Naskah Akademik Ruu Tentang Senjata Api Dan Bahan Peledak PDF
Naskah Akademik Ruu Tentang Senjata Api Dan Bahan Peledak PDF
bp
hn
Kata Pengantar
karena
penyusunan
tentang
berkat
limpahan
Naskah
Senjata
Akademik
Api
dan
rahmat
dan
Rancangan
Bahan
karunia-Nya
Undang-Undang
Peledak
dapat
bp
hn
didasarkan pada Keputusan DPR RI No. 41 A/DPR RI/I/20092010 tentang Persetujuan Penetapan Prolegnas Tahun 2010-2014.
Senjata api dan bahan peledak adalah salah satu instrumen
kekerasan yang keberadaannya harus dikendalikan oleh negara
karena dapat menimbulkan ancaman terhadap jiwa manusia.
Peran negara dalam pengendalian senjata api dan bahan peledak
ini mutlak diperlukan, karena dalam prakteknya senjata api dan
bahan
peledak
tidak
hanya
digunakan
untuk
kebutuhan
kepentingan
penyelenggaran
fungsi
kepolisian
dan
disusun
tim
naskah
akademik
ini
didasarkan
pada
rupa,
produksi,
distribusi,
pengembangan
pemilikan,
penggunaan,
Tahun
Naskah
2013
tentang
Akademik
Pembentukan
Rancangan
Tim-Tim
Undang-Undang
Menteri
Hukum
dan
HAM
bp
hn
Surat
No.
PHN-
Naskah
Akademik
Rancangan
Undang-Undang
Sekretaris
Anggota
dengan
pihak-pihak
lain
yang
dianggap
memiliki
bp
hn
Bahan
Peledak. Pada
kesempatan
juga
November 2013
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar ....................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................
16
16
D. Metode .........................................................
17
bp
hn
BAB I
BAB II
KAJIAN
TEORITIS
DAN
PRAKTIS
EMPIRIS
19
21
24
28
32
33
35
38
43
47
48
49
bp
hn
58
62
62
62
72
Senjata
Api
dan
Bahan
Peledak......................................................
80
Terkait
Aspek
Kehidupan
84
BAB III
Masyarakat ..................................................
85
87
EVALUASI
PERUNDANG
DAN
-
ANALISIS
UNDANGAN
PERATURAN
YANG
TERKAIT
BAB IV
89
97
bp
hn
BAB V
111
113
115
117
117
118
118
121
126
137
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................
139
B. Saran .............................................................
142
DAFTAR PUSTAKA
bp
hn
LAMPIRAN
- Taksonomi Senjata Api Gengam dan Bahan Peledak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Senjata api dan bahan peledak merupakan salah satu
karya cipta manusia yang terus mengalami perkembangan
bp
hn
kepentingan
senjata
api
berperang,
hanya
akan
dipergunakan
tetapi
kemudian
untuk
juga
melalui
penyediaan
kelengkapan
sarana
melakukan
masyarakat
dan
pemeliharaan
penegakan
keamanan,
hukum
sesuai
ketertiban
ketentuan
bp
hn
untuk
kepentingan
industri
khususnya
dalam
industri
10
dengan
perkembangan
kebutuhan
bp
hn
453
kasus
penyalahgunaan
senjata
api
yang
11
bp
hn
termasuk
telah
merusak
pembangunan
dan
12
perkembangan
setingkat
jaman.
undang-undang
Peraturan
yang
perundang-undangan
terbit
terakhir
mengenai
senjata api adalah Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang No. 20 Tahun 1960 tentang Kewenangan Perijinan
yang
diberikan
Menurut
UU
Senjata
Api.
Sebelumnya
bp
hn
Istimewa
Sementara.
Walaupun
pada
tingkat
13
bp
hn
menyelesaikan
dengan
senjata
api
dan
bahan
yang
peledak.
terkait
Tujuannya
terkait
dengan
senjata
api
dan
bahan
peledak.
14
aturan
yang
bertentangan
sehingga
dapat
mengubah
Naskah
Akademik
Rancangan
Undang-
naskah
Perundang-undangan.
akademik
merupakan
bp
hn
prosedur,
Peraturan
Dari
salah
sisi
satu
masuk
dalam
prioritas
tahunan
Program
Legislasi
peledak.
Judul
senjata
api
dan
bahan
peledak
15
pada
uraian
dalam
latar
belakang,
bp
hn
16
1) Merumuskan
permasalahan
yang
terkait
dengan
dan
Bahan
Peledak
sebagai
dasar
hukum
pertimbangan
atau
landasan
filosofis,
bp
hn
D. Metode
Penyusunan
naskah
akademik
pada
dasarnya
17
peraturan
perundang-undangan,
hasil
penelitian/
bp
hn
18
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIK
SENJATA API DAN BAHAN PELEDAK
bp
hn
negara
harus
berperan
penuh
hingga
hanya
tersebut
pada
derajat
tertentu
menegaskan
yang
tertentu
terbatas.
Keterbatasan
mengundang
19
perdebatan
tersebut
yang
pada
serius,
bp
hn
10 Lihat misalnya Hahn, Robert. (et al). (2005). Firearms Laws and the
Reduction of Violence: A Systematic Review. American Journal of Preventive
Medicine, Vol. 28, Iss. 2,Suppl. 1. February, pp. 4071. Lihat juga misalnya
Burridge, Tom. (2010). Finland Reviews Its Gun Laws after Mass Shootings.
BBC News. 16 August.
20
negara
secara
tegas
dan
ketat
melakukan
bp
hn
komunitas
publik
oleh
negara
memberikan
negara
dalam
bentuk
yang
penuh
kepada
warga
negaranya
ditegaskan
dengan
21
warga
lingkungannya
negara
dari
untuk
mengamankan
ancaman
keamanan.
diri
dan
Pemberian
bp
hn
catatan
apabila
kewenangan
yang
diberikan
Salah
satu
bentuk
memberikan
sebagian
berkembangnya
pengamanan
swasta,
Pam
11 Lebih lanjut lihat Karp, Aaron. (2007). Completing the Count: Civilian
Firearms. In Small Arms Survey. Small Arms Survey 2007: Guns and the City.
Cambridge: CambridgeUniversity Press.
22
warga
negara
memiliki
senjata
api
dan
bp
hn
mengontrol
melalui
kebijakan
yang
dibuatnya.
23
dalam
kehidupan
berbangsa
dan
bernegara.
Sebab,
menjadi
representasi
dari
eksistensi
negara
dalam
bentuk
kehadiran
dalam
bp
hn
senjata
dimanipulasi
api
dan
dan
bahan
merugikan
peledak
publik
agar
tidak
secara
luas.
24
secara
umum
ada
empat
alasan
pembuatan
regulasi
bergantung
bagaimana
negara
melihat
bp
hn
menjaga
keamanan
warga
negaranya
secara
yang
25
militer yang
dilakukan,
setidaknya
negara
berharap
agar
bp
hn
yang
dapat
juga
dipahami
sebagai
negara
yang
menjadi
prioritas
dan
bagaimana
mereka
26
keamanan nasional.
Ketiga,
dilatarbelakangi
oleh
struktur
dan
pola
bp
hn
kali
terjebak
oleh
pola
dan
struktur
aktor
perbedaan
pada
27
implementasinya.
Sebagai
regulasi
ada
di
masing-masing
negara
bagian,
dengan
regulasi senjata
api dan
bahan
Jepang
yang
mengintegrasikan
bp
hn
kesatuan
Empat
perspektif
ini
untuk
mempertegas
28
bp
hn
memiliki
kualifikasi
yang
handal
untuk
dapat
bahan
peledak.
Negara
memosisikan
ancaman
bahan
peledak.
Tidak
29
banyak
negara
dengan
menginterpretasikan
perspektif
tersebut
terkait
bp
hn
ancaman
kriminalitas.
penyusunan
regulasi
Pada
senjata
perspektif
api
dan
ketiga
bahan
ini
peledak
setiap
pendekatan
ancaman
keamanan
yang
yang
datang
melibatkan
disikapi
semua
oleh
unsur
30
regulasi
senjata
api
dan
bahan
peledak
lebih
polisi
melakukan
berbagai
upaya
untuk
Institusi
militer
melakukan
koordinasi
dan
bp
hn
pendekatan
administrasi
kepemilikan
termasuk
di
15 Lihat juga misalnya Cook PJ & Cole TB. (1996) Strategic Thinking
About Gun Markets & Violence. Journal of American Medical Association. Hal.
275-289.
31
keberadaan
polisi
hanya
sebagai
unsur
yang
secara
hukum
oknum
masyarakat
yang
bp
hn
Kombinasi
mematikan
antara
daya
ledak,
kemapanan
pengkategorian
karenanya
jenis-jenis
menjustififikasi
senjata
api
penyebarluasannya
dan
oleh
sebagai
32
lainnyaseperti
Militay
Technologys
World
Informasi
diperjualbelikan
di
tentang
produk
kalangan
sipil
senjata
juga
api
yang
tersedia
dari
bp
hn
komersial,
seperti
senjata
api.
Boutrous
Boutros-Ghali,
arms) dan
senjata
terbentuknya
Panel
Ahli
Lintas
33
Negara
ringan
beserta
Namun,
amunisi dan
sejumlah
negara
bahan
belum
dan
ringan.
Perbedaan
pendapat
umumnya
bp
hn
antara
satu
dokumen
dengan
dokumen
Umum
PBB
mengadopsi
Instrumen
ringan
adalah
senjata
yang
didesain
dan
34
bp
hn
magazen
yang dapat
dilepas dan
memuat
polisi
maupun
kalangan
sipil,
dengan
35
Di
militer,
pistol
dan
revolver
merupakan
senjata
genggam
ini
memiliki
dua
keunggulan
bp
hn
serbu
yang
berkecepatan
tinggi,
sehingga
Pertama,
36
bp
hn
disebabkan
senjata
genggam
oleh
tingkat
tersebut
di
komersialisasi
pasar
senjata
37
produksi,
meningkatkan
kehandalan,
dan
bp
hn
di dunia tampaknya
lebih
memprioritaskan
c.
Senapan Serbu.
fire) oleh penggunanya antara tembakan tunggal (singleshot), sepenuhnya otomatis dan, dalam beberapa varian,
tembakan beruntun (burst-fire). Konsep senapan serbu
38
penembakan
otomatis
bp
hn
peran,
serangan
taktis
dan
penembakan
dalam
sebuah
tunggal
untuk
tahun
1950-an.
Senapan
ini
sekarang
merupakan
39
senapan
serbu
yang
paling
umum
termasuk
amunisi
tanpa
bp
hn
yang
selongsong
memenuhi
kualifikasi
yang
berbeda-beda,
banyak
negara
menggunakan
peluru
dan
kaliber
40
peluru
yang
baru.
Kedua,
banyak
produsen
dan
pemasoknya
dinilai
aliansi,
yang
pada
akhirnya
menghambat
bp
hn
Amerika
Serikat
pertama
kali
41
1947,
termasuk
penyesuaian
bilik
peluru
dari
perkembangan
teknologi
dan
secara
radikal.
bp
hn
mengalami
doktrin
maupun
Penyesuaian
ini
42
bp
hn
medan
prajurit,
desain
menjadi
senjata
digunakan.
Hal
yang
sulit,
dan
persenjataan
yang
inilah
paling
yang
kurang
yang
sederhana
handal
turut
terlatihnya
dan
menjadi
bisa
mudah
alasan
Bahan Peledak.
Bahan peledak adalah zat yang berbentuk padat,
cair, gas ataupun campurannya yang apabila terkena
suatu aksi, berupa panas, benturan, tekanan, hentakan
atau gesekan akan berupa secara fisik maupun kimiawi
menjadi zat lain yang lebih stabil. Perubahan tersebut
43
secara
kimiawi
sebagian
besar
(hampir
peledak
secara
bahan
ilmiah
bp
hn
adalah:
Mercury
fulminat,
Timbal
azida,
Trinitrometan
Tetranitrometan,
Nitrobenzen
atau
(NB),
Nitroform,
Dinitrobenzen,
(TNP),
heksanitrofenilamin,
44
Trinitroanilin,
Tetranitroanilin,
Heksanitro
azobenzen,
dinitrat,
Gliserol
trinitrat,
Nitrogliserin
(NG).
tetranitrat
(PETN),
Mannitol
heksanitrat
Nitroamilum,
Etildnitramin
Metil
(EDNA),
bp
hn
Dimetilnitramin,
Nitroamin,
nitramin,
Nitroguanidin,
bahan
peledak
secara
ilmiah
keuntungan
yang
lebih
banyak
jika
campuran
ini
dikelompokkan
atas
bahan
45
pendorong
ini
dikenal
juga
dengan
nama
bp
hn
penggunaan
sampai
dengan
46
bp
hn
dan
proporsionalitas
(seimbang
ultimum
antara
pidana
yang diancamkan
perundang-undangan).
47
dalam ketentuan
oleh
seorang
yang
bersalah
(ada
unsur
bp
hn
dengan
perbuatan-perbuatan
senjata
yang
api dan
dilarang
bahan
peledak,
diancam
dengan
hukuman meliputi :
senjata
api,
apabila
dilakukan
tanpa
izin
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Perundangundangan tentang senjata api, dilarang dan diancam
pidana.
2. Setiap
pelanggaran
diberikan,
dapat
terhadap
dikenakan
perizinan
sanksi
yang
pidana,
telah
sanksi
pidana
Undang-Undang
48
Kitab
yang
telah
Hukum
ditentukan
Pidana
dan
Peraturan
Perundang-undangan
lainnya,
apabila
Peraturan
bersangkutan.
Ada
Perundang-undangan
kualifisir
(pemberatan)
yang
terhadap
bp
hn
peledak,
yang
(pelakunya)
menjadi
adalah
subyek
manusia/orang
49
dari
tindak
(dilihat
dari
pidana
unsur
pidana
yang ada
yakni pidana
perampasan
bp
hn
menjadi
subyek/pelaku
tindak
pidana.
Dengan
dengan
ketentuan
pidana
dalam
pengaturan
Namun demikian
50
antara
lain
perseroan,
bp
hn
Badan
perkumpulan,
51
bp
hn
kerusakan
yang
merugikan
masyarakat
bagi
masyarakat
itu
adalah
perbuatan
52
terutama
berupa
memberikan
keuntungan
atau
badan
usaha
yang
menyandang
istilah
tindak
pidana
serta
bp
hn
dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam
dapat
perkembangan
pula
hukum
2. Korporasi
sebagai
pembuat,
maka
pengurus
yang
16
Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi,
(Jakarta: Grafiti Pers, 2006). Hlm. 49
17 Op cit. hlm.30
53
yang
dilakukan
Pertanggungjawaban
ini
oleh
dikenakan
seseorang/individu.
untuk
mengatur
bp
hn
tindakan
dapat
dimintakan
karyawannya
pertanggung
jika
jawaban
mereka:1).
atas
melakukan
54
tidak
mungkin
menunjukkan
suatu
nilai
moral
yang
suatu
korporasi
seakan-akan
memiliki
Lynch
mengemukakan
bahwa
bp
hn
Frank
keberatan-
18
Ibid. hlm.53
55
tindakan
yang
dilarang
dan
telah
bp
hn
dilakukan
kewenangan
olehnya
mengelola,
dan
yang
berguna
mana
untuk
hal
ini
keuntungan
korporasi tersebut.
Di
Indonesia,
pada
saat
ini
banyak
peraturan
56
akan
dijelaskan
tentang
bentuk
peledak.
Bentuk
kesalahan
yang
terdapat
di
bp
hn
perbuatan
yang
dilakukannya
serta
timbul
dari
perbuatannya
tersebut.
Seseorang
perbuatan
yang
melawan
hukum
dan
ia
57
bp
hn
19
A. Hamid Attamimi, Perananan Keputusan Presiden Republik
Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Suatu Studi analisis
mengenai Keputusan Presiden yang berfungsi pengaturan dalam kurun waktu
PELITA I-PELITA IV, dalam `Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan:
Proses dan teknik Pembentukannya, Penerbit Kanisius, 2007, hal. 227.
20 Noto Hamidjojo, Soal-soal Pokok Filsafat Hukum, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1975), hal. 33.
58
Perundang-undangan,
penyusunan
aturan
bp
hn
59
bp
hn
harus jelas.
d. Asas keadilan.
Sejalan
dengan
asas
keseimbangan,
keserasian
dan
60
bahan
peledak
dari
proses
perencanan
dan
harus
bp
hn
dengan
dapat
d. Asas koordinatif.
61
terus-menerus
banyak
digunakan
mengalami
oleh
kemajuan,
manusia
dalam
sudah
berbagai
bp
hn
untuk
Mendasarkan
pada
kepentingan
hal
sipil
tersebut,
dan
maka
industri.
praktik
penggunaan
kekuatan
dalam
tindakan
62
bp
hn
segera
menimbulkan
luka
parah
atau
63
tindakan/perbuatan
pelaku
kejahatan
atau
tersangka tersebut;
c. anggota Polri sedang mencegah larinya pelaku
kejahatan
atau
tersangka
yang
merupakan
api
untuk
kepentingan
sipil,
digunakan
sebagai:
bp
hn
pengamanan/polisi
khusus
yang
sedang
tugas,
senjata
disimpan
dikantor.
64
bp
hn
menunjang
pelaksanaan
suatu
undang-
Penjaga
Laut
dan
Pantai
Ditjen
Perhubungan Laut,
e. Satuan Polisi Khusus Kehutanan,
f. Satuan
Penindakan
dan
Penyidikan
LAPAS
Ditjen
khusus
65
Pemasyarakatan
lainnya
pada
dan
instansi
serta
resiko
dari
ganguan
keamanan
khusus
lainnya
pada
instansi
serta
resiko
dari
gangguan
keamanan
kerjanya
yang
dilingkungan/kawasan
vital/penting.
bp
hn
senjata
kegiatan
tersebut
hanya
latihan
dapat
menembak
digunakan
dan
untuk
pertandingan
Berburu
Indonesia
(Perbakin).
Ketentuan
66
jenis
senjata
untuk
kepentingan
otomatis
penuh
(full
automatic).Setelah
Perbakin/Kepolisan
bp
hn
gudang
Daerah
b. menaati
peraturan
perundang-undangan
yang
kepada
kepolisian
setempat
dan
67
Pas)
kepada
Kapolda
yang
memberikan
melakukan
penggunaan
alih
senjata
status
api
atau
olahraga
fungsi
untuk
kepentingan lain;
f. penyimpanan senjata api olah raga di rumah bagi
atlet yang berprestasi yangtelah memiliki izin
penyimpanan, ditempat yang aman dan tidak
bp
hn
membahayakan; dan
Polri
atau
dihibahkan
kepada
atlet
yang
menggunakan
diizinkan
senjata
api
untuk
untuk
memiliki
beladiri,
dan
harus
68
dengan
hasil
psikotes
yang
bp
hn
Kepolisian RI.26
yang
dilakukan
Kepolisian
RI
e. surat
keterangan
jabatan/surat
keputusan
pimpinan;
69
senjata
Kepolisian
RI
api
untuk
telah
sarana
beladiri,
mengeluarkan
surat
bp
hn
Kepolisian
pengaturan
yang
dilakukan
oleh
70
produksi,
penguasaan,
pemuatan,
pengangkutan,
pemusnahan
penghibahan,
senjata
api
diberikan
penggunaan,
pembongkaran,
peminjaman,
standar
kepada
militer
diberikan
bp
hn
amunisinya
pemilikan,
dan
dengan
Kementerian
Perdagangan,
Kementerian
Kehutanan;
Kementerian
dan
Perikanan,
Kepolisian
Negara
71
industri
strategis,
badan
hukum
bp
hn
pemerintah
dan
pesawat
udara
non
pemerintah.
b. Bahan Peledak.
Pengelompokan
bahan
peledak
menurut
Pengawasan,
dan
Pengendalian
72
konstruksi
dan
sejenisnya)
dan
bp
hn
Powder,
Emulsion
Matrix
(Emulsion
peledak
militer
dan
komersial.32
Yang
73
khusus
atau
digunakan
dalamproses
bp
hn
militer,
bahan
makapengaturan
peledak
badan
juga
digunakan
usaha
yang
komersial
kegiatannya
74
Indonesia
No.
Tahun
2008,
maupun
mengatur
mengenai
badan
usaha
yang
bp
hn
e. badan
usaha
jasa
penyediaan
gudang
bahan
peledak, dan
f. badan usaha jasa pengangkutan untuk kegiatan
pengangkutan bahan peledak
Menurut ketentuan tersebut, produsen terdiri dari
produsen bahan peledak dan produsen bunga api.
Distributor
35
75
distributor
bunga
api,
distributor
bahan
kimia.
bp
hn
a. usaha produksi,
b. usaha pengadaan,
c. usaha pendistribusian,
36
Pasal
Keputusan
pengawasan
terhadap
penyimpanan,
dan
Presiden
produksi,
pendistribusian
76
tersebut,
pengadaan,
bahan
peledak
harus
dilakukan
secara
terkoordinasi
antara
kegiatan
produksi,
pengadaan,
bahan
industri (komersial);
Besar
Kepolisian
Negara
bp
hn
b. Markas
Republik
produksi,
pengadaan,
penyimpanan,
dalam
yang
hal
terkait
pemenuhan
dengan
kewajiban
ekspor/impor
bahan peledak.
Perihal koordinasi teknis terkait dengan bahan
peledak tersebut, Peraturan Menteri Pertahanan No. 36
Tahun
2012
mengamanatkan
77
pembentukan
Tim
Pengawas
Bahan
Peledak
Antarkementerian
yang
Pertahanan
dan
bertugas
melakukan
bp
hn
dalam
pelaksanaan
kewenangan
Besar
pengendalian
TNI,
kegiatan
dalam
hal
produksi,
pengawasan,
pengadaan,
pengadaan,
penyimpanan,
78
bahan
kimia
digolongkan/dikategorikan
yang
dapat
sebagai
bahan
bp
hn
bahan
peledak,
dan
penanganan
masalah
keselamatan kerja.
f. Kementerian
Keuangan
dalam
hal
pemenuhan
g. Kementerian
Lingkungan
Hidup
dalam
hal
79
Perundang-undangan
yang
mengatur
bp
hn
peraturan
perundang-undangan
setingkat
undang-
secara
daya
laku,
keberadaan
tegas mencabut
80
yang
diatur
dalam
keempat
peraturan
bp
hn
atau
terpecah-pecahnya
81
ruang
lingkup
untuk
diwujudkan
pengaturan,
bp
hn
pengaturan,
pengendalian
dan
penegakan
Kementerian
Perdagangan,
Kementerian
82
secara
aturan,
koordinasi
bp
hn
beberapa
peraturan
perundang-
ditentukan.
mengenai
Termasuk
subyek
juga
hukum
didalamnya
yang
berhak
seringkali
terjadi
penyimpangan
atau
tertentu.
mengkhawatirkan,
peledak
adalah
menimbulkan
Kondisi
karena
senjata
instrumen
kerusakan
83
ini
tentu
saja
api
dan
bahan
kekerasan
yang
dapat
dan
membahayakan
jiwa
bp
hn
baik
masyarakat.
oleh
aparat
Kondisi
keamanan
maupun
penyalahgunaan
oleh
tersebut
84
penganggaran.
Selama
ini
Indonesia
menganut
dengan
peninggalan
preferensi
kolonial,
legal
yang
dan
perundang-undangan
batasannya
hanya
pada
bp
hn
dengan
implikasi
pengaturan
senjata
api
aspek
api
dan
bahan
peledak
menjadi
penegas
bahwa
pemerintah
kekerasan.
menjadi
Sebab
tidak
secara
nyata
dalam
konseptual
dan
85
api
dan
bahan
peledak
bagi
kehidupan
bermasyarakat, yakni:
Pertama, adanya kepastian rasa aman publik, karena
tanpa aturan regulasi yang baik dan ketat. Negara harus
tetap hadir untuk memastikan rasa aman bagi publik.
Dengan adanya regulasi yang jelas, tentu akan membuat
pilihan
apakah
negara
menyerahkan
sebagian
bp
hn
lingkungannya,
yang
salah
satunya
dengan
penyimpangan
ataupun
penyalahgunaan
publik
membatasi
dapat
kebutuhan
lingkungannya,
apakah
secara
prinsip
pengamanan
sepenuhnya
memilah
dan
diri
dan
ditangani
oleh
memberikan
pemahaman
yang
lebih
86
penegasan
bahwa
ada
pembatasan
bp
hn
87
bp
hn
daerah
berkurangnya
khususnya
yang
peran
kepolisian,
mana
strategis
karena
berimplikasi
institusi
apabila
pada
keamanan,
hal
tersebut
88
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN SENJATA API DAN
BAHAN PELEDAK
bp
hn
89
pengertian
secara
universal
mengenai
bp
hn
90
bp
hn
91
minimnya
kontrol
kurangnya
terhadap
koordinasi
kawasan
dalam
perbatasan
bidang
dan
pemberantasa
bp
hn
bahan substansi yang berbahaya bagi keamanan masingmasing negara di kawasan Asia Tenggara.42 Sejalan dengan hal
tersebut, pada tahun yang sama, para menteri dalam negeri
ASEAN
mengadopsi
Transnasional,
yang
Deklarasi
ASEAN
merefleksikan
pada
Kejahatan
kesepahaman
negara-
lainnya
yang
terkait
dengan
permasalahan
tersebut.
Pertama kalinya isu spesifik peredaran senjata api
menjadi topik pembicaraan negara-negara ASEAN adalah pada
tahun
2000,
dimana
Regional
Centre
for
Peace
and
92
untuk
informasi
memperkuat
intelijen,
dan
regulasi
domestik,
penguatan
kontrol
akhirnya
negara-negara
membakukan
di kawasan Asia
kebijakan
Tenggara
regional
dalam bentuk
bp
hn
43
organisasi
Gunpolicy.org
menyebutkan
bahwa
tingkat
93
bp
hn
45Ibid
46
tempo.co, Polri Stop Beri Izin Kepemilikan Senjata Api,
http://www.tempo.co/hg/politik/2010/08/25/brk,20100825-273962,id.html
47 International Crisis Group. Illicit Arms in Indonesia. Policy Briefing. No
109. Jakarta/Brussels, 6 September 2010.
48Ibid.
94
untuk
menangani
bp
hn
diperuntukkan
permasalahan
49Ibid.
50Basic
95
Dalam mengembangkan
aparat
penegak
hukum
wajib
peralatan
serta
bp
hn
2. Pemerintah
mengembangkan
berbagai
macam
senjata
memungkinkan
beragam.
Hal
mengembangkan
termasuk
senjata
pula
kewajiban
melumpuhkan
namun
untuk
tidak
Dengan
bagi
tujuan
aparat
yang
penegak
sama,
hukum
wajib
pula
peralatan
96
alat
transportasi
anti
peluru,
untuk
memperkecil
perundang-undangan
setingkat
undang-undang
bp
hn
yang
mengatur
mengenai
pemasukan,
97
bp
hn
penyembelih
dan
pistol-pistol
pemberi
revolver
bahaya,
pistol-pistol
perlombaan,
perlombaan,
pistol-pistol
mati
revolversuri
dan
98
munisi,
seperti
selongsong-selongsong
peluru,
peluru,
demikian
pula
proyektil
untuk
bagian
pemasukan,
pengeluaran,
penerusan
dan
bp
hn
Pasal
13
ayat
pengangkutan,52
dalam
(2)
bagian
maka
pemasukan,
yang
milik,
perdagangan
mempunyai
pengeluaran,
dan
kewenangan
penerusan
dan
99
bp
hn
100
bp
hn
didaftarkan
menurut
instruksi
Menteri
Pertahanan.
Kepolisian
Keresidenan,
maka
yang
berhak
mendapatkan
izin
Keresidenan.
101
dari
Kepala
Kepolisian
bp
hn
dalam
peraturan
perundang-undangan
sebelumnya.53.
102
ketentuan
Pasal
menggolongkan
bp
hn
4.
54Lihat Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Darurat Mengenai
Peraturan Hukuman Istimewa Sementara Tahun 1951.
103
dan
Pemberian
Izin
Pemakaian
Senjata Api, maka esensi substansi dari kedua undangundang tersebut tidak berbeda, kecuali pada nomenklatur
jabatan dari pejabat yang berwenang.56
Selain keempat undang-undang tersebut, terdapat beberapa
yang
harus
diperhatikan
bp
hn
undang-undang
dalam
rangka
Negara
Republik
Indonesia
sesuai
dengan
peraturan
104
menunjukkan
bahwa
kewenangan
kepolisian
tersebut
lain.
Oleh
karena
itu
penyusunan
Api dan
tersebut57
termasuk
juga
mengenai
kewenangan-
bp
hn
peledak.
Sebagai
salah
salah
satu
subyek
yang
dapat
penegakan
hukum
sesuai
ketentuan
peraturan
105
negara
satu
yang
kesatuan
merupakan
usaha
pertahanan negara
untuk
guna
perdamaian
bp
hn
berdasarkan
abadi,
dan
dan
ancaman
bersenjata
menjadi
salah
satu
militer
adala
kekuatan
bersenjata
ancaman
yang
yang
terorganisasi
menggunakan
yang
dinilai
keutuhan
wilayah
106
negara,
dan
keselamatan
bp
hn
Republik Indonesia.
perjanjian
107
yang
tindakan
atau
keberadaannya
bertentangan
dengan
ketentuan
dalam perjanjian.
6. Tindakan
suatu
negara
yang
mengizinkan
kelompok
oleh
bersenjata
negara
lain
atau
untuk
tentara
melakukan
bp
hn
Indonesia
atau
melakukan
tindakan
komersial.
bereskalasi
tinggi
108
sehingga
membahayakan
saudara
yang
terjadi
antara
kelompok
bp
hn
Nasional
menggunakan
adalah
senjata
subyek
untuk
hukum
yang
kepentingan
boleh
militer.
mendapat
perhatian
dalam
penyusunan
109
RUU
Termasuk juga
menghasilkan
keamanan,
jasa
alat
peralatan
pemeliharaan
pertahanan
untuk
dan
memenuhi
bp
hn
110
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
PEMBENTUKAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
SENJATA API DAN BAHAN PELEDAK
Landasan
filosofis,
sosiologis
dan
yuridis
adalah
bp
hn
Pembukaan
UUD
NRI
tahun
1945,
memperhatikan
terkait
makna
filosofi
pembentukan
111
dan
makmur
berdasarkan
Pancasila.
Lebih
lanjut
yang
yakni
harus
dibangun
sistem
hukum
adalah
yang
sistem
hukum
mengambil
atau
bp
hn
dikarenakan
hukum
merupakan
suatu
produk
sosial
berkewajiban
untuk
mewujudkan
tujuan
112
dunia
yang
berdasarkan
kemerdekaan,
kepastian
hukum
bernegara
dan
bermasyarakat
dalam
bp
hn
keadilan,
melindungi
tumpah
segenap
darah
bangsa
Indonesia
sebagai
Indonesia
dan
untuk
kehidupan
upaya
dan
untuk
seluruh
memajukan
kesejahteraan umum.
c.
bagian
dari
upaya
untuk
memberikan
113
empiris
terkait
senjata
api
dan
bahan
peledak
dalam
hal
tersebut,
argumentasi
sosiologis
api dan
bahan
peledak
selalu
berkembang
mengikuti
bp
hn
memaksimalkan
senjata
api
dampak
dan
bahan
positif
dari
peledak
perkembangan
maupun
untuk
b. Penggunaan
senjata
api
dan
bahan
peledak
tidak
114
dapat
mengancam
kehidupan
bermasyarakat
dan
bernegara.
C. Landasan Yuridis.
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan
yang menggambarkan bahwa undang-undang senjata api dan
bahan
peledak
yang
akan
dibentuk
untuk
mengatasi
bp
hn
1948
tentang
Pendaftaran
dan
Pemberian
Izin
Peraturan
Hukuman
Istimewa
Sementara
Tahun
1951
Pengganti UU
No. 20
Tahun
1960 tentang
115
bp
hn
undang-undang baru.
116
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN
bp
hn
untuk
kebutuhan
penyelenggaran
pertahanan
117
bp
hn
dengan
Kementerian
kebutuhan
Pertahanan,
masyarakat
Kepolisian
sipil.
Negara
RI,
Misalnya
Tentara
118
Standar
Militer.
Opsi
ini
dimunculkan
untuk
lebih
mengutamakan
pemenuhan
kebutuhan
bp
hn
Militer.
kebutuhan
mekanisme
sebagai
untuk
pengaturan
komponen
secara
khusus
tentang amunisi
khusus
yang
tidak
membentuk
yang
dilihat
dapat
secara
119
peledak
dari
sisi
pengguna
tanpa
harus
bp
hn
120
peledak
ke
regim
persenjataan
internasional.
bp
hn
121
Pendekatan
siklus
penuh
ini
mengidentifikasi
bp
hn
7. penyimpanan,
8. perawatan, dan
9. pemusnahan.
mengharuskan
pemerintah
untuk
menyusun
122
Seluruh
tahapan
siklus
tahap
pertama
dan
kedua
kendali
terhadap
memberikan
perijinan,
pembinaan,
dan
bp
hn
yang
terkait
yang
memiliki
aktivitas
untuk
militer,
seluruh
kegiatan
penelitian,
pengembangan
negara
sebagai
suatu
industri
strategis
untuk
123
tahap
mengendalikan
kelima
dan
pemilikan
dan
keenam,
pemerintah
penggunaan
dengan
bp
hn
penyelenggaran
fungsi
kepolisian
dan
pemilikan
senjata
api
ini,
juga
harus
senjata
api
dan
bahan
peledak.
Untuk
124
POLRI
untuk
mencegah
terjadinya
penyalahgunaan
api
dan
bahan
berdasarkan
tiga
Penyimpanan
senjata
peledak
klasifikasi
api dan
dirumuskan
pemilikan
bahan
di
juga
atas.
peledak untuk
bp
hn
melakukan
pengawasan
yang
efektif
terhadap
api
dan
bahan
125
peledak
perawatan
dirumuskan
untuk
individu
pengguna
dan
publik
dalam
penggunaannya.
Di
tahap
terakhir,
pemerintah
mengendalikan
bp
hn
ini
dilakukan
untuk
(1)
memusnahkan
126
terhadap
setiap
perilaku
menyimpang
yang
positif,
seperti
misalnya
bp
hn
ganjaran
mendapatkan
pandangan
imbalan/ganjaran
Pandangan
ini
bahwa
negatif
bersifat
pidana
atas
suatu
backward
merupakan
kesalahan.
looking
karena
Masih
menurut
Pecker,
kaum
retributif
orang
melakukan
suatu
tindakan
haruslah
127
yang
memandang
pidana
itu
dari
dari
segi
bp
hn
di
sisi
mencegah
lain
orang
pemidanaan
lain
dari
dimaksudkan
kemungkinan
untuk
untuk
demikian
menurut
Packer,
mengenai
pilihan
falsafah pemidanaan, pilihan apapun tidak dapat betulbetul diharapkan untuk menyelesaikan permasalahan yang
ada.
Demikian
pula
tentang
justifikasi
perumusan
128
bp
hn
dengan alasan:64
besar
dan
segera,
serta
untuk
129
cermat
dann
secara
manusiawi;
ia
merupakan
Andenaes
berpendapat
bahwa
akan
terjadi
bp
hn
Antony
Duff
dan
David
Garland
dalam
bagian
besar
yakni
konsekuensialis
dan
non-
konsekuensialis.66
Menurut Duff dan Garland, bagi penganut teori
konsekuensialis, suatu pemidanaan merupakan akibat dari
suatu perilaku yang mengakibatkan kerugian, untuk itu
sudah selayaknya pelaku dikenakan pula suatu kerugian
65Ibid.
66 Antony Duff dan David Garland, A Reader on Punishment, Oxford:
Oxford University Press, 1994, hal. 6-dst.
130
berupa
penjatuhan
sanksi
pidana.
Dalam
teori
ini,
looking).
dengan
pandangan
kaum
bp
hn
menganggap
bahwa
upaya
pembenaran
untuk
response)
Pandangan
ini
(berpandangan
terhadap
dikenal
bahwa
dalam
penjatuhan
suatu
kejahatan.
kaum
pidana
retributif
merupakan
pelaku
kejahatan
proporsionalitas
(backward looking),
(keseimbangan
namun
dalam
131
dengan
golongan
konsekuensialis
yang
sudah
selayaknya
pelaku
dikenakan
pula
suatu
bp
hn
hal
melindungi
masyarakat
serta
tim
belum
berkenaan
dengan
sanksi
termasuk
132
adalah
pencabutan
hak-hak
tertentu,
bp
hn
KUHP.
Penyimpangan ini
ini
dipandang
sebagai
perbuatan
yang
133
- yang
bp
hn
sudah
memenuhi
asas
subsidaritas
dan
134
ancaman
pidana
Kekurangan
ini
dan
juga
penjatuhan
berdampak
sanksi
pada
pidana.
disparitas
bp
hn
bagi pengaturan
135
UU
dinyatakan
bahwa
ketentuan
yang
pelanggaran
menyatakan
terhadap
penjatuhan
ketentuan
yang
pidana
berisi
atas
norma
bp
hn
yang
dapat
dipidana
menurut
peraturan
denda
perlu
dipertimbangkan
mengenai
136
bp
hn
4. Ketentuan Peralihan.
terjadinya
kekosongan
hukum
dalam
pihak-pihak
yang
terkena
dampak
dengan
Peledak
transisional
dan
atau
mengatur
bersifat
137
hal-hal
yang
sementara
bersifat
akibat
peledak
sesuai
dengan
peraturan
perundang-
bp
hn
138
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Pengaturan mengenai senjata api dan bahan peledak pada
tingkat undang-undang harus segera diperbaharui karena
undang-undang yang mengatur tentang senjata api dan
bp
hn
digunakan
untuk
kebutuhan
penyelenggaran
penyelenggaran
fungsi
kepolisian
dan
139
bp
hn
ketertiban,
keadilan,
dankepastian
hukum
umum.
Sedangkan
pertimbangan
juga
digunakan
untuk
pemenuhan
kebutuhan
140
gelap
senjata
mengancam
Adapun
api
dan
kehidupan
pertimbangan
bahan
peledak
bermasyarakat
yuridis
yang
dan
dalam
dapat
bernegara.
penyusunan
bp
hn
baru.
hukum,
keseimbangan,
keserasian
dan
141
cycle
approach)sebagai
suatu
mekanisme
yang
produksi,
distribusi,
pemilikan,
penggunaan,
Bahan
Peledak
harus
melibatkan
bp
hn
Api
dan
Pertahanan,
Tentara
Perdagangan,
Kepolisian
Nasional
Kementerian
Negara
Republik
Indonesia,
Kementerian
Perindustrian,
Kementerian
dengan
pembentukan
panitia
antarkementerian, penyusunan draft Rancangan UndangUndang tentang Senjata Api dan Bahan Peledak dan
142
bp
hn
143
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Arief, Barda Nawawi, Kebijakan Legislatif dalam Penangulangan
Kejahatan dengan Pidana Penjara, Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Edisi Ke-dua Cetakan Kedua, 1994.
Department of Public Information, Small Arms: United Nations
Conference on the Illicit Trade in Small Arms and Light
Weapons in All Its Aspects.. Maret 2001.
bp
hn
bp
hn
Harkrisnowo, Harkristuti,
Rekonstruksi Konsep Pemidanaan:
Suatu Gugatan terhadap Proses Legislasi dan Pemidanaan
di Indonesia (Pidato Orasi pada Upacara Pengukuhan Guru
Besar Tetap dalam Hukum Pidana FHUI), Depok, 8 Maret
2003.
International Crisis Group. Illicit Arms in Indonesia. Policy
Briefing. No 109. Jakarta/Brussels, 6 September 2010.
Juwana,
Hikmahanto,PenyusunanNaskahAkademikSebagaiPrasyar
atDalamPerencanaanPembentukanRancangan
UndangUndang, MakalahRapatPembahasanTahunan Prolegnas
Pemerintah Tahun 2006, Cisarua Bogor, 2006.
Rachmanto,Anggi Setia,Pola Penyelundupan dan Peredaran
Senjata Api Ilegal di Indonesia Jurnal Kriminologi
Indonesia Vol. V No. II Agustus 2009 : 31-46, Small Arms in
Southeast Asia. Asean Country Studies.
Villaveces, Andrs. (et al). Effect of a Ban on Carrying Firearms on
Homicide Rates in 2 Colombian Cities. Journal of the
American MedicalAssociation, Vol. 283, No. 9, (2000).
Website :
http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/09/
15/senjata-ilegal-ganggu-stabilitas.
145
453
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/tiga-tahunkasus-dengan-senjata-api, diakses pada tanggal 28 Mei
2013.
http://www.controlarms.org/Control Arms. Global Arms Trade
Treaty Picks Up Speed. 15 Juli 2011.
http://www.tempo.co/hg/politik/2010/08/25/brk,20100825273962,id.html : Tempo Interaktif. Polri Stop Beri Izin
Kepemilikan Senjata Api. Rabu, 25 Agustus 2010.
http://www.undp.org/cpr/documents/sa_control/SALWGuide_Leg
islation.pdf.
bp
hn
147
bp
hn
LAMPIRAN
bp
hn
148