Anda di halaman 1dari 19

Mekanisme Kerja Ginjal dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Abednego Tri Novrianto


102013320
abednegonovrianto@yahoo.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi : Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan
Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Oleh karena itu, kelangsungan hidup
dan fungsi normal sel bergantung pada pemeliharaan stabilitas konsentrasi cairan tubuh.
Pengeluaran sisa-sisa metabolik hasil reaksi-reaksi kimia dalam tubuh juga sangat penting
bagi kelangsungan hidup manusia. Ginjal berperan besar dalam mengatur keseimbangan
cairan tubuh baik dalam kehidupan normal sehari-hari, juga pada saat tubuh mengalami
ketidak seimbangan cairan tubuh.

Pembahasan

Struktur Makroskopis Ginjal


Ginjal atau ren terletak retroperitoneal primer, artinya dari awal pembentukan
sampai dewasa tetap menjadi organ viscera retroperitoneal, pada sebelah kiri dan kanan
columna vertebralis.1 Ren sinistra terletak setinggi costa XI atau vertebra lumbal 2-3,
sedangkan ren dextra terletak setinggi costa XII atau vertebra lumbal 3-4. Ren berbentuk
seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm dan tebal 3,5-5 cm dan memiliki dua
polus/extremitas, yaitu extremitas superior dan extremitas inferior. Kedua extremitas superior
ditempati oleh glandula suprarenalis yang dipisahkan dari ren oleh lemak perirenalis. Ren
juga memiliki dua margo, yaitu margo medialis yang berbentuk konkaf dan margo lateralis
yang berbentuk konveks. Pada margo medialis terdapat suatu pintu yang disebut hilus renalis,

dan merupakan tempat masuk/keluarnya pembuluh-pembuluh darah lymphe, saraf dan ureter.
Hilus renalis membuka dalam suatu ruangan yang disebut sinus renalis. Dalam ren dapat
dijumpai dua facies, yaitu facies anterior yang berbentuk cembung dan facies posterior yang
agak datar.1
Ginjal dibungkus oleh tiga pembungkus, yaitu capsula fibrosa yang melekat pada ren
dan mudah dikupas, capsula fibrosa hanya menyelubungi ginjal dan tidak membungkus
glandula suprarenalis. Pembungkus kedua adalah capsula adiposa yang mengandung banyak
lemak dan membungkus ginjal dan glandula suprarenalis. Capsula adiposa di bagian depan
relatif lebih tipis dibandingkan di bagian belakang. Ginjal dipertahankan pada tempatnya oleh
fascia adiposa. Pembungkus yang terakhir adalah fascia renalis (gerota) yang terletak diluar
capsula fibrosa dan terdiri dari 2 lembar yaitu fascia prerenalis dibagian depan ginjal dan
fascia retrorenalis dibagian belakang ginjal. Kedua lembar fascia renalis ke caudal tetap
terpisah, sedangkan ke cranial bersatu, sehingga kantong ginjal terbuka ke bawah, oleh
karena itu sering terjadi ascending infection.1
Ginjal terbagi menjadi 2 bagian, yaitu cortex renalis dan medulla renalis. Cortex
renalis terdiri dari glomerulus dan pembuluh darah. Di dalam glomerulus, darah disaring dan
disalurkan ke dalam medulla. Pada medulla renalis dapat dijumpai papilla renalis sesuai
ujung ginjal yang berbentuk segitiga, yang disebut pyramid renalis (malphigi). Di antara
pyramid-pyramid terdapat collumna renalis (Bertini). Saluran-saluran yang menembus papilla
disebut ductuli papilares (Bellini), tempat tembusnya berupa ayakan yang disebut area
cribiformis. Papilla renalis menonjol ke dalam calix minor. Beberapa calix minor (2-4)
membentuk calix major. Beberapa calix major bergabung menjadi pyelum atau pelvis renis,
kemudian menjadi ureter. Ruangan tempat calix disebut sinus renalis.1

Gambar 1. Struktur Ginjal

Perdarahan Ginjal
Ginjal diperdarahi oleh a. renalis. Perjalanan vaskularisasi ginjal dimulai dari arteri
renalis yang dipercabangkan dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbal 1-2. Arteri
renalis berjalan di antara lobus ginjal dan bercabang lagi menjadi a. interlobaris. Arteri
interlobaris pada perbatasan cortex dan medulla akan bercabang menjadi arcuata yang akan
mengelilingi cortex dan medulla, sehingga disebut a. arciformis. Arteri arcuata (a. arciformis)
berjalan pada basis pyramid dan mempercabangkan a. interlobularis dan berjalan sampai tepi
ginjal (cortex). Pembuluh balik pada ren mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebagai
kapiler dan kemudian berkumpul ke dalam v. interlobularis. Dari v. interlobularis menuju v.
arcuata, ke v. interlobaris lalu ke v. renalis dan akhirnya ke v. cava inferior.1

Gambar 2. Vaskularisasi Ginjal


Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit fungsional mikroskopik yang dikenal
sebagai nefron, yang disatukan oleh jaringan ikat. Ingatlah bahwa unit fungsional adalah unit
terkecil di dalam suatu organ yang mampu melaksanakan semua fungsi organ tersebut.
Karena fungsi utama ginjal adalah menghasilkan urin dan dalam pelaksanaannya
mempertahankan stabititas komposisi CES, maka nefron adalah unit terkecil yang mampu
membentuk urin.2 Setiap nefron terdiri dari komponen vaskular dan komponen tubular, dan
keduanya berkaitan erat secara struktural dan fungsional. Bagian dominan komponen
vaskular nefron adalah glomerulus, suatu kuntum kapiler berbentuk bola tempat filtrasi
sebagian air dan zat terlarut dari darah yang melewatinya. Ketika masuk ke ginjal, arteri
renalis bercabang-cabang hingga akhirnya membentuk banyak pembuluh halus yang dikenal

sebagai arteriol afferen. Setiap nefron mendapat satu arteriol afferen ini. Arteriol afferen
mengalirkan darah ke glomerulus. Kapiler-kapiler glomerulus kembali menyatu untuk
membentuk arteriol lain, arteriol efferen, yang dilalui oleh darah yang tidak terfiltrasi untuk
meninggalkan glomerulus menuju komponen tubular. Arteriol efferen segera bercabangcabang menjadi set kapiler kedua, kapiler peritubulus, yang memasok darah ke jaringan ginjal
dan penting dalam pertukaran antara sistem tubulus dan darah sewaktu perubahan cairan
filtrasi menjadi urin. Kapiler-kapiler peritubulus menyatu membentuk venula yang akhirnya
mengalirkan isisnya ke vena renalis, yaitu saluran bagi darah untuk meninggalkan ginjal. 2
Komponen tubular nefron adalah suatu tabung berongga berisi cairan yang dibentuk oleh satu
lapisan sel epitel. Komponen tubulus berawal dari kapsul Bowman, suatu invaginasi
berdinding rangkap yang melingkupi glomerulus untuk mengumpulkan cairan dari kapiler
glomerulus. Dari kapsul Bowman, cairan yang difiltrasi mengalir ke dalam tubulus
proksimal, yang seluruhnya terletak di dalam korteks dan membentuk gulungan-gulungan
rapat sepanjang perjalanannya. Segmen berikutnya, ansa Henle (lengkung Henle),
membentuk lengkung berbentuk U tajam yang masuk ke dalam medula ginjal. Pars
desendens ansa henle masuk dari korteks ke dalam medula; pars ascendens berjalan balik ke
korteks. Pars ascendens kembali ke regio glomerulusnya sendiri, tempat saluran ini berjalan
melewati garpu yang dibentuk oleh arteriol afferen dan efferen. Sel-sel tubulus dan vaskular
di pars desendens ansa henle masuk dari korteks ke dalam medula; pars ascendens berjalan
balik ke korteks. Pars ascendens kembali ke regio glomerulusnya sendiri, tempat saluran ini
berjalan melewati garpu yang dibentuk oleh arteriol afferen dan efferen. Sel-sel tubulus dan
vaskular di titik ini mengalami spesialisasi untuk membentuk aparatus jukstaglomerulus,
suatu struktur yang terletak di samping glomerulus. Regio kusus ini berperan penting dalam
mengatur fungsi ginjal. Setelah aparatus jukstaglomerular, tubulus kembali membentuk
kumparan erat menjadi tubulus distal, yang juga seluruhnya berada di korteks. Tubulus distal
mengalirkan isinya ke dalam duktus atau tubulus koligentes, dengan masing-masing
menerima cairan dari hingga delapan nefron berbeda setiap duktus koligentes berjalan ke
dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (sekarang berubah menjadi urin) ke dalam
pelvis ginjal.2

Struktur Mikroskopik Ginjal


Medulla

Medula pada ginjal yang dibentuk dari struktur piramidal yang dikenal sebagai
piramida ginjal. Medula terletak di dekat sisi cekung ginjal. Puncak piramida dikenal sebagai
papilla. Papilla memenuhi kelopak, sebuah cabang dari pelvis ginjal. Basal bagian dari
struktur piramida memanjang dan memperluas saat mereka tumbuh menuju korteks. Ruang
antara piramida ginjal dikenal sebagai kolom ginjal.4
Korteks
Korteks ginjal yang terdiri dari dua jenis jaringan, sinar meduler dan labirin Ludwig
atau substansi kortikal proper. Sinar meduler, juga dikenal sebagai Henle Berbentuk
silinder dan selaras sejajar satu sama lain. Sinar meduler adalah ekstensi struktur piramidal,
sedangkan substansi yang tepat kortikal diselingi antara mereka. Labirin Ludwig berisi
struktur kecil yang dikenal sebagai glomeruli atau Malphigi tubulus. Ruang antara korteks
dan medula mengandung pembuluh darah yang merupakan bentuk Arkade. Pembuluh darah
ini berjalan sejajar dengan permukaan korteks.4
Pelvis Ginjal atau Arteri
Arteri ginjal memasuki sisi cekung ginjal melalui hilus. Cabang renal pelvis keluar
ketika bergerak menuju bagian kortikal pada ginjal. Cabang arteri di sudut kanan atau dengan
cara yang miring. Cabang-cabang di dasar pelvis ginjal dikenal sebagai kelopak utama,
sedangkan, yang lebih kecil dengan diameter dan jauh dari itu, adalah kelopak kecil.4
Jaringan ikat
Bahan hadir antara bagian utama dari ginjal yang dibentuk dari pembuluh darah,
stroma dan tubulus pengumpul. Bagian-bagian dari ginjal tampak lebih seperti zat koloid
sama sekali.4
Tubulus ginjal
Tubulus ginjal adalah tabung kecil yang memiliki diameter 0.2mm. Tabung baik
mengikuti lintasan lurus atau memelintir di sekitar mereka. Setiap tubulus ginjal berasal dari
struktur seperti kantung hadir di sekitar glomerulus. Struktur ini dikenal sebagai kapsul
Bowman.4

Nefron
Nefron adalah unit penting dari ginjal yang menyaring darah untuk mengontrol dan
mengatur konsentrasi zat, seperti air dan garam natrium. Tubulus ginjal dalam nefron
mengeluarkan bahan limbah, sementara sel-sel ginjal (dalam nefron) menyerap zat yang
diperlukan. Nefron mengatur tekanan darah dan volume darah. Mereka dikendalikan oleh
sistem endokrin. Hormon-hormon seperti aldosteron, hormon paratiroid dan antidiuretik
membantu hormon dalam regulasi fungsi nefron. Nefron kortikal dan nefron juxtamedullary
adalah dua jenis nefron. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas
glomelurus, tubulus kontortus proximal, tubulus kontortus distal dan duktus koligentes.5

Gambar 3. Nefron
Korpus malphigi
Korpus Malphigi terdiri atas glomerulus dan kapsula Bowman. Lapisan dalam kapsul
ini menyelubungi kapiler glomerulus disebut lapisan visceral. Lapisan luar membentuk batas
luar korpuskel renalis dan disebut lapisan parietal kapsula Bowman. Antara kedua lapis ini
terdapat ruang urinarius yang menampung cairan yang disaring melalui dinding kapiler dan
lapisan visceral. Setiap korpuskel ginjal memiliki kutub vascular tempat masuknya arteriol
aferen dan keluarnya arteriol eferen, dan memiliki kutub urinarius, tempat tubulus kontortus
proksimal berasal.5

Lapisan parietal kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng yang ditunjang
lamina basalis dan selapis tipis serat retikulin. Pada kutub urinarius epitelnya berubah
menjadi selapis kuboid atau silindris rendah.5

Gambar 4. Korpus Malphigi


Sel-sel lapisan visceral disebut podosit. Di antara sel-sel endotel bertingkap dan
kapiler glomerulus dan podosit yang menutup permukaan luarnya, terdapat membrane basal
yang tebal. Lapisan ini berupa sawar filtrasi yang memisahkan darah dalam kapiler dari ruang
urinarius. Dengan bantuan mikroskop electron dapat dibedakan lapisan tengah yang padat
electron (lamina densa) dan lapisan electron yang lebih lusen pada masing-masing sisi
(lamina rara). Selain sel endotel dan podosit, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial
yang melekat pada dindingnya.5

Gambar 5. Macula Densa

Gambar 6. Sel Podosit


Tubulus-tubulus nefron yang terdapat pada korteks antara lain tubulus kontortus
proksimal dan tubulus kontortus distal. Tubulus kontortus proksimal berukuran lebih besar
dengan inti sel epitelnya tersusun berjarak. Tubulus ini memiliki banyak mikrovili pada
lumennya yang membentuk brush border. Tubulus kontortus distal memiliki bentuk yang
lebih bulat dengan inti sel epitelnya tersusun rapat yang terkadang akan membentuk suatu
bentukan yang disebut macula densa pada apparatus juxtaglomerular.5

Gambar 7. Tubulus Kontortus Proksimal


Pada bagian medulla dapat ditemui ansa Henle segmen tipis, ansa Henle segmen tebal
pars asendens, ansa Henle segmen tebal pars desendens, dan duktus koligens.5

Gambar 8. Ansa Henle

Gambar 12. Tubulus kontortus distal6

Gambar 9. Ducktus Koligen


Gambar di atas merupakan gambar duktus Koligens dengan ciri khasnya yaitu
epitelnya yang berbatas tegas dan sangat jelas.5

Fungsi Ginjal
Ginjal melakukan fungsi-fungsi spesifik berikut yang sebagian besar membantu
mempertahankan stabilitas lingkungan cairan internal.2
1. Mempertahankan keseimbangan H2O di tubuh.
2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui regulasi
keseimbangan H2O. Fungsi ini penting untuk mencegah fluks-fluks osmotik masuk atau
keluar sel, yang masing-masing dapat menyebabkan pembengkakkan atau penciutan sel
yang merugikan.

3. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk natrium (Na +),
klorida (Cl-), kalium (K+), kalsium (Ca2+), ion hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), fosfat
(PO43-), sulfat (SO42-) dan magnesium (Mg2+). Bahkan fluktuasi kecil konsentrasi
sebagian elektrolit ini dalam CES dapat berpengaruh besar. Sebagai contoh, perubahan
konsentrasi K+ CES dapat menyebabkan disfungsi jantung yang mematikan.
4. Mempertahankan volume plasma yang tepat, yang penting dalam pengaturan jangka
panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran regulatorik ginjal
dalam keseimbangan garam (Na+ dan Cl-) dan H2O.
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh yang tepat dengan
menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- di urin.
6. Mengeluarkan (mengekskresikan) produk-produk akhir (sisa) metabolisme tubuh,
misalnya urea, asam urat dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk maka bahan-bahan
sisa ini menjadi racun, terutama bagi otak.
7. Mengeluarkan banyak senyawa asing, misalnya obat, aditif makanan, pestisida dan
bahan eksogen non-nutritif lain yang masuk ke tubuh.
8. Menghasilkan eritroprotein, suatu hormon yang merangsang produksi sel darah merah.
9. Menghasilkan renin, suatu hormon enzim yang memicu suatu reaksi berantai yang
penting dalam penghematan garam oleh ginjal.
10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

Mekanisme Kerja Ginjal


Tiga proses dasar ginjal adalah filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus dan sekresi
tubulus.2

Filtrasi Glomerulus
Filtrasi glomerulus umumnya adalah proses yang indiskriminatif. Kecuali sel darah
dan protein plasma, semua konstituen di dalam darah (H 2O, nutrien, elektrolit, zat sisa, dan
sebagainya) secara nonselektif masuk ke lumen tubulus dalam jumlah yang besar selama
filtrasi. Dalam keadaan normal, 20% plasma yang masuk ke glomerulus tersaring ke kapsul
Bowman. Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul Bowman harus melewati
tiga lapisan berikut yang membentuk membran glomerulus: (1) dinding kapiler glomerulus,
terdiri dari satu lapis sel endotel gepeng. Lapisan ini memiliki banyak pori besar yang
menyebabkan 100 kali lebih permeabel terhadap H2O dan zat terlarut daripada kapiler di

bagian lain tubuh. (2) membran basal, adalah lapisan gelatinosa aselular (tidak mengandung
sel) yang terbentuk dari kolagen dan glikoprotein yang tersisip di antara glomerulus dan
kapsul Bowman. Kolagen menghasilkan kekuatan struktural dan glikoprotein menghambat
filtrasi protein plasma yang kecil. Protein plasma yang lebih besar tidak dapat difiltrasi
karena tidak dapat melewati pori kapiler, tetapi pori ini masih dapat melewatkan albumin dan
protein plasma kecil. Namun, karena bermuatan negatif, maka glikoprotein menolak albumin
dan protein plasma lain yang juga bermuatan negatif. Karena itu, protein plasma hampir tidak
terdapat di dalam filtrat, dengan kurang dari 1% molekul albumin berhasil lolos ke dalam
kapsul Bowman. (3) lapisan dalam kapsul Bowman, lapisan ini terdiri dari podosit, sel mirip
gurita yang melindungi glomerulus. Setiap podosit memiliki banyak foot process memanjang
yang saling menjalin dengan foot process podosit sekitar. Celah sempit di antara foot process
yang berdampingan, yang dikenal sebagai celah filtrasi, membentuk jalur tempat cairan
meninggalkan kapiler glomerulus menuju lumen kapsul Bowman. Secara kolektif, lapisanlapisan ini berfungsi sebagai saringan molekuler halus yang menahan sel darah dan protein
plasma tetapi membolehkan H2O dan zat terlarut dengan ukuran molekul kecil lewat.2
Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat gaya yang mendorong
sebagian sebagian dari plasma di glomerulus menembus lubang-lubang di membran
glomerulus. Terdapat tiga gaya fisik yang terlibat dalam filtrasi glomerulus. Gaya yang
pertama yang juga merupakan faktor utama adalah tekanan darah kapiler glomerulus, yang
merupakan tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomerulus. Tekanan
ini pada akhirnya bergantung pada kontraksi jantung (sumber energi yang menghasilkan
filtrasi glomerulus) dan resistensi terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriol afferen
dan efferen. Tekanan darah kapiler glomerulus, dengan nilai rerata diperkirakan 55 mmHg,
lebih tinggi daripada tekanan darah kapiler ditempat lain. Penyebab lebih tingginya tekanan
di kapiler glomerulus adalah garis tengah arteriol afferen yang lebih besar dibandingkan
dengan arteriol efferen. Karena darah dapat lebih mudah masuk ke glomerulus melalui
arteriol afferen yang lebar daripada keluar melalui arteriol efferen yang lebih sempit, maka
tekanan darah kapiler glomerulus tetap tinggi akibat terbendungnya darah di kapiler
glomerulus. Selain itu, karena tingginya resistensi yang dihasilkan oleh arteriol afferen maka
tekanan darah tidak memiliki kecenderungan untuk turun di sepanjang kapiler glomerulus
seperti di kapiler lain. Tekanan darah glomerulus yang tinggi dan tidak menurun ini
cenderung mendorong cairan keluar glomerulus menuju kapsul Bowman di seluruh panjang
kapiler glomerulus, dan merupakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi glomerulus.

Faktor lain yang juga merupakan gaya dalam filtrasi glomerulus adalah tekanan osmotik
koloid plasma yang ditimbulkan oleh distribusi tak seimbang protein-protein plasma di kedua
sisi membran glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi, maka protein plasma terdapat di
kapiler glomerulus tetapi tidak di kapsul Bowman. Karena itu, konsentrasi H 2O lebih tinggi di
kapul Bowman daripada di glomerulus. Timbul kecenderungan H 2O untuk berpindah melalui
osmosis menuruni gradien konsentrasinya sendiri dari kapsul Bowman ke dalam glomerulus
melawan filtrasi glomerulus. Gaya osmotik oposan ini rata-rata 30 mmHg, yaitu sedikit lebih
tinggi daripada di kapiler lain. Tekanan ini lebih tinggi karena H 2O yang difiltrasi keluar
darah glomerulus jauh lebih banyak sehingga konsentrasi protein plasma lebih tinggi
daripada di tempat lain. Gaya yang terakhir adalah tekanan hidrostatik kapsul Bowman,
tekanan yang ditimbulkan oleh cairan dibagian awal tubulus ini, diperkirakan 15 mmHg.
Tekanan ini yang cenderung mendorong cairan keluar kapsul Bowman , melewati filtrasi
cairan dari glomerulus menuju kapsul Bowman.2

Mekanisme Autoregulasi
Karena tekanan darah arteri adalah gaya utama yang mendorong darah masuk ke
dalam glomerulus, maka tekanan darah kapiler glomerulus dan laju filtrasi glomerulus (LFG)
akan meningkat berbanding lurus jika tekanan arteri meningkat bila faktor lain tidak berubah.
Demikian juga penurunan tekanan darah arteri akan menyebabkan penurunan LFG.
Perubahan spontan tak sengaja LFG seperti ini umumnya dicegah oleh mekanisme regulasi
intrinsik yang dilakukan oleh ginjal sendiri, suatu proses yang dikenal sebagai autoregulasi.
Dua mekanisme intrarenal berperan dalam autoregulasi, yaitu mekanisme miogenik dan
mekanisme umpan balik tubuloglomerulus. Mekanisme miogenik adalah sifat umum otot
polos vaskular. Otot polos vaskular arteriol berkontraksi secara inheren sebagai respons
terhadap peregangan yang menyertai peningkatan tekanan di dalam pembuluh. Karena itu,
arteriol afferen secara otomatis berkontriksi sendiri ketika teregang akibat peningkatan
tekanan darah arteri. Respons ini membantu membatasi aliran darah ke dalam glomerulus
dalam jumlah normal meskipun tekanan arteri meningkat. Sebaliknya, relaksasi inheren
arteriol afferen yang tidak teregang ketika tekanan tekanan di dalam pembuluh berkurang
meningkatkan aliran darah ke dalam glomerulus meskipun tekanan arteri turun. Mekanisme
yang kedua adalah mekanisme umpan balik tubuloglomerulus (tubuloglomerular feedback
mechanism, TGF) melibatkan aparatus jukstaglomerulus. 2 Sel-sel otot polos di dinding

arteriol afferen di bagian ini secara khusus membentuk sel granular. Sel tubulus khusus di
regio ini secara kolektif dinamai makula densa. Sel-sel makula densa mendeteksi perubahan
kadar garam cairan tubulus yang melewatinya. Jika LFG meningkat akibat peningkatan
tekanan arteri, maka cairan yang difiltrasi dan mengalir melalui tubulus distal lebih besar
daripada normal. Sebagai respons terhadap peningkatan penyaluran garam ke tubulus distal,
sel-sel makula densa mengeluarkan adenosin, yang bekerja secara parakrin lokal pada arteriol
afferen sekitar untuk menyebabkannya berkontriksi sehingga aliran darah glomerulus
berkurang dan LFG kembali ke normal. Dalam keadaan sebaliknya, ketika penyaluran garam
ke tubulus distal berkurang karena penurunan spontan LFG akibat penurunan tekanan darah
arteri, maka adenosin yang dikeluarkan oleh makula densa juga berkurang. Hal ini
menyebabkan vasodilatasi arteriol afferen sehingga aliran darah tubulus meningkat dan LFG
kembali normal. Karena itu, melalui mekanisme TGF, tubulus suatu nefron mampu
memantau kadar garam yang mengalir melaluinya dan mengatur laju filtrasi melalui
glomerulusnya sendiri agar cairan di awal tubulus distal dan penyaluran garam konstan.
Autoregulasi penting karena pergeseran LFG yang tidak diinginkan dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan zat sisa.2
Reabsorbsi Tubulus
Semua konstituen plasma kecuali protein tanpa pandang bulu difiltrasi bersama
melalui kapiler glomerulus. Selain zat sisa dan kelebuhan bahan yang harus dikeluarkan
oleh tubuh, cairan filtrasi juga mengandung nutrien, elektrolit dan bahan lain yang
dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu diperlukan reabsorbsi tubulus yang akan
mengembalikan bahan-bahan esensial yang terfiltrasi ke tubuh. Untuk dapat direabsorbsi,
suatu bahan harus melewati lima sawar terpisah:2
1. Bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan melewati membran lumina sel tubulus.
2. Bahan harus melewati sitrosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya.
3. Bahan harus melewati membran basolateral sel tubulus untuk masuk ke cairan
intestinum.
4. Bahan harus berdifusi melalui cairan intestinum.
5. Bahan harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah.
Ada dua macam reabsorbsi, yaitu reabsorbsi obligat dan fakultatif. Reabsorbsi
obligat adalah proses penyerapan kembali yang bersifat wajib dilakukan di tubulus kontortus
proksimal. Sedangkan reabsorbsi fakultatif adalah proses reabsorbsi yang bersifat tergantung
kebutuhan tubuh, dilakukan di tubulus kontortus distal.3

Sekresi Tubulus
Sekresi tubulus adalah perpindahan selektif bahan-bahan yang tidak terfiltrasi dari
kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Bahan-bahan terpenting yang disekresikan oleh
tubulus proksimal adalah ion hidrogen (H+), ion kalium (K+) serta anion dan kation organik
yang banyak di antaranya adalah senyawa yang asing bagi tubuh.2

Ekskresi Urin
Ekskresi urin adalah pengeluaran bahan-bahan dari tubuh ke dalam urin yang
merupakan hasil dari ketiga proses pertama di atas. Urin mengandung berbagai produk sisa
dalam konsentrasi tinggi plus bahan-bahan yang diatur oleh ginjal dalam jumlah bervariasi,
dengan setiap jumlah yang berlebihan keluar ke dalam urin. Bahan-bahan yang bermanfaat
dihemat melalui proses reabsorbsi sehingga tidak ditemukan dalam urin.2
Pengaturan final urin diatur oleh tiga jenis hormon yaitu antidiuretik hormon (ADH),
renin dan aldosteron. Bila terjadi kehilangan cairan tubuh, misalnya dehidrasi, maka
osmolaritas serum meningkat dan merangsang osmoreseptor yang terdapat pada hipotalamus.
Hipotalamus memeberikan respons dengan menyekresi ADH, yang meningkatkan
permeabilitas dari sel-sel tubulus koligentes terhadap air. Hal ini memungkinkan reabsorbsi
air saja tanpa elektrolit, yang selanjutnya akan menurunkan konsentrasi cairan ekstaseluler.
Kemudian timbul feed back negatif untuk mengatur sekresi ADH. Artinya jika konsentrasi
cairan ekstraseluler kembali normal, maka rangsangan terhadap sekresi ADH menghilang dan
sekresi ADH terhenti.3

Metabolisme Air
Water Intake
Dalam tubuh manusia air dapat berasal dari:
1. Minuman 1200ml dan makanan 1000ml
2. Air yang dibentuk dari proses oksidasi makanan
a. 100g lemak dioksidasi menjadi 107g H2O
b. 100g KH dioksidasi menjadi 55g H2O
c. 100g protein dioksidasi menjadi 41g H2O

Water Loss
Air dapat hilang dari dalam tubuh manusia melalui 4 cara:
1.
2.
3.
4.

Melaui kulit : keringat dan penguapan


Melalui paru : uap air dari pernafasan
Melalui ginjal : urin
Melaui usus : feces

Dalam keadaan normal water intake akan sama dengan water loss. Jika seseorang
mengalami water loss yang lebih banyak dari pad water intake maka orang tersebut dapan
mengalami dehidrasi.
Dalam kasus yang dibahas pasien mengalami dehidrasi karena banyaknya air yang
terbuang melalui feces. Hilangnya air melalui feces tersebut akan mempengaruhi proses
filtrasi pada ginjal karena tubuh kekurangan cairan.

Faktor yang Mempengaruhi Mekanisme Kerja Ginjal


Hormon ADH
ADH atau vasopresin, disintesis dalam neuron nukleus supraoptik hipotalamus. Efek
fisiologisnya meningkatkan retensi air. Hormon ini menurunkan volume air yang hilang
dalam urin (antidiuresis) melalui peningkatan reabsorbsi air dari tubulus konvolusi distal dan
duktus pengumpulan di ginjal. ADH juga membantu meningkatkan tekanan darah dengan
merangsang konstriksi pembuluh darah perifer. Pelepasan ADH diatur melalui perubahan
osmolaritas darah (konsentrasi elektrolit) dan perubahan volume serta tekanan darah. 4
Peningkatan osmolaritas serum meningkatkan pelepasan ADH dari pituitari; sehingga lebih
banyak air yang diserap dari tubulus ginjal untuk mengencerkan cairan dalam pembuluh
darah. Kelebihan ADH dapat membuat sistem vaskular terlalu penuh. Penurunan osmolaritas
serum menurunkan pelepasan ADH, menambah ekskresi air dari tubulus ginjal.5

Hormon Aldosteron

Fungsi utama aldosteron adalah mengatur keseimbangan natrium, kalium dan air.
Aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium dari tubulus distal ginjal, dan eksresi kalium
dan hidrogen. Dua puluh lima persen dari sekresi homon ini dipengaruhi oleh hormon
adrenokortikotropik (ACTH).6
Hormon lain yang mempengaruhi konsentrasi urin adalah renin bila LFG turun,
karena dehidrasi atau kehilangan volume darah, tekanan darah turun akan menyebabkan
penurunan perfusi ke ginjal. Hal ini akan membuat apparatus jukstaglomerulus akan
menyekresi renin. Renin mengubah angiotensin yang disekresikan oleh hepar menjadi
angiotensin I. Sel kapiler paru-paru, selanjutnya mengubah angiotensin I menjadi angiotensin
II. Angiotensin II mengonstriksi otot polos sekeliling arteriola. Hal ini akan meningkatkan
tekanan darah, yang selanjutnya meningkatkan LFG. Angiotensin II merangsang korteks
adrenal untuk mensekresi aldosteron. Aldosteron merangsang sel tubular untuk mereabsorbsi
natrium. Peningkatan reabsorbsi natrium diikuti peningkatan reabsorbsi air oleh ginjal. Hal
ini dapat meningkatkan tekanan darah dan menurunkan osmolaritas serum.3
Muntaber merupakan suatu kondisi yang menyebabkan penderitanya sering muntahmuntah dan buang air besar. Muntaber bisa menyebabkan penderitanya menjadi lemas karena
tubuh kehilangan banyak cairan lambung/usus yang mengandung banyak elektrolit, karena
air dan elektrolit banyak hilang, maka tubuh kekurangan air dan elektrolit. Muntaber bisa
sangat berbahaya karena penderita bisa mengalami dehidrasi hebat. Hal ini disebabkan oleh
hilangnya cairan tubuh dalam waktu yang terlalu cepat akibat muntaber. Oleh karena itu saat
terjadi muntaber yang menyebabkan dehidrasi maka konsentrasi air dalam darah akan turun,
sehingga hipofisis akan mengeluarkan hormon ADH untuk menyeimbangkan konsentrasi air
di dalam darah. Hormon yang dihasilkan menuju ke ginjal melalui peredaran darah. Lalu
hormon ADH akan membuat permeabilitas sel terhadap air akan meningkat. Selain itu ADH
juga meningkatkan sel permeabilitas di saluran pengumpul sehingga air pada saluran
pengumpul berdifusi keluar dari pipa pengumpul dan masuk ke dalam darah. Namun, urin
yang dihasilkan menjadi lebih sedikit dan pekat.

Mekanisme Miksi
Urin yang dihasilkan dalam mekanisme filtrasi, reabsorbsi dan sekresi dalam tubulus
ginjal akan di kumpulkan di pelvis renalis kemudian disalurkan ke vesika urinaria melalui

ureter. Vesika urinaria mampu menampung urin hingga 400cc. Terkumpulnya urin di vesika
urinaria akan membuat vesika urinaria menjadi mengembang. Pengembangan ini akan
diterima oleh reseptor regang dinding vesika urinaria. Kemudian reseptor regang akan
mengirimkan impuls di ke medulla spinalis sebagai pusat reflex berkemih. Medulla spinalis
akan mengirimkan impuls menuju sfingther urethra externa melalui kerja saraf parasimpatis.
Kemudian sfingther urethra externa akan berrelaksasi dan terjadilan proses miksi. Pada
prosesnya, mekanisme miksi dapat dilatih sehingga manusia dapat menahan keinginan untuk
berkemih. Mekanismenya adalah ketika reseptor regang menerima impuls, impuls akan
diteruskan ke pusat miksi di pons. Kemudian pons akan mengirimkan impuls ke sfingther
urethra externa dan interna dan otot detrusor di vesika urinaria. Sfingther urethra externa dan
otot detrusor dapat menahan reflex berkemih ketika berkontraksi.

Penutup
Kesimpulan
Ginjal sangat penting dalam homeostatis di dalam tubuh yang sebagian besar terdiri
dari air. Fungsi ginjal dilaksanakan oleh unit terkecil ginjal yaitu nefron. Dalam menjalankan
tugasnya ginjal di bantu hormon-hormon yang membantu saat terjadi ketidakstabilan cairan
tubuh. Pada kasus dimana pasien menderita muntaber, maka pasien tersebut akan mengalami
dehidrasi, pada keadaan seperti ini, ginjal dibantu hormon ADH akan meningkatkan
reabsorbsi air dari tubulus distal sehingga produksi urin berkurang dan cairan tubuh
seimbang.

Daftar Pustaka
1. Kasim YI. Buku ajar anatomi system urogenitalia. Edisi 3. Jakarta: Bagian Anatomi
Fakultas Kedokteran UKRIDA; 2013. h.22-8
2. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi Ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009. H.554-8
3. Asmadi. Teknik prosedural konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba
Medika; 2008

4. Veldman J. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2003
5. Anugrah P. Farmakologi pendekatan proses keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2003
6. Brahm U, Wulandari D. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003

Anda mungkin juga menyukai