudah dijangkau tanpa mengganggu fungsi bangunan utama yang lain seperti
Convention Hall, Hotel, Kantor Sewa. Bahkan fasilitas ini memungkinkan untuk
menjadi bagian menarik dari keseluruhan fungsi yang disediakan. Pola hubungan dari
keseluruhan fungsi bangunan tersebut dapat digambarkan secara ringkas sebagai
berikut:
CONVENTION
HALL
HOTEL
RENTAL
OFFICE
MENARA
PANDANG
RESTAURANT
ICT
HALL/ LOBBY
BERSAMA
DATANG/
PARKIR
HALL
PUBLIC
STP SQUARE
PELATARAN
STP
MASYARAKAT
UMUM
Gambar 4.3.
Pola Hubungan Ruang Antar Fungsi Bangunan Dalam Tower STP
LAPORAN AKHIR 4 - 18
kuliah umum
panel yang yang berupa tanya jawab oleh dua atau lebih kelompok
peserta
2). Pameran
Exhibition center mempunyai kegiatan dalam hal melakukan suatu
pergelaran pameran yang mana memamerkan beberapa bentuk objek
contohnya :
LAPORAN AKHIR 4 - 19
3). Pergelaran
Yaitu kegiatan berupa persembahan yang bersifat menghibur seperti
pergelaran seni, drama, konser, dan lain-lain.
b. Pengguna
Pengguna/ pelaku kegiatan pada Convention Hall di STP Surakarta ini dapat
dikelompokkan antara lain:
Pengunjung:
1.
2.
Materi dari pameran itu sendiri yaitu produk ataupun peralatan yang
ditampilkan
Wedding ceremony
Rapat asosiasi
Company event
LAPORAN AKHIR 4 - 20
Program insentif
Organisasi Internasional
Konser
LAPORAN AKHIR 4 - 21
Perkembangannya
sering
diikuti
dengan
pameran/eksibisi
yang
2.
3.
4.
Gudang
Fasilitas utama MICE yang berupa Convention Hall dan Exhibition hall
akan menempati lahan seluas lebih kurang 14.800 m2, dan direncanakan
akan menampung 8.000 orang.
Tabel IV.1
Analisis Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Convention Hall
Kelompok
Kegiatan
Pemakai
Pameran
Pengunjung
Kegiatan
Mencari Informasi
Mengikuti Pameran
Transaksi
Istirahat
Ibadah
Menerima Produksi
Memamerkan Produk
Kebutuhan Ruang
R. Informasi
R. Pameran
R. Transaksi
Kantin/Toilet
Mushola
Loading Dock
R. Pameran
LAPORAN AKHIR 4 - 22
Kelompok
Kegiatan
Pemakai
Peserta
Perancang Stand
Penyelenggara
Wartawan
Teknisi
Teater/Konser
Pengunjung
Penyelenggara
Peserta
Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Menyimpan Barang
Istirahat
Ibadah
Ganti Pakaian
Menginap
Merancang Stand
Install dan membongkar
stand
Menyimpan Barang
Istirahat
Ibadah
Menginap
Memberi informasi
Operasional
Mencatat keluar masuk
barang
Menyimpan Barang
Penyediaan
Perlengkapan Pameran
Istirahat
Ibadah
Mencari informasi
Meliput kegiatan
Wawancara
Istirahat
Ibadah
Mengontrol Lampu, Tata
Suara, AC
Menyimpan Barang
Istirahat
Ibadah
R Gudang Sewa
Kantin/Toilet
Mushola
R. Ganti
Hotel
R. Kerja
R. Pameran
Mencari Informasi
Membeli tiket
Menonton Konser
Istirahat
Ibadah
Memberi informasi
Mencatat keluar masuk
barang
Menyimpan barang
Menyediakan
perlengkapan panggung
Istirahat
Ibadah
Menungu Manggung
MelakukanPagelaran
Menyimpan Barang
Berhias
Ganti kostum
Istirahat
R.Informasi
R. Tiket
R Pameran/hall
Kantin/Toilet
Mushola
R. Informasi
R Penerimaan Barang
Gudang Sewa
R. Tidur/Kantin/Toilet
Mushola
Hotel
R. Informasi
R. Kantor
R. Penerimaan barang
Gudang
Loading dock
Kantin/Toilet
Mushola
R. Informasi
R. Pameran
R. Press
Kantin/Toilet
Mushola
R. Kontrol
Gudang
Kantin/Toilet
Mushola
Gudang
Loading dock
Kantin/Toilet
Mushola
R. Tunggu
Panggung Theater
Gudang
R. Rias
R. Ganti
Kantin/Toilet
LAPORAN AKHIR 4 - 23
Kelompok
Kegiatan
Pemakai
Wartawan
Teknisi
Perancang
Panggung
KONVENSI
Pembicara
Peserta
Penyelenggara
Wartawan
Teknisi
PERJAMUMAN
PENGUNJUNG
Penyelenggara
Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Ibadah
Menginap
Mencari informasi
Meliput kegiatan
Wawancara
Istirahat
Ibadah
Mengontrol Lampu, Tata
Suara, AC
Menyimpan Barang
Istirahat
Ibadah
Merancang Panggung
Memasang dan bongkar
panggung
Menyimpan Barang
Istirahat
Ibadah
Menginap
Mushola
Hotel
R. informasi
R. theater
R. Press
Kantin/Toilet
Mushola
R. Kontrol
Menungu Pidato
Memberikan Pidato
Menyimpan Barang
Istirahat
Ibadah
Menginap
Menungu Pidato
Mengikuti Konvensi
Istirahat
Ibadah
Menginap
Memberi informasi
Menyimpan barang
Operasional Konvensi
Istirahat
Ibadah
Mencari informasi
Meliput kegiatan
Wawancara
Istirahat
Mengontrol Lampu, Tata
Suara, AC
Menyimpan Barang
Istirahat
Ibadah
R. Tunggu
R. Konferensi
Gudang
Kantin/Toilet
Mushola
Hotel
R. Lobby
R. Konferensi
Kantin/Toilet
Mushola
Hotel
R. Informasi
Gudang
R. Konvensi
Kantin/Toilet
Mushola
R. informasi
R. Konvensi
R. Press
Kantin/Toilet
R. Kontrol
Mencari informasi
Mengikuti kegiatan
Istirahat
Ibadah
Memberi informasi
R. Informasi
R. Konvensi/Resepsi
Kantin/Toilet
Mushola
R. Informasi
Gudang
Kantin/Toilet
Mushola
R. Kerja
Theater
Gudang
Toilet/Kantin
Mushola
Hotel
Gudang
Kantin/Toilet
Mushola
LAPORAN AKHIR 4 - 24
Kelompok
Kegiatan
Pemakai
Peserta
Wartawan
Teknisi
DAPUR
Koki
Pelayan
PENGELOLA
GEDUNG
Direksi
Staff
SERVICE
TeknisI ME
Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Menyimpan barang
Operasional Perjamuan
Istirahat
Ibadah
Menunggu Resepsi
Melakukan Resepsi
Berhias
Ganti kostum
Istirahat
Ibadah
Menginap
Mencari informasi
Meliput kegiatan
Wawancara
Istirahat
Mengontrol Lampu, Tata
Suara, AC
Menyimpan Barang
Istirahat
Ibadah
Gudang
R. Konvensi/Resepsi
Kantin/Toilet
Mushola
Lobby
R. Resepsi
R. Rias
R. Ganti
Kantin/Toilet
Mushola
Hotel
R. informasi
R. Resepsi
R. Press
Kantin/Toilet
R. Kontrol
Menenerima dan
menyimpan barang
Menyediakan menu
Ganti Pakaian
Ibadah
Menerima dan
Menyimpan barang
Mencuci peralatan
Menyiapkan pesanan
Ganti pakaian
Istirahat
Ibadah
Gudang
Bekerja
Menerima Tamu
Rapat
Istirahat
Ibadah
Bekerja
Menerima Tamu
Rapat
Istirahat
Ibadah
R. Direksi
R. Tamu
R. Rapat
R. Direksi/toilet
Mushola
R. Kerja Staff
R. Tamu staff
R. Rapat
Kantin/Toilet
Mushola
Merawat sistem ME
Menjalankan
operasional bangunan
Menyimpan alat
Istirahat
Ibadah
R. Utiitas
R. Kerja Teknisi
Gudang
Kantin/Toilet
Mushola
Dapur
R. Ganti
Mushola
Gudang
R. Cuci
Dapur
R. Ganti
R. Karyawan/Toilet
Mushola
Gudang
Kantin/toilet
Mushola
LAPORAN AKHIR 4 - 25
Kelompok
Kegiatan
Pemakai
PERGUDANGAN
Kepala gudang
Karyawan
Kegiatan
Kebutuhan Ruang
d. Pola Aktivitas
Pelaku aktivitas di Convention Hall Tower STP dapat dibedakan menjadi :
Peserta
Pengelola
pengunjung
Pola
aktivitas
masing-masing
pelaku
(peserta/tamu,
pengunjung,
LAPORAN AKHIR 4 - 26
RESTAURANT
HOTEL
R. PENGELOLA
SECURITY
R. INFORMASI
DATANG/
PARKIR
LOBBY
R. LOBI-LOBI
R. PERENC/
PERSIAPAN
R. CONVENTION
HALL
GUDANG
SEWA
RUANG KONTROL
PRESS ROOM
LOADING
DOCK
R. TUNGGU
LAVATORI
DAPUR/SERVICE
TRUCK/
CONTAINER
: Peserta/PE
: Pengelola
: Pengunjung
Gambar 4.4.
Pola Aktivitas Convention Hall
e. Karakteristik Ruang
Tabel IV.2.
Karakteristik Ruang Convention Hall
Ruang
Karakteristik Kegiatan
Suasana
Entrance
Ramai, bising
Parkir
Mencari tempat
Ramai, non
formal
Lobby, fasilitas
umum
Menunggu, bersosialisasi,
mencari informasi
Pameran
Kegiatan pameran
digunakan jika ada
kegiatan, pengguna
cenderung
bergrerak/dinamis
Non formal,
ramai
Non formal,
ramai, bising
Kriteria Ruangan
Pemisahan yang jelas antara akses
pengunjung dan service/barang
Nyaman, mudah diakses, sirkulasi jelas,
pemisahan antara service dan
pengunjung
Mudah dicapai, sirkulasi jelas, nyaman
Sirkulasi jelas, fleksibel dan menarik,
kenyamanan, pencahayaan yang baik,
bebas pilar, plafon tinggi, keamanan
LAPORAN AKHIR 4 - 27
Ruang
Karakteristik Kegiatan
Konfrensi dan
rapat
teater
pengelola
pergudangan
ultilitas
Suasana
Kriteria Ruangan
Formal, ramai
Non formal,
ramai, bising
Formal, tenang
Semi privat,
bising, ramai
Privat, bising
f.
Persyaratan Ruang
Persyaratan
ruang
dan
kriteria
yang
harus
diperhatikan
dalam
Pembagian ruang
Pembagian ruang yang tepat dapat membantu seberapa banyak
ruangan dapat menampung kegiatan pameran. Penggunaan
dinding geser pada bangunan exhibisi merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan agar ruang pameran dapat fleksibel
menampung kegiatan pameran sehingga dapat menampung
kegiatan pameran yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.
LAPORAN AKHIR 4 - 28
yang
penggunaan
ruangannya
berbentang
lebar
Ketinggian ruang
Ketinggian ruang ditentukan oleh jenis produk yang dipamerkan
dan bentuk stan pameran. Dengan ruang yang tinggi kita dapat
memberikan space pada produk-produk yang memiliki ketinggian
yang cukup dan menjadikan ruang lebih fleksibel dengan
menerapkan desain stan yang bertingkat.
2). Lighting/pencahayaan
Tujuan dari perancangan pencahayaan adalah memberikan suatu
suasana lingkungan yang menyenangkan dan nyaman terhadap
visual. Cahaya yang baik dapat membuat atmospehere dan mood
suatu ruangan menjadi lebih efektif. Banyak pameran yang menjadi
kurang menarik akibat pencahayaan yang tidak didesain sejalan
dengan desain dari pameran.
Menurut
sumbernya
cahaya
dibagi
atas
dua
bagian
yaitu
LAPORAN AKHIR 4 - 29
Hotel
1)
Pengertian
Sebagai fasilitas pendukung MICE diperlukan penginapan yang
memadai yang akan digunakan bagi peserta yang memanfaatkan
Convention Hall. Dengan demikian perlu diperhitungkan kapasitas
hotel yang akan disediakan pada saat event diadakan, hotel-hotel
yang sudah ada di Solo bisa menampung berapa orang, kekurangan
daya tampung itulah yang harus disediakan di lokasi Tower STP.
Kata hotel berasal dari bahasa latin "hostel" yang berarti sebuah
rumah besar yang disewakan kepada masyarakat untuk menginap
dan beristirahat sementara waktu (Dimyati, AS 1992 halaman 30).
Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian
atau seluruh bangunan, untuk menyediakan jasa penginapan, makan
dan minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara
komersial (Kepmenparpostel, 1988)
Hotel adalah sarana yang ditujukan untuk orang-orang yang
melakukan perjalanan jauh yang dikelola secara komersial dengan
dua pelayanan utamanya berupa penginapan berikut makan dan
minumnya (Fred Lawson, 1986 halaman 11)
Hotel adalah sejenis akomodasi yang menyediakan fasilitas dan
pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa jasa lainnya
untuk umum yang tinggal untuk sementara waktu, dan dikelola secara
komersial (Dimyati, AS 1992 halaman 33)
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
hotel adalah bentuk akomodasi beserta kelengkapannya yang
diperuntukkan bagi orang-orang yang melakukan perjalanan jauh.
Kegiatan yang dilakukan pada hotel adalah kegiatan melakukan
istirahat yang melebihi satu hari karena sedang melakukan kegiatan
khususnya di lingkungan STP (konvensi, seminar, pameran, weding
LAPORAN AKHIR 4 - 30
5.000-8.000
orang
tersebut
harus
bisa
disediakan
Hotel Bintang 5
Hotel Bintang 4
Hotel Bintang 3
Hotel Bintang 2
Hotel Bintang 1
Jumlah
Sumber: perhitungan tim, 2013
1 bh
5 bh
5 bh
6 bh
5 bh
26 bh
136 kamar
744 kamar
351 kamar
315 kamar
267 kamar
1.813 kamar
Dengan asumsi jumlah kamar yang tersedia di Kota Solo pada saat
event adalah 1.813 kamar. Kekurangan daya tampung hotel yang
telah ada di Kota Solo dari peserta kegiatan mice adalah sebanyak
861 orang. Asumsi single room butuh 86 kamar, sedangkan double
room butuh 387 kamar. Dengan pertimbangan akan tumbuhnya hotelhotel baru di Kota Solo, maka diperkirakan akan dibutuhkan sebanyak
300 kamar.
2)
Pengguna
Pengguna/ pelaku kegiatan pada Hotel di STP Surakarta ini dapat di
kelompokkan antara lain:
Tamu Hotel:
LAPORAN AKHIR 4 - 31
2.
3.
4.
5.
6.
memerlukan
bagian-bagian
yang
biasa
disebut
maka
lebih
LAPORAN AKHIR 4 - 32
juga
dipergunakan
juga
sebagai
tempat
menginap
bagi
wisatawan/pelancong.
Asumsi perhitungan kebutuhan Hotel :
Daya Tampung maksimal MICE
: 8.000 orang
: 3.200 tamu
: 1.231 kamar
: 123 tamu
: 2.216 0rang
: 861 tamu
: 86 kamar
: 387 kamar
3)
Standar room
: 285 kamar
Suite room
: 14 kamar
President room
: 1 kamar
Tabel IV.3.
Analisis Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Hotel
Kelompok
Kegiatan
Hotel
Pengguna
Pengunjung/tamu
Aktivitas
Datang/Parkir kendaraan
Check in/Out
Menitipkan Barang
Menginap
Meeting
Makan
Renang
Fitness
Bertemu Tamu
Melihat pameran
Kondangan
Seminar
Ibadah
Menjamu rekanan
Kebutuhan Ruang
R. Parkir
Reception/Lobby
Safety Deposit Box
Kamar Hotel
Convention
Restaurant
Kolam Renang
Fitness Center
Lounge/r duduk
Exhibition Hall
Convention Hall
Convention Hall
Mushola
Restoran
Menara pandang
LAPORAN AKHIR 4 - 33
Kelompok
Kegiatan
Pengguna
Aktivitas
Kebutuhan Ruang
Cofee Shop
Mencari informasi
Bekerja
Menerima tamu
Menyimpan barang
Rapat
Parkir kendaraan
Istirahat
Ibadah
ICT
R. Manager
Lounge
Gudang
R. rapat
r. parkir
Kantin/lavatory
Mushola
Accounting
Bekerja
Menerima tamu
Menyimpan
Rapat
Istirahat
Ibadah
Parkir
R. Accounting
Lounge
R. gudang
r. rapat
Kantin/lavatory
Mushola
Tempat parkir
Staff Hotel
Parkir kendaraan
Bekerja
Menikmati Makanan
Istirahat
Ibadah
Rapat
t. Parkir
Front Office
R. Karyawan
Mushola/Lavatory
Mushola
R. Rapat
Staff Pelayanan
Mencuci pakaian
Menyimpan
Menyimpan linen
Ganti pakaian
Menyimpan perlengkapan
Menyiapkan makanan
Mencuci perlengkapan
Istirahat
Ibadah
Berobat ringan
R. pengelola
Gudang
R linen, strika, jahit
Locker dan r ganti
Gudang furniture
Dapur
R cuci perlengkapan
Mushola/lavatory/roomboy
Mushola
poliklinik
Koki
Memasak
Menyimpan
Ganti pakaian
Ibadah
Sajikan makanan
Dapur
Gudang bahan makanan
Locker/ruang ganti
Mushola
Restaurant
Keamanan
Monitor keamanan
Ibadah
Istirahat
Ganti
R . Keamanan
Mushola
Lavatory/r istirahat
Locker/r. Ganti
Manager
LAPORAN AKHIR 4 - 34
Kelompok
Kegiatan
Pengguna
Aktivitas
Service
Kebutuhan Ruang
Pemeliharaan/pemantauan R. ME
R. Genset
R. IPAL
R. sampah
Gudang BBM
Boiler
R. Air Bersih
R Pendingin
4)
Pola Aktivitas
Pola Aktivitas para pelaku di Hotel ini dapat dijelaskan pada diagram
dibawah ini:
FRONT DESK
DATANG/
PARKIR
LOBBY
ADMINISTRASI
FUNCTION
ROOM
KAMAR HOTEL
CONVENTION HALL
RESTAURAN
T
SERVICE
ROOM
LAUNDRY
DAPUR
Keterangan :
: Tamu/pengunjung
: Staf administrasi
: Pengelola
Gambar 4.5.
Pola Aktivitas Hotel
LAPORAN AKHIR 4 - 35
b.
industri,
bangunan/konstruksi,
perdagangan,
LAPORAN AKHIR 4 - 36
kemudahan
pembagian
akomodasi
perusahaanperusahaan
adalah
dan
tata
sering
tertib
timbul
karena
kesulitankesulitan
terdapat
dalam
bermacammacam
dengan
berbagai
pertimbangan,
yang
bertujuan
LAPORAN AKHIR 4 - 37
1. Faktor Ekonomi
a. Analisis kebutuhan ruang kantor
Sebelum membangun sebuah kantor sewa, terlebih dahulu
diawali dengan analisis kebutuhan pasar, termasuk di dalamnya
jenis usaha yang akan diwadahi, kebutuhan ruang, dan harga
sewa ruang-ruang tersebut. Kebutuhan ruang kantor di suatu
wilayah berbeda-beda tergantung perkembangan serta potensipotensi yang ada di wilayah tersebut. Perlu juga dilihat tren
perkembangan usaha di masa yang akan datang pada suatu
wilayah. Hal ini sering kali terkait dengan potensi wilayah
tersebut, baik yang berupa hasil bumi maupun sektor-sektor lain
yang berkembang di suatu wilayah. Seringkali suatu jenis
usaha tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga regional yang
melayani wilayah-wilayah sekitarnya. Oleh karenanya tren jenis
usaha ini juga perlu mempertimbangkan potensi wilayah
regionalnya.
Selain faktor-faktor di atas, perlu juga dilihat kondisi tenaga
kerja di suatu wilayah yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
-
persyaratan
dan
perhitungan
investasi
yang
LAPORAN AKHIR 4 - 38
Commitment fee
rancangan
yang
tepat
sesuai
ditawarkan
kepada
konsumen
sesuai
dengan
bisnis
di
masyarakat,
usaha-usaha
yang
perlu
sesuai
juga
untuk
LAPORAN AKHIR 4 - 39
kantor
sewa
memerlukan
perencanaan
pengembangan
baik
yang
kepemilikan
ruang
dalam
bangunan
ini
bersifat
hal
tersebut,
perlu
direncanakan
berbagai
LAPORAN AKHIR 4 - 40
Jenis kegiatan
Faktor kebutuhan/ekonomi
2) Pengguna
Pengguna/pelaku kegiatan pada Kantor Sewa di STP Surakarta ini
dapat dikelompokkan antara lain:
2.
LAPORAN AKHIR 4 - 41
3.
4.
persediaan
perlengkapan,
arsip,
peralatan
dan
6.
yang
akan
disesuaikan
dengan
bidang-bidang
8.
9.
LAPORAN AKHIR 4 - 42
Tabel IV.4.
Analisis Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Rental Office
Pengguna
Aktivitas
Kebutuhan Ruang
Tenant/Manager
Bekerja
Menerima Tamu
Menyimpan barang
Rapat
Memarkir mobil
Istirahat
Ibadah
Menjamu rekanan
R. Kepala
R. Tamu
Gudang
R. Rapat
R. parkir
Kantin/Toilet
Mushola
Restoran
Menara pandang
Karyawan
Mencari informasi
Bekerja
Menerima tamu
Menyimpan barang
Rapat
Parkir kendaraan
Istirahat
Ibadah
ICT
R Kerja karyawan
R. Tamu
Gudang
R. rapat
R. parkir
Kantin/toilet
Mushola
Pengelola
Memberikan informasi
Bekerja
Menyimpan
Rapat/koordinasi
Layanan kebersihan
Istirahat
Ibadah
Mengawasi keamanan
Monitoring CCTV
Listrik cadangan
Mengatur ME
R. Informasi
R. Pengelola
R. gudang
R. rapat
R. cleaning service
Kantin/toilet
Mushola
R. security
R. monitoring
Genset
Ruang ME
4) Persyaratan
Berdasarkan kelengkapan dan kualitas yang tersedia, kelengkapan
fasilitas dan utilitas pada suatu bangunan kantor sewa merupakan
syarat utama, dan akan memperlancar aktivitas dalam kantor sewa
sesuai fungsinya. Kelengkapan fasilitas utilitas akan menentukan juga
klasifikasi kantor sewa. Fasilitas dan utilitas yang ada pada rental office
antara lain: listrik, air minum, telepon, genset, pemeliharaan gedung,
public toilet, elevator, fire detection, Air Condition, keamanan, Car
Park, cleanning, telex, Utility Room, Bank, Loby dan atau koridor.
LAPORAN AKHIR 4 - 43
Fleksibilitas ruang
Tingkat hunian
Harga sewa
Service charge
Citra/image.
Area penerima/lobby
Unit pengelola
Ruang pertemuan/rapat
Area servis
Sirkulasi
Gudang
Lokasi menjadi peranan penting agar kantor sewa dapat diminati oleh
pihak pasar. Lokasi yang baik akan menunjang fungsi bangunan itu
sendiri. Dalam pemilihan lokasi kantor, terdapat beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli.
LAPORAN AKHIR 4 - 44
Faktor keuangan
Faktor operasional
Faktor karyawan.
5) Pola Aktivitas
Dalam pola aktivitas dibedakan menjadi pelaku pengelola dan pelaku
penyewa rental office tersebut. Pola aktivitas masing-masing pengguna
dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
RUANG-RUANG
SERVICE
RO
PENGELOLA
RO
R. INFORMASI
DATANG/
PARKIR
HALL/LOBBY
RO
RO
SECURITY
CONTROL ROOM
RESTAURANT
HOTEL
RO
Keterangan :
: Penyewa
: Pengelola
Gambar 4.6.
Pola Aktivitas Rental Office
LAPORAN AKHIR 4 - 45
Restoran
Restaurant biasanya tidak lepas dengan keberadaan Hotel. Bahkan
menjadi bagian dari hotel. Tetapi di Tower STP ini restaurant ini tidak
hanya melayani tamu hotel saja, tetapi juga melayani kegiatan Convention
Hall, Kantor sewa, dan kegiatan lain di gedung ini.
Restauran ini kecuali terdapat restauran utama, bisa juga menambah
beberapa resto spesial yang lain, yang memempati area restoran dalam
gedung tersebut. Restoran spesial ini bisa berupa restauran yang
menyediakan masakan Jepang, masakan Korea, maupun masakan China.
Untuk pelaku bisnis, fasilitas ini bisa digunakan tidak hanya untuk makan
secara rutin, akan tetapi bisa juga digunakan untuk menjamu relasi
bisnisnya.
1) Pengguna
Pengguna/pelaku kegiatan pada Restaurant di STP Surakarta ini dapat
dikelompokkan antara lain:
Pengunjung/Tamu
Tamu atau pengunjung restaurant adalah tamu hotel, tamu
pengunjung convention hall, exhibition hall, rental office maupun
tamu yang memang sengaja datang dari luar gedung untuk makan.
Aktivitas
Parkir kendaraan
Memesan makan
Menikmati Makanan
Istirahat
Ibadah
Kebutuhan Ruang
t. Parkir
Lobby
Ruang makan
Toilet
Mushola
LAPORAN AKHIR 4 - 46
Pengguna
Aktivitas
Menikmati pemandangan
Bekerja
Istirahat
Ibadah
Memasak
Menyimpan
Ganti pakaian
Istirahat
Ibadah
Pengelola
Koki
Kebutuhan Ruang
Menara Pandang
r. pengelola
Toilet
Mushola
Dapur
Gudang
Ruang ganti/locker
Mushola
Selain restoran, terdapat pula ruang meeting room yang merupakan fungsi
penunjang bagi hotel. Restaurant dan meeting room direncanakan pada lantai
yang sama yaitu lantai 18 seluas 1.620 m2.
dalam
bangunan
dan
lain-lain.
Perlengkapan
bangunan
LAPORAN AKHIR 4 - 47
1) Up Feed System
Pada Up Feed System (system distribusi ke atas), arah aliran air
direncanakan dengan arah ke atas sehingga sumber/tampungan air
harus berada lebih rendah daripada lubang distribusi. Pada
bangunan bertingkat, biasanya system ini direncanakan dengan
pengambilan air langsung dari sumur/sumber air yang terletak di
bagian bawah (tanah) dengan menggunakan alat bantu pompa.
2) Down Feed System
Down Feed System (sistem distribusi ke bawah) merupakan system
distribusi air bersih dimana aliran air diarahkan ke bawah, biasanya
menggunakan bantuan gaya gravitasi. Pada sistem ini air diambil
dari sumur/sumber air yang biasanya terletak di bawah lalu
ditampung terlebih dahulu di tangki air yang berada di atas,
kemudian didistribusikan ke lubang-lubang distribusi yang letaknya
lebih rendah.
Pada bangunan dengan bentuk tower/menara yang memiliki jumlah
lantai sangat banyak, jaringan sistem distribusi air bersih dapat
direncanakan
dengan
pembagian
zona
untuk
mengantisipasi
LAPORAN AKHIR 4 - 48
Secara umum, jenis zat buangan dari dalam bangunan atau suatu
lingkungan digolongkan menjadi 2, yaitu zat padat dan zat cair. Zat
buangan padat adalah kotoran yang berasal dari kloset yang berupa
tinja, sedangkan zat buangan cair adalah air kotor yang berasal dari
lavatory, urinoir, bak mandi, wastafel dan bak cuci piring.
Berdasarkan klasifikasi zat buangan tersebut, sistem pembunagan air
kotor dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Sistem pembuangan air kotor, adalah sistem pembuangan yang
menyalurkan air kotor dari kamar mandi dan wastafel
2. Sistem pembuangan air hujan, adalah sistem pembuangan khusus
untuk menyalurkan air hujan dari atap gedung dan tempat lainnya
yang dikumpulkan dan dialirkan keluar
3. Sistem pembuangan air khusus, adalah sistem buangan yang
dikhususkan bagi air buangan khusus, yaitu air buangan yang
langsung dimasukkan ke dalam riol kota tanpa proses pengamanan
lebih dahulu. Oleh karena itu, perlu disediakan peralatan khusus
untuk mengolahnya sebelum dibuang ke riol kota
4. Sistem pembuangan air berlemak dari dapur, adalah sistem
pembuangan untuk mengalirkan air kotor yang mengandung lemak,
misalnya air sisa mencuci peralatan memasak di dapur
5. Sistem pembuangan kotoran padat, yaitu sistem pembuangan untuk
mengalirkan kotoran manusia dari kloset yang pada dasarnya terdiri
dari cairan dan zat padat kotoran manusia.
Berdasarkan keragaman jenis zat buangan yang ada, jaringan
pembuangan dalam suatu bangunan dapat dirancang dengan berbagai
cara,
tergantung
dari
cara
pembuangannya.
Menurut
cara
LAPORAN AKHIR 4 - 49
perancangan
bangunan
bertingkat,
peletakan
jaringan
bagi
aktivitas di
dalam
bangunan.
Sistem
ini
dapat
LAPORAN AKHIR 4 - 50
setempat
Pengkondisian udara
refrigerasi tekan
Pengkondisian udara
LAPORAN AKHIR 4 - 51
komersial
merupakan
bangunan
yang
digunakan
oleh
B.
LAPORAN AKHIR 4 - 52
Fire detector
Merupakan
sistem
pendeteksi
bahaya
kebakaran.
Ada
saat
terjadi
kebakaran
akan
menutup
berbagai
LAPORAN AKHIR 4 - 53
D. Perlengkapan
bangunan
yang
berkaitan
dengan
sirkulasi
dan
komunikasi
1) Sistem transportasi dalam bangunan
Sistem transportasi dalam bangunan secara umum dapat dibedakan
pada arah horizontal dan vertikal. Transportasi horizontal pada
bangunan komersial sebagian besar menggunakan sarana transportasi
manual (selasar), sedangkan transportasi vertikal merupakan gabungan
antara sistem transportasi manual (tangga) dan transportasi mekanik.
Pada prinsipnya ada dua macam transportasi vertikal secara mekanik,
yaitu :
a) Elevator atau Lift, merupakan alat transportasi vertikal antar lantai
dalam
bangunan
bertingkat
secara
menerus,
yang
hanya
LAPORAN AKHIR 4 - 54
b) Pengadaan fasilitas
Pengkondisian udara
Penerangan
Sound system
Telepon
LAPORAN AKHIR 4 - 55
Tabel IV.6.
Kebutuhan Ruang
Untuk lahan parkir, selain parkir indoor yang menempati 2 lantai terbawah, juga
terdapat parkir outdoor seluas 3.800 m2. Dari keseluruhan lahan parkir, dapat
menampung 1.000 mobil dan 1.000 motor.
LAPORAN AKHIR 4 - 56
3.
Sedangkan Sistem bangunan pintar (Inteligent Building System) adalah suatu sistem
yang mengintegrasikan empat unsur bangunan secara erat. Sistem bangunan pintar
merupakan suatu konsep yang ada dalam konsep sistem bangunan pintar secara
keseluruhan. Keempat unsur tersebut meliputi :
a)
b)
Tata Penghematan Energi, meliputi tata lampu dan kontrol otomatis dan
pengelolaan kebutuhan energi.
c)
Sistem Keamanan meliputi pengamatan dengan video dan kontrol akses dan
penguncian jarak jauh,
d)
Sistem telekomunikasi yaitu konfirmasi jarak jauh dan penulisan jarak jauh,
e)
LAPORAN AKHIR 4 - 57
Besar kecilnya subsistem dalam integrasi ini bersifat relatif, bergantung kepada
besarnya kebutuhan dan kemampuan.
Sistem Bangunan Pintar ( SPB ) Intelligent Smart Building ( ISB ) adalah perluasan
dari konsep sistem otomasi bangunan dalam mengelola suatu bangunan. Ada
beberapa definisi Sistem Bangunan Pintar yang terus mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Di Amerika Serikat, IBS memberi definisi terhadap SBP sebagai berikut: Intelligent Bulding atau bangunan pintar adalah gedung yang memberikan
lingkungan produktif dan efektif melalui optimasi keempat unsur gedung, yaitu bentuk,
sistem pelayanan, manajemen dan kesalingterkaitan diantara Unsur - unsur tersebut,
bangunan pintar membentuk pemilik gedung, manajer gedung, dan para pengguna
gedung untuk mencapai tujuan mereka dalam cakupan biaya, manajemen energi,
kenyamanan, keamanan, kemampuan pemasaran dan perubahan jangka panjang.
Latar belakang adanya sistem bangunan pintar adalah: 1
1)
2)
Tuntutan pelanggan akan kecanggihan teknologi pada bangunan yaitu dalam hal
pengolahaan informasi, proteksi terhadap keamanan dan keselamatan bangunan
yang akan memberikan rasa aman dan nyaman pada penggunaanya.
3)
Perkembangan
teknologi
yang
mengakibatkan
tuntutan
pelanggan
akan
2. Thermal Control
Membentuk mikro klimat
Hakim, EVALUASI SISTEM BANGUNAN PINTAR PADA PUSAT PERBELANJAAN SENAYAN CITY DI JAKARTA, Arsitron Vol. 1 No. 2 Desember
2010
LAPORAN AKHIR 4 - 58
3. Eco Friendly
Pemilihan material secara tepat
Ilustrasi dari penjelasan di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
LAPORAN AKHIR 4 - 59
Gambar 4.7.
Konsep Green Environment
4.3.2.
Smart Building
Smart Building adalah suatu usaha perancangan arsitektur yang mengacu
pada Eco Architecture. Hal ini merujuk pada Konverensi Eco Architecture I
tahun 2006, yang mengusung topik Harmonisation Between Architecture And
Nature. Yang dikoordinir oleh Wessex Institute of Technology, UK dan
berkolaborasi dengan International Journal of Ecodynamics, antara lain
merumuskan apa yang dimaksud dengan Eco Architecture.
Sementara Smart Building sendiri adalah usaha untuk mewujudkan
bangunan hemat
energi.
bangunan,
adalah
penghawaaan/pendinginan
buatan
dan
LAPORAN AKHIR 4 - 60
pencahayaan sekitar (60%), maka dari itu diupayakan untuk menekan dan
menerimakan proses pemanasan yang masuk kedalam bangunan (heat gain
process) baik secara internal dan eksternal dan memaksimalkan proses
pengeluaran panas dari bangunan (head loss process). Selanjutnya adalah
mengatur
proses
masuknya
cahaya
alami
yang
sekaligus
dapat
pemasukan
cahaya
alami
dan
sekaligus
dalam
proses
Analisa
lingkungan
juga
harus
memperhitungkan
perbandingan antara total luas lantai terhadap luasan tapak (floor area
ratio), dan ketinggian bangunan, hal ini akan berpengaruh pada daerah
yang tertutupi pada bangunan sekitarnya. Bahkan bangunan hijau
mensyaratkan layout desain bangunan (10%), konsumsi dan pengelolaan
air bersih (10 persen), pemenuhan energi listrik (30%), bahan bangunan
LAPORAN AKHIR 4 - 61
B. Pendekatan Teknis
Pendekatan secara teknis, lebih difokuskan pada kemajuan teknologi
dibidan utilitas bangunan. Titik beratnya pada penggunaan teknologi yang
memanfaatkan waktu edar matahari sepanjang hari, kelebihan panas
didaerah tropis ini menjadi potensi tinggi dalam pengolahanya menjadi
energi. Aplikasinya penggunaan teknologi panel surya (photovoltanic
Panel), yaitu sebuah panel, yang ditempatkan di bidang atap (Building
Integrated Photovotaics), yang dapat menjadi bagian dari desain
bangunan itu sendiri. Salah satu banguan yang landasan konsepnya
adalah juga penghematan energi, adalah Eco Mall di Singapore yang
merupakan
Mall
pertama
yang
dirancang
dengan
konsep
Eco
Architecture.
Energi panas yang tersimpan oleh panel surya diubah menjadi energi
listrik yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyalakan alat-alat
elektrikal, pencahayaan buatan dan penghawaan buatan terutama
penggunaan dalam malam hari. Pada siang hari sistem penghawaan dan
pencahayaan lebih difokuskan pada pendekatan alami (natural cooling
and lighting).
Permasalahannya adalah pengadaan panel surya tidak murah. Namun
untuk jangka panjang panel surya ini sangat efektif untuk penghematan
energi.
Sedangakan
pencahayaan
dapat
dikombinasikan
antara
LAPORAN AKHIR 4 - 62
alami.
Permasalahannya
adalah
kontradiktif
dengan
LAPORAN AKHIR 4 - 63
Gambar 4.8.
Konsep Smart Building
LAPORAN AKHIR 4 - 64
Gambar 5.1.
Site Eksisting Solo Technopark
Dari site eksisting di atas, diketahui bahwa di bagian depan kawasan Solo Technopark
apabila dilihat dari Jl. Ki Hajar Dewantoro, telah berdiri beberapa bangunan yang telah
selesai dibangun dan telah difungsikan antara lain gedung Teaching Factory, Gedung
LAPORAN AKHIR 5 - 1
Research and Development, serta gedung welding bawah air. Terdapat bangunan lain
yaitu Solo Expo Center saat ini masih berupa bangunan pondasi, sehingga belum bisa
difungsikan.
5.2. Konsep Rancang Bangun
Gambar 5.2.
Kajian Site Eksisting Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 5 - 2
Gambar 5.3.
Analisa Site Solo Technopark
Solo Technopark merupakan pusat riset teknologi terapan di Kota Surakarta, yang
dibangun dari sinergi dan hubungan yang kokoh antara dunia pendidikan, bisnis dan
pemerintahan (the triple helix model of innovation) serta komunitas masyarakat. Oleh
karena itu solo technopark tower direncanakan tidak mengganggu fungsi utama dari
solo technopark itu sendiri, yaitu merupakan sebuah wadah yang diperuntukkan bagi
pengembangan sumber daya manusia terutama dalam hal teknologi yang berkaitan
dengan dunia industri; bisnis untuk menciptakan tenaga kerja yang handal
LAPORAN AKHIR 5 - 3
Gambar 5.4.
Konsep Skyline dan Fungsi Kawasan Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 5 - 4
Gambar 5.5.
Konsep Penataan Site Kawasan Solo Technopark
Konsep penataan site kawasan Solo Technopark merespon sumbu imajiner kawasan
(garis merah). Main entrance berada di sisi barat sumbu, dan pintu keluar kawasan
berada di sisi timur sumbu.
LAPORAN AKHIR 5 - 5
Gambar 5.6.
Konsep Fasade Solo Technopark Tower
Konsep fasade Solo Technopark Tower terdiri dari gabungan beberapa konsep budaya
setempat, dengan tujuan menjadi icon bagi Kota Solo dan sekitarnya. Bentuk fasade
tersebut merupakan gabungan dari keris, motif batik truntum dan motif kain lurik
seperti terlihat pada gambar di atas.
LAPORAN AKHIR 5 - 6
Gambar 5.7.
Site Plan Solo Technopark
Dari gambar di atas terlihat bahwa jalur kendaraan dibedakan menjadi jalur kendaraan
pribadi dan jalur kendaraan barang.
LAPORAN AKHIR 5 - 7
memilih beberapa kantong parkir yang tersedia antara lain parkir indoor (lantai
1 dan basement) serta parkir outdoor di sisi utara tower.
2). Jalur kendaraan pribadi yang langsung menuju tempat parkir di lantai 1 dan
basement. Jalur ini setelah memasuki main entrance langsung menuju lokasi
parkir indoor melalui jalur di sisi kiri jembatan (bawah) langsung dapat
mengakses parkir indoor di lantai 1. Untuk penumpang dari lokasi parkir dapat
mengakses convention hall melalui tangga dan escalator yang disediakan.
Jalur kendaraan pribadi ini terbagi menjadi kendaraan roda dua dan roda
empat. Jalur kendaraan roda dua dapat masuk dan keluar lokasi parkir indoor
melalui jalan di sisi kanan jembatan. Untuk lebih mencermati detail sirkulasi
dapat dilihat pada denah lantai convention hall pada lampiran.
Pintu keluar dari jalur kendaraan pribadi ini terpisah dari main entrance, berada di
sisi timur main entrance.
Dari gambar di atas diketahui bahwa F (berwarna kuning) merupakan rencana tower
Solo Technopark. Kondisi saat ini bangunan gedung diklat yang berada di belakang
gedung teaching factory belum berupa fisik bangunan, namun telah ada perencanaan
DED (Detail Engineering Design) untuk bangunan di lokasi tersebut.
LAPORAN AKHIR 5 - 8
5.4. Tampak
Dalam menentukan tampak bangunan, sebelumnya diberikan 3 alternatif bentuk
bangunan. Alternatif tersebut yaitu :
1. Alternatif 1
Bentuk bangunan terinspirasi dari bentuk keris yang merupakan masukan dari hasil
FGD. Keris dipandang sebagai salah satu bentuk kearifan lokal Kota Surakarta
yang patut dilestarikan. Tampak bangunan alternatif 1 dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 5.8.
Tampak Tower Solo Technopark Alternatif 1
2. Alternatif 2
Bentuk bangunan alternatif 2 merupakan gabungan dari bentuk gapura dan bentuk
buku, yang mengandung arti Solo Technopark merupakan gerbang menuju ilmu
pengetahuan. Tampak bangunan alternatif 2 dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
LAPORAN AKHIR 5 - 9
Gambar 5.9.
Tampak Tower Solo Technopark Alternatif 2
3. Alternatif 3
Bentuk bangunan alternatif 3 merupakan bentuk regol atau pintu gerbang. Regol
merupakan pintu gerbang yang berbentuk paduraksa yaitu gapura yang memiliki
atap dan daun pintu. Konon regol merupakan pintu gerbang untuk memasuki suatu
tempat yang di anggap sakral, contoh yang diambil disini adalah gerbang baluwarti.
Tampak bangunan alternatif 3 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
LAPORAN AKHIR 5 - 10
Gambar 5.10.
Tampak Tower Solo Technopark Alternatif 3
LAPORAN AKHIR 5 - 11
Gambar 5.11.
Tampak Tower Solo Technopark Terpilih
LAPORAN AKHIR 5 - 12
Gambar tampak di atas memperlihatkan rencana bangunan tower Solo Technopark yang
memperlihatkan fungsi perlantai bangunan, dengan perincian sebagai berikut :
Lantai 1
: parkir
Lantai 2
: convention hall
Lantai 3
Lantai 4
: rental office
Lantai 5
Lantai 6
Lantai 7-19
: hotel
Lantai 20
Lantai 21
: ballroom
RAM JALAN
(NAIK)
MICE
parkir
parkir
Kolam retensi
Gambar 5.12.
Potongan Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 5 - 13
Dari gambar potongan di atas diketahui posisi rencana bangunan Tower Solo
Technopark terhadap kawasan Solo Technopark. Dari gambar terlihat bahwa kontur
kawasan terdapat cekungan dan bukit. Pada masterplan kawasan Solo Technopark
terdapat perencanaan kolam retensi yang posisinya berada di depan bangunan Tower
yang direncanakan (bawah jembatan).
Dari potongan tersebut dapat dilihat pula posisi gedung Research and Development
(RND) yang saat ini telah difungsikan dan gedung Solo Trade & Expo Centre yang
saat ini baru berupa struktur. Pencapaian bangunan tower yang direncanakan, dari
bangunan research and development, melalui jembatan di atas kolam retensi
kemudian langsung menuju convention hall.
Berdasarkan hasil kesepakatan rapat, diperoleh bahwa untuk penyebutan bangunan
selanjutnya adalah solo technopark tower.
5.6. Perspektif
LAPORAN AKHIR 5 - 14
Gambar 5.13.
Perspektif Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 5 - 15
Gambar perspektif tersebut menggambarkan tower solo technopark apabila dilihat dari
bagian depan kawasan, yang membentuk sumbu imajiner dari bagian depan menuju
tower solo technopark melalui jalan dan jembatan.
5.7. Sequence
Sequence menggambarkan urutan rencana bangunan tower solo technopark dilihat
dari berbagai sudut pandang.
Gambar 5.14.
Sequence Tower Solo Technopark (1)
Gambar di atas memperlihatkan tower solo technopark dilihat dari jalan masuk yang
merupakan akses utama di dalam kawasan solo technopark. Untuk menuju tower solo
technopark, dari jalan utama kawasan kemudian melewati jembatan untuk kemudian
langsung menuju tempat parkir.
LAPORAN AKHIR 5 - 16
Gambar 5.15.
Sequence Tower Solo Technopark (2)
Gambar 5.16.
Sequence Tower Solo Technopark (3)
LAPORAN AKHIR 5 - 17
Gambar 5.17.
Sequence Tower Solo Technopark (4)
Gambar 5.18.
Sequence Tower Solo Technopark (5)
LAPORAN AKHIR 5 - 18
Gambar 5.19.
Sequence Tower Solo Technopark (6)
Gambar 5.20.
Sequence Tower Solo Technopark (7)
LAPORAN AKHIR 5 - 19
Gambar 5.21.
Sequence Tower Solo Technopark (8)
Gambar 5.22.
Sequence Tower Solo Technopark (9)
LAPORAN AKHIR 5 - 20
perhitungan
estimasi
biaya,
didapatkan
biaya
sebesar
PEKERJAAN
LOKASI
TAHUN ANGGARAN
SUMBER DANA
:
:
:
:
NO.
I.
II.
BIAYA
( Rp.)
PEKERJAAN
BOBOT
708.223.700.000,00
KONSTRUKSI FISIK
100,00%
708.223.700.000,00
A.
100,00%
A.
0,00
0,00%
B.
0,00
0,00%
C.
0,00
0,00%
0,00
JASA - JASA
708.223.700.000,00
708.223.700.000,00
100,00%
5. Pekerjaan Dinding
Pekerjaan dinding diawali dengan memasang batu bata kemudian dilanjutkan
pekerjaan plesteran. Pekerjaan dinding dilakukan setelah pekerjaan kolom, balok,
dan plat selesai.
Pemasangan pasangan batu bata dilakukan diatas sloof. Pemasangan harus lurus,
tegak, tidak siar dan tidak ada batu bata yang pecah melebihi 5 % dan
pemasangan batu bata maksimal 1 m per hari.
Pekerjaan plester yaitu bagian yang akan diplester disiram dengan air terlebih
dahulu dan plesteran harus menghasilkan bidang yang rata dan sponeng yang
lurus. Semua dinding harus diplester dengan 1pc : 3ps untuk pasangan.
6. Pekerjaan Kusen, Pintu, Dan Jendela
Pekerjaan kayu merupakan pekerjaan kering harus dipisahkan dari pekerjaan
pasangan dan pekerjaan beton yang merupakan pekerjaan basah. Pemisahan ini
untuk memperjelas jenis pekerjaannya dan tidak saling menggaggu pekerjaan dan
pengangkutan material.
7. Pekerjaan Penutup Atap
Pekerjaan penutup atap diawali dengan pemasangan kuda-kuda, kemudian
pemasangan rangka atap, gording, reng, usuk, dan terakhir pemasangan genteng.
8. Pekerjaan Sanitasi
Pekerjaan sanitasi dikerjakan mulai saat atau setelah pemasangan Bouwplank
atau setelah pemasangan plafond dan sebelum pemasangan lantai. Pekerjaan ini
meliputi pembuatan septictank, pemasangan pipa-pipa, pemasangan kloset dan
bak mandi. Pemasangan kloset dan pipa perlu diperhatikan agar semuanya
berfungsi dengan baik dan tidak ada yang bocor.
9. Pekerjaan Keramik
Pekerjaan keramik terdiri dari lantai keramik dan dinding keramik.Bahan lantai
keramik 30 x 30 cm dan keramik 20 x 20 cm. Sedang bahan dinding keramik
adalah keramik 20 x 20 cm. Keramik yang akan dipasang menggunakan spes dan
harus disetujui terlebih dahulu oleh direksi. Pemasangan nat sesuai dengan warna
keramik dan lantai tidak boleh bergelombang.
10. Pekerjaan Instalasi Listrik
Pekerjaan instalasi listrik dikerjakan mulai saat atau setelah pemasangan
Bowplank atau sebelum pemasangan plafond dan sebelum pengecatan dinding.
Pekerjaan ini meliputi pemasangan titik lampu pada tempat yang telah ditentukan
dan pemasangan saklar dan stop kontak. Pemasangan kabel pada dinding
menggunakan pipa sebagai selubung kabel. Penyelesaian dinding sebagai akibat
LAPORAN AKHIR 5 - 22
dari pemasangan saklar perlu diperhatikan dan permukaan dinding harus tetap
rapi.
11. Pekerjaan Kunci Dan Teralis Tangga
Pekerjaan memasang kunci terdiri dari kunci tanam biasa dan kunci tanam kamar
mandi.
12. Pekerjaan Finishing
Setelah semua pekerjaan selesai kemudian mengecat bangunan dan terakhir
merapikan dan membersihkan bangunan kembali.
LAPORAN AKHIR 5 - 23
ANALISIS KEUANGAN
Analisis keuangan diperlukan untuk menghitung perkiraan nilai investasi yang dibutuhkan
untuk membangun Tower Solo Technopark di kota Surakarta, perkiraan biaya pokok dan
biaya operasional serta perkiraan pendapatan yang dapat diperoleh dari perbagai potensi
bisnis yang ditawarkan Tower Solo Technopark Surakarta. Perkiraan nilai investasi, biaya
dan pendapatan selanjutnya akan menjadi acuan bagi perhitungan net cash flow (Proceed)
yang merupakan dasar bagi penentuan tingkat pay back period, Internal Rate of Return
(IRR), Net present value (NPV), serta index profitabilitas (PI) sebagai patokan bagi
penentuan kelayakan aspek financial dari proyek pembangunan Tower Solo Technopark
Surakarta.
6.1.
LAPORAN AKHIR 6 - 1
2.
Pembangunan kamar hotel terdiri dari 300 kamar, yang terbagi dalam 3
kelas yaitu kelas standar, suite dan presiden suite, dengan luasan
bangunan sebesar 19.210 m2. Penentuan jumlah kamar sebesar 300
didasarkan pada pertimbangan besaran investasi, kapasitas bisnis dan
penyediaan fasilitas penginapan bagi 10% peserta dari event-event
akbar yang diadakan di Solo Technopark Tower.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
LAPORAN AKHIR 6 - 2
Harga bangunan:
1.
2.
LAPORAN AKHIR 6 - 3
Tabel 6.1.
Perkiraan Biaya Investasi Bangunan Solo Technopark Tower Surakarta
No.
Uraian Pekerjaan
Volume
Sat.
Koef.
B. Tingkat
Koef.
B. Khusus
Harga/m
Juml. Biaya
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
M
2
M
2
M
2
M
2
M
2
M
2
M
2
M
2
M
2
M
2
M
2
M
1.090
1.120
1.135
1.135
1.135
1.162
1.410
1.584
1.642
1.671
1.671
1.700
1,100
1,100
0,500
1,100
1,100
1,100
1,100
1,100
1,100
0,700
1,100
1,200
3.923.000,00
3.923.000,00
3.923.000,00
3.923.000,00
3.923.000,00
3.923.000,00
3.923.000,00
3.923.000,00
3.923.000,00
3.923.000,00
3.923.000,00
3.923.000,00
133.396.279.720,00
71.530.412.800,00
22.808.469.112,50
9.452.880.415,00
13.297.704.832,50
13.614.037.899,00
116.884.647.330,00
11.073.405.024,00
11.478.870.612,00
2.753.239.860,00
5.155.769.404,50
7.002.555.000,00
418.448.272.009,50
B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Ls
Ls
Ls
Ls
Ls
Ls
Ls
Ls
Ls
Ls
Ls
Ls
Ls
Ls
Ls
Ls
0.650
0.650
0.650
0.650
0.650
0.650
0.650
0.650
0.650
0.650
0.650
0.650
0.650
0.650
0.001
1.000
40.781.507.466,15
32.625.205.972,92
12.234.452.239,85
12.234.452.239,85
32.625.205.972,92
28.547.055.226,31
28.547.055.226,31
8.156.301.493,23
8.156.301.493,23
61.172.261.199,23
4.078.150.746,62
28.547.055.226,31
12.234.452.239,85
61.172.261.199,23
407.815.074.661,50
41.844.827.200,95
27.199.137.680,62
21.759.310.144,49
8.159.741.304,19
8.159.741.304,19
21.759.310.144,49
19.039.396.376,43
19.039.396.376,43
5.439.827.536,12
5.439.827.536,12
40.798.706.520,93
2.719.913.768,06
19.039.396.376,43
8.159.741.304,19
40.798.706.520,93
418.448.272,01
41.844.827.200,95
289.775.428.366,58
10%
8%
3%
3%
8%
7%
7%
2%
2%
15%
1%
7%
3%
15%
1.00
10%
LAPORAN AKHIR 6 - 4
Dari hasil perhitungan maka nilai investasi untuk pembangunan gedung Solo
Technopark Tower Surakarta diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp
708.223.700.376,08.
2.
LAPORAN AKHIR 6 - 5
Jenis Investasi
Perabot Operasional
Mesin dan Peralatan Listrik
Kendaraan
Ratio
1,86%
4,96%
0,80%
jumlah
13.172.960.827,00
35.127.895.538,65
5.665.789.603,01
Jenis Investasi
Bangunan
Mesin dan peralatan listrik
Perabotan operasional
Kendaraan
Pra konstruksi/Perijinan
Total
Jumlah Investasi
708.223.700.376,08
13.172.960.827,00
35.127.895.538,65
5.665.789.603,01
7.082.237.003,76
769.272.583.348,50
6.2.
LAPORAN AKHIR 6 - 6
Sewa Kamar
Qty.
Harga
Potensi
Opp.
285 x
607.438 62.323.138.800 0,53
14 x
896.694
4.519.337.760 0,53
1 x 1.351.240
486.446.400 0,53
Total
33.031.263.564
2.395.249.013
257.816.592
35.684.329.169
Biaya Pokok
Biaya Operasi
Pajak
Rasio
0,30
0,40
0,10
Pendapatan
x 35.684.329.169
x 35.684.329.169
x 35.684.329.169
Total
10.705.298.751
14.273.731.668
3.568.432.917
28.547.463.335
LAPORAN AKHIR 6 - 7
Qty
2.715 x
2.715 x
Harga
100.000
100.000
Potensi
2.443.500.000
2.443.500.000
Opp.
0,30
0,30
Total
733.050.000
733.050.000
0,75
0,75
2.715 x
2.715 x
50.000
50.000
1.221.750.000
1.221.750.000
0,30
0,30
366.525.000
366.525.000
2.199.150.000
Biaya
Operasional
0,30
659.745.000
LAPORAN AKHIR 6 - 8
pendapatan dan biaya dari restaurant dan meeting room dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 6.6.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Restauran dan Meeting Room
Tower Solo Technopark Surakarta
Marketable
0,75
Qty
1.620 x
Biaya
Operasional
0,30
Harga
100.000
Potensi
1.458.000.000
Opp
0,50
Total
729.000.000
218.700.000
6.2.4. Parkir
Kapasitas pasrkir Solo Technopark Tower sebesar 1.000 kendaraan roda
empat dan 1.000 kendaraan roda dua. Tarif parkir yang dibebankan kepada
pengunjung adalah Rp. 3.000 untuk parkir roda empat dan Rp. 1.000 untuk
parkir roda dua. Target opportunity tingkat penjualan adalah 30% dari potensi
pendapatan dalam full capacity. Sedangkan perkiraan tingkat biaya mengacu
pada besaran biaya pokok hotel sebesar 30% dari pendapatan yang diterima.
Hasil perhitungan perkiraan pendapatan dan biaya dari parkir dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 6.7.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Parkir Tower Solo Technopark Surakarta
Jn. Kendaraan
Pendapatan Mobil
Motor
Qty.
1.000
1.000
Biaya
0,3
Harga
3000
1000
Potensi
Opp.
Total
1.080.000.000
360.000.000
0,50
0,50
540.000.000
180.000.000
720.000.000
216.000.000
LAPORAN AKHIR 6 - 9
Tabel 6.8.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Convention Hall Tower Solo Technopark
Surakarta
Qty
Pendapatan
Sewa
Kap.
14.800 8.000
Biaya
Operasional
Harga
15.000
0,3
Potensi
79.920.000.000
Opp.
Total
0,2 19.980.000.000
5.994.000.000
LAPORAN AKHIR 6 - 10
Tabel 6.9.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Shopping Arcade Tower Solo Technopark
Surakarta
Marketable
Pendapatan Sewa
& Service Charge
0,75
Biaya operasional
Qty
1.930
Harga
Potensi
Opp.
75.000
144.750.000
0,60
Total
781.650.000
234.495.000
0,3
Kap.
200
Harga
25.000
0,30
Potensi
1.800.000.000
Opp.
0,25
Total
450.000.000
135.000.000
sebesar Rp. 10.000 per orang. Target opportunity tingkat penjualan adalah
25% dari potensi pendapatan dalam full capacity. Sedangkan perkiraan
tingkat biaya mengacu pada besaran biaya pokok hotel sebesar 30% dari
pendapatan yang diterima. Hasil perhitungan perkiraan pendapatan dan biaya
dari menara pandang dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 6.11.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Menara Pandang
Tower Solo Technopark Surakarta
Marketable
0,5
Qty
Kap.
600 200
Biaya
operasional
0,30
Harga
10.000
Potensi
720.000.000
Opp.
0,25
Total
180.000.000
54.000.000
teknologi
informasi
dan
komunikasi,
Seperti
misalnya
untuk
kepentingan penempatan server. Perkiraan harga jual ruang ICT lebih tinggi
50% dari perkiraan harga jual untuk kantor, karena ketersediaan infrastruktur
khusus bagi pengembangan ICT. Perkiraan space efektif yang bisa
disewakan adalah 75% dari luas bangunan keseluruhan luarsan bangunan
ICT. Target opportunity tingkat penjualan adalah 50% dari potensi pendapatan
dalam full capacity. Sedangkan perkiraan tingkat biaya mengacu pada
besaran biaya pokok hotel sebesar 30% dari pendapatan yang diterima. Hasil
perhitungan perkiraan pendapatan dan biaya dari ICT dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 6.12.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya ICT
Tower Solo Technopark Surakarta
Marketable
0,75
Biaya operasional
Qty
715
Harga
150.000
0,30
Potensi
965.250.000
Opp.
0,50
Total
482.625.000
144.787.500
LAPORAN AKHIR 6 - 12
6.2.10. Ballroom
Luasan banguan ballroom sebesar 875 m2 dengan perkiraan kapasitas 400
orang. Perkiraaan harga sewa ballroom dengan fasilitas yang ada didalamnya
ssebesar Rp. 50.000 per m2. Sedangkan target opportunity tingkat penjualan
adalah 30% dari potensi pendapatan dalam full capasity. Sedangkan
perkiraan tingkat biaya mengacu pada besaran biaya pokok hotel sebesar
30% dari pendapatan yang diterima. Hasil perhitungan perkiraan pendapatan
dan biaya dari ballroom dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 6.13.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Ballroom
Tower Solo Technopark Surakarta
Qty
Pendapatan
Sewa
875
Biaya
operasional
Kap.
400
Harga
Potensi
50.000 15.750.000.000
0,3
Opp.
Total
0,3 4.725.000.000
1.417.500.000
6.3.
Kelayakan Investasi
Analisis kelayakan pembangunan Solo Technopark Tower di Kota Surakarta ini
menggunakan beberapa indikator untuk menilai apakah investasi yang dilakukan
memberikan return yang layak atau tidak. Indikator-indikator tersebut adalah Payback
Period, Net Present Value, Internal Rate Return, dan Profitability Index. Meski secara
konseptual keempat indikator tersebut
dapat
independen, namun dalam model ini keempat indikator tersebut dipakai secara
bersama-sama. Artinya, meskipun misalnya IRR menunjukkan tingkat return yang
memungkinkan investasi bisa diterima, namun jika indikator yang lain menunjukkan
hal yang berbeda, maka investasi secara agregat ditolak. Atau dengan kata lain,
semua indikator harus secara bersama-sama menunjukkan nilai yang yang
memungkinkan investasi dapat diterima.
Untuk menghitung Payback Period, Net Present Value, Internal Rate Return, dan
Profitability Index. maka semua penerimaan (revenue) yang diperkirakan akan
diterima dari aktivitas pembangunan dan pengelolaan Solo Technopark Tower Kota
Surakarta akan dimasukkan dalam model analisis untuk menentukan tingkat
kelayakan investasi, khususnya penerimaan dari unit bisnis hotel, convntion hall,
LAPORAN AKHIR 6 - 13
office rental, shopping arcade, ball room, menara pandang, swimming pool, dan
parkir. Demikian juga dengan pengeluaran. Semua bentuk pengeluaran yang
diperkirakan akan diperlukan untuk aktivitas pengembangan dan pengelolaan Solo
Technopark Tower Kota Surakarta akan digunakan untuk menentukan tingkat
kelayakan investasi, khususnya:
1. Revenue expenditure (expense atau pengeluaran yang digunakan untuk
membiayai
kegiatan
sehari-hari),
yaitu
gaji,
perawatan
gedung
dan
LAPORAN AKHIR 6 - 14
LAPORAN AKHIR 6 - 15
Tabel 6.14.
Kelayakan Investasi Tower Solo Technopark
THN
Pengeluaran
Total Revenue
Investasi
Biaya
Total Biaya
2014
384.636.291.674,25
384.636.291.674,25
(384.636.291.674,25)
2015
13.186.350.833,76
384.636.291.674,25
6.395.687.441,96
391.031.979.116,21
(377.845.628.282,45)
2016
65.931.754.168,80
31.978.437.209,78
31.978.437.209,78
33.953.316.959,02
2017
69.507.690.702,28
33.321.531.572,59
33.321.531.572,59
36.186.159.129,68
2018
73.277.575.087,63
34.721.035.898,64
34.721.035.898,64
38.556.539.188,99
2019
77.251.926.462,69
36.179.319.406,39
36.179.319.406,39
41.072.607.056,30
2020
81.441.834.491,11
38.640.685.092,52
37.698.850.821,46
76.339.535.913,97
5.102.298.577,13
2021
85.858.990.305,96
39.282.202.555,96
39.282.202.555,96
46.576.787.750,00
2022
90.515.719.131,60
40.932.055.063,31
40.932.055.063,31
49.583.664.068,29
2023
95.425.014.674,80
42.651.201.375,97
42.651.201.375,97
52.773.813.298,84
2024
100.600.575.381,25
44.442.551.833,76
44.442.551.833,76
56.158.023.547,50
2025
106.056.842.658,38
43.173.316.774,93
46.309.139.010,77
89.482.455.785,70
16.574.386.872,68
2026
111.809.041.171,35
48.254.122.849,23
48.254.122.849,23
63.554.918.322,13
2027
117.873.221.324,58
50.280.796.008,89
50.280.796.008,89
67.592.425.315,69
2028
124.266.304.047,27
52.392.589.441,27
52.392.589.441,27
71.873.714.606,01
2029
131.006.128.008,05
54.593.078.197,80
54.593.078.197,80
76.413.049.810,25
2030
138.111.499.390,32
38.640.685.092,52
56.885.987.482,11
95.526.672.574,63
42.584.826.815,69
2031
145.602.244.367,29
59.275.198.956,36
59.275.198.956,36
86.327.045.410,94
2032
153.499.264.423,16
61.764.757.312,52
61.764.757.312,52
91.734.507.110,64
2033
161.824.594.674,61
64.358.877.119,65
64.358.877.119,65
97.465.717.554,96
2034
170.601.465.355,63
67.061.949.958,67
67.061.949.958,67
103.539.515.396,96
2035
179.854.366.636,98
43.173.316.774,93
69.878.551.856,94
113.051.868.631,87
66.802.498.005,12
2036
189.609.116.961,33
72.813.451.034,93
72.813.451.034,93
116.795.665.926,40
2037
199.892.935.084,64
75.871.615.978,40
75.871.615.978,40
124.021.319.106,24
2038
210.734.516.024,88
79.058.223.849,49
79.058.223.849,49
131.676.292.175,39
2039
222.164.111.129,98
82.378.669.251,17
82.378.669.251,17
139.785.441.878,81
2040
234.213.612.488,36
38.640.685.092,52
85.838.573.359,72
124.479.258.452,24
109.734.354.036,12
2041
246.916.641.917,71
89.443.793.440,83
89.443.793.440,83
157.472.848.476,89
2042
260.308.644.780,20
93.200.432.765,34
93.200.432.765,34
167.108.212.014,86
2043
274.426.988.885,93
97.114.850.941,49
97.114.850.941,49
177.312.137.944,45
2044
289.311.068.760,67
101.193.674.681,03
101.193.674.681,03
188.117.394.079,64
2045
305.002.415.568,64
105.443.809.017,63
105.443.809.017,63
199.558.606.551,01
Discount Rate
7,00%
Payback Period
11,127
IRR
7,04%
NPV
4.524.355.234,50
PI
2,733808808
Layak
LAPORAN AKHIR 6 - 16
Profitability Index
Hasil analisis terhadap kelayakan pembangunan Solo Technopark Tower Surakarta
di kota Surakarta menunjukkan bahwa :
a. Payback Period
Metode Payback period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu
(periode) pengembalian Investasi sutau proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat
dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed) yag diperoleh setiap tahun. Dari
perhitungan payback period pembangunan dan pengelolaan Solo Technopark
Tower kota Surakarta diperoleh jangka waktu payback period selama 11,127
tahun lebih kecil dari umur investasi yang 30 tahun. Dengan demikian rencana
pembangunan pengelolaan Solo Technopark Tower Kota Surakarta dinyatakan
layak untuk dilaksanakan.
b. NPV
Hasil analisis menunjukkan nilai NPV adalah
Solo
Technopark
Tower
Kota
Surakarta
sebesar
Rp
bahwa
rencana
pembangunan
dan
pengelolaan
Solo
dengan
pengeluaran
(cost)
yang
dibutuhkan.
Hasil
ini
LAPORAN AKHIR 6 - 17
Hasil ini secara agregat, dalam kondisi normal investasi Solo Technopark Tower
dapat dilaksanakan. Indikasi yang kuat untuk dapat dilaksanakannya investasi bisnis
Solo technopark juga dapat dilihat dari opportunity yang termanfaatkan baru sebesar
40,25% dari kapasitas bisnis secara keseluruhan. Artinya masih terdapat 59,75%
opportunity perusahaan untuk mendapatkan profit lebih tinggi dari hasil analisis
kelayakan solo Technopark Tower ini.
6.4.
perekonomian
sedang
lesu
(decline).
Sedangkan
perhitungan
jika
unit bisnis yang lain akan ditentukan setara dengan peningkatan tingkat occupansi
hotel. Hasil analisis terhadap cash flow dapat dilihat dalam tabel berikut:
LAPORAN AKHIR 6 - 19
Tabel 6.15.
Kelayakan Investasi Tower Solo Technopark kondisi perekonomian decline
Pengeluaran
THN
Total Revenue
Investasi
2014
Total Biaya
384.636.291.674,25
(384.636.291.674,25)
Biaya
384.636.291.674,25
2015
9.383.619.435,31
384.636.291.674,25
5.480.322.122,29
390.116.613.796,53
(380.732.994.361,22)
2016
46.918.097.176,55
27.401.610.611,43
27.401.610.611,43
19.516.486.565,12
2017
49.462.791.154,29
28.552.478.257,11
28.552.478.257,11
20.910.312.897,18
2018
52.145.501.544,24
29.751.682.343,91
29.751.682.343,91
22.393.819.200,33
2019
54.973.713.934,15
31.001.253.002,35
31.001.253.002,35
23.972.460.931,79
2020
57.955.319.907,12
38.640.685.092,52
32.303.305.628,45
70.943.990.720,97
(12.988.670.813,85)
2021
61.098.639.061,57
33.660.044.464,85
33.660.044.464,85
27.438.594.596,72
2022
64.412.442.225,47
35.073.766.332,37
35.073.766.332,37
29.338.675.893,10
2023
67.905.975.929,65
36.546.864.518,33
36.546.864.518,33
31.359.111.411,32
2024
71.588.988.208,48
38.081.832.828,10
38.081.832.828,10
33.507.155.380,38
2025
75.471.755.799,86
43.173.316.774,93
39.681.269.806,88
82.854.586.581,81
(7.382.830.781,95)
2026
79.565.112.820,51
41.347.883.138,77
41.347.883.138,77
38.217.229.681,74
2027
83.880.480.996,46
43.084.494.230,60
43.084.494.230,60
40.795.986.765,87
2028
88.429.901.533,24
44.894.042.988,28
44.894.042.988,28
43.535.858.544,96
2029
93.226.068.714,46
46.779.592.793,79
46.779.592.793,79
46.446.475.920,67
2030
98.282.365.322,84
38.640.685.092,52
48.744.335.691,13
87.385.020.783,65
10.897.344.539,19
2031
103.612.899.982,28
50.791.597.790,16
50.791.597.790,16
52.821.302.192,13
2032
109.232.546.525,25
52.924.844.897,34
52.924.844.897,34
56.307.701.627,91
2033
115.156.985.495,35
55.147.688.383,03
55.147.688.383,03
60.009.297.112,31
2034
121.402.747.900,87
57.463.891.295,12
57.463.891.295,12
63.938.856.605,76
2035
127.987.261.341,42
43.173.316.774,93
59.877.374.729,51
103.050.691.504,44
24.936.569.836,98
2036
134.928.898.636,24
62.392.224.468,15
62.392.224.468,15
72.536.674.168,08
2037
142.247.029.090,04
65.012.697.895,82
65.012.697.895,82
77.234.331.194,22
2038
149.962.072.539,35
67.743.231.207,44
67.743.231.207,44
82.218.841.331,91
2039
158.095.556.330,13
70.588.446.918,15
70.588.446.918,15
87.507.109.411,98
2040
166.670.175.385,68
38.640.685.092,52
73.553.161.688,71
112.193.846.781,23
54.476.328.604,45
2041
175.709.855.532,48
76.642.394.479,64
76.642.394.479,64
99.067.461.052,83
2042
185.239.820.260,58
79.861.375.047,79
79.861.375.047,79
105.378.445.212,80
2043
195.286.661.104,96
83.215.552.799,79
83.215.552.799,79
112.071.108.305,17
2044
205.878.411.844,04
86.710.606.017,38
86.710.606.017,38
119.167.805.826,66
2045
217.044.626.722,58
90.352.451.470,11
90.352.451.470,11
126.692.175.252,46
Discount Rate
7,00%
Payback Period
16,144
IRR
3,63%
NPV
(298.242.703.321,44)
PI
1,608086103
Tidak Layak
LAPORAN AKHIR 6 - 20
Tabel 6.16.
Kelayakan Investasi Tower Solo Technopark kondisi perekonomian increase
Pengeluaran
THN
Total Revenue
Investasi
Total Biaya
384.636.291.674,25
(384.636.291.674,25)
Biaya
2014
384.636.291.674,25
2015
19.284.164.380,91
384.636.291.674,25
9.942.276.327,41
394.578.568.001,66
(375.294.403.620,75)
2016
96.420.821.904,54
49.711.381.637,03
49.711.381.637,03
46.709.440.267,51
2017
101.650.392.147,03
51.799.259.665,79
51.799.259.665,79
49.851.132.481,25
2018
107.163.598.272,12
53.974.828.571,75
53.974.828.571,75
53.188.769.700,37
2019
112.975.823.821,88
56.241.771.371,76
56.241.771.371,76
56.734.052.450,11
2020
119.103.286.694,62
38.640.685.092,52
58.603.925.769,38
97.244.610.861,90
21.858.675.832,73
2021
125.563.084.397,84
61.065.290.651,69
61.065.290.651,69
64.497.793.746,15
2022
132.373.241.755,48
63.630.032.859,06
63.630.032.859,06
68.743.208.896,41
2023
139.552.761.202,76
66.302.494.239,14
66.302.494.239,14
73.250.266.963,62
2024
147.121.675.808,84
69.087.198.997,19
69.087.198.997,19
78.034.476.811,65
2025
155.101.105.175,22
43.173.316.774,93
71.988.861.355,07
115.162.178.129,99
39.938.927.045,22
2026
163.513.314.365,94
75.012.393.531,98
75.012.393.531,98
88.500.920.833,95
2027
172.381.776.033,96
78.162.914.060,32
78.162.914.060,32
94.218.861.973,63
2028
181.731.235.917,09
81.445.756.450,86
81.445.756.450,86
100.285.479.466,23
2029
191.587.781.886,22
84.866.478.221,79
84.866.478.221,79
106.721.303.664,42
2030
201.978.916.738,49
38.640.685.092,52
88.430.870.307,11
127.071.555.399,63
74.907.361.338,86
2031
212.933.634.938,59
92.144.966.860,01
92.144.966.860,01
120.788.668.078,58
2032
224.482.503.522,22
96.015.055.468,13
96.015.055.468,13
128.467.448.054,09
2033
236.657.747.387,51
100.047.687.797,79
100.047.687.797,79
136.610.059.589,72
2034
249.493.339.212,46
104.249.690.685,30
104.249.690.685,30
145.243.648.527,16
2035
263.025.094.249,12
43.173.316.774,93
108.628.177.694,08
151.801.494.469,01
111.223.599.780,11
2036
277.290.770.259,18
113.190.561.157,23
113.190.561.157,23
164.100.209.101,95
2037
292.330.172.869,76
117.944.564.725,83
117.944.564.725,83
174.385.608.143,92
2038
308.185.266.643,34
122.898.236.444,32
122.898.236.444,32
185.287.030.199,02
2039
324.900.292.171,83
128.059.962.374,98
128.059.962.374,98
196.840.329.796,85
2040
342.521.889.521,42
38.640.685.092,52
133.438.480.794,73
172.079.165.887,25
170.442.723.634,17
2041
361.099.228.372,74
139.042.896.988,11
139.042.896.988,11
222.056.331.384,63
2042
380.684.145.219,38
144.882.698.661,61
144.882.698.661,61
235.801.446.557,77
2043
401.331.288.007,68
150.967.772.005,40
150.967.772.005,40
250.363.516.002,28
2044
423.098.268.621,30
157.308.418.429,62
157.308.418.429,62
265.789.850.191,68
2045
446.045.823.636,16
163.915.372.003,67
163.915.372.003,67
282.130.451.632,49
Discount Rate
7,00%
Payback Period
9,100
IRR
9,71%
NPV
310.320.225.384,22
PI
3,91848674
Layak
LAPORAN AKHIR 6 - 21
Dari hasil perhitungan cash flow seperti yang terlihat di atas diperoleh nilai IRR untuk
kondisi perekonomian decline sebesar 3,63% dan kondisi perekonomian increase
sebesar 9,71%. Artinya dalam kondisi ekonomi decline investasi Solo technopark
Tower tidak dianjurkan untuk dilakukan, karena menghasilkan tingkat IRR lebih
rendah dari tingkat discount rate sehingga nilai Net present value (NPV) menjadi
negatif sebesar Rp. (298.242.703.321,44). Kondisi ekonomi decline ini mentargetkan
kapasitas terjual hanya 26,84% dari full capacity bisnis Solo Technopark Tower.
Dalam kondisi ekonomi increase investasi Solo Technopark Tower menghasilkan
tingkat IRR sebesar 9,71% dengan tingkat kapasitas terjual hanya 48,99% dari total
kapasitas bisnis Solo Technopark Tower. Angka ini melebihi tingkat discount rate
sebesar 7% dan nilai Net Present Value sebesar Rp. 310.320.225.384,22, artinya
investasi ini layak untuk direalisasi. Melihat fenomena ini maka dari aspek risiko
bisnis, Solo Technopark Tower merupakan bisnis dengan tingkat risiko yang
tergolong tinggi. Tingginya risiko ini sangat terkait dengan bisnis utama yaitu hotel,
mice dan rental space. Gambaran tentang tingkat koefisien risiko yang menunjukkan
tingkat sensitivitas internal bisnis dapat dilihat dalam table berikut:
Tabel 6.17.
Tingkat Sensitivitas Internal Bisnis STP Tower
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
UNIT BISNIS
HOTEL (13 LT)
RENTAL OFFICE
RESTAURAN DAN MEETING ROOM
PARKIR (2LT)
CONVENTION HALL
SHOPPING ARCADE
SWIMMING POOL DAN SPORT CENTER
MENARA PANDANG
ICT
BALLROOM
S*
1,02%
0,11%
0,02%
0,02%
12,12%
0,02%
0,03%
0,01%
0,01%
0,24%
Tabel
sensitivitas
diatas
menunjukkan
tingkat
pengaruh
perubahan
setiap
LAPORAN AKHIR 6 - 22
memberikan tingkat korelasi 80% terhadap tingkat hunian sebuah hotel swasta di
Jakarta. Sedangkan koefisien / slope besaran pengaruh terhadap tingkat hunian hotel
tersebut sebesar 0,6%. Namun data tersebut belum cukup valid sebagai dasar
judgement dalam penelitian ini untuk menjadi benchmark bagi perhitungan
keterkaitan unit-unit bisnis di Solo Technopark Tower. Secara logika awam maka
mice dan tingkat hunian hotel serta penggunaan fasilitas yang lain mempunyai
keterkaitan yang sangat erat, sehingga perlu ada strategi menjual agar kemampuan
untuk diserap oleh pasar semakin tinggi. Apalagi data menunjukkan dari jumlah
pertemuan yang yang terseleggara diseluruh dunia dari tahun 2001 sampai dengan
2010
hampir
70%
mengambil
tempat
penyelenggaraan
di
hotel
dan
LAPORAN AKHIR 6 - 23
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan Kelayakan Tower Solo Technopark antara lain :
1. Dari hasil analisis dalam aspek pasar dan hasil FGD bersama pemangku
kepentingan yang ada di Surakarta, menunjukan bahwa di Kota Surakarta
dibutuhkan sebuah venue untuk mendukung kegiatan MICE (meeting incentive
converence exhibition) dengan daya tampung 8.000 yang dilengkapi dengan
fasilitas pendukung berupa :
1) Hotel minimal bintang 4
2) Kantor sewa (rental office)
3) Menara pandang
4) ICT (Information Communication Technology)
5) Ballroom untuk kegiatan ekslusif
6) Restaurant
2. Agar tower STP mampu menjadi icon baru bagi masyarakat Kota Surakarta dan
sekitarnya maka akan dilengkapi dengan fasilitas publik yang bisa digunakan
secara gratis berupa public space, yang di dalamnya terdapat shopping arcade dan
berbagai permainan anak-anak.
3. Hasil analisis terhadap kelayakan pembangunan Solo Technopark Tower
Surakarta di kota Surakarta menunjukkan tingkat Payback period (PP) sebesar
11,127 dengan tingkat Internal Rate of Return (IRR) sebesar 7,25% dan tingkat Net
present Value (NPV) positif sebesar Rp 4.524.355.234,50 serta profitbility index
sebesar 2,7883 kali, dengan tingkat discount rate 7,00%. Hasil ini secara agregat,
dalam kondisi ekonomi normal, investasi Solo Technopark Tower dapat
dilaksanakan. Indikasi yang kuat untuk dapat dilaksanakannya investasi bisnis Solo
technopark juga dapat dilihat dari tingkat opportunity yang termanfaatkan baru
sebesar 40,25% dari kapasitas bisnis secara keseluruhan. Artinya masih terdapat
59,75% opportunity perusahaan untuk mendapatkan profit lebih tinggi dari hasil
analisis kelayakan solo Technopark Tower ini.
LAPORAN AKHIR 7- 1
4. Dari hasil analisis risiko diperoleh nilai IRR untuk kondisi perekonomian decline
sebesar 3,63% dan kondisi perekonomian increase sebesar 9,71%. Artinya dalam
kondisi ekonomi decline investasi Solo technopark Tower tidak dianjurkan untuk
dilakukan, karena menghasilkan tingkat IRR lebih rendah dari tingkat discount rate
sehingga nilai Net present value (NPV) menjadi negative sebesar Rp.
(298.242.703.321,44). Kondisi ekonomi decline ini mentargetkan kapasitas terjual
hanya 26,84% dari full capacity bisnis Solo technopark Tower. Dalam kondisi
ekonomi increase investasi Solo technopark Tower menghasilkan tingkat IRR
sebesar 9,71% dengan tingkat kapasitas terjual hanya 48,99% dari total kapasitas
bisnis Solo Technopark Tower. Angka ini melebihi tingkat discount rate sebesar 7%
dan nilai Net Present Value sebesar Rp. 310.320.225.384,22, artinya investasi ini
layak untuk direalisasi. Melihat fenomena ini maka dari aspek risiko bisnis, Solo
Technopark Tower merupakan bisnis dengan tingkat risiko yang tergolong tinggi.
Karena rentang besarnya kerugian dan potensi untuk mendapatan keuntungan
sangat lebar.
5. Berdasarkan aspek kebijakan dan regulasi tata ruang, diketahui bahwa
berdasarkan RTRW Kota Surakarta, kawasan Solo Techno Park (STP) merupakan
kawasan strategis ilmu pengetahuan. Berdasarkan RDTRK BWK V Kota Surakarta,
Solo Technopark termasuk dalam BWK V dan termasuk dalam Kawasan Pusat
Pendidikan dan Penelitian/Teknologi Tinggi. Kawasan ini merupakan kawasan
strategis mengingat selain untuk kepentingan teknologi tinggi kawasan ini juga
dapat menjadi embrio pertumbuhan ekonomi.
6. Dari perhitungan kebutuhan ruang diperoleh bangunan 21 lantai plus basement
yang menampung berbagai kegiatan tower solo technopark dengan rincian sebagai
berikut :
LAPORAN AKHIR 7- 2
aspek-aspek
regulasi
dalam
proses
perencanaan
serta
untuk
dapat
mengakomodir
kendaraan
besar
untuk
LAPORAN AKHIR 7- 3
11. Setelah pengelolaan bangunan tower selesai masa pakainya oleh investor, maka
bangunan diserahkan kembali pada Solo Technopark. Pada proses serah terima,
dilaksanakan
pula
proses
transfer
knowledge mengingat
bangunan
solo
LAPORAN AKHIR 7- 4
Tabel Lamp-1
Program Ruang Convention Hall (Convension, Exhibition, Meeting)
kapasitas 8000 orang
NO
I
1
2
3
4
5
6
II
RUANG
KELOMPOK KEGIATAN UMUM
Lobby bersama
R. Informasi
R. Tunggu (2 x 36 )
Lavatory laki-laki 3,7/25 ORANG
Lavatory wanita 3,7/25 ORANG
Press Room
jumlah
sirkulasi 20 %
Total
KAPASITAS
Luas (m2)
1,5
50
3,7
3,7
1,5
160
160
25
1,2
8000
75
24
72
592
592
38
1.393
279
1.671
III
1
2
3
4
5
IV
1
2
3
4
5
6
STANDAR
20
1,5
25
1,5
1
1
2,5
6
33
4
20
10
9.600
1.920
11.520
100
150
100
200
188
738
148
885
33
4
50
60
30
15
192
38
230
36
36
100
Genset
Uniform Room
AHU
Jumlah
Sirkulasi 20%
Total
Jumlah Keseluruhan
100
36
56
364
73
437
14.743
Tabel Lamp-2
Program Ruang Rental Office
NO
I
1
2
3
4
5
II
RUANG
KELOMPOK KEGIATAN UMUM
Lobby
Lounge (ruang duduk)
front office
Lavatory Pria
Lavatory Wanita
jumlah
sirkulasi 20 %
Total
STANDAR
KAPASITAS
Luas (m2)
1,2
1,5
1,2
1,2
1,2
10
20
8
4
6
12
30
10
5
7
64
13
76
18
15
144
72
2.592
1.080
III
1
2
3
4
IV
1
2
3
4
5
V
1
2
3
4
3.672
734
4.406
24
10
24
24
82
16
98
33
8
3
1
1,5
12
12
33
20
12
36
12
113
23
136
30
75
28
NO
5
6
7
8
9
10
RUANG
Lav dan Locker karyawan laki2
Lav dan Locker karyawan wanita
ruang keamanan
ruang pemeliharaan
Gudang furniture
PABX
Jumlah
Sirkulasi 20%
Total
Jumlah Keseluruhan
STANDAR
KAPASITAS
Luas (m2)
1,2
1,2
8
8
0,23
250
10
10
16
75
58
24
325
65
390
5.106
Tabel Lamp-3
Program Ruang Hotel
NO
I
1
2
3
4
5
6
7
8
II
RUANG
KELOMPOK KEGIATAN UMUM
entrance hall (asumsi)
Lobby
Lounge (r. duduk)
front office
Lavatory Pria
Lavatory Wanita
Function Room
Restaurant
jumlah
STANDAR
KAPASITAS
Luas (m2)
36
270
195
150
21
27
480
195
1.374
0,90
0,65
0,50
0,07
0,09
1,60
0,65
300
300
300
300
300
300
300
38
57
96
285
14
1
10.830
826
58
11.714
1
1
4
2,5
0
6
33
24
24
8
20
30
33
24
96
20
180
36
24
413
0,65
0,35
5
1,2
300
300
24
160
195
105
120
192
36
III
1
2
3
4
5
6
7
8
IV
1
2
3
4
5
NO
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
RUANG
ME
Genset
Uniform Room
AHU
Lav dan Locker karyawan laki2
Lav dan Locker karyawan wanita
r. keamanan
r. pemeliharaan
Gudang furniture
gudang umum
r sampah
dapur hotel
r tangki air bersih
r. mesin pendingin
IPAL
PABX
Jumlah
Jumlah (I+II+III+IV)
sirkulasi 20%
Jumlah keseluruhan
STANDAR
KAPASITAS
0,23
0,23
300
300
0
0,18
300
300
0,14
0,47
300
300
Luas (m2)
75
75
36
36
69
69
36
36
54
100
42
141
72
36
1.525
15.026
3.005
18.031
Tabel Lamp-4
Program Ruang Restaurant
NO
I
II
STANDAR
KAPASITAS
Luas (m2)
1,2
1,2
8
4
1,48
1,9
0,65
250
55
250
4
10
5
18
6
24
KELOMPOK UTAMA
1
2
3
4
III
1
2
3
4
IV
RUANG
Restaurant Utama
Restaurant Spesial 3 unit
Coffe Shop
Dapur (40% luas restorant)
jumlah
Sirkulasi 30%
Total
KELOMPOK KEGIATAN PENUNJANG
Service
lavatory
Gudang
Mushola
JUMLAH
SIRKULASI
TOTAL
KELOMPOK KEGIATAN PENGELOLA
Manager
R. Staff
Lavatory
Gudang
Jumlah
Sirkulasi 30%
Total
JUMLAH TOTAL
370
314
163
148
994
298
1.292
24
10
24
24
82
25
107
1
8
1
1
33
1,5
12
24
33
12
12
24
81
24
105
1.528