oleh :
Defi Puji Lestari (010114a019)
I Made Bayu Sudarsana
Lailatus Syarifah
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
makanan, adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kebutuhan energy di
penuhi dengan metabolism karbohidrat protein dan lemak. Makanan kadang-kadang
digambarkan menurut kepadatan nutrient, proporsi nutrient penting untuk jumlah kalori.
Makanan dengan kepadatan nutrient tinggi seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Menyediakan
sejumlah besar nutrient yang berhubungan dengan kalori. Makan dwngan kepadatan nutrient
rendah seperti gula dan alcohol, tinggi kalorinya tetapi bergizi rendah (potter & perry : 2004).
Sistem pencernaan adalah sistem organ yang menerima makanan, mencerna untuk
dijadikan energy dan nutrient, serta mengeluarkan sisa proses tersebut.
2.2
Pengkajian Nutrisi
Status gizi merefleksikan keseimbangan antara kebutuhan gizi dan asupan gizi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi termasuk penyakit, infeksi, dan stres psikologis.
Asupan gizi dipengaruhi oleh penyakit, perilaku makan, faktor-faktor ekonomi, kestabilan emosi,
pengobatan, dan faktor budaya.
Perawatan gizi optimal adalah hasil interdisipliner klien dengan gizi buruk dan obesitas.
Evaluasi dari status nutrisi merupakan bagian penting dari pengkajian klien. Pengkajian dari
status gizi meliputi:
1. Tinjauan riwayat diet
2. Makanan dan asupan cairan catatan
3. Laboratorium data
4. Makanan interaksi pengobatan
5. Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan
6. Anthropometric pengukuran
7. Pengkajian Psikososial
Memonitor perawatan gizi klien adalah sama pentingnya dengan pengkajian awal. Penyedia
perawatan kesehatan, perawat, dan ahli gizi berkolaborasi untuk mengidentifikasi risiko klien
pada masalah gizi.
fungsi hati dan ginjal terganggu, diet lemak hanya dilarang pada klien denga disfungsi eksokrin
pankreas dan pembatasan karbohidrat dilakukan pada disfungsi endokrin pancreas.
2. Malnutrisi
Kelaparan dan obesitas meruakan salah satu bentuk dari malnutrisi. Kelaparan primer dan
sekunder didefinisikan sebagai ketidakcukupan asupan zat gizi pada periode waktu tertentu.
Kelaparan primer tejadi ketika zat gizi dalam jumlah cukup tidak dapat masuk ke dalam saluran
cerna bagian atas (puasa, anoreksia, sumbatan mekanik saluran cerna, diet karna gaya hidup) dan
kelaparan sekunder terjadi ketika saluran cerna bagian atas gagal dalam menyerap,
memetabolisme, atau menggunakan zat gizi (ikemia usus atau penyakit crohn). Gangguan gizi
kelaparan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kecukupan kalori atau protein. Kwarsiorkor,
maramus dan malnitrisi tipe campuran adalah istilah internasional yang digunakan untuk
menunjukan kekurangan asupan protein, kalori, protein-kalori.
3. Perbedaan skrining dan pengkajian gizi
Skrining gizi merupakan metode untuk mengkategorikan klien menjadi kelompokresiko
tinggi atau resiko rendah umtuk terkena malnutrisi. Secara umum penapisan gizi dilakukan pada
beberapa hari pertama saat klien berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan dan mencakup
pertanyaan mengenai status gizi dan fungsi saluran cerna bagian atas. Pengkajian gizi dan
saluran cerna bagian atas bersifat terpusat pada klien dan mencakup riwayat yang mendalam,
pemeriksaan fisik, serta uju diagnostic untuk menentukan masalah yang sedang dialami terkait
saluran cerna bagian atas.
4. Riwayat
a. Data biografi dan demogrofi, meliputi :
Data biografi dan demogrofi, meliputi nama, jenis kelamin, agama, status pernikahan.
Untuk riwayat kesehatan perempuan diperlukan pertanyaan yang khusus mengenai
asupan kalsium karena perempuan mempunyai resiko kekurangan kalsium dan kebutuhan
lebih tinggi.
b. Kesehatan terkini
Riwayat kesehatan klien terkini meliputi pertanyaan mengenai manifestasi, obat dan
suplemen diet, serta alergi.
c. Keluhan utama
apakah terdapat bahan beracun pada tempat bekerja seprti arsenic, timbale, air raksa, dan
karbon tetraklorida.
11. Riwayat kesehatan keluarga
Genetic dan lingkungan keluarga dapat meningkatkan resiko klien untuk menderita
permasalahan saluran cerna. Tanyakan kepada klien mengenai derajat kesehatan dari anggota
kesehatan keluarga, apakah terdapat riwayat keluarga dengan kanker, ulkus saluran cerna,
polotis, serta apakah terdapat riwayat keluarga dengan diabetes, anemia ilterik, alkoholisme,
hepatitis, pancreatitis, obesitas, ulkus peptic atau irritable bowel syndrome.
12. Pemeriksaan fisik
a. Pengukuran antropometrik
Pengukuran antropometrik metode non-invasif mengevaluasi status gizi. Pengukuran ini
meliputi tinggi dan berat badan dan penilaian dari lemak tubuh.
Pengkajian nutrisi awal skrining:
a) Umum
1. Apakah klien memiliki kondisi yang menyebabkan kehilangan gizi, seperti sindrom
malabsorpsi, pengurasan abses, luka, fistula, atau diare berkepanjangan?
2. Apakah klien memiliki kondisi yang meningkatkan kebutuhan nutrisi, seperti demam,
luka bakar, cedera, sepsis, atau terapi antineoplastik?
3. Apakah klien berada di status NPO selama 3 hari lebih?
4. Apakah klien menerima yang dimodifikasi diet atau dibatasi dalam satu atau lebih
nutrisi?
5. Apakah klien sedang enterally atau parenteral makan?
6. Apakah klien menggambarkan alergi makanan, intoleransi laktosa, atau preferensi
makanan terbatas?
7. Sebagai klien mengalami baru-baru ini, yang tak dapat dijelaskan penurunan berat badan?
8. Apakah klien minum obat, baik resep, over-the-counter, atau herbal / produk alami?
b) Gastrointestinal
1. Apakah klien mengeluh mual, gangguan pencernaan, muntah, diare, atau sembelit?
2. Apakah klien pameran glossitis, stomatitis, atau esophagitis?
3. Apakah klien mengalami kesulitan mengunyah atau menelan?
4. Apakah klien memiliki sebagian atau seluruh saluran pencernaan obstruksi?
5. Apakah keadaan klien pergigian
c) Kardiovaskuker
1. Apakah klien telah asites atau edema?
2. Apakah klien mampu melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari?
3. Apakah klien telah gagal jantung?
d) Genitourinary
1. Apakah masukan cairan keluaran cairan kira-kira sama?
2. Apakah klien memiliki Ostomy?
3. Apakah klien hemodialyzed atau peritoneally dialyzed?
e) Respiratory
1. Apakah klien menerima dukungan ventilasi mekanik??
2. Apakah klien menerima oksigen melalui hidung Prongs?
3. Apakah klien memiliki penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau asma?
f) Integumen
1. Apakah klien memiliki rambut kuku atau perubahan?
2. Apakah klien memiliki ruam atau dermatitis?
3. Apakah klien telah kering atau selaput lendir pucat atau menurun turgor sk8in?
4. Apakah klien memiliki daerah tekanan pada sakrum, pinggul, atau pergelangan kaki?
b. Tinggi badan dan berat badan
Gunakan penggaris telestopik dan sekala keseimbangan untuk mekukur tinggi badan dan
berat badan. Bila kelayan tidak bias menahan berat badan bias di gunakan atau timbangan
gantung terkalibrasi atau skala korsi roda . pakaiyan dan sepatu mempengaruhi hasih pengukuran
tinggi badan dan berat badan yang di dapatkan : diskripsikan pakaiyan dan asisoris (pakaiyan
tipis, spatu berhak atau tampak hak alat bantu aktopedik, gelang) yang dikenakan klayen saat
pengukuran tinggi badan dan berat badan. Bila klien tidak dapat berdiri, gunakan pengukuran
jarak lengan untuk memperkirakan tinggi badan.
Bandingkan berat badan klien skarang dengan berat badan umum yang di gunakan
sebagai acuan. Perubahan 10% dari berat badan yang tidak di sengaja adalah bermakna dan
penyebabnya harus dicari untuk menghitung perbedaan sekarang sebagai persentase berat badan
umum, bagi berat badan klien sekarang dengan berat badan umum kemudia dikalikan dengan
100.
% berat badan umum = Berat badan sekarang x 100
Berat badan umum
c. Index masa tubuh
Metode terdahulu untuk menentukan berat badan ideal untuk individu menggunakan
rumus matematika atau membandingkan berat badan dan tinggi badan dengan table ansuransi
kehidupan.
Sebagai contoh : seorang perempuan dengan tinggi badan 64 inci dan berat badan 140 pon
mempunyai IMT 25.
IMT =(140+64]+64)x703 =24,95.
IMT menstandarkan berat badan dengan tinggi badan. Rentang IMT normal yang di
khendaki untuk kesehatan berkisar 19 sampai dengan 24,9 IMT kurang dari 18,5 di katagorikan
sebagai underweight (berat badan kurang) atau kurang dari yang di inginkan untuk berat badan
atas tinggi badan.
Penghitungan IMT adalah sama untuk laki-laki maupun perempuan. Masa otot dan tulang
lebih berat di bandingkan dengan lemak, sehingga untuk, untuk beberapa klien pengukuran IMT
menunjukan overweight atau obese, tetapi pada kenyataannya tidak.
d. Ukuran rangka
Ukuran rangka klien bias diperkirakan dengan mengukur lingkar pergelangan tangan
(kotak 28-2).
e. Pengukuran lingkar
Pengukuran lingkar digunakan mengkaji proporsi dan distribusi dari masa otot dan lemak
tubuh.
f. Mulut
Pengkajian rongga mulut terdiri atas inspeksi dan palpasi
1) Inspeksi
Mulailah pengkajian mulut klien dengan melakukan pengamatan kesimetrisan
bibir, warna hidrasi, lesi, atau nodul. Kenakan sarung tangan serta meminta
klien membuka mulut dan merapatkan gigi. Periksa posisi gigi atas dan bawah
bila terdapat melaklusi atau gigi hilang.
2) Palpasi
Raba bibir, gusi, dan mukosa pipi dari klien. Periksa adanya gigi yang tanggal,
masa, pembekakan, atau daerah yang nyeri.
g. Abdomen
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesehatan gizi memerlukan saluran cerna yang berfungsi dengan baik untuk menerima,
mengangkut,menyerap, dan metabolism zat gizi. Begitu juga halnya nutrisin yang cukup dan
tepat dibutuhkan oleh saluran cerna agar dapat berfungsi dengan baik. Kesehatan gizi dan
saluran cerna bagian atas merupakan dasar bagi kesehatan yang baik. Pengkajian secara sistemik
dari status gizi dan saluran cerna bagian ata klien dapat menuju pada deteksi, diagnosis, dan
penatalaksanaan dini dari gangguan gizi dan keluaran gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M. 2001. Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2011. Anatomo Fisiologi(edisi 4). Jakarta: EGC
Pooter, Perry.2006.Fundamental Keperawatan( edisi 4). Jakarta : EGC