A. LATAR BELAKANG
Transit Oriented Development (TOD) adalah strategi pembangunan kota yang berkelanjutan
melalui penataan guna lahan berbeda jenis atau campuran dengan merevitalisasi kawasan
lama di sekitar jalur-jalur transportasi utama, seperti jalur kereta api, bus, dan sebagainya.
Model pengembangan kawasan ini dilakukan dengan penataan lahan fungsi hunian,
komersial, dan perkantoran dan dimaksudkan untuk mengurangi kebutuhan pergerakan
transportasi antar kawasan dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Selain
guna lahan beragam, kawasan TOD juga memiliki ciri khas tersedianya fasilitas pejalan kaki
yang nyaman.
Dalam Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta 1/2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi DKI Jakarta 2030, dijelaskan Transit oriented development (TOD) atau
Pembangunan Berorientasi Transit adalah kawasan terpadu dari berbagai kegiatan fungsional
kota dengan fungsi penghubung lokal dan antar lokal. Dalam Perda DKI Jakarta 1/2015
tersebut konsep TOD dijabarkan dalam pengaturan tentang Sistem Pusat Kegiatan. Dalam
Pasal 16 terdapat beberapa kawasan di wilayah DKI Jakarta yang direncanakan
pengembangannya menerapkan konsep TOD, dalam sistem pusat kegiatan primer dan sistem
pusat kegiatan sekunder, yaitu kawasan Dukuh Atas, Manggarai, Harmoni, Senen, Blok M,
dan Grogol. Kawasan-kawasan tersebut direncanakan sebagai stasiun terpadu dan titik
perpindahan beberapa moda transportasi. Dalam Pasal 19 disebutkan sistem prasarana TOD
dikembangkan pada terminal/stasiun antar moda pada pusat-pusat kegiatan, stasiun Angkutan
Jalan Rel, shelter Angkutan Massal Jalan Raya dan terminal angkutan umum jalan raya yang
terintegrasi dengan pengembangan lahan disekitarnya.
Komisi Hukum dan Hubungan Masyarakat (https://id.wikibooks.org/
wiki/Pembenahan_Transportasi_Jakarta/Penataan_Tata_Ruang) memberikan beberapa
rekomendasi terkait rencana pengembangan konsep TOD, sebagai berikut:
1. TOD dibutuhkan untuk mengurangi jumlah dan jarak perjalanan. TOD diharapkan
menjadi pilihan untuk mengubah paradigma menambah jumlah jalan untuk
mengurangi kemacetan lalu lintas;
2. Penerapan TOD harus diikuti dengan pengendalian pemanfaatan ruang yang tegas, di
mana pemanfaatan ruang harus konsiten dengan perencanaan (rencana tata ruang);
dan
3. TOD menjadi tidak efektif jika terjadi perubahan guna lahan yang tidak terkendali
terutama fungsi lahan yang potensial menimbulkan bangkitan lalu lintas seperti
kegiatan perdagangan dan jasa. Dalam konteks Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota
Negara RI, maka visi, misi, dan strategi pembangunannya harus memprioritaskan
kepada kepentingannya sebagai pusat pemerintahan negara.
Jakarta sebagai ibu kota Negara Indonesia berkembang dengan pesat, salah satunya sektor
transportasi umum. Commuter Line telah beroperasi sejak tahun 2008 menghubungkan
beberapa kota, yaitu: Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang, dan Rangkasbitung. Selain
itu, Jakarta juga tengah mempersiapkan Mass Rapid Transit (MRT) yang akan beroperasi
pada tahun 2019. Selain itu, Jakarta juga sedang mempersiapkan Light Rail Transit (LRT)
yang akan beroperasi pada tahun 2018.
Terkait pengembangan sistem transportasi umum di DKI Jakarta, pemerintah kota (Dinas
Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan) telah melakukan kajian terhadap pengembangan
TOD pada beberapa titik. Hal ini sekaligus menjalankan target RPJMD. Dalam mendukung
percepatan pengembangan TOD di DKI Jakarta, perlu dilakukan proyek percontohan pada 2-
3 lokasi yang potensial.
Dalam rangka memulai langkah implementasi pembangunan TOD, sesuai dengan Permen
PPN 4/2015 tentang Panduan Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
(KPBU), diperlukan penyiapan proyek kerjasama investasi, khususnya penyelesaian
dokumen kajian akhir prastudi kelayakan (Final Business Case) dan penyiapan dokumen
lelang.
Pelaksanaan proyek percontohan ini dapat dilakukan pihak pemerintah DKI Jakarta dibantu
oleh tim konsultan untuk efisiensi dan efektivitas pekerjaan. Tim konsultan akan membantu
melaksanakan tinjauan kembali terhadap studi yang telah dilakukan, membantu pemilihan
lokasi potensial dengan mempertimbangkan jalur LRT, serta melakukan penyesuaian dan
pengembangan dokumen hingga menjadi dokumen lelang.
B. LOKASI KEGIATAN
Kegiatan ini akan dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta, khususnya pada jalur LRT. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada jalur LRT Kelapa Gading, Cibubur dan Bekasi pada gambar
berikut:
D. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan ini, secara umum, terdiri dari substansi sebagai berikut:
1. Penyiapan Readiness Report;
2. Kajian Hukum dan Kelembagaan;
3. Kajian Teknis;
4. Kajian Kelayakan Proyek (Analisis Pasar, Ekonomi, Finansial, Risiko);
5. Kajian Lingkungan dan Sosial;
6. Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan Infrastruktur;
7. Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah;
8. Rancangan Dokumen Pengadaan Badan Usaha.
Secara lebih rinci, lingkup kajian masing-masing substansi tersebut disampaikan sebagai
berikut:
1. Identifikasi dan Penilaian Aset Pemerintah yang Dikerjasamakan.
Konsultan melakukan identifikasi dan penilaian aset-aset Pemerintah yang akan
dimanfaatkan untuk proyek Kerjasama. Aset berdasarkan penilaian dari pemilik aset,
kemudian diproyeksikan dengan memperhitungkan penyusutan/peningkatan nilai aset.
2. Evaluasi dan pemutakhiran dokumen-dokumen studi terdahulu yang telah dilakukan
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta, serta dapat
melakukan survei tambahan yang diperlukan.
3. Menyusun laporan kesiapan proyek (Readiness Report) sesuai identifikasi isu
kritis dan review OBC yang dilakukan.
4. Menyusun dokumen Kajian Akhir Prastudi Kelayakan meliputi:
a. Ringkasan Eksekutif
b. Pendahuluan
1. Latar Belakang Proyek
2. Tujuan/Sasaran
E. KELUARAN
1. Dokumen Readiness Report
2. Kajian Akhir Prastudi Kelayakan atau Final Business Case (FBC) rencana
penyelenggaraan pengembangan TOD DKI Jakarta
H. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan ini akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan, dengan jadwal sebagaimana
disajikan padaTabel 1.
Tabel 1.Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
BULAN
No. KEGIATAN KE-
1 2 3 4 5 6
1. Penyusunan Final Business Case
a. Penilaian Aset
b. Evaluasi Dokumen Studi Terdahulu
c. Penyusunan FBC
2. Penyusunan Dokumen Lelang
Investasi
3. Pelaporan
a. Laporan Pendahuluan x
b. Laporan Antara x
c. Konsep Laporan Akhir x
d. Laporan Akhir dan Ringkas x
e. Dokumen Lelang Kerjasama x
5. Presentasi
a. Presentasi Laporan Pendahuluan X
b. Presentasi Laporan Antara x
c. Presentasi Konsep Laporan Akhir x
I. SUMBER PENDANAAN
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBD DKI Jakarta Tahun Anggaran 2017
sebesar Rp 2.505.200.000,- (Dua Miliar Lima Ratus Juta Lima Juta Dua Ratus Ribu
Rupiah).
Kepala Dinas
Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan