Anda di halaman 1dari 255

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah


Departemen Pendidikan Nasional

Paristiyanti Nurwardani

TEKNIK
PEMBIBITAN
TANAMAN DAN
PRODUKSI BENIH
JILID 1
SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional


Dilindungi Undang-undang

TEKNIK
PEMBIBITAN
TANAMAN DAN
PRODUKSI BENIH
JILID 1

Untuk SMK
Penulis

: Paristiyanti Nurwardani

Perancang Kulit

: TIM

Ukuran Buku

NUR
a

17, 6 x 25 cm

NURWARDANI, Paristiyanti.
Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih Jilid 1
untuk SMK oleh Paristiyanti Nurwardani ---- Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
vii, 255 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
ISBN
: 978-979-060-105-5
ISBN
: 978-979-060-106-2

Diterbitkan oleh

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah


Departemen Pendidikan Nasional

Tahun 2008

KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada
para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.

Jakarta, 17 Agustus 2008


Direktur Pembinaan SMK

DAFTAR ISI
Hal
JILID 1
BAB 1.

BAB 2.

BAB 3.

BAB 4.

BAB 5.

PENDAHULUAN
1.1. Potensi Pembenihan Tanaman
1.2. Peran Pembenihan Tanaman

1
5

KARAKTERISTIK TUMBUHAN
2.1. Anatomi T umbuhan
2.2. Anatomi D an Morfologi Biji Tumbuhan
2.3. Pertumbuhan D an Perkembangan Tumbuhan

7
14
14

TEKNIK PRODUKSI BENIH VEGETATIF TANAMAN


3.1. Dasar-dasar Pembibitan Tanaman dan Produksi benih
3.2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3)
3.3. Pengelolaan Alat dan Mesin Pertanian
3.4. Pohon Induk dan bibit U nggul
3.5. Batang Bawah Dan Batang Atas
3.6. Teknik Penyiapan Pembibitan
3.7. Teknik Pembenihan Tanaman Secara Vegetatif
3.8. Teknik Pemilihan Memproduksi Benih Vegetatif
3.9. Sertifikasi Benih

20
20
23
25
27
30
35
68
71

TEKNIK PRODUKSI BENIH GENERATIF TANAMAN


4.1. Proses Pembentukan Biji Pada Tanaman
4.2. Buah, Biji dan Perkembangan Biji
4.3. Penyerbukan (polinasi)
4.4. Teknik Produksi Benih Generatif Tanaman
4.5. Mutu Benih

78
80
90
92
106

4.6. Pengujian Kesehatan Benih

122

TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN HASIL PEMBENIHAN


5.1. Media Tumbuh
5.2. Sifat Fisik Tanah
5.3. Sifat Kimia Tanah
5.4. Teknik Pengolahan Tanah
5.5. Teknik Penanaman
5.6. Pemupukan
5.6.1. Pupuk Organik
5.6.2. Pupuk Anorganik
5.7. Pengairan
5.8. Air Tanah
5.9. Pemangkasan (prunning)

143
148
162
162
163
166
167
176
185
186
191

5.10. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)


a. hama
b. Penyakit Tanaman
1). Penyakit Non Infeksius
2). Penyakit infeksius
c. Gulma Tanaman
d. Teknik Pengendalian OPT
e. Implementasi pengendalian hama dan penyakit tanaman
f. Implementasi Pengendalian Gulma
Ringkasan, soal dan tugas

193
194
201
202
226
227
236
240

JILID 2
BAB 6.

BAB 7.

BAB 8.

BAB 9.

TEKNIK PRODUKSI BENIH PADI


6.1. Perlakuan Pra-Panen
6.2. Perlakuan Pascapanen
6.3. Pra-panen Produksi Benih Padi Hibrida
6.4. Perlakuan Pascapanen
Ringkasan, Soal dan Tugas
TEKNIK PRODUKSI BENIH KEDELAI
7.1. Perlakuan Pra-Panen
7.2. Persyaratan Lahan
7.3. Benih Sumber
7.4. Waktu Tanam
7.5. Penyiapan Lahan
7.6. Penanaman dan Perlakuan Benih
7.7. Pemeliharaan
7.8. Pemanenan dan Perlakuan PAscapanen
Ringkasan, Soal dan Tugas

245
245
254
255
274

BIOTEKNOLOGI TANAMAN
8.1. Bioteknologi Tanaman
8.2. Struktur Dan Organisasi Bahan Genetik Tanaman
8.3. Teknik Kultur In-vitro
8.4. Rekayasa Genetik Pada Tanaman Tingkat Tinggi
Ringkasan, Soal dan Tugas
TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN
9.1. Fasilitas Laboratorium Kultur Jaringan
9.2. Peralatan Dan Bahan Kimia
9.3. Media Tanam
9.4. Beberapa Komposisi Media
9.5. Inisiasi Tunas dan Inokulasi
9.6. Teknik Kultur Suspensi Sel
9.7. Teknik Multiplikasi
9 8.. Teknik Aklimatisasi
9.9. Teknik Kultur Jaringan Pada Berbagai Tanaman

295
295
295
306
322
323

281
282
282
283
284
285
286
289
290

335
335
337
349
353
354
355
358
359

BAB 10.

BAB 11.

a. Teknik Kultur Jaringan Anggrek


b. Kultur Jaringan Tanaman Kopi
c. Rekayasa genetik pada tanaman tingkat tinggi

359
362
364

Ringkasan, Soal dan Tugas

365

KEWIRAUSAHAAN
10.1. Pengertian Kewirausahaan
10.2. Ciri dan Karakteristik Wirausaha wan
10.3. Penjualan
a. Jiwa marketing dan motivasi tim
b. Perlunya rasa kekeluargaan
c. Strategi, visi dan misi
d. Pentingnya informasi
e. Pelanggan aset yang berharga
10.4. Dasar-dasar Strategi Pemasaran
a. Kepercayaan
b. Kemudahan
c. Kenyamanan
d. Gengsi
e. Memasarkan benih Tanaman
Ringkasan, Soal dan Tugas
ANALISIS USAHA PEMBENIHAN KELAPA SAWIT DAN DURIAN
11.1. Analisis Usaha Pembenihan Tanaman
a. Analisis B/C ratio
b. Analisis R/C ratio
c. Analisis ROI
d. Analisis BEP
11.2. Contoh Perhitungan Usaha Pada Pembenihan Kelapa Sawit
11.3. Contoh Perhitungan Usaha Pada Pembenihan Durian
Ringkasan, Soal dan Tugas

368
370
371
372
372
373
373
377
377
378
379
379
380
383
383
383
383
383
384
391
392

LAMPIRAN
Daftar Pustaka ..

BAB 1. PENDAHULUAN
Budidaya tanaman membutuhkan
berbagai teknik untuk mengoptimalkan
produksi.
Dari sisi tata bahasa, teknik
adalah suatu keterampilan khusus yang
dibutuhkan agar dapat melakukan suatu
kegiatan praktek yang produktif (Oxford,
2003);
pembenihan adalah rangkaian
proses budidaya tanaman untuk
menghasilkan benih;
sedangkan
tanaman adalah tumbuhan yang
dibudidayakan. Oleh karena itu, teknik
perbenihan tanaman adalah suatu
keterampilan khusus yang harus
dikuasai seseorang agar dapat
memproduksi benih tanaman, baik
benih vegetatif (bibit) maupun benih
generatif
sehingga
tanaman
berproduksi secara optimal.
Teknik
produksi benih vegetatif pada umumnya
dikelompokkan dalam 2 metoda, yaitu
metoda konvensional dan modern.
Teknik produksi benih vegetatif dengan
metoda konvensional menggunakan
teknik-teknik yang umum dilakukan oleh
petani sedangkan teknik produksi benih
vegetatif dengan metoda modern
menerapakan ilmu
biologi yang
diintegrasikan dengan teknologi atau
bioteknologi. Dalam hal ini bioteknologi
yang yang diimplementasikan adalah
teknik kultur jaringan.
Proses produksi tanaman dimulai
dengan benih ditanam, kemudian
tanaman dipelihara danhasil tanaman
(akar, umbi, batang, pucuk, daun, bunga,
dan buah) dipanen.
Kegiatan
produksi
pertanian
memerlukan unit pembibitan tanaman.
Pembibitan tanaman adalah suatu proses
penyediaan bahan tanaman yang berasal
dari benih tanaman (biji tanaman
berkualitas baik dan siap untuk ditanam)
atau bahan tanaman yang berasal dari
organ
vegetatif
tanaman
untuk

Teknik Pembenihan Tanaman

menghasilkan bibit (bahan tanaman yang


siap untuk ditanan di lapangan.
Teknik tanaman yang
akan
dikembangkan meliputi berbagai teknik
dari setiap aspek pembi-bitan dan
produksi benih
serta
teknik untuk
mengoptimalkan proses pertumbuhan dan
perkembangan organ tanaman sehingga
diperoleh hasil panen yang mempunyai
kualitas yang baik dan kuantitas yang
banyak.
Untuk memutakhir-kan
pengetahuan, keterampilan dan sikap
dalam membudidayakan tanaman, akan
dibahas teknik-teknik
tanaman yang
sedang trend seperti kultur jaringan dan
bioteknologi.
Dalam teknik pembibitan dan
produksi benih akan diterangkan
landasan teori dan langkah kerja tentang
teknik penyiapan bahan ta-nam berupa
benih dan bibit tanaman, persiapan lahan
dan penanaman, pe-mupukan, pengairan,
pengendalian hama, penyakit dan gulma,
pemeliha-raan
tanaman,
perlakuan
khusus pada tanaman, pembungaan dan
pembuah-an,
pemanenan
dan
pascapanen. Pada teknik pembibitaan
tanaman akan diterangkan berbagai
teknik
praktis
untuk
menyetek,
mencangkok, mengokulasi, menempel
dan me-nyambung tunas, sampai
memelihara bibit hasil perkembangbiakan
secara vegetatif siap untuk ditanam.
Kegiatan persiapan lahan dan
penanaman merupakan awal budidaya
tanaman.
Untuk menumbuhkan
profesionalisme dalam kompetensi ini,
akan diinformasikan landasan teori
tentang berbagai jenis tanah dan teknik
perlakuan
untuk
tanah
sehingga
mempunyai kriteria yang optimal untuk
kegiatan budidaya tanaman.
Selama masa budidaya, kegiatan
yang paling lama adalah pemeliharaan
1

tanaman.
Pada tahap pemeliharaan
harus dikuasai berbagai teori tentang
pupuk dan teknik-teknik pemupukan.
Pengetahuan dasar yang baik tentang
pupuk akan memudahkan pengelolaan
pupuk dan mengembangkan formulasi
yang tepat bagi tanaman agar
penggunaannya efektif dan efisien.
Teknik pemupukan sangat penting untuk
dikuasai,
agar
tanaman
yang
dibudidayakan dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal.
Selama masa budidaya, tanaman
sering mendapat masalah dari organisme
pengganggu tanaman (OPT).
Yang
termasuk OPT adalah hama, pemyakit
dan gulma. Ketiga OPT tersebut harus
dikendalikan agar tidak menimbulkan
kerugian bagi tanaman.
Untuk
mengendalikan OPT, harus dikuasai
berbagai teknik pengendaliannya, seperti
pengen-dalian secara kultur teknis, fisik,
mekanis, biologi, kimia dan pengen-dalian
secara terpadu.
Perkembangan dan citra pertanian di
Indonesia identik dengan kotor dan
cangkul.
Untuk meningkatkan citra
pertanian agar lebih modern dan bersih
maka akan diinformasikan berbagai
pengetahuan dasar tentang, teknik dan
keterampilan mengelola bibit tanaman
secara kultur jaringan serta berbagai
sikap yang harus dikuasai agar
menghasilkan bibit dan benih yang dapat
tumbuh secara optimal.
Dalam dua puluh tahun terakhir,
perkembangan teknologi dalam bidang
biologi berkembang dengan sangat pesat
dan dikenal dengan bioteknologi.
Penerapan bioteknologi untuk tanaman
juga berkembang sangat pesat, sehingga
dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi budidaya terutama dalam
penyediaan bibit tanaman dan tanaman
varietas unggul dalam waktu yang relatif
singkat.
Untuk memperkenalkan
sekaligus memutakhirkan pengetahuan,
keterampilan
dan
sikap
dalam
Teknik Pembenihan Tanaman

bioteknologi, maka akan dijelaskan


tentang
berbagai
teknik
untuk
memproduksi tanaman secara kultur
jaringan. Dalam teknik kultur jaringan
akan dipelajari mulai dari teknik
menyiapkan sarana dan prasarana,
tanaman induk, membuat media tanaman,
inisiasi, subkultur, aklimatisasi dan
pembesaran bibit hingga bibit siap tanam.
Untuk menggambarkan berkembangan
rekayasa genetika pada bidang pertanian,
akan dibahas secara singkat tentang
bioteknologi pertanian, mulai dari
perkembangan berbagai penemuan pada
bidang boteknologi, materi genetik dan
beberapa contoh teknik kultur in vitro
tanaman.
1.1. Potensi Perbenihan Tanaman
Negara Republik Indonesia yang kita
cintai mempunyai penduduk sebanyak
238 juta jiwa (WWW.DatastatistikIndonesia.com. , 2008). Sebagian besar
penduduk Indonesia di Pulau Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Bali
makanan pokoknya adalah nasi.
Di
kepulauan Nusa Tenggara Timur
makanan pokonya adalah jagung.
Di Kepulauan Maluku dan Papua
makanan pokonya adalah sagu.
Kebutuhan beras untuk satu tahun adalah
sebanyak
32,49
juta
ton
(www.depkoninfo.goid.,2008). Kebutuhan
benih padi di indonesia adalah sebanyak
300.000 Ton per tahun. Produksi benih
padi indonesia tahun 2007 adalah
106.700 ton. Hanya untuk kepentingan
dalam negeri saja, masih terdapat
peluang untuk mengupayakan produksi
benih padi per tahun sekitar 103.300 ton
per tahun. Hal ini tentu saja merupakan
peluang usaha di bidang agrobisnis
industri benih padi yang sangat prospetif
untuk saat ini dan masa-masa yang akan
datang.
Menurut hasil analisa usaha,
dalam satu kali periode produksi padi
dihasilkan keuntungan rata-rata sebanyak
Rp.
5.000.000,- sampai dengan
2

Rp.8.136.900,00
(www.litbang.deptan.go.id., 2008 dan
www.medanbisnis.online., 2008). Tentu
saja informasi ini merupakan berita
gembira bagi sumberdaya manusia yang
berminat membuka usaha di bidang
pertanian. Oleh sebab itu sejaka lima
tahun terakhir banyak perusahaan
multinasional yang mengembangkan
usaha baru di bidang perbenihan padi,
terutama padi hibrida, diataranya adalah
PT Sang Hyang Seri, PT Dupont
Indonisia, PT Primatani, PT East West
Seed, PT Primasid Andalan Utama.
Hampir semua perusahaan tersebut
dalam pengembangan produski masal
benih padi, selalu mengadakan kerjasama
dengan petani andalan dan kelompok tani
yang pada umumnya menggunakan
sistem inti-plasma. Sebagai sumberdaya
manusia Indonesia yang bergerak di
bidang pertanian, maka sebaiknya selalu
meningkatkan kompetensi dalam bidang
agrobisnis industri perbenihan.
Kebutuhan benih jagung di Indonesia
untuk tahun 2008 sekitar 47.600 ton.
Produksi benih jagung di Indonesia pada
tahun 2007 adalah sebanyak 35,150 ton
(www.bisnis.com.2008). Sama halnya
dengan potensi dalam agribisnis industri
padi, maka potensi usaha dalam bidang
agrobisnis industri jagung pun sangat
menarik. Berdasarkan data di atas, untuk
kepentingan dalam negeri, masih
dibutuhkan benih jagung sekitar 12.450
ton benih jagung per tahun.
Munurut
informasi dari Bidang Penelitian dan
Pengembangan-Depertemen pertanian
keuntungan usaha dari produksi benih
jagung adalah sebesar Rp.3.425.208,sampai dengan
Rp.4.401.250,(www.litbang.deptan.go.id., 2008).
Ilustrasi yang disampikan di atas,
baru menganalisis dua benih makanan
pokok masyarakat Indonesia. Bagaimana
dengan potensi kebutuhan benih tanaman
industri, contohnya adalah kelapa sawit
dan karet. Kebutuhan benih kelapa sawit
Teknik Pembenihan Tanaman

saat ini adalah sebanyak 230.000.000


benih dan sebagian besar diimport dari
Malaysia dan Costa Rica.
Kebutuan
benih kelapa sawit dari tahun ke tahun
selalu memperlihatkan tren kenaikan.
Oleh sebab itu prospek agrobisnis industri
kelapa sawit merupakan pilihan cerdas
untuk membuka usaha di masa yang
akan
datang
(Badan
Koordinasi
Penanaman Modal, 2008).
Perkembangan harga karet pada 3
tahun ini selalu meningkat sehingga
investir dan masyarakat banyak yang
beralih usaha dari bisnis di luar bidang
pertanian berganti pengusaha agrobisnis.
Berdasarkan fakta ini secara otomatis
kebutuhan benih karet meningkat dan
pada tahun 2008 permintaan benih karet
mencapai 70.000.000 benih (BUMN,
2008).
Dari kebutuhan benih karet
sejumlah tersebut di atas
hanya
50.000.000 benih karet yang dapat
dihasilkan oleh pengusaha dan petani
agrobisnis. Potensi baru dan peluang
bisnis yang baik untuk SDM yang
berkompeten di bidang perbenihan.
Potensi agrobisnis industri benih
tanaman hortikultura pun sangat baik
untuk dipelajari. Menurut Dirjen Tanaman
Hortikultura kebutuhan benih beberapa
tanaman hortikultura masih harus diimport
diantaranta adalah
benih kentang
1.200.000,- kg, tanaman buah 418.000
bibit, tanaman hias 5.100 flask dan 51 Kg
serta tanaman biofarmaka sebanyak 642
(Kg). Tentu saja informasi ini merupakan
hal yang sangat penting, karena potensi
perkebangan
kebutuhan
tanaman
hortikultura masih memumnginkan untuk
diproduksi di dalam negeri. Data import
ini menjadi suatu peluang bagi
sumberdaya manusia Indonesia yang
memiliki potensi di bidang perbenihan
tanaman.
Analisa terhadap beberapa potensi
agrobisnis industri benih telah dibahas.
Agar dapat menjadi sumberdaya pada
bidang perbenihan yang handal dan maka

dengan profesionalime harus dijunjung


tinggi yaitu harus profesional saat
bersikap, menguasai iptek perbenihan
dengan baik dan dapat melakukan teknik
perbenihan yang efektif dan efisen
sehingga menghasilkan keuntungan dan
benefit yang tinggi.
Bagaimana dengan potensi ekspor
benih dari indonesia di masa yang akan
datang?.
Menurut Dirjen Tanaman
Hortikultura (2006) terdapat beberapa
benih tanaman yang mempunyai potensi
tinggi seperti benih tanaman sayuran,
buah, tanaman hias dan bio-farmaka
dengan nilai eksport sebesar US $
3.783.501,-.
1.2. Peran Perbenihan Tanaman
Benih merupakan produk akhir dari
suatu program pemuliaan tanaman, yang
pada umumnya memiliki karakteristik
keunggulan tertentu, mempunyai peranan
yang vital sebagai penentu batas-atas
produktivitas dan dalam menjamin
keberhasilan budidaya tanaman. Upaya
perbaikan genetik tanaman di Indonesia
masih terbatas melalui metode pemuliaan
tanaman
konvensional,
seperti
persilangan, seleksi dan mutasi.
Di
Indonesia penerapan teknologi pemuliaan
modern belum diterapkan secara optimal
sedangkan di negara-negara maju,
teknologi
tersebut
sangat
pesat
perkembangannya.
Di Indonesia tujuan pemuliaan masih
berkisar pada upaya peningkatan
produktivitas, ketahanan terhadap hama
dan penyakit utama dan toleransi
terhadap cekaman lingkungan (Al, Fe,
kadar garam, dan lain lain).
Benih tanaman sangat berperan
dalam pengembangan bidang pertanian.
Benih adalah faktor penentu keberhasilan
budidaya tanaman.
Benih dengan
kualitas baik dan seragam akan
menghasilkan produk dengan kualitas
tinggi. Benih kelapa sawit dura, Pisifera
dan Tenera merupakan tiga varietas yang
Teknik Pembenihan Tanaman

banyak diminta oleh konsumen karena


mempunyai potensi produksi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan varietas
lainnya, sehingga penanaman varietas
tersebut di atas akan berperan sangat
dominan dalam menentukan pendapatan
petani kepala sawit.
Ketidak-murnian
benih yang ditanam akan mengakibatkan
penurunan produksi dan mengakibatkan
penurunan pendapatan atau bahkan rugi.
Dengan beberapa informasi di atas dapat
disimpulkan bahwa banih sangat
berperan penting dalam menentukan
produksi tanaman dan pendapatan petani.
Pada tingkat petani, penggunaan
varietas unggul dan benih bermutu atau
benih bina adalah salah satu faktor
keberhasilan usaha dan pembangunan
perkebunan. Penggunaan benih bina oleh
petani masih bervariasi antar komoditi
seperti kelapa sawit (85 %), kakao (26 %),
kapas (18 %) dan tembakau (21 %).
Kebijakan
pemerintah
dalam
mendukung program perbenihan melalui
menyediakan benih unggul dan bermutu
melalui prinsip 6(enam) tepat (waktu,
jumlah, lokasi, jenis, mutu dan harga).
Strategi pengembangan pola kemitraan
usaha
dengan
swasta/penangkar
benih/asosiasi
petani
di
wilayah
pengembangan ini dapat menjadi salah
satu acuan bagi pemerintah untuk
mendorong industri perbenihan yang
menyediakan benih yang terjamin
mutunya. Wujud dari pola kemitraan
usaha tersebut salah satunya adalah
melalui
pengembangan
industri
perbenihan dan Model Waralaba;
(Franchising).
Dengan usaha tersebut
diatas diharapkan akan tercipta usaha
perbenihan yang profesional.
Perbenihan
tanaman
sangat
berperan dalam penyediaan pangan
(ketahanan pangan), sandang, papan,
lapangan kerja dan ekonomi. Berikut ini
akan diinformasikan beberapa peran
perenihan tanaman secara spesifik untuk
masing-masing sektor.
4

Tahun 1987, indonesia berhasil


melakukan swasembada pangan. Salah
satu hal yang menunjang keberhasilan
tersebut adalah ditemukannya VUTW
(Varietas Unggul Tahan Wereng).
Indonesia yang pada tahun 1945 sampai
dengan 1986 merupakan importir beras
karena produktifitas benih padi hanya 4
ton per hektar dan sering terserang ooeh
hama wereng, amka kebutuhan pangan
tidak dapat dipenuhi dan mengakibatkan
harus selalu import beras.
Setelah
ditemukan padi VUTW, produktivitas
beras per hektar meningkat dari 4
ton/hekter menjadi 6-8 ton/hektar.
Dengan adanya peningkatan produksi
beras tersebut maka indonesia berhasil
memenuhi kebutuhan pangan dalam
negeri.
Perbenihan tanaman merupakan
bidang yang memerlukan banyak tenaga

Teknik Pembenihan Tanaman

kerja.
Dengan demikian sektor
perbenihan merupakan
bagian dari
penyediaan tenaga kerja di bidang
pertanian.
Benih tanaman sebagai
langkah awal dari kegiatan pertanian,
telah berperan dalam bidang ekonomi
dengan adanya peningkatan penambahan
devisa dari ekspor benih dan peningkatan
pendapatan petani yang beralih dari
petani budidaya menjadi penangkar benih
Benih tanaman penghasil kayu dan
kertas sangat dipengaruhi oleh varietas
benih yang ditanam. Penemuan varietas
jati unggul seperti mas dapat
memperpendek masa budidaya tanaman
jati. Varietas jati lokal dapat dipanen
pada umur 20-30 tahun sedangkan jati
mas dapat dipanen dalam jangka waktu
12-20 tahun.
Masa budidaya yang
singkat
sangat
menguntungkan
ketersiediaan bahan baku papan.

Ringkasan
Setelah mempelajari BAB 1. siswa diharapkan telah menguasai kompetensikompetensi berikut:
1. Menjelaskan potensi pembenihan tanaman.
2. Menjelaskan peran pembenihan tanaman.
Potensi pembenihan tanaman
x

Potensi
pengembangan
usaha pembenihan
tanaman
untuk
memenuhi
kebutuhan
benih
dalam negeri.
Potensi
pengembangan
usaha pembenihan
tanaman
untuk
ekspor.
Potensi kerjasama
perusahaan
benih
dengan
petani
penangkar benih.

Peran pembenihan tanaman


x
x
x

x
x
x

Benih merupakan factor penentu


produksi tanaman.
Pembenihan tanaman sangat berperan
dapam penyediaan bahan baku
pangan, papan dan sandang.
Pembenihan
tanaman
berperan
penting dalam keberhasilan Indonesia
dalam program swasembada pangan
tahun 1987.
Pembenihan tanaman perperan dalam
penyediaan tenaga kerja terampil
sehingga mengurangi pengangguran.
Pembenihan
tanaman
dapat
meningkatkan pendapatan petani.
Pembenihan
tanaman
dapat
meningkatkan perekonomian bangsa.

SOAL:
1. Jelaskan dengan singkat dan jelas minimal 2 potensi dan peran pembenihan
tanaman untuk ekspor.
2. Bagaimana peran benih padi VUTW pada tahun 1987 dibandingkan dengan peran
VUTW pada tahun 2007.
TUGAS:
1. Wawancarai minimal satu orang petani / pengusaha penangkar benih tentang
perbandingan pendapatan mereka saat menangani usaha pembenihan tanaman
dibandingkan dengan usaha sebelumnya.
2. Lakukan observasi terhadap aktivitas petani penangkar benih.

Teknik Pembenihan Tanaman

BAB 2. KARAKTERISTIK TUMBUHAN

2.1

Anatomi Dan Morfologi


Tumbuhan

Tanaman adalah tumbuhan yang


dibudidayakan.
Tanaman merupakan
mahluk hidup yang dapat memproduksi
makanan sendiri. Semua jenis tanaman,
mulai dari yang berukuran kecil sampai
dengan pohon yang sangat besar
mempunyai kesamaan anatomi atau
struktur. Anatomi tanaman terdiri akar,
batang, daun, bunga dan buah.

benang sari, dan pada kondisi yang


tepat, putik akan diserbuki oleh tepung
sari sehingga menjadi buah. Dalam buah
yang berkualitas baik akan tumbuh biji
sebagai cikal bakal generasi tanaman
yang selanjutnya.
Bagian-bagian
tanaman secara lengkap disajikan dalam
Gambar 2.1.

a. Struktur tubuh tumbuhan


Struktur tubuh tanaman terdiri dari
akar, batang, daun, bunga dan buah.
Akar tanaman terdiri dari tudung akar,
ujung akar, rambut akar. Akar tanaman
terdiri dari dua jenis yaitu akar primer dan
akar lateral. Akar primer adalah akar
utama sedangkan akar lateral adalah akar
yang tumbuh dari akar primer.
Batang tanaman adalah bagian
tanman yang tumbuh di atas akar atau
tumbuh di atas permukaan media tanam
(tanah, air atau media tanam lainnya).
Pada batang tanaman terdapat jaringan
batang bagian bawah (ground tissue)
yang menghubungkan bagian akar
dengan dengan batang tanaman bagian
atas dan organ-organ tanaman bagian
atas . Jaringan lainnya yang terdapat
pada batang adalah jaringan pembuluh
yang terdiri dari xilem (jaringan
pengangkut air) dan floem (jaringan
pengangkut hasil fotosintesis). Seluruh
tubuh tanaman dilindungi oleh sel
epidermis.
Pada batang tanaman
terdapat daun, kemudian pada saat
tanaman dewasa, pada organ batang
akan tumbuh dan berkembang bunga.
Bunga tanaman mempunyai putik dan

Gambar 2.1. Struktur tubuh tamanan (Encarta


Ensiklopedia, 2006).

b. Sel
Sel merupakan unit organisasi
terkecil yang menjadi dasar kehidupan.
Semua fungsi kehidupan diatur dan
berlangsung di dalam sel.
Sel dapat
berfungsi secara otonomi (dapat berdiri
sendiri/ independen) asalkan seluruh
kebutuhan hidupnya terpenuhi. Makhluk
hidup (organisma) dapat tersusun dari
satu sel tunggal (uniselular, misalnya
bakteri, dan beberapa jamur dan
protozoa) atau terdiri dari banyak sel
(multiselular).
Pada
organisma

multiselular terjadi pembagian tugas selsel penyusunnya, dan dijadikan dasar


untuk klasifikasi mahluk hidup.
Pada tahun 1665, seorang ilmuwan
Inggris Robert Hooke meneliti irisan tipis
gabus dengan menggunakan mikroskop
yang dirancangnya sendiri. Kata sel
berasal dari kata Latin cellulae yang
berarti 'kamar-kamar kecil
Kemudian seorang ahli mikrobiologi
yaitu Anton van Leeuwenhoek melakukan
pengamatan terhadap benda-benda dan
jasad-jasad renik (mikroba) dan hasil
pengamatannya
menemukan
ada
"kehidupan di dunia lain" yaitu kehidupan
mikroba (organisma yang berukuran kecil)
yang belum pernah dilihat oleh manusia.
Penemuan ini menjadi dasar bagi
perkembangan bidang
biologi yang
penting saat ini yaitu mikrobiologi (ilmu
yang mempelajari perkembangan dan
pertumbuahan mahluk hidup yang
berukuran kecil / mikroba).
Perkembangan mikroskop selama
hampir 200 tahun berikutnya telah
memberikan kesempatan bagi para ahli
untuk meneliti susunan tubuh makhluk
hidup. Berbagai penelitian telah dilakukan
oleh 2 orang ilmuwan dari Jerman yaitu
Matthias Schleiden (ahli tumbuhan, 18041881) dan Theodor Schwann (ahli hewan,
1810-1882).
Mereka menyimpulkan
bahwa setiap mahluk hidup tersusun dari
sel. Selanjutnya pada tahun 1885 seorang
ilmuwan Jerman, Rudolf Virchow,
mengamati bahwa sel dapat membelah
diri dan membentuk sel-sel baru.
c. Perbedaan sel tumbuhan dan sel
hewan
Sel tumbuhan dan sel hewan
mempunyai beberapa perbedaan seperti
tercantum pada Tabel 1. Struktur dan
fungsi-fungsi sel semua organisme
hampir sama, namun proses evolusi yang
dialami oleh masing-masing kelompok
organisme (Phylum) memiliki kekhususan
tumbuhan).

tersendiri. Sel-sel prokariota (organisme


bersel satu seperti bakteri, beberpa fungi
dan protozoa) beradaptasi dengan
kehidupan uniselular sedangkan sel-sel
eukariota (organisme yang mempunyai
inti sel yang dikelilingi membran inti)
beradaptasi
untuk
hidup
saling
berinterkasi dengan organisme lain
sehingga menjadi suatu organisasi
mahluk hidup yang sangat harmonis.
d. Struktur sel
Struktur sel mahluk hidup pada
umumnya minimal terdiri dari organelorganel membran sel, sitoplasma, dan
inti sel atau nukleus. Sitoplasma dan
nukleus secara bersama-sama dan
berkelanjutan membentuk protoplasma.
Di dalam sitoplasma terdapat berbagai
organel. Sel tumbuhan, alga dan
prokariota mengembangkan dinding sel
sedangkan sel hewan tidak mempunyai
dinding sel.
Beberapa organisme
prokariot memiliki flagella pada selnya
untuk memudahkan pergerakan.
Tabel 2.1. Perbedaan Sel Tumbuhan
Dan Hewan.
Sel tumbuhan
Sel hewan
Ukuran sel lebih
besar.

Ukuran sel lebih kecil.

Bentuk sel tetap.

Bentuk sel tidak tetap


(fleksibel/ lentur).

Mempunyai
dinding sel

Tidak mempunyai
dinding sel

Mempunyai
klorofil

Tidak mempunyai
klorofil

Tidak mempunyai
vakuola, walaupun
Mempunyai
terkadang beberapa
vakuola atau
sel hewan uniseluler
rongga sel yang
memiliki vakuola
besar.
(tetapi tidak sebesar
yang dimiliki
Menyimpan
Menyimpan makanan
energi dalam
dalam bentuk granul

Gambar 2.2.
Sel selaput penyusun umbi bawang bombay
(Allium cepa). Tampak dinding sel dan inti sel
(berupa noktah di dalam setiap 'ruang').
Perbesaran 400 kali (Nurwardani,2005)

1). Membran sel


Membran sel adalah suatu selaput
tipis yang membatasi segala kegiatan
yang terjadi di dalam sel sehingga tidak
mudah terganggu oleh pengaruh dari luar.
Oleh sebab itu, membran sel bersifat
'selektif permeabel'. Memban sel secara
otomatis dapat menentukan bahan-bahan
tertentu saja (nutrisi yang dibutuhkan
untuk kehidupan sel) yang dapat masuk
ke dalam dan keluar dari sel. Pada sel
tumbuhan, dalam kondisi normal,
membran sel selalu melekat pada dinding
sel sebagai akibat adanya tekanan turgor
dari dalam sel.
2). Sitoplasma
Fungsi utama sitoplasma yang
berupa cairan kental adalah menjamin
kelangsungan hidup sel (metabolisma).
Hampir semua kegi-atan metabolisme
berlangsung di dalam ruangan berisi
cairan kental ini. Di dalam sitoplasma
terdapat organel-organel yang melayang-

layang (terapung) dalam cairan kental


(bersifat koloid, namun tidak homogen)
yang disebut matriks. Organel-organel
dalam sel akan menjalankan banyak
fungsi kehidupan seperti sintesis bahan,
respirasi (perombakan energi dari proses
pernafasan), penyimpanan, serta reaksi
terhadap rangsang. Sebagian besar
proses di dalam sitoplasma diatur secara
enzimatik
(suatu
proses
yang
memerlukan protein spesifik sehingga
mempercepat berlang-sungnya suatu
proses metabolisme).
Selain organel, terdapat pula
vakuola,
retikulum
endoplasma,
khloraplas (organael khusus yang hanya
terdapat
dalam
sel
tumbuhan),
mitokondria, benda golgi dan berbagai
produk sekunder lain. Va-kuola memiliki
peran
penting
sebagai
tempat
penampungan produk sekunder yang
berbentuk cair, sehingga disebut pula
'cairan sel'. Cairan yang mengisi vakuola
ber-beda-beda, tergantung letak dan
fungsi sel.
3). Nukleus
Nukleus mengendalikan
kegiatan
yang terjadi pada sitoplasma. Di dalam
nukleus terdapat kromosom yang berisi
DNA yang merupakan cetak biru bagi
pembentukan berbagai protein (terutama
enzim).
Enzim
diperlukan
dalam
menjalankan berbagai fungsi pada
sitoplasma. Di dalam nukleus terdapat
nukleolus.
4). Organel
Manusia memiliki banyak or-gan
yang berbeda seperti jantung, paru-paru
dan lambung, yang fungsinya yang
berbeda-beda.
Tumbuhan mempunyai
organ se-perti akar, batang, daun, bunga
dan buah.
Demikian pula dengan sel. Sel
memiliki organ yang disebut organel
(berarti 'organ kecil'). Berikut adalah
macam-macam benda dalam sel

(khususnya sitoplasma) yang


digolongkan sebagai organel:
x Mitokondria.
x Plastida (hanya sel
tumbuh- tumbuhan dan sejumlah
alga),
x Badan golgi atau benda golgi atau
diktiosom,
x Ribosom,
x Retikulum endoplasma,
x Peroksisom
x Vakuola

Gambar 2.3.
Sel tumbuhan dan berbagai organel sel ( Encarta,
2005).

e. Akar
Akar adalah bagian pokok di
samping batang dan daun bagi
tumbuhan.
Akar tumbuhan memiliki
sifat-sifat sebagai berikut.
Akar
merupakan bagian tumbuhan
yang
biasanya terdapat di dalam tanah,
dengan arah tumbuh ke pusat bumi
(geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop),
selalu tumbuh ke arah yang berlaw anan
dengan udara dan cahaya. Pada
umumnya akar tidak berbuku-buku, tidak
beruas dan tidak menjadi tempat tumbuh
dan berkembangnya daun-daun atau
sisik-sisik maupun bagian-bagian lainya.
Akar tidak berwarna hijau, biasanya
berwarna
keputih-putihan
atau
kekuningkuningan. Pada ujungnya akar selalu
tumbuh,
tetapi
umumnya pertumbuhannya masih kalah
cepat jika
dibandingkan dengan bagian di atas

permukaan tanah.
ujung

Selanjutnya,

akar
sering-kali meruncing, hingga lebih
mudah untuk menembus tanah.

Gambar 2.4.
Akar tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik

Fungsi akar bagi tumbuhan ada-lah


memperkuat berdirinya tum-buhan, untuk

2). Akar tunggang.


Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil. Fungsi utama akar
tunggang
adalah untuk menyimpan
makanan.
3). Modifikasi akar
Akar tumbuhan sering kali mengalami
perubahan bentuk (modifikasi) sesuai
dengan fungsi dan kondisi lingkungan
serta jenis tumbuhannya. Ada beberapa
jenis modifikasi akar, antara lain sebagai
berikut.
a). Akar napas.
Akar nafas yaitu bagian akar yang naik ke
atas tanah, khususnya ke atas air seperti
pada tumbuhan mangrove dari genera
Avicennia, dan Soneratia
b). Akar gantung.

menyerap air dan zat-zat nutrisi


(makanan tanaman) yang terlarut di
dalam air tanah atau larutan hara
tanaman, mengangkut air dan zat-zat
makanan yang telah diserap ke bagian
tubuh tumbuhan yang memerlukan
nutrisi.
Akar
tanaman
kadang-kadang
berfungsi
sebagai
tempat
untuk
penimbunan
makanan.
Secara
umum,
ada dua jenis akar
yaitu:
1).
Akar
serabut.
Akar ini umumnya terdapat pada
tumbuhan monokotil..
Walaupun
terkadang,
tumbuhan
dikotil
juga memilikinya (dengan catatan,
tumbuhan dikotil tersebut dikembangbiakkan secara vege-tatif seperti
cangkok, atau stek). Fungsi utama akar
serabut adalah untuk memperkokoh
berdirinya tumbuhan.
Akar gantung yaitu akar
yang sepenuhnya berada di atas
tanah. Akar
gantung terdapat pada
tumbuhan epifit seperti anggrek.
c). Akar
banir.
Akar banir ialah akar yang
banyak terdapat pada tumbuhan
tropik.
d).
Akar
penghisap
akar pengisap ialah akar yang
terdapat pada tumbuhan jenis
parasit seperti benalu.
f.
Bata
ng

Batang merupakan bagian dari


tumbuhan
yang
amat
penting.
Kedudukan batang bagi tubuh tum-buhan,
batang dapat disamakan dengan sumbu
tubuh tumbuhan. Pada umumnya batang
mempunyai sifat-sifat berikut :
x Batang tanaman umumnya berbentuk
panjang bulat seperti silinder atau
dapat pula mempunyai bentuk lain,
akan tetapi selalu bersifat aktinomorf.

x
x

Batang tanaman terdiri atas ruasruas. Masing-masing ruas dibatasi


oleh buku-buku dan pada buku-buku
batang terdapat daun.
Batang biasanya tumbuh ke atas
menuju cahaya atau matahari
(bersifat fototrop atau heliotrop)
Batang selalu bertambah pan-jang di
ujungnya, oleh sebab itu sering
dikatakan, bahwa batang mempunyai
pertumbuhan yang tidak terbatas.
Batang
tanaman
membentuk
percabangan dan selama hi-dup
tumbuhan, tidak akan di-gugurkan
(digantikan dengan yang lebih muda),
kecuali kadang-kadang cabang atau
ranting yang kecil.
Batang tanaman pada umum-nya
tidak berwarna hijau, kecu-ali
tumbuhan yang umurnya pendek,
misalnya rumput dan pada saat
batang masih muda.

g. Daun
Daun merupakan salah satu organ
tumbuhan yang tumbuh pada batang,
umumnya berwarna hijau dan berfungsi
sebagai penangkap energi cahaya
matahari melalui fotosintesis. Daun
merupakan organ terpenting bagi
tumbuhan karena tumbuhan adalah
organisme autotrof obligat (dapat
membuat energi untuk kehidupannya), ia
harus memasok kebutuhan energinya
sendiri melalui konversi energi cahaya
menjadi energi kimia. Bentuk daun sangat
beragam, namun biasanya berupa
helaian. Ketebalan daun pun beragam
ada tipis, sedang atau tebal. Gambaran
dua dimensi daun digunakan sebagai
pembeda bagi bentuk-bentuk daun.
Bentuk dasar daun membulat, dengan
vari-asi cuping menjari atau menjadi elips
dan memanjang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi
duri (misalnya pada kaktus), dan
mengakibatkan
daun
kehilangan

fungsinya sebagai organ fotosintetik.


Daun tumbuhan sukulen (mengandung
air dalam jum-ah yang banyak) atau
xerofit juga dapat mengalami peralihan
fungsi menjadi organ penyimpan air.
Warna hijau pada daun berasal dari
kandungan klorofil pada daun. Klorofil
adalah senyawa pigmen yang berperan
dalam menye-leksi panjang gelombang
cahaya yang energinya diambil dalam
foto-sintesis. Sebenarnya daun juga
memiliki pigmen lain, misalnya karoten
(berwarna jingga), xantofil (berwarna
kuning), dan antosianin (berwarna merah,
biru, atau ungu, tergantung derajat
keasaman).
Daun tua kehilangan klorofil sehingga
warnanya berubah men-jadi kuning atau
merah (dapat dilihat dengan jelas pada
daun yang gugur).
x
x
x
x
x

Daun tanaman berfungsi sebagai:


Tempat terjadinya fotosintesis.
Sebagai organ pernapasan (pada
daun terdapat stomata yang befungsi
sebagai organ respirasi.
Tempat terjadinya transpirasi.
Tempat terjadinya gutasi.
Alat perkembang-biakkan secara
vegetatif (seperti tunas daun cocor
bebek yang dapat digunakan sebagai
bahan un-tuk perbanyakan tanaman
secara stek daun).

Anatomi daun adalah sebagai


berikut:
x Epidermis terbagi atas epidermis atas
dan epidermis bawah. Epi-dermis

x
x

berfungsi melindungi jaringan di


bawahnya.
Jaringan palisade atau jaringan tiang
adalah jaringan yang berfungsi
sebagai tempat terjadinya fotosintesis
Jaringan spons atau jaringan bunga
karang yang berongga. Jaringan ini
berfungsi sebagai tempat menyimpan
cadangan makanan.
Berkas pembuluh angkut yang terdiri
dari xilem atau pembuluh kayu dan
floem atau pembuluh tapis. Xilem
berfungsi untuk mengangkut air dan
garam-garaman yang diserap akar
dari dalam tanah ke daun (untuk digunakan sebagai bahan fotosintesis).
Sedangkan floem ber-fungsi untuk
mengangkut hasil fotosintesis ke
seluruh tubuh tumbuhan.
Stoma (jamak: stomata) ber-fungsi
sebagai organ respirasi. Stoma
mengambil CO2 dari udara untuk
dijadikan bahan fotosintesis karena
mengandung klorofil.
Kemudian
stoma akan mengeluarkan O2
sebagai hasil fotosintesis. Stoma
pada daun identik dengan hidung
manusia, dimana stoma mengambil
CO2 dari udara dan mengeluarkan
O2, sedangkan hidung mengambil O2
dan mengeluarkan CO2. Stoma
terletak di epidermis bawah. Selain
stoma, tumbuhan tingkat tinggi juga
bernafas melalui lentisel yang terletak
pada batang.

Gambar 2.5 Berbagai bentuk batang dari berbagai jenis tanaman

Gambar 2.6 Irisan melintang batang tanaman dengan struktur jaringan pengangkut air dan hasil fotosistesis.

Gambar 2.7 . Daun segar membutuhkan cahaya untuk melangsungkan proses fotosintesis
(kiri) dan daun tua telah kehilangan klorofil karena proses penuaan (kanan)

Gambar 2.8. Model irisan melintang daun tumbuhan

h.

Bunga

Bunga adalah organ reproduksi pada


sebagain besar tumbuhan yang sering
memproduksi buah yang mengandung biji
sebagai calon benih. Tidak semua biji
tanaman dihasilkan dari bunga, sebagai
contoh adalah cornifera mempunyai benih
telanjang pada suatu bentuk spesifik
berupa cone.
i.

Buah dan biji


Buah pada umunya merupa-kan
organ tanaman tempat me-nyimpan benih
dan hasil foto-sintesis. Biji sebagai calon
benih yang pada umumnya berada di
dalam buah terbentuk melalui proses
berikut: setelah tepung sari mendarat
dengan tepat pada kepala putik, maka
dengan segera dan secara bersam-sama
jaringan pembuahan tersebut akan
menye-rap air dan nutrisi tanaman berupa
gula dan akan membentuk tabung sari.
Tabungsari akan tumbuh dan menembus
tangkai putik (style), menuju kje arah
kantung lembaga. Di tempat tersebut sel
jantan bertemu dengan sel telur, untuk
membentuk zigot.
Zigot akan tumbuh
menjadi embrio biji.

Pembuahan adalah permulaan dari


pertumbuhan ovari yang cepat dan
selanjutnya berkembang men-jadi biji.
Pada biji yang sedang berkembang,
perkembangan em-brio didahului oleh
pertumbuhan
endosperm.
Perkembangan biji akan diakhiri dengan
pemben-tukan integumen pada jaringan
ovari induk.
Biji akan tumbuh dan
berkembang sampai menjadi bentuk yang
sempurna dan memenuhi standar untuk
menjadi benih.

Gambar 2.9
Bunga tumbuhan yang sempurna memiliki bagian
bunga sebagai berikut tangkai bunga, putik, sel
telur, tangkai putik,kepala putik kelopak bunga,
mahkota bunga, benang sari, dan serbuk sari

2.2

Anatomi dan Morfologi Biji


Tumbuhan
Biji yang memenuhi kriteria ter-tentu
dapat dijadikan benih. Benih tanaman
yang ditumbuhkan pada media semai
yang mengandung air akan tumbuh dan
berkembang
menjadi
bibit.
Pertumbuhan bibit sangat tergantung
pada cadangan makanan di dalam benih
(endosperm).
Cadangan makanan
dalam benih adalah karbohidrat, lemak
dan protein.
Benih yang ditumbuhkan pada
media semai akan melakukan proses
perkecam-bahan
(germination).
Perkecambahan
benih
sangat
dipengaruhi oleh viabilitas benih dan
lingkungan
yang
cocok
untuk
pertumbuhan dan perkem-bangan bibit.
Benih yang sedang berkecambahan
sangat peka ter-hadap penyakit
tanaman dan gangguan fisik sehingga
selama proses ini sangat memerlukan
perlindungan (proteksi).
Perlindungan kecambah atau bibit
muda sebaiknya dilakukan dengan
memasang pelindung berupa naungan
dari plastik atau paranet. Naungan
berfungsi seba-gai pelindung kecambah
dan bibit muda dari sengatan sinar
mata-hari, dan organisme pengganggu
tanaman.

Gambar 2.10.
Biji tanaman yang terbentuk dari hasil
pembuahan (bertemunya putik dengan serbuk
sari dan berkembang menjadi zigot)

2.3

Pertumbuhan Dan
Perkembangan Tumbuhan

Biji dari berbagai spesies


tumbuhan akan berkecambah apabila,
suhu
menguntungkan,
persediaan
oksigen memadai dan kelembaban
media tumbuh cukup dan kontak secara
langsung dengan biji. Pada beberapa
spesies walaupun kondisi di atas
terpenuhi tetapi biji tidak dapat
berkecambah. Hal tersebut disebabkan
oleh belum tuntasnya masa dormansi
(istirahat) biji tersebut. Biji-biji kelompok
ini umumnya beasal dari daerah beriklim
sub tropis.
Periode dormansi yang
telah dilewati akan menyebabkan
perkecambahan biji pada kondisi suhu
yang optimal, adanya persediaan
oksigen dan air.

Pada biji monokotil, morfologi biji


terdiri dari kulit biji, endosperm,
kotiledon, dan embrio.
Pada biji
tanaman Gymnospermae, morfologi biji
terdiri dari kulit biji (testa), mega
gametofit, embrio yang terdiri dari
kotiledon dan calon akar), sedangkan
untuk biji dikotiledon terdiri dari kulit biji
(testa) dan embrio (dua kotiledon, calon
akar dan calon daun pertama) Untuk
memperjelas
gambaran
proses
perkecambahan biji dapat dilihat pada
gambar perkecambahan biji tembakau
(Nicotiana tabacum),

Teknik Pembenihan Tanaman

15

Gambar 2.11 Morfologi benih tumbuhan

Gambar 2.12
Tahapan perkecambahan benih tembakau (Nicotiana tabacum). A. Enam jam pertama; mikropilar kulit biji terluar
akan merekah sehingga memudahkan endosperm menembus kulit biji. B. Pada saat enam jam kedua,
mikropilar endosperm menyelimuti ujung radikula (calon akar). C. Pada saat enam jam ke tiga, radikula mulai
keluar dari biji. D. Pada penambahan hormon ABA, mikropilar endosperm akan menyelimuti radikula pada saat
60 jam setelah perkecambahan (ABA menghambat mikropilar menyelimuti radikula). ((Muller et.al.,2004).

Teknik Pembenihan Tanaman

16

Perkecambahan dapat terjadi


walaupun tanah atau media semai tidak
mengandung unsur hara karena di dalam
biji sudah mengandung cukup persediaan
makanan agar lembaga dapat tumbuh
selama masa persemaian.
Benih akan
berkecambah, setelah keluar kotiledon
harus ditambahkan air dan beberapa
unsur hara pada media tanamnya. Suhu
yang
paling
optimal
untuk
perkecambahan biji adalah 15-38oC.
Oksigen bebas sangat diperlukan untuk
respirasi yang akan menghasilkan enerji
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman.
Ketidak-tersediaan oksigen
akan memperlambat atau mencegah
perkecambahan benih.
Kelembaban
media tanam yang terlalu berlebihan akan
menghambat proses perkecambahan.
Kondisi inipun akan mempertinggi
kemungkinan benih terserang oleh
organisme
pengganggu
tanaman,
terutama dari golongan bakteri dan fungi,
dan akan mengakibatkan benih mati atau
tumbuh tidak normal.
Benih harus
mendapatkan jumlah air yang tepat untuk
berkecambah, kondisi kelebihan air akan
menyebabkan oksigen keluar dari dalam
sel dan benih tidak dapat berkecambah.
Sebaliknya jika kelembaban media kurang
optimal benih tidak akan dapat
menguraikan cadangan makanan dalam
biji (jaringan endosperma) sehingga
epikotil dan hipokotil tidak akan tumbuh
dan berkembang.
Dalam
keadaan
yang
menguntungkan
untuk
proses
perkecambahan, benih mengabsorpsi air
sehingga benih menjadi menggembung
dan kulit biji pecah. Dengan segera air
memasuki sel-sel jaringan lembaga dan
endosperma. Kandungan air dalam sel
benih
akan
naik
dari
tingkat
praperkecambahan
sebesar
8-14%
menjadi lebih dari 90%.

Pada saat protoplasma sel


menyerap uap air, maka berbagai proses
kehidupan akan berlangsung. Hormon
pertumbuhan dan perkembangan seperti
asam indol asetat akan mulai berfungsi.
Hormon ini mengatu pertumbuhan dan
perkembanga hipokotil dan epikotil.
Sumber makanan yang tersimpan
dalam endosperma dan kotiledon akan
segera diproses melalui respirasi
sehingga menghasilkan enerji kimia yang
penting untuk pembelahan sel, produksi
protoplasma,
dan
proses-proses
pertumbuhan lainnya.
Ketika terjadi
proses pencernaan cadangan makanan
pada biji, respirasi dan asimilasi nutrisi ke
dalam protoplasma, maka sel-sel pada
ujung epikotil dan hipokotil mulai
membelah dan membentuk sel-sel baru.
Sel-sel ini mulai membesar pada saat
menyerap air, kemudian protoplasma
yang baru akan terbentuk.
Ujung hipokotil muncul melalui
suatu celah pada kulit biji. Ujung hipokotil
tumbuh menjadi akar primer. Akar ini
mempunyai panjang 2 cm atau lebih.
Akar primer akan menyerap air dan unsur
hara dari tanah, sehingga dapat
mensuplai epikotil tumbuh dengan baik
dan akan menjadikan calon batang
pertama.
Akar primer yang tumbuh akan
mengasilkan
akar-akar
sekunder,
kemudian tumbuh dan berkembang agi
menjadi akar tersier. Dari epikotil akan
tumbuh batang yang akan menghasilkan
daun-daun serta berbagai cabang.
Tingkat perkecambahan biji sangat
bervariasi, dalam kondisi lingkungan yang
paling baik, akar-akar primer akan tumbuh
dalam 36-96 jam.
Perbedaan ini
disebabkan oleh berbagai faktor seperti
ketebalan dan struktur kulit biji dan masa
dormansi biji.
Kecambah akan tumbuh
dan berkembang menjadi tanaman
dewasa. Dalam proses ini pertumbuhan

akan melibatkan pembuatan sel-sel baru


dari sel-sel yang sudah ada sebelumnya.
Disamping
itu
terdapat
proses
pembesaran sel yang baru terbentuk,
sehingga sel akan membesar dan
menjadi jaringan tanaman.
Persyaratan-persyaratan
yang
harus dipenuhi untuk pertumbuhan
normal adalah tersedianya enerji kimia
yng berasal dari proses respirasi.
Tumbuhan yang sedang tumbuh harus
memiliki protein dan senyawa organik lain
untuk membangun
protoplasma.
Tumbuhan ini harus memiliki selulosa
dan beberapa senyawa organik untuk
membentuk dinding sel.
Sel yang baru terbentuk dengan
cepat akan meningkat ukurannya karena
adanya asimilasi makanan ke dalam
protoplasma. Fase pertumbuhan yang
berikutnya perkembangan sel, yaitu
dengan ditandai terbentuknya jaringanjaringan
baru seperti
silem, floem,
jaringan penguat, jaringan pembuat
makanan, dan jaringan peyimpanan.
Pada umumnya, sel dan jaringan yang
sudah matang tidak akan membelah diri
lagi, akan tetapi proses kehidupan yang
terjadi hanya mempertahankan ciri
spesifiknya serta fungsinya sepanjang
masa hidup tumbuhan.

Pertumbuhan tumbuh-tumbuhan
dikendalikan secara umum oleh hormon
yang disintesis oleh tumbuhan dan
terdapat pada semua jaringan. Hormon
pertumbuhan IAA (Indol Acetic Acid)
berfungsi dalam pembesaran sel,
gugurnya daun dan jatuhnya buah,
pertumbuhan buah dari bakal bunga
menjadi bunga dan buah, interaksi timbalbalik tunas dan berbagai pertumbuhan
lainnya. Salah satu contoh IAA adalah
giberelin.
Selama masa pertumbuhan dan
perkembangan, tumbuhan memerlukan
air, unsur hara, karbondioksida dan
oksigen, serta cahaya.
Selama masa
tersebut, organ-organ vegetatif seperti
daun, batang, dan cabang tumbuhan
akan tumbuh dan berkembang sampai
akhirnya terbentuk organ generatif.
Organ generatif tumbuhan yang minimal
adalah terdiri dari benang sari dan putik.
Proses
perkembangbiakan
secara
generatif
dimulai
dari
terjadinya
pertemuan butir-butir serbuk sari dengan
putik. Di dalam putik, butiran serbuk sari
membentuk tabung,kemudian
menjadi
bakal biji yang terletak dalam bakal buah.
Kondisi ini menandai adanya calon
generasi tumbuhan berikutnya.

Gambar 2.13. Proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan; A. Proses benih


berkecambah. B. Bibit. C. Tumbuhan dewasa. D. Tumbuhan sanesen (tua)

Gambar 2.14.
Proses pertumbuhan dan perkembangan biji (fase haploid) serta proses penyerbukan (fase diploid).

Ringkasan
Setelah mempelajari BAB 2. siswa diharapkan telah menguasai kompetensikompetensi berikut:
1. Anatomi dan morfologi tumbuhan
2. Anatomi dan morfologi biji tumbuhan.
3. Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Anatomi dan morfologi
tumbuhan
x
x
x
x
x
x
x
x

Struktur
tubuh
tumbuhan.
Sel tumbuhan
Perbedaan
sel
tumbuhan dan hewan.
Akar.
Batang
Daun.
Bunga
Buah dan biji.

Anatomi dan morfologi biji


tumbuhan
x
x
x

Bagian-bagian
monokotil.
Bagian-bagian
dikotil.
Tahapan
perkecambahan.

biji
biji

Pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan
x

Proses pertumbuhan
dan
perkembangan
tanaman
meliputi:
proses
benih
berkecambah,
pertumbuhan
dan
perkembangan bibit,
tumbuhan
tumbuh
dewasa dan proses
sanesen (tua).

SOAL:
1. Jelaskan dengan ringkas tentang perbedaan dan persamaan sel tumbuhan dan
hewan
2. Gambarkan bagian-bagian biji tumbuhan

TUGAS:
1. Amati proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman tanaman padi
2. Lakukan observasi di lingkungan sekolah terhadap 20 jenis tumbuhan.
Kelompokkan tumbuhan atau tanaman yang mana yang termasuk dikotil dan
mookotil.

BAB 3. TEKNIK PRODUKSI BENIH VEGETATIF TANAMAN


3.1.

Dasar-dasar Pembibitan dan


Produksi Benih Tanaman.

Teknik
pembenihan vegetatif
tanaman bertujuan untuk menghasilkan
individu keturunan tanaman yang
mempertahankan sifat baik dari induknya.
Keturunan tanaman yang berasal dari
proses pembenihan vegetatif dari dua
induk yang mempunyai keunggulan.
Keduanya dapata memadukan dua
keunggulan
tersebut
sehingga
mempunyai sifat-sifat lebih baik dari
kedua induknya disebut bibit unggul.
Bibit unggul adalah tanaman muda
yang memiliki sifat unggul yaitu mampu
menunjukkan sifat asli induknya dan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, dan
tahan terhadap hama dan penyakit.
Pada kegiatan usaha pembenihan
tanaman terdapat beberapa prinsip dasar
yang selalu digunakan oleh setiap industri
pembenihan yaitu:
x Investasi modal usaha.
x Investasi lahan pembenihan.
x Investasi bahan tanaman unggul
(benih unggul)
x Penyiapan tenaga kerja profesional
x Penyiapan alat-alat produksi benih
dan quality control product
x Pemahaman K-3
x Pesemaian
x Pemeliharaan pesemaian
x Penanaman
x Pemeliharaan benih
x Pengolahan benih (seed processing)
x Pengujian kualitas produk
x Penggudangan
x Sertifikasi
x Pemasaran
x Distribusi produk
x Layanan purna jual
x Penelitian dan
pengembangan
produk
a. Norma Kesehatan pekerja
Norma kesehatan kerja diharapkan
menjadi instrumen yang
mampu
menciptakan dan memelihara derajat
kesehatan kerja setinggi-tingginya. K3
dapat melakukan pencegahan dan
pemberantasan penyakit akibat kerja,
misalnya
kebisingan,
pencahayaan

3.2.

Kesehatan Dan Keselamatan


Kerja

Menurut
Konradus
(2003),
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
merupakan instrumen untuk memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup,
dan masyarakat sekitar dari bahaya
akibat kecelakaan kerja. Perlindungan
tersebut merupakan hak asasi yang wajib
dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
untuk mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero
accident). Dalam hal ini ada 3 norma yang
harus diperhatikan yaitu:
x norma kesehatan,
x norma keselamatan dan
x norma kerja nyata.
Pencegahan merupakan cara yang
paling efektif. Oleh sebab itu dua hal
terbesar yang menjadi penyebab
kecelakaan kerja yaitu :
x perilaku yang tidak aman
x kondisi lingkungan yang tidak
aman.
Berdasarkan data dari Biro Pelatihan
Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan yang
pernah terjadi sampai saat ini adalah
diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman
seperti:
x sembrono dan tidak hati-hati
x tidak mematuhi peraturan
x tidak mengikuti standar prosedur
kerja
x tidak memakai alat pelindung diri
x kondisi badan yang lemah
Cara efektif untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja adalah
dengan menghindari terjadinya lima
perilaku tidak aman yang telah disebutkan
di atas.

(sinar), getaran, kelembaban


udara, dan lain-lain yang dapat
menyebabkan kerusakan pada alat
pendengaran,
gangguan
pernapasan, kerusakan paru- paru,
kebutaan, kerusakan jaringan
tubuh akibat sinar ultraviolet,
kanker kulit, kemandulan, dan lainlain.

Hal yang penting diperhatikan dalam


penerapan kesehatan pekerja dalam
bidang teknik perbenihan tanaman dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
penerapan
dalam
bidang
teknik
pembenihan tanaman secara secara
generatif maupun vegetatif. Dalam teknik
perbenihan tanaman secara generatif
yang pada umumnya terdiri dari kegiatan
persiapan lahan, pengolahan tanah,
pesemaian, pembibitan, penanaman,
pengairan, pemupukan, pengendalian
hama, penyakit dan gulma, persilangan,
pemanenan, penanganan pasca panen,
prosesing benih dan pengemasan
terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dan diupayakan untuk
diterapkan yaitu:
x Penggunaan alat dan mesin-mesin
x Penggunaan bahan kimia
x Dalam
aktivitas
agrobisnis
perbenihan tanaman secara vegetatif
baik secara konvensional (menyetek,
mencangkok, menyambung dan lainlain) hal-hal yang harus diperhatikan
dalam kesehatan pekerja sama
dengan dalam kegiatan teknik
perbenihan secara generatif yaitu
penggunaan alat mesin serta
penggunaan bahan kimia.
x Dalam
aktivitas
agrobisnis
perbenihan tanaman secara vegetatif

atau dokter terdekat. Pada suatu lokasi


perbenihan tanaman harus diupayakan
adanya tempat berteduh dan berlindung.
Selain itu lokasi perbenihan diupayakan
agar dekat dengan
x Toko makanan
x Persediaan air bersih yang cukup.

dengan teknik kultur jaringan terdapat


sedikit perbedaan yaitu harus
memperhatikan minimal 3 hal dalam
kesehatan pekerja yaitu; penggunaan
alat dan mesin-mesin, penggunaan
bahan kimia dan penggunaan lampu
ultra violet dalam persiapan enkas
untuk inokulasi bahan berupa sel
atau jaringan tanaman.
Beberapa hal penting yang harus
diperhatikan adalah tindakan pertolongan
pertama, regu penolong, pelayanan
kesehatan kerja , perawatan kesehatan,
tempat berteduh dan perumahan, gizi dan
air minum. Jika terjadi gangguan
kesehatan maka harus ada tempat untuk
pelaporan, pencatatan, penyelidikan dan
pemberitahuan penyakit dan kecelakaan
kerja
Aktivitas perbenihan tanaman pada
umumnya dilakukan di lokasi yang agak
jauh dari kota. Oleh sebab itu harus ada
pekerja yang terampil dalam prosedur
PPPK (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan). Pelatihan ini
meliputi
perawatan luka terbuka, dan resusitasi.
Dalam area di mana pekerjaanterlibat
dengan resiko keracunan oleh bahan
kimia atau asap, ular, serangga atau labalaba penggigit atau bahaya spesifik lain,
maka pelatihan pertolongan pertama
harus diperluas melalui konsultasi dengan
orang atau organisasi yang berkualitas.
Alat atau kotak PPPK yang dirawat
dengan baik harus siap tersedia di tempat
kerja dan dilindungi terhadap pencemaran
oleh kelembaban dan kotoran. Wadah ini
harus ditandai dengan jelas dan tidak
berisi apapun selain peralatan PPPK dan
semua karyawan harus mengetahui
tempat penyimpanan peralatan PPPK dan
prosedurnya..
Jika dalam melakukan kegiatan
agribisnis perbenihan terjadi kecelakaan
harus terdapat alat komunikasi agar dapat
dengan segera menghubungi regu
penolong seperti rumah sakit, ambulance
x Fasilitas
sanitary
(ruang
cuci, pancuran, kamar kecil
atau kakus
x Fasilitas
untuk
mencuci
dan mengeringkan pakaian
x Toko
barang
umum
(terpisah dengan
bahan
mudah
terbakar, bahan
kimia).

Bila makanan disediakan oleh


pengusaha, harus dipastikan bahwa
masukan energi cukup untuk pelaksanaan
pekerjaan fisik berat baik karbohidrat,
lemak dan protein hewani.
b. Norma Keselamatan kerja
Norma
keselamatan
kerja
merupakan sarana atau alat untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja
yang tidak diduga yang disebabkan oleh
kelalaian kerja serta lingkungan kerja
yang
tidak
kondusif.
Penerapan
keselamtan kerja diharapkan mampu
menihilkan kecelakaan kerja sehingga
mencegah terjadinya cacat atau kematian
terhadap pekerja, kemudian mencegah
terjadinya kerusakan tempat dan
peralatan kerja. Konsep ini juga
mencegah pencemaran lingkungan hidup
dan masyarakat sekitar tempat kerja.
Penerapan keselatan kerja dalam
bidang teknik perbenihnan tanaman harus
diterapkan dalam setiap aktivitas
diantaranya adalah persiapan lahan,
penanaman , pengairan, pemeliharaan
tanaman tanpa bahan kimia, penanganan
dan penananam tanaman secara kimia
(pemupukan
dan
pengendalian
hama,penyakit dan gulma tanaman),
pemangkasan, pemanenan, prosesing
benih dan pengemasan.

Digunakan hanya untuk pekerjaan


yang
telah
dirancang
atau
dikembangkan, kecuali jika suatu
penggunaan
tambahan
yang
diusulkan telah dinilai oleh seorang
yang
kompeten
yang
telah
menyimpulkan bahwa penggunaan

Semua kegiatan perbenihan tanaman


harus direncanakan dan diorganisir
secara terpadu sehingga dapat mencegah
pemborosan dan untuk memastikan
tingkatan monitorung yang tepat sehingga
pelaksanaan kerja dapat berjalan dengan
aman.
Salah satu hal yang harus
diperhatikan adalah adanya keterangan
tentang :
x Jenis pekerjaan yang diperlukan
x Tujuan kegiatan
x Lokasi tempat kerja yang ditunjuk,
x Jadwal waktu untuk kegiatan spesifik:
x Spesifikasi produk atau hasil lain:
x Spesifikasi untuk metoda kerja yang
digunakan:
x Orang yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan dan
mengawasi
kegiatan:
x Rencana darurat dalam cuaca buruk
atau terdapat masalah dengan
peralatan.
Untuk setiap tugas diupayakan dipilih
metoda terbaik dan paling aman.
Penggunaan alat dan bahan harus
dilakukan
dengan
metoda
yang
distandardisasi dan telah disetujui. Jika
memungkinka untuk dapat dipraktekkan,
pekerjaan manual dan motor-manual
perlu didukung dengan mesin, terutama
sekali untuk mengurangi mengangkat dan
membawa muatan berat dan untuk
mengurangi potensi bahaya yang timbul
dari penanganan mesin bertenaga dan
dipegang dengan tangan.
Penggunaan bahan, alat dan mesin
dalam teknik perbeniahan diupayakan
untuk memenuhi kriteria di bawah ini;
Semua perkakas, mesin dan bahan-kimia
berbahaya yang digunakan dalam
pembenihan harus:
x Memenuhi syarat keselamatan dan
kesehatan
kerja
sebagaimana
ditentukan
dalam
standar
internasional atau nasional dan
rekomendasi.

alat
dan
bahan
yang
digunakan adalah aman:
Digunakan atau dioperasikan
hanya oleh para pekerja
yang telah dinilai
berkompeten dan/atau
memegang sertifikat

ketrampilan yang sesuai. Dalam


melakukan
kegiatan
perbenihan
tanaman
sebaiknya
menggunakan pakaian kerja dan alat
pelindung diri ketentuan umum untuk
pakaian kerja adalah sebagai berikut:
x Pakaian kerja harus dibuat dari
bahan yang menjaga badan pekerja
tetap kering dan berada pada
temperatur yang nyaman. Untuk
pekerjaan dalam iklim panas dan
kering, pakaian yang sesuai harus
digunakan untuk menghindari isolasi
panas yang
berlebihan
dan
memudahkan pengeluaran keringat.
Pakaian pelindung yang sesuai harus
disediakan jika ada suatu resiko
radiasi UV atau bahan yang
beracun.
x Pakaian harus mempunyai warna
yang kontras agar pekerja terlihat
dengan jelas.
x Bila menggunakan bahan kimia
berbahaya, alat pelindung diri harus
disediakan sesuai
keselamatan
dalam penggunaan bahan kimia di
tempat kerja.
x Alat pelindung diri harus mematuhi
standar internasional atau nasional.
x Alat pelindung diri harus disediakan
dalam jumlah yang cukup.
x Operator harus sadar bahwa
keselamatan dan kesehatan kerja
meruapak hal yang sangat penting.

menerapkan
atau
Melaksanakan
tindakan-tindakan pemeliharaan yang
teratur, yang selanjutnya lebih dikenal
dengan istilah sistim pemeliharaan yang
berencana. Sistim pemeliharaan yang
berencana adalah Aktivitas pemeliharaan
yang teratur dan dijalankan dengan taat
azas,
melalui
pengawasan
dan
pencatatan berdasarkan rencana yang

c. Norma Kerja nyata


Norma kerja berkaitan dengan
manajemen perusahaan. K3 dalam
aktivitas kerja sehari-hari diterapkan
dalam bentuk pengaturan jam kerja, shift,
kerja wanita, tenaga kerja kaum muda,
pengaturan jam lembur, analisis dan
pengelolaan lingkungan hidup, dan lainlain.
3.3.

Pengelolaan Alat Dan Mesin


Perbenihan

Pemeliharaan merupakan suatu


penggabungan setiap tindakan atau
kegiatan yang dilaksanakan untuk
mempertahankan, atau memulihkan suatu
alat, mesin, bangunan pada kondisi yang
dapat diguanakan untuk aktivitas produksi
pembenihan tanaman.
Dalam sistim pemeliharaan yang
tradisionil digunakan sistim pemeliharaan
dan perawatan yang tidak berencana.
Metode ini dapat mengakibatkan
terjadinya suatu kerusakan/kegagalan
pengoperasian alat/mesin pembenihan
sebelum alat
diguanakan dengan
optimal, perusahaan sudah harua
membetulkan
atau
memperbaiki
kerusakan.
Pemeliharaan alat
merupakan suatu kebutuhan prosedur
dalam suatu usaha pembenihan tanamn
sehingga prosedur mengendalikan dan
administrasi
pemeliharaan
mutlak
diperlukan. Suatu kerusakan/kegagalan
dari
alat/peralatan
atau
mesin
mencerminkan metode yang digunakan
dalam menjalankan sistim pemeliharaan
alat tersebut. Gangguan terhadap
aktivitas produksi sering tidak diketahui
sebelumnya karena jarang dievaluasi
secara menyeluruh dan sulit untuk
diperkirakan.
Dalam rangka meminimalkan akibat
yang merugikan dari gangguan kerusakan
alat yang terjadi dalam produksi, maka
beberapa perusahaan saat ini telah
telah dibuat terlebih dahulu.
Pengawasan administratip pada
pekerjaan
pemeliharaan
merupakan hal yang sangat
penting
untuk
dilakukan,
terutama pada saat perubahan
dari sistim pemeliharaan darurat
kedalam sistim pemeliharaan
yang berencana. Pada sistim

Pemeliharaan dan Perawatan yang


sifatnya darurat seluruhnya sangat
tergantung pada keputusan-keputusan
yang diambil. Pembelian alat pengganti
yang terburu-buru, prioritas perbaikan
yang tidak terencana, tenaga kerja yang
kurang mampu akan menurunkan
efisiensi pemeliharaan.
Pada sistim
pemeliharaan yang berencana mengatur
kebijakan dalam sistim pemeliharaan
suatu perusahaan dengan mengadakan
prosedur yang jelas, baik dalam segi
teknis maupun keuangannya serta
mengawasi pelaksanaan pemeliharaan
yang objektif berdasarkan standar
pemeliharaan alat yang lebih efektif dan
efisien.
Keberhasilan suatu skema sistim
pemeliharaan yang berencana adalah
dengan membuatatau menjaga sistim
tersebut sesederhana mungkin dalam
prosedur
pelaksanaannya
dengan
melibatkan para petugas lapangan/teknisi
dengan kerja keras yang minimum.
Prosedur pemeliharaan alat, harus
difahami minimal oleh.
x Supervisor
x Pemegang gudang
x Pekerjaan-pekerjaan Umum
x Pembuatan produk
x Operatot persiapan dan penyesuaian
mesin-mesin

x
x

Operator perubahan dan perbaikan


alat alat pembenihan.
Operator keamanan, pemadaman
kebakaran, dan pengemudi.

Pemeliharaan darurat yaitu suatu


tindakan pemeliharaan yang perlu segera
ditangani/diselesaikan
dengan
secepatnya untuk menghindari kerusakan
yang lebih parah atau fatal. Berikut ini
disampaikan
beberapa
metode
pemeliharaan alat yang umum digunakan
pada perusahaan pembenihan.
a.

Pemeliharaan yang berencana

Pemeliharaan berencana merupakan


sistim pemeliharaan yang terorganisasi
dan dilaksanakan dengan mantap
berdasarkan rencana pengawasan dan
pencatatan serta analisa berdasarkan
rencana yang telah dibuat sebelumnya.
b. Pemeliharaan perbaian
Pemeliharaan perbaikan meruapakan
sistim pemeliharaan yang dilakukan untuk
memulihkan
kerusakan
(termasuk
penyetelan dan perbaikan) suatu alat,
mesin atau bangunan pembenihan
tanaman agar dapat digunakan kembali
dalam kegiatan produksi benih tanaman .
c. Pemeliharaan pencegahan
Pemeliharaan
pencegahan
merupakan Sistim pemeliharaan yang
dilaksanakan atas dasar rencana/waktu
yang telah ditetapkan sebelumnya dan
bersifat untuk menghindari/mencegah
kerusakan.
d. Pemeliharaan berjalan

e. Pemeliharaan terbatas (pada saat


produksi berhenti)
Pemeliharaan terbatas meruapakan
sistim pemeliharaan yang hanya dapat
dijalankan pada waktu suatu alat, mesin,
dan bangunan pembenihan dalam
keadaan tidak dipakai (proses produksi
berhenti).

Pemeliharaan sistim pemeliharaan


yang dapat dilakukan ketika suatu alat,
mesin dalam keadaan dipakai.
x Inventarisasi pabrik
Suatu daftar inventaris dari
seluruh fasilitas misalnya :
seluruh peralatan,
mesin-mesin
yang
ada
serta
bangunan dengan semua
isinya, guna tujuan identifikasi,
termasuk

keterangan/data mengenai masingmasing spesifikasi Teknik dan


konstruksinya secara terperinci.
x Program Pemeliharaan :
Suatu
daftar
alokasi
atau
pembebanan
dari
aktifitas
pemeliharaan pada jangka waktu
tertentu.
x Jadwal Pemeliharaan
Suatu
susunan/daftar
yang
komprehensip
dari
aktifitas
pemeliharaan beserta kejadian/
akibat-akibatnya.
x Kartu Kendali alat, mesin dan
bangunan: Suatu catatan mengenai
penggunaan, kejadian dan kegiatan
yang terjadi/dilaksanakan terhadap
suatu alat, mesin dan bangunan
pembenihan.
x Laporan Kerja :
Suatu pernyataan/catatan tentang
kegiatan/pekerjaan
yang
telah
dilakukan serta catatan tentang
kondisi-kondisi dari suatu alat, dan
mesin-mesin.
x Spesifikasi Pekerjaan :
Suatu dokumen yang menguraikan
tentang kegiatan/pekerjaan yang
harus dilaksanakan.
x Perbaikan besar :
Suatu proses pengujian dan
pemulihan alat, mesin dan bangunan
pembenihan secara menyeluruh

(termasuk perbaikan) Sampai dengan


kondisi alat,mesin dan bangunan
tersebut dapat digunakan.
x Perencanaan Pemeliharaan :
Prosedur
pemeliharaan
yang
mencakup
tugas
operator
pemeliharaan, metode,
bahan,
alat/peralatan, mesin- mesin, tenaga
kerja, serta waktu yang diperlukan.
x Permohonan Pemeliharaan
Salah satu persyaratan untuk
perencanaan fungsi pemeliharaan,
adalah mengetahui secara tepat
tentang apa yang harus dikerjakan,
apa yang sedang dikerjakan dan
berapa lama setiap tugas/pekerjaan
tersebut dikerjakan.
Pengembangan pemeliharaan alat,
mesin dan bangunan pembenihan
merupakan tahap-tahap yang harus
difahami
oelh
semua
operator
pembenihan yang terlibat dalam kegiatan
produksi benih.
Konsep lain yang penting pada
industri pembenihan adalah tentang
produksi benih vegetatif. Dalam industri
pembenihan minimal terdapat enam
kompetensi teknik yang harus difahami,
dikuasai dan diimplementasikan yaitu
pohon induk, batang bawah dan batang
atas, teknik penyiapan pembibitan, teknik
pembenihan tanaman secara vegetatif,
teknik pemilihan memproduksi benih
vegetatif dan sertifikasi benih.
3.4.

varietas pohon induk dan asal-usulnya


(nama pemilik, tempat asal) harus jelas,
sehingga memudahkan pela-cakannya.
Tanaman dari biji harus sudah
berproduksi minimal lima musim, untuk
mengetahui kemantapan sifat yang
dibawanya.

Pohon Induk dan bibit unggul

Pohon induk adalah tanaman pilihan


yang dipergunakan sebagai sumber
batang atas (entres), baik itu tanaman
kecil ataupun tanaman besar yang sudah
produktif yang berasal dari biji atau hasil
perbanyakan vegetatif.
Persyaratan
pohon induk antara lain adalah memiliki
sifat unggul dalam produktivitas dan
kualitas tanaman, seperti tanaman buah
yang tahan terhadap serangan organisme
pengganggu tanaman (OPT). Nama
Ditanam dalam kebun yang
terpisah dari tanaman lain yang
dapat menjadi sumber penularan
penyakit atau penyerbukan silang,
terutama untuk pohon induk yang
akan diperbanyak secara generatif
yaitu diambil bijinya.

Kebun pohon induk adalah kebun


yang ditanami dengan bebera-pa varietas
buah unggul untuk sumber penghasil
batang atas (mata tempel atau cabang
entres) untuk perbanyakan dalam jumlah
besar. Tanaman
yang ditanam pada
umumnya
adalah
tanaman
hasil
perbanyakan secara vegetatif (okulasi,
sambung, susuan, cangkok, stek) dan
memenuhi persyaratan sebagai pohon
induk. Lokasi pohon induk sebaiknya tidak
jauh dengan lokasi perbanyakan
tanaman,
untuk
memudahkan
pelaksanaan perbanyakan bibit.
Ada dua sistem penanaman kebun
pohon induk, ialah:
x Kebun pohon induk sekaligus
sebagai kebun produksi;
x Kebun pohon induk dengan jarak
tanam lebih rapat, misalnya untuk
tanaman durian, kebun produksi
biasanya berjarak tanam 10x10 m,
sedangkan pada kebun pohon induk
dapat berjarak tanam 3x3 m. Dengan
jarak tanam yang rapat dapat
diperoleh lebih banyak pohon induk
dalam suatu areal yang relatif tidak
luas.
Pencarian pohon induk untuk
mendapatkan jenis tanaman unggul
dengan bebeapa cara. Pertama, adalah
cara eksplorasi, yaitu kegiatan pencarian
pohon induk dengan cara melacak suatu
tanaman ke daerah sentra budidayanya
sampai dengan tumbuhan yang tumbuh

buahnya. Bila semakin banyak sifat yang


disukai konsumen terkumpul dalam satu
buah, maka semakin tinggi pula nilai
ekonomi (harga) buah tersebut. Buah
demikian dapat digolongkan sebagai buah
unggul.
Untuk itu dapat diambil contoh cara
menilai buah durian berdasarkan kriteria
penampilan buah dan sifat buah yang

liar di hutan. Tempat tersebut mempunyai


ribuan pohon durian yang tumbuh secara
alami dan di antara tanaman durian
tersebut terdapat beberapa varietas yang
mempunyai sifat-sifat unggul walaupun
merupakan tanaman dari biji serta tumbuh
setengah liar di alam.
Kedua, dengan cara promosi, ialah
kegiatan pencarian pohon induk dengan
cara mengadakan kejuaraan buah unggul,
dari lomba tersebut muncul durian unggul
baru yang berpotensi sebagai pemenang
lomba. Contoh yang paling terkenal
adalah durian Petruk. Durian ini adalah
juara lomba buah di Jepara dan sekarang
sudah ditetapkan pemerintah sebagi
durian unggul nasional.
Ketiga, dengan cara introduksi, yaitu
kegiatan pencarian pohon induk dengan
cara mendatangkan atau membawa jenis
buah yang terbukti unggul dari daerah
atau negara lain. Cara ini merupakan
jalan pintas untuk mempercepat
perolehan bahan tanaman yang telah
diketahui sifat keunggulannya. Hal yang
harus diperhatikan adalah kesesuaian
keadaan iklim, tanah dan cara budidaya
pada tempat tumbuh asalnya dengan
keadaan tempat tanam yang baru,agar
kualitasnya tetap baik. Masalah lain yang
muncul adalah adanya hama dan
penyakit yang sebelumnya tidak diketahui
di daerah asalnya, tetapi muncul setelah
tanaman tersebut ditanam di tempat yang
baru. Sebagai contoh adalah durian
bangkok dari Thailand yang di-introduksi
ke Indonesia seperti Chanee dan
Monthong. Jenis ini rata-rata tidak tahan
terhadap penyakit busuk akar dan busuk
leher batang atau kanker batang.
Pohon induk pada umumnya dipilih
dari bibit-bibit unggul. Bibit unggul adalah
tanaman muda yang memiliki sifat unggul
yaitu mampu menunjukkan sifat asli
induknya dan mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi, serta tidak mengandung
hama dan penyakit. Pada tanaman buah
sifat unggul ini terutama nilai dari kualitas
disukai
konsumen,
sehingga
diperoleh suatu daftar kriteria
penilaian buah durian

unggul.

Kelompok sifat utama durian unggul


adalah
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

Rasa daging buah : manis


berlemak, diutamakan dengan
rasa khas
Ketebalan daging : tebal
Ukuran biji : kecil atau sekurangkurangnya kempes
Warna daging : kuning sampai
jingga
Kadar air daging : sedikit (kering)
Tekstur daging : halus, sedikit
berserat
Ukuran buah : besar
Aroma : kuat merangsang
Kulit buah : tipis dan mudah
dibuka bila buah sudah masak
Jumlah juring : 5-6 juring
sempurna

Kelompok sifat menunjang :


x
x

x
x

Struktur
pohon
kokoh,
percabangan merata/simetris,
tajuk bulat.
Produksi buah tinggi dan stabil
setiap tahun, diutamakan yang
panen buahnya pada awal atau
akhir musim.
Tahan
terhadap
hama
penggerek dan beberapa jenis
cendawan.
Mudah diperbanyak.

yang
kurang
menguntungkan,
termasuk harus tahan teradap hama
dan penyakit yang ada dalam tanah.
Tidak mengurangi kualitas dan
kuantitas
tanaman
yang
disambungkan/ diokulasi.

Pertumbuhan
cepat
dan
responsif terhadap kultur teknis
budidaya
(pemupukan,
pengairan).

Apabila minimal terpenuhi 70% sifat


unggul dari daftar diatas maka bibit
tanaman tersebut tergolong jenis unggul.
Bila tidak memenuhi 70% persyaratan
diatas, maka tanaman demikian tergolong
benih yang biasa saja. Cara penilaian
seperti ini dapat dipakai untuk menilai
jenis tanaman lainnya. Namun perlu
mengadakan perubahan kriteria tertentu
agar sesuai dengan sifat masing-masing
jenis tanaman.
3.5. Batang Bawah Dan Batang Atas
a. Pemilihan Batang bawah
Batang bawah atau rootstock/
understem adalah tanaman yang
berfungsi sebagai batang bagian bawah
yang masih dilengkapi de-ngan sistem
perakaran yang berfungsi mengambil
makanan dari dalam tanah untuk batang
atas atau tajuknya.
Pada umumnya batang bawah
berasal dari biji. Keuntungan batang
bawah dari biji adalah:
x Perkembangan sistem akar lebih kuat
dan dalam, karena memiliki akar
tunggang, sehingga relatif lebih tahan
terhadap kekeringan.
x Penyediaan batang bawah jenis ini
bisa dilakukan dalam jumlah banyak.
Adapun Kriteria tanaman yang akan
dijadikan batang bawah adalah:
x Mampu beradaptasi atau tumbuh
kompak dengan batang atasnya,
sehingga batang bawah ini mampu
menyatu dan menopang proses
pertumbuhan batang atasnya.
x Tanaman dalam kondisi sehat.
x Sistem perakarannya baik dan dalam
serta tahan terhadap keadaan tanah
Perawatan batang bawah
meliputi kegiatan pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit,
serta penyiraman. Hal ini perlu
diperhatikan agar batang bawah
tumbuh
subur
dan
sehat.
Pertumbuhan yang subur dan
sehat
akan mempermudah

pengelupasan kulit dan kayunya, karena


sel-sel kambium berada dalam keadaan
aktif
membelah
diri. Proses
pembentukan kalus atau penyembuhan
luka berlangsung dengan baik, sehingga
pada akhirnya keberhasilan sambungan
atau okulasinya juga tinggi.
b. Pemilihan batang atas
Batang atas yang biasanya disebut
entres (scion), adalah calon bagian atas
atau tajuk tanaman yang di kemudian hari
akan menghasilkan tanaman berkualitas
unggul. Batang atas ini dapat berupa
mata tunas tunggal yang digunakan
dalam teknik okulasi
ataupun berupa
ranting dengan lebih dari satu mata tunas
atau ranting dengan tunas pucuk yang
digunakan dalam sambungan (grafting).
Entres inilah yang disambungkan pada
batang bawah untuk menggabungkan
sifat-sifat yang unggul dalam satu bibit
tanaman. Karena itu entres sebagai
batang atas harus diambil dari pohon
induk yang sudah diketahui betul sifat
unggulnya.
Pohon induk mempunyai bagian yang
berbeda-beda fase perkembangannya.
Bagian
pangkal pohon merupakan
bagian yang tertua menurut umurnya,
tetapi karena terbentuk pada masa awal
pertumbuhan pohon tersebut maka selselnya besifat sederhana, muda (juvenile)

Ketebalan daging buahnya tebal.


Ukuran bijinya kecil atau sekurangkurangnya kisut.
Warna daging
buahnya: kuning sampai jingga,
kadar air daging sedikit (kering).
Tekstur dagingnya halus dan sedikit
berserat.
Ukuran buahnya besar.
Aroma
buahnya
kuat
dan
merangsang. Kulit buahnya tipis dan

dan sangat vegetatif. Semakin ke arah


ujung ranting, semakin muda menurut
umurnya, tetapi sel-sel yang terbentuk
paling akhir ini justru bersifat lebih
kompleks, dewasa (mature) dan siap
untuk memasuki masa berbunga dan
berbuah (generatif).
Pengambilan entres dari pucuk tajuk
pohon akan tetap membawa sifat dewasa
atau generatif.
Penyambungan entres
dengan batang
bawah
akan
menghasilkan bibit yang sudah membawa
sifat dewasa tersebut. Hal ini
menyebabkan bibit hasil penyambungan
atau okulasi lebih cepat berbuah daripada
ta-naman yang berasal dari biji.
Kriteria tanaman yang dapat
dijadikan sebagai batang atas adalah
sebagai berikut.
x Mampu beradaptasi atau tumbuh
kompak dengan batang bawahnya,
sehingga batang atas mampu
menyatu dan dapat berproduksi
dengan optimal.
x
Cabang dari pohon yang sehat,
pertumbuhannya normal dan bebas
dari serangan hama dan pe-nyakit
x
Cabang berasal dari pohon induk
yang sifatnya benar-benar seperti
dikehendaki, misalnya berbuah lebat
dan berkualitas tinggi.
Salah satu sifat unggul pada
tanaman, adalah kualitas buahnya.
Semakin
banyak sifat yang disukai
konsumen dalam satu tanaman, maka
semakin tinggi pula nilai ekonomi (harga)
tanaman tersebut.
Tanaman tersebut
dapat digolongkan sebagai tanaman
unggul.
Salah satu contoh adalah cara
menilai bibit unggul buah durian
berdasarkan kriteria penampilan buah dan
sifat buah yang disukai konsumen,
sehingga diperoleh suatu daftar kriteria
penilaian buah durian unggul.
x Kelompok sifat utama. Rasa daging
buahnya manis berlemak, dan
diutamakan memiliki rasa yang khas.
mudah dibuka bila buah
sudah masak.
Juring
sempurna, berjumlah
5-6
juri
ng.
x Kelompok sifat penunjang.
Sifat penunjang yang
banyak dijadikan kriteria

untuk suatu bibit unggul adalah:


Struktur pohon kokoh,
percabangan merata/simetris, tajuk
bulat.
Produksi buah tinggi dan
stabil setiap tahun, diutamakan yang
panen buahnya pada awal atau akhir
musim. Tahan terhadap serangan
hama penggerek dan beberapa jenis
cendawan.
Mudah diperbanyak
secara vegetatif. Pertumbuhan cepat
dan responsif terhadap kultur teknis
budidaya (pemupukan, pengairan).
Apabila minimal terpenuhi sekurangkurangnya 70% dari sifat unggul dari
daftar diatas maka buah atau bibit
tanaman tersebut tergolong jenis unggul.
Bila tidak memenuhi 70% persyaratan di
atas, maka tanaman tersebut tergolong
buah yang biasa (kualitas normal).
Cara penilaian seperti ini dapat
dipakai untuk menilai jenis buah lainnya.
Namun perlu mengadakan perubahan
kriteria tertentu agar sesuai dengan sifat
masing-masing jenis buah.
c. Pengemasan batang atas
Tujuan pengemasan adalah menjaga
kesegaran bahan batang atas selama
mungkin,
hingga
dapat
segera
disambungkan di kebun pembibitan.
Metode pengemasan calon entres adalah
sebagai berikut. Cabang atau ranting
pohon induk dipilih sesuai dengan kriteria

Pada waktu diangkut entres yang


sudah dibungkus tidak boleh terkena
sinar matahari langsung dan ditaruh
di dekat mesin, karena entres akan
mengalami kekeringan.
Entres harus diletakkan mendatar
agar cairan dalam entres tidak
bergerak turun akibat gaya gravitasi,
sehingga kulit batang entres tidak

dan idealnya berdiameter 2-4 cm


(tergantung jenis dan kualitas pohon
induknya).
Seluruh daunnya segera
dirontokkan,
untuk
mengurangi
kehilangan air dari permukaan daun yang
dapat mengakibatkan entres menjadi
keriput. Pohon induk yang dipilih untuk
sumber entres dapat diproses sebagai
berikut:
x Dari satu ranting dapat dihasilkan 3-5
mata entres yang baik/ produktif.
x Entres harus disortir atau dipisahkan
berdasarkan keberadaan mata tunas.
x Entres harus tidak bercabang, tetapi
berupa cabang tunggal sepanjang
kurang lebih 20-30 cm.
x Sekumpulan
cabang
tunggal
kemudian diikat dengan karet gelang
sebanyak 10-30 entres setiap ikat,
tergantung
dari
besar-kecilnya
diameter entres.
x Bahan pembungkus yang digunakan
harus bisa meredam panas dan
sekaligus
menjaga
tingkat
kelembaban entres. Bahan yang
biasa dipakai dan mudah didapat
adalah kertas koran, kertas tisu,
kantong plastik, daun dan pelepah
pisang.
x Setiap ikatan entres yang telah dipilih
kemudian
dibungkus
dengan
beberapa lapis kertas tisu atau kertas
koran. Bungkus pertama ini perlu
diperciki dengan air agar agak
lembab, tetapi jangan terlalu basah.
Setelah itu dibungkus lagi dengan
kantong plastik. Dengan cara ini,
kesegaran entres dapat bertahan 2
hari. Dan lebih baik lagi kalau
bungkus paling luar adalah pelepah
pi-sang. Bahan ini merupakan
peredam panas yang ideal, karena
jaringan batang pisang segar banyak
mengandung air dan sekaligus
rongga-rongga udara. Kotak kardus
atau karton dapat juga dipakai
sebagai alternatif.

akan mengerut dan sulit untuk


dike- lupaskan dari kayunya.
Entres
jangan
dicuci
dengan
air, karena akan
mengundang
datangnya
bakteri
patogen
dan
cendawan masuk ke
jaringan
entres
dan
kambiumnya cepat tertarik

keluar sehingga sering keluar cairan


kental dari luka. Aki-batnya pada
saat akan diokulasikan
atau
disambungkan pada batang bawah,
entres sudah membusuk.
Jangan melakukan pengambilan
cabang entres setelah turun hujan
Bila ini terpaksa dilakukan, maka
setelah cabang entres dipotong dari
pohon induknya, segera dikeringanginkan, baru kemudian dibungkus.

demikian dapat menarik air keluar


dari entres sehingga entres menjadi
keriput
dan
kehilangan
kesegarannya.
3.6.

Teknik Penyiapan Pembibitan

Teknik penyiapan pembibitan


terdiri dari pembibitan dan teknik
pembibitan.
a. Pembibitan
Pembibitan tanaman pada prinsipnya
adalah mengelola sumber pembibitan,
lokasi pembibitan dan pengelolaan
pembibitan.
1) Sumber untuk pembibitan

Gambar 3.1 .
Batang tanaman sebagai bibit. Batang bawah
(kiri) danB atang atas (kanan)

Menyimpan entres
di
dalam
refrigerator
(kulkas),
perlu
memperhatikan
suhu
dan
kelembaban yang rendah. Kondisi

Sumber daya produksi yang paling


menentukan keberhasilan pembibitan
adalah sumberdaya manusia yang
terampil, rajin dan cinta tanaman. Unsur
cinta tanaman (hobby) ini penting artinya
karena pada hakekatnya tanaman adalah
makluk hidup yang memerlukan perhatian
khusus. Sumber daya produksi lainnya
yang diperlukan dalam pembibitan
tanaman antara lain adalah pupuk
kandang, polybag, paranet, pestisida dan
lain-lain. Kesulitan memperoleh bahanbahan tersebut akan berdampak terhadap
menurunnya mutu bibit yang dihasilkan,
atau mahalnya biaya produksi.
2) Lokasi pembibitan

pengawasan.
Sedangkan luas lokasi
disesuaikan dengan kebutuhan produksi
bibit. Lahan diupayakan
datar dan
berdrainase baik, teduh dan terlindung
dari ternak.
3) Pengelolaan pembibitan

Syarat lokasi untuk pembibitan


adalah dekat sumber air dan airnya
tersedia sepanjang tahun, terutama untuk
menghadapi
musim
kemarau.
Selanjutnya, pembibitan dekat dengan
jalan yang dapat dilewati kendaraan roda
empat, untuk memudahkan kegiatan
pengangkutan keluar dan masuk kebun.
Lokasi pembibitan yang terpusat
memudahkan dalam perawatan dan
a) Media tumbuh dalam
polybag
Syarat media tumbuh yang
baik adalah ringan, murah, mudah
didapat, porous (gembur) dan
subur
(kaya
unsur
hara).
Penggunaan media tumbuh yang

tepat akan menentukan pertumbuhan


optimum bibit yang ditangkarkan.
Komposisi media tanam untuk mengisi
polybag dapat digunakan campuran
tanah, pupuk kandang dan sekam padi
dengan perbandingan 1:1:1.
Lakukan
sterilisasi pada pupuk kandang sebelum
digunakan untuk campuran media.
Kegiatan ini bertujuan untuk membunuh
penyakit, cendawan, bakteri, biji gulma,
nematoda dan serangga tanah. Sterilisasi
dapat dilakukan dengan uap air panas
atau perebusan dengan menggunakan
drum minyak tanah (isi 200 l). Drum diisi
setengahnya, kemudian dipanaskan di
atas tungku. Setelah air mendidih pupuk
kandang dalam karung bekas dimasukkan
ke dalam drum (direbus selama 0,5-1
jam).
Ukuran polybag yang banyak
digunakan untuk pembibitan ta-naman
biasanya berukuran 15X20 cm (diameter
x tinggi).
Biji ditanam pada media
pembibitan.
Biji akan tumbuh dan
berkembang, lakukan perawatan pada
batang bawah dengan baik sampai
batang bawah dapat disambung atau
diokulasi (sekitar 3-4 bulan setelah tanam
biji). Tiga sampai empat bulan setelah
penyemian benih untuk batang bawah
dan telah tumbuh bibit maka bibit dapat
dipindahkan ke polybag berukuran 20x30
cm. Tiga sampai empat bulan berikutnya
bibit harus dipindah ke polybag ukuran

30x40 cm.
Hal ini diperlukan karena
polybag pertama sudah tidak memadai
lagi untuk perkembangan akar bibit
tanaman, sedangkan bibit masih belum
siap ditanam.
Jika bibit tetap
dipertahankan pada polibag 20 x 30 cm,
maka akan mengakibatkan penyempitan
ruang tumbuh akar, sehingga kondisi
kesuburan bibit jadi menurun, bahkan
setelah beberapa lama pertumbuhan bibit
seolah-olah berhenti.
b) Cara penggantian polybag
Cara mengganti polybag selama
proses pembibitan adalah sebagai
berikut: Sebaiknya polybag disiram
dengan air sebelum dilaksanakan pindah
tanam, agar media lebih kompak/padat.
Polybag lama disobek dengan silet atau
pisau secara hati-hati agar media tanam
di dalamnya tidak pecah atau
berhamburan.
Polybag pengganti diisi
media tumbuh yang baru, sampai
seperempat bagian dari volume polybag.
Media tanam yang lama yang
menyelubungi perakaran bibit dikurangi
sedikit, kemudian perakaran yang sudah
mati atau mengering dipotong dengan
gunting stek, kemudian bibit dimasukkan
ke dalam polybag pengganti.
Bibit diatur agar letaknya tepat di
tengah polybag, kemudian media tumbuh
yang baru dimasukkan ke dalam polybag
baru sampai hampir menyentuh bibir
polybag pengganti. Bibit dalam polybag
baru disiram sampai cukup basah agar
media tumbuh yang baru dimasukkan
memadat, sehingga kedudukan bibit
menjadi kuat.
c) Naungan

yang ideal bagi pertumbuhan awal bibit.


Dengan adanya naungan
akan
menghindarkan bibit dari sengatan
matahari langsung yang dapat membakar
daun-daun muda.
Efek dari adanya
naungan juga akan menurunkan suhu
tanah di siang hari, memelihara
kelembaban tanah, mengurangi derasnya

Naungan pada bibit muda berfungsi


untuk: mengatur sinar matahari yang
masuk ke pembibitan hanya berkisar
antara 30-60% saja.
Naungan juga
berguna untuk menciptakan iklim mikro
curahan air hujan dan menghemat
penyiraman air.

Gambar 3.2.a.
Benih tanaman yang siap untuk disemai

Paranet tipe 55 dan 45 (55% dan 45%


sinar yang diteruskan). Umur pakainya
bisa bertahan lama (3-4 tahun), sehingga
sekali pasang dapat dipakai untuk
beberapa kali usaha pembibitan. Jenis
naungan
ketiga
adalah
naungan
sederhana dari anyaman bambu, daun
kelapa dan sebagainya, yang disusun
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan
sinar masuk sekitar 50%.
d. Pemeliharaan bibit

Gambar 3.2.b.
Benih tanaman yang mulai berkecambah.

Ada beberapa jenis naungan yang


dapat digunakan untuk melindungi
pembibitan. Pertama, jenis naungan dari
plastik gelombang berwarna hijau yang
dapat meneruskan sinar sebesar 40-60%
(40% untuk naungan plastik yang sudah
lama terpasang hingga 60% untuk yang
baru dipasang).
Kedua,
naungan
paranet dari bahan plastik atau nylon.

Pertumbuhan akar tunggang akan


terhambat atau berhenti karena tidak
mampu menempus lapisan mulsa plastik
dan sebaliknya pertumbuhan akar
lateralnya bertambah, sehingga semakin
menguatkan kedudukan bibit.

Tempat pemeliharaan bibit pada


umumnya adalah rak yang terbuat dari
bilah bambu atau besi.
Pada rak
pemeliharan bibit harus diupayakan
adanya ventilasi atau jalan angin di
bawah rak bibit dan berfungsi untuk:
mencegah penularan bibit penyakit dari
tanah yang sering terlontar ke daun bila
terkena cipratan air hujan.
Dengan adanya rak bibit, kelebihan
air siraman atau hujan dengan mudah
menetes ke bawah, sehingga media tidak
menjadi becek dan kelembaban udara di
sekitar bibit tidak terlalu tinggi. Hal ini
penting untuk menghindari pertumbuhan
fungi dan bekteri penyebab penyakit.
Penggunaan
polybag
akan
menyebabkan
pertumbuhan
akar
tunggang akan terhambat atau berhenti
apabila terkena udara di lubang dasar
polybag dan kondisi sebaliknya akan
mengakibatkan
pertumbuhan
akar
lateralnya bertambah, sehingga semakin
menguatkan kedudukan bibit.
Dalam pemeliharaan bibit biasanya
dilengkapi dengan alas mulsa plastik.
Pemakaian alas berupa mulsa plastik
berfungsi untuk: mengurangi dan
mencegah pertumbuhan gulma disekitar
bibit tanaman. Selain itu, alas mulsa akan
mencegah siraman air ke media polybag
terus lari ke bawah atau lapisan tanah
dibawah polybag, karena tertahan oleh
lapisan mulsa plastik.

Ga
mb
ar
3.3
Naungan berupa rumah plastik untuk
tempat pemeliharaan bibit tanaman dan
usaha pembibitan

b.

Teknik pembibitan

Perbanyakan dengan biji. Perbanyakan


tanaman dengan biji (generatif) terutama
dilakukan untuk penyediaan batang
bawah yang nantinya akan diokulasi atau
disambung dengan batang atas dari jenis
unggul. Perbanyakan dengan biji juga
masih dilakukan terutama pada tanaman
tertentu yang bila diperbanyak dengan
cara vegetatif menjadi tidak efisien
(tanaman buah tak berkayu).
1) Pemilihan
biji
perbanyakan

untuk

bahan

Mengambil biji idealnya dari buah


yang besar dan sehat serta sudah matang
penuh di pohon induk yang terpilih dan
memenuhi persyaratan untuk dijadikan
batang bawah. Tetapi apabila terdesak
dengan kebutuhan biji yang banyak, maka
kita dapat mengumpulkan biji buah dari
pasar, tempat sampah, atau sisa kegiatan
makan buah yang dimakan sendiri, atau
membeli biji dari pengumpul biji.
Kesulitan dari pengumpulan ini adalah
sulit untuk mendapatkan biji yang
seragam varietasnya.

derasnya air hujan. Penyiraman cukup


dilakukan satu kali sehari yaitu pada
waktu pagi atau sore hari, agar tidak
kekeringan. Kemudian wadahnya ditaruh
di tempat yang terlindung dari gangguan
unggas dan se-rangga. Biji tanaman
yang besar seperti mangga, durian,
alpukat, nangka, dan lain-lain, sebaiknya
disemaikan dalam bedengan di lapang.

Biji dari daging buah dicuci sampai


bersih. Biji dipilih yang berukuran besar,
padat (bernas) dengan warna mengkilap
atau biji yang sempurna (biji yang
bentuknya seragam, tidak terlalu kecil,
tidak kempes, tidak rusak oleh hama dan
tidak luka). Biji kemudian dimasukan ke
dalam air. Hanya biji yang tenggelam
yang ditanam untuk bibit, sedangkan yang
hampa dibuang. Biji buah yang
mempunyai kulit pembung-kus keras
seperti pada biji mangga, maka kulit
pembungkusnya harus disayat dan
dibuang
untuk
memudahkan
pertumbuhan akar. Setelah dibersihkan
biji diberi perlakuan fungisida. Caranya
biji-biji yang sudah bersih tadi dicelup
dalam larutan Insektisida dan fungisida
dan direndam ZPT (Atonik 0,1 %) selama
30-60 menit.
Fungsi bahan-bahan
tersebut di atas adalah untuk merangsang
pertumbuhan dan mencegah serangan
hama serta penyakit saat biji disemaikan.
2) Menyemaikan biji dalam wadah
persemaian
Untuk mempermudah perawatan, biji
disemaikan dalam wadah yang terbuat
dari kotak kayu atau plastik dan polybag.
Biji yang disemaikan di dalam wadah
adalah biji buah berukuran kecil seperti
jambu air, sirsak, pepaya, belimbing,
sawo dan lain-lain.
Media untuk
persemaian harus mempunyai aerasi
baik, subur dan gembur, misalnya
campuran pasir, pupuk kandang dan
sekam yang sudah disterilkan dengan
perbandingan 1:1:1. Dengan media yang
gembur, maka akar akan tumbuh lurus
dan memudahkan pemindahan bibit ke
polybag pembesaran.
Biji yang akan disemaikan ditabur
merata di atas media, lalu ditutup lagi
dengan media setebal 1-2 cm dan disiram
dengan
gembor
sampai
basah.
Persemaian perlu dinaungi agar tidak
terkena sinar matahari langsung dan
Bedengan disiapkan dengan
menggemburkan
tanah
menggunakan cangkul sedalam
25-30 cm, kemudian tanah
dihaluskan. Untuk menambah
kesuburan dan kegemburan tanah,
setiap luasan
dua
meter
persegi
bedengan dapat
ditambahkan masing-masing satu

kaleng (isi 18 l) pupuk kandang dan


sekam padi yang diaduk sampai rata.
Untuk menghindarkan jamur dan hama
yang dapat merusak biji, media tempat
penanaman tadi disemprot terlebih dahulu
dengan fungisida dan insektisida.

Gambar 3.4 .
Bak plastik untuk penyemaian benih tanaman

3)

Menyemaikan biji dalam bedeng


persemaian

Bedengan dibuat selebar 80-100 cm


dengan panjang tergantung kebutuhan
dan
arah
bedengan
diusahakan
mengarah
ke
utara-selatan agar
mendapat sinar matahari yang cukup.
Setelah bedengan persemaian siap, maka
selanjutnya adalah menyemaikan biji
dalam bedengan dengan arah memotong

bedengan (lebar bedengan) dibuat larikan


sedalam 7,5 cm dengan jarak larikan 7,510 cm. Setelah itu biji yang berukuran
besar tadi ditanamkan dalam larikan
dengan jarak 5-7,5 cm ataupun tanpa
jarak (berdempetan), kemudian ditutup
kembali dengan media disekitar larikan.
Biji yang disemai jangan diletakkan
terbalik. Untuk biji
mangga bagian
perutnya (bagian yang melengkung)
menghadap ke bawah, sedangkan untuk
durian, alpukat, kemang dan nangka
bagian sisi dimana embrio (bakal tunas
dan akar) berada di bagian bawah. Bila
letaknya terbalik, maka pertumbuhan akar
dan
batang akan bengkok dan akan
menggangu
pertumbuhan
bibit
selanjutnya.
Untuk menghindari derasnya air
hujan dan teriknya sinar matahari,
bedengan diberi naungan dengan paranet
tipe 55%, 65% atau dapat juga dibuat
naungan individu untuk tiap bedengan
dengan menggunakan atap dari jerami,
anyaman bambu, atau daun kelapa. Jika
yang digunakan atap bukan dari paranet,
maka tinggi tiang di sebelah timur sekitar
120 cm, sedangkan tinggi tiang di sebelah
barat adalah 100 cm di atas permukaan
tanah.

Gambar 3.5 .
Bedengan untuk tempat pembibitan tanaman.

(tunas muncul di atas permukaan tanah)


antara 1-3 minggu setelah penyemaian,
tergantung jenis tanamannya. Setelah biji
berkecambah dapat langsung dipindah ke
polybag ukuran 15x20 cm atau 20x25 cm.
Setelah berumur 3-4 bulan, biji sudah
dapat
disambung pucuk ataupun
diokulasi.

Dengan demikian bentuk naungan


condong ke arah sebelah barat dengan
maksud agar bibit di persemaian cukup
menerima sinar matahari pagi. Biji yang
disemaikan biasanya mulai berkecambah
3.4. Teknik Pembenihan
Tanaman secara
vegetatif
Ada lima cara perbanyakan
vegetatif untuk tanaman yaitu
penyetekan,
pencangkokan,
penyambungan, okulasi, dan
penyusuan. Pada tiga cara yang

terakhir dikenal adanya istilah batang


bawah dan batang atas. Batang bawah
berupa tanaman yang biasanya berasal
dari biji. Tanaman dari biji sengaja dipilih
karena mempunyai keunggulan dari segi
perakarannya, yakni tahan terhadap
penyakit akar dan mempunyai perakaran
yang banyak serta dalam, sehingga tahan
terhadap kekeringan dan kondisi tanah
yang kurang aerasi. Batang atas berupa
ranting atau mata tunas dari pohon induk
yang mempunyai sifat unggul terutama
dalam produksi dan kualitasnya. Dari
hasil penggabungan sifat batang bawah
dan batang atas ini diperoleh bibit
tanaman yang disebut bibit enten, okulasi
dan susuan.

Gambar 3.6.
Bibit Kelapa di bawah naungan.

nguntungkan bila diperbanyak dengan


cara okulasi.
Perbanyakan bibit tanaman dengan
cara penyusuan walau keberhasilannya
tinggi, tetapi kurang praktis. Bibit yang
dihasilkan per satuan waktu menjadi
sedikit. Sebagai contoh seorang yang
sudah terampil mengokulasi durian,
dalam sehari (8 jam kerja) bisa

Pada perbanyakan dengan cara


mencangkok batang bawah tidak
diperlukan karena pada cara ini perakaran
keluar langsung dari cabang pohon induk
yang dicangkok.
Cara perbanyakan
vegetatif dengan stek pada prinsipnya
menumbuhkan bagian atau potongan
tanaman, sehingga menjadi tanaman
baru.
Kelebihan bibit vegetatif yaitu
kualitas tanaman keturunan mempunyai
sifat yang persis sama dengan induknya,
bibit berumur genjah (cepat berbuah).
Sebagai contoh adalah tanaman manggis
asal bibit susuan dapat berbuah lima
tahun setelah tanam, sedangkan bibit
yang berasal dari biji baru berbuah 10-15
tahun setelah tanam. Contoh yang lain
aalah bibit durian hasil okulasi dapat
berbuah 4-6 tahun setelah tanam,
sedangkan bibit asal biji akan berbuah
setelah berumur lebih dari 10 tahun
setelah tanam.
Beberapa jenis tanaman tertentu
sampai saat ini hanya berhasil diperbanyak dengan cara tertentu pu-la.
Ada jenis tanaman tertentu yang tidak
bisa
diokulasi
karena
banyak
mengandung getah. Tanaman ram-butan
selalu gagal kalau disambung (enten)
karena pengaruh asam feno-lat yang
teroksidasi
dapat
menim-bulkan
pencoklatan (browning). Resin dan asam
fenolat ini bersifat racun terhadap
pembentukan kalus. Sedangkan contoh
lainnya adalah belimbing dan manggis
yang sulit sekali berakar bila dicangkok
karena kalusnya hanya menggumpal dan
tidak mampu membentuk inisiasi (bakal)
akar.
Perbanyakan vegetatif ada kalanya
lebih menguntungkan bila dilakukan pada
jenis tanaman tertentu, sehingga cara
perbanyakannya menjadi cepat dan
efisien. Tanaman manggis dan belimbing
akan
lebih
menguntungkan
bila
diperbanyak dengan cara enten,
sedangkan durian akan sangat memengokulasi
350-400
tanaman,
sedangkan untuk penyusuan
hanya bisa mengerjakan 75-100
susuan sehari. Oleh karena itu
perbanyakan dengan cara
penyusuan hanya disarankan
sebagai alternatif terakhir dalam
perbanyakan

tanaman seperti pada perbanyakan


tanaman
jenis
nangka
yang
keberhasilannya kurang dari 20% bila
diperbanyak dengan cara enten atau
okulasi.
Dengan
diketahuinya
cara
perbanyakan yang lebih menguntungkan
untuk masing-masing tanaman, maka
akan diperoleh efisiensi tinggi dalam
pengadaan bibit secara massal, walaupun
dengan menggunakan cara konvensional
a. Teknik pembuatan stek tanaman
Stek (cutting atau stuk) atau
potongan adalah menumbuhkan bagian
atau potongan tanaman, sehingga
menjadi tanaman baru.
Ada beberapa
keuntungan yang didapat dari tanaman
yang berasal dari bibit stek, yaitu
x Tanaman baru mempunyai sifat yang
persis sama dengan induknya,
terutama dalam hal bentuk buah,
ukuran, warna dan rasanya.
x Tanaman asal stek dapat ditanam
pada tempat yang permukaan air
tanahnya dangkal, karena tanaman
asal stek tidak mempunyai akar
tunggang.
1. Perbanyakan tanaman buah dengan
stek merupakan cara perbanyakan
yang praktis dan mudah dilakukan.

dibutuhkan pada waktu pembentukan


akar baru.
Ukuran besar cabang yang diambil
cukup sebesar kelingking.
Diameter
sekitar 1 cm dengan panjang antara 1015 cm. Cabang tersebut memiliki 3-4
mata tunas. Kondisi batang pada saat
pengambilan berada dalam keadaan
setengah tua dengan warna kulit batang

Stek dapat dikerjakan dengan cepat,


murah, mudah dan tidak memerlukan
teknik khusus seperti pada cara
cangkok dan okulasi.
Sedangkan potensi kerugian bibit dari
stek adalah:
x Perakaran dangkal dan tidak ada
akar tunggang, saat terjadi angin
kencang tanaman menjadi mudah
roboh.
x Apabila musim kemarau pan-jang,
tanaman menjadi tidak tahan
kekeringan.
x

Cara perbanyakan tanaman dengan


teknik stek dapat dilakukan melalui stek
batang, stek akar dan stek daun.
1) Stek Batang
Bakalan stek diambil dari batang atau
cabang pohon induk yang akan
diperbanyak dan pemotongan sebaiknya
dilakukan pada waktu pagi hari. Gunting
stek yang digunakan harus tajam agar
bekas potongan rapi. Bila kurang tajam
batang akan rusak atau memar. Hal ini
mengundang bibit penyakit masuk ke
bagian yang memar, sehingga bisa
menyebabkan pembusukkan pangkal
stek. Pada saat mengambil stek batang,
pohon induk harus dalam keadaan sehat
dan tidak sedang bertunas.
Yang dijadikan stek biasanya adalah
bagian pangkal dari cabang. Pemotongan
cabang diatur kira-kira 0.5 cm di bawah
mata tunas yang paling bawah dan untuk
ujung bagian atas sejauh 1 cm dari mata
tunas yang paling atas.
Kondisi daun
pada cabang yang hendak diambil
sebaiknya berwarna hijau tua. Dengan
demikian seluruh daun dapat melakukan
fotosintesis yang akan menghasilkan zat
makanan dan karbohidrat. Zat hasil
fotosintesis akan disimpan dalam organ
penyimpanan, antara lain di batang. Karbohidrat pada batang berperan sangat
penting yaitu sebagai sumber energi yang
biasanya coklat muda. Pada
saat ini
kandungan karbohidrat dan auxin
(hormon pertumbuhan akar) pada
batang cukup memadai untuk
menunjang
terjadinya perakaran stek. Pada
batang yang masih muda,
kandungan karbohidrat

rendah tetapi hormonnya cukup tinggi.


Biasanya pada kasus ini hasil stekan
akan tumbuh tunas terlebih dahulu,
padahal stek yang baik harus tumbuh
akar dulu. Oleh karena itu, stek yang
berasal dari batang yang muda sering
gagal.
Stek tanaman ada yang mudah
berakar dan ada juga yang sulit berakar.
Untuk tanaman yang mudah berakar
seperti pada anggur, maka stek bisa
langsung disemaikan setelah dipotong
dari pohon induknya. Tetapi untuk
tanaman yang sulit berakar, sebaiknya
sebelum stek disemai dilakukan dulu
pengeratan batang. Selain itu, pemberian
hormon tumbuh dapat membantu
pertumbuhan akar (Gambar 9)
2) Stek akar
Cara penyetekan ini menggunakan
bagian akar sebagai sarana perbanyakan
tanaman. Pada stek batang, tunas keluar
dari mata tunas. Pada stek akar tunas
akan keluar dari bagian akar yang mulamula berbentuk seperti bintil. Bisa juga
dari bekas potongannya yang mula-mula
membentuk kalus. Dari kalus ini berubah
menjadi tunas atau akar. Ada beberapa
jenis tanaman yang dapat diperbanyak
dengan cara stek akar, antara lain jambu
biji, sukun, jeruk dan kesemek. Bahan

stek akar harus diambil dengan cara


menggali lubang di sekeliling pokok
pohon induk.
Pada akar lateral yang
terpotong, akan tumbuh
akar yang
tumbuh ke arah samping sejajar dengan
permukaan tanah.
Pilihlah akar yang
berdiameter sekitar 1 cm. Setelah akar
diambil,
lubang ditutup kembali. Akar
tanaman
dipotong-potong
dengan
panjang antara 5-10 cm. Pada waktu
memotong akar, harus diperhatikan agar
bagian akar yang dekat dengan pohon
atau pangkal akar dipotong secara
serong. Bagian dekat ujung akar dipotong
secara datar atau lurus. Hal ini diperlukan
sebagai tanda agar pada waktu
menyemai posisinya tidak terbalik.
Media penyemaian stek akar bisa
dari pasir. Penyemaian bisa dilakukan di
dalam kotak kayu atau di bedeng
persemaian. Stek disemaikan dengan
cara tegak atau berdiri, atau dapat juga
dengan dibaringkan. Untuk penyemaian
posisi tegak, jarak yang direkomndasikan
adalah 5x5 cm. Bagian pangkal yang
dibenamkan ke dalam media kira-kira 3
cm atau setengah dari panjang stek.
Bila penyemaian dengan dibaringkan,
maka stek disusun dalam barisan.
Jaraknya 5 cm antar barisan, kemudian
stek di tutup pasir, sehingga stek berada
pada kedalaman 1,5-2 cm di bawah
permukaan media. Setelah 3-4 minggu
stek akan bertunas dan berakar. Stek
bisa dipindahkan ke polybag setelah lebih
kurang 2 bulan. Selanjutnya disimpan di
bawah naungan sampai berumur sekitar 6
bulan.
3) Mempercepat pertumbuhan akar
pada stek
a) Pengeratan (girdling) pada batang

dibuang secara melingkar.


Lebar
lingkaran sekitar 2 cm. Jarak dari ujung
cabang ke batas keratan kira-kira 40 cm.
Biarkan cabang yang sudah dikerat
selama 2-4 minggu. Pada dasar keratan
akan tampak benjolan atau kalus. Pada
benjolan inilah terjadi penumpukan
karbohidrat yang berfungsi sebagai
sumber tenaga pada saat pem-bentukan

Penimbunan
karbohidrat
pada
cabang pohon induk yang akan dijadikan
stek dapat dilakukan dengan cara
pengeratan kulit kayu sekeliling cabang
akar dan hormon auksin yang
dibuat di daun. Setelah terlihat
benjolan barulah cabang dapat
dipotong dari induknya. Bagian
pangkal cabang sepanjang 20 cm
bisa dijadikan sebagai stek.
b) Penggunaan hormon
tumbuh

Hormon auksin bertindak seba-gai


pendorong awal proses inisiasi atau
terjadinya akar. Sesungguhnya tanaman
sendiri menghasilkan hormon, yaitu
auksin endogen, akan tetapi banyaknya
auksin yang dihasilkan belum cukup
memadai untuk mendorong pembentukan
akar. Tambahan auksin dari luar
diperlukan untuk memacu perakaran stek.
(1) Cara celup cepat (quick dip)
x Pada cara ini hormon auksin
dilarutkan ke dalam alkohol 50%.
Kemudian tambahkan air sesuai
dengan konsentrasi yang dibutuhkan.
Jenis hormon auksinnya bisa IBA,
IAA atau NAA (berbentuk serbuk).
x Konsentrasi yang digunakan berkisar
antara 500-10.000 ppm, tergantung
jenis hormon dan jenis tanamannya.
Atau lebih mudahnya menggunakan
hormon tumbuh yang sudah siap
untuk digunakan yang banyak dijual
di toko pertanian, seperti Atonik atau
Liquinox Start dengan dosis 100-200
cc per 1 liter air (1 sendok makan =
10 cc).
x Batang-batang stek yang akan diberi
hormon disatukan. Bisa dengan diikat
menggunakan tali plastik atau karet
gelang.
Selanjutnya
bagian

dengan
baik,
lama
perendaman
disesuaikan dengan konsentrasi larutan.
Perendaman dilakukan ditempat yang
teduh dan agak lembab. Hal ini berguna
agar penyerapan hormon berjalan teratur,
tidak kurang karena pengaruh lingkungan.

pangkalnya sekitar 2 cm dicelupkan


selama 5 detik ke dalam larutan
hormon.
Cara celup ini mempunyai beberapa
keuntungan sebagai berikut: Peralatan
yang digunakan lebih sedikit bila
dibandingkan dengan cara perendaman.
Larutan yang sama bisa digunakan
berulang-ulang.
Yang penting setelah
digunakan, larutan ditutup kembali agar
alkoholnya tidak menguap. Naik turunnya
penyerapan hormon tidak akan terjadi
pada waktu pencelupan. Dengan
demikian, banyaknya hormon per satuan
luas permukaan akan tetap, tidak
tergantung keadaan lingkungan.
(2) Cara rendam (prolonged soaking)
x Mula-mula auksin (berbentuk serbuk)
dilarutkan dalam alkohol 95%.
Kemudian ditambahkan air sesuai
dengan konsentrasi yang dibutuhkan.
Konsentrasi auksin yang digunakan
berkisar
antara
5-100
ppm,
tergantung jenis tanaman dan jenis
auksin yang digunakan. Umumnya
untuk penyetekan tanaman buah
digunakan konsentrasi 100 ppm
dengan lama perendaman 1-2 jam.
Bisa juga dengan konsentrasi 5 ppm,
tetapi waktu perendamannya lama,
yaitu 10-24 jam.
x Untuk lebih memudahkan dapat
menggunakan hormon tumbuh yang
sudah siap pakai dan banyak dijual
di toko per-tanian, seperti Atonik atau
Liquinox Start dengan dosis 1-2 cc
per 1 liter air (1 sendok makan = 10
cc).
x Jadi perbandingan dosis auk-sin
pada pencelupan dan pe-rendaman
adalah 100 : 1.
Cara perendaman sebagai berikut.
Batang stek direndam dalam larutan
auksin kira-kira 2 cm dari bagian pangkal.
Agar pe-nyerapan auksin berlangsung
(3) Cara pemberian dengan
tepung tepung (powder).
x Mula-mula auksin dilarutkan
dalam alkohol 95%.
Ke
dalam larutan tersebut
ditambahkan
talek
atau
tepung
sesuai
dengan
konsentrasi yang digunakan.

Konsentrasi berkisar antara 1.0005.000 ppm tergantung jenis tanaman


dan jenis auksin yang digunakan.
Pelarut
Alkohol
diupayakan untuk diuapkan. Cara
pemakaiannya
adalah
sebagai
berikut: basahi pangkal stek dengan
air, kemudian disentuhkan ke dalam
tepung. Pangkal stek kemudian
diketuk-ketuk agar auksin yang
melekat tidak berlebihan. Setelah itu
stek dapat disemaikan dalam media.
Pada setiap cara diatas konsentrasi
dibuat berdasar-kan ppm. Pengertian
ppm (part per million) artinya 1
bagian hormon dalam sejuta bagian
pelarut atau tepung. Jadi jika akan
membuat larutan dengan konsentrasi
1.000 ppm, maka 1.000 mg hormon
dilarutkan dalam 1.000.000 mg
pelarut, atau 1 gr hormon ke dalam 1
kg pelarut.
Pembuatan
tepung
dengan
konsentrasi 1.000 ppm dengan cara
melarutkan 1 gr hormon dalam 5001.000 cc alkohol 95%. Setelah diaduk
sampai rata, masukkan 1 kg tepung
(talc)
dan
diaduk
kembali.
Selanjutnya
tepung
tersebut
dikeringkan
sampai
seluruh
alkoholnya menguap.
Untuk proses yang lebih mudah
dapat menggunakan hormon tumbuh
auksin yang sudah siap digunakan
dan banyak dijual di toko pertanian

ke dalam lubang. Bagian media di sekitar


stek ditekan perlahan-lahan agar posisi
stek tidak goyah. Selanjutnya persemaian
disiram lagi. Kotak kemudian ditutup
dengan lembar plastik bening atau
transparan. Sebaiknya kotak di-taruh
pada tempat yang terlindung dari teriknya
sinar matahari.

dalam bentuk serbuk dengan berbagi


merek dagang.
4) Persemaian stek
Stek yang sudah diberi perlakuan
hormon penumbuh akar siap untuk
disemaikan. Untuk itu perlu menyediakan
tempat yang kondisinya sesuai. Usaha
untuk menumbuhkan stek perlu dilakukan
pada lingkungan yang mempunyai cahaya
baur atau terpencar (difusi). Kelembaban
udara sebaiknya tinggi, sekitar 70-90%,
Suhu mendekati suhu kamar, 25-27oC.
Selain itu dalam pembentukan akar stek
diperlukan oksigen yang cukup.
Oleh
karena itu media yang digunakan harus
cukup gembur, sehingga aerasinya baik.
Penyemaian dalam kotak kayu
dilakukan dengan rangkaian sebagai
berikut. Kotak kayu untuk menyemaikan
stek bisa dibuat dari papan dengan
ukuran panjang 80-100 cm, lebar 40-50
cm dan tinggi 20-30 cm. Ukuran kotak
bisa lebih besar atau lebih kecil,
disesuaikan dengan banyaknya stek yang
akan disemaikan. Untuk lebih praktis
dapat juga digunakan kotak plastik (box
semai) dengan ukuran panjang 35-40 cm,
lebar 25-30 cm dan tinggi 10-15 cm yang
banyak dijual di toko pertanian. Media
tumbuh dapat menggunakan pasir, atau
menggunakan campuran pasir dengan
sekam padi dengan perbandingan 2:1.
Media tersebut dimasukkan ke dalam
kotak kayu. Tebal lapisan media antara
10-15 cm.
Lakukan
penyiraman
dengan
gembor, sehingga permukaan media
turun dan kompak.
Sebelum stek
disemai, terlebih dahulu dibuat lubanglubang kecil pada media. Turus bambu
yang dibulatkan bisa dipakai atau dapat
pula dengan ranting pohon sebesar
pensil. Perkirakan jarak lubang sekitar
5x5 cm dan dalamnya sekitar 5-7,5 cm
atau setengah dari panjang stek. Setelah
itu baru bagian pangkal stek dimasukkan
Penyiraman persemaian
harus dilakukan setiap hari
sekali atau
tergantung keadaan. Yang penting media persemaian selalu
dalam kondisi basah.
Setelah
2-3 bulan stek sudah

mulai berakar, tunggu beberapa hari lagi


sampai kelihatannya berwarna coklat dan
stek sudah dapat dipindahkan ke dalam
polybag. Cungkil stek dengan bilah
bambu
secara
hati-hati
agar
perakarannya tidak menjadi rusak.
Persemaian di bedengan dilakukan
sebagai berikut. Apabila batang stek
yang akan kita semaikan jumlahnya
banyak maka penyemaian bisa dilakukan
dalam bedengan. Bedengan dibuat
dengan arah Utara-Selatan agar stek bisa
menerima matahari secara baik. Lahan
yang akan dibuat bedengan dicangkul
sedalam 25-30 cm (sedalam mata
cangkul). Ukuran bedengan dibuat
selebar 80-100 cm dengan panjang
bedengan
disesuaikan
dengan
kebutuhan. Untuk menghindari adanya
tanah yang longsor tepi bedengan bisa
dihalangi dengan bilah bambu atau batu
bata.
Bedengan perlu dilengkapi dengan
naungan untuk melindungi bibit dari
sengatan matahari yang berlebihan.
Naungan yang bisa terbuat dari daun
kelapa, daun alang-alang atau jerami
padi. Jika ingin menggunakan naungan
dari paranet gunakanlah paranet tipe 75%
(sinar yang masuk ke bedengan sebesar
25%). Tanah lapisan atas ditaburi pasir
setebal lebih kurang 5 cm. Lakukan
penyiraman agar media basah. Setelah
itu batang stek bisa ditancapkan. Jarak
stek yang disemaikan ialah 5x5 cm. Untuk

menjaga agar kelembaban di sekitar stek


menjadi tinggi, bedengan disungkup
dengan plastik transparan.
Setelah ukuran stek memenuhi
standar dan mempunyai akar, maka stek
harus disapih/transplanting. Standar stek
yang siap disapih adalah mempunyai 4-6
daun baru yang sudah mekar dengan
sempurna
(daun-daun
sudah
mendapatkan nutrisi dari akar baru yang
sudaj tumbuh).
x Siapkan polybag sesuai dengan
ukuran stek (diamter 10-20 cm).
x Siapkan media pembibitan dengan
komposisi tanah dengan kompos
1:1.
x Isi polybag dengan media tanam
yang telah disiapkan dan buatlah
lubang tanam yang sesuai dengan
ukuran bibit stek.
x Pindahkan bibit stek dengan cara
mengambil stek beserta akar bibit
dan sedikit media stek, lalu
benamkan bibit stek dengan hatihati pada media tanam dan timbuh
bibit stek dengan media tanam
yang telah disiapkan kemudian
lakukan pemadatan seperlunya
agar stek berdiri dengan tegak.
x Pindahkan polybag stek
ke
bangunan
pembibitan
yang
bernaungan/ rumah plastik/ rumah
kaca.
x Lakukan
pemeliharaan
stek
dengan cara menyiram , memupuk,
mengendalikan OPT dan memberi
ajir (jika perlu) sampai dengan stek
cukup besar ukurannya dan siap
untuk dipasarkan.
b. Teknik pencangkokan

dan batang atas. Teknik ini relatif sudah


dilakukan
oleh
petani
dan
keberhasilannya lebih tinggi, karena pada
proses mencangkok akar akan tumbuh
ketika masih berada di pohon induk.
Produksi dan kualitas buahnya akan
persis sama dengan tanaman induknya.
Tanaman asal cangkok bisa ditanam

Teknik perbanyakan vegetatif dengan


cara pelukaan atau pengeratan cabang
pohon induk dan dibungkus media tanam
untuk merangsang terbentuknya akar.
Pada teknik ini tidak ada batang bawah
pada tanah yang letak air tanahnya
tinggi atau di pematang kolam ikan.
Disamping
keuntungan,
terdapat
juga
beberapa
kekurangan/ kerugian pembibitan
dengan sistem cangkok. Pada
musim kemarau panjang tanaman
tidak tahan kering. Tanaman

mudah roboh bila ada angin kencang


karena tidak berakar tunggang. Pohon
induk tajuknya menjadi rusak karena
banyak cabang yang dipotong. Dalam
satu pohon induk kita hanya bisa
mencangkok

beberapa batang saja,


sehingga
perbanyakan tanaman dalam jumlah
besar tidak bisa dilakukan dengan cara
ini.
Media untuk mencangkok bisa
menggunakan cocopeat atau serbuk
sabut kelapa ataupun cacahan sabut
kelapa. Dapat pula digunakan campuran
kompos/ pupuk kandang dengan tanah
(1:1). Kalau disekitar kebun ada tanaman
bambu, maka tanah di bawah bambu
yang telah bercampur seresah daun
bambu dan sudah membusuk bisa juga
digunakan untuk media cangkok. Waktu
pelaksanaan sebaiknya pada awal musim
hujan, sehingga cangkokan tidak akan
kekeringan.
Selain
itu
dengan
mencangkok di awal musim hujan akan
tersedia waktu untuk menanam hasil
cangkokan pada musim itu juga.

Gambar 3.7.
Persiapan dan bentuk entres: A. Entres siap disemai. B. Entres dicelupkan ke dalam Zat Perangsang
Tumbuh C. Entres yang sudah tumbuh akar D. Pangkal entres berbentuk datar E. Pangkal entres
berbentuk sisi satu. F. Pangkal entres berbentuk sisi dua.

Gambar 3.8.
Persiapan penanaman stek: A. Menyiapkan alat, B. Menyiapkan bahan, C. Menyiapkan sungkup, D.,
Menyiapkan media, E. Menyiapkan bahan stek , F. Memangkas daun

Gambar 3.9.
Penamanan stek pada media tanah: A. Menyiapkan batang stek B. Menyiapkan hormon, C.
Menanam bahan stek dari cabang mawar, D. Menanam bahan stek dari tangkai daun, E. Menanam
bahan stek bunga soka F. Menempatkan hasil stek.

I
J
Gambar 3.9 (lanjutan )
G. Memelihara stek, H. Memeriksa pertumbuhan akar dari bibit yang berasal dari stek, I. Hasil
penyetekan, J. Bunga mawar hasil stek batang siap jual.

1) Teknik
mencangkok
konvensional

secara

Pertama-tama harus dipilih cabang


yang sehat dan kuat atau sudah berkayu.
Ukuran diameternya sekitar 0,5-2 cm,
tidak lebih kecil dari ukuran pensil.
Sebaiknya warna kulit cabang coklat
muda atau hijau kecoklatan tergantung
jenis tanaman. Cabang kemudian disayat
dengan pisau secara melingkar dan
dibuat memanjang ke bawah sepanjang
3-5 cm atau dua kali diameter cabang.
dengan kadar 1 % atau 1 gr/1 lt air atau
hormon tersebut ditambahkan pada
media cangkok.
Siapkan dan atur lembaran plastik
(kantong
plastik
yang
su-dah
dibuka/dibelah) atau sabut kelapa
melingkar menyelubungi batang di bagian
bawah keratan (1-2 cm). Posisi lembaran
plastik menghadap ke arah bawah,

Kemudian
kulitnya
dikelupas
sehingga bagian kambium yang seperti
lendir tampak jelas.
Kambium ini
dihilangkan dengan cara dikerik dengan
mata pisau sehingga bersih atau kering.
Setelah dikerik pada keratan bagian atas
diolesi atau-pun tanpa diolesi dengan
hormon tumbuh. Contoh hormon
pertumbuhan atau vitamin,
adalah
Liquinox Start Vitamin B-1 yang banyak
dijual di toko pertanian dengan dosis 2 cc
untuk 1 liter air. Jika terdapat kesulitan
mencari
hormon
tumbuh
dapat
menggunakan pupuk Urea yang dicairkan
kemudian diikat dengan tali plastik
atau rafia. Balik posisi kantong
plastik ke arah berlawanan/keatas,
se-hingga akan diperoleh ikatan
tali plastik di dalam kantong plastik
(ikatan
bagian
bawah tidak
kelihatan dari luar/lebih rapi).
Selanjutnya
bekas
sayatan
ditutup dengan media cangkok,

media diatur penempatannya agar rata


menutupi luka keratan sampai melewati
luka keratan bagian atas (1-2 cm).
Lakukan pengikatan bagian atas dan
bagian tengah plastik (kalau dibutuhkan).
Cangkokan harus dirawat dengan
cara disiram secara rutin agar tidak kering
atau diposisi atas cangkokan diberi
kantong plastik berisi air dengan satu
lubang sekecil jarum untuk irigasi tetes
atau irigasi tetes dengan menggunakan
potongan batang bambu "bumbung"
berdiameter 5 cm diisi dengan air, tanpa
dilubangi hanya dikerik/dikupas sedikit
bagian kulit bawah yang nantinya
dilekatkan diatas media cangkokan.
Posisi bumbung digantung diatas
cangkokan dengan posisi
bawah
bumbung merapat dengan posisi tengah
cangkokan atau ditalikan melekat
dicangkokan. Bumbung ini dapat bertahan
selama 3 hari.
Biasanya setelah 2-3
bulan pada cangkokan yang berhasil akan
tumbuh akar. Pada cangkok, akar keluar
karena aliran zat makanan (karbohidrat)
dan auksin (hormon tumbuh yang
mendorong keluarnya akar) mengalir ke
bawah melalui kulit kayu (phloem) dan
tertahan di bagian keratan sebelah atas,
sehingga pada keratan bagian atas ini
penimbunan karbohidrat dan hormon jadi

tersebut
dapat
menghambat
pembentukan akar tanaman. Untuk
pemakaian cocopeat tanpa melalui
perendaman dalam air (dapat
langsung digunakan).
Sabut kelapa dijemur dan dipisahkan
serat-seratnya, maka sabut kelapa

meningkat dan berbentuk kalus yang


berubah menjadi akar tanaman. Apabila
akar sudah memenuhi media,
hasil
cangkokan dianggap berhasil. Daun pada
cabang terlihat segar. Cangkokan sudah
bisa dipotong atau disapih dari induknya.
Pemotongan
cangkokan
dilakukan
dengan menggunakan gunting stek atau
gergaji di bawah ikatan cangkok. Setelah
dipotong dari induknya sebagian daun
dikurangi untuk menghindari penguapan
yang berlebihan. Potong 1/2 - 1/3 helai
daun dari seluruh daun yang ada dengan
gunting stek. Plastik pembungkus media
dilepaskan.
Setelah
itu
cangkok
disemaikan dalam polybag.
Sebagai media cangkok di polybag
bisa digunakan campuran pupuk kandang
dan tanah dengan perbandingan 1: 2.
Selanjutnya polybag ini ditempatkan di
tempat
yang
terlindung
sampai
cangkokan menjadi segar kembali
(biasanya 3-4 bulan). Setelah cukup
besar cangkokan bisa dipindah ke kebun.
2) Teknik mencangkok dengan media
dalam kantong plastik
Teknik mencangkok dengan media
dalam kantong plastik hampir sama
dengan cara mencangkok yang normal,
perbedaannya adalah media cangkok
yang digunakan adalah cocopeat (serbuk
sabut kelapa) yang tersedia di toko
pertanian atau sabut kelapa yang sudah
kita perlakukan sendiri, sudah lebih dulu
dimasukkan ke dalam kantong plastik.
Perlakuan sabut kelapa meliputi langkahlangkah sebagai berikut.
x Sabut
kelapa
dikupas
atau
dipisahkan dengan bagian kulit
luarnya yang keras, yang digunakan
hanya sabut kelapa tanpa kulitnya.
x Sabut kelapa direndam dalam air,
paling lama 1 minggu agar melunak
sehingga mudah dipisah-pisahkan
dan hilang kandungan zat yang ada
di sabut kelapa tersebut, karena zat
tersebut
sudah
siap
digunakan, atau sabut
kelapa kita potong-potong
lebih kecil.
x Tambahkan
hormon
pertumbuhan atau vitamin,
contoh Liquinox Start

Vitamin B-1 yang banyak dijual di


toko pertanian dengan dosis 2 cc
untuk 1 liter air, atau cara mudahnya
adalah 1 sendok makan = 1 tutup
kemasan = 10 cc. Jika kesulitan
mencari hormon tumbuh dapat
menggunakan pupuk Urea yang

dicairkan dengan kadar 1 % atau 1


gr/1 lt air.
Sabut kelapa dijemur dan dipisahkan
serat-seratnya, maka sabut kelapa
tersebut sudah siap digunakan,atau
sabut kelapa kita potong-potong lebih
kecil. Media, serbuk/potongan sabut
kelapa kita taruh di wadah.
Tambahkan hormon pertumbuhan
atau vitamin, contoh Liquinox Start
Vitamin B-1 yang banyak dijual di
toko pertanian dengan dosis 2 cc
untuk 1 liter air, atau cara mudahnya
adalah 1 sendok makan = 1 tutup
kemasan = 10 cc. Jika kesulitan
mencari hormon tumbuh dapat
menggunakan pupuk Urea yang
dicairkan dengan kadar 1 % atau 1
gr/1 lt air.

B
C

D
Gambar 3. 10 .
Proses pencangkokan secara konvensional. A. Pengupasan kulit batang, B. Pengikatan lembaran plastik di
bawah kupasan kulit daun, C. Pengisian media ke dalam lembaran plastik D. Teknik pencangkokan
konvensional telah selesai.

D
Gambar 3.11.
Prosesn Pencangkokan konvensional yang dimodifikasi. A. Pengupasan kulit batang, B.
Pembukaan kantong plastik berisi media, C. Cabang yang sudah dikupas kulitnya dimasukan ke dalam
kantong media Teknik pencangkokan yang efektif dan efisien telah selesai

Contoh penggunaan media: 2 kg


serbuk kelapa kering dicampur dengan 1
liter air yang sudah dicampur dengan 1-3
tetes hormon pertumbuhan, kemudian
diratakan hingga diperoleh campuran
yang basah. Media cangkok dimasukkan
ke dalam kantong plastik ukuran kg
untuk diameter batang yang kecil dan
kg untuk diameter batang yang lebih
besar (ukuran kantong plastik disesuaikan
dengan diameter batang yang akan
dicangkok). Isikan media dan padatkan
sampai plastik, kemudian tarik ujung
kantong plastik dan ditalikan. Dari 2 kg
media akan dihasilkan 15-20 media dalam
kantong plastik.
Media dalam kantong plastik tersebut
tahan sampai dengan 1 bulan. Cara
penggunaan media tersebut tinggal
menyobek/ mengiris memanjang satu sisi
kantong plastik dan sisi sobekan tadi

dimasukkan dari bagian bawah luka bila


posisi batang melintang atau datar, pada
posisi batang tegak memasukkan
bebas,kemudian di-selubungkan secara
merata ke keratan batang tanaman.
Pada batang tanaman dilakukan
pengikatan, agar media berada pada
posisi yang benar (letak sobekan
menghadap ke atas (bila posisi batang
mendatar) dan media rata menyelubungi/
menutup keratan/ luka di batang
tanaman). Dengan teknik ini diperoleh
keuntungan
antara
lain:
(a)
Pencangkokan lebih cepat dan ringkas,
(b) Jumlah tanaman yang kita cangkok
bisa lebih banyak per satuan waktu. (c)
Kita punya persediaan media dalam
kantong plastik yang mudah dibawa
kemana-mana dan mudah dipakai
sewaktu-waktu.

Gambar 3.12 . Pohon induk untuk cangkokan (kiri) dan cabang yang dapat dijadikan bibit cangkokan (kanan)

Gambar 3.13.
Proses pencangkokan. A. Mengelupas kulit cabang, B. Membuang kambium cabang, C. Memberi
hormon auxin pada sayatan bagian atas, D. Memasang plastik untuk menampung media cangkok, E.
Membubuhkan tanah sebagai media tumbuh akar, F. Membungkus dan mengikat dengan tali

Gambar 3.13 .(lanjutan).


G. Memelihara cangkokan, disiram/disemprot dengan air, H. Menyiapkan media pembibitan, I.
Memotong hasil cangkok, J. Memelihara bibit dari hasik pencang-kokan melalui kegiatan penyiraman.pengendalian OPT dn pemberian pupup untuk nutrisi bibit baru hasil cangkok

1) Manfaat sambungan pada tanaman

Gambar 3.14. Bibit cangkok yang tealah


berakar sudah siap untuk dipisahkan dari
pohon induk.

c. Teknik penyambungan
Penyambungan atau enten (grafting)
adalah penggabungan dua bagian
tanaman yang berlainan sedemikian rupa
sehingga merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman
setelah terjadi regenerasi jaringan pada
bekas luka sambungan atau tautannya.
Bagian bawah (yang mempunyai
perakaran) yang menerima sambungan
disebut batang bawah (rootstock atau
understock) atau sering disebut stock.
Bagian tanaman yang disambungkan atau
disebut batang atas (scion) dan
merupakan sepotong batang yang
mempunyai lebih dari satu mata tunas
(entres), baik itu berupa tunas pucuk atau
tunas samping. Penyambungan batang
bawah dan batang atas ini biasanya
dilakukan antara dua varietas tanaman
yang masih dalam spesies yang sama.
Misalnya penyambungan antar varietas
pada tanaman durian. Kadang-kadang
bisa juga dilakukan penyambungan
antara dua tanaman yang berlainan
spesiesnya tetapi masih dalam satu famili.
Tanaman mangga (Mangifera indica)
disambung denga tanaman kweni
(Mangifera odorata).
tanah, pupuk kandang : sekam padi
(1:1:1).
Gunakan polybag ukuran 15x20 cm
yang sanggup bertahan dari biji sampai 3
bulan siap tempel sampai dengan 3 bulan
setelah tempel, setelah periode tersebut
polybag harus diganti dengan ukuran
yang lebih besar 20x30 cm, atau

Manfaat sambungan pada tanaman


adalah untuk memperbaiki kualitas dan
kuantitas hasil tanaman, dihasilkan
gabungan
tanaman
baru
yang
mempunyai keunggulan dari segi
perakaran dan produksinya, juga dapat
mempercepat waktu berbunga dan
berbuah (tanaman berumur genjah) serta
menghasilkan tanaman yang sifat
berbuahnya sama dengan induknya.
Mengatur proporsi tanaman agar
memberikan hasil yang lebih baik,
tindakan ini dilakukan khususnya pada
tanaman yang berumah dua, misalnya
tanaman melinjo.
Peremajaan tanpa
menebang pohon tua, sehingga tidak
memerlukan bibit baru dan menghemat
biaya eksploitasi.
2) Syarat batang
sambungan

bawah

untuk

Untuk menyiapkan batang ba-wah


dapat menggunakan biji asalan atau
"sapuan sehingga menghasilkan batang
bawah, tetapi ada varietas tanaman yang
baik khusus untuk batang bawah yaitu
durian varietas bokor dan siriwig, karena
biji besar sehingga mampu menghasilkan
sistem perakaran yang baik dan tahan
terhadap busuk akar.
Pada saat bibit berdiameter 3-5 mm,
dan berumur sekitar 3-4 bulan, bibit
dalam fase pertumbuhan yang optimum
(tingkat kesuburannya baik), kambium
aktif, sehingga memudahkan dalam
pengupasan dan proses merekatnya mata
tempel ke batang bawah.
Agar menghasilkan bibit yang baik
disarankan penyiraman dalam jumlah
yang cukup (media cukup basah). Batang
bawah dipupuk dengan Urea 1-2 minggu
sebelum penempelan. Gunakan media
tanam dengan komposisi tanah subur :

langsung ke polybag 30x40 cm


tergantung permintaan pasar dan
seterusnya
semakin
besar
pertumbuhan tanaman maka
ukuran polybag semakin besar.
Kecuali untuk pengangkutan jarak
jauh dalam jumlah banyak maka

gunakan polybag yang lebih kecil dari


biasanya.
3) Syarat batang atas untuk sambungan
Batang atas atau entres yang akan
disambungkan pada batang bawah
diambil dari pohon induk yang sehat dan
tidak terserang penyakit.
Pengambilan
entres
ini
dilakukan dengan
menggunakan gunting stek atau silet yang
tajam (agar diperoleh potongan yang
halus dan tidak mengalami kerusakan)
dan
bersih (agar
entres
tidak
terkontaminasi oleh penyakit).
Entres yang akan diambil sebaiknya
dalam keadaan dorman (istirahat)
pucuknya serta tidak terlalu tua dan juga
tidak terlalu muda (setengah berkayu).
Panjangnya kurang lebih 10 cm dari ujung
pucuk, dengan diameter sedikit lebih kecil
atau sama besar dengan diameter batang
bawahnya.
Entres dalam keadaan dorman ini
bila dipijat dengan dua jari tangan akan
terasa padat, tetapi dengan mudah bisa
dipotong dengan pisau silet. Selain itu bila
dilengkungkan keadaannya tidak lentur
tetapi sudah cukup tegar.
Entres
sebaiknya dipilih dari bagian cabang yang
terkena sinar matahari penuh (tidak
ternaungi) sehingga memungkinkan
cabang memiliki mata tunas yang tumbuh
sehat dan subur. Bila pada waktunya
pengambilan entres, keadaan pucuknya

Selanjutnya batang atas dimasukkan ke


dalam belahan batang bawah.
Pengikatan dengan tali plastik yang
terbuat dari kantong plastik kg selebar
1 cm. Kantong plastik ini ditarik pelanpelan, sehingga panjangnya menjadi 2-3
kali panjang semula.Terbentuklah pita
plastik yang tipis dan lemas. Pada waktu
memasukkan entres ke belahan batang
bawah perlu diperhatikan agar kambium

sedang tumbuh tunas baru (trubus) atau


sedang berdaun muda, maka bagian
pucuk muda ini dibuang dan bagian
pangkalnya sepanjang 5-10 cm dapat
digunakan sebagai entres.
Pada durian bila entres yang
digunakan berasal dari cabang yang
tumbuh tegak lurus, maka bibit
sambungannya akan tumbuh tegak
dengan percabangan ke semua arah atau
simetris. Namun bila diambil dari cabang
yang lain, pertumbuhan bibitnya akan
meng-arah ke samping, berbentuk seperti
kipas. Bentuk ini berangsur-angsur hilang
bila tanaman menjelang dewasa.
4) Tipe sambungan jika ditinjau dari
bagian
batang
bawah
yang
disambung
Ada dua
tipe sambungan, yaitu
sambungan pucuk, dan sambungan
samping. Sambung pucuk (top grafting)
merupakan cara penyambungan batang
atas pada bagian atas atau pucuk dari
batang bawah. Caranya sebagai berikut.
Memilih batang bawah yang diameter
batangnya disesuaikan dengan besarnya
ba-tang atas. Umur batang bawah pada
keadaan siap sambung ini bervariasi
antara 1-24 bulan, tergantung jenis
tanamannya.
Se-bagai contoh, untuk
durian umur 3-4 bulan, mangga dan
alpukat umur 3-6 bulan. Manggis pada
umur 24 bulan baru bisa disambung
karena sifat pertumbuhannya lambat.
Batang bawah dipotong setinggi 2025 cm di atas permukaan tanah. Gunakan
silet, pisau okulasi atau gunting stek yang
tajam agar bentuk irisan menjadi rapi.
Batang bawah kemudian dibelah
membujur sedalam 2-2,5 cm. Batang
atas yang sudah disiapkan dipotong,
sehingga panjangnya antara 7,5-10 cm.
bagian pangkal disayat pada kedua
sisinya sepanjang 2-2,5 cm, sehingga
bentuk irisannya seperti mata kampak.
entres bisa bersentuhan dengan
kam- bium batang bawah.
Sambungan kemudian disungkup
dengan kantong plastik bening.
Agar sungkup plastik tidak lepas
bagian bawahnya perlu diikat.
Tujuan penyungkupan ini untuk
mengurangi
penguapan
dan
menjaga kelem-baban udara di

sekitar sambungan agar tetap tinggi.


Tanaman
sambungan
kemudian
ditempatkan di bawah naungan agar
terlindung dari panasnya sinar matahari.
Biasanya
2-3
minggu
kemudian
sambungan yang berhasil akan tumbuh
tunas. Sambungan yang gagal akan
berwarna hitam dan kering. Pada saat ini
sungkup plastiknya sudah bisa dibuka.
Namun, pita pengikat sambungan baru
boleh dibuka 3-4 minggu kemudian. Untuk
selanjutnya kita tinggal merawat sampai
bibit siap dipindah ke kebun
Tipe sambungan kedua adalah
sambungan samping. Pada dasarnya,
pelaksanaan sambung samping sama
seperti pelaksanaan model sambung
pucuk. Sambung samping merupakan
cara penyambungan batang atas pada
bagian samping batang bawah. Caranya
sebagai berikut. Batang bawah dipilih
yang baik. Ukuran batang atas tidak perlu
sama dengan batang bawah, bahkan
lebih baik dibuat lebih kecil. Pada batang
bawah dibuat irisan belah dengan
mengupas bagian kulit tanpa mengenai
kayu atau dapat juga dengan sedikit
menembus bagian kayunya. Irisan kulit
batang bawah dibiarkan atau tidak
dipotong.

Batang atas dibuat irisan me-runcing


pada kedua sisinya. Sisi irisan yang
menempel pada batang bawah dibuat
lebih panjang menyesuaikan irisan di
batang bawah dari sisi luarnya. Batang
atas tersebut disisipkan pada irisan belah
dari batang bawah. Dengan demikian,
batang bawah dan batang atas akan
saling berhimpitan. Kedua lapisan
kambium harus diusahakan agar saling
bersentuhan dan bertaut bersama.
Setelah
selesai
disambung,
kemudian diikat dengan tali plastik. Untuk
menjaga agar tidak terkontaminasi atau
mengering, sambungan dan batang atas
ditutup dengan kantong plastik. Setelah
batang atas menunjukkan pertumbuhan
tunas, kurang lebih 2 minggu setelah
penyambungan, kantong plastik serta tali
plastik bagian atas sambungan dibuka
lebih dulu, sedangkan tali plastik yang
mengikat langsung tempelan batang atas
dan kulit batang bawah dibiarkan, sampai
tautan sambungan cukup kuat.
Bilamana sudah dipastikan bahwa batang
atas dapat tumbuh dengan baik, bagian
batang bawah di atas sambungan
dipotong. Pemotongan perlu dilakukan
supaya tidak terjadi kompetisi kebutuhan
zat makanan yang diperlukan untuk
pertumbuhan lanjutan dari batang atas.

Gambar 3.15.
Proses pembibibitan tanaman dengan teknik sambungan, A. Pemotongan batang bawah, B.
Pembelahan batang bawah, C. Melancipkan 2 sisi pangkal batang atas, D. Batang atas siap
disambungka, E dan F, Pengikatan dengan tali plastik, G Sambungan telah diikat, H. Sambungan
diselubungi dengan kantong plastik, I. Sambungan telah jadi dan bertaut ditandai keluarnya
kuncup daun

d. Teknik penempelan tunas (okulasi)


Penempelan atau okulasi (budding)
adalah penggabungan dua bagian
tanaman yang berlainan sedemikian rupa
sehingga merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman
setelah terjadi regenerasi jaringan pada
bekas luka sambungan atau tautannya.
Bagian bawah (yang mempunyai
perakaran) yang menerima sambungan
disebut batang bawah (rootstock atau

understock) atau sering disebut


stock. Bagian tana-man yang
ditempelkan atau
di-sebut batang atas, entres
(scion) dan
merupakan potongan satu mata
tunas (entres).
Dalam buku ini
coba kita kenalkan "Okulasi
Cipaku" karena teknik okulasi ini
banyak dikembangkan dan digunakan oleh petani penangkar bibit
di daerah Cipaku dan sekitarnya, di

Kabupaten Bogor. Biasanya penangkar


bibit melakukan okulasi pada saat batang
bawah sudah sebesar ukuran pensil.
Sedangkan okulasi Cipaku dilakukan
pada batang bawah berukuran sebesar
pangkal lidi, sehingga bisa meng-hasilkan
bibit lebih cepat dari pada sistem okulasi
yang lama.Teknik okulasi cipaku ini
adalah pengem-bangan teknik okulasi
sistem Forkert.
1) Syarat batang bawah untuk okulasi
Dapat menggunakan biji asal-an atau
"sapuan" untuk mengha-silkan batang
bawah, tetapi ada varietas durian yang
baik khusus untuk batang bawah yaitu
varietas bokor dan siriwig, karena biji
besar sehingga mampu menghasilkan
sistem perakaran yang baik dan tahan
terhadap busuk akar.
Batang diupayakan berdiameter 3-5
mm, berumur sekitar 3-4 bulan. Dalam
fase pertumbuhan yang optimum (tingkat
kesuburannya baik), kambiumnya aktif,
sehingga
memudahkan
dalam
pengupasan dan proses merekatnya mata

tempel ke batang bawah.


Disarankan
penyiraman cukup (media cukup basah)
Batang bawah dipupuk dengan Urea
1-2 minggu sebelum penempelan.
Gunakan media tanam dengan komposisi
tanah subur: tanah, pupuk kandang :
sekam padi (1:1:1). Gunakan polybag
ukuran 15x20 cm yang sanggup bertahan
dari biji sampai 3 bulan siap tempel
sampai dengan 3 bulan setelah tempel.
Setelah periode tersebut polybag harus
diganti dengan ukuran yang lebih besar
20x30 cm, atau langsung ke polybag
30x40 cm tergantung permintaan pasar
dan
seterusnya
semakin
besar
pertumbuhan tanaman harus diimbangi
dengan ukuran besar polybag. Kecuali
un-tuk alasan pengangkutan jarak jauh
untuk efisiensi tempat kita gunakan
polybag yang lebih kecil dari biasanya.
2) Syarat batang atas untuk okulasi
Entres yang baik adalah yang
cabangnya dalam keadaan tidak terlalu
tua dan juga tidak terlalu muda (setengah
berkayu). Warna kulitnya coklat muda
kehijauan atau abu-abu muda. Entres
yang diambil dari cabang yang terlalu tua
pertumbuhannya lambat dan persentase
keberhasilannya rendah. Besar diameter
cabang untuk entres ini harus sebanding
dengan besarnya batang bawahnya.
Cabang entres untuk okulasi
sebaiknya tidak berdaun (daunnya sudah
rontok). Pada tanaman tertentu sering
dijumpai cabang entres yang masih ada
daun melekat pada tangkai batangnya.
Untuk itu perompesan daun harus
dilakukan
dua
minggu
sebelum
pengambilan cabang entres. Dalam waktu
dua minggu ini, tangkai daun akan luruh
dan pada bekas tempat melekatnya
(daerah absisi) akan terbentuk kalus
penutup luka yang bisa mencegah
masuknya mikro-organisme penyebab
penyakit (patogen).

Syarat lain yang perlu diperhatikan


pada waktu pengambilan entres adalah
kesuburan dan kesehatan pohon induk.
Untuk meningkatkan kesuburan pohon induk, biasanya tiga minggu sebelum
pengambilan batang atas dilakukan
pemupukan dengan pupuk NPK.
Kesehatan pohon induk ini penting karena
dalam kondisi sakit, terutama penyakit
sistemik mudah sekali ditularkan pada
bibit.
Entres diambil setelah kulit kayu
cabangnya dengan mudah dapat
dipisahkan dari kayunya (dikelupas).
Bagian dalam kulit kayu ini (kambium)
akan tampak berair, ini menandakan
kambiumnya aktif, sehingga bila mata
tunasnya segera diokulasikan akan
mempercepat pertautan dengan batang
bawah.
3) Faktor yang menunjang keberhasilan
okulasi
Waktu terbaik pelaksanaan okulasi
adalah pada pagi hari, antara jam 07.0011.00 pagi, ka-rena saat tersebut
tanaman se-dang aktif berfotosintesis
sehingga kambium tanaman juga dalam

kondisi aktif dan optimum. Diatas Jam


12.00 siang daun mulai layu. Tetapi ini
bisa diatasi dengan menempel di tempat
yang teduh, terhindar dari sinar matahari
langsung.
Kebersihan alat okulasi, silet yang
akan digunakan langsung kita belah dua
saat masih alam bungkusan kertas,
sehingga silet kita tetap dalam kondisi
bersih satu belahan kita gunakan
sedangkan belahan lainnya kita sim-pan
untuk pengganti belahan silet pertama
apabila dirasa sudah tidah tajam lagi.
Perawatan alat okulasi, setelah digunakan
silet di-bersihkan dan dibungkus lagi dengan kertas pembungkusnya agar tidak
berkarat.
Petani terampil satu bagian silet
mampu digunakan untuk 100 s/d 200 kali
okulasi sehingga dengan dua bagian silet
mampu dihasilkan 200 s/d 400 okulasi dalam sehari (10 jam kerja). Seorang
pembibit yang berpengalaman dalam 1
jam mampu menempel sekitar 40
tempelan. Kerja mulai jam 06.00-12.00 (6
jam) dilanjutkan jam 13.00-17.00 (4 jam),
sehingga 10 jam kerja dalam 1 hari
dihasilkan 10x40 = 400 tempelan.

E
F

I
J
K
Gambar 3.16.
Proses pembuatan bibit dengan cara okulasi. A. Okulasi dengan menggunakan bibit berdiameter 3-5
mm, berumur 3-4 bulan., B. Pembuatan sayatan di batang bawah, C. Pengambilan mata entres dari
batang atas, D. Mata entres terpisah dengan batang atas, E. Mata entres terlepas dengan kayunya,
F. Mata entres terlepas tanpa kayunya dan siap ditempel, G. Menempelkan mata entres ke sayatan
batang Bawah., H. Pengikatan dengan tali plastik, I. Arah ikatan dari bawah ke atas, J. Setelah 2-3
minggu okulasi sudah dapat dibuka, K Mata tunas tumbuh hasil okulasi

Pembuatan tali plastik dari kantong


plastik berukuran kg (12x25 cm) atau 2
kg (20x35 cm). Gunakan plastik yang
tahan santan dan minyak. Membuat irisan
memanjang dengan lebar 0.5-1 cm.
Pengirisan
dengan
silet,
yang
bergeraknya plastiknya bukan siletnya.
Untuk pemula pengirisan plastik bisa
beralaskan papan atau kaca, sedangkan
yang sudah biasa pengirisan kantong
plastik dapat langsung di atas paha kita.
Cara menghitung kebutuhan tali
plastik adalah sebagai berikut. Biasanya
plastik ukuran 2 kg berisi 60 kantong
plastik.
Membersihkan tali plastik dengan
cara dipegang dengan jari direntangkan
dan diketek-ketek atau digerakan biar
menjadi ber-sih, jangan dilap. Biasanya
kan-tong plastik yang habis kita iris

1 kantong plastik ukuran kg menjadi 12


irisan bolak-balik sehingga menjadi 24
irisan x 3 bagian (8 cm) dihasilkan sekitar
72 tali plastik x kg (isi 140 lembar)
maka dihasilkan 10.080 tali plastik,
sedangkan 1 kantong plastik ukur-an 2 kg
menjadi 20 irisan bolak balik sehingga
menjadi 40 irisan x 4 bagian (8 cm)
dihasilkan sekitar 160 tali plastik x kg
(isi 60 lembar) maka dihasilkan 9.600 tali
platik. Harga 1/4 kg kantong plastik
harganya Rp 3.000,-, kg plastik ukuran
kg berisi 140 kantong plastik dan kg
menjadi tali plastik, kita gosokgosokan ke telapak tangan kita biar
tidak licin/lebih kesat.
4)
Cara
okulasi
a)
Perlakuan
pendahuluan

Batang bawah dengan polybagnya


dipegang dan diangkat sedikit keatas lalu
ditekan miring ke bawah sehingga posisi
tanaman dan polybagnya menjadi miring
ke arah luar, agar memudahkan mencari
posisi batang yang akan di tempel dan
pengerjaan penempelan, gerakan ini juga
mampu menjatuhkan embun/ air yang
melekat di daun, agar lebih banyak
embun/air yang jatuh, gerakan batang
bawah sekali lagi dengan tangan.
Batang bawah dibersihkan dari
kotoran/debu dengan cara mengusap
dengan ibu jari dan telunjuk tangan kita
pada bagian yang akan dibuat sobekan
untuk okulasi.
b) Pembuatan sayatan untuk tempat
menempel entres
Bagian batang bawah yang akan
dijadikan
tempat
okulasi
harus
diperhatikan
dengan
seksama.
Penentuan tempat okulasi, buat tempat
sayatan/ kupasan/ sobekan setinggi 3 kali
tinggi/panjang silet dari batas akar dan
batang, karena bila okulasi pertama gagal
setelah 3 minggu kita bisa mengokulasi
lagi tepat berjarak sepanjang silet
dibawah luka okulasi pertama pada sisi
yang berlawanan, kalau okulasi ke-2
masih gagal dalam 3 minggu berikutnya
kita dapat mengulang untuk yang terakhir

x
x

Diambil dari ranting yang berdiameter


2-4 mm, atau diameternya sama
dengan batang bawah.
Warna kulit sama dengan warna kulit
batang
bawah
(menunjukkan
kesesuaian secara fisiologis).

Pengambilan/pengupasan pola mata


entres dari atas ke bawah, karena yang

kali atau yang ke-3 berjarak sepanjang


silet pada sisi yang berlawanan dengan
okulasi ke-2 atau sama sisi dengen
okulasi ke-1. Kalau itupun gagal kita bisa
gunakan alternatif dengan teknik
sambung pucuk atau kita menunggu
tanaman tumbuh lebih tinggi. Tetapi
jangan melakukan okulasi 2 atau 3
sekaligus pada tanaman karena itu akan
membuat stress tanaman.
Panjang silet sekitar 4 cm, sehingga
jarak tempat okulasi pertama adalah
setinggi sekitar 12 cm di atas batas akar
dan batang. Buang daun dibawah posisi
tempat sayatan, untuk memudahkan
penempelan atau tidak menghalangi
pandangan.
Penyayatan kulit batang bawah
mendatar selebar 3-4 mm dengan 2 atau
3 kupasan, tergantung pada besar
kecilnya diameter batang bawah dan
diseimbangkan dengan besar kecilnya
entres, lalu ditarik ke bawah sepanjang
lebih kurang 1,5-3 cm, sehingga menjulur
seperti lidah. Sayatan ini kemudian
dipotong panjangnya atau menyisakan
sedikit sayatan (<1/3 bagian) cukup untuk
tempat menahan sayatan atau pola mata
entres.
c) Pengambilan mata entres
Kriteria mata entres yang baik dari
segi ukuran:
x Mata entres yang sudah plast/mekar
(tidak bagus).
x Mata entres yang besar tapi belum
plast/sedang/bentuknya
sudah
menonjol (terbaik untuk ditempel).
x Mata tunas kecil/dormant/ istirahat
(dapat digunakan tapi agak lama
melekatnya dan pertumbuhannya
juga relatif lama).
Kriteria mata entres yang baik dari
segi pengerjaan dan bentuk:
x Mudah dikupas (menandakan bawah
kambiumnya/ jaringannya aktif).
x Kelihatan ernas/ sehat/ segar.
dilekatkan/yang menjadi faktor
penentu tingkat keberhasilan
adalah lekatan pola entres bagian
bawah rapat dengan pola jendela
di batang bawah. Atau dengan
kalimat
lain
bahwa
yang
diperlukan adalah sisi bawah yang
bersih, karena syarat mutlak agar
tempelan jadi adalah pola mata

entres harus melekat/ menempel rapat


pada sisi bawah dan salah satu sisi
samping, sedangkan sisi atas dan sisi
samping lainnya tidak melekatpun tidak
apa-apa, tetapi lebih sempurna kalau
semua sisi menempel rapat (tetapi
keadaan tersebut sulit dicapai). Ukuran
sayatan mata tempel sedikit lebih kecil
dari ukuran sayatan batang bawah.
Batang disayat agak dalam sehingga
menembus kayu. Tangan kiri memegang
ranting yang mau diambil mata entresnya,
ibu jari tangan kiri menahan ranting dan
membantu mendorong ke arah atas saat
silet ditangan kanan mulai bergerak
membuat sayatan menembus kayu,
panjang sayatan sekitar 0.5-1 cm diatas
mata entres dan 0.5-1 cm dibawah mata
entres (sayatan mata entes se-panjang
sekitar 1-1.5 cm), sayatan untuk
pengambilan entres harus dengan satu
gerakan mulus searah dan tidak boleh
dengan gerakan terputus-putus.
Setelah sayatan melewati mata
entres, kemudian membuat kerat-an
melingkar mengarah miring ke dalam
menghubungkan kedua sisi sayatan
bidang pola mata entres, untuk
memisahkan mata entres dengan kayu
dengan cara mengait pola dengan ujung
silet atau dengan kuku jari dengan

sontekan halus sehingga terlepaslah kulit


yang membawa mata entres dengan kayu
dan sayatan kayu tidak terlepas dari
ranting.
Apabila ranting yang terdapat mata
entres terlalu kecil, biasanya sayatan ikut
melepaskan kayu terikut dengan sayatan,
kalau itu terjadi kita masih dapat
memisahkan mata entres dengan kayu
tersebut dengan sontekan ujung silet
yang hatihati. Kemudian rapihkan irisan
sisi bawah entres untuk menghindari
irisan sisi bawah entres dari kotoran atau
infeksi, yang menjadi perhatian pola
sayatan mata entres harus bersih dari
kayu dan apabila dilihat tidak
meninggalkan lubang di bekas kulit mata
entres, maka sayatan pola mata entres
tersebut siap untuk ditempelkan.
c) Menempelkan mata entres ke
sayatan batang bawah
Ambil
sayatan
mata
entres,
masukkan,
lekatkan,
tempelkan,
tancapkan dan tekan entres pada sisa
sobekan di batang bawah. Prinsipnya
semakin cepat penem-pelan dari
pengambilan entres semakin baik, persen
jadinya makin tinggi.
d) Pengikatan

mata entres, ikat arah menyilang menuju


bawah mata entres, ikat bagian bawah
mata entres, kembali menyilang ke atas
mata entres usa-hakan sekitar mata
entres terikat sempurna sehingga air tidak
ma-suk ke dalam tempelan. Lanjutkan
pengikatan ke arah atas sampai ikatan
menutupi 0.5 cm diatas luka sayatan
batang bawah, lalu kunci ikatan dan tarik

Ambil tali dan tarik tali plastik yang


disiapkan untuk pengikatan, pengikatan
dari bawah tempelan melingkar ke atas
dimulai sekitar 0.5 cm di bawah
sayatan/jendela, tali plastik disusun saling
tindih seperti menyusun genting,
pengikatan dengan hatihati jangan terlalu
kencang (mengganggu proses penyatuan
batang bawah dan entres), atau kurang
kencang/ kendur (air bisa masuk ke luka
tempelan,
sehingga
menginfeksi
tempelan) gunakan perasaan da-lam
pengikatan. Pengikatan di dekat mata
entres harus lebih hati-hati, ikat bagian
bawah mata entres menuju bagian atas
tali plastik dan potong/rapikan sisa
tali plastik.
Mata entres yang besar
atau menonjol, semisal pada
durian tidak
ditutup tali
plastik saat
pengikatan, tangkai
daun
dipotong penuh/biasanya

tangkai daunnya sudah tanggal dengan

sendirinya bila mata entres sudah besar.


Mata entres yang masih kecil ditutup
dengan tali plastik, tetapi disiasati dengan
menyisakan potongan tangkai daun
dibawahnya agak panjang sedikit,
sehingga walaupun di tutup tapi sisa
potongan tangkai daun masih mam-pu
melindungi mata entres kecil dari tekanan
pengikatan tali plastik sehingga cukup
ruang untuk tumbuh dan mata entres
tidak patah. Jika mata tunasnya tidak
menonjol seperti pada mangga dan jeruk,
mata tunas boleh ditutup rapat dengan
pita plastik.

Gambar 3.17.
Proses Pembibitan duria dengan teknik sambung, A. Menyiapkan alat dan bahan, B. Menyediakan biji
durian untuk batang bawah C. Mencampur media semai, D. Mengisi polybag
untuk menyemai biji durian

Gambar 3.17 (Lanjutan)


E. Menyemai biji durian untuk batang bawah, F. Memberi pupuk untuk batang bawah,
G. Memelihara batang bawah, H. Menyiapkan calon entres, I. Menyayat batang bawah
untuk menempelkan entres, J. Menyiapkan calon entres.

K
L

Gambar 3.17 (Lanjutan).


K. Mengambil entres, L. Menyelipkan entres, M. Membalut entres, N. Membalut dan mengikat
entres, O. Memelihara entres, P. Dari entres akan tumbuh menjadi tunas baru.

Gambar 3.17 (Lanjutan)


Q. Tunas baru tumbuh dan berkembang, R. Mengendalikan gulma OPT selama pemeliharaan
tunas baru, S. Daun tunas muda bertambah, T. Dari tunas muda tumbuh ranting serta daun
baru, U. Bibit hasil okulasi dipelihara secara kontinu, V. Bibit siap dipasarkan.

5) Kegiatan sesudah okulasi


a) Deteksi keberhasilan okulasi
dan menyamping, sehingga cukup
makanan untuk proses melekatnya
tempelan entres, dilakukan pemotongan
pucuk (titik tumbuh) batang bawah
setelah penempelan.
Biasanya 2-3
minggu kemudian mata okulasi mulai
tumbuh dan dimulailah pembukaan
entres. Kita buka ikatan paling atas
dengan silet dan dilanjutkan dengan

Untuk mendorong tumbuhnya mata


tunas atau pertumbuhan batang bawah
seimbang antara pertumbuhan keatas
memutar tali ikatan berlawanan
dengan arah pengikatan secara
perlahan dan hati-hati ke arah
ikatan yang lebih bawah.
Tanda
dari
keberhasilan
okulasi adalah
mata
entres
yang ditempelkan
tetap hijau, segar, tidak kering,
atau tidak

patah. Mata tunas tumbuh, kalaupun


belum kelihatan tumbuh dapat dengan
menggores sedikit permukaan sayatan
mata entres yang kita tem-pel apabila
tetap segar/hijau berarti tempelan jadi.
Tempelan yang gagal mata tempelnya
akan berwarna coklat kehitaman.
Setelah
mata
tunas
okulasi
mempunyai 2-3 helai daun yang dewasa
dan siap berfotosintesis, lakukan
pemotongan kira-kira 2-3 cm di atas mata
okulasi batang bawahnya.
Agar
pertumbuhan mata tunas batang atas
tidak terganggu, tunas yang tumbuh dari
batang bawah harus dibuang.
b) Pemeliharaan bibit setelah okulasi
Penyiraman paling lama 2 hari sekali,
dilihat ada tidaknya hujan, yang harus
diingat bahwa tanaman yang kita tempel
mengalami pelukaan/stress sehingga
memerlukan makanan, air dan perawatan
yang lebih. Pemupukan dapat dilakukan
dengan menggunakan pu-puk daun
seperti Atonik, Metalik atau Gandasil D
dengan kon-sentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan
konsen-trasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk
ini dilakukan seminggu sekali. Selain itu
pemupukan dapat juga diberikan melalui
tanah dengan dosis 1-2 gram per
tanaman yang dilakukan sebulan sekali.

induk. Oleh karena itu penyusuan hanya


dianjurkan terutama untuk perbanyakan
tanaman yang sulit dengan cara
sambungan dan okulasi.
1) Tipe penyusuan
Susuan duduk untuk mendekatkan
batang bawah dengan cabang induknya

Penyemprotan dengan insektisida apabila


terdapat hama. Biasanya hama yang
menyerang tanaman di pembibitan adalah
kutu perisai, kutu putih dan ulat daun.
Insektisida yang di-gunakan, misalnya
Supracide 25 WP, Decis 2.5 EC, Reagent
50 SC atau Decis 2.5 EC, Matador,
Kanon dengan konsentrasi 2 cc/l air.
Perlu ditambahkan perekat semisal
Suntick, apabila penyemprotan pada
musim hujan.
Penyemprotan dengan fungisida
apabila terdapat serangan penyakit
lodoh/busuk daun, gejala bercak-bercak
hitam pada permukaan daun, daun
melipat dan melekat satu sama lainnya,
selan-jutnya daun menjadi kecoklatan,
kering dan mati. Biasanya penyakit yang
menyerang tanaman di pembibitan
terutama
yang
disebabkan
oleh
Rhizoctonia sp, Phytophthora sp,
Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit yang
terserang supaya tidak menular segera
dipisahkan dari kelompok yang masih
sehat, kemudian seluruh bibit disemprot
dengan Antracol 70 WP, Dithane M-45 80
WP, Benlate dengan konsentrasi 2 cc/l
atau 2 g/l air. Penyemprotan diulang
seminggu sekali.
e. Penyusuan
Istilah penyusuan (approach grafting)
merupakan cara penyambungan di mana
batang bawah dan batang atas
masingmasing
tanaman
masih
berhubungan dengan perakarannya.
Keuntungan dari teknik ini adalah tingkat
keberhasilan tinggi, tetapi pengerjaannya
agak merepotkan, karena batang bawah
harus selalu didekatkan kepada cabang
pohon induk yang kebanyakan berbatang
tinggi.
Kerugian lainnya bahwa penyusuan
hanya dapat dilakukan dalam jumlah
sedikit atau terbatas, tidak sebanyak
sambungan atau menempel dan akibat
dari penyusuan bisa merusak tajuk pohon
dibuat parapara dari bambu.
Batang bawah kemudian ditaruh
diatas para-para dan disusukan
dengan cabang pohon induk.
Susuan gantung disebut demikian
karena batang bawah yang akan
disusukan didekatkan dengan
cabang pohon induk dengan posisi
menggantung. Dan polybag batang

bawah kita ikatkan pada cabang batang


atas.

Keduanya kemudian dilekatkan tepat


pada bagian yang disayat. Pada waktu
melekatkan harus diperhatikan agar
kambium entres dan batang bawahnya
berhimpit. Posisi susuan bisa duduk atau
menggantung.
Pemotongan
entres
dilakukan setelah pertautan berhasil.
Biasanya setelah 3-4 bulan. Tan-danya
ada pembengkakan disekitar batang yang
diikat. Agar cabang entres tidak kaget
atau stres sebaiknya pemotongan dari
induk dilakukan secara bertahap
sebanyak tiga kali.
Selang waktu
pengeratan pertama ke berikutnya adalah
seminggu. Pada pengeratan pertama
setelah terjadi pembengkakan cabang
entres dikerat 1/3 diameter cabang.
Minggu ke-dua 2/3 diameter cabang.
Minggu ketiga susuan dipotong lepas.
x Pengupasan batang atas dan batang
bawah
x Penyatuan batang atas dan batang
bawah

2) Cara melakukan susuan


Batang bawah disayat dengan
kayunya sepanjang 2-3 cm, kira-kira 1/3
diameter batang.
Hal yang sama
dilakukan untuk ca-bang batang atasnya
yang belum dipotong dari induk.

E
Gambar 3.18.
Proses Pembibitan dengan teknik penyusuan, A. Pengupasan batang atas dan batang bawah, B.
Penyatuan batang atas dan batang bawah, C. Pengikatan batang atas dan batang bawah, D.
Pengikatan telah selesai dan perlu diberi satu ikatan lagi untuk menguatkan, E. Hasil teknik
penyusuan duduk

Gambar 3.18 (Lanjutan)


Hasil teknik penyusuan

Tabel 3.1. Perbanyakan beberapa tanaman buah-buahan dengan cara vegetatif


Jenis tanaman
Okulasi
Sambung
Penyusuan
Stek
Alpukat
Belimbing
Cempedak
Duku
Durian
Jambu air
Jambu biji
Jambu bol
Jeruk

+
+
+
0
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+
+
+
+

0
+
+
0
+

Cangkokan
+
0
0
0
0
+
+
+
+

Kapulasan
+
Mangga
+
+
Manggis
Melinjo
Nangka
Rambutan
+
Sirsak
Sukun
+
+
Keterangan : (+) baik (o) kurang baik (-) gagal
x
x
x
x

Pengikatan batang atas dan batang


bawah
Pengikatan telah selesai dan perlu
diberi satu ikatan lagi untuk
menguatkan
Hasil teknik penyusuan duduk
Hasil teknik penyusuan gantung.

3) Pemeliharaan bibit tanaman hasil


susuan.
Setelah bibit susuan siap disapih
maka pemeliharaan benih susuan
dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut. Pemeliharaan bibit pada umunya
adalah penyemprotan dengan insektisida
apabila terdapat hama. Biasanya hama
yang menyerang tanaman di pembibitan
adalah kutu perisai, kutu putih dan ulat
daun. Insektisida yang digunakan,
misalnya Supracide 25 WP, Decis 2,5 EC,
Reagent 50 SC atau Decis 2.5 EC
dengan konsentrasi 2 cc/l air.
Penyemprotan dengan fungisida
dilakukan apabila terdapat serangan
penyakit. Biasanya penyakit yang
menyerang tanaman di pembibitan
terutama
yang
disebabkan
oleh
Rhizoctonia sp, Phytophthora sp,
Fusarium sp dan Pythium sp. Bibit yang
terserang supaya tidak menular segera
dipisahkan dari kelompok yang masih
sehat, kemudian seluruh bibit disemprot
dengan Antracol 70 WP, atau Dithane M45 80 WP dengan konsentrasi 2 cc/l atau
2 g/l air. Penyemprotan diulang seminggu
sekali.
Ada lima cara perbanyakan vegetatif
buatan untuk tanaman buah yang sudah
dikenal oleh para penangkar bibit dan
petani yaitu cara penyambungan, okulasi,
penyusuan, cangkok dan stek. Pada tiga
cara yang pertama dikenal adanya istilah
batang bawah dan batang atas.

+
+

_
0

+
+

Pemupukan dapat dilakukan dengan


menggunakan pupuk daun seperti Atonik,
Metalik atau Gandasil D dengan
konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan
pupuk
NPK
(15:15:15)
dengan
konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk
ini dilakukan seminggu sekali. Selain itu
pemupukan dapat juga diberikan melalui
tanah dengan dosis 1-2 gram per
tanaman yang dilakukan sebulan sekali.
Penyiraman bibit pada musim
kemarau biasanya dilakukan setiap dua
hari sekali,sedangkan pada musim hujan
disesuaikan. Penyiraman bibit ini
dilakukan dengan menggunakan gembor
air.
Pengairan sistem genangan atau
bahasa
Jawanya
dilep
apabila
pembibitannya dilakukan dalam polybag
yang ditaruh di sawah, maka cara
penyiraman dengan menutup saluran
pembuangan
air,
kemudian
air
dimasukkan ke areal pembibitan sampai
media di polybag menjadi basah.
Pemasukan air ini sebaiknya dilakukan
pada waktu sore/ malam hari ketika suhu
tanah tidak tinggi. Lama perendaman 1-2
jam dengan tinggi air cukup tinggi
polybagnya.
Penyiangan rumput pengganggu
(gulma), karena rumput selalu bersaing
dengan bibit dalam pengambilan hara,
ruang tempat tumbuh, air dan sinar
matahari.
3.5.

Pemilihan Teknik Perbanyakan


Vegetatif
Batang
bawah
berupa
tanaman yang biasanya berasal
dari biji. Tanaman dari
biji sengaja dipilih karena
mempunyai keunggulan dari segi
erakarannya,
yakni
tahan
cendawan akar dan mempunyai
perakaran yang banyak serta
dalam, sehingga tahan terhadap
kekeringan dan

kondisi tanah yang becek. Sedangkan


batang atas berupa ranting atau mata
tunas dari pohon induk yang mempunyai
sifat unggul terutama dalam produksi dan
kualitasnya. Dari hasil menggabungkan
sifat batang bawah dan batang atas ini
diperoleh bibit tanaman yang disebut bibit
enten, okulasi dan susuan. Pada
perbanyakan dengan cara mencangkok
batang bawah tidak diperlukan karena
pada cara ini perakaran keluar langsung
dari cabang pohon induk yang dicangkok.
Sedangkan cara stek pada prinsipnya
menumbuhkan bagian atau potongan
tanaman, sehingga menjadi tanaman baru
menumbuhkan bagian atau potongan
tanaman, sehingga menjadi tanaman
baru. Kelebihan bibit vegetatif yaitu selain
berbuahnya persis sama dengan
induknya, bibit juga berumur genjah
(cepat berbuah). Tanaman manggis asal
bibit susuan berbuah lima tahun setelah
tanam, sedangkan bibit yang berasal dari
biji baru berbuah 10-15 tahun setelah
tanam. Bibit durian okulasi bisa berbuah
4-6 tahun setelah tanam, sedangkan bibit
asal biji berbuah lebih dari 10 tahun
setelah tanam.
Beberapa jenis tanaman buahbuahan tertentu sampai saat ini hanya
berhasil diperbanyak dengan cara tertentu
pula. Ada jenis tanaman tertentu yang
tidak bisa diokulasi karena banyak

mengandung getah. Rambutan dan


kapulasan selalu gagal kalau disambung
(enten) karena pengaruh asam fenolat
yang teroksidasi dapat menimbulkan
pencoklatan (browning).
Resin dan asam fenolat ini bersifat
racun terhadap pembentukan kalus.
Sedangkan contoh lainnya adalah
belimbing dan manggis yang sulit sekali
berakar bila dicangkok karena kalusnya
hanya menggumpal dan tidak mampu
membentuk inisiasi (bakal) akar.
Dalam
perbanyakan
vegetatif
tanaman buah-buahan, ada cara
perbanyakan tertentu yang lebih
menguntungkan bila dilakukan pada jenis
tanaman tertentu pula, sehingga cara
perbanyakannya menjadi cepat dan
efisien. Tanaman manggis dan belimbing
akan
lebih
menguntungkan
bila
diperbanyak dengan cara enten,
sedangkan
tanaman
durian
menguntungkan bila diperbanyak dengan
cara okulasi. Perbanyakan tanaman
buah-buahan dengan cara penyusuan
walau keberhasilannya tinggi, tetapi
kurang praktis dalam pengerjaannya,
sehingga bibit yang dihasilkan per satuan
waktu menjadi sedikit. Sebagai contoh
seorang pekerja yang sudah terampil
mengokulasi durian, dalam sehari (8 jam
kerja)
bisa
mengokulasi 350-400
tanaman, sedangkan untuk penyusuan
hanya bisa mengerjakan 75-100 susuan
sehari. Oleh karena itu perbanyakan
dengan
cara
penyusuan
hanya
disarankan sebagai alternatif terakhir
dalam perbanyakan tanaman buahbuahan seperti pada perbanyakan
tanaman jenis nangka kandel yang
keberhasilannya kurang dari 20% bila
diperbanyak dengan cara enten atau
okulasi. Dengan diketahuinya cara
perbanyakan yang lebih menguntungkan
untuk masing-masing tanaman buahbuahan, maka akan diperoleh efisiensi
tinggi dalam pengadaan bibit buah-

buahan secara masal, walaupun dengan


menggunakan cara konvensional.
Tabel 3. 2. Persentase keberhasilan cara perbanyakan okulasi, enten dan penyusuan pada
beberapa tanaman
Jenis tanaman
Okulasi
Enten
Penyusuan
Alpukat
40-70
50-80
70-100
Belimbing
40-60
60-90
60-100
Duku
0-10
40-60
40-80
Durian
60-80
20-60
60-100
Jeruk
60-70
70-85
60-90
Kapulasan
10-40
0
40-80
Mangga
40-70
60-90
60-100
Manggis
0
50-80
50-80
Melinjo
70-80
80-90
70-100
Rambutan
30-70
0
60-100
Sawo
0
70-80
60-90
Sumber : Sunaryono (1987) dan Wijaya (1990)
Keterangan : nilai dalam persen (%)
a. Tips Membeli Bibit Tanaman
Bibit yang siap untuk ditanam
manfaatnya akan dapat dinikmati setelah
beberapa bulan atau beberapa tahun.
Dengan demikian kesalahan dalam
membeli bibit ini akan berakibat fatal bukan
hanya berupa kerugian ekonomi tetapi juga
kerugian tenaga dan waktu. Ada beberapa
kiat dalam pembelian bibit yang harus
diperhatikan baik itu faktor teknis maupun
faktor non teknis.
Penjual bibit yang dapat dipercaya
memiliki ciri sebagai berikut: Trdaftar di
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
(BPSB).
x Bibit yang dijualnya telah bersertifikat
x Memiliki pembibitan sendiri atau
mengetahui dengan pasti asal
penangkarnya sehingga memudahkan
melacak keaslian varietasnya.
Mengetahui secara pasti varietas bibit
yang dijualnya. Memiliki tempat penjualan
permanen
(mangkal)
sehingga
dilakukan dengan pengidentifikasian ciriciri spesifik varietas tersebut. Bibit sehat
dan berpenampilan baik
Dalam memilih bibit tanaman, yang
perlu diperhatikan pertama kali ialah
pertumbuhan batang, cabang dan
daunnya. Selanjutnya dapat diperhatikan
juga penampakan luarnya, apakah ada
gejala serangan hama dan penyakit atau
tidak.

memudahkan bagi pembeli yang akan


komplain.
1)

Membeli bibit yang unggul atau


baik kualitasnya

Induk yang baik berasal dari varietas


unggul, sehat dan telah cukup umur (lebih
baik kalau pohon induk sudah
berproduksi). Untuk memastikan bahwa
bibit tersebut berasal dari induk yang baik,
cara yang paling baik adalah dengan
mengetahui sendiri secara langsung
tanaman induk bibit tersebut. Hal ini tidak
sulit dilakukan jika penjualnya telah
dikenal baik oleh pembeli. Pada kondisi
seperti ini biasanya pembeli tahu betul
kondisi "dapur produksi" produsen bibit
tersebut. Jika tidak memungkinkan untuk
mengetahui secara langsung kondisi
tanaman induknya, upaya yang dapat
dilakukan adalah meminta informasi
sebanyak mungkin kepada penangkar
tentang induk tanaman tersebut. Untuk
mengetahui varietas bibit tersebut, dapat
Bentuk batang dan cabang
dipilih yang baik, kelihatan mulus
dan kokoh, tidak terlalu tinggi dan
tidak terlalu pendek
sesuai dengan umurnya. Tanaman
yang kerdil biasanya kelihatan
pendek dari yang
seharusnya. Ada pula bibit yang
pertumbuhan tingginya terlalu pesat,
sedangkan batangnya kelihatan
kecil dan

terkesan kurang kokoh.


Perlu diperhatikan bahwa bibit yang
baik biasanya memiliki batang utama yang
lurus dan tumbuh tegak, tidak melengkung.
Pada tanaman buah yang memiliki
percabangan banyak, biasanya cabang
tumbuh ke segala arah secara merata.
Pada pucuk tanaman dan ujung ranting
tampak kuncup daun yang menandakan
adanya pertumbuhan.
2) Pengemasan dan pengakutan benih.
Untuk bibit yang dikirim dalam bentuk
stump (cabutan), pengirimannya tidak ada
masalah karena beberapa bibit bisa saja
dibungkus dengan batang pisang atau
bahan lain yang bersifat lembab, sehingga
akarnya tidak kering, semisal bibit jeruk
dan jati.
Pengemasan bibit yang peka, seperti
bibit durian, dapat dilakukan dengan cara
mengeluarkan
setengah
tanahnya,
kemudian ditambahkan serbuk kelapa
(cocopeat). Untuk menghilangkan stres,
sebelum diangkut bibit diletakkan dahulu di
bawah naungan dan disiram untuk
adaptasi. Setelah satu minggu biasanya
bibit sudah segar kembali dan dapat dipak
dalam peti berventilasi untuk dikirim.

Dengan cara pengepakan seperti ini,


maka bibit dalam polybag yang semula
beratnya 4-7 kg/bibit menjadi0,5-1
kg/bibit.
Mengeluarkan setengah tanahnya
dan ditambah dengan gel (Agrosoft),
kemudian polybag diikat. Keadaan ini
membuat bibit mampu bertahan sampai
4-7 hari tanpa penyiraman Pengepakan
tanpa mengurangi media tanam, biasanya
untuk angkutan darat.
Pengangkutan benih vegetatif harus
direncanakan dengan baik.
Pada
umumnya apabila benih akan diangkut
dengan pesawat, tidak terlalu khawatir
terhadap kerusakan karena kekurangan
air (kekeringan).
Yang harus diperhatikan adalah
apabila benih vegetatif akan diangkut oleh
angkutan darat atau laut yang
membutihkan waktu relatif lama (lebih dari
4-7 hari)
maka harus dilakukan
pengepakan benih dengan batuan bahanbahan
yang
dapat
mengurangi
penguapan air dan respirasi. Salah satu
tekniknya
adalah
dengaan
cara
membungkus semua benih dengan daun/
pelepah pisang dan polibag benih ditutup
dengan serbuk gergaji basah (ringan
tetapi benih tetap lembab) dan benih siap
untuk dipcking dan dikirim.
Pada kondisi yang lebih modern,
plastik pengepak benih diisi N2
atau
divacuum sehingga tidak terjadi proses
respirasi dan benih akan aman selama
masa pengankutan.
3.6. Sertifikasi Benih

Pengawasan dan Sertifikasi Benih


(BPSB). Dasar dari Sertifikasi benih
adalah:

Undang-undang Nomor 12
Tahun
1992, tentang Sistem Budidaya
Tanaman.

Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia
Nomor
44
tahun
1995,Tentang Perbenihan Tanaman.

Masalah yang perlu diperhatikan


dalam usaha pembibitan adalah upaya
registrasi dan sertifikasi varietas bibit
yang yang akan disebarkan kepada
masya-rakat. Pohon induk untuk sumber
mata tunas (entres) harus diregistrasi
terlebih dahulu oleh petugas Balai

Undang-undang Nomor
22 Tahun
1999, tentang Pemerintah
Daerah.
Tujuan registrasi pohon induk
buah- buahan adalah untuk
menjamin kebenaran bibit yang
dihasilkan dari pohon induk yang
bersangkutan
secara
hukum
(yuridis), sehingga konsumen tidak

dirugikan. Tujuan lainnya adalah untuk


menjamin kebenaran suatu varietas.
Sebagai contoh adalah tentang banyak
beredarnya varietas sitokong yang
berlainan. Jika diperhatikan, mungkin dapat
dikumpulkan sekitar selusin varietas
sitokong yang berbeda ciri tanamannya.
Padahal varietas sitokong yang resmi
dilepas Menteri Pertanian pada tahun
1984, hanya ada satu jenis. Sedangkan
selebihnya adalah jenis-jenis durian yang
tidak diketahui asal- usulnya yang diberi
nama sitokong. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pengawasan cara perbanyakan
bibit
perlu
diperketat agar tidak
mengecewa-kan para pembeli bibit.
Investasi pohon buah-buahan merupakan
investasi jangka panjang, sehingga bila
seseorang membeli bibit palsu, baru
diketahui 4-5 tahun yaitu pada saat pohon
tersebut menghasilkan buah. Kerugian
uang,
tenaga
dan
waktu
akan
menimbulkan
kekecewaan
yang
mendalam,
sehingga
akhirnya
menghambat usaha tanaman buahbuahan. Oleh karena itu dianjurkan
membeli bibit yang telah diketahui ciri-ciri
atau bibit yang berlabel.
a. Sertifikasi dan pelabelan benih

x
x
x
x
x
x

warnanya merah dimuat


(Gambar 10 dan Gambar 11)
Nama dan alamat penangkar,
Asal bibit.
Jenis tanaman.
Varietas batang bawah.
Varietas batang atas.
Tanggal pemasangan label.

data:

Cara melakukan sertifikasi adalah


sebagai berikut:
x Penangkar harus memberi tahu
rencana penangkarannya kepada
BPSB selambatlambatnya
satu
minggu sebelum dimulai pelaksanaan
perbanyakan bibit.
x Pengisian formulir tentang rencana
dan jumlah bibit yang akan
diproduksi, disesuaikan
dengan
kemampuan pohon induk dan tenaga
yang tersedia. Bila penangkar akan
mengambil entres dari pohon induk
milik orang lain, maka pada
pengajuannya dilengkapi dengan
surat persetujuan dari pemilik pohon
induk.
x Setelah pemohonan diterima BPSB
maka
petugas
BPSB
akan
melakukan
pemeriksaan
pendahuluan tentang: kepastian letak
atau areal penangkaran. Kebenaran
varietas pohon induk.
Perkiraan
jumlah bibit yang akan diperbanyak.
x Setelah diperiksa baru dilakukan
perbanyakan bibit.
Pada
waktu
pelaksanaan
perbanyakan, petugas BPSB akan
mengawasi tentang:
x Kebenaran pohon induk yang
digunakan.
x Kebenaran entres yang digunakan.
x Mengetahui jumlah tanaman yang
diperbanyak.
x Memeriksa cara perbanyakannya
(okulasi,
sambung,
cangkok,
penyusuan).
x Pada akhir pemeriksaan menjelang
pelabelan, dilakukan pemeriksaan
lagi tentang jumlah bibit yang tumbuh
dengan baik dan layak untuk diberi
label.
x Entahah itu penangkar mengajukan
permohonan seri label.
x Label diisi dan diajukan ke BPSB
untuk diberi nomer seri dan
dilegalisir. Di dalam label yang
x Gambar 10. Label merah
yang dikeluarkan BPSB
Besarnya biaya sertifikasi
telah
ditentukan sesuai SK Direktur
Jenderal
Tanaman
Pangan.
Sebagai contoh, untuk perbanyakan jenis tanaman buah-buahan di

wilayah Jawa Barat dan Jakarta, terutama


varietas buah-buahan yang sudah dilepas
oleh Menteri Pertanian, biayanya adalah
Rp 20 per bibit batang bawah yang
diajukan dalam pemeriksaan lapang.
Penerimaan
hasil
pemeriksaan bibit
yang diperoleh BPSB ini merupakan
pendapatan negara yang harus disetor
langsung ke kas negara. Untuk pembuatan
dan pencetakan label merah muda
biayanya antara Rp 200 tergantung
negoisasi dengan petugas BPSB tentang
mutu kertas dan cetakan label tersebut,
sedangkan untuk label putih biayanya Rp
600,- karena mutu kertasnya lebih baik.
Khusus untuk bibit jeruk bebas CVPD,
label hanya berlaku untuk jangka wak-tu
tiga bulan, setelah itu bibit harus diperiksa
ulang tentang kese-hatannya. Bibit yang
dinyatakan sehat baru bisa diberi label lagi
dengan biaya Rp 20 per bibit. Selain label
merah muda yang sudah sering kita lihat di
lapang untuk bibit unggul yang sudah
dilepas melalui SK Menteri Pertanian,
sebenarnya ada label biru untuk varietas
unggul lokal yang belum dilepas melalui
SK Menteri dan yang terakhir adalah label
putih yang dikhususkan untuk bibit unggul
yang sudah dilepas melalui SK Menteri
Pertanian dan bibit tersebut ditanam
dengan tujuan dijadikan pohon induk
sebagai sumber mata entres.
Khusus label putih pemeriksa-an lebih
teliti menyangkut jenis varietas batang atas

unggul buah-buahan agar mereka tidak


kecewa di kemudian hari.
Selama
ini
masih
beredar
kepercayaan bahwa bibit unggul itu akan
selalu bersifat unggul walaupun ditanam di
tempat yang sebenarnya tidak cocok.
Bahkan ada anggapan bahwa bibit unggul
tidak memerlukan pemupukan dan
penyemprotan pestisida, sehingga cukup

harus berasal dari pohon induk yang


sudah terdaftar dan varietas batang
bawah
dan
dikeluarkan
dengan
sepengetahuan BBI (Balai Benih Induk).
Sedangkan batang bawah untuk label
merah vaietasnya bisa "sapuan" asalan.

Gambar 3.19. Contoh Label Merah yang


dikeluarkan BPSB untuk benih durian.

Sebagai
tindak
lanjut
dari
pemberian label bagi bibit unggul perlu
disertakan informasi atau data mengenai
daerah penanaman yang cocok untuk
bibit tertentu. Keterangan mengenai
varietas tertentu cocok ditanam di dataran
rendah atau dataran tinggi dan jenis tanah
apa yang paling cocok, perlu diketahui
oleh para petani dan konsumen yang
ingin menanam bibit unggul tersebut.
Pada dasarnya bibit unggul memerlukan
lingkungan tumbuh yang spesifik, agar
buah yang dihasilkannya benar-benar
unggul. Misalnya durian petruk yang asli
berasal dari Jepara, Jawa Tengah, kurang
memuaskan jika ditanam di daerah Bogor,
Jawa Barat. Hal ini disebabkan karena
daerah Jepara, Jawa Tengah memiliki
kondisi iklim yang berbeda dengan
daerah Bogor, Jawa Barat. Jepara, Jawa
Tengah mempunyai ketinggian sekitar 50
m di atas permukaan laut dengan iklim
yang kering (curah hujan rendah).
Sedangkan kondisi tanah dan iklim
daerah Bogor adalah lembab dan banyak
hujan, sehingga tidak menunjang sifat
unggul durian petruk. Bibit yang
seharusnya berbuah pada umur lima
tahun, baru berbuah pada umur tujuh
tahun setelah tanam. Informasi seperti ini
harus diketahui para penanam bibit
ditanam, ditinggalkan, kemudian
akan
berbuah sendiri dengan lebat.
Harapan seperti ini tentunya hanya
merupakan angan-angan
dan
pasti akan berakhir
dengan kekecewaan. Bila terjadi hal
demikian,
maka
yang
dikambinghitamkan

biasanya adalah si penjual, bahwa bibit


yang dijual palsu. Padahal pengetahuan
dasar si penanam inilah yang tidak
memadai untuk menanam bibit-bibit jenis
unggul tadi. Oleh karena itu perlu
diingatkan kembali bahwa kemajuan
berupa penemuan bibit unggul varietas
baru, perlu diimbangi dengan kemajuan
pengetahuan petani mengenai cara-cara
bercocok tanam yang lebih baik.
Peningkatan pengetahuan dapat diperoleh
dengan membaca tulisan atau artikel pada
majalah pertanian, mengikuti kursus dan
seminar atau menjadi anggota dari suatu
perkumpulan
hortikultura.
Dengan
mengadakan pertemuan yang teratur
dapat dibahas masalah baru yang
ditemukan di lapangan dan dicarikan jalan
keluarnya.
Pengalaman
pngalaman
berharga dari sesama rekan petani, dapat
dijadikan modal yang sangat berharga
untuk terus maju dalam mengembangkan
usaha hortikultura yang semakin cerah.
Untuk informasi lebih lengkap tentang
tanaman buah varietas unggul yang telah
dilepas dengan SK Menteri Pertanian
dapat dilihat di Lampiran 1. Deskripsi
tanaman buah varietas unggul yang telah
dilepas dengan SK Menteri Pertanian.
b. Surat Keterangan Pendaftaran
Pedagang Benih (SKPPB)

SKPPB adalah Rp 50.000,- di luar ongkos


transportasi bagi petugas. SKPPB berisi
data
x Nama perusahaan.
x Alamat perusahaan.
x Bentuk/status perusahaan.
x Nama pemimpin perusahaan.
x Alamat pemimpin perusahaan.

Dasar dari SKPPB adalah Undangundang Nomor 12 Tahun 1992, tentang


Sistem Budidaya Tanaman; Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44
tahun
1995,Tentang
Perbenihan
Tanaman; dan Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999, tentang Pemerintah Daerah.
Adapun manfaat dari SKPPB adalah:
x Pembibitan tersebut sudah terdaftar
secara resmi di BPSB dan berhak
menerima
pembinaan
tentang
perbenihan dari instansi terkait.
x Meningkatkan
kepercayaan
konsumen bibit terhadap pembibitan
tersebut.
x Sebagai
prasyarat
apabila
pembibitan mengikuti tender atau
menyuplai bibit untuk proyek
pemerintah.
x Memudahkan waktu pengurus-an
labelisasi bibit, walaupun penangkar
yang tak memiliki SKPPB pun juga
bisa mengajukan labelisasi bibit.
Untuk
memperoleh
SKPPB
Penangkar benih mendaftar di kantor
BPSB Kabupaten atau Kota, kemudian
petugas BPSB melakukan pemeriksaan
lapang pendahuluan tentang:
x Kepastian
letak
atau
areal
penangkaran.
x Jenis dan varietas tanaman yang
dibibitkan.
x Kebenaran varietas ponon induk
sebagai sumber entres.
x Perkiraan jumlah bibit yang akan
diperbanyak.
Setelah pemeriksaan selesai dan
terbukti kebenarannya, maka petugas
melaksanakan
pemberkasan
untuk
diajukan ke Dinas Pertanian Tanaman
Pangan tingkat Propinsi UPTD Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura,
karena instansi ini yang berwenang
mengeluarkan SKPPB. Kalau sudah
lengkap berkasnya, SK akan turun sekitar
1 bulan kemudian. Biaya pengurusan
Dengan ketentuan bahwa
setiap akhir tahun harus melapor
kembali
rencana
pengadaan/
penyaluran benih, bersedia mentaati
peraturan-peraturan yang berlaku.
SKPPB ini berlaku selama 2 tahun
dan
sesudahnya
harus

memperpanjang atau membuat lagi SKPPB


tersebut.

Gambar 3.20.
Gambar
Contoh Surat Keterangan Pendaftaran Pedagang
Benih (SKPPB)

3.7.

Perlakuan,
penyimpanan
benih.

dan

pengemasan,
penyaluran

Sebelum benih generatif dijual ke


pasar bebas atau petani, pada umumnya
benih-benih tersebut harus dapat disimpan
dalam jangka waktu yang relatif lama.
Agar kulaitas benih dapat terjaga dengan

mungkin
dengan
menggunakan
metode just in time. Benih yang disimpan
hanya benih yang diorder konsumen dan
akan
segera
dikirimkan atau
didistribusikan. Apabila metode distribusi
seperti yang
tersebut
di atas tidak
memungkinkan,
maka
sebaiknya
menggunakan metode first come first out.,

baik selama di penyimpanan, maka benih


harus dilindungan dari gangguan luar,
baik berupa gangguan biologis maupun
lingkungan. Untuk melindungi benih dari
serangan penyakit
dapat dilakukan
dengan cara pemberian perlakuan
fungisida Ridomil 5 gram/kg benih
genaratif. Prosedur perlakuan fungisida
pada benih adalah sebagai berikut.
x Siapkan Ridomil sebanyak 5
dari berat benih yang akan disimpan.
x Tambahkan air sedikit demi sedikit ke
dalam tepung Ridomil kemudian
campur sampai dengan rata
sehingga membentuk pasta Ridomil.
x Campurkan benih dengan pasta dan
aduk dengan hati-hati sehingga
campuran merata.
x Benih genetif yang telah diberi
perlakuan Ridomil dikeringanginkan
kembali sehingga kadar air benih
sebelum
diperlakukan
dengan
setelah perlakuan relatif sama.
x Benih yang tealh diberi perlakuan
dikemas dan
dipasang label
sertifikasi benih.
Benih generatif yang akan disimpan
harus diperhatikan kadar
airnya.
Upayakan agar kadar air berada [ada
kisaran
8-12%
tergantung
jenis
komoditinya.
Benih-benih yang telah
disertifikasi, diperlakukan dan .dikemas
dapat disimpan selama 6-9 bulan.
Penyimpanan benih sebaiknya di ruang
yang mempunyai kelembaban udara yang
rendaj seperti di dalam gudang dengan
fasilitas AC
(Air conditioner) dan
upayakan pada suhu yang rendah. Jika
kedua persyaratan tadi tidak terpenuhi,
sebaiknya benih vegetatif disimpan di
dalam gudng dengan ventilasi yang cukup
sehingga pertikaran udara dapat berjalan
dengan baik.
Benih-benih yang disimpan dalam
gudang akan didistribusikan apabila
terdapat order pembelian.
Sebaiknya
penyaluran benih dilakukan sesegera
benih yang lebih dahulu masuk ke dalam
gudang
maka harus disalurkan paling
duluan.
Pendistribusian benih sebaiknya
mengkuti kaidah dalam sertfikasi benih
yaitu hanya dapat disimpan selama 6-8
bulan setelah selesainya masa pengujian
benih.

Ringkasan
Setelah mempelajari BAB 3. siswa telah mampu menguasai kompetensi-kompetensi
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Dasar-dasar pembenihan tanaman dan produksi benih tanaman.


Kesekatan dan keselamatan kerja.
Pengelolaan alat dan mesin pembenihan tanaman.
Menerapkan persyaratan kerja
Menyiapkan lahan dan media untuk produksi benih vegetatif.
Memelihara pohon induk.
Membiakkan tanaman dengan stek.
Membiakkan tanaman dengan sambung.
Membiakkan tanaman dengan susuan
Membiakkan tanaman dengan okulasi
Merawat benih tanaman
Medistribusikan benih tanaman.

Dasar-dasar pembenihan tanaman


Investasi modal usaha, lahan,
bahan baku, SDM, alat dan
masin, pemahaman K-3, teknik
budidaya, panen dan
penanganan benih, sertifikasi,
penggudangan, distribusi,
pemasaran dan layanan purna
jual.
Pohon induk
x Pohon induk dan kebun
produksi: pohon induk
bergabung dengan kebun
produksi. Jarak tanam
pohon induk relative lebih
jarang dibandingkan
dengan jarak tanam
normal.
Pohon induk: pohon induk yang
spesifik dan terpisah dari kebun
produksi pada umumnya
mempunyai jarak tanam yang
lebih sempit. Pohon induk pada

Kesehatan dan
keselamatan kerja
x
x
x

Norma
kesehatan
Norma
keselamatan
Kerja nyata

Batang bawah dan


batang atas

x
x

Pemilihan
batang bawah.
Pengepakan
batang atas.

Pengelolaan alat dan


mesin pembenihan
x
x
x

Pemelihartaa
n berencana
Pemeliharaa
n perbaikan
Pemeliharaa
n terbatas.

Teknik penyiapan
benih

x
x

Pembibitan
Teknik
pembenihan

76

kebun induk spesifik akan lebih


terpelihara kemurnisnnya.
Pemilihan teknik pembenihan

Teknik produksi benih vegetatif


x
x
x
x
x
x

Teknik pembenihan dengan


stek
Teknik pembenihan dengan
cangkok
Teknik pembenihan dengan
sambung
Teknik pembenihan dengan
sambung
Teknik pembenihan dengan
okulsi
Teknik pembenihan dengan
susuan

Sertifikasi benih

x
x
x

Tip membeli tanaman


Factor teknis yang harus
dipertimbangkan.
Pengepakan bibit.

Perlakuan pengemasan

Pengepakan
x

Sertifikasi
dan
pelabelan
benih.
Surat
keterangan
pendaftaran
pedagang
benih

Benih harus
dilindungi dari
gangguan biologis
dan lingkungan.
Perlakuan
pengemasan benih
dapat dilakukan
dengan pemberin
perlindungsn fisik dan
kimia.

Bibit dikirim dalam


bentuk cabutan.
Bibit dikirim dengan
akar yang terbungkus
setengan media
tanam.
Bibit dikirim dengan
akar yang terbungkus
dengan setengan
media tanam
ditambah dengan gel.

SOAL:
1. Terangkan minimal 3 proses produksi benih secara vegetatif.
2. Bagaimana metode untuk mendaftarkan benih varietas baru.
3. Mengapa sebagai tanah pada perakaran bibit tanaman harus tetap
dipertahankan pada saat pengepakan dan pengiriman.
TUGAS:
1. Lakukan identifikasi benih di pasar pertanian, berapa persen benih yang
telah bersertifikat.
2. Lakukan kegiatan bermain peran dengan tema trik memilih benih vegetatif
yang siap tanam.

78

BAB 4. TEKNIK PRODUKSI BENIH GENERATIF TANAMAN


4.1 Proses Pembentukan Biji Pada
Tanaman
Ciri terpenting dalam reproduksi
seksual adalah pembuahan, yaitu
penyatuan sel betina dan sel jantan
(gamet).
Hasil penyatuan tersebut
dinamakan zigot. Zigot tersebut
berisi kedua krosom dari individu
jantan dan individu betina dan
merupakan sel pertama dari individu
baru. Zigot akan tumbuh menjadi
embrio (janin) di dalam biji. Bila biji
berkecambah
akan menjadi
tumbuhan dewasa.
Karena embrio
tersebut memiliki
sifat-sifat kedua
induknya,
maka
kemampuan
mewariskan sifat-sifat
tersebut
melalui biji dari generasi ke generasi.
Bunga merupakan fase penting
dalam
proses pembentukan biji.
Pada dasarnya bunga
terdiri dari
beberapa organ, namun hanya dua
organ saja
yang terlibat dalam
pembentukan biji, yaitu benang sari
(stamen) dan putik (pistil).
Benang
sari menghasilkan serbuk sari yang
masing-masing membentuk gamet
jantan.
Sedangkan putik akan
membentuk bakal biji (ovulum) yang
mengandung telur.
Pada waktu
proses penyerbukan, yaitu jatuhnya
serbuk sari pada kepala putik,
terbentuklah tabung serbuk sari,
kemudian berlangsung pembuahan
antara sperma dengan telur. Proses
akhir dari pembuahan ini adalah
terbentuknya biji.
Struktur bunga
sangat beragam, walaupun demikian
terdapat pola umum dari berbagai
macam tumbuhan. Semua bunga

mempunyai kerangka struktur yang


sama. Bunga terbentuk pada tangkai
khusus yaitu tangkai bunga atau
pedicellus.
Pada apeks yang
membesar tersusun bagian-bagian
bunga.
Salah satu bagian bunga
adalah kelopak bunga (calyx) dimana
biasanya bagian ini menumpang pada
daun kelopak berwarna hijau
(sepalum).
Sebelum mekar, kelopak daun ini
membungkus bagian bunga yang lain.
Sedangkan bagian ang paling
menonjol adalah daun mahkota bunga
(petalum) yang secara kolektif disbeut
mahkota (corolla). Calyx dan corolla
bersama-sama membentuk hiasan
bunga atau perianth.
Petal dapat
berwarna
putih, merah, jingga,
kuning, biru dan sebagainya.

Gambar 4.1 .
Struktur bunga yang lengkap

Jika
diperhatikan gambar
mofologi sebuah bunga, maka bagian
pusat bunga terletak pada putik
(pistillum), yang biasanya berbentuk
botol dengan dasar membengkak

79

yang dinamakan dengan bakal buah


(ovarium). Bagian ini dihubungkan ke
kepala putik oleh tangkai putik
(stylus).
Di dalam bakal buanh
terdapat bakal biji.
Putik sendiri
dibentuk oleh satuan danun buah
(carpellum) yang secara kolektif
dinamakan gynaecium).
Di atas petal terdapat benang sari
yang terdiri dari tangkai sari
(filamentum) yang bentuknya ramping
dengan kepala sari (enthra) yang
berisi serbuk sari (pollen). Seluruh
kumpulan benang sari dinamakan
androecium.
Ada dua macam putik, yaitu putik
sederhana dan putik majemuk. Putik
manjemuk terdiri dari dua daun buah
atau
lebih,
sedangkan
puitik
sederhana hanya tersusun dari satu
kapel saja. Bakal biji terbentuk pada
permukaan sebelah dalam dekat
dengan tepi daun buah.
Tempat
melekat bakal biji atau biji dinamakan
tembun atau plasenta. Pada tanaman
ercis dan kacang-kacangan ter-dapat
sebaris bakal biji yang melekat pada
tepi karpel yang melebur. Sedangkan
pada bunga cempaka (Magnolia)
terdapat beberapa putik sederhana.
Biasanya bila terdapat be-berapa
putik, maka akan melebur membentuk
pistil majemuk dan hanya satu putik
saja yang terbentuk dalam bunga.
Peleburan daun buah dapat
terjadi dengan dua cara. Pertama,
peleburan karpel dekat tepi atau
sepanjang tepi hingga membentuk
satu kantung besar yang di dalamnya
berkembang bakal biji. Kedua, karpel
melebar ke tengah dan peleburan
terjadi sepanjang tepinya, sehingga
bakal biji terkumpul di pusat. Hal ini
merupakan ciri khas pada berbagai

kelompok tumbuhan dan digunakan


sebagai faktor dalam kunci identifikasi
dan klasifikasi.
Walaupun
umumnya
bunga
memiliki
struktur
yang
sama,
keragaman bunga ditunjukkan dengan
adanya odifikasi bagianbagian bunga.
Beberapa modifikasi
ini
memungkinkan adanya keragaman
dalam penyerbukan.
Selain itu
modifikasi juga merupakan indikasi
proses evolusi, sehingga digunakan
sebagai alat untuk mengetahui
kekerabatan
berbagai tumbuhan.
Bagian-bagian
bunga
umumnya
disusun dalam lingkaran. Jumlah
lingkaran biasanya empat atau lima.
Lingkaran luar menunjukkan sepalum,
dan seterusnya petalum, satu atau
dua lingkaran stamen, satu lingkaran
karpel yang bersatu menjadil pistil
majemuk. Jumlah bagian pada setiap
lingkaran bervariasi sesuai species,
tetapi biasanya tetap.
Pada
kelas
Angiospermae,
pengelompokan monokotil dan dikotil
dibedakan dari jumlah bagian bunga
pada setiap lingkaran.
Pada
kelompok dikotil, jumlah bagian
tersebut empat atau lima atau
kelipatannya, misalnya lima sepalum,
lima petalum, 10 stamen, dan lima
karpel. Pada tanaman tulip terdapat
enam bagian perianth, enam stamen,
dan tiga karpel.
Pada beberapa
tumbuhan stamen dan karpel yang
jumlahnya banyak melekat pada
receptacle secara terpilin dan bukan
lingkaran. Kombinasi antar susunan
dalam spiral dan besarnya jumlah
stamen dan karpel dianggap sebagai
suatu petunjuk tingkatan yang ebih
primitif
dalam
perkembangan
evolusioner dibandingkan dengan

susunan dalam lingkaran dengan


bagian-bagiannya dalam jumlah kecil.
Peleburan bagian-bagian bunga
dapat terjadi dengan berbagai cara,
yaitu petal membentuk tabung, karpel
menjadi pistil majemuk, dan dinding
bakal buah melebur.
Adanya
peleburan
bagian-bagian
bunga
menunjukkan adanya perkembangan
evousioner. Pengelompokan bunga
dapat berdasarkan kelengkapan
bagian-bagian bunga, yaitu bunga
sempurna dan bunga tidak sempurna.
Bunga sempurna mempunyai empat
organ bunga yang dapat dibedakan,
yaitu sepal, petal, stamen dan pistil.
Bunga tidak sempurna
bilamana
salah satu organnya tidak ada,
kalaupun ada bentuknya rudimenter
dan hanya dapat dikenali
dengan
pemeriksaan cermat.
Pada banyak
tanaman, misalnya petal telah hilang,
dan sepalnya hanya berbentuk sisik,
gigi, atau takik.
Tumbuhan yang
bagian perianthnya menjadi amat kecil
atau tidak menyolok. Contohnya
Gramineae, beberapa Acer, Quercus,
dan Ulmus.
Reduksi dalam jumlah dapat pula
didapati pada stamen dan pistil.
Bunga yang mempunyai keduanya
dan berfungsi disebut biseksual. Jika
salah satu tidak ada atau tidak
berfungsi, maka bunga tersebut
disnamakan bunga uniseksual. Jika
hanya ada stamen, maka dinamakan
staminat
atau
bunga
jantan;
sebaliknya disebut pistilat atau bunga
betina jika hanya memiliki pistil tanpa
stamen. Kedua macam bunga
uniseksual dapat dijumpai pada
tanaman yang sama, seperti jagung,
kebanyakan begonia, waluh jepang,
mentimun dan lain-lain.

4.2 Buah, Biji dan Perkembangan


Biji
Setelah pembuahan, maka bakal
buah bersama bijinya berkembang
menjadi buah.
Dinding bakal buah
matang
yang disebut perikarp
menutupi biji tumbuhan bunga, oleh
karena itu istilah angiospermae
digunakan untuk menamai tanaman
yang memiliki biji terttutup. Beberapa
jenis buah menjadi kerig apabila
sudah
matang;
jenis
lainnya
berdaging.
Buah kering tersebut
kemudian merekah, dan ada yang
tidak merekah pada waktu matang.
Macam buah yang tidak merekah
umumnya
berbiji tunggal dan
berukuran kecil, sebagai contohnya
adalah bunga matahari dan jagung
dimana buannya sering dinamakan
biji.
Proses
pembuahan
akan
mempengaruhi biji secara langsung.
Selain itu proses tersebut juga akan
mempengaruhi
perkembangan
seluruh jaringan buah secara tidak
langsung. Jika stigma tidak dibuahi
dan
pembuahan tidak terjadi,
setidaknya pada beberapa bakal biji,
maka bunga biasanya menjadi layu
dan gugur tanpa perkembangan lebih
lanjut.
Reaksi-reaksi ini tampaknya
beruhungan dengan hormon tumbuh
atau auksin
yang merupakan
senyawa yang terkandung dalam
buah.
Auksin biasanya dihasilkan
oleh jaringan buah yang sedang
tumbuh dan rupanya bertanggungjawab baik terhadap pertumbuhan
selanjutnya
maupun
terhadap
kemampuan untuk bersaing dengan
bagian-bagian lainnya dalam tubuh

tumbuhan
dalam
memperoleh
makanan.
Pertumbuhan berhenti
pada bunga matang dan untuk
memulain
perkembangan
baru
diperlukan beberapa perangsang.
Rang-sangan ini menjadi tersedia
dengan adanya penyerbukan
dan
pembuahan. Butir-butir serbuk sari
mengandung auksin, pertumbuhan
tabung sari melalui tangkai kepala
putik mungkin menghasilkan lebih
banyak auksin dan pembuah itu
merangsang sel untuk membelah diri
dan menghasilkan auksin pada biji
muda.
Auksin yang dihasilkan
tersebut pada gilirannya
akan
merangsang pembelahan sel secara
terus menerus. Konsentrasi auksin
bertemabah beberapa kali setelah
terjadi penyerbukan dan pembuahan,
sehingga buah tumbuh dengan aktif
dan meningkat hingga maksimal.
Bunga dan buah yang amat muda
pada tanaman apel, jagung dan
beberapa jenis tanaman lain kurang
bersaing untuk memperoleh makanan,
dan akan melanjutkan pertumbuhan
jika bahan-bahan makanan tersedia
bebas
dan
mudah
diperoleh.
Sebaliknya buah pada tanaman yang
sama akan bersaing dengan ketat
dalam pengadaan makanan dari jarak
beberapa puluh sentimeter.
Maka
dianggap bahwa
kemampuan
bersaing
ini
didasarkan
atas
pembentukan auksin oleh biji-biji
yang sedang berkembang dan bagianbagian lain pada buah.
Bunga
kadang-kadang
mempunyai satu tangkai sumbu
seperti pada tulip.
Pada bunga
kelompok ini pembungaan disebut
dengan infloresensi. Macam-macam
infloresensi pada suatu species,

gunus atau famili berjalan secara


konstan sehingga dapat dijadikan cara
untuk
mengidentifikasi
tumbuhtumbuhan.
Contoh pembungaan
infloresensi terjadi pada broikoli,
nenas, murbei nangka dan lain-lain.
Suatu
proses
pembungaan
merupakan hasil evolusi. Beberapa
teori telah dikemukakan untuk
menerangkan asal usul bunga dari
evolusinya.
Menurut suatu teori,
bunga
adalah
sumbu
yang
termodifikais dan menyangga bagianbagian hiasan bunga, stamen dan
karpel. Ruas-ruasnya tertekan pada
sepal terbawah sehingga buku-buku
sangat berdekatan.
Apabila bung
mempunyai
sepal
dan
petal
menyerupai daun, maka kemungkinan besar bunga tersebut akan
steril.
Pada angiospermae petal
kemungkinan berasal dari perubahan
stamen yang menjadi petal karena
hilanya jaringan reproduktif dan
membentuk seperti sepal. Stamen
dan karpel kadang-kadang mirip
dengan daun. Pada kondisi ini
keduanya dianggap homolog dengan
daun dan merupakan transformasi
daun selama evolusi.
Dengan
demikian karpel dan pistil sederhana
ditafsirkan sebagai organ ber-bentuk
daun yang berubah dan terdapat
sepanjang tulang daun tengah.
Bagian ujung karpel berubah
menjadi stigma dan siap menerima
serbuk sari.
Beberapa bunga
mempunyai ciri khusus karena adanya
modifikasi organ-organ bunga. Biji
merupakan struktur myang kompleks
yang terdiri dari embrio atau lembaga,
kulit biji dan persediaan makan
cadangan.
Dalam biji tumbuhan

makanan disimpan dalam lembaga


atau pada jaringan di sekelilingnya.
Bagian bunga yang esensial adalah
pistil dan stamen yang secara

langsung terlibat dalam proses


pembentukan biji

Gambar 4.3 . Beberapa


jenis serbuk sari

Bila suatu kepala sari yang muda diperhatikan dengan cermat


maka akan
tampak empat cuping yang terdiri dari mikrosporangium. Cuping merupakan ruang
tanpa dinding yang dibatasi oleh jaringan steril kepala sari. Dua mikrosporangioum
terletak pada dua sisi jaringan penopang yang dilalui satu berkas pembuluh. Irisan
melintang melalui anther kuncup bunga yang muda memperlihatkan adanya
sekumpulan sel besar dalam setiap mikrosporangium atau sel induk mikrospora. Sel
induk mikrospora mengandung banyak sitoplasma dan nukleus besar. Sel tersebut
meluas dalam masa perpanjangan kepala sari. Ketika pertama kali dibentuk sel induk

mikrospora sangat padat tetapi kemudian harus memisahkan diri menjadi berbentuk
bola
Semasa pertumbuhan anther nukleus setiap induk mikrospora membelah diri
kemudian nukleus anak akan membelah lagi. Peristiwa ini merupakan proses
meiosis. Setelah dinding sel terbentuk maka terjadi empat sel yang disebut dengan
mikrospora. Kumpulan mikrospora disebut tetrad. Mikrospora akan berkembang
menjadi butir serbuk sari.
Perubahan mikrospora menjadi butir serbuk sari disebabkan oleh pembelahan inti
mikrospora. Anak inti berpisah dan bersama dengan sitoplasma membentuk dua sel
yang berdekatan, atau terkadang dipisahkan oleh membran yang tipis. Salah satu sel
ini adalah sel tabung yang merupakan sel. Sedangkan sel lainnya yang berukuran
lebih besar disebut sel generatif. Pada beberapa species sel generatif terbelah
membentuk sel gamet jantan sebelum seruk sari ditumpahkan. Dengan demikian
ada dua macam serbuk sari dalam tumbuhan berbunga. Serbuk sari pertama hanya
berisi tabung dan nukleus generatif yang bersamaan dengan kesiapan serbuk sari
yang ditumpahkan. Serbuk sari yang kedua berisi nukleus tabung dan dua nukleus
jantan. Dinding mikrospora menjadi dinding serbuk sari dan berubah menjadi tebal
dengan permukaan luar ditutupi duri atau ciri khas lainnya.
Peristiwa yang terjadi di dalam bakal biji bersamaan dengan pembentukan
sperma. Langkah-langkah ini mengarah kepada pembentukan gamet betina atau sel
telur. Bakal biji adalah bentuk permulaan dari biji di daerah plasenta pada dinding
bakal buah. Perkembang-biakan ini terdiri dari suatu lapisan yang tebalnya sampai
beberapa sel dan dinamakan nucelus. Penebalan khusus ini menutupi satu sel induk
magaspora. Pada tumbuhan berbiji yang tumbuhan tingkat rendah yang mempunyai
dua jenis spora akan menyimpan sel induk megaspora di dalam megasporangium.
Proses ini hanya terdapat pada tumbuhan angiospermae. Pada tumbuhan biji
tertutup pada umumnya nucelus dianggap sebagai dinding megasporangium.
Sebagai akibat pertumbuhan nucelus dan basal akan segera diangkap pada
integumen, kemudian akan tumbuh dan mengelilingi mikrofil. Bakan biji dapat lurus
tetapi pada kebanyakan tumbuhan bunga bakal biji itu menjadi terbalik degan lubang
mikrofilnya mengarah ke bagian plasenta dan tangkainya melebur ke integumen. Sel
induk megaspora akan membelah dua dan membentuk emepat megaspora. Hanya
satu diantara empat megaspora dan biasanya megaspora yang paling jauh dari
mikrofil akan paling dekat dengan suplai makanan.
Kantung embrio adalah satu megaspora yag besar dan hidup secara terus
menerus. Selama perkembangan kantung embrio, inti megaspora terbagi menjadi
tiga proses mitosis sehingga menjadi delapan inti yang secara genetis identik.
Makanan dan minuman diserap melalui tangkai bakal biji dan kantungnya membesar
bersamaan dengan nucelus dan integumen. Empat diantara kedelapan inti tersebut
berada di ujung mikrofil kantung embrio. Sedangkan empat lainnya di ujung yang
berlawanan. Satu nukeus, inti kutub akan berpindah dari kelomppok megaspora ke
arah tengah kemudian dikelilingi membran tipis, sehingga selama proses ini akan
menyebabkan inti tertinggal. Ketiga sel di ujung mikrofil adalah sel telur. Sedangkan
dua sel yang berdekatan akan mengelilingi sel telur dan disebut sebagai sinergit.

a. Pembuahan
Pembuahan adalah bagian dari proses reproduksi secara seksual karena adanya
perpaduan antara sperma dan sel telur. Butir serbuk sari berkecambah pada kepala
putik atau stigma dan tabung serbuk sari tumbuh ke bawah melalui tangkai putik
(stylus) ke bagal biji.
Jika sel generatif belum terbagi untuk membentuk dua gamet jantan maka sel itu
akan membelah diri sesudah berpindah ke dalam tabung serbuk sari. Gamet-gamet
yang terdiri dari satu inti besar yang dikelilingi oleh selaput sitoplasma bergerak ke
arah tabung serbuk sari. Ujung tabung itu melewati nucelus dan masuk ke dalam
kantung embrio kemdian ujung tabung membelah (pecah) mengeluarkan sperma.
Nukleus tabung akan bergerak lebih dahulu dibandingkan dengan sperma kemudian
nukleus mengarahkan tabung serbuk sari selama perkembangannya dan secara terus
menerus mengikuti gamet. Inti tabung akan menurunkan suhu pada saat sebelum
perkecambahan butir sebruk sari maupun pada pertumbuhan awal tabung serbuk sari,
oleh sebab itu diduga bahwa inti tabung serbuk sari adalah struktur sisa yang tidak
berperan dalam pertumbuhan tabung serbuk sari.

Gambar 4.4.
(a). Struktur anatomi organ pembuahan tumbuhan. Struktur anatomi benang sari .
(b). Struktur anatomi bakal buah.

Gambar 4.5.
Proses perkembangan organ reprodukstif dan fertilisasi.
A. Fase haploid: Pembentukan sel telur, penyerbukan dan pembuahan.
B. Fase diploid: Perkecambahan dan perkembangan benih.

Gamet-gamet
jantan
pada
sebagian
besar
organisme
berkemampuan untuk bergerak aktif
dengan pertolongan struktur khusus
yang berbentuk seperti cemeti. Pada
gamet jantan angio-spermae, tidak
terdapat struktur khusus sehingga
tidak dapat bergerak dengan bebas.
Mekanisme gerakan adalah ke bagian
bawah dari tabung serbuk sari, tetapi
hal ini masih diragukan. Di dalam
kantung embrio satu dari kedua

nukleus sperma berpadu dengan n


nukleus sel telur sehigga terjadi
pembuahan dan membentuk sel
pertana tanaman baru. Pada waktu
yang sma perpaduan yang sama
terjadi, meliputi kedua nukleus kutub
dan nukleus sperma kedua. Kedua
nukleus kutub dapat bergabung
terlebih dahulu dan kemudian
berkumpul dengan nukleus sperma
yang kedua, atau ketiga nukleus itu
dapat berhimpun secara simultan.

Nukleus yang berasal dari peleburan


ketiganya
dinamakan
nukleus
endosperma primer atau nukleus
peleburan ganda tiga.
Peleburan nukleus telur dengan
sperma
bersama-sama
dengan
perpaduan antara nukleus sperma
kedua dengan nukleus kutub disebut
pembuahan ganda.
Pembuahan
ganda hampir umum ditemukan oleh
ahli botani. Pembuahan ganda harus
terjadi di dalam setiap bakal biji dan
diikuti oleh pembentukan biji. Setidaktidaknya butir serbuk sari harus
berkecambah pada stigma setiap

bakal biji dan akan berkembang


menjadi biji. Sebagai contoh pada
buah semangka yang mempunyai
banyak biji berarti ratusan butir sebuk
sari
sangat
diperlukan
untuk
menyerbuk satu bunga.
b. Waktu antar perkecambahan
Waktu antara perkecambahan serbuk
sari dan pembuahannya berjalan
dengan singkat. Atau kadang-kadang
berjalan berhari-hari sampai dengan
berbulan-bulan

Gambar 4.6.
Proses pembuahan di dalam kantung embrio.

Gambar 4.7.
Perkembangan embrio

Pada
tanaman
jelasi
perkecambahan serbuk sari kurang
dari satu jam, pada tanaman jagung,
perkecambahan serbuk sari sekitar 24
jam. Pada tanaman tomat dekitar 50
jam dan pada tanaman kubis lebih
kurang lima hari.
Pada tanaman tertentu tabung
serbuk sari berkecambah setelah
tujuh bulan. Pada waktu pembuahan
atau pada saat sesudahnya nukleus
menjadi tidak teratur tetapi setelah
pembuahan selesai sel sinergit dan
antipodal akan luluh. Sel telur yang
dibuah tumbuh menjadi embrio.
Tingkatan dalam perkembangan
embrio merupakan ciri khas bagi
banyak petumbuhan tanaman dikotil.
Zigot akan membelah diri beberapa
kali dan menghasilkan sekumpulan
sel, pro embrio yang menunjang jalan
masuk ke dalam kantung embrio. Sel
teratas dari semuanya dan paling jauh
dari mikrofil akan membelah diri
karena adanya pembentukann dinding
melintang dan membujur untuk
membentuk sekelompok delapan sel
menjadui dua baris yang terdiri dari
empa sel. Kelompok sel ini menyusun
sebahagian besar embrionya. Sel-sel
yang tersisa di bawahnya akan
membentuk suspensor.
Perkembangan suspensor akan
mendorong embrio yang tumbuh ke
bagian dalam endosperma yang
berfungsi sebgai penyedia makanan
yang berlimpah.
Embrio yang sudah matang terdiri
dari suatu poros yang menyangga dua
kotiledon dan atau daun biji. Pada
ujung poros di atas buku kotiledon
terdapat plumula.
Plumula yang
merupakan aspek pucuk embrionik
pada beberapa tanaman sepertikubis

planula hanya terdiri dari sekelompok


kecil
jaringan
meristimatik.
Sedangkan pada tanaman lain seperti
buncis mempunyai pucuk le,mbaga
atau plumula yang tersusun dari suatu
meristem apikal mbersama-sama
dengan beberapa daun embrionik.
Pada perkecambahan, plumula
membentuk bagian pucuk di atas
kotiledon.
Ujung meruncing dari
embrio dibagian pangkal dinamakan
sebagai akar lembaga (radicula),
kemudian terus berkembang menjadi
akar primer apabila biji tersebut
berkecambah. Daerah antara radicula
dan
kotiledon
adalah
batang
embrionik atau hipokotil.
Umumnya perkembangan embrio
tumbuhan yang monokotil banyak
persamaannya
dengan
pola
perkembangan tanaman seperti kubis.
Meskipun
demikian
pada
monokotiledon yang sudah maju
(contohnya
rumput-rumputan)
mempunyai kotiledon yang telah
mengalami perubahan evolusioner.
Kotiledom terdiri dari dua bagian
pokok.
Pertama perisai atau
skutelum, sebagai organ penyerap
makanan dan kedua adalah koleoptil
serta tudung pelindung di bagian atas
plumula.
Setelah pembuahan nukleus
endosperma primer segera mulai
membelah diri dan menghasilkan
jaringan multiseluler atau endosperma.
Sel telur yang dibuahi
berkembang menjadi embrio tetapi
pertumbuhannya berlangsung lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan
endosperma
karena
setelah
pembuahan zigot memasuki masa
istirahat.
Endosperma berkembang
berkat suplai makanan oleh tumbuhan

induk. Kemudian memberi makanan


kepada embrio.
Dalam berbagai
species
pada
tingkat
dini,
pembentukan endosperma akan
membebaskan banyak nukleus.
Dinding inti akan berkembang
mengeilingi inti. Pada sepcies yang
lain pembelahan nuklir segera harus
diikuti oleh pembentukan dinding sel.
Endosperma berkembang lebih cepat
dibandinmgkan dengan embrio dan
biji muda. Pada beberapa biji, embrio
tetap berukuran kecil dan dikelilingi
oleh endosperma. Endosperma tetap
hidup membesar dan menjadi jaringan
istimewa biji, kaya akan makanan
yang tertimbun dalam bentuk minyak
atau pati atau protein. Makanan yang
tersimpan di dalam endosperma digun
akan oleh embrio pada waktu biji
berkecambah. Biji dengan embrio
yang terbenam di dalam endosperma
merupakan salah satu contoh dari biji
jarak, jagung, padi-padian dan kelapa.
Pada biji yang lain sebagian
besar
embrio
melanjutkan
perkembangannya sampai dengan
semua
endosperma
diserap.
Beberapa saat kemudian embrio akan
menjadi kian besar dan sel-selnya
terisi dengan bahan makanan
cadangan.
Sebahagian besar dari
makanan yang tertimbun di dalam
daun lebaga (kotiledon) yang menjadi
sangat besar.
Contoh
biji yang
kekurangan endosperma adalah
lobak, kubis, bunga matahari, labu
siam dan polong-polongan seperti
kacang merah.
Biji dikelilingi oleh kulit biji yang
telah berkembang dari integumen
bakal biji.
Kulit biji biasanya tipis
seperti pada kacang merah dan
kacang tanah yang berwarna coklat

dan tipis seperti kertas mengelilingi


embrio. Kulit tersebut dapat menebal
dan ekras seperti batu. Hal ini terjadi
pada kenari dan kemiri. Epidermis
kujlit biji pada tanaman tertentu
menghasilkan serat kapas seperti
yang terjadi pada tanaman kapas.
Pada beberapa biji mikrofil tetap
nampak sebagai lubang kecil yang
dihubungkan dengan parutan yang
disebut hilum yang menandakan letak
tangkai yang melekatkan biji dengan
plasenta. Sewaktu biji itu matang dan
secara bertahap embrio memasuki
masa
dorman
sampai
biji
perkecambah.

Gambar 4.8.
Proses perkecambahan benih dari biji dikotil.

Biji angiospermae merupakan


suatu struktur yang kompleks dan
jaringannya bermacam-macam. Biji
angisperma tersusun dari kulit biji,
endoperma dan embrio. Hal ini terjadi
pada tanaman jagung, gandum, padi
atau dari kulit biji dengan embrio saja.

Perkecmbahan
(barley)

Gambar 4.8b.
pada tanaman

monokotil

c. Pergiliran Generasi
Pergiliran generasi merupakan
kejadian dalam dua fase, atau
generasi, dalam daur hidup organisme
yang berkembang biak secara
seksual. Salah satu dari generasi ini
menghasilkan spora dan disebut
dengan sporofit.
Yang lain
menghasilkan gamet dan disebut
generasi gametofit.
Kata generasi
dipakai dalam hal ini untuk
membedakan dari yang biasa dipakai,
yang mengacu kepada selang waktu
di antara kelahiran tetuanya dan
kelahiran keturunannya.
Pergiliran
generasi ini bersesuaian dengan
pergantian jumlah kromosom dalam
kedua fase daur hidup tumbuhan.
Bila
dua
gamet
berpadu
membentuk zigot maka stiap gamet
akan
memberikan
sum-bangan

seperangkat kromosom kepada sel


telur yang dibuahi. Jadi dalam setiap
gamet akan terdapat dua kali jumlah
kromosom. Inti sel telur yang dibuahi
mengalami proses mitosis sehingga
setiap anak sel berisi setengah jumlah
kromosom yang berasal dari sperma
dan stengah jumlah kromosom yang
berasal dari sel telur. Semua sel dari
tumbuhan berasal dari pembelahan
ulang sel telur yang dibuahi yang
mengandung jumlah kromosom ganda
(2n). Satu gamet dinyatakan sebagai
n.
Maka penggandaan jumlah
kromosom dari sel telur yang dibuahi
selalu disertai dengan reduksi dari
jumlah kromosom pada tahap siklus
hidupnya.
Gamet mengandung
jumlah kromosom yang sama dengan
sel tubuh, yaitu 2n. Oleh sebab itu sel
telur yang dibuahi dan sel-sel pada
tumbuhan akan mengandung 4n
kromosom. Generasi berikutnya akan
terdiri dari 8n kromosom.
Pada tumbuhan berbunga terjadi
pengurangan jumlah kromosom.
Proses ini disebut meiosis, yaitu
pembelahan secara kolektif. Sebagai
akibat
dari
meiosis
adalah
terbentuknya tetrad spora dengan
setengah dari jumlah kromosom. Sel
induk spora memiliki kromosom 2n;
mikrospora dan megaspora memiliki
kromosom
sebanyak n.
Semua
struktur yang terjadi secara langsung
pada mikrospora dan megaspora juga
memiliki jumlah kromosom n. Batas
antara kedua generasi, sporofit dan
gametofit,
ditentukan
dengan
terjadinya peristiwa meiosis dan
pembuahan.
Generasi sporofit
memiliki kromosom 2n, gametofitnya n
kromosom. Pergiliran generasi tidak
hanya dijumpai pada tumbuhan

berbunga, tetapi umum dijumpai pada


seluruh dunia tumbuhan. Generasi
sporofit yang menghasilkan spora
maupun gametofit yang menghasilkan
gamet yang dicirikan dengan adanya
pembuahan dan meiosis,
pada
tumbuhan berumah dua, sel tubuh 2n
mengandung kromosom yang telibat
dalam penentuan alat reproduksi
seksual.
4.3. Penyerbukan (polinasi)
Pembuahan sel telur dan
perkembangannya hanya akan terjadi
jika butir serbuk sari sampai kepada
stigma. Penyerbukan ialah pindahnya
serbuk sari dari kepalam sari kepada
stigma.
Penyerbukan berbeda
dengan pembuahan,
penyerbukan
adalah peleburan gamet jantan dan
gamet betina. Penyerbukan ada dua
macam, yaitu penyerbukan sendiri
dan
penyerbukan
silang.
Penyerbukan sendiri adalah proses

penyerbukan kepala putik oleh serbuk


sari yang berasal dari bunga itu
sendiri atau dari bunga lain
pada
tumbuhan yang sama. Penyerbukan
silang ialah proses perpindahan
serbuk
sari dari anther bunga
tumbuhan ke stigma bunga tumbuhan
lain yang sama atau species yang
berkerabat.
Penyerbukan dapat
dibantu oleh angin dan serangga,
burung, keong, dan binatang kecil lain.
Contoh tanaman yang menyerbuk
sendiri adalah gandum, jelai, padi,
kedelai dan lain-lain. Penyerbukan
silang lebih umum terjadi dibanding
dengan penyerbukan sendiri.
Penyerbukan
silang
menghasilkan kombinasi satuan
keturunan yang lebih beragam dari
keduanya. Pengaruh langsung dari
penyerbukan silang adalah banyaknya
species dari produksi biji yang
dihasilkan dan bersifat lebih kuat dari
turunannya.

Gambar 4.9.
Pergantian generasi tanaman

a. Penyerbukan oleh serangga


Sebahagian besar tumbuhan
berbung diserbuki oleh insekta seperti
lebah, kupu-kupu, tawon, kumbang
dan lain-lain.
Pada kasus tertentu
penyerbukan dapat dilakukan oleh
burung dan mamalia.
Bunga yang
diserbuki oleh serangga biasanya
berwarna cerah dan atau berbau
harum. Serbuk sari yang dihasilkan
sangat berat sehingga cepat lengket
dan sukar diterbangkan oleh angin.
Bunga seperti ini mengandung tempat
air madu atau nektar. Banyak sekali
percobaan-percobaan
untuk
mengetahui ketertarikan serangga
terhadap bunga yang berwarna dan
berbau wangi. Lebah dan serangga
akan
mendatangi bunga dan
mengumpulkan serbuk sari atau
nektar sebagai bahan makanan buat
mereka
atau
keturunannya.
Penyerbukan terjadi secara kebetulan
pada waktu serangga tersebut
mendatangi bunga.
Serbuk sari
melekat pada bagian mulut, kepala,
kaki dan rambut pada tubuh lebah
sesudah lebeah tersebut mendatangi
bunga. Jika lebih mendatangi bunga
yang lain, sebagian serbuk sari akan
menyentuh
stigma
dan
mengakibatkan penyerbukan silang.
Penyerbukan
oleh
serangga
merupakan cara yang terpenting untuk
proses perkebang-biakan.
b. Adaptasi
bunga
yang
menguntungkan penyerbukan
silang
Pada tumbuhan yang memiliki
bunga sempurna mempunyai stamen
dan pistil yang matang pada waktu

yang berbeda.
Hal ini
menguntungkan penyerbukan silang
(dikogam). Dikogami terhjadi melalui
dua cara.
Yang pertama adalah
anther akan matang sebelum stigma
pada kasus lain stigma lebih dulu
matang daripada anther.
Bunga
dengan pistil dan stamen yang
matang pada waktu yang berbeda
sangat umum dijumpai pada dunia
tumbuhan.
Pada beberapa bunga terdapat
hubungan antara tabung korola dan
ukuran panjangnya.
Nektar yang
terletak pada pangkal tabung korola
akan menempel pada anggota badan
kupu-kupu atau ngengat yang memiliki
bagian mulut berbentuk panjang
sehingga dapat mencapai nektar.
Sebagai contoh adalah Saponaria,
berbagai jenis tembakau, Datura
memiliki tabung korola sepanjang 8cm
sehingga sulit untuk diserbuk oleh
serangga.
Penyerbukan
sendiri
tidak
terhalangi oleh heterostyli karena
pada saat serangga mencabut
mulutnya dari korola bunga maka dia
akan memindahkan serbuk sari dari
anther ke stigma dari bunga yang
sama.
Penyerbukan sendiri lebih
mudah terjadi pada siklus pendek
akan tetapu proses penyerbukan
sendiri dalam pembentukan biji sangat
bervariasi.
c. Ketidak serasian
Pada banyak tumbuhan dengan
bunga sempurna pembuahan dan
pembentukan buah serta biji terjadi
setelah
penyerbukan
sendiri
(keserasian sendiri). Pada tumbuhan
lain kadang-kadang tidak terjadi

pembuahan walaupun stigma sudah


diserbuk oleh serbuk sari dari bunga
yang sama (ketidak serasian fisiologis
atau
ketidak-serasisan
sendiri).
Dalam banyak hal ketidak serasian
disebabkan oleh rendahnya laju
pertumbuhan tabung serbuk sari.
d. Penyerbukan angin
Penyerbukan
dengan
angin
merupakan proses yang paling
mudah. Bunga tumbuhan diserbuk
oleh angin kecil dan kurang menarik,
penyerbukann angin dijumpai pada
tumbuhan kayu dan herbal, seperti
Conifer, Cuercus dan lain-lain. Pada
banyak tumbuhan erkayu bunga
jantan
dan
terkadang
betina
berkelompok dalam untaian.
e. Musim penyerbukan
Di daerah empat musim terdapat
tiga kali waktu penyerbukan, yaitu
awal musim semi, akhir musim semi
dan awal musim panas, serta akhir
musim panas dan musim gugur.
Banyaknya seruk sari di udara dapat
dihitung dengan cara meletakkan di
udara slide mikroskop yang ditutupi
oleh agar tipis atau vaselin. Serbuk
sari yang melekat harus diwarnai dan
dapat dipelajari di bawah mikroskop
dan kemudian diidentifikasi melalui
ciri-ciri permukaan butir sari tersebut.
4.4. Teknik
Tanaman

Produksi

Benih

Untuk
menghasilkan
benih
bermutu
(bersertifikat)
minimum
melibatkan dua aspek penting, yakni
prinsip genetik dan prinsip agronomik.

Prinsip genetik adalah pengendalian


mutu benih internal yang dilaksanakan
produsen benih agar kemunduran
genetik tidak terjadi dan benih yang
dihasilkan memiliki mutu genetik
(kemurnian) yang tinggi. Adapun
prinsip agronomik adalah tindakan
budi daya produksi agar benih yasng
dihasilkan dapat maksimum, basik
dalam kuantitas (jumlah) maupun
kualitas (terutama mutu fisik dan mutu
fisiologis benih).
Pada dasarnya, usaha produksi
atau penangkaran benih bertujuan
untuk menghasilkan benih sebanyakbanyaknya dengan mutu yang
memenuhi syarat sertifikasi benih.
Benih bersertifikat merupakan benih
dari suatu varietas yang telah
diketahui (telah dilepas) dan
diproduksi
dengan
sistem
pengawasan serta standar sertifikasi
benih, baik standar lapangan maupun
laboratorium yang ketat dalam
mempertahankan kemurnian varietas
tersebut. Untuk menghasilkan benih
ber-sertifikat, perlu memperhatikan
prinsip-prinsip berikut ini.
a. Persyaratan lahan produksi
benih
Untuk
menghasilkan
benih
bermutu, tanaman harus diusahakan
secara intensif pada lahan yang
memenuhi persyaratan dan dikelola
sesuai dengan keadaan agroklimat
setempat. Dua persyaratan lahan
yang utama bila akan memproduksi
benih bersertifikat yaitu sebagai
berikut:
(a). Lahan subur dan tersedia air:
Air dapat disediakan secara teknis
melalui irigasi atau secara alami

sebagai lahan tadah hujan. Air sangat


dibutuhkan terutama pada saat
tanaman memasuki masa pengisian
biji (grain filling). Perlu diperhatikan
pula bahwa memproduksi benih
umumnya dilakukan di luar musim
tanam (off-season) karena untuk
memenuhi kebutuhan benih pada
musim berikutnya. (b). Lahan bersih
dan bebas dari varietas lain. Untuk
menghindari percampuran varietas,
sejarah lahan, yakni catatan urutan
jenis dan varietas tanaman yang
pernah ditanam, perlu diperhatikan.
Secara umum, dalam satu lokasi
lahan produksi benih tidak dapat
ditanami dua varietas berbeda dari
jenis tanaman yang sama secara
berturut karena akan menimbulkan
penyerbukan silang. Adanya tanaman
voluntir juga merupakan kontaminan.
Selain dari dalam lahan, percampuran
pun dapat terjadi dari pertanaman
sejenis yang berbeda varietas yang
ada di sekitar lahan produksi. Cara
menghindarinya dengan melakukan
isolasi waktu atau isolasi jarak.
b. Benih Sumber
Benih sumber atau benih yang
akan digunakan untuk memproduksi
benih haruslah bermutu tinggi dan
jelas asal-usulnya. Syarat mutu bagi
benih bersertifikat antara lain murni
(sesuai dengan sifat-sifat induknya),
sehat (bebas dari hama maupun
penyakit), bersih (bebas dari kotoran
maupun campuran varietas lain), dan
memiliki daya tumbuh yang tinggi.
Benih sumber yang digunakan dalam
produksi benih harus berasal dari
kelas yang lebih tinggi seperti dalam
sistem alur perbanyakan mono

generation flow atau poly generation


flow. Untuk itu perlu diperhatikan
ketentuan pelaksanaan sertifikasi
sebagai berikut: (a). Benih penjenis
(BS) dapat diperbanyak kembali
sampai 5 kali (sampai dengan BS4).
Pengawasan dan jaminan mutu
dilakukan oleh pemulia tanaman
(breader) yang bersangkutan.
(b).
Benih dasar (BD) dapat diperbanyak
kembali sampai 5 kali (sampai dengan
BD4). (c). Benih pokok (BP) dapat
diperbanyak kembali sampai 5 kali
(sampai dengan BP4). (d). Benih
sebar (BR) dapat diperbanyak kembali
sampai 5 kali (sampai dengan BR4)
Selain aspek benih sumber,
produksi
benihpun
perlu
memperhatikan aspek sumber benih,
yakni lembaga atau institusi yang
menghasilkan benih sumber. Hal ini
penting karena dalam skema sistem
perbenihan di Indonesia, telah
ditentukan lembaga-lembaga yang
berkompeten untuk memproduksi
setiap
jenjang
kelas
benih
bersertifikat.
Untuk kesuksesan produksi
benih dalam hal kemurnian benih,
pada umumnya proses produksi
terisolasi.
Isolasi uang umum
digunakan adalah isolasi waktu dan
jarak.
Isolasi waktu ataupun isolasi jarak
merupakan tindakan perlindungan
terhadap pertanaman benih dari
penyerbukan silang oleh varietas lain,
baik dari dalam maupun sekitar lahan
produksi. Isolasi diterapkan apabila
pada satu areal pertanaman terdapat
kemungkinan terjadinya penyerbukan
silang.
Jika
kemungkinan
penyerbukan silang tidak terjadi maka
isolasi tidak perlu dilakukan.

Dalam isolasi waktu, waktu tanam


produksi benih dibuat berbeda dengan
waktu tanam produksi benih dan atau
non benih suatu varietas lain dari jenis
tanaman yang sama, di suatu lahan
produksi yang berdekatan agar masa
berbunga antara kedua varietas tidak
dalam waktu yang bersamaan.
Lasmanya ditentukan oleh masa
pembungaan
varietas
yang
bersangkutan. Secara umum, lama
isolasi waktu untuk tanaman pangan
sekitar 1 bulan. Dalam melakukan
isolasi
waktu,
dapat
terjadi
penanaman di luar musim tanam. Jika
ini terjadi maka harus ditunjang
dengan sarana atau prasarana yang
mampu menekan risiko kegagalan,
misalnya irigasi yang baik. Isolasi
jarak memberi jarak antara satu
hamparan pertanaman dan hamparan
pertanaman lain dari varietas yang
berbeda sehingga tidak dimungkinkan
terjadi penyerbukan silang. Isolasi
jarak dapat berupa lahan kosong,
pertanaman dari tanaman jenis lain
atau tanaman sejenis yang dijadikan
tanaman penghalang (barier) dan
tidak ikut dipanen sebagai benih.
Jarak isolasi tersebut ditentukan oleh
tipe (jenis) dan cara penyerbukan dari
tanaman yang bersangkutan. Isolasi
jarak
untuk
tanaman
dengan
penyerbukan silang (misalnya jagung,
isolasi jarak 200 m) askan lebih jauh
dibandingkan
tanaman
dengan
penyerbukan sendiri (misalnya padi,
isolasi jarak 3 m). Demikian pula,
isolasi jarak untuk tanaman dengan
penyerbukan yang dibantu oleh angin
(misalnya jagung) lebih jauh dibanding
tanaman
yang
penyerbukannya
dibantu oleh serangga.

Dalam pelaksanaannya, isolasi


sering sulit dilaksanakan karena sulit
mencari lahan produksi benih yang
betul-betul ideal dan mengatur
keserempakan pola dan waktu tanam
petani. Oleh karenanya, isolasi yang
sering dilakukan yaitu menanam
tanaman barier sehingga dapat
menghemat waktu (tidak perlu isolasi
waktu) dan dapat memanfaatkan
ruang antara pertanaman. Adapun
upaya
untuk
menghindari
percampuran varietas dari dalam
lahan produksi, dilakukan roguing
(pencabutan tanaman voluntir).
c. Dasar-dasar budidaya untuk
produksi benih
Teknik produksi benih sedikit
berbeda dengan teknik produksi nonbenih, yakni pada prinsip genetisnya,
dimana aspek kemurnian genetik
menentukan
kelulusan
dalam
sertifikasi. Teknik budi daya ini secara
internal dilaksanakan oleh penangkar
benih dalam bentuk roguing dan
secara eksternal dilaksanakan oleh
BPSB dalam bentuk pengawasan di
lapang. Adapun teknik budi daya
mulai dari pengolahan tanah hingga
panen antara teknik budi daya
produksi benih dan non benih secara
relatif sama.
Produksi benih biasanya diawali
dengan
perkecambahan
benih,
pesemaian, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan,
panen
dan
pascapanen, pengolahan benih,
pengeringan,
pengujian
benih,
sertifikasi dan pengepakan benih.

1) Pengolahan tanah, menentukan


komposisi
media
tanam,
mencampur media
dan
mengisi media ke dalam
polybag.
Pengolahan tanah pada dasarnya
bertujuan untuk menggemburkan,
memperbaiki
struktur
tanah,
meningkatkan aktivitas organisme
tanah, serta menciptakan aerasi yang
baik. Selain itu, pengolahan tanah
dapat juga bermanfaat dalam
mengendalikan
gulma
dan
membebaskan lahan dari sisa-sisa
tanaman atau benih tanaman yang
ada. Untuk itu, hendaknya cukup
tersedia
waktu
antara
saat
pengolahan tanah dan waktu tanam
sehingga benih gulma dan tanaman
dari pertanaman sebelumnya tumbuh
dan dapat dicabut.
Untuk memproduksi benih-benih
kecil (10 gram benih 1.000 benih,
biasanya
diawali
dengan
perkecambahan benih, pesemaian,
pembibitan,
penanaman,
pemeliharaan,
panen
dan
pascapanen, pengolahan benih,
pengeringan,
pengujian
benih,
sertifikasi dan pengepakan benih.
Proses penyiapan polybag untuk
pembibitan
dimulai
dengan
menentukan
komposisi
media
pembibitan.
Pada umumnya
komposisi media yang diharapkan
adalah mempunyai kandungan hara
makro dan mikrto, mangandung
bahan organik, aerasi baik dan dapat
menyimpan air dengan afisien. Untuk
media pembibitan para petani
penangkar benih biasanya menyiapka
komposisi media tanah: kompos (1: 1)
dan biasanya telah memenuhi standar

kebutuhan
unsur
hara
yang
dipersyaratkan.
Media tanah dan kompos yang
tealh sisiapkan harus dicampur
dengan merata agar kondisi media
tanam seragam baik secara fisik,
kimia dan biologis. Sara encampu
media tanam dapat dilakukan secara
manual dan mekanik. Pencampuran
secara manual dapat dilakuan dengan
bantuan alat sekop dan cangkul. Para
petani
pengangkar
biasanya
melakukan pencampuran sebagai
berikut: karung tanah dicampur satu
karung kompos lalu diaduk sampai
rata, kegiatan ini dilakukan berulangulang sampai volume media tanam
diperkirakan mencukup untuk mengisi
polybag.
Pencampuran media tanam dapat
dilakukan dengan mesin pengaduk
media atau mixer. Dengan alat ini
petani tinggal memasukkan tanah
setengah dari volume mixer dan
kompos setengah dari volume mixer.
Tutup kap penutup sampai rata.
Sambungkan kabel mixer ke arus
listrik dan media tanam akan
tecampur dengan sempurna dan ada
kemungkinan lebih homogen dari
pada pencampuran dengan cara
manual.
Media yang sudah siap untuk
digunakan diangkut dengan gerobak
(jika lokasi antar lokasi media dan
tempat
pembibitan
berdekatan).
Apabila penyiapan media berjauhan
dengan
tempat pembibitan, maka
disarankan untuk mengangkut media
dengan kendaraan roda empat. Hal
ini dilakukan untuk memudahkan
pekerja dalam mengisi polybag.

Media tanam akan diisikan ke


polybag.
Para petani biasanya
menyiapkan kotak kayu untuk
memberdirikan polybag atau kaleng
atau botol plastik.
Polybah dibuka
mulutnya dan diletakkan pada
peralatan yang disebutkan. Setelah
polybag berdiri pada tempatnya, maka
media pembibitan disiramkan ke atas
polybag terbuka sampai penuh,
kemudian masing=masing polybah
dirapikan dan disiram dengan air.

Posisi wadah dengan polybag pembibitan


pada saat mengisi polybag

2) Penanaman
Penanaman dilakukan secara
beraturan
untuk
memudahkan
pemeliharaan
(pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit),
pembersihan tanaman (pengendalian
gulma), dan pelaksanaan roguing.
Jarak tanam yang digunakan dapat
disesuaikan dengan jenis atau
varietas
tanamannya,
tingkat
kesuburan lahan, serta ketersediaan
air dan sinar matahari. Jarak tanam
yang rapat dilakukan jika kesuburan
tanah mendukung dan kompetisi antar
tanaman tidak sampai pada taraf yang
merugikan. Jarak tanam rapat
dilakukan untuk memaksimalkan
sumber daya yang tersedia dalam
rangka mendapatkan hasil (produksi)
yang maksimal.

Setelah jarak tanam ditentukan,


kebutuhan benih setiap hektar dapat
ditentukan.
Kebutuhan
benih
dipengaruhi oleh: (1). Jarak tanam
atau populasi tanaman per hektar.
(2). Ukuran atau bobot benih per
1.000 butir. (3).
Daya tumbuh
(kecambah) benih.
Jatak tanam antar tanaman pada
umunya dapat ditentukan berdasarkan
kanopi dari varietas tanaman yang
dibudidayakan. Ukuran atau bobot
benih per 1000 gram, biasanya tertera
pada
kemasan
(label)
benih.
Keterangan ini
terdapat
pada
kemasan apabila benih varietas
tanaman mempunyai perfomansi biji
berukur kecil seperti benih kubis,
sawi, wortel, tomat, cabai, bunga
krisan dan lain-lain.
Keterangan
tentang
daya
tumbuh
(daya
kecambah) tertera pada label
kemasan. Ketiga keterangan di atas
selalu terdapat pada label benih-benih
tanaman yang bersertifikat.
Penghitungan kebutuhan benih
sangat penting dilakukan agar
penangkar dapat menyediakan benih
secara tepat jumlah sehingga tidak
ada kelebihan pembelian benih dan
input produski benih menjadi efektif
dan efisien. Kekurangan penyediaan
benih
akan
menyebabkan
ketidakseragaman
penanaman
sedangkan kelebihan penyediaan
benih
merupakan
pemborosan.
Perkiraan kebutuhan benih per hektar
dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

B = 10.000 X 100/p x100/q X 100/r X s/1000 X t X 1 g

B3) =Pemeliharaan
Benih yangtanaman
diperlukan per hektar (gram)
ditingkatkan dengan pemu-pukan
p = Jarak antar barisan (cm)
kalsium (Ca).
q =Pemeliharaan
Jarak rumpun tanaman
barisan (cm)
tanamandalam
dalam
rbudi = daya
Daya kecambah
(%)
meliputi benih
pemupukan,
b)
Penyiangan
spenyiangan
= Bobot 1.000
butir
benih
(gram)
(pengendalian gulma),
tpengendalian
= Jumlahhama
tanaman
per rumpun
dan
penyakit,
Penyiangan dilakukan untuk
serta pengairan dan pengelolaan air.
membebaskan lahan dari gulma dan
Teknik
pemeliharaan
tanaman
tanaman lainnya. Gulma dan tanaman
hendaknya disesuaikan dengan fase
lain
dapat
berfungsi
sebagai
pertumbuhan tanaman sehingga
kompetitor dalam mendapatkan air,
tindakan yang diberikan tepat dan
hara, dan energi matahari. Selain itu,
efisien.
gulma atau tanaman lain juga dapat
menjadi inang bagi hama dan penyakit
a) Pemupukan
tertentu
atau
memungkinkan
terjadinya
penyer-bukan
silang
Pemupukan dilakukan untuk
dengan tanaman benih. Pengendalian
memperbaiki ketersediaan hara dalam
gulma dapat dilakukan secara manual
tanah. Pada awal pertumbuhan
(dengan cara mencabut), mekanis
vegetatif, kebutuhan tanaman akan
(menggunakan alat), dan kimiawi
hara (terutama nitrogen) sangat besar.
(bahan kimia). Penggunaan bahan
Adapun pupuk fosfor (P) dan kalium
kimia untuk mengendalikan gulma
(K) dibutuhkan tanaman pada fase
hendaknya selektif agar tidak
reproduktif,
terutama
masa
membahayakan
tanaman
yang
pembungaan dan pengisian benih
diusahakan dan sumber plasma
(grain filling). Dosis pupuk hendaknya
nuftah lainnya, serta tidak mencemari
disesuaikan
dengan
ting-kat
lingkungan (terutama air). Pada saat
kesuburan tanah. Selain untuk
penyiangan, biasanya juga dilakukan
pertumbuhan tanaman, pupuk pun
pembumbunan (pendangiran) untuk
berpengaruh terhadap produksi dan
memperbaiki aerasi di daerah sekitar
mutu benih. Protein benih padi dapat
perakaran tanaman.
ditingkatkan dengan pemupukan N
dan bobot benih padi dapat

c) Pengendalian hama dan penyakit


Hama dan penyakit di lapang
selalu
ada
sehingga
perlu
dikendalikan agar
pertanian dapat
mencapai produksi yang tinggi.
Namun,
pengendalian
tersebut
hendaknya dilakukan sedini mungkin
dengan senantiasa memperhatikan
batas ambang ekonomisnya, yakni
tingkat populasi dan intensitas
serangan
yang
membahayakan
proses
pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Pengendalian hama dan penyakit
dapat dilakukan secara preventif dan
kuratif. Cara preventif (pencegahan)
dengan
membuat
pertumbuhan
tanaman sesehat mungkin, misalnya
memberi pupuk yang seimbang dan
melakukan sanitasi lingkungan. Cara
kuratif adalah cara pemberantasan
terhadap hama dan penyakit, seperti
penggunaan pestisida, gropyokan
untuk pemberantasan tikus, dan
eradikasi
(pencabutan
dan
pembuangan)
tanaman
yang
terserang. Karena penggunaan bahan
kimia cukup mengandung risiko maka
dian-jurkan pestisida yang digunakan
berbahan organik.
d) Pengairan, pengecekan sumber
dan pengelolaan air.
Kegiatan ini bertujuan untuk
menyediakan air bagi tanaman dalam
jumlah yang tepat, sesuai dengan fase
pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada tahap pertumbuhan vegetatif
sampai inisiasi bunga, air diperlukan
dalam jumlah banyak. Pada tahap
pembungaan, air diperlukan dalam
jumlah
sedang.
Pada
tahap
pembentukan dan perkembangan

benih dini, air diperlukan dalam jumlah


banyak dan pada tahap pemasakan
benih, air tidak diperlukan lagi.
Penyediaan air bagi tanaman
dapat dilakukan secara teknis melalui
irigasi atau secara alami dari hujan.
Pada musim kemarau atau bila tidak
hujan, pengairan dilakukan dengan
penyiraman. Penyiraman sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari,
jangan dilakukan pada siang hari
karena berpengaruh buruk terhadap
tanaman, yakni terjadi peningkatan
laju transpirasi secara mendadak.
Sebelum melakukan kegiatan
produksi benih. Harus dilakukan
terlebih sahulu pengecekan sumber
air dan jaringan irigasi. Apabila lahan
produksi berada pada lahan sawah
dengan pengairan teknis, maka
kondisi sumber air dan jaringan irigasi
diprediksi tidak akan ada masalah.
Apabila fasilitas tersebut tidak ada,
maka sumber air biasanya ditampung
pada drum atau bak penampungan
yang dilapisi plastik yang disiapkan di
sekitar lokasi budidaya.
Apabila produksi benih dilakukan
pada skala luas, biasanya jaringan
irigasi secara teknik harus disiapkan
pada saat pembuatan bedengan
sakaligus dengan pebuatan saluran.
Pada sistem ini saluran dapat dialiri air
sehingga dapat dilakukan penyiraman
dengan sistem lep. Hal yang harus
diperhatikan
adalah
kemiringan
jaringan irigasi harus diperhitungkan
agar air dapat mengalir dengan baik
pada semua lahan budidaya.

e) Roguing
Roguing bertujuan untuk menjaga
kemurnian
benih.
Cara
pelaksanaannya dengan mencabut
tanaman yang tidak dikehendaki,
seperti tanaman yang berpotensi
untuk terjadinya penyerbukan silang
dengan varietas tanaman yang
diusahakan atau tanaman yang
berpotensi
menghasilkan
benih
campuran varietas lain. Roguing
biasanya dilakukan sebelum lahan
diperiksa oleh tim sertifikasi dari
BPSB.
Pelaksanaan
roguing
mengikuti waktu dan frekuensi
pemeriksaan lapangan oleh petugas
pengawas sertifikasi benih, yaitu saat
tanaman umur 4 minggu setelah
tanam, pada fase berbunga, dan
menjelang
panen.
Jika
memungkinkan,
roguing
dapat
dilakukan setiap saat tidak hanya
pada saat menjelang pemeriksaan
oleh BPSB. Roguing dilaksanakan
dengan
mencocokkan
deskripsi
tanaman di lahan dengan deskripsi
varietas tanaman yang diusahakan.
Tanaman yang tidak sesuai dengan
deskripsi tanaman yang diusahakan
harus dicabut dan dimusnahkan.
Roguing
dilakukan
dengan
berjalan secara sistemik sehingga
setiap tanaman dapat terlihat dan
diamati.
Roguing
hendaknya
dilakukan sepagi mungkin dan arah
berjalan sebaiknya tidak menghadap
matahari,
karena
silau
akan

menyulitkan pengamatan. Tanaman


rogue, tanaman yang terserang hama
dan penyakit, gulma-gulma berbahaya
dicabut dan dimusnahkan. Melakukan
roguing di lahan yang luas cukup
menyulitkan.
Oleh
karenanya,
dibutuhkan metode yang cukup
representatif melalui pengacakan
sampel di lapang. Ada beberapa
macam pola pelaksanaan roguing
(lihat gambar Usulan Jalur perjalanan
dalam melakukan roguing). Pola A
dapat menjamah lahan pertanaman
sekitar 75%, pola B mampu
menjamah lahan seluas 60-70%, pola
C (cara acak) dan pola D (searah
jarum jam) memungkinkan seluruh
(100%) pertanaman terjamah, pola E
mampu menjamah lahan sebesar
85%, dan pola F hanya mampu
menjamah pertanaman sebesar 60%
dari luas lahan keseluruhan.
Pemanenan
Penanganan pascapanen dapat
dilakukan dengan baik, tidak merusak
benih yang masih berkadar air tinggi,
maka panen pada saat benih masak
fisiologis adalah pilihan yang tepat.
Beberapa keuntungan panen yang
dilakukan pada saat benih mencapai
masak fisiologis antara lain: (a).
Benih belum mengalami deteriorasi
(kemunduran). (b). Mempercepat
program pemuliaan tanaman karena
segera diperoleh data viabilitas dan
vigor maksimum dari varietas yang
dikembangkannya.

*
*
*

*
*

*
*
*
*

*
*

*
*

*
*

*
*
*

*
*

*
*
*

*
*

*
*

*
*
*

*
*

Gambar 4.9 .
Beberapa alternatif jalur perjalanan untuk melakukan kegiatan roguing.

(c) Menghemat waktu dan mengurangi


kehilangan benih di lahan, serta. (d).
Perkecambahan benih di lapang dapat
dihindari.
Oleh karena kadar air benih pada
saat masak fisiologis masih cukup
tinggi (50-60%) sehingga rentan
terhadap kerusakan mekanik, maka
panen dapat dilakukan beberapa hari
setelah masak fisiologis. Waktu panen
ini pun jugam mempunyai risiko.

Kondisi iklim pada selang waktu


antara masak fisiologis dan panen
sangat
berpengaruh
terhadap
viabilitas benih, daya kecambah,
vigor, maupun daya simpan benih.
Cuaca pada areal produksi yang tidak
menguntungkan dapat menurunkan
mutu benih yang dihasilkan.

f)

Pengolahan Benih

Pengolahan benih merupakan


tahap transisi antara produksi dan
penyimpanan atau pemasaran benih.
Tahap ini cukup menentukan karena
benih dapat tidak bermanfaat jika
salah dalam pengolahannya.
Prinsip umum pengolahan benih
adalah memproses calon benih
menjadi
benih
dengan
tetap
mempertahankan mutu yang telah
dicapai. Pengolahan benih tidak dapat
meningkatkan mutu benih secara
individual, tetapi secara populatif.
Secara populatif, mutu benih dapat
ditingkatkan melalui dua cara yaitu :
(a). Separation, yakni memisahkan
benih dari sumber kontaminan seperti
benih gulma, benih tanaman lain, dan
kotoran benih. (b). Upgrading, yakni
memilah benih dari benih yang kurang
bermutu, misalnya berukuran kecil
atau tidak seragam.
Dengan
pemisahan
dan
pemilahan benih, akan diperoleh
benih yang murni dan hidup (pure life
seed) dengan total jumlah yang lebih
rendah dari jumlah benih hasil panen.
Perbandingan jumlah benih hasil
pengolahan dengan jumlah calon
benih hasil panen dinamakan
rendemen. Nilai rendemen sangat
ditentukan oleh jenis benih dan
efektivitas pengolahan. Semakin
efektif pengolahan yang dilakukan,
semakin tinggi nilai rendemen yang
berarti semakin kecil nilai kehilangan
pascapanennya (post harvest losses).
Adapun
efektivitas
pengolahan
ditentukan oleh alur (jalur) pengolahan
dan penggunaan alat-alat pengolahan
benih yang tepat.

d. Alur umum pengolahan benih


Benih masuk ke unit pengolahan
benih umumnya dalam bentuk calon
benih, misalnya benih jagung masih
dalam tongkol, benih kedelai dan
kacang hijau masih dalam polong.
Selain dalam bentuk calon benih,
kadar airnya juga masih sangat tinggi.
Oleh karenanya, pengolahan benih
yang dilakukan sebagai berikut.
1) Pembenihan dan prapembersihan
Kegiatan pembenihan meliputi
pengeringan (drying) dan perontokan
(threshing) pada kacang-kacangan
dan padi atau pemipilan (shelling)
pada jagung. Setelah pengolahan
tersebut, dilakukan pemisahan benih
dari kotoran sisa polong, tongkol, atau
jerami (disebut pre-cleaning). Selama
proses pembenihan dan prapembersihan,
benih
disimpan
sementara secara curah
dan
tumpukan (bulk storage).
2) Pembersihan
Proses pembersihan (cleaning)
benih diawali dengan pemisahan
benih dari kotoran (sampah).
Pembersihan ini dapat menggunakan
ayakan (saringan) atau alat pembersih
benih dengan sistem pengayakan dan
hembusan udara, seperti air screen
cleaner. Setelah bersih dari kotoran,
benih memasuki proses sortasi dan
upgrading, yaitu benih dipisahkan dari
benih varietas lain, benih gulma, serta
benih yang berviabilitas rendah (kecil,
pecah, dan tidak seragam).

3) Perlakuan
pengemasan

benih

dan

e. Alat dan mesin pengolahan


benih

Perlakuan benih (seed treatment)


adalah pemberian bahan kimia dalam
rangka melindungi benih dari hama
dan penyakit, baik yang terbawa
benih, serangan yang mungkin terjadi
di penyimpangan maupun serangan di
lapang produksi. Hal penting yang
diperhatikan di dalam memberikan
perlakuan benih adalah jenis dan
dosis pestisida yang digunakan agar
tidak meracuni benih.
Pengemasan bertujuan untuk
melindungi benih dari pengaruh
kelembaban udara dan pencampuran
antar lot (kelompok) benih. Jenis
kemasan benih dapat dikelompokkan
menjadi 3, yakni kemasan porus,
resisten dan kedap. Kemasan porus
adalah kemasan yang tembus air
sehingga tidak mampu melindungi
benih dari pengaruh kelembapan
udara luar. Contohnya, kertas dan
kain blacu. Kemasan resisten adalah
kemasan yang tahan terhadap
tembusan air, tetapi dalam jangka
panjang kemasan menjadi porus.
Contoh kemasan seperti ini yaitu
kantong plastik. Adapun kemasan
kedap adalah kemasan yang tidak
tembus air. Contohnya botol (gelas)
dan kaleng (drum). Jenis kemasan ini
mampu mempertahankan kadar air
benih dalam jangka waktu yang lama.
Bila menggunakan kemasan kedap,
kadar air benih harus rendah untuk
menghindari pengaruh buruk dari
akumulasi produk respirasi benih di
dalam kemasan.

Secara umum, alat dan mesin


pengolahan yang paling dibutuhkan
yaitu alat pembenihan (conditioning
dan pre-cleaning), alat pengering, alat
pembersih, serta alat perlakuan dan
pengemasan. Alat-alat tersebut dapat
berupa mesin pengolah benih yang
dijalankan secara mekanik atau alat
sederhana yang dijalankan secara
manual. Pemilihan jenis alat pengolah
benih tersebut sangat ditentukan oleh
kemampuan penangkar, jenis dan nilai
komoditas, tingkat mutu dan efisiensi
yang
diinginkan,
pertimbangan
keuntungan usaha, dan ada atau
tidaknya sumber listrik atau mesin
diesel.
1) Alat pengering benih (seed drier)
Pengeringan
benih
dapat
dilakukan secara alami dengan panas
matahari atau secara buatan dengan
bantuan alat pengering (seed drier).
Pengeringan secara alami mempunyai
kendala seperti turun hujan, suhu
yang tidak dapat dikontrol, diperlukan
pembalikan benih, dan kapasitas
lantai jemur yang terbatas. Kendala
tersebut
tidak
dijumpai
bila
pengeringan dilakukan dengan alat
pengering. Secara prinsip, sistem
pengeringan buatan menggunakan
kompor api atau heater sebagai
sumber panas dan kipas (fan) sebagai
tenaga penggerak aliran udara.
Kapasitas alat dan lama pengeringan
perlu diketahui agar tidak terjadi
overload
atau
penundaan

pengeringan yang dapat menurunkan


mutu benih.
Meski penggunaan drier memiliki
berbagai keunggulan dibandingkan
pengeringan alami, tetapi benih hasil
pengeringan
dengan
matahari
memiliki mutu fisik yang lebih baik,
terutama warna dan baunya. Benih
yang dikeringkan secara alami
memiliki warna yang lebih cerah dan
tidak berbau, sedangkan benih hasil
pengeringan buatan memiliki warna
yang sedikit kusam dan berbau
(terutama bila menggunakan alat
berbahan bakar minyak tanah).
Terdapat berbagai tipe drier
seperti tunnel drier, batch drier, bin
drier, column seed drier dan continous
flow tower drier. Penggunaan masingmasing tipe antara lain tergantung
pada jumlah lot benih, serta alat
penanganan dan transportasi yang
digunakan. Benih tanaman pangan,
seperti
kedelai
dan
jagung,
dikeringkan dengan batch drier.
Adapun benih yang diproduksi dalam
jumlah banyak dikeringkan dengan bin
drier atau continous flow drier.
2) Alat pembenihan
Alat pembenihan adalah alat yang
digunakan untuk memisahkan benih
dari struktur buah. Jenis dan tipe alat
yang digunakan berbeda untuk
setiasp jenis benih. Namun, secara
umum alat pembenihan terdiri dari
silinder yang memiliki gigi (paku) yang
dapat diputar sehingga mampu
merontok atau memipil benih. Tenaga
yang digunakan untuk memutar
silinder perontok dapat berasal dari
tenaga mekanik atau tenaga listrik.
Ada pula mesin yang dilengkapi

dengan blower sehingga benih yang


dihasilkan lebih bersih. Faktor penting
yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat perontok dan pemipil
adalah kecepatan putar silinder dan
jumlah paku yang berpotensi merusak
benih secara mekanik. Semakin cepat
putaran silinder dan semakin banyak
paku yang dipasang, semakin cepat
pula
proses
perontokan atau
pemipilan benih, tetapi potensi
kerusakan
mekanik
yang
ditimbulkannya juga semakin besar.
Alat pembenihan yang paling
sederhana adalah tangan, seperti
memipil jagung dan mengupas benih
kacang tanah. Cara ini adalah cara
yang
paling
kecil
kerusakan
mekaniknya, tetapi membutuhkan
waktu lama dan khusus untuk benih
jagung, kadar air benih harus cukup
rendah (kering pipil).
3) Alat pembersih benih
Alat pembersih merupakan alat
untuk membersihkan benih dari
sumber-sumber kontaminan dan benih
yang
tidak
bermutu
melalui
pengayakan (penyaringan, screening)
dan peniupan benda-benda yang tidak
diperlukan dengan blower. Alat
pembersih benih tradisional berupa
nyiru
atau
tampah.
Cara
menggunakannya
dengan
menggerakkan ke atas dan ke bawah,
lalu memutarnya sambil ditiup.
Hasilnya diperoleh benih yang bersih.
Kekurangan dari penggunaan alat ini
adalah dibutuhkan waktu yang lama
dan tenaga kerja yang banyak.
Meskipun demikian risiko kerusakan
benih sangat kecil.

Alat pembersih benih modern


(berbasis mesin) ada banyak tipe dan
jenisnya. Alat pembersih yang paling
banyak digunakan sebagai pembersih
dasar (utama) adalah air scree
cleaner. Alat tipe ini menggunakan
kombinasi dari aliran udara dan
saringan untuk memisahkan benih
berdasarkan ukuran, berat jenis dan
resistensi terhadap aliran udara. Air
screen cleaner tipe kecil terdiri dari 2
saringan dengan 3-4 aspirator. Cara
kerja alat ini terdiri dari tiga tahap,
yakni (1) saringan atas (scalping
screen) menahan benih dan benda
yang berukuran besar, (2) aliran udara
(aspirating air) memisahkan benih dari
benda-benda yang ringan, (3)
saringan bawah (graded screen)
memilah dan menahan benih yang
bersih. Alat pembersih benih lain yaitu
spesific gravity separator untuk
memilah benih berdasarkan berat
jenisnya, diseparasi untuk memilah
benih berdasarkan ukurannya, dan
spiral separator untuk memilah benih
berdasarkan bentuknya.
f.

Penyimpanan Benih

Tujuan
penyimpanan
benih
adalah mempertahankan daya hidup
(daya simpan) benih selama mungkin.
Dalam penyimpangan, faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap daya
simpan benih dioptimalkan agar
prosers kemun-duran dapat ditekan
seminimum mungkin.
1) Faktor yang mempengaruhi daya
simpan benih
Faktor yang mempengaruhi daya
simpan benih, secara umum

dikelompokkan menjadi 3 kelompok,


yaitu faktor benih, lingkungan fisik
penyimpanan, dan faktor organisme
hidup yang ada di dalam ruang
simpan. Ketiga faktor tersebut saling
berinteraksi baik secara langsung
maupun tidak langsung.
a) Faktor Benih
Kondisi benih merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap
daya simpannya. Tiap jenis atau
varietas benih memiliki daya simpan
tersendiri, sebagai contoh benih padi
memiliki umur simpan yang lebih lama
dibandingkan benih kedelai walaupun
faktor lainnya sama. Kondisi benih
tersebut dipengaruhi oleh:
x faktor genetik,
x faktor perlakuan sebelum benih
disimpan,
seperti
kondisi
lapangan selama pertanaman
(kesuburan lahan, tingkat hama
dan penyakit, iklim); kondisi
lingkungan selama benih dalam
pemasakan, pemanenan; dan
perlakuan pengolahan benih dari
calon benih menjadi benih
(perontokan, pengeringan), (3)
komposisi kimia benih,
x struktur fisik benih,
x dormansi dan benih keras,
x tingkat kemasakan benih,
x tingkat kerusakan benih, dan (8)
kadar air benih.
b) Faktor lingkungan fisik ruang
penyimpanan
Faktor lingkungan fisik yang
mempengaruhi daya simpan benih di
dalam
penyimpanan
yaitu

kelembapan,
temperatur,
dan
komposisi gas di ruang simpan.
Kelembaban ruang simpan akan
berpengaruh terhadap kadar air benih
dan
meningkatkan
aktivitas
mikroorganisme. Karena bersifat
higroskopis, benih mudah menyerap
atau melepaskan uap air tergantung
kelembapan ruangan. Melindungi
benih dari pengaruh kelembapan
dengan cara menggunakan kemasan
yang
resisten
atau
kedap,
menggunakan
bahan
penyerap
kelembapan
(desikan),
dan
mengendalikan ruangan supaya tetap
kering dengan alat dehumidifier
(penurun
kelembapan).
Suhu
berpengaruh terhadap laju respirasi
benih dan tingkat kadar air
kesetimbangan benih. Semakin tinggi
termperatur, semakin tinggi laju
respirasi dan semakin tinggi kadar air
kesetimbangan
sehingga
mempercepat kemunduran benih.
Rumusan tentang pengaruh
temperatur dan kadar air benih
terhadap daya simpan benih yaitu
sebagai berikut : (1). Jumlah angka
kelembapan dalam % dan temperatur
dalam OF tidak boleh melampaui
angka 100 untuk penyimpanan benih
selama
3-10
tahun.
Untuk
penyimpanan benih <3 tahun, angka
tersebut boleh sampai 120 dengan
catatan tingkat kelembapan udara
tidak melebihi 60Of. (2). Daya hidup
benih menjadi setengahnya jika
temperatur dinaikkan 5Oc. Hal ini
berlaku bila tempat penyimpanan
dengan kelembapan 20-70% dan
temperatur 0-50OC. (3). Daya hidup
benih menjadi setengahnya jika kadar
air benih ditingkatkan 1% untuk
kisaran benih berkadar air 5-14%.

Gas yang berpengaruh terhadap


daya simpan benih di penyimpanan
antara lain oksigen (O2), karbon
dioksida (CO2), dan nitrogen (N2).
Semakin tinggi kadar O2 di ruang
penyimpanan, daya hidup benih akan
semakin turun. Meningkatnya kadar
CO2 dapat meningkatkan daya simpan
benih bawang merah. Nitrogen dapat
mempercepat kemunduran benih
bawang merah dan sawi.
c) Jasad
hidup
penyimpanan

di

ruang

Jasad hidup yang terdapat di


ruang penyimpanan benih umumnya
terdiri dari cendawan, bakteri, virus,
serangga, tungau, tikus, dan burung.
Kerusakan yang diakibat-kan oleh
jasad hidup ini umumnya secara fisik,
misalnya benih berlubang atau rusak.
Selain itu, adanya jasad hidup juga
akan
menyebabkan
kondisi
lingkungan kurang baik, seperti
lingkungan menjadi lebih lembap dan
kurang bersih yang pada akhirnya
juga mempercepat kemunduran benih.
Pengendalian jasad hidup tersebut
dapat dilakukan dengan sanitasi atau
fumigasi, yakni menutup seluruh benih
dengan terpal lalu memberinya bahan
fumigan seperti fostoxin.
d) Cara penyimpanan benih
Secara umum, penyimpanan
benih dilakukan dengan dua sistem,
yakni penyimpanan terbuka dan
penyimpanan
terkendali.
Sistem
penyimpanan terbuka berarti tidak ada
perlakuan terhadap kondisi lingkungan
ruang penyimpanan. Daya simpan
benih tergantung padak ondisi daerah

penyimpanan. Di daerah dengan iklim


yang lembap dan temperatur tinggi,
daya simpan benih akan cepat
menurun. Di daerah dengan iklim
kering dan dingin, benih bisa tahan
lama
disimpan.
Pada
sistem
penyimpanan ini, biasanya benih
dikemas dengan wadah yang tidak
kedap, seperti kain blacu, karung goni,
kertas semen, dan bahan porus lain.
Ssitem penyimpanan ini hanya cocok
untuk benih yang disimpan dalam
jangka pendek (<3 bulan).
Pada sistem penyimpanan benih
terkendali,
lingkungan
ruang
penyimpanan
dikontrol
atau
dikendalikan
sedemikian
rupa
sehingga daya hidup benih dapat
dipertahankan
sesuai
dengan
keinginan (lama yang diinginkan).
Ada empat cara penyimpanan
benih dengan suhu dan kelembaban
terkendali, yaitu penyimpanan secara
dingin, penyimpanan secara kering,
penyimpanan kering dan dingin, serta
penyimpanan beku.
Pada
penyimpanan
dingin,
temperatur ruangan diatur agar tetap
dingin dengan menggunakan AC (Air
condition). Dalam sistem ini, benih
diekmas dengan wadah yang relatif
rapat, seperti kantong plastik, dan
benih dapat diperta-hankan sampai
beberapa tahun, tergantung pada
tingkat kadar airnya.
Pada
penyimpanan
kering,
kelembapan
ruang
simpan
dipertahankan
rendah
dengan
menggunakan alat pengering ruangan
dehumidifier. Benih bisa disimpan
dalam wadah sarang lalu ditempatkan
di ruang ini. Selama perubahan
temperatur ruang simpan tidak
terlampau tinggi, benih bisa disimpan

sampai
beberapa
tahun.
Penyimpanan kering dapat juga
dilakukan dengan penggunaan bahan
pengemas yang rapat, seperti kantong
plastik, botol atau kaleng yang tertutup
rapat.
Kombinasi penyimpanan kering
dan dingin, kelembapan maupun
temperatur ruang simpan di kontrol
dengan alat atau dengan cara
pengemasan seperti pada kedua
penyimpanan di atas. Ruang simpan
diberi AC, dehumidifier, dan benih
dikemas dengan kemasan yang
kedap. Sistem penyimpanan kering
dan dingin merupakan sistem
penyimpanan terbaik yang mampu
memperta-hankan daya simpan benih
hingga 10 tahun.
Pada
penyimpanan
beku,
temperatur dibuat sangat rendah
antara -20oC hingga 5oC, kelembapan
ruang <30%, dan digunakan kemasan
benih
yang
rapat
(kedap).
Penyimpanan
ini
mampu
mempertahankan benih bertahuntahun, bahkan sampai 100 tahun.
Sistem penyimpanan ini biasanya
digunakan untuk penyimpanan koleksi
benih penting yang dijadikan sebagai
bahan pemuliaan tanaman (plasma
nutfah).
4.5 Mutu Benih
Program
perbenihan
menitikberatkan pada penggunaan
benih yang tepat muitu yang
ditunjukkan pada labelnya. Agar tidak
tertipu oleh label benih, para
pengguna benih (terutama petani)
hendaknya memahami tentang mutu
benih dan komponen-komponennya

yang dicantumkan di dalam label


benih.
Secara umum, komponen mutu
benis dibedakan menjadi tiga, yaitu
komponen mutu fisik, fisiologis, dan
genetik. Sekarang pasar sudah
mendesak dimasukkannya komponen
mutu pathologis. Komponen mutu fisik
adalah kondisi fisik benih yang
menyangkut warna, bentuk, ukuran,
bobot, tekstur permukaan, tingkat
kerusakan fisik, kebersihan, dan
keseragaman.
Komponen
mutu
fisiologis adalah hal yang berkait-an
dengan daya hidup benih jika
ditumbuhkan (dikecambahkan), baik
pada kondisi yang menguntungkan
(optimum) maupun kurang menguntungkan (suboptimum). Komponen
mutu genetik adalah hal yang
berkaitan dengan kebenaran dari
varietas benih, baik secara fenotip
(fisik) maupun genetiknya. Adapun
mutu pathologis berkaitan dengan ada
tidaknya serangan penyakit pada
benih serta tingkat serangan yang
terjadi.
Pada label benih, unsur-unsur
mutu benih yang dicantumkannya
meliputi kadar air, komponen benih
murni, campuran varietas lain, kotoran
dan daya tumbuh. Hal yang berkaitan
dengan ada atau tidaknya dan
besarnya serangan penyakit yang
terjadi,
di
Indonesia,
belum
dicantumkan dalam label sertifikat
benih.
a. Kriteria benih bermutu
Penggunaan
dalam budi daya
efektivitas dan
populasi tanaman

benih
bermutu
akan meningkatkan
efisiensi karena
yang akan tumbuh

dapat diperkirakan sebelumnya, yaitu


dari data (label) daya berkecambah
dan nilai kemurniannya. Dengan
demikian, dapat diperkirakan jumlah
benih yang akan ditanam dan benih
sulaman, diperkirakan jumlah benih
yang akan ditanam dan benih
sulaman.
Secara fisik, benih bermutu
menampakkan ciri-ciri berikut: (a).
Benih bersih dan terbebas dari
kotoran, seperti potongan tangkai, bijibijian lain, debu dan kerikil.
(b).
Benih murni, tidak tercampur dengan
varietas lain. (c). Warna benih terang
dan tidak kusam. (d). Benih mulus,
tidak berbercak, kulit tidak terkelupas.
(e).
Sehat, bernas, tidak keriput,
ukurannya normal dan seragam.
Selain itu, benih dianggap
bermutu tinggi jika memiliki daya
tumbuh (daya berkecambah) lebih dari
80% (tergantung jenis dan kelas
benih) dan nilai kadar air di bawah
13% (tergantung jenis benihnya; benih
kedelai mesti lebih rendah lagi).
b. Kelas benih
Benih merupakan hasil akhir dari
proses panjang yang dilakukan oleh
seorang pemulia tanaman dalam
merakit sebuah varietas baru. Jika
proses penyebaran varietas baru dari
pemulia kepada petani dilakukan
secara langsung maka jumlah benih
yang tersedia tidak mencukupi
kebutuhans seluruh petani.
Untuk mengatasi keterbatasan
jumlah benih hasil pemuliaan ini,
dibutuhkan kegiatan perbanyakan
benih atau produksi benih. Sistem
perbanyakan benih dilakukan secara
berjenjang
dengan
selalu

mempertahankan identitas genetis


dan kualitas benih dari varietas yang
dihasilkan pemulia tanaman.
Benih hasil produksi ini kemudian
dikelompokkan kedalam kelas-kelas
sesuai dengan tahapan generasi
perbanyakan dan tingkat standar
mutunya, melalui suatu prosedur yang
diatur dalam aturan sertifikasi benih.
Dari sistem dibagi menjadi empat.
1) Benih penjenis (BP = breeder
seed: (BS))
Benih penjenis diproduksi dan
diawasi oleh pemulian tanaman dan
atau oleh instansi yang menanganinya
(Lembaga Penelitian atau Perguruan
Tinggi). Benih ini sebagai sumber
untuk perbanyakan benih dasar.
Khusus untuk benih penjenis tidak
dilakukan sertifikasi tetapi diberikan
label warna putih.
2) Benih dasar (BD = foundation
seed (FS))
Benih dasar merupakan turunan
pertama (F1) dari benih penjenis.
Benih ini diproduksi dan diawasi
secara ketat oleh pemulia tanaman
sehingga kemurnian varietasnya
dapat dipertahankan. Benih dasar
diproduksi oleh Balai Benih (terutam
Balai Benih Induk, BBI) dan proses
produksinya diawasi dan disertifikasi
oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih (BPSB). Benih dasar ini diberi
label sertifikasi berwarna putih.

3) Benih pokok (BP= stock seed,


(SS))
Benih pokok merupakan F1 dari
benih dasar atau F2 dari benih
penjenis. Produksi benih pokok tetap
mempertahankan
identitas
dan
kemurnian varietas serta memenuhi
standar peraturan perbenihan maupun
sertifikasi oleh BPSB. Benih pokok
diproduksi oleh Balai Benih ataui
pihak swasta yang terdaftar dan diberi
label sertifikasi berwarna ungu.
4) Benih sebar (BR=extension seed
(ES))
Benih sebar merupakan F1 benih
pokok.
Produksinya
te-tap
mempertahankan identitas maupun
kemurnian varietas dan memenuhi
standar peraturan perbenihan maupun
sertifikasi oleh BPSB. Benih pokok
dan
benih
sebar
umumnya
diperbanyak oleh Balai Benih atau
penangkar
benih
dengan
mendapatkan
bimbingan,
pengawasan dan sertifikasi dari
BPSB. Benih sebar diberi label
sertifikasi berwarna biru.
Untuk benih palawija, selain benih
sebar berlabel biru juga terdapat benih
sebar berlabel hijau yang merupakan
keturunan dari benih sebar berlabel
biru. Produksi tetap mempertahankan
identitas dan tingkat kemurnian
varietas.
Dalam rangka memenuhi
kebutuhan benih bermutu yang terus
meningkat, sementara jumlah benih
bermutu yang beredar belum sesuai
dengan yang dibutuhkan maka
dimungkinkan untuk diproduksi benih
berlabel merah jambu (LMJ).

Pengadaan benih LMJ tidak melalui


proses sertifikasi, tetapi tetap
memenuhi standar laboratorium untuk
pelabelan.
Selain
dengan
pengkelasan
benih,
upaya
pemenuhan
kebutuhan
benih
bersertifikat juga dilakukan dengan
strategi alur perbanyakan benih. Benih
dengan indeks penangkaran tinggi
menggunakan strategi perbanyakan
pola alur pernabanyakan tunggal,

seperti padi dan jagung. Adapun benih


yang memiliki indeks penangkaran
rendah
dapat
menggunakan
perbanyakan pola alur perbanyakan
ganda seperti pada kedelai. Pada
sistem alur perbanyakan benih alur
tunggal, tiap kelas benih diperbanyak
untuk menghasilkan kelas benih di
bawahnya sehingga F3 dari benih
penjenis adalah kelas benih sebar.

Benih penjenis (Breeder seed)


Benih dasar (Foundation seed)
Benih pokok (Stock seed)
Benih sebar (Extension seed)

Petani

Gambar 4.11.
Alur perbanyakan benih sistem polygeneration flow

Gambar 4.12.
Alur perbanyakan benih sistem monogeneration flow transisi

Adapun pada sistem alur perbanyakan


ganda, setiap kelas benih dapat
diperbanyak untuk menghasilkan
kelas benih yang sama dengan
maksimal generasi diperbanyak 4 kali.
Dengan demikian, F3 dari kelas benih
penjenis
bukan
benih
sebar,
melainkan benis penjenis ke-3 yang
dapat dijadikan sebagai bahan
perbanyakan kelas benih penjenis ke4 atau kelas benih dasar.
Penerapan
sistem
alur
perbanyakan
benih
selalu
mempertimbangkan aspek volume
kebutuhan
benih
dan
indeks
penangkaran benih. Oleh karenanya,
penerapan alur generasi ganda tidak
harus sampai generasi ke-4, tetapi
dapat hanya sampai generasi ke-3
atau ke-2 bila kebutuhan benih telah
tercukupi.
Selain dikenal dua sistem alur
perbanyakan benih, sebagai strategi
perbanyakan benih, sistem alur

perbanyakan transisi pun dikenal pula


dalam perbanyakan benih kacangkacangan.
Pada
sistem
alur
perbanyakan ini, benih diperbanyak
secara alur generasi tunggal sampai
dengan kelas benih pokok dan
slenajutnya benih diperbanyak secara
alur ganda untuk menghasilkan kelas
benih sebar. Hal ini pun diterapkan
dengan pertimbangan kebutuhan
benih di lapang sehingga tidak perlu
benih F4.
b. Faktor yang Mempengaruhi
Mutu Benih
Mutu
benih
merupakan
perpaduan dari karakter genetik dan
pengaruh lingkungan. Adapun faktorfaktor yang berpengaruh terhadap
mutu benih antara lain faktor genetika,
faktor lingkungan dan faktor status
benih (kondisi fisik dan fisiologis
benih).

1) Faktor genetik
Genetik merupakan faktor
bawaan yang berkaitan dengan
komposisi genetika benih. Setiap jenis
atau varietas memiliki identitas genetik
yang berbeda. Sebagai contoh, mutu
daya simpan benih kedelai lebih
rendah dibanginkan dengan mutu
daya simpan benih jagung, kekuatan
daya tumbuh (vigor) dan produksi
benih jagung hibrida lebih tinggi dari
benih jagung biasa (komposit).
Demikian pula padi var. Peta memiliki
mutu daya simpan yang lebih baik dari
benih padi var. Chainan. Semua
perbedaan
tersebut
diakibatkan
perbedaan gen yang ada di dalam
benih.
2) Faktor lingkungan
Faktor
lingkuingan
yang
berpengaruh terhadap mutu benih
berkaitan dengan kondisi dan
perlakuan
selama
prapanen,
pancapanen, maupun saat pemasaran
benih. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a) Lokasi produksi dan waktu tanam
Lokasi produksi benih dipilih
lahan yang subur, tidak merupakan
sumber investasi hama dan penyakit,
serta sumber kontaminan terhadap
varietas
tanaman
yang
akan
diproduksi. Dalam memilih lokasi
produksi, senantiasa memperhatikan
sejarah lahan dan kondisi pertanaman
sekitar lahan.
Jika lahan produksi harus
ditanami jenis komoditas yang sama
dengan pertanaman sebelumnya

maka
varietas
yang
ditanam
hendaknya. Hal ini untuk menghindari
adanya tanaman voluntir hasil
penyerbukan silang antara tanaman
sebelumnya (yang berbeda varietas)
dengan pertanaman yang ada.
Adanya tanaman voluntir dapat
mengakibatkan mutu (genetis) benih
menjadi rendah. Jika penanaman
yang berbeda varietas tidak bisa
dihindari,
lahan
masing-masing
varietas harus diisolasi.
Isolasi yang dilakukan meliputi
isolasi jarak maupun isolasi waktu.
Jarak antarblok pertanaman produksi
benih diatur agar tidak terjadi
penyerbukan silang, begitu juga waktu
tanamnya.
Berkaitan dengan waktu tanam,
hal terpenting adalah memperkirakan
bahwa saat panen benih tidak
dilakukan pada musim hujan.
Sebaliknya, selama fase pertumbuhan
(fase
vegetatif)
curah
hujan
hendaknya
cukup
memadai.
Kesalahan dalam menentukan waktu
tanam bisa mengakibatkan proses
pembentukan dan perkembangan
benih kurang sempurna (terutama
fase pengisian biji/grain filling)
sehingga kuantitas maupun kualitas
benih menjadi rendah.
b) Teknik budidaya
Semua tindakan dalam teknik
budi daya produksi benih akan
berpengaruh langsung terhadap mutu
benih. Dari mulai tingkat kesuburan
lahan dan teknik pemupukan, jarak
tanam, status serangan hama dan
penyakit serta pengendaliannya,
kondisi gulma, pengelolaan air,
sampai perlindungan tanaman dari

penyerbukan
silang.
Untuk
mendapatkan benih bermutu tinggi,
teknik budi daya produksi benih perlu
berpedoman pada kaidah-kaidah
sertifikasi benih.
c) Waktu dan cara panen
Dalam pembentukannya, benih
mengalami beberapa stadia, yaitu
stadia pembentukan, stadia matang
morfologis, stadia perkembangan
benih, dan stadia masak fisiologis.
Pada stadia masak fisiologis, bobot
kering benih mencapai maksimum dan
benih telah lepas dari tanaman
induknya. Pada saat itu kadar air
benih cukup tinggi sehingga tidak
cukup aman terhadap kerusakan
mekanik pada saat panen maupun
pascapanen. Oleh krenanya, saat
panen yang sering dilakukan yaitu
beberapa hari
setelah
masak
fisiologis, sampai kadar air benih
cukup aman untuk panen dan
penanganan pasca panen. Bahkan
utnuk beberapa kasus, jika kondisi
lingkungan memungkinkan (tidak ada
hujan, gangguan hama dan penyakit
serta benih rontok), benih tidak
dipanen. Tindakan ini merupakan
tindakan
pengeringan
dan
penyimpanan benih di lapangan.
Agar benih tidak rusak pada saat
panen, hendaknya digunakan alat
panen yang tidak menimbulkan
kerusakan mekanik (fisik) benih.
Panen
secara
manual
atau
menggunakan alat panen sederhana
merupakan cara panen terbaik karena
tidak menimbulkan kerusakan fisik
yang berarti, meski cara ini kurang
efisien.

d) Penimbunan dan penanganan


hasil
Ketika dipanen, kadar air benih
masih relatif tinggi dan masih dalam
bentuk calon benih (masih dalam
malai, di dalam polong kelobot, atau
struktur pembungkus benih lainnya).
Keadaan
tersebut
membawa
konsekuensi pada tingginya proses
metabolisme yang terjadi di dalam
benih, tingginya tingkat kepekaan
benih terhadap benturan dengan alatalat (mesin) pengolahan pada
pascapanen, serta tingginya potensi
serangan hama dan penyakit. Oleh
karenanya, sistem penimbunan dan
penanganan hasil sangat berpengaruh
pada kualitas benih yang akan
dihasilkan.
Penimbunan hasil yang baik
ditujukan untuk menghindari terjadinya
proses metabolisme anaerobik pada
benih. Tempat penimbunan hasil
hendaknya
cukup
luas
dan
mempunyai sirkulasi udara yang baik.
Jika tempat penimbunan berupa ruang
terbuka, perlu digunakan alas dan
penutup timbunan benih yang kedap
air, seperti terpal plastik, untuk
menghindari pengembunan pada
malam hari.
Berkaitan dengan penanganan
hasil, benih hendaknya sesegera
mungkin diproses untuk menghindari
dampak buruk. Semakin cepat proses
penanganan benih, semakin baik
mutu benih yang dihasilkan karena
memperkecil energi yang terbuang
akibat proses metabolisme benih
selama di dalam penimbunan.

3) Faktor fisik dan fisiologis


Faktor ini berkaitan dengan
performa benih seperti tingkat
kemasakan,
tingkat
kerusakan
mekanis,
tingkat
keusangan
(hubungan antara vigor awal dan
lamanya disimpan), tingkat kesehatan,
ukuran dan berat jenis, komposisi
kimia, struktur, tingkat kadar air, dan
dormansi benih.
a) Tingkat kemasakan benih
Panen yang dilakukan sebelum
masak fisiologis akan menghasil-kan
benih yang kurang bermutu. Oleh
karenanya, pemanenan benih pada
tingkat kemasakan yang tepat
sangatlah
penting
dalam
mendapatkan tingkat mutu benih
(awal) yang tinggi dan mutu daya
simpan benih yang panjang.
b) Tingkat keusangan benih
Tingkat vigor awal tidak dapat
dipertahankan karena benih akan
mengalami
proses
kemunduran
secara kronologis. Sifat kemunduran
ini tidak dapat dicegah dan tidak dapat
balik atau diperbaiki secara sempurna.
c) Tingkat kerusakan benih
Tingkat kerusakan benih pada
umumnya dapat diidentifikasi dari laju
kemunduran mutu benih.
Hal ini
dapat diperkecil dengan melakukan
penanganan
dan
pengolahan,
penyimpanan, serta pendistribusian
benih secara baik. Pengemasan dan
penyimpanan
benih
hendaknya
mampu menjaga tingkat kadar air

benih dan mutu benih dari pengaruhpengaruh


lingkungan
luar
(kelembaban udara, suhu ruangan,
dan hama serta penyakit). Kadar air
benih
sangat
penting
untuk
dipertahankan karena peningkatan 1%
nilai kadar air akan mampu
menurunkan daya simpan benih
menjadi setengahnya. Kadar air dapat
dipertahankan dengan kemasan yang
kedap udara luar, seperti plastik
polietilin, atau benih disimpan dalam
ruangan yang kering, misalnya di atas
para-para dapur.
Pendistribusian
benih tidak sampai merusak kemasan
benih. Apabila kemasannya rusak,
kadar air benih akan berubah dan
memungkinkan tercampurnya antara
satu kelompok benih (dari satu
kemasan) dengan kelompok benih lain
(dari kemasan aslinnya).
d) Tingkat kesehatan benih
Tingkat kesehatan berkaitan
dengan ada tidaknya serangan dan
tingkat serangan hama dan penyakit.
Serangan hama dari penyakit dapat
terjadi sejak benih masih berada di
lapang sampai di ruang penyimpanan.
Mutu benih yang terserang hama
dan atau penyakit akan menurun.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh
hama dapat secara langsung, yakni
benih dimakan atau struktur, terutama
embrio, rusak (sehingga benih tidak
mampu berkecambah secara normal).
Dapat pula benih rusak secara tidak
langsung, yakni hama sebagai
pembawa
penyakit.
Adapun
kerusakan yang ditimbulkan penyakit,
selain
menimbulkan
lingkungan
penyimpanan yang tidak optimum,
cendawan umumnya menghasilkan

produk beracun seperti aflatoksin


yang akan meracuni benih sehingga
akan menurunkan aktivitas enzim
tatkala benih dikembahkan.
e) Ukuran dan berat jenis benih
Ukuran dan berat jenis benih
sangat berkaitan dengan posisi bnenih
di dalam buah dan posisi buah pada
tanaman. Butiran benih padi yang
terletak di ujung malai memiliki ukuran
dan berat jenis yang lebih besar
dibandingkan butiran benih pada
pangkal malai. Hal ini disebabkan
benih-benih di ujung malai lebih
dahulu terbentuk dan berkembangl.
Sebaliknya benih-benih yang berada
di pangkal dan tengan tongkol jagung
memiliki ukuran dan berat jenis yang
lebih tinggi dibandingkan dengan
benih di ujung tongkol. Hal ini pun
disebabkan benih pada pangkal dan
tengah tongkol lebih dahulu terbentuk
dan berkembang. Fenomena yang
sama pun terjadi pada benih kedelai,
benih yang berasal dari polong di
pangkal batang memiliki ukuran dan
berat jenis yang relatif lebih besar
dibanding benih-benih yang berasal
dari polong di ujung batang. Benihbenih dengan ukuran dan berat jenis
lebih besar, pada varietas yang sama
dan tingkat kadar air yang sama,
diduga memiliki mutu fisiologis yang
lebih tinggi karena benih tersebut
memiliki jumlah cadangan makanan
yang lebih banyak.
f)

Komposisi kimia benih

Berdasarkan komposisi kimia ini,


benih dibedakan menjadi benih
berpati (starchi seed), benih berlemak

(oily seed) dan benih berprotein


(protein seed). Benih dikatan
berlemak jika memiliki kandungan
lemak antara 18-50%, dikatakan
berprotein jika kandungan proteinnya
18-50% dan kandungan lemak <18%,
sedangkan dikatakan berpati jika kandungan patinya >50% dengan
kandungan lemak dan protein <18%.
Komposisi
kimia
benih
berhubungan dengan mutu daya
simpannya. Di tempat terbuka, benih
berpati dan berprotein mempunyai
daya simpan lebih lama dibandingkan
benih berlemak. Hasil penguraian
lemak tak jenuh di dalam benih akan
menghasilkan asam lemak bebas, lalu
terurai menjadi radikal bebas yang
akan merusak fungsi enzim di dalam
proses meta-bolisme benih. Pada
akhirnya benih cepat mengalami
kemunduran.
g)

Struktur benih

Struktur benih sangat berkaitan


dengan sistem penyebaran benih
(seed dispersal, misalnya dilengkapi
sayap sehingga mudah menyebar)
dan mempunya fungsi sebagai
pelindung (protecting structure) dari
kerusakan fisik dan mekanik. Sistem
pelindung ini bisa terkait dengan
struktur fisik benih (bentuk dan
ukuran), tetapi juga bisa terkait
dengan berat benih.
Atas
dasar
ini,
benih
dikategorikan dalam lima kelompok
yaitu :
x weight protected seed (benih
yang dilindungi oleh beratnya
yang ringan).
x structure protected seed (benih
dilindungi oleh struktur fisiknya).

x
x
x

loose filled seed (benih dilindungi


oleh ruangan yang cukup longgar
antara benih dan kulit buah).
naked fruit (buah terbuka), serta
naked seed (benih terbuka).

Berdasarkan kategori tersebut,


padi tergolong structure protected
seed, jagung tergolong naked fruit,
kacang tanah tergolong loose filled
seed, sedangkan kacang hijau dan
kedelai tergolong naked seed.
Struktur benih berkaitan dengan
mutu benih, yaitu semakin terbukanya
struktur benih maka semakin tinggi
nilai indeks kerusakannya. Hal ini
berarti indeks kerusakan benih
(damage susceptibility index; DSI)
kedelai lebih tinggi dari benih jagung,
DSI benih jagung lebih tinggi dari
benih padi. Selain itu kombinasi
antara komposisi kimia dan struktur
benih dapat menduga tingkat
kerusakan dan kemunduran benih
seperti yang tertera pada tabel 1.
h) Tingkat kadar air benih
Kadar air benih merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap
mutu benih. Kadar air benih sangat

berkait erat dengan mutu fisik,


fisiologis, dan patologis. Proses panen
dan perontokan yang dilakukan pada
benih berkadar air tinggi akan
mengakibatkan
benih
memar.
Sebaliknya, jika terlalu kering, proses
perontokan dapat mengakibatkan
benih retak. Demikian pula dalam
proses pengeringan, benih berkadar
air tinggi yang dikeringkan dengan
suhu tinggi (kecepatan pengeringan
tinggi) dapat terjadi pengerasan pada
kulit benih. Dalam kondisi ini, benih
belum kering, tetapi tampak seolaholah telah kering karena air di dalm
benih tidak dapat diuapkan akibat kulit
yang keras. Demikian juga, dengan
pemberian bahan
kimia
pada
beberapa jenis benih (seperti
pemberian Ridomil pada benih
jagung). Jika masih berkadar air
tinggi, bahan kimia yang akan
terabsorbsi benih melebihi batas
aman sehingga dapat meracuni benih.
Kadar air benih sangat berpengaruh
pada
penyimpanan.
Pengaruh
tersebut bisa bersifat langsung, yaitu
berlangsungnya metabolisme benih,
maupun tidak langsung, yakni
memberikan kondisi yang optimum

Tabel 4.1 Indeks kerusakan dan kemunduran benih berkaitan dengan komposisi
kimia dan struktur benih
Komposisi Kimia Benih
Benih
Benih Berlemak Benih Berprotein Benih Berpadu
(DSI = 6)
(DSI = 3)
(DSI = 2)
1. Padi (structure protected
4
seed, DSI = 2)
2. Kacang
tanah
belum
18
dikupas (loose filled seed,
DSI=3)
3. Kacang
tanah
kupas
30
(naked seed, DSI=5)
4. Jagung (naked fruit, DSI=4)
8
5. Kedelai (naked seed,
30
DSI=5)
Sumber: Potts, 1972
untuk perkembangbiakan hama dan
i) Dormansi benih
penyakit. Kadar air yang tinggi
menyebabkan laju respirasi benih
Dormansi benih
merupakan
menjadi tinggi sehingga sejumlah
kondisi benih yang tidak mampu
energi di dalam benih hilang.
berkecambah
meski
kondisi
Respirasi tersebut juga menghasilkan
lingkungannya
optimum
untuk
produk yang tidak diperlukan, seperti
perkecambahan. Berbeda dengan
gas karbondioksida, air, dan panas.
dormansi
adalah
guiescence.
Dalam keadaan seperti ini benih
Guiescence adalah kondisi benih yang
mengalami kemunduran. Produk
tidak berkecambah karena tidak
respirasi
tersebut
selanjutnya
tersedia lingkungan yang optimum
merupakan
stimulan
untuk
untuk perkecambahan.
peningkatan laju respirasi berikutnya.
Dormansi
benih
dibedakan
Dengan demikian, lajur respirasi
menjadi dua, yaitu dormansi primer
dan dormansi sekunder. Dormansi
semakin meningkat dan akibatnya
primer adalah sifat dormansi yang
lajur kemunduran benih semakin
timbul karena sifat fisik dan fisiologis
meningkat pula. Selain stimulan
benih. Dormansi primer dibedakan
terhadap laju kemunduran benih,
menjadi exogenous dormancy dan
produk respirasi tersebut juga
endogenous dormancy. Exogenous
merupakan kondisi optimum untuk
dormancy umumnya terjadi karena
perkembang-biakan
cendawan.
sifat kulit benih. Klulit benih menjadi
Cendawan akan aktif dan berkembang
penghalang masuknya air dan atau
biak secara cepat pada tingkat kadar
gas kedalam benih dalam proses
air benih 13-18%. Adapun hubungan
perkecambahan sehingga proses
kadar air dengan kondisi fisik dan
perkecambahan tidak terjadi. Selain
fisiologis benih dapat dilihat pada
itu kulit benih juga menjadi
tabel 4.2.

penghalang munculnya kecambah


(radicle protusion) pada proses
perkecambahan. Tipe dormansi ini
terjadi pada benih yang berkulit keras
(hardseed), seperti pada benih legum.
Dormansi ini dapat dipatahkan dengan
memberi perlakukan terhadap kulit
benih agar menjadi permeable
(mudah dilalui) air dan gas, seperti
pelukaan kulit dan perendaman dalam
air panas.
Endogenous dormancy terjadi
berkaitan dengan sifat internal
(endogen) fisiologis benih, seperti
kondisi embrio yang belum masak
(rudimentary embryo) dan tidak
seimbangnya komposisi zat pengatur
tumbuh didalam embrio sehingga
proses perkecambahan (terutama
aktivasi
enzim
dan
respirasi)
terhambat dan akhirnya gagal
berkecambah.
Tipe dormansi ini terjadi pada
benih-benih yang mengalami after
ripening (embrio masak setelah
panen), sperti padi, dan benih-benih
yang mengandung zat penghambat
tumbuh (growth inhibitor), seperti
tomat. Mematahkan tipe dormansi ini
dengan pemberian zat perangsang
tumbuh atau dengan pencucian agar

zat penghambat tumbuh dapat


dibersihkan dair benih.
Dormansi sekunder adalah
dormansi yang disebabkan oleh tidak
tersedianya salah satu faktor yang
berpengaruh bagi perkecambahan
tertentu. Meski sifat dormansi sangat
berkaitan dengan sifat genetik, tetapi
dormansi benih (terutama dormansi
sekunder) dapat pula disebabkan oleh
faktor lingkungan dan atau faktor
pengelolaan dalam proses produksi,
pengolahan, dan penyimpanan benih.
Kondisi iklim yang kering dan panas
sangat kondusif untuk menghasilkan
benih yang berkulit keras (hardseed).
Hubungan antara dormansi
benih dan mutu benih terkair dengan
mutu daya simpan benih. Benih
dorman akibat kekerasan kulit benih
secara umum diyakini memiliki daya
simpan
yang
lebih
panjang
dibandingkan benih yang tidak
memiliki sifat kulit benih keras. Namun
demikian nilai positif dormansi benih
ini menuntut penanganan yang tepat
saat benih harus dikecambahkan
karena dibutuhkan teknik pematahan
dormansi yang tepat pula.

Tabel 4.2. Hubungan kadar air dengan kondisi fisik dan fisiologi benih
Kadar Air (%)
Kondisi Fisik dan Fisiologi Benih
30-80
18-40
13-18

Belum siap dipanen


Benih sudah masak fisiologis. Kecepatan respirasi benih relatif
tinggi. Benih peka terhadap gangguan yang berasal dari lapangan.
Benih peka terhadap hama, patogen, faktor fisik dan mekanik.
Laju respirasi benih masih tinggi. Benih peka terhadap serangan
hama, patogen, faktor fisik dan mekanik.

10-13

Benih aman untuk disimpan selama 6-18 bulan. Benih masih peka
terhadap beberapa serangga hama dan kerusakan mekanik.
8-10
Benih aman untuk disimpan selama 1-3 tahun. Benih cukup tahan
terhadap serangan patogen, tetapi masih peka terhadap beberapa
hama dan kerusakan mekanik.
4-8
Benih aman untuk disimpan dalam wadah tertutup dan kedap
udara.
0-4
Benih terlalu kering sehingga kondisi benih dalam keadaan rusak.
33-66
Benih akan berkecambah setelah mengimbibisi air sampai kadar
air benih 33-66%
patogen secara terpisah terbawa biji,
4.6 Pengujian Kesehatan Benih
dalam hal ini patogen bisa berada
dalam sisa tanaman, butiran tanah
Berbagai jenis cendawan, bakteri,
atau dalam bentuk struktur tertentu.
Sebagai upaya untuk mencegah
nematoda dan virus dapat terbawa
atau mengurangi risiko akibat
benih tanaman. Dari hasil-hasil
gangguan penyakit atau patogen
penelitian yang telah dilakukan
terbawa benih, maka perlu dilakukan
diketahui
kelompok
cendawan
pemeriksaan
atau
pengujian
merupakan mikro-organisme yang
kesehatan benih sebelum benih
paling dominan berasosiasi dengan
disimpan ataupun sebelum ditanam.
benih. Sebagian patogen terbawa
Metode pengujian kesehatan benih
benih dapat menimbulkan gangguan
yang digunakan sangat tergantung
tidak saja di pertanaman, tetapi juga di
pada jenis benih dan jenis patogen
tempat penyimpanan. Cendawan
yang mungkin terbawa benih.
merupakan mikroorganisme utama
Penentuan
metode
tersebut
yang sering menimbulkan gangguan
dimaksudkan
agar
deteksi
dan
di tempat penyimpanan. Kebanyakan
identifikasi
patogen
terbawa
benih
patogen terbawa benih menjadi aktif
dapat dilakukan dengan mudah dan
segera setelah benih disebar atau
akurat. Hal tersebut berarti untuk
disemai, tetapi sebagian patogen baru
pengujian suatu contoh benih dapat
menunjukkan
aktivitasnya
yang
digunakan lebih dari satu metode
ditunjukkan gejala tertentu setelah
pengujian kesehatan benih. Berbagai
tanaman dewasa dan berproduksi.
macam cara pengujian kesehatan
Patogen (lebih tepat disebut inokulum
benih
untuk
mendeteksi
patogen) dapat terbawa benih
mikroorganisme atau patogen terbawa
tanaman dalam 3 cara.
Pertaman
benih dapat dikelompokan menjadi :
patogen terbawa secara internal dan
berada di dalam jaringan struktur
a. Pengamatan Secara Visual
perbanyakan tanaman seperti biji,
terhadap Benih Kering
dalam hal ini patogen bias berada di
embrio, endosperm atau kulit biji.
Pengujian kesehatan benih
Kedua, patogen menempel pada
dengan metode pengamatan benih
permukaan benih.
Dan ketiga,

kering dapat dilakukan secara cepat


untuk mendapatkan informasi awal
tentang penampakan atau status
kesehatan benih. Tetapi metode ini
hanya mendeteksi cendawan yang
ada di permukaan benih atau
tercampur bersama benih serta
kondisi fisik benih saja. Metode ini
dapat digunakan untuk mendeteksi
patogen yang menyebabkan gejala
khas pada benih misalnya disklorisasi
atau perubahan warna pada kulit
benih, perubahan ukuran, dan bentuk
benih. Metode ini juga dapat
digunakan untuk mendeteksi patogen
yang menghasilkan struktur tubuh
buah yang dapat dilihat secara visual
pada benih atau tercampur pada
benih.
Sebagai tambahan metode ini
berguna untuk mengetahui adanya
serangan/infestasi serangga benih
atau kerusakan benih atau melihat
adanya perlakuan benih dengan
pestisida.
Metode ini berkaitan
langsung dengan kegiatan analisis
kemurnian benih (purity), yaitu apakah
benih tercampur dengan benda-benda
dan benih lainnya dalam proses
pemberian sertifikasi benih.
Berdasarkan
peraturan
Internasional
Seed
Testing
Association (ISTA) benda-benda
tercampur benih antara lain butiran
tanah, pasir, batu, sisa tanaman, puru
nematoda, maupun tubuh buah
cendawan seperti sklerotia, smut/ bunt
(yaitu butiran benih yang telah terisi
struktur cendawan). Unsur-unsur yang
tercampur dengan benih tersebut
sangat
potensial
dalam
perkembangan dan penyebaran suatu
patogen, karena berbagai cendawan
mampu bertahan pada sisa-sisa

tanaman atau butiran-butiran tanah.


Benih yang mengalami diskolorasi
maupun yang mengandung patogen
infeksi tidak dicantumkan dalam
analisis kemurnian benih, oleh karena
itu perlu ada kerjasama dari petugas
yang menangani kemurnian benih
dengan petugas yang menangani
kesehatan
benih
sebelum
menerbitkan sertifikat benih.
Prosedur
:
Metode ini bersifat kualitatif, sehingga
tidak ada standar dalam jumlah
contoh benih tertentu yang digunakan
dalam pengujian.
c. Metode Pencucian Benih
Metode pencucian benih terutama
dilakukan
untuk
mendeteksi
cendawan yang membentuk struktur
di permukaan benih. Pengujian dapat
dilakukan secara cepat dan mudah,
namun pengujian dengan cara ini
memiliki
keterbatasan
karena
cendawan yang berada di dalam
jaringan benih tidak dapat diketahui
atau terdeteksi. Hasil pengujian
tersebut tidak dapat menggambarkan
tingkat infeksi dan infestasi patogen
pada benih.
Sebagaimana
pengamatan
secara visual terhadap benih kering,
dalam metode pencucian benih tidak
ada standar dalam jumlah benih yang
diuji. Prosedur yang biasa digunakan
di berbagai laboratorium adalah
sebagai berikut :
Prosedur pencucian benih adalah
sebagai berikut: Sebanyak 50 gr
benih (dari 1 kg benih contoh)
dimasukan
ke
dalam
gelas
Erlenmeyer kemudian ditambahkan

100 ml air steril. Untuk memudahkan


peluruhan struktur cendawan dari
permukaan benih sering ditambahkan
1 tetes Twin 20. Benih tersebut
dikocok selama 5 menit (dengan
shaker) selanjutnya disaring dengan
kain kasa.
Air hasil pencucian
dimasukan dalam tabung sentri-fugasi
dan kemudian disentrifugasi pada
kecepatan 15002000 rpm selama 3
menit. Sedimen yang terbentuk
dipisahkan dengan air dengan cara
membuang air tersebut menggunakan
pipet.
Selajutnya dilakukan pengamatan
mikroskopis; sebanyak 1 ml lactofenol
ditambahkan pada sedimen dalam
tabung dan dicampur hingga merata.
Dengan
menggunakan
pipet,
campuran sedimen diteteskan pada
gelas objek dan ditutup dengan gelas
penutup dan selanjutnya dilakukan
pengamatan di bawah mikroskop
dengan pembesaran 100400 kali
untuk melihat struktur cendawan. Bila
pendekatan kuantitatif diperlukan,
maka
pengamatan
dapat
menggunakan haemacytometer untuk
mengetahui kepadatan inokulum
(cendawan) per satuan berat benih.
d. Metode Inkubasi
Prinsip pengujian benih dengan
metode inkubasi adalah memberikan
kondisi tumbuh yang optimal bagi
mikroorganisme terbawa benih, baik
yang ada di permukaan ataupun yang
ada di dalam jarungan benih. Dengan
cara tersebut maka mikro-organisme/
patogen terbawa benih, terutama
cendawan
dan
bakteri
dapat
terdeteksi
dengan
mengamati
karakteristik pertumbuhan dan struktur

cendawan. Pengujian kesehatan


benih dengan metode inkubasi yang
sering dilakukan adalah pengujian
dengan media kertas (Blotter-test),
dan pengujian pada media agar.
Metode Inkubasi dengan Media
Kertas (Blotter-Test) Metode Blotter
adalah salah satu dari metode
inkubasi, yaitu benih ditumbuhkan
pada
kertas
saring
basah,
diinkubasikan selama 7 hari dengan
penyinaran lampu ultra violet selama
12 jam terang dan selama 12 jam
kondisi gelap secara bergantian.
Benih yang diinkubasi tersebut diamati
di
bawah
mikroskop
dengan
pembesaran 5060 kali untuk melihat
pertumbuhan cendawan.
Cendawan yang tumbuh diamati
dan
didekteksi
berdasarkan
karakteristik keberadaan tumbuhnya
seperti tubuh buah, konidia yang
muncul dari konidiofor (tangkai
konidia), spora dengan massa
sporanya,
sporodokium
dan
aservulus,
piknidiospora
da-lam
piknidia, dan askospora dalam
peritesia.
1) Metode inkubasi dengan media
kertas saring
Sebanyak 400 benih diletakkan
dalam cawan petri berdiameter 9 cm.
Jumlah benih per cawan petri 10 atau
25 tergantung dari ukuran benih. Tiap
cawan petri diberi label nomor benih
dan tanggal pengujian. Sebelum benih
diletakkan, cawan dialasi dengan 2
lapis kertas saring yang telah
dicelupkan ke dalam air bersih.
Usahakan jangan terlalu banyak air
(tidak tergenang). Letakan benih satu

per satu dengan menggunakan pinset


seperti Gambar 2.
Selanjutnya benih diinkubasi pada
suhu kamar dengan penyinaran lampu
ultra violet 12 jam terang dan 12 jam
gelap secara bergantian selama 7
hari. Pada hari ke-8 dilakukan
pengamatan dengan menggunakan
mikroskop stereo. Pada tiap benih
diamati karakteristik pertumbuhan
berbagai cendawan yang tumbuh.
Kadang-kadang
sangat
sulit
mengidentifikasi cendawan melalui
pengamatan
karakteristik
pertumbuhan cendawan, oleh karena
itu dibuat preparat dari cendawan
tersebut dan diamati dengan bantuan
mikroskop compoun dan kunci
identifikasi. Jika suatu cendawan telah
teridentifikasi,
dituliskan
kode
cendawan pada kertas blotter didekat
cendawan
yang
bersangkutan.
Jumlah benih yang terinfeksi suatu
cendawan dihitung sebagai tingkat
infeksi cendawan pada contoh benih
yang diuji.
2) Metode inkubasi dengan media
kertas dengan pendinginan
Sebanyak 400 benih diletakkan
dalam cawan petri yang telah dialasi
kertas saring seperti pada metode
inkubasi dengan kertas standar.
Benih diinkubasi selama 24 jam pada
suhu ruang dengan penyinaran lampu
ultra violet 12 jam terang dan 12 jam
gelap. Pada hari ke-2 benih disimpan
pada suhu 20o C selama 24 jam.
Tujuan
perlakuan
pendinginan
tersebut adalah untuk menghambat
atau menekan perkecambahan benih.
Hal
ini
disebabkan
sering
perkecambahan benih menyulitkan

secara teknis dalam pengamatan


sehingga informasi menjadi bias.
Setelah diberi perlakuan dingin
kemudian benih diinkubasi selama 5
hari pada suhu ruang dengan
penyinaran lampu ultra violet 12 jam
terang dan 12 jam gelap secara
bergantian.
Pada hari ke-8 benih diamati
seperti prosedur pengamatan metode
inkubasi dengan media kertas
standar.
3) Metode inkubasi pada media agar
Dalam metode media agar
inokulum terbawa benih, dideteksi
berdasarkan karakteristik koloni pada
media agar yang berkembang dari
benih. Secara umum prinsipnya sama
dengan prinsip dari pengujian dengan
media kertas. Dalam beberapa hal
metode ini memiliki kelebihan, yaitu
memberikan informasi relatif lebih
cepat dan cukup menggambarkan
status kesehatan benih dibandingkan
dengan metode media kertas, karena
ketersediaan nutrisi pada media agar
memungkinkan cendawan atau bakteri
tumbuh dan berkembang secara lebih
baik dan lebih cepat sehingga
memudahkan dalam pengamatan.
Biasanya cendawan atau bakteri akan
membentuk koloni yang khas pada
media agar.
Dalam pelaksanaan pengujian
dengan media agar memerlukan
persiapan yang lebih lama, relatif
rumit dan mahal, terutama bila
menggunakan media spesifik. Sering
terjadi kesulitan dalam pengamatan
karena pertumbuhan koloni cendawan
atau bakteri men-jadi berbeda atau
berubah bila menggunakan media

tumbuh yang berbeda dengan waktu


yang berbeda pula. Kesulitan lain
pada waktu pengamatan adalah
pertumbuhan
cendawan
bukan
sasaran (cendawan saprofit) tumbuh
lebih ekstensif sehingga menekan
pertumbuhan cendawan patogen yang
menjadi sasaran pengamat-an. Untuk
keperluan pengujian dengan media
agar digunakan berbagai jenis media
tumbuh seperti PDA dan media semi
selektif atau selektif seperti Czapek,
Media BSC, Media Komada, dan lainlain.
Prosedur metode inkubasi pada
media agar adalah sebagai berikut:
Media agar steril disiapkan dalam
cawan petri steril. Sebanyak 400
benih dari satu contoh benih diberi
perlakuan
sterilisasi
permukaan
dengan NaOCL 1 % selama 3 menit.
Kemudian benih ditiriskan pada kertas
saring steril. Dalam banyak kasus,
perlakuan sterilisasi pada permukaan
benih tidak dilakukan.
Benih diletakkan pada media agar
dalam cawan petri. Tiap cawan
ditanami 10 butir benih. Pekerjaan
penanaman benih tersebut dilakukan
secara aseptik, yaitu membersihkan
tempat dan alat kerja dengan bahan
aseptik seperti alkohol 70 %. Benih
diinkubasi pada suhu kamar selama 7
hari dengan penyinaran lampu ultra
violet 12 jam terang dan 12 jam gelap
secara bergantian.
Pengamatan dilakukan pada hari
ke-8 tetapi sering pula dilakukan mulai
hari ke-4, karena koloni cendawan
sudah mulai tampak. Hal yang diamati
adalah karak-teristik koloni dan
struktur cendawan. Untuk bakteri
bahkan peng-amatan sudah dapat
dilakukan pada hari ke-2 atau ke-3.

e. Uji Gejala pada Bibit/Kecambah


Patogen dapat menghasilkan
gejala pada bibit/kecambah baik pada
akar, kotiledon, atau hipokotil. Benih
yang terinfeksi pada kondisi yang
menguntungkan dapat menghasilkan
gejala pada bibit sama dengan gejala
di lapangan, sehingga metode ini
dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi yang mewakili penampakan
di lapangan. Sejumlah cendawan,
bakteri dan virus terbawa benih sering
menghasilkan gejala infeksi atau
serangan pada kecambah atau bibit
tanaman. Gejala terjadi pada akar,
batang, daun atau seluruh bagian
kecambah atau bibit tanaman. Pada
berbagai kejadian inokulum cendawan
terbawa
benih
menyebabkan
kematian pada tanaman atau
kecambah.
Beberapa kelompok cendawan
terbawa
benih
yang
sering
menyebabkan
penyakit
pada
kecambah atau bibit antara lain
Alternaria, Ascochyta, Colletotrichum,
Drechslera, Fusarium, Macrophomina.
Sedangkan kelompok bakteri yang
sering menunjukkan gejala pada
kecambah antara lain Pseudomonas
spp. Media tumbuh yang digunakan
untuk pengujian gejala pada bibit/
kecambah adalah media pasir, bata
merah, campuran pasir dan tanah
serta media buatan seperti agar air.
Pengujian kesehatan benih dengan
gejala bibit/ kecambah mempunyai
beberapa kelebihan dibandingkan
metode yang lain.
Pengujian dengan cara ini dapat
mengamati penularan (transmisi)
patogen dari benih ke tanaman dari
satu fase ke fase pertumbuhan

tanaman.
Beberapa patogen tidak
mudah dideteksi dengan metode lain
karena serangan patogen tersebut
yang bersifat laten. Sehingga
diperlukan fase tertentu pertumbuhan
tanaman
agar
gejala
dan
perkembangan
patogen
dapat
dideteksi.
Metode ini sangat
bermanfaat untuk pengujian contoh
benih yang jumlahnya terbatas seperti
benih hasil pemuliaan pada tahap
tertentu dan juga bermanfaat untuk
tujuan karantina. Pengujian gejala
bibit/kecambah dapat digunakan untuk
evaluasi efektivitas perlakuan benih,
baik dengan kimia maupun secara
fisik.
Prosedur
pengujian dengan
metode media agar cair adalah
sebagai berkiut: Dengan media agar
air (water agar) dilakukan dengan cara
sebagai berikut. Tuangkan 10 ml agar
air ke dalam tabung reaksi ukuran
160x16 mm kemudia tutup dengan
kapas dan selanjutnya disterilisasi
pada temperatur 121o C selama 15
menit. Sebutir benih ditanam pada
media agar air steril. Sebelum dan
sesudah penanaman, tabung tetap
tertutup dengan kapas. Penanaman
dikerjakan secara aseptik.
Tabung
reaksi yang berisi media agar air dan
benih kemudian diletakkan pada rak
tabung reaksi dan diinkubasikan
sampai 14 hari pada temperatur ruang
dengan penyinaran lampu ultra violet.
Setelah masa inkubasi diamati gejala
yang timbul, koloni cendawan dan
struktur cendawan. Pengamatan
sebenarnya bisa dilakukan selama
masa inkubasi.

f.

Uji Serologi

Uji
ELISA (Enzyme-Linked
Immuno-sorbent Assays)
adalah
pengujian
serologi
terutama
digunakan untuk mendeteksi bakteri
dan virus terbawa benih. Prinsip
pengujian tersebut adalah reaksi in
vitro antara antigen dan antibodi.
Dalam pengujian cara ini sangat
tergantung kepada ketersediaan
sejumlah antibodi yang spesifik untuk
patogen sasaran. Uji ELISA sebagai
salah satu metode serologi untuk
mendeteksi virus sering digunakan
karena metode tersebut sederhana,
mudah dilakukan, cepat, sensitif,
akurat, dan dapat digunakan untuk
menguji sampel dalam jumlah besar.
Metode tersebut berdasarkan pada
konjugasi antara virus antibodi dan
enzim,
dengan
menambahkan
substrat pewarna maka adanya
konjugasi tersebut dapat diperlihatkan.
Dalam uji ELISA ada beberapa
cara yang digunakan yaitu indirect
ELISA, double antibody sandwich
ELISA (DAS ELISA), DAS ELISA
protocol, F (ab) 2 indirect ELISA dan
F (ab)2 ELISA protocol, tetapi yang
banyak digunakan adalah metode
indirect ELISA dan double antibody
sandwich ELISA (DAS ELISA). Dalam
indirect ELISA uji didasarkan pada
adanya ikatan enzim dengan molekul
antibody yang dapat dideteksi oleh
antiviral immunoglobulin. Sedangkan
pada DAS ELISA, virus diikat oleh
antibody spesifik yang kemudian
bereaksi lagi dengan antibody spesifik
yang telah diikat oleh enzim.
Dari segi praktikal indirect ELISA
lebih sederhana dan lebih cepat
karena dalam indirect ELISA tidak

melalui prosedur pemurnian virus,


mempersiapkan
stock
gamma
globulin (lgG), dan mela-kukan
konjugasi enzimimmuno-globulin.
Prosedur uji serologi adalah
sebagai berikut: Antigen (ekstrak
tanaman
yang
diuji)
harus
dipersiapkan
terlebih
dahulu
(Persiapan kontrol) yaitu ekstrak
tanaman sehat dan suspensi tanaman
yang positif terinfeksi virus dalam
antigen buffer dengan pengenceran
1/50. Buat ekstrak antigen dengan
cara menggerus jaringan tanaman
yang akan diuji kemudian diencerkan
dengan antigen buffer dengan
pengenceran 1/9. Masukan antigen
tersebu sebanyak 100 l pada setiap
lubang plate ELISA.
Tutup plate ELISA dengan plastik
tipis dan diinkubasikan selama 1 jam
pada suhu tumbuh 37o C atau
semalaman pada suhu kamar.
Primary (specific antiserum) harus
disiapkan terlebih dahulu. Selama
inkubasi (atau sebelum uji dimulai)
dapat dilakukan crossadsorbtion
antiserum dengan jaringan sehat
dengan cara
sebagai
berikut.
Jaringan sehat dihancurkan dalam
serum buffer dengan pengeceran
1/20.
Suspensi disaring dengan
menggunakan kain kasa. Encerkan
anti-serum sesuai anjuran dalam
suspensi tersebut. Aduk sampai rata
dan inkubasi selama 45 menit pada
suhu 37o C.
Pencucian dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
Kosongkan plate ELISA. Cuci plate
ELISA dengan PBS Tween, rendam
selama 3 menit dengan PBS Tween,
ulangi sampai 4 kali cucian. Keringkan
dengan kertas tissue. Masukan

primary antiserum 100 l setiap


lubang plate ELISA. Inkubasikan plate
tersebut selama 1 jam pada suhu
37oC.
Secondary antiserum (conjugate)
harus disiapkan setelah primery
antiserum yaitu dengan cara:
Kosongkan plate ELISA dan cuci
dengan cara seperti di atas. Masukan
konjugasi
antibody
Alkaline
phosphatase
(tersedia
secara
komersial sebagai SWAREC = Swine
antirabbit enzyme conju-gate) pada
pengenceran 1/10001/2000 dalam
serum buffer. Inkubasikan selama 1
jam pada suhu 37oC.
Substrat dibuat setelah antiserum
siap untuk digunakan.
Metoda
pembuatan substrat adalah sebagai
berikut: Kosongkan plate ELISA dan
cuci sebagaimana di atas. Buat
larutan substrat dari 1 tablet p
nitrophenyl (PNPP), (tersedia se-cara
komersial)
dalam
1015
ml
diethanolamine
buffer
(DIEAB).
Masukan substrat tersebut 100 l per
lubang. Inkubasikan selama 30 menit
pada suhu kamar. Reaksi positif yaitu
apabila terjadi perubahan warna
menjadi kuning.
Baca nilai absorban ultra violet
dengan menggunakan alat spektrofotometer. Untuk menghentikan reaksi
dapat dilakukan dengan menambah
setetes 3 N NaOH pada tiap lubang.
Cara Pembuatan Buffer untuk Inderect
ELISA :
PBS (Phosphate Buffered Saline) :
a. 0,05 M KH2 PO4 / Na2 HPO4 +
8,5 g Na Cl /l
b. pH 7,2

Antigen buffer:
i. PBS + 0,01 M NaDIECA.
PBS Tween (untuk mencuci)
x 1 liter PBS Tween
x 0,2 g KCl.
x 0,5 ml Tween 20
Serum buffer :
x 1 liter PBS Tween
x 20 g Polyvinylpyrrolidone (2 %)
(MW = 25.000)
x 2 g Ovalbumin (0,2 %)
Substrate Buffer : DIEAB :
Diethanolamine Buffer.
x 100 ml diethanolamine
(C4H11NO2).
x 200 ml deinonized H2O
x 24 ml 5 N Hcl
x buat suspensi dalam deionized
H2O sampai mencapai volume
1000 ml.
g. Uji Tanaman Indikator
Pengujian dengan tanaman
indikator digunakan terutama untuk
mendeteksi virus dan bakteri terbawa
benih. Prinsip pengujiannya adalah
reaksi dari tanaman indikator terhadap
ekstrak/sap
dari
biji
yang
diinokulasikan pada tanaman indikator
tersebut. Reaksi yang terjadi adalah
berupa gejala lokal pada daun
tanaman indikator.
Uji
dengan
Teknologi
Biomolekuler
Teknik biomolekuler sudah mulai
digunakan dalam pengujian kesehatan
benih. Teknik biomolekuler yang
diaplikasikan
dalam
pengujian
x

kesehatan benih adalah Polymerase


chain reaction (PCR). Teknik PCR
mempunyai tingkat ketelitian yang
sangat tinggi dan dapat dilakukan
dalam waktu yang relatif singkat.
Tetapi penggunaan teknik PCR untuk
pengujian rutin kesehatan benih masih
terlalu mahal dalam hal bahan,
peralatan dan tenaga pelaksana.
4.7 Prosedur Memproduksi Benih
Bersertifikat
Seorang
penangkar
benih
bersertifikat
perlu
memiliki
pengetahuan yang cukup tentang cara
memproduksi benih bermutu dan cara
menyimpan benih.
Hal berikutnya
adalah
penguasaan pengolahan
benih,
tanah,
dan
gudang
penyimpanan, serta sikap jujur dan
bersedia selalu mematuhi peraturan/
ketentuan perbenihan yang berlaku.
Prosedur untuk mendapatkan
sertifikat dimulai dari permohonan
sertifikasi, pengajuan pemeriksaan
pendahuluan, pemeriksaan lapang,
pemeriksaan alat-alat panen dan
pengolahan, pengambilan sampel
benih, dan pengajuan pemasangan
label sertifikat.
a. Permohonan sertifikasi
Untuk menghasilkan benih bersertifikat, dimulai dari pengajuan
permohonan sertifikasi kepada BPSB
setempat yang dilakukan paling
lambat satu bulan sebelum tebar
(tanam) dengan mengisi formulir.
Formulir isian mencakup tentang
nama
dan
alamat
pemohon
(penangkar), letak areal, asal benih
sumber, rencana penanaman, sejarah

lapangan, dan isolasi (jarak/waktu)


yang dilakukan. Setelah diisi, formulir
diserahkan dengan dilampirkan label
benih (kelas dan benih sumber) yang
akan digunakan dan denah situasi
lapangan.
b. Permohonan pemeriksaan
lapang pendahuluan
Penangkar
menyampaikan
pemberitahuan siap untuk diperiksa
lapang pendahuluan kepada BPSB
setempat paling lambat 10 hari
sebelum tanam atau seminggu
sebelum pemeriksaan lapang. Dalam
pemeriksaan ini, pengawas BPSB
akan menguji kebenaran data
lapangan yang diajukan penangkar
seperti dalam surat permohonan
sertifikasi. Jika data lapangan
menunjukkan kesesuaian maka lahan
penangkaran tersebut telah syah
dinyatakan sebagai lahan produksi
benih bersertifikat.
c. Permohonan pemeriksaan fase
vegetatif
Pemeriksaan lapangan pertama
dilakukan saat tanaman dalam fase
pertumbuhan vegetatif atau sekitar 30
hari setelah tanam. Pengajuan
permohonan pemeriksaan diajukan
kepada BPSB paling lambat 7 hari
sebelum pemeriksaan, pemeriksaan
akan dilakukan terhadap keberadaan
campuran varietas lain (CVL). Nilai
standar CVL berbeda untuk setiap
jenis tanaman dan kelas benih yang
diproduksi. Semakin tinggi kelas
benih, semakin ketat standarnya.
Sebelum pengawas BPSB
memeriksa,
penangkar
benih

sebaiknya melakukan roguing agar


standar lapang benih bersertifikat
terpenuhi. Jika hasil pemeriksaan oleh
pengawas BPSB menyatakan lulus,
lahan tersebut dapat diteruskan untuk
proses sertifikasi selanjutnya. Jika
lahan dinyatakan tidak lulus maka
penangkar diwajibkan melakukan
roguing ulang, dan selanjutnya
mengajukan pemeriksaan ulangan.
Pemeriksaan ulang hanya dapat
dilakukan satu kali. Jika haisl
pemeriksaan ulang lahan dinyatakan
tidak lulus, maka lahan tersebut gagal
untuk dijadikan areal produksi benih
karena kemurniannya tidak dapat
dipertanggung-jawabkan, dan hanya
diperbolehkan untuk produksi nonbenih.
d. Permohonan pemeriksaan
lapangan fase generatif
Pemeriksaan lapangan fase
generatif hanya dilakukan bila telah
lulus pada tahapan pemeriksaan
sebelumnya. Pengajuan permohonan
pemeriksaan lapangan fase generatif
(saat berbunga) dilakukan satu
minggu
sebelum
pemeriksaan
dilakukan. Dalam pemeriksaan ini juga
diamati keberadaan dari CVL dengan
pengamatan pada organ reproduktif,
seperti warna dan bentuk bunga, serta
saat pembungaan. Seperti pada
pengawasan lapangan fase vegetatif,
penangkar benih diberi kesempatan
untuk melakukan pengawasan ulang
jika hasil pemeriksaan dinyatakan
tidak lulus. Pemeriksaan ulang pun
hanya diberikan satu kali.

e. Permohonan pemeriksaan fase


menjelang panen
Pemeriksaan fase menjelang
panen dilakukan bila telah lulus
pemeriksaan lapang sebelumnya.
Pemeriksaan dilakukan satu pekan
sebelum panen (menjelang masak
fisiologis). Permohonan pemeriksaan
diajukan satu minggu sebelum
pemeriksaan dilakukan. Hal-hal yang
diperiksa pada pemeriksaan ini
meliputi komponen buah dan benih,
seperti warna dan bentuk benih. Tidak
seperti
pada
pemeriksaan
sebelumnya, pada pemeriksaan ini
tidak dilakukan pemeriksaan ulang.
Artinya, jika lahan dinyatakan tidak
lulus maka secara langsung benih
yang dihasilkan di lahan tersebut tidak
dapat dijadikan sebagai benih
bersertifikat.
f.

Permohonan pemeriksaan alatalat panen dan pengolahan


benih

Selain benih, alat-alat panen dan


pengolashan benih pun dilakukan
pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan ini
adalah untuk memastikan bahwa
peralatan yang digunakan dalam
panen dan pengolahan benih tidak
membawa
sumber
kontaminan,
seperti varietas lain. Pengajuan
pemeriksaan alat-alat panen dan
pengolahan benih dilakukan paling
lambat satu minggu sebelum panen
atau bersamaan dengan pemeriksaan
lapangan fase menjelang panen. Hal
yang dilakukan pengawas BPSB
dalam pemeriksaan ini adalah
menjalankan (menghidupkan) semua
alat pengolahan benih sehingga sisa-

sisa kotoran dan benih dari proses


pengolahan benih sebelumnya dapat
keluar dan alat dapat dibersihkan.
g. Pengawasan pengolahan benih
Pengawasan pengolahan benih
tidak diajukan oleh penangkar benih,
tetapi
merupakan
peng-awasan
langsung oleh petugas BPSB secara
periodik selama masa pengolahan
benih dengan waktu yang tidak
diberitahukan kepada penangkar.
Tujuan dari pengawasan ini adalah
memastikan bahwa selama dalam
pengolahan tidak terjadi kecurangankecurangan
yang
dilakukan
penangkar, misalnya mencampurkan
benih yang lulus lapangan dengan
benih kedaluwarsa atau benih tidak
lulus lapangan. Jika didapatkan
penangkar
yang
melakukan
kecurangan maka proses sertifikasi
dapat dihentikan.
h. Permohonan pengambilan
contoh benih
Prosedur selanjutnya adalah
permohonan pengambilan contoh
benih guna pengujian di laboratorium
analisis
mutu
benih
BPSB.
Pengambilan contoh benih oleh
pengawas BPSB dilakukan setelah
pengolahan benih. Permohonan oleh
penangkar dilakukan 1 minggu
sebelum pengawasan dilakukan.
Sebelum dilakukan pengambilan
contoh benih, penangkar diwajibkan
telah menempatkan dan mengemas
benih secara tepat. Benih telah
dikemas dengan kemasan curah
(belum dikemas dengan kemasan
pemasaran) dan dikelompokkan

berdasarkan lot yang tepat, misalnya


berdasarkan tanggal panen yang
sama dari varietas yang sama. Lot
benih ditempatkan sedemikian rupa
sehingga setiap wadah benih
berpeluang sama untuk diambil
contoh benihnya. Pengawas dapat
membatalkan pengambilan contoh
benih jika diindikasikan adanya
kelompok benih yang mencurigakan
atau susunan penempatan benih tidak
memungkinkan semua wadah diambil
contoh benihnya.
i.

Permohonan pengawasan
pemasangan label sertifikat

Prosedur akhir dari proses


pembuatan benih bersertifikat adalah
pengawasan
pemasangan
label
sertifikasi. Jika dalam pengujian
laboratorium, benih penangkaran
dinyatakan lulus maka selanjutnya
penangkar mengajukan pengawasan
pemasangan label sertifikat pada
benih-benih yang akan dikemas
dengan ukuran tertentu (sesuai
kebutuhan pasar).
Dalam
pengajuan
ini,
penangkar memohon nomor seri label
sertifikasi dengan mencantumkan
jumlah segel (seal) dan label
sertifikasi yang diperlukan, nomor
pengujian, nomor kelompok benih
yang bersangkutan, jenis, varietas,
jumlah wadah, berat bersih tiap
wadah, nama dan alamat produsen.
Adapun isi label akan meliputi hasilhasil pengujian laboratorium yang
terdiri dari nilai kadar air benih,
kemurnian, daya tumbuh benih, sertak
andungan kotoran dan campuran
varietas lain, selain identitas lain

sesuai
benih.
j.

yang

diajukan

penangkar

Permohonan pelabelan ulang

Benih
bersertifikat
telah
mendekati atau habis masa edarnya
dan akan diedarkan kembali harus
dilakukan pengujian dan pelabelan
ulang. Produsen benih bersertifikat
wajib
mengajukan
pengambilan
contoh benih, mengujikannya dan
kemudian me-masang label ulangan
pada kemasan benihnya. Prosedur
dan pe-laksanaan dari pelabelan
ulang sama seperti pada prosedur
pengambilan contoh dan pengawasan
pemasangan
label
sebelumnya.
Pengajuan pelabelan ulang dilakukan
satu bulan sebelum masa edar benih
bersertifikat berakhir. Pada kemasan
benih, dicantumkan data analisis mutu
benih terbaru dan dicantumkan pula
kode LU yang berarti Label Ulang.
Dormansi
sekunder
adalah
dormansi yang disebabkan oleh tidak
tersedianya salah satu faktor yang
berpengaruh bagi perkecambahan
tertentu. Meski sifat dormansi sangat
berkaitan dengan sifat genetik, tetapi
dormansi benih (terutama dormansi
sekunder) dapat pula disebabkan oleh
faktor lingkungan dan atau faktor
pengelolaan dalam proses produksi,
pengolahan, dan penyimpanan benih.
Kondisi iklim yang kering dan panas
sangat kondusif untuk menghasilkan
benih yang berkulit keras (hardseed).
Hubungan antara dormansi benih
dan mutu benih terkair dengan mutu
daya simpan benih. Benih dorman
akibat kekerasan kulit benih secara
umum diyakini memiliki daya simpan
yang lebih panjang dibandingkan

benih yang tidak memiliki sifat kulit


benih keras. Namun demikian nilai
positif dormansi benih ini menuntut
penanganan yang tepat saat benih
harus
dikecambahkan
karena
dibutuhkan
teknik
pematahan
dormansi yang tepat pula.
4.8 Pengujian Kesehatan Benih
Berbagai jenis cendawan, bakteri,
nematoda dan virus dapat terbawa
benih tanaman. Dari hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan
diketahui
kelompok
cendawan
merupakan mikro-organisme yang
paling dominan berasosiasi dengan
benih. Sebagian patogen terbawa
benih dapat menimbulkan gangguan
tidak saja di pertanaman, tetapi juga di
tempat penyimpanan. Cendawan
merupakan mikro-organisme utama
yang sering menimbulkan gangguan
di tempat penyimpanan. Kebanyakan
patogen terbawa benih menjadi aktif
segera setelah benih disebar atau
disemai, tetapi sebagian patogen baru
menunjukkan
aktivitasnya
yang
ditunjukkan gejala tertentu setelah
tanaman dewasa dan berproduksi.
Patogen (lebih tepat disebut inokulum
patogen) dapat terbawa benih
tanaman dalam 3 cara.
Pertaman
patogen terbawa secara internal dan
berada di dalam jaringan struktur perbanyakan tanaman seperti biji, dalam
hal ini patogen bias berada di embrio,
endosperm atau kulit biji.
Kedua,
patogen menempel pada permukaan
benih. Dan ketiga, patogen secara
terpisah terbawa biji, dalam hal ini
patogen bisa berada dalam sisa
tanaman, butiran tanah atau dalam
bentuk struktur tertentu.

Sebagai upaya untuk mencegah


atau mengurangi risiko akibat
gangguan penyakit atau patogen
terbawa benih, maka perlu dilakukan
pemeriksaan
atau
pengujian
kesehatan benih sebelum benih
disimpan ataupun sebelum ditanam.
Metode pengujian kesehatan benih
yang digunakan sangat tergantung
pada jenis benih dan jenis patogen
yang mungkin terbawa benih.
Penentuan
metode
tersebut
dimaksudkan agar deteksi dan
identifikasi patogen terbawa benih
dapat dilakukan dengan mudah dan
akurat. Hal tersebut berarti untuk
pengujian suatu contoh benih dapat
digunakan lebih dari satu metode
pengujian kesehatan benih. Berbagai
macam cara pengujian kesehatan
benih untuk mendeteksi mikroorganisme atau patogen terbawa
benih dapat dikelompokan menjadi :
a. Pengamatan Secara Visual
terhadap Benih Kering
Pengujian
kesehatan
benih
dengan metode pengamatan benih
kering dapat dilakukan secara cepat
untuk mendapatkan informasi awal
tentang penampakan atau status
kesehatan benih. Tetapi metode ini
hanya men-deteksi cendawan yang
ada di permukaan benih atau
tercampur bersama benih serta
kondisi fisik benih saja. Metode ini
dapat digunakan untuk mendeteksi
patogen yang menyebabkan gejala
khas pada benih misalnya disklorisasi
atau perubahan warna pada kulit
benih, perubahan ukuran, dan bentuk
benih. Metode ini juga dapat
digunakan untuk mendeteksi patogen

yang meng-hasilkan struktur tubuh


buah yang dapat dilihat secara visual
pada benih atau tercampur pada
benih.
Sebagai tambahan metode ini
berguna untuk mengetahui adanya
serangan/infestasi serangga benih
atau kerusakan benih atau melihat
adanya perlakuan benih dengan
pestisida.
Metode ini berkaitan
langsung dengan kegiatan analisis
kemurnian benih (purity), yaitu apakah
benih tercampur dengan benda-benda
dan benih lainnya dalam proses
pemberian sertifikasi benih.
Berdasarkan
peraturan
Internasional
Seed
Testing
Association (ISTA) benda-benda
tercampur benih antara lain butiran
tanah, pasir, batu, sisa tanaman, puru
nematoda, maupun tubuh buah
cendawan seperti sklerotia, smut/ bunt
(yaitu butiran benih yang telah terisi
struktur cendawan). Unsur-unsur yang
tercampur dengan benih tersebut
sangat
potensial
dalam
perkembangan dan penyebaran suatu
patogen, karena berbagai cendawan
mampu bertahan pada sisa-sisa
tanaman atau butiran-butiran tanah.
Benih yang mengalami diskolorasi
maupun yang mengandung patogen
infeksi tidak dicantumkan dalam
analisis kemurnian benih, oleh karena
itu perlu ada kerjasama dari petugas
yang menangani kemurnian benih
dengan petugas yang menangani
kesehatan
benih
sebelum
menerbitkan sertifikat benih.
Prosedur
:
Metode ini bersifat kualitatif, sehingga
tidak ada standar dalam jumlah

contoh benih tertentu yang digunakan


dalam pengujian.
b. Metode Pencucian Benih
Metode pencucian benih terutama
dilakukan
untuk
mendeteksi
cendawan yang membentuk struktur
di permukaan benih. Pengujian dapat
dilakukan secara cepat dan mudah,
namun pengujian dengan cara ini
memiliki
keterbatasan
karena
cendawan yang berada di dalam
jaringan benih tidak dapat diketahui
atau terdeteksi. Hasil pengujian
tersebut tidak dapat menggambarkan
tingkat infeksi dan infestasi patogen
pada benih.
Sebagaimana
pengamatan
secara visual terhadap benih kering,
dalam metode pencucian benih tidak
ada standar dalam jumlah benih yang
diuji. Prosedur yang biasa digunakan
di berbagai laboratorium adalah
sebagai berikut :
Prosedur pencucian benih adalah
sebagai berikut: Sebanyak 50 gr
benih (dari 1 kg benih contoh)
dimasukan
ke
dalam
gelas
Erlenmeyer kemudian ditambahkan
100 ml air steril. Untuk memudahkan
peluruhan struktur cendawan dari
permukaan benih sering ditambahkan
1 tetes Twin 20. Benih tersebut
dikocok selama 5 menit (dengan
shaker) selanjutnya disaring dengan
kain kasa.
Air hasil pencucian
dimasukan dalam tabung sentrifugasi
dan kemudian disentrifugasi pada
kecepatan 15002000 rpm selama 3
menit. Sedimen yang terbentuk
dipisahkan dengan air dengan cara
membuang air tersebut menggunakan
pipet.

Selajutnya dilakukan pengamatan


mikroskopis; sebanyak 1 ml lactofenol
ditambahkan pada sedimen dalam
tabung dan dicampur hingga merata.
Dengan
menggunakan
pipet,
campuran sedimen diteteskan pada
gelas objek dan ditutup dengan gelas
penutup dan selanjutnya dilakukan
pengamatan di bawah mikroskop
dengan pembesaran 100400 kali
untuk melihat struktur cendawan. Bila
pendekatan kuantitatif diperlukan,
maka pengamatan dapat dilakukan
dengan
menggunakan
haemocytometer
untuk
mengetahui
kepadatan inokulum (cendawan) per
satuan berat benih.
c. Metode Inkubasi
Prinsip pengujian benih dengan
metode inkubasi adalah memberikan
kondisi tumbuh yang optimal bagi
mikroorganisme terbawa benih, baik
yang ada di permukaan ataupun yang
ada di dalam jaringan benih. Dengan
cara tersebut maka mikroorganisme
/patogen terbawa benih, terutama
cendawan dan bakteri dapat
terdeteksi
dengan
mengamati
karakteristik pertumbuhan dan struktur
cendawan. Pengujian kesehatan
benih dengan metode inkubasi yang
sering dilakukan adalah pengujian
dengan media kertas (Blotter-test),
dan pengujian pada media agar.
Metode Inkubasi dengan Media
Kertas (Blotter-Test) Metode Blotter
adalah salah satu dari metode
inkubasi, yaitu benih ditumbuhkan
pada
kertas
saring
basah,
diinkubasikan selama 7 hari dengan
penyinaran lampu ultra violet selama
12 jam terang dan selama 12 jam

kondisi gelap secara bergantian.


Benih yang diinkubasi tersebut diamati
di
bawah
mikroskop
dengan
pembesaran 5060 kali untuk melihat
pertumbuhan cendawan.
Cendawan yang tumbuh diamati
dan
didekteksi
berdasarkan
karakteristik keberadaan tum-buhnya
seperti tubuh buah, konidia yang
muncul dari konidiofor (tangkai
konidia), spora dengan massa
sporanya,
sporodokium
dan
aservulus,
piknidiospora
da-lam
piknidia, dan askospora dalam
peritesia.
1) Metode inkubasi dengan media
kertas saring
Sebanyak 400 benih diletakkan
dalam cawan petri berdiameter 9 cm.
Jumlah benih per cawan petri 10 atau
25 tergantung dari ukuran benih. Tiap
cawan petri diberi label nomor benih
dan tanggal pengujian. Sebelum benih
diletakkan, cawan dialasi dengan 2
lapis kertas saring yang telah
dicelupkan ke dalam air bersih.
Usahakan jangan terlalu banyak air
(tidak tergenang). Letakan benih satu
per satu dengan menggunakan pinset
seperti Gambar 2.
Selanjutnya benih diinkubasi pada
suhu kamar dengan penyinaran lampu
ultra violet 12 jam terang dan 12 jam
gelap secara bergantian selama 7
hari. Pada hari ke-8 dilakukan
pengamatan dengan menggunakan
mikroskop stereo. Pada tiap benih
diamati karakteristik pertumbuhan
berbagai cendawan yang tumbuh.
Kadang-kadang
sangat
sulit
mengidentifikasi cendawan melalui
pengamatan
karakteristik

pertumbuhan cendawan, oleh karena


itu dibuat preparat dari cendawan
tersebut dan diamati dengan bantuan
mikroskop compoun dan kunci
identifikasi. Jika suatu cendawan telah
teridentifikasi,
dituliskan
kode
cendawan pada kertas blotter didekat
cendawan
yang
bersangkutan.
Jumlah benih yang terinfeksi suatu
cendawan dihitung sebagai tingkat
infeksi cendawan pada contoh benih
yang diuji.
2) Metode inkubasi dengan media
kertas dengan pendinginan
Sebanyak 400 benih diletakkan
dalam cawan petri yang telah dialasi
kertas saring seperti pada metode
inkubasi dengan kertas standar.
Benih diinkubasi selama 24 jam pada
suhu ruang dengan penyinaran lampu
ultra violet 12 jam terang dan 12 jam
gelap. Pada hari ke-2 benih disimpan
pada suhu 20o C selama 24 jam.
Tujuan perlakuan pendinginan tersebut adalah untuk menghambat atau
menekan perkecambahan benih. Hal
ini disebabkan sering perkecambahan
benih menyulitkan secara teknis
dalam
pengamatan
sehingga
informasi menjadi bias.
Setelah diberi perlakuan dingin
kemudian benih diinkubasi selama 5
hari pada suhu ruang dengan
penyinaran lampu ultra violet 12 jam
terang dan 12 jam gelap secara
bergantian.
Pada hari ke-8 benih diamati
seperti prosedur pengamatan metode
inkubasi dengan media kertas
standar.

3) Metode inkubasi pada media agar


Dalam metode media agar
inokulum terbawa benih, dideteksi
berdasarkan karakteristik koloni pada
media agar yang berkembang dari
benih. Secara umum prinsipnya sama
dengan prinsip dari pengujian dengan
media kertas. Dalam beberapa hal
metode ini memiliki kelebihan, yaitu
memberikan informasi lebih relatif
lebih
cepat
dan
cukup
menggambarkan status kesehatan
benih dibandingkan dengan metode
media kertas, karena ketersediaan
nutrisi
pada
media agar
memungkinkan cendawan atau bakteri
tumbuh dan berkembang secara lebih
baik dan lebih cepat sehingga
memudahkan dalam pengamatan.
Biasanya cendawan atau bakteri akan
membentuk koloni yang khas pada
media agar.
Dalam pelaksanaan pengujian
dengan media agar memerlukan
persiapan yang lebih lama, relatif
rumit dan mahal, terutama bila
menggunakan media spesifik. Sering
terjadi kesulitan dalam pengamatan
karena pertumbuhan koloni cendawan
atau bakteri men-jadi berbeda atau
berubah bila menggunakan media
tumbuh yang berbeda dengan waktu
yang berbeda pula. Kesulitan lain
pada waktu pengamatan adalah
pertumbuhan
cendawan
bukan
sasaran (cendawan saprofit) tumbuh
lebih ekstensif sehingga menekan
pertumbuhan cendawan patogen yang
menjadi sasaran pengamat-an. Untuk
keperluan pengujian dengan media
agar digunakan berbagai jenis media
tumbuh seperti PDA dan media semi
selektif atau selektif seperti Czapek,

Media BSC, Media Komada, dan lainlain.


Prosedur metode inkubasi pada
media agar adalah sebagai berikut:
Media agar steril disiapkan dalam
cawan petri steril. Sebanyak 400
benih dari satu contoh benih diberi
perlakuan
sterilisasi
permukaan
dengan NaOCL 1 % selama 3 menit.
Kemudian benih ditiriskan pada kertas
saring steril. Dalam banyak kasus,
perlakuan sterilisasi pada permukaan
benih tidak dilakukan.
Benih diletakkan pada media agar
dalam cawan petri. Tiap cawan
ditanami 10 butir benih. Pekerjaan
penanaman benih tersebut dilakukan
secara aseptik, yaitu membersihkan
tempat dan alat kerja dengan bahan
aseptik seperti alkohol 70 %. Benih
diinkubasi pada suhu kamar selama 7
hari dengan penyinaran lampu ultra
violet 12 jam terang dan 12 jam gelap
secara bergantian.
Pengamatan dilakukan pada hari
ke-8 tetapi sering pula dilakukan mulai
hari ke-4, karena koloni cendawan
sudah mulai tampak. Hal yang diamati
adalah karak-teristik koloni dan
struktur cendawan. Untuk bakteri
bahkan peng-amatan sudah dapat
dilakukan pada hari ke-2 atau ke-3.
4) Uji Gejala pada Bibit/ Kecambah
Patogen dapat menghasilkan
gejala pada bibit/kecambah baik pada
akar, kotiledon, atau hipokotil. Benih
yang terinfeksi pada kondisi yang
menguntungkan dapat menghasilkan
gejala pada bibit sama dengan gejala
di lapangan, sehingga metode ini
dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi yang mewakili penampakan

di lapangan. Sejumlah cendawan,


bakteri dan virus terbawa benih sering
menghasilkan gejala infeksi atau
serangan pada kecambah atau bibit
tanaman. Gejala terjadi pada akar,
batang, daun atau seluruh bagian
kecambah atau bibit tanaman. Pada
berbagai kejadian inokulum cendawan
terbawa
benih
menyebabkan
kematian pada tanaman atau
kecambah.
Beberapa kelompok cendawan
terbawa
benih
yang
sering
menyebabkan
penyakit
pada
kecambah atau bibit antara lain
Alternaria, Ascochyta, Colletotrichum,
Drechslera, Fusarium, Macrophomina.
Sedangkan kelompok bakteri yang
sering menunjukkan gejala pada
kecambah antara lain Pseudomonas
spp. Media tumbuh yang digunakan
untuk pengujian gejala pada bibit/
kecambah adalah media pasir, bata
merah, campuran pasir dan tanah
serta media buatan seperti agar air.
Pengujian kesehatan benih dengan
gejala bibit/ kecambah mempunyai
beberapa kelebihan dibandingkan
metode yang lain.
Pengujian dengan cara ini dapat
mengamati penularan (transmisi)
patogen dari benih ke tanaman dari
satu fase ke fase pertumbuhan
tanaman. Beberapa patogen tidak
mudah dideteksi dengan metode lain
karena serangan patogen tersebut
yang bersifat laten. Sehingga
diperlukan fase tertentu pertumbuhan
tanaman
agar
gejala
dan
perkembangan
patogen
dapat
dideteksi.
Metode ini sangat
bermanfaat untuk pengujian contoh
benih yang jumlahnya terbatas seperti
benih hasil pemuliaan pada tahap

tertentu dan juga bermanfaat untuk


tujuan karantina. Pengujian gejala
bibit/kecambah dapat digunakan untuk
evaluasi efektivitas perlakuan benih,
baik dengan kimia maupun secara
fisik.
Prosedur
pengujian dengan
metode media agar cair adalah
sebagai berkiut: Dengan media agar
air (water agar) dilakukan dengan cara
sebagai berikut. Tuangkan 10 ml agar
air ke dalam tabung reaksi ukuran
160x16 mm kemudia tutup dengan
kapas dan selanjutnya disterilisasi
pada temperatur 121o C selama 15
menit. Sebutir benih ditanam pada
media agar air steril. Sebelum dan
sesudah penanaman, tabung tetap
tertutup dengan kapas. Penanaman
dikerjakan secara aseptik. Tabung
reaksi yang berisi media agar air dan
benih kemudian diletakkan pada rak
tabung reaksi dan diinkubasikan
sampai 14 hari pada temperatur ruang
dengan penyinaran lampu ultra violet.
Setelah masa inkubasi diamati gejala
yang timbul, koloni cendawan dan
struktur cendawan. Pengamatan
sebenarnya bisa dilakukan selama
masa inkubasi.
5) Uji Serologi
Uji
ELISA (Enzyme-Linked
Immuno-sorbent Assays) adalah
pengujian
serologi
terutama
digunakan untuk mendeteksi bakteri
dan virus terbawa benih. Prinsip
pengujian tersebut adalah reaksi in
vitro antara antigen dan antibodi.
Dalam pengujian cara ini sangat
tergantung kepada ketersediaan
sejumlah antibodi yang spesifik untuk
patogen sasaran. Uji ELISA sebagai

salah satu metode serologi untuk


mendeteksi virus sering digunakan
karena metode tersebut sederhana,
mudah dilakukan, cepat, sensitif,
akurat, dan dapat digunakan untuk
menguji sampel dalam jumlah besar.
Metode tersebut berdasarkan pada
konjugasi antara virus antibodi dan
enzim,
dengan
menambahkan
substrat pewarna maka adanya
konjugasi tersebut dapat diperlihatkan.
Dalam uji ELISA ada beberapa
cara yang digunakan yaitu indirect
ELISA, double antibody sandwich
ELISA (DAS ELISA), DAS ELISA
protocol, F (ab)2 indirect ELISA dan F
(ab)2 ELISA protocol, tetapi yang
banyak digunakan adalah metode
indirect ELISA dan double antibody
sandwich ELISA (DAS ELISA). Dalam
indirect ELISA uji didasarkan pada
adanya ikatan enzim dengan molekul
antibody yang dapat dideteksi oleh
antiviral immunoglobulin. Sedangkan
pada DAS ELISA, virus diikat oleh
antibody spesifik yang kemudian
bereaksi lagi dengan antibody spesifik
yang telah diikat oleh enzim.
Dari segi praktikal indirect ELISA
lebih sederhana dan lebih cepat
karena dalam indirect ELISA tidak
melalui prosedur pemurnian virus,
mempersiapkan
stock
gamma
globulin (lgG), dan mela-kukan
konjugasi enzimimmuno-globulin.
Prosedur uji serologi adalah
sebagai berikut: Antigen (ekstrak
tanaman
yang
diuji)
harus
dipersiapkan
terlebih
dahulu
(Persiapan kontrol) yaitu ekstrak
tanaman sehat dan suspensi tanaman
yang positif terinfeksi virus dalam
antigen buffer dengan pengenceran
1/50. Buat ekstrak antigen dengan

cara menggerus jaringan tanaman


yang akan diuji kemudian diencerkan
dengan antigen buffer dengan
pengenceran 1/9. Masukan antigen
tersebu sebanyak 100 l pada setiap
lubang plate ELISA.
Tutup plate ELISA dengan plastik
tipis dan diinkubasikan selama 1 jam
pada suhu tumbuh 37o C atau
semalaman pada suhu kamar.
Primary (specific antiserum) harus
disiapkan terlebih dahulu. Selama
inkubasi (atau sebelum uji dimulai)
dapat dilakukan crossadsorbtion
antiserum dengan jaringan sehat
dengan cara sebagai berikut.
Jaringan sehat dihancurkan dalam
serum buffer dengan pengeceran
1/20.
Suspensi disaring dengan
menggunakan kain kasa. Encerkan
anti-serum sesuai anjuran dalam
suspensi tersebut. Aduk sampai rata
dan inkubasi selama 45 menit pada
suhu 37o C.
Pencucian dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
Kosongkan plate ELISA. Cuci plate
ELISA dengan PBS Tween, rendam
selama 3 menit dengan PBS Tween,
ulangi sampai 4 kali cucian. Keringkan
dengan kertas tissue. Masukan
primary antiserum 100 l setiap
lubang plate ELISA. Inkubasikan plate
tersebut selama 1 jam pada suhu
37oC.
Secondary antiserum (conjugate)
harus disiapkan setelah primery
antiserum yaitu dengan cara:
Kosongkan plate ELISA dan cuci
dengan cara seperti di atas. Masukan
konjugasi
antibody
Alkaline
phosphatase
(tersedia
secara
komersial sebagai SWAREC = Swine
antirabbit enzyme conju-gate) pada

pengenceran 1/10001/2000 dalam


serum buffer. Inkubasikan selama 1
jam pada suhu 37oC.
Substrat dibuat setelah antiserum
siap untuk digunakan.
Metoda
pembuatan substrat adalah sebagai
berikut: Kosongkan plate ELISA dan
cuci sebagaimana di atas. Buat
larutan substrat dari 1 tablet p
nitrophenyl (PNPP), (tersedia se-cara
komersial)
dalam
1015
ml
diethanolamine
buffer
(DIEAB).
Masukan substrat tersebut 100 l per
lubang. Inkubasikan selama 30 menit
pada suhu kamar. Reaksi positif yaitu
apabila terjadi perubahan warna
menjadi kuning.
Baca nilai absorban ultra violet
dengan menggunakan alat spektrofotometer. Untuk menghentikan reaksi
dapat dilakukan dengan menambah
setetes 3 N NaOH pada tiap lubang.
Cara Pembuatan Buffer untuk Inderect
ELISA :
PBS (Phosphate Buffered Saline) :
6)
0,05 M KH2 PO4 /
Na2 HPO4 + 8,5 g Na Cl /l
7)
pH 7,2
Antigen buffer:
a.
PBS + 0,01
M NaDIECA.
PBS Tween (untuk mencuci)
x 1 liter PBS Tween
x 0,2 g KCl.
x 0,5 ml Tween 20
Serum buffer :
x 1 liter PBS Tween
x 20 g Polyvinylpyrrolidone (2 %)
(MW = 25.000)
x 2 g Ovalbumin (0,2 %)

Substrate Buffer : DIEAB :


Diethanolamine Buffer.
x 100 ml diethanolamine
(C4H11NO2).
x 200 ml deinonized H2O
x 24 ml 5 N Hcl
x buat suspensi dalam deionized
H2O sampai mencapai volume
1000 ml.
6)

Uji Tanaman Indikator

Pengujian dengan
tanaman
indikator digunakan terutama untuk
mendeteksi virus dan bakteri terbawa
benih. Prinsip pengujiannya adalah
reaksi dari tanaman indikator terhadap
ekstrak/sap
dari
biji
yang
diinokulasikan pada tanaman indikator
tersebut. Reaksi yang terjadi adalah
berupa gejala lokal pada daun
tanaman indikator.
7) Uji
dengan
Biomolekuler

4.9 Prosedur Memproduksi Benih


Bersertifikat
Seorang
penangkar
benih
bersertifikat
perlu
memiliki
pengetahuan yang cukup tentang cara
memproduksi benih bermutu dan cara
menyimpan benih.
Hal berikutnya
adalah
penguasaan pengolahan
benih,
tanah,
dan
gudang
penyimpanan, serta sikap jujur dan
bersedia
selalu
mematuhi
peraturan/ketentuan perbenihan yang
berlaku.
Prosedur untuk mendapatkan
sertifikat dimulai dari permohonan
sertifikasi, pengajuan pemeriksaan
pendahuluan, pemeriksaan lapang,
pemeriksaan alat-alat panen dan
pengolahan, pengambilan sampel
benih, dan pengajuan pemasangan
label sertifikat.

Teknologi

Teknik biomolekuler sudah mulai


digunakan dalam pengujian kesehatan
benih. Teknik biomo-lekuler yang
diaplikasikan
dalam
pengujian
kesehatan benih adalah Polymerase
chain reaction (PCR). Teknik PCR
mempunyai tingkat ketelitian yang
sangat tinggi dan dapat dilakukan
dalam waktu yang relatif singkat.
Tetapi penggunaan teknik PCR untuk
pengujian rutin kesehatan benih masih
terlalu mahal dalam hal bahan,
peralatan dan tenaga pelaksana.

a. Permohonan sertifikasi
Untuk
menghasilkan
benih
bersertifikat, dimulai dari pengajuan
permohonan sertifikasi kepada BPSB
setempat yang dilakukan paling
lambat satu bulan sebelum tebar
(tanam) dengan mengisi formulir.
Formulir isian mencakup tentang
nama
dan
alamat
pemohon
(penangkar), letak areal, asal benih
sumber, rencana penanaman, sejarah
lapangan, dan isolasi (jarak/waktu)
yang dilakukan. Setelah diisi, formulir
diserahkan dengan dilampirkan label
benih (kelas dan benih sumber) yang
akan digunakan dan denah situasi
lapangan.

1) Permohonan pemeriksaan lapang


pendahuluan
Penangkar
menyampaikan
pemberitahuan siap untuk diperiksa
lapang pendahuluan kepada BPSB
setempat paling lambat 10 hari
sebelum tanam atau seminggu
sebelum pemeriksaan lapang. Dalam
pemeriksaan ini, pengawas BPSB
akan menguji kebenaran data
lapangan yang diajukan penangkar
seperti dalam surat permohonan
sertifikasi. Jika data lapangan
menunjukkan kesesuaian maka lahan
penangkaran tersebut telah syah
dinyatakan sebagai lahan produksi
benih bersertifikat.
2) Permohonan pemeriksaan fase
vegetatif
Pemeriksaan lapangan pertama
dilakukan saat tanaman dalam fase
pertumbuhan vegetatif atau sekitar 30
hari setelah tanam. Pengajuan
permohonan pemeriksaan diajukan
kepada BPSB paling lambat 7 hari
sebelum pemeriksaan, pemeriksaan
akan dilakukan terhadap keberadaan
campuran varietas lain (CVL). Nilai
standar CVL berbeda untuk setiap
jenis tanaman dan kelas benih yang
diproduksi. Semakin tinggi kelas
benih, semakin ketat standarnya.
Sebelum pengawas BPSB
memeriksa,
penangkar
benih
sebaiknya melakukan roguing agar
standar lapang benih bersertifikat
terpenuhi. Jika hasil pemeriksaan oleh
pengawas BPSB menyatakan lulus,
lahan tersebut dapat diteruskan untuk
proses sertifikasi selanjutnya. Jika
lahan dinyatakan tidak lulus maka

penangkar diwajibkan melakukan


roguing ulang, dan selanjutnya
mengajukan pemeriksaan ulangan.
Pemeriksaan ulang hanya dapat
dilakukan satu kali. Jika haisl
pemeriksaan ulang lahan dinyatakan
tidak lulus, maka lahan tersebut gagal
untuk dijadikan areal produksi benih
karena kemurniannya tidak dapat
dipertanggung-jawabkan, dan hanya
diperbolehkan untuk produksi non
benih.
3) Permohonan pemeriksaan
lapangan fase generatif
Pemeriksaan lapangan fase
generatif hanya dilakukan bila telah
lulus pada tahapan pemeriksaan
sebelumnya. Pengajuan permohonan
pemeriksaan lapangan fase generatif
(saat berbunga) dilakukan satu
minggu
sebelum
pemeriksaan
dilakukan. Dalam pemeriksaan ini juga
diamati keberadaan dari CVL dengan
pengamatan pada organ reproduktif,
seperti warna dan bentuk bunga, serta
saat pembungaan. Seperti pada
pengawasan lapangan fase vegetatif,
penangkar benih diberi kesempatan
untuk melakukan pengawasan ulang
jika hasil pemeriksaan dinyatakan
tidak lulus. Pemeriksaan ulang pun
hanya diberikan satu kali.
4) Permohonan pemeriksaan fase
menjelang panen
Pemeriksaan fase menjelang
panen dilakukan bila telah lulus
pemeriksaan lapang sebelumnya.
Pemeriksaan dilakukan satu pekan
sebelum panen (menjelang masak
fisiologis). Permohonan pemeriksaan

diajukan satu minggu sebelum


pemeriksaan dilakukan. Hal-hal yang
diperiksa pada pemeriksaan ini
meliputi komponen buah dan benih,
seperti warna dan bentuk benih. Tidak
seperti
pada
pemeriksaan
sebelumnya, pada pemeriksaan ini
tidak dilakukan pemeriksaan ulang.
Artinya, jika lahan dinyatakan tidak
lulus maka secara langsung benih
yang dihasilkan di lahan tersebut tidak
dapat dijadikan sebagai benih
bersertifikat.
5) ermohonan pemeriksaan alat-alat
panen dan pengolahan benih
Selain benih, alat-alat panen dan
pengolashan benih pun dilakukan
pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan ini
adalah untuk memastikan bahwa
peralatan yang digunakan dalam
panen dan pengolahan benih tidak
membawa
sumber
kontaminan,
seperti varietas lain. Pengajuan
pemeriksaan alat-alat panen dan
pengolahan benih dilakukan paling
lambat satu minggu sebelum panen
atau bersamaan dengan pemeriksaan
lapangan fase menjelang panen. Hal
yang dilakukan pengawas BPSB
dalam pemeriksaan ini adalah
menjalankan (menghidupkan) semua
alat pengolahan benih sehingga sisasisa kotoran dan benih dari proses
pengolahan benih sebelumnya dapat
keluar dan alat dapat dibersihkan.
b. Pengawasan pengolahan benih
Pengawasan pengolahan benih
tidak diajukan oleh penangkar benih,
tetapi
merupakan
pengawasan
langsung oleh petugas BPSB secara

periodik selama masa pengolahan


benih dengan waktu yang tidak
diberitahukan kepada penangkar.
Tujuan dari pengawasan ini adalah
memastikan bahwa selama dalam
pengolahan tidak terjadi kecurangankecurangan
yang
dilakukan
penangkar, misalnya mencampurkan
benih yang lulus lapangan dengan
benih kedaluwarsa atau benih tidak
lulus lapangan. Jika didapatkan
penangkar
yang
melakukan
kecurangan maka proses sertifikasi
dapat dihentikan.
c. Permohonan pengambilan
contoh benih
Prosedur selanjutnyas adalah
permohonan pengambilan contoh
benih guna pengujian di labora-torium
analisis
mutu
benih
BPSB.
Pengambilan contoh benih oleh
pengawas BPSB dilakukan setelah
pengolahan benih. Permohonan oleh
penangkar dilakukan 1 minggu
sebelum pengawasan dilakukan.
Sebelum dilakukan pengambilan
contoh benih, penangkar diwajibkan
telah menempatkan dan mengemas
benih secara tepat. Benih telah
dikemas dengan kemasan curah
(belum dikemas dengan kemasan
pemasaran)
dan
dikelompokkan
berdasarkan lot yang tepat, misalnya
berdasarkan tanggal panen yang
sama dari varietas yang sama. Lot
benih ditempatkan sedemikian rupa
sehingga setiap wadah benih
berpeluang sama untuk diambil
contoh benihnya. Pengawas dapat
membatalkan pengambilan contoh
benih jika diindikasikan adanya
kelompok benih yang mencurigakan

atau susunan penempatan benih tidak


memungkinkan semua wadah diambil
contoh benihnya.
d. Permohonan pengawasan
pemasangan label sertifikat
Prosedur akhir dari proses
pembuatan benih bersertifikat adalah
pengawasan
pemasangan
label
sertifikasi. Jika dalam pengujian
laboratorium, benih penangkaran
dinyatakan lulus maka selanjutnya
penangkar mengajukan pengawasan
pemasangan label sertifikat pada
benih-benih yang akan dikemas
dengan ukuran tertentu (sesuai
kebutuhan pasar). Dalam pengajuan
ini, penangkar memohon nomor seri
label
sertifikasi
dengan
mencantumkan jumlah segel (seal)
dan label sertifikasi yang diperlukan,
nomor pengujian, nomor kelompok
benih yang bersangkutan, jenis,
varietas, jumlah wadah, berat bersih
tiap wadah, nama dan alamat
produsen. Adapun isi label akan
meliputi
hasil-hasil
pengujian
laboratorium yang terdiri dari nilai

kadar air benih, kemurnian, daya


tumbuh benih, sertak andungan
kotoran dan campuran varietas lain,
selain identitas lain sesuai yang
diajukan penangkar benih.
e. Permohonan pelabelan ulang
Benih
bersertifikat
telah
mendekati atau habis masa edarnya
dan akan diedarkan kembali harus
dilakukan pengujian dan pelabelan
ulang. Produsen benih bersertifikat
wajib
mengajukan
pengambilan
contoh benih, mengujikannya dan
kemudian memasang label ulangan
pada kemasan benihnya. Prosedur
dan pe-laksanaan dari pelabelan
ulang sama seperti pada prosedur
pengambilan contoh dan pengawasan
pemasangan
label
sebelumnya.
Pengajuan pelabelan ulang dilakukan
satu bulan sebelum masa edar benih
bersertifikat berakhir. Pada kemasan
benih, dicantumkan data analisis mutu
benih terbaru dan dicantumkan pula
kode LU yang berarti Label Ulang.

Direktorat Jenderal
Perbenihan

BPSB
BPSB

Litbang
Pemerintah dan
Swasta

Dinas Pertanian
Tingkat I

BUMN
Swasta

Pelepasan
Varietas
Varietas Baru
Baru
(Breeder
(Breeder Seed)
Seed)

Diperta
Tk.II
BBI

Benih Dasar
(Fondation Seed)
BBU

BUMN
Swasta

Benih Pokok
(Stock Seed)
BUMN
Swasta
BBP
Benih Sebar
(Extention Seed)

Pemasaran

PETANI

BUMN
Swasta

Keterangan:
: Komando
: Pengawasan
Pemasaran
: Pembinaan dan
Koordinasi
: Alur benih
: Sertifikasi

Gambar 4.13.
Skema alur pelepasan benih, produksi dan pengawasan mutu benih di
Indonesia. (Ditjentan Pangan dan Horti, 1999)

Ringkasan
Setelah mempelajari BAB 4. siswa telah mampu menguasai kompetensikompetensi berikut:
1. Potensi benih tanaman
2. Dasar-dasar produksi benih
3. Menyiapkann lahan pembenihan
4. Merawat benih tanaman
5. Mengelola alat dan mesin pembenihan
6. Membiakkan tanaman dengan biji
Proses pembentukan biji pada
tumbuhan
Pembuahan adalah penyatuan sel
betina dan sel jantan. Hasil
penyatuan disebut zigot. Zigor berisi
kromosom dari individi jantan dan
betina.

Teknik produksi benih tanaman


x Persyaratan lahan produksi
x Benih sumber
x Teknik budidaya tanaman
untuk produksi benih generatif
x Alur umum pengelolaan benih
x Alat dan mesin pengolahan
benih
Penyimpanan benih
Pengujian kesehatan benih
x Pengamtan secara visual
x
Metode pencucian benih
x Metode inkubasi
x Uji gejala pada bibit/ kecambah
x Uji serologi
x Uji tanaman indicator

Buab, biji dan


perkembangan biji
x Pembuahan
x Waktu antar
pembuahan
x Pergiliran
generasi

x
x
x

Polinasi
Penyerbukan oleh
serangga.
x
Adaptasi bunga
x
Ketidakserasian
x Penyerbukan
dengan angina
Musim penyerbukan
x

Mutu benih
Kriteria benih bermutu
Kelas benih
Faktor yang mempengaruhi mutu benih.

Prosedur memperoleh benih bersertifikat


x Permohonan sertifikasi
x Permohonan pemeriksaan lapang
pendahuluan.
x
Permohonan pemeriksaan fase vegetatif
x Permohonan pemeriksaan fase generatif
x Permohonan pemeriksaan fase
menjelang panen.
x Permohonan pemeriksaan alat-alat
panen dan pengolahan benih.
x Pengawasan pengolahan benih
x Permohonan pengambilan sample benih
x Permohonan pengawasan pemasangan
label bersertifikat
x Permohonan pelabelan ulang.

SOAL:
1. Jelaskan proses pembentukan biji pada tumbuhan dengan bantuan angina
dan serangga
2. Bagaiman proses sertifikasi benih di Indonesia
TUGAS:
1. Lakukan kegiatan bermain peran dengan tema mendaftarkan benih vegetatif
dan benih generatif.
2. Lakukan observasi minimal pada 2 (dua) orang penangkar benih dan
lakukan wawancara terhadap teknik produksi yang biasa dilakukan.

144

BAB 5. TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN HASIL PEMBENIHAN


5.1

Media Tumbuh
Tanah adalah tempat tumbuh
tumbuhan di atas permukaan bumi. Di
dalam tanah terdapat air, udara dan
berbagai hara tumbuhan untuk proses
pertumbuhan
dan
perkembangan
tanaman. Air yang beada dalam tanah
sangat pentig untuk proses
kimia,
biologi dan fisika tanah. Sebagain air
tanah terdapat dalam bentuk lapisan
tipis yang dinamakan air kapiler. Air
kapiler membentuk larutan tanah yang
berfungsi seba-gai sumber unsur hata
tumbuhan.
Udara dalam tanah beasal dari
udara atmosfir yang mengandung
sekitar 21% Okigen, 78% nitrogen, dan
1% CO2 beserta gas lainnya. Semua
gas tersebar dalam poripori tanah atau
terlarut dalam tanah.
Akar dan
organisme tanah memerlukan oksigen
untuk proses pernafasan (respirasi).
Oksigen dalam tanah digunakan oleh
se-mua mahluk hidup dalam tanah, baik
organisme maupun mikroor-ganisme,
sehingga konsentrasi oksigen dalam
tanah akan lebih rendah dibandingakan
dengan oksigen di atas permukaan
tanah (atmosfir).
Di dalam tanah terdapat nitrogen,
fosfor, belerang, kalium, kalsium dan
magnesium dalam jumlah yang relatif
banyak (unsur hara makro) dan terdapat
sedikit besi, mangan, boron, seng dan
tembaga (unsur hara mikro). Beberapa
tumbuhan membutuhkan beberapa
unsur lain seperti natrium, molibdenum,
klor, flour, iod, silikon, strontium. Barium
dan kobalt.
Hara esensial (penting) sebagian
besar terdapat dalam tanah. Nitogen
merupakan unsur hra yang sangt
penting bagi tumbuhan.
Nitrogen
merupakan
ba-han
baku
untuk
penyusunan protein dan asam amino
berpartikel
halus).
Konsep
ini
dikembangkan oleh para Geologis pada
akhir abad XIX. Hal-hal yang dipelajari

tumbuhan.
Nitoden diserap oleh
tumbuhan dalam bentuk nitrat dan
amonium. Fosfor dibentuk pada tanah
mineral dan berbagai senyawa organik.
Fosfor diserap oleh tanaman dalam
bentuk ion fospat. Belerang ditemukan
dalam tanah mineral. Belerang diserap
oleh tumbuhan dalam bentuk sulfat.
Kalium, kalsium dan magnesium
merupakan logam. Pada saat ketiga
logam tersebut di atas bereksi dengan
air maka akan dibebaskan ion-ion
kalium, kalsium dan magnesium.
a.Perkembangan dan Pengertian
Tanah
Pemahaman fungsi tanah sebagai
media tumbuh dimulai sejak peradaban
manusia mulai beralih dari manusia
pengumpul pangan yang tidak menetap
menjadi manusia pemukim yang mulai
melakukan pemindah tanaman pangan
/nonpangan ke areal dekat mereka
tinggal. Pada tahap berikutnya, mulai
berkembang pemahaman fungsi tanah
sebagai penyedia nutrisi bagi tanaman
tersebut, sehingga produksi yang
dicapai tanaman tergantung pada
kemampuan tanah dalam penyediaan
nutrisi ini (kesuburan tanah). Dengan
berkembangnya areal perkotaan, terjadi
benturan kepentingan antara kebutuhan
lahan untuk sarana transportasi dan
pendirian bangunan dengan kebutuhan
lahan pertanian, yang seringkali
menyebabkan
tergusurnya
lahan
pertanian yang produktif semata-mata
karena alasan finansial.
Pada mulanya, tanah dipandang
sebagai lapisan permukaan bumi
(natural body) yang berasal dari
bebatuan (natural material) yang telah
mengalami serangkaian pelapukan oleh
gaya-gaya alam
(natural force),
sehingga membentuk regolit (lapisan
adalah (1). Perbedaan-perbedaan
berbagai jenis tanah dan dijumpainya
suatu jenis tanah yang sama jika
145

kondisinya relatif sama. (2). Masingmasing jenis tanah mempunyai


morfologi
yang
khas
sebagai
konsekuensi keterpaduan pengaruh
spesifik dari iklim, jasad hidup (tanaman
dan ternak), bahan induk, topografi dan
umur tanah; dan (3). Tanah merupakan
hasil evolusi alam yang bersifat dinamis
sepanjang masa.
Dinamika dan evolusi alam ini
terhimpun dalam definisi bahwa tanah
adalah "bahan mineral yang tidak padat
(unconsolidated) terletak di permukaan
bumi, yang telah dan akan tetap
mengalami perlakuan dan dipengaruhi
oleh faktor-faktor genetik dan lingkungan
yang meliputi bahan induk, iklim
(termasuk kelembaban dan suhu),
organisme (makro dan mikro) dan
topografi pada suatu periode waktu
tertentu". Satu penciri-beda utama
adalah tanah ini secara fisik, kimiawi dan
biologis, serta ciri-ciri lainnya umumnya
berbeda dibanding bahan induknya,
yang variasinya tergantung pada faktorfaktor pembentuk tanah tersebut.
Pengertian ini disebut sebagai
definisi pedologis (pedo = gumpal
tanah). Dalam definisi yang lain ilmu
tanah adalah ilmu pengetahuan alam
murni dalam hal: (1) asal mula dan
pembentukan tanah yang tercakup
dalam bidang kajian genesis tanah, dan
(2) nama-nama, sistematik, sifat
kemampuan dan penyebaran berbagai
jenis tanah yang tercakup dalam bidang
kajian Klasifikasi dan Pemetaan Tanah.
Hasil kajian tanah secara pedologis ini
dapat dimanfaatkan sebagai acuan
dasar dalam pemanfaatan masingmasing jenis tanah secara efisien dan
rasional. Kajian Pedologi antara lain

meliputi Agrogeologi, Fisika, Kimia dan


Biologi Tanah, Morfologi dan Klasifikasi
Tanah, Survei dan Pemetaan Tanah,
Analisis Bentang Lahan, Ilmu Ukur
Tanah,
Perencanaan
dan
Pengembangan Wilayah.
Pemahaman tanah sebagai media
tumbuh
tanaman
pertama
kali
dikemukakan oleh Dr. H.L. Jones dari
Cornell University Inggris, yang mengkaji
hubungan tanah pada tanaman tingkat
tinggi untuk mendapatkan produksi
pertanian yang seekonomis mungkin.
Kajian tanah dari aspek ini disebut
edaphologi (edaphos = bahan tanah
subur), namun pada realitasnya kedua
definisi selalu terintegrasi. Kajian
Edaphologi ini antara lain meliputi
Kesuburan Tanah, Konservasi Tanah
dan Air, Agrohidrologi, Pupuk dan
Pemupukan, Ekologi Tanah dan
Bioteknologi Tanah, sedangkan yang
merangkum kajian Pedologi dan
Edaphologi sekaligus antara lain meliputi
Pengelolaan Tanah dan Air, Evaluasi
Kesesuaian Lahan dan Tata Guna
Lahan, Pengelolaan Tanah Rawa,
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan.
Tanah pada masa kini sebagai
media tumbuh tanaman didefinisikan
sebagai: "Lapisan permukaan bumi yang
secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembang sistem
perakaran penopang tegak-tumbuhnya
tanaman dan penyuplai kebutuhan air
dan udara; secara kimiawi berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai hara atau
nutrisi (senyawa organik dan anorganik
sederhana dan unsur-unsur esensial
seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe,
Mn, B, Cl, dan lain-lain); dan secara
biologis berfungsi sebagai habitat biota
(organisme) yang berpartisipasiaktif
dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman", yang ketiganya secara
integral mampu menunjang produktivitas

146

tanah untuk menghasilkan biomasa, baik


tanaman pangan, obat-obatan, industri
perkebunan, maupun kehutanan".
Atas dasar definisi ini maka tanah
sebagai media tumbuh mempunyai
empat fungsi utama, yaitu sebagai (1).
Tempat tumbuh dan berkembangnya
perakaran yang mempunyai dua peran
utama.
(2).
Penyokong tegaktumbuhnya trubus (bagian atas)
tetanaman. (3). sebagai penyerap zatzat yang dibutuhkan tanaman.
(4).
Penyedia kebutuhan primer tanaman
untuk
melaksanakan
aktivitas
metabolismenya,
baik
selama
pertumbuhan
maupun
untuk
berproduksi, meliputi air, udara dan
unsur-unsur hara. (5).
Penyedia
kebutuhan sekunder tanaman yang
berfungsi dalam menunjang aktivitasnya
supaya berlangsung optimum, meliputi
zat-zat aditif yang diproduksi oleh biota
terutama mikroflora tanah seperti (a).
zat-zat pemacu tumbuh (hormon, vitamin
dan asam-asam organik khas).
(b).
antibiotik dan toksin yang berfungsi
sebagai anti hamapenyakit tanaman di
dalam tanah. (c). senyawa-senyawa
atau enzim yang berfungsi dalam
penyediaan kebutuhan primer tersebut
atau transformasi zat-zat toksik eksternal
seperti pestisida dan limbah industri
berbahaya; serta. (d). Habitat biota
tanah, baik yang berdampak positif
karena terlibat langsung atau tak
langsung dalam penyediaan kebutuhan
primer dan sekunder tanaman tersebut,
maupun yang berdampak negatif karena
merupakan hama dan penyakit tanaman.
Fungsi-fungsi
tanah
yang
sedemikian vitalnya dalam penyediaan
bahan pangan, papan dan sandang bagi
manusia (juga bagi hewan) ini
membawa konsekuensi bahwa seorang
ahli tanah tidak saja dituntut untuk
berpengetahuan tentang: (1) tanah
sebagai tempat tumbuh dan penyedia
kebutuhan tanaman, tetapi juga harus
biasanya disebut sebagai lapisan olah.
Namun bagi tetanaman perkebunan dan

memahami, (2) fungsi tanah sebagai


pelindung tanaman dari serangan hama
dan penyakit dan dampak negatif
pestisida limbah industri berbahaya
tersebut. Oleh karena itu, dalam buku ini
dituturkan dalam kerangka pengertian
fenomena ini.
b. Profil Tanah
Secara
vertikal
tanah
berdifferensiasi membentuk horizonhorizon (lapisan-lapisan) yang berbedabeda baik dalam morfologis seperti
ketebalan dan warnanya, maupun
karakteristik fisik, kimiawi, dan biologis
masing-masingnya sebagai konsekuensi
bekerjanya faktor-faktor lingkungan
terhadap: (1) bahan induk asalnya
maupun (2) bahan-bahan eksternal,
berupa bahan organik sisa-sisa biota
yang hidup di atasnya dan mineral non
bahan induk yang berasal dari letusan
gunung api, atau yang terbawa oleh
aliran air. Susunan horizon-horizon
tanah dalam lapisan permukaan bumi
setebal 100-120 cm disebut sebagai
profil tanah.
Profil Tanah merupakan irisan
vertikal tanah dari lapisan paling atas
hingga ke bebatuan induk tanah
(regolit), yang biasanya terdiri dari
horizon-horizon O-A-E-B-C- R. Empat
lapisan teratas, yang masih dipengaruhi
cuaca disebut Solum Tanah, horizon OA disebut lapisan tanah atas dan horizon
E-B disebut lapisan tanah bawah
Meskipun tanah terdiri dari
beberapa
horizon,
namun
bagi
tetanaman yang sangat penting adalah
horizon O - A (lapisan atas) yang
biasanya mempunyai ketebalan di
bawah 30 cm, bahkan bagi tanaman
berakar dangkal seperti padi, palawija
dan sesayuran yang paling berperan
adalah kedalaman di bawah 20 cm. Oleh
karena itu, istilah kesuburan tanah
biasanya mengacu kepada ketersediaan
hara pada lapisan setebal ini, yang
kehutanan (pepohonan) untuk jangka
147

panjang lapisan tanah bawah juga akan


menjadi sumber hara dan air.
Kegunaan
langsung
dari
pengamatan profil tanah ini antara lain
adalah
untuk
mengetahui
(1).
Kedalaman lapisan olah atau solum
tanah yang merupakan indikator potensi
kedalaman akar tanaman untuk
berpenetrasi, makin dangkal berarti
makin tipis sistem perakarannya,
sehingga jika makin besar bobot atau
tinggi tanaman akan makin mudah
tanaman untuk tumbang. Informasi ini
dapat menuntun kita dalam memilih jenis
tanaman dan teknik penanamannya.
(2).
Kelengkapan atau differensiasi
horizon pada profil tanah merupakan
indikator umur tanah atau proses-proses
pembentukan (genesis) yang telah
dilaluinya, makin lengkap atau makin
berdiferensiasi horizon-horizon tanah
berarti makin tua umur tanah, namun
kelengkapan atau diferensiasi horizon ini
akan makin berkurang atau makin baur
apabila tanah mengalami erosi. Pada
tanah-tanah muda seperti Regosol, yang
banyak terdapat di sekitar Indralaya, 0I
Sumatera Selatan, profilnya dapat tanpa
horizon. Pada tanah dewasa seperti
andosol, yang banyak terdapat di
Kabupaten Muara Enim dan Lahat,
Sumatera Selatan, profilnya lengkap
seperti sketsa pada Gambar 1.1. di atas,
sedangkan pada tanah-tanah tua seperti
Podsolik di sekitar Palembang dan
Prabumulih serta tanah latosol di
Kabupaten Muara Enim Sumatera
Selatan, yang telah tererosi berat atau
telah mengalami pencucian intensif
mempunyai profil yang umumnya tanpa
atau sedikit lapisan olah (horizon 0 dan
A).
Warna tanah merupakan indikator
sifat kimiawi tanah. Tanah yang
berwarna gelap berarti banyak

pemanfaatannya
pertanian produktif.

menjadi

lahan

mengandung bahan; organik tanah atau


belum mengalami pelindian (leaching)
hara secara intensif, sehingga relatif
subur, sedangkan tanah yang berwarna
terang atau pucat berarti berBOT (bahan
organik tanah) rendah atau telah
mengalami pelindian hara intensif,
sehingga relatif miskin. Tanah yang
berwarna homogen bersih menunjukkan
sirkulasi udara (aerasi) dan airnya
(drainase) baik, berarti kadar oksigennya
cukup, sehingga proses oksidasi
berjalan baik, sedangkan tanah yang
berwarna tak bersih atau bebercak
menunjukkan aerasi dan drainasenya
tidak baik, sehingga proses oksidasi dan
reduksinya terjadi secara bergantian.
Proses reduksi yang lama pada tanah
kering berkadar besi tinggi akan
menimbulkan bercak-bercak senyawa
ferro yang berwarna kekuningan,
sedangkan proses oksidasi yang lama
pada tanah rawa akan menghasilkan
senyawa ferri yang berwarna kecoklatmerahan.
c. Komponen Tanah
Tanah mineral yang dapat berfungsi
sebagai media tumbuh ideal secara
material tersusun oleh 4 komponen,
yaitu bahan padatan (mineral dan bahan
organik), air dan udara. Berdasarkan
volumenya, maka tanah secara rerata
terdiri dari: (1) 50% padatan, berupa
45% bahan mineral dan 5% bahan
organik, dan (2) 50% ruang pori, berisi
25% air dan 25% udara.
Khusus untuk tanah gambut yang
banyak tersebar di kawasan rawa
Sumatera Selatan, Jambi, Riau,
Kalimantan dan Papua, komposisi ini
relatif
berlainan, karena bagian
padatannya 100% dapat berupa bahan
organik, sedangkan ruang porinya 100%
dapat terisi air, sehingga ketiadaan
bahan mineral dan udara pada tanah ini
merupakan masalah utama dalam
Secara
alamiah
proporsi
komponen- komponen tanah sangat
148

tergantung pada (1). Ukuran partikel


penyusun
tanah, makin halus berarti makin padat
tanah, sehingga ruang porinya juga akan
menyempit, sebaliknya jika makin kasar.
(2). Sumber bahan organik tanah, tanah
bervegetasi akan mempunyai proporsi
BOT tinggi, sebaliknya pada tanah
gundul (tanpa vegetasi). (3). Iklim
terutama curah hujan dan temperatur,
saat hujan dan evaporasi (penguapan)
rendah proporsi air meningkat (dan
proporsi udara menurun), sebaliknya
pada saat tidak hujan dan evaporasi
tinggi, dan (4). Sumber air, tanah yang
berdekatan dengan sungai akan lebih
banyak mengandung air ketimbang yang
jauh dari sungai.
d.

Fungsi Utama Tanah sebagai


Media Tumbuh
Masing-masing komponen tanah
tersebut berperan penting dalam
menunjang fungsi tanah sebagai media
tumbuh, sehingga variabilitas keempat
komponen tanah ini akan berdampak
terhadap variabilitas fungsi tanah
sebagai media tumbuh.

Gambar 5.1.
Sketsa proporsi komponen-komponen
tanah mineral

Udara tanah misalnya berfungsi


sebagai gudang dan sumber gas (1). O2
yang dibutuhkan oleh sel-sel perakaran
tanaman untuk melaksanakan respirasi,

pori ini akan makin tidak berkembang


sistem perakaran tanaman. Bahan

yang melepaskan CO2 dan untuk


oksidasi enzimatik oleh mikrobia
autotrofik
(mampu
menggunakan
senyawa anorganik sebagai sumber
energinya). (2). CO2 bagi mikrobia
fotosintetik, dan (3). N2 bagi mikrobia
pengikat N.
Beberapa gas seperti CO2 dan N2
ini serta NH3, H2 dan gas-gas lainnya
baik yang berasal dari proses
dekomposisi bahan organik maupun
berasal dari sisa-sisa pestisida atau
limbah industri, apabila berkadar relatif
tinggi dapat menjadi racun baik bagi
akar maupun bagi mikrobia tanah.
Adanya sirkulasi udara (aerasi) yang
baik akan memungkinkan pertukaran
gas-gas ini dengan 02 dari atmosfer,
sehingga aktivitas mikrobia autotrofik
yang berperan vital dalam penyediaan
unsur-unsur hara menjadi terjamin dan
toksisitas gas-gas tersebut ternetralisir.
Air tanah berfungsi sebagai
komponen utama tubuh tetanaman dan
biota
tanah.
Sebagian
besar
ketersediaan dan penyerapan hara oleh
tanaman dimediasi oleh air, malah
unsur-unsur mobil seperti N, K dan Ca
dominan diserap tanaman melalui
bantuan mekanisme aliran massa air,
baik ke permukaan akar maupun
transportasi ke daun. Oleh karena itu,
tanaman yang mengalami kekurangan
air tidak saja akan layu tetapi juga akan
mengalami defisiensi hara.
Untuk
menghasilkan 1 g biomass kering,
tanaman membutuhkan sekitar 500 g
air, yang 1 %nya mengisi setiap unit selsel tanaman.
Bahan organik dan mineral tanah
terutama berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara bagi tetanaman dan biota
tanah. Bahan mineral melalui bentuk
partikel-partikelnya
merupakan
penyusun ruang pori tanah yang tidak
saja berfungsi sebagai gudang udara
dan air, tetapi juga sebagai ruang untuk
akar berpenetrasi, makin sedikit ruang
organik merupakan sumber energi,
karbon dan hara bagi biota heterotrofik
149

(pengguna senyawa organik), sehingga


keberadaan BOT (bahan organik tanah)
akan sangat menentukan populasi dan
aktivitasnya dalam melepaskan hara-hara tersedia yang dikandung BOT
tersebut.
Dalam berpenetrasi ini, pada
kondisi ideal perakaran tanaman dapat
tumbuh dan berpenetrasi baik secara
lateral maupun vertikal sejauh beberapa
cm per hari, sehingga tanaman jagung
dewasa yang ditanam berjarak 100 cm
dapat mempunyai sistem perakaran
yang saling bersentuhan dengan
kedalaman lebih dari 2 meter. Bahkan
tanaman alfalfa
diketahui dapat
mencapai kedalaman
sampai 7 m,
dengan rerata 2-3 m. Tanaman kedelai
dapat berpenetrasi hingga 35 cm lateral
dan 1 m horizontal. Makna terpenting
dari makin berkembangnya sistem
perakaran ini adalah makin banyaknya
hara dan air yang dapat diserap
tanaman, sehingga makin terjamin
kebutuhannya
selama
proses
pertumbuhan dan produksinya, dan
akhirnya makin produktif suatu areal
lahan.
5.2. Sifat Fisik Tanah
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
fungsi pertama tanah sebagai media
tumbuh adalah sebagai tempat akar
mencari ruang untuk berpenetrasi
(menelusup), baik secara lateral atau
horizontal maupun secara vertikal.
Kemudahan tanah untuk dipenetrasi ini
tergantung pada ruang pori-pori yang
berbentuk di antara partikel-partikel
tanah (tekstur dan struktur), sedangkan
stabilitas ukuran ruang ini tergantung
pada konsistensi tanah terhadap
pengaruh tekanan. Kerapatan porosotas
tersebut menentukan kemudahan air
5.2.1 Tekstur
Tekstur
tanah
menunjukkan
komposisi partikel penyusun tanah
(separat) yang dinyatakan sebagai
perbandingan proporsi (%) relatif antara
fraksi pasir (sand) (berdiameter 2,00-

untuk bersirkulasi dengan udara


(drainase dan aerasi). Sifat fisik lain
yang penting adalah warna dan suhu
tanah. Warna mencerminkan jenis
mineral penyusun tanah, reaksi kimiawi,
intensitas pelindian dan akumulasi
bahan-bahan yang terjadi, sedangkan
suhu merupakan indikator energi
matahari yang dapat diserap oleh
bahan-bahan penyusunan tanah.
Tanah
yang
gembur
akan
memberikan kelonggaran bagi perkembangan akar serta memperlancarkan persediaan oksigen
dan
drainase yang baik.
Ketersediaan
oksigen juga diperlukan untuk proses
dan aktivitas jasad renik tanah yang
menguraikan bahan organik menjadi
unsur hara yang selanjutnya dapat
diserap oleh tanaman.
Contohnya
adalah bakteri Rhizobum sp. Pada
leguminoceae akan membantu proses
penangkapan N2 dari udara dan akan
dikonversi menjadi Nitrat, sedangkan
bakteri Nitratasi akan merubah NO2
menjadi NO3.
Drainase tanah yang baik akan
mencegah penggenangan air, mengatur
suhu dan kelembaban tanah sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh tanaman.
Selain itu, dengan drainase yang baik
akan terhindar perkembangan berbagai
patogen seperti cendawan yang
merugikan.
Secara keseluruham sifat-sifat fisik
tanah ditentukan oleh (1). Ukuran dan
komposisi
partikel-partikel
hasil
pelapukan bahan penyusunan tanah.
(2).
Jenis dan proporsi komponenkomponen penyusunan pertikel-pertikel
ini. (3). Keseimbangan antara suplai
air, energi dan bahan dengan
kehilangannya; dan (4).
Intensitas
reaksi kimiawi dan biologis yang telah
atau sedang berlangsung.
0,20 mm atau 2000-200 m, debu
(silt)
(berdiameter 0,20-0,002 mm atau 2002
150

m) dan liat (clay) (<2 m). Partikel


berukuran di atas 2 mm seperti kerikil
dan bebatuan kecil tidak tergolong
sebagai fraksi tanah, tetapi harus
diperhitungkan dalam evaluasi tekstur
tanah. Klasifikasi ukuran, jumlah dan
Was permukaan fraksi-fraksi tanah
menurut sistem USDA dan Sistem
Internasional tertera pada Tabel 5.1.
berikut:
Tabel 5.1. memperlihatkan bahwa makin
kecil ukuran separat berarti makin
banyak jumlah dan makin luas
permukaannya per satuan bobot tanah,
yang menunjukkan makin padatnya
partikel-partikel per satuan volume
tanah. Hal ini berarti makin banyak
ukuran pori mikro yang terbentuk,
sebaliknya jika ukuran separat makin
besar.
Tanah yang didominasi pasir akan
banyak mempunyai pori-pori makro
(besar) (disebut lebih poreus), tanah
yang didominasi debu akan banyak
mempunyai pori-pori meso (sedang)
(agak poreus), sedangkan yang
didominasi liat akan banyak mempunyai
pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus.
Hal ini berbanding terbalik dengan luas
permukaan yang terbentuk, luas
permukaan mencerminkan luas situs
yang dapat bersentuhan dengan air,
energi atau bahan lain, sehingga makin
dominan fraksi pasir akan makin kecil
daya menahan tanah terhadap ketiga
material ini, dan sebaliknya jika liat yang
dominan. Sebagai hasilnya, maka (1).
Makin poreus tanah akan makin mudah
akar untuk berpenetrasi, serta makin
mudah air dan udara untuk bersirkulasi

menunjukkan bahwa suatu tanah


disebut bertekstur pasir apabila

(drainase dan aerasi baik: air dan udara


banyak tersedia bagi tanaman), tetapi
makin mudah pula air untuk hilang dari
tanah, dan sebaliknya. (2). Makin tidak
poreus tanah akan makin sulit akar
untuk berpenetrasi, serta makin sulit air
dan udara untuk bersirkulasi (drainase
dan aerasi buruk: air dan udara sedikit
tersedia), tetapi air yang ada tidak
mudah hilang dari tanah. (3). Oleh
karena itu, maka tanah yang baik
dicerminkan oleh komposisi ideal dari
kedua kondisi ini, sehingga tanah bertekstur debu dan lempung akan
mempunyai ketersediaan yang optimum
bagi tanaman, namun dari segi nutrisi
tanah lempung lebih baik ketimbang
tanah bertekstur debu.
Fraksi pasir umumnya didominasi
oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat
tahan terhadap pelapukan, sedangkan
fraksi debu sanya berasal dari mineral
feldspar dan mika yang cepat lapuk,
pada
saat
pelapukannya
akan
membebaskan sejumlah hara, sehingga
tanah bertekstur debu umumnya lebih
subur ketimbang tanah tekstur pasir.
Uraian ini menunjukkan bahwa
fraksi pasir dan debu lebih berperan
secara fisik, sedangkan karena sebagian
fraksi liat yang rukuran <1 m
merupakan koloid atau partikel
bermuatan listrik yang aktif sebagai situs
pertukaran anion atau kation, maka
fraksi liat lebih berperan secara kimiawi
ketimbang secara fisik.
Perbedaan jumlah dan luas
permukaan partikel-partikel per satuan
volume tanah, maka di lapangan jika
tanah yang telah dibasahi dirasakan
dengan kulit jari-jari tangan, maka fraksi
pasir akan terasa kasar dan tidak lekat,
fraksi debu akan terasa agak halus dan
agak lekat, tetapi tidak licin, sedangkan
fraksi liat akan terasa halus, lekat, dan
licin.
Tekstur tanah dibagi menjadi 12
kelas seperti tertera pada Tabel 5.2.
mengandung minimal 85% pasir,
bertekstur debu apabila berkadar
151

minimal 80% debu dan bertekstur liat


apabila berkadar minimal 40% liat.
Tanah yang berkomposisi ideal yaitu
22,5- 52,5% pasir, 30-50% debu dan
1030% liat disebut bertekstur
Lempung.
Berdasarkan kelas teksturnya maka
tanah digolongkan menjadi (1). Tanah
bertekstur kasar atau tanah berpasir
berarti tanah yang mengandung minimal
70% pasir atau bertekstur pasir atau
pasir berlempung (tiga macam). (2).
Tanah bertekstur halus atau tanah
berliat berarti tanah yang mengandung
minimal 37,5% liat atau bertekstur liat,
liat berdebu atau liat berpasir (3
macam). (3). Tanah bertekstur sedang
atau tanah berlempung, terdiri dari (a).
Tanah bertekstur sedang tetapi agak
kasar meliputi tanah yang bertekstur
lempung berpasir (Sandy Loam) atau
lempung berpasir halus (dua macam).
(b). Tanah bertekstur sedang meliputi
yang bertekstur lempung berpasir
sangat halus, lempung (Loam), lempung
berdebu (Silty Loam) atau debu (silt) (4
macam), dan (c). Tanah bertekstur
sedang tetapi agak halus mencakup
lempung liat (Clay loam), lempung liat
berpasir (Sandy clay Loam) atau
lempung liat berdebu (Sandy-silt Loam)
(3 macam).
Melalui pengetahuan tentang sifatsifat fraksi pasir, debu dan liat
sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
apabila kelas tekstur tanah diketahui,
maka gambaran umum tentang sifat fisik
tanah dapat diperkirakan.
Di lapangan tekstur tanah dapat
ditetapkan berdasarkan kepekaan indra
perasa (kulit jari jempol dan telunjuk)
yang membutuhkan pengalaman dan
kemahiran, makin peka indra perasa ini,
hasil penetapannya akan makin

jatuhnya partikel yang berkerapatan


(density) sama dalam suatu larutan akan

mendekati kebenaran atau makin identik


dengan basil penetapan di laboratorium.
Cara ini disebut metode rasa, dilakukan
dengan mengambil sebongkah tanah
seberat kira-kira 10 g, pecahkan
perlahan,
basahi
dengan
air
secukupnya, lalu pijit di antara jari
jempol dan telunjuk, geser-geserkan jari
telunjuk sambil merasai derajat
kekasaran, kelicinan, dan kelengketan
partikel-partikel tanah.
Melalui
perbandingan rasa ketiganya maka
secara kasar tekstur tanah dapat
diperkirakan, misalnya indra kulit
merasakan partikel-partikel (1). Terasa
kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa
lengket, serta tidak bisa membentuk
gulungan atau lempengan kontinu, maka
berarti tanah bertekstur pasir.
(2).
Sebaliknya jika partikel tanah terasa
halus, lengket dan dapat dibuat
gulungan atau lempengan kontinu, maka
berarti tanah bertekstur liat. (3). Tanah
bertekstur debu akan mempunyai
partikel-partikel yang terasa agak halus
dan licin tetapi tidak lengket, serta
gulungan atau lempengan yang
terbentuk rapuh atau mudah hancur.
(4). Tanah bertekstur lempung akan
mempunyai
partikel-partikel
yang
mempunyai rasa ketiganya secara
proporsional, apabila yang terasa lebih
dominan adalah sifat pasir, maka berarti
tanah bertekstur lempung berpasir, dan
seterusnya.
Hasil penetapan menurut metode
rasa ini akan makin baik apabila untuk
setiap titik pengamatan dilakukan
beberapa kali, paling tidak tiga kali (tiga
ulangan).
Di Laboratorium, tekstur tanah
umumnya ditetapkan melalui dua
metode, yaitu metode pipet (kurang teliti)
atau metode hidrometer "Bouyoucos"
(lebih teliti), yang keduanya didasarkan
pada perbedaan kecepatan jatuhnya
partikel-partikel tanah di dalam air
dengan asumsi bahwa kecepatan
meningkat

secara.

linear

apabila
152

radius partikel bertambah secara secara


kuadratik:

2 gr

dp
9n

di mana :
V
= kecepatan jatuhnya partikel
(cm detik-1)
g
= percepatan karena gravitasi (cm
detik-1)
dp = kerapatan partikel (g cm-3)
d
= kerapatan larutan (g cm-3)
r
= radius partikel (cm)
n
= viskositas absolut larutan (dyne
detik cm-3).
Melalui metode hidrometer tersebut
(1).
fraksi pasir merupakan partikelpartikel yang turun ke dasar suspensi
selama kurang dari 40 detik. (2). fraksi
debu turun antara 40 detik hingga
hampir dua jam, sedangkan. (3).
sisanya yang masih tersuspensi
merupakan fraksi liat.
Proporsi hasil penetapan masingmasing fraksi tanah ini kemudian
dicocokkan dengan proporsi pada
segitiga tekstur (Gambar 3.1), misalnya
contoh tanah o berkadar pasir 25%,
debu 25% dan liat 50%, maka berarti
tanah bertekstur liat.
Peran tekstur tanah sebagaimana
diuraikan di atas akan memengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman,
hasil penelitian pengaruh tekstur tanah
terhadap produksi jagung dan kentang
tertera pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 ini
menunjukkan bahwa jagung ideal
tumbuh pada tanah bertekstur lempung,
sedangkan kentang ideal pada tanah

bertekstur lempung berpasir ketimbang


yang bertekstur liat dan pasir
berlempung. Namun keduanya tumbuh
ideal pada tanah bertekstur pasir apabila
disertai dengan irigasi. Pada kondisi
tanpa
irigasi,
tanah
lempung
memberikan sifat-sifat fisik yang baik
sebagaimana diuraikan sebelumnya,
sehingga sistem perakarannya leluasa
untuk berkembang.
Tanah yang lebih baik adalah tanah
bertesktur lempung berpasir ketimbang
tekstur lempung terkait dengan
kebutuhan tanaman kentang terhadap
ruang
untuk
perpanjangan
dan
pembesaran umbinya. Pinus resinosa
ideal pada tanah bertekstur lempung
berpasir meskipun jika dibanding
dengan tanah bertekstur pasir yang
diberi air irigasi.
Pada tanah-tanah di daerah tropika,
nisbah debu : Liat merupakan kriteria
penting dalam mengevaluasi fenomena
seperti: (1) migrasi liat, (2) taraf
pelapukan fisik, dan (3) umur bahan
induk tanah; serta (4) klasifikasi tanah
(Lal, 1979).
5.2.2

Struktur
Apabila tekstur mencerminkan
ukuran partikel dari fraksi-fraksi tanah,
maka struktur merupakan kenampakan
bentuk atau susunan partikel-partikel
primer tanah (pasir, debu dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder
(gabungan partikel-partikel primer yang
disebut
ped
(gumpalan)
yang
membentuk agregat (bongkah). Tanah
yang
partikel-partikelnya
belum
bergabung, terutama yang bertekstur
pasir, disebut tanpa struktur atau
berstruktur lepas, sedangkan tanah
bertekstur liat, yang terlihat massif (padu
tanpa ruang pori, yang lembek jika
basah dan keras jika kering) atau
apabila dilumat dengan air membentuk
pasta disebut juga tanpa struktur.

153

Tabel 5.1.

Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah menurut


Sistem USDA dan Sistem Internasional
Separat tanah
Diameter (mm)
Jumlah partikel Was permukaan
USDA
Internasional
(g-1)
(cm2 g-1)
Pasir sangat kasar
2,00-1,00
90
11
Pasir kasar
1,00-0,50
720
23
Pasir sedang
0,50-0.25
5.700
45
Pasir
2,00-0,20
4,088
29
Pasirhalus
0,25-0,10
46.000
91
Pasir sangat halus
0,10-0,05
722.000
227
Debu
0,05-0,002
5.776.000
454
Debu
0,02-0,002
2.334.796
271
Liat*)
<0,002
<0,002
90.250.853.000
8.000.000
Struktur
tanah
berfungsi
memodifikasi pengaruh tekstur terhadap
kondisi drainase atau aerasi tanah,
karena susunan antar ped atau agregat
tanah akan menghasilkan ruang yang
lebih besar ketimbang susunan
antarpartikel primer. Oleh karena itu,
tanah yang berstruktur baik akan
mempunyai kondisi drainase dan aerasi
yang baik pula, sehingga lebih
memudahkan
sistem
perakaran
tanaman untuk berpenetrasi dan
mengabsorpsi (menyerap) hara dan air,
sehingga pertumbuhan dan produksi
menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari
percobaan
pemupukan
yang
mendapatkan bahwa produksi jagung
pada tanah tanpa pupuk tetapi
beragregat baik ternyata 2,3 kali lebih
besar ketimbang produksi pada tanah
beragregat buruk yang diberi pupuk.
Penanaman melindungi agregat tanah
dari hantaman air hujan, sehingga makin
rapat tajuk tanaman akan makin baik
pengaruhnya terhadap agregat tanah.
Struktur tanah mempunyai peran
sebagai
regulator
yang
(1).
menyinambungkan arah pipa yang
terbentuk dari berbagai ukuran pori-pori
yang berinterkoneksi, stabilitas dan
durabilitasnya, (2). mengatur retensi
dan pergerakan air tanah yang meliputi:
Mekanisme pembentukan struktur
dimulai dari butiran tunggal atau dari
bentuk masif. Apabila berasal dari butirbutir tunggal, maka perkembangannya
dimulai dari pengikatan partikel-partikel

(a), difusi gas dari dan ke atmosfer, (b).


mengontrol proliferasi (pertumbuhan)
akar dan perkembangannya,
(c)
Kemudian secara langsung atau tak
langsung terkait dengan (d). erosi air
atau angin. (e). penggenangan dan
aerasi tanah. (f). stres tanaman akibat
kekeringan.
(g).
pelindian atau
kehilangan hara-hara tanaman; dan (h).
temperatur tanah.
Di lapangan, struktur tanah
dideskripsikan menurut (1).
tipe,
indikator bentuk dan susunan ped, yaitu:
bulat, lempeng, balok dan prisma. (2).
kelas, indikator bentuk struktur yang
terbentuk dari ped-ped penyusunnya,
menghasilkan 7 tipe struktur tanah,
sebagaimana tertera pada Tabel 3.4,
dan (3). gradasi, indikator derajat
agregasi atau perkembangan struktur,
yang dibagi menjadi (a) tanpa struktur,
jika agregasi tak terlihat atau berbatas
tidak jelas atau baur dengan batas-batas
alamiah,
(b) lemah, jika ped sulit
terbentuk tetapi terlihat, (c) sedang, jika
ped dapat terbentuk dengan baik, tahan
lama dan jelas, tetapi tak jelas pada
tanah utuh, dan (d) kuat, jika ped kuat,
pada tanah utuh jelas terlihat dan antar
ped terikat lemah namun tahan jika
dipindahkan dan hanya terpisah apabila
tanah terganggu.
tanah membentuk cluster (gerombol)
yang kemudian menjadi ped.
Lima mekanisme utama yang
menyatukan
partikel-partikel
ini
meliputi: (1) aktivitas penetrasi akar

pada saat berkembang,


(2)
pergerakan air yang mengikuti arah
perkembangan akar menyebabkan
terjadinya pengikisan dan pemecahan
tanah
yang
kemudian
memicu
pembentukan ped; dan
(3) aktivitas
keluar masuknya fauna tanah, (4).
Pembasahan dan pengeringan yang
merenggang-ciutkan partikel- partikel
dan (5). Pencairan dan pembekuan
yang juga merenggang- ciutkan partikelpartikel.
Stabilitas ped yang terbentuk (juga
agregat) ter-gantung pada dua kondisi,
yaitu (1). Keutuhan tanah permukaan
ped pada saat rehidrasi, dan
(2).
Kekuatan ikatan antar koloid-partikel di
dalam ped pada saat basah.
Stabilitas ped ini dapat ditentukan
melalui metode penyaringan basah.
Dalam metode ini, tanah kering
diletakkan dalam saringan kemudian
dicelupkan ke dalam air, air segera
meresap dan mendesak udara yang
terperangkap di ruang-ruang pori tanah,
ped yang tidak kuat terhadap tekanan ini
akan pecah dan rusak, turun lewat
lobang-lobang saringan. Ped-ped yang
tertinggal merupakan ped yang stabil
terhadap air.
Secara umum terdapat tiga
kelompok bahan koloidal (partikel
berdiameter
<1 m) yang bertindak
sebagai agen perekat (cementing agent)
partikel-partikel
dalam
proses
pembentukan agregat (agregasi) tanah,
yaitu (1) Mineral-mineral Liat koloidal.
(2)
Oksida-oksida besi dan mangan
koloidal, dan (3) Bahan organik koloidal,

termasuk hasil aktivitas dan perombakan


sel-sel mikrobia.
Oleh karena koloid-koloid ini
bermuatan negatif, maka molekulmolekul air yang dapat bertindak secara
dipolar (bermuatan + dan -) terjerap
(adsorpsi) ke permukaan koloid liat
tersebut. Pada saat air menguap, maka
lempeng-lempeng liat akan berdekatan
dan dibantu oleh agen perekat, maka
terjadilah agregasi.
Pada tanah horizon A di Wisconsin
USA urutan kepentingan agen-agen
pengikat pembentuk ped berdiameter >
0,5 mm adalah sebagai berikut (1).
Secara umum lendir
mikrobial>Feoksida>C-organik> liat. (2). Lempung
berdebu Parr: lendir mikrobial>liat>Fe-oksida> C-organik. (3). Lempung berliat
Almena : lendir mikrobial>Fe-oksida.
(4). lempung berliat Miami :
lendir
mikrobial>Fe-oksida>C-organik,
dan
(5). lempung berliat Kewaunee : Feoksida>liat>lendir mikrobial.
Pentingnya peran lendir (gum)
mikrobial sebagai agen pengikat adalah
menjamin
kelangsungan
aktivitas
mikrobia dalam proses pembentukan
ped (dan agregasi) tersebut. Polimerpolimer organik yang merupakan
polisakarida berbobot-molekul besar
dapat berasal dari lendir ekstraseluler
atau dinding-dinding sel-sel mikrobia,
membentuk jaringan seperti jala yang
efektif dalam menyatukan partikelpartikel tanah. Hidroksi polimer-polimer
ini dan atom-atom oksigen permukaan
liat membentuk ikatan-ikatan hidrogen
sebagai jembatan pengikat, sedangkan
terhadap partikel nonkoloidal, polimerpolimer ini bertindak sebagai lem
perekat. Miselia jamur dan aktinomisetes
juga efektif sebagai agen pengikat ini.
Pada tanah Latosol di daerah tropis,
agen pengikat yang terpenting adalah
Fe-oksida karena tingginya kadar Feoksida pada tanah ini.

Tabel 5.3. Pengaruh kelas tekstur dominan lapisan atas tanah terhadap
produksi jagung dan kentang
Produksi (per hektar)
Kelas tekstur dominan
Jagung (ton)
Kentang (Ton)
Liat
5,030
Lempung
6,287
28,00
Lempung berpasir
5,030
33,60
Pasir berlempung
3,772
28,00
Pasir (+ irigasi)
7,544
33,60
Tabel 5.4. Deskripsi tipe-tipe struktur tanah
Tipe struktur
Deskripsi Ped
1. Granuler
Relatif tak poreus, kecil dan agak bulat; tidak
terikat membentuk ped.
= 1 tetapi relatif poreus; antarped tidak terikat.
2. Remah
Seperti tumpukan susunan piringan yang
3. Lempeng
berikatan lemah; disebut plat jika tebal dan
laminar jika tipis.
4. Balok bersudut Seperti balok-balok yang terbentuk dari ikatan
ped-ped yang sisi-sisinya bersudut tajam.
lkatan antar ped ini sering putus membentuk
balok-balok kecil.
5. Balok persegi = 4, tetapi ped-ped penyusun bersisi-sisi bulat
agak persegi.
Seperti pilar-pilar berpermukaan rata yang te6. Prisma
rikat oleh ped prisma lainnya sebagai penyela.
Ped prisma ini ada yang pecah membentuk ped
balok kecil.
7. Kolumnar
= 6, tetapi berpermukaan bulat melingkar yang
diikat secara lateral oleh ped pilar lainnya
sebagai penyela.
5.2.3 Aerasi Tanah
Aerasi tanah merupakan istilah
yang mengindifikasikan kondisi tataudara (keluar-masuknya udara) dalam
tanah. Aerasi baik berarti keluarmasuknya udara dari hambatan,
sedangkan aerasi buruk berarti
sebaliknya.
Pada tanah beraerasi
bueruk, akan terjadi penghambatan
terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman akibat tertekannya
(1).
Pertumbuhan
dan
perkembangan
perakaran tanaman. (2). Respirasi
butuh oksigen) yang terlibat dalam
penyediaan hara akan terganggu, maka
penyerapan hara melalui mekanisme
aktif yang membutuhkan energi kimiawi
(ATP) hasil proses respirasi juga akan

Lokasi horizon
A
A
E tanah hutan
atau Bt tanah
liat
Bt

Bt
Bt

Bt

akar. (3). Absorpsi (penyerapan)


air dan unsur hara. Serapan hara yang
paling terganggu adalah kalium,
kiemudian kalsium, magnesium, nitrogen
dan fosfor (4). Aktivitas mikrobia yang
terkait dengan kesuburan tanah.
Hal ini terutama terkait dengan
proses respirasi akar tanaman yang
menyerap O2 dari udara tanah dan
melepaskan CO2 sehingga jika aerasi
buruk akan terjadi akumulasi CO2 dan
defisit O2 konsrkuensinya respirasi akar
dan aktivitas mikrobia aerobik (mutlak
terhambat.
Kemungkinan
secara
keseluruhan
akan
menghambat
perkembangan
dan
pertumbuhan
tanaman.

Pada kondisi aerasi baik kadar CO2


udara tanah lebih tinggi 6-7 kali (jika aerasi
buruk dapat hingga 10-100 kali), kadar O2
lebih rendah dan kadar N2, lebih tinggi
daripada kandungan CO2, O2 dan N2
atmosfer. Hal ini di samping disebabkan
oleh (1). Adanya respirasi akar (juga
mikroflora fotosintetik dan fauna tanah)
seperti dijelaskan diatas, dan (2).
Aktivitas mikrobia dalam dekomposisi
bahan organik yang melepaskan gas CO2
dan N2 (denitrifikasi), serta fiksasi N2
(seperti
bakteri
rhizobium),
CO2
(mikrobia heterotrofik) dan O2 (mikrobia
aerobik), terutama terkait dengan (3).
Kecenderungan udara yang mengalir
dari temperatur tinggi (tanah) ke
temperatur udara (atmosfer) terutama di
malam hari dan sebaliknya di siang hari,
dan (4). Adanya gas-gas yang berdifusi
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah (N2 dan CO2 dari tanah ke udara
dan O2 dari udara ke tanah).
Umumnya tanaman tumbuh normal
pada saat pori tanah terisi udara >10%
oksigen, idealnya sekitar 21%. Di
bawah kadar 10% pertumbuhan akan
terhambat dan akan berhenti sama
sekali apabila kadarnya kurang dari 2%.
Laju difusi oksigen di dalam air adalah
10 ribu kali lebih kecil ketimbang laju
difusi oksigen di udara tanah, sehingga
peningkatan kadar air tanah akan
menghambat penetrasi oksigen ini yang
kemudian menyebabkan tertekannya
respirasi
akar.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa akar kebanyakan
tanaman ideal pada laju difusi oksigen

minimal 30 x 10 cm menit, tidak mampu


berpenetrasi ke dalam tanah apabila laju
difusi kurang dari 20 x 10 cm menit, dan
pada kondisi jenuh air terjadi defisit
oksigen yang menyebabkan matinya
tanaman. Pada kacang kapri dan tomat,
derisiensi oksigen selama 24 jam saja
telah menghambat pertumbuhannya. Pada
tomat terlihat setelah 10-15 hari kemudian
dengan penurunan bobot terjadi pada 4550 hari kemudian dengan penurunan
bobot hingga 25% yang baru pulih setelah
70 hari.
Kepekaan tanaman terhadap aerasi
tanah yang buruk atau defisiensi oksigen
adalah sebagai berikut (1). Peka: tomat,
kentang, biet gula, kacang pea dan
barlei. (2). Sedang: jagung, gandum,
oat, dan kedelai.
(3).
Agak tahan:
sorgum (dapat terendam beberapa hari),
rumput sudan dan reed canary, dan (4).
Toleran: willow, padi, cattail, dan beberapa
sedge yang dapat menyerap udara ke
dalam perakarannya yang tenggelam.
Pada padi mekanisme ini terjadi karena
adanya interkoneksi pembuluh udara
dalam korteks, yang dapat
menyuplai
oksigen asalkan trubusnya menyembul
ke udara.
Kadar CO2
pada udara tanah
bervariasi antara 0,1-5,0% dan jika
aerasi buruk dapat mencapai hampir
20%. Pada kondisi tergenang (reduksi)
udara tanah juga banyak mengandung
gas methan, hidrogen sulfida dan
amoniak.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi kadar CO2 O2 udara
tanah tertera pada Tabel 3.8 yang
secara
umum
merupakan
konsekuensinya terhambat aktivitas akar
dan mikrobia, serta difusi yang
menyebabkan naiknya kadar CO2 dan
turunnya kadar O2.
5.2.4

Temperatur Tanah
Temperatur (suhu) adalah suatu
sifat tanah yang sangat penting secara
langsung
mempengaruhi
pertumbuhan
tanaman
dan
juga
terhadap kelembaban, aerasi, struktur,
aktivitas mikrobial, dan enzimatik,
dekomposisi serasah/sisa tanaman dan

ketersediaan
hara-hara
tanaman.
Temperatur tanah merupakan salah satu
faktor tumbuh tanaman yang penting
sebagaimana halnya air, udara dan

unsur hara. Proses kehidupan bebijian,


akar tanaman dan mikrobia tanah
secara langsung dipengaruhi oleh
temperatur tanah. Laju reaksi kimiawi
meningkat dua kali lipat untuk setiap 10o
kenaikan temperatur.
Temperatur
tanah
sangat
memperngaruhi aktivitas mikrobial
tanah. Aktivotas ini sangat terbatas pada
temperatur di bawah 10oC, laju optimum
aktivitas
biota
tanah
yang
menguntungkan terjadi pada temperatur
1830oC, seperti bakteri pengikat N
pada tanah berdrainase baik. Nitrifikasi
berlangsung optimum pada temperatur
sekitar Pada temperatur di atas 30oC.
Pada temperatur di atas 30oC lebih
banyak unsur K-tertukar dibebaskan
ketimbang pada temperatur yang lebih
rendah, sehingga penyerapannya oleh
akar juga meningkat. Pada temperatur di
atas 40oC, mikrobia umumnya menjadi
inaktif.
Temperatur adalah istilah untuk
menyatakan intensitas atau level panas
yang berfungsi sebagai indikator level
atau derajat aktivitas molekuler. Dalam
Handbook of Chenistry and Physics,
temperatur didefibisikan sebagai kondisi
suatu bodi yang menentukan transfer
panas ke atau dari bodi lainya.
Temperatur dinyatakan dalam derajat
(a). Skala sentigrade pada tahun 1742
oleh Anders Celcius (ahli Astronomi
Swedia), yang kemudian paling umum
digunakan di dunia. Satu sentigrade =
1/100 dari total perbedaan anatar
temperatur air pada titik didih di bawah
tekanan atmosfer baku {700 mm Hg
(merkuri)}. (b). Interval temperatur ini

oK

= oC + 273
= (oF 32) x 0,556
oK 273 = oC = 0,556 oF 17,8
oC

Jumlah panas yang ada dalam


suatu bodi disebut sebagai kapasitas
thermal atau kapasitas panas. Kapasitas

juga digunakan untuk menyatakan


temperatur absolut (derajat Kelvin), namun
skalanya dimulai pada -273,18 oC
sebagai titik nol, dan (c). Pada tahun
1724 seorang blower gelas bangsa
Jerman Fahrenheit mengembangkan
sistem graduasi temperatur dengan
menggunakan tem-peratur terbeku dari
campuran amonium khlorida es air
sebagai titik nol dan panasa darah
sebagai titik 100 oF. (d). Hubungan
ketiga skala temperatur ini adalah :
oK

= oC + 273
= (oF 32) x 0,556
oK 273 = oC = 0,556 oF 17,8
oC

Jumlah panas yang ada dalam suatu


bodi disebut seabgaai kapasitas thermal
atau kapasitas panas. Kapasitas thermal
suatu substansi dapat didefinisikan
sebagai jumlah panas yang dibutuhkan
untuk mengubah temperatur per tahun
satuan bobot massa substansi tersebut.
Satuan kapasitas panas adalah gram
per kalori (g cal-1), yaitu jumlah panas
yang dibutuhkan untuk mengubah
temperatur 1 gram air dari 15 menjadi 16
oC. Panas spesifik adalah kapasitas panas
suatu substansi yang dihubungkan
dengan sifat air, yang berpanas-spesifik
air = 1 cal g-1, sedangkan kebanyakan
mineral-mineral penyusun tanah panasspesifik hampir
0,2 cal g-1. secara umum semua substansi
berkapasitas-panas lebih kecil dari air
(Kohnke, 180).
Temperatur tanah ditentukan oleh
interaksi sejumlah faktor dengan dua
sumber panas, yaiut radiasi sinar
matahari dan langit (dominan), serta
konduksi dari interior anah (sangat
sedikit).
Faktor-faktor
eksternal
(lingkungan)
yang
ber-peran
menyebabkan terjadinya perubahan
temperatur tanah meliputi:
thermal
suatu
substansi
dapat
didefinisikan sebagai jumlah panas yang
dibutuhkan untuk mengubah temperatur
per satuan bobot massa substansi
tersebut. Satuan kapasitas tanah adalah
gram per kalori (g cal-1 ), yaitu jumlah
panas yang dibutuhkan untuk mengubah

temperatur 1 gram air dari 15 menjadi 16


oC. Panas spesifik adalah kapasitas panas
suatu substansi yang dihubungkan
dengan sifat air ini, yang berpanas
spesifik air = 1 cal g-1 , sedangkan
kebanyakan mineral-mineral penyusun
tanah berpanas-spesifik hampir 0,2 cal g
-1 . secara umum semua substansi
berkapasitas panas lebih kecil dari air
(Kohnke, 1980).
Temperatur tanah ditentukan oleh
interaksi sejumlah faktor, dengan dua
sumber panas, yaitu radiasi sinar matahari
dan langit (dominan), serta konduksi dari
interior tanah (sangat sedikit). Faktorfaktor eksternal (lingkungan) yang
berperan
menyebabkan
ter-jadinya
perubahan temperatur tanah meliputi :
(1). Radiasi solar. Jumlah panas matahari
yang mencapai permukaan bumi adalah 2
cal g-1 cm-2 menit-1 atau 2 langleys menit
-1 , namun yang benar-benar diterima oleh
permukaan tanah jauh berkurang,
tergantung pada : (a) sudut temu antar
matahari muka tanah yang dipengaruhi
oleh latitudo, musim, waktu, kecuraman
dan arah lereng, serta altitudo lokasinya,
dan (b) insulasi oleh udara, uap air,
awan, debu, kabut, salju, tetanaman,
dan mulsa. (2). Didaerah Temperate,
radiasi yang diterima permukaan bumi
adalah 100 800 langleys per hari, yang
secara rata-rata setara dengan

(1)

Kapasitas thermal.
Tanah mineral kering mempunyai
panas spesifik hampir 0,2 cal g-1 , yang
berarti setiap 1 cm3 (biasanya disingkat
cc) tanah kering yang tersusun oleh 50
% padatan dan 50 % ruang pori akan
mempunyai panas spesifik sebesar 0,5 x
2,65 x 0,2 = 0,265 cal cm3 (atau rerata

kebutuhan
energi
untuk
mengevaporasikan lapisan air setebal 1
cm diperlukan 560 langleys. Namun
demikian hanya sebagian dari total radiasi
ini yang tersedia untuk menyuplai energi
yang dibutuhkan untuk evaporasi dan
transpirasi tersebut. Sisa energi ini jika
tidak terpakai untuk menaikan temperatur
tanah dan fotosintesis, direradiasikan
kembali ke langit.
Radiasi solar terjadi sebagai radiasi
gelombang pendek dengan panjang
gelombang antara 0,3 5,0 um.(1).
Radiasi dari langit, yang berkontribusi
relatif besar dalam menyuplai panas
pada tanah di areal yang sinar
mataharinya dapat menembus atmosfer
bumi.
(2).
Konduksi panas dari
atmosfer. Oleh karena konduksi panas
yang menerobos udara adalah sedikit,
maka efeknya terhadap temperatur
tanah hanya penting apabila terjadi kontak
dengan tanah.
(3).
Kondensasi,
merupakan proses eksothermik. Apabila
uap air dari atmosfer atau dari
kedalaman
tanah
yang
berbeda
berkondensasi di dalam tanah maka
akan terjadi peningkatan temperatur
tanah, hingga 5 oC atau lebih.
(4).
Evaporsi,
merupakan
proses
endothermik yang berefek kebalikan .
(5). Curah hujan berperan menurunkan
temperatur tanah. (6). Insulasi, dapat
berupa tanaman penutup tanah, mulsa,
salju, awan dan asap yang menghalangi
sampainya radiasi matahari ke permukaan
tanah, dan (7).
Vegetasi, melalui
pengaruhnya terhadap transpirasi, repleksi
radiasi dan energi yang digunakannya
untuk fotosintesis akan menurunkan
temperatur iklim mikro dan secara tidak
langsung juga temperatur tanah.
Faktor-faktor internal (tanah) yang
berperan meliputi :
0,25 cal cm3 ) oleh karena panas spesifik
udara sangat kecil sehingga dapat
diabaikan.
Tanah yang ruang porinya terisi
air akan berpanas-spesifik = 0,265 +
(0,5 x 1,0) = 0,675 cal cm3 , yang
nilainya akan menurun tergantung

proporsi kadar air tanahnya. Panas


spesifik es hanya 0,5 cal cm3 . panas
spesifik gambut secara gravimetris
(bobot) akan jauh lebih besar ketimbang
tanah mineral, tetapi secara volumetris
tidak banyak berbeda. Tanah organik
biasanya mempunyai banyak ruang pori,
sehingga dalam keadaan jenuh akan
berpanas-spesifik besar, yaitu sekitar
0,9 cal cm3.
(2)

Konduktivitas dan difusivitas


thermal.
Konduktivitas
bahan-bahan
pembentuk tanah dan sebagian besar
partikel-partikel tanah adalah sekitar
0,005 cal detik -1 cm -1 oC-1. udara
berkonduktivitas 100 kali lebih kecil
sedangkan air hanya sekitar seperlima
ketimbang mineral pembentuk tanah
tersebut. Oleh karena itu, tanah-tanah
berstruktur lepas lagi kering akan
mempunyai konduktivitas thermal yang
sangat rendah (0,0003-0,0005 cal detik 1 cm -1 oC-1).
(3)

Aktivitas biologis.
Ativitas biologi menghasilkan panas,
sehingga makin besar aktivitas ini kan
makin banyak pans yang dibebaskan ke
tanah. Tanah yang berkadar BOT , hara
, dan udara tinggi, serta berapa derajat

komponen-komponen penyusunnya. Efek


komponen-komponen terhadap warna
komposit ini secara langsung proporsional
terhadap total permukaan tanah yang
setara dengan luas permukaan spesifik

lebih tinggi ketimbang tanah yang


biologisnya tidak aktif.
(4)

Radiasi
Radiasi dari tanah ke atmosfer yang
terjadi secara kontinu, makin tinggi
temperatur tanah akan makin besar
radiasinya.
(5)

Struktur,
Tekstur
dan
Kelembaban Tanah.
Tanah
padat
mempunyai
konduktivitas thermal lebih besar
ketimbang tanah yang gembur, akibat
udara yang mengisi tanah gembur ini
mempunyai konduktivitas thermal yang
jauh lebih rendah ketimbang air, apalagi
ketimbang partikel-partikel tanah.
(6)

Garam-garam terlarut
Garam
terlarut
mempengaruhi
evaporsi, kesuburan tanah dan aktivitas
biologis tanah, sehingga secara tidak
langsung
berpengaruh
terhadap
temperatur tanah. Kadar garam yang
tinggi akan menenkan aktivitas biologis
ini.
5.2.5 Warna Tanah
Warna merupakan salah satu sifat
fisik tanah yang lebih banyak digunakan
untuk pendeskripsian karakter tanah,
karena tidak mempunyai efek langsung
terhadap tetanaman tetapi secara tidak
langsung berpengaruh lewat dampaknya
terhadap temperatur dan kelembaban
tanah.
Warna tanah meliputi putih, merah,
coklat, kelabu, kuning, dan hitam,
kadangkala dapat pula kebiruan atau
kehijauan.
Kebanyakan
tanah
mempunyai warna yang tak murni tetapi
campuran kelabu, coklat, dan bercak
(rust), kerapkali 2-3 warna terjadi dalam
bentuk spot-spot, disebut karatan
(mottling).
Warna tanah merupakan komposit
(campuran)
dari
warna-warna
dikali proporsi volumetrik
masingmasingnya terhadap tanah, yang
bermakna materi koloidal mempunyai
dampak terbesar terhadap warna tanah,
misalnya humus dan besi- hidroksida

yang secara jelas menentukan warna


tanah. Besi-oksida berwarna merah,
coklat-karatan atau kuning tergantung
derajat
hidrasinya,
besi-tereduksi
berwarna biru-hijau, kuarsa umumnya
berwarna putih. Batukapur berwarna putih,
kelabu, atau kadangkala olive-hijau, dan
feldspar mempunyai banyak warna
tetapi dominan merah, tergantung tipe dan
proporsi mantel-besinya.
Karatan merupakan warna hasil
pelarutan dan pergerakan beberapa
komponen tanah, khusunya besi (Fe)
dan mangan (Mn), selama musim hujan,
yang kemudian mengalami presipitasi
(pengendapan) dan deposisi (perubahan
posisi)
ketika
tanah
mengalami
pengeringan. Hal ini terutama dipicu
oleh terjadinya : (a) reduksi besi dan
mangan ke bentuk larutan, dan (b)
oksidasi yang menyebabkan terjadinya
pada tanah yang rendah kadar besi atau
mangannya, sedangkan karatan berwarna
gelap terbentuk apabila besi dan mangan
tersebut mengalami presipitasi. Karatankaratan yang terbentuk ini tidak segera
berubah meskipun telah dilakukan
perbaikan drainase.
Warna bercak pada tanah juga
merupakan indkator terjadinya proses
reduksi-oksidasi
secara
sebentarsebentar (intermitten) akibat adanya
kelebihan air dan buruknya aerasi yang
terjadi secara temporer.
Tanah basah atau lembab terlihat
lebih gelap ketimbang tanah kering,

benda berwarna terang atau putih,


sehingga pada saat matahari bersinar,
tanah-tanah hitam dan gelap cenderung
lebih hangat ketimbang tanah-tanah

karena terkait dengan perbedaan nyata


dari sifat refraktif (aksi pembiasan cahaya)
komponen padatan tanah dan udara,
sehingga warna pada tanah kering
akan banyak direfleksikan.
Warna merupakan indikator kondisi
iklim tempat tanah berkembang atau
asal bahan induknya, tetapi pada kondisi
tertentu warna sering pula digunakan
sebagai indikator kesuburan atau
kapasitas produktivitas lahan, secara
umum dikatakan bahwa
Makin gelap tanah berarti makin tinggi
produktivitasnya.
Dengan
berbagai pengecualian mempunyai
urutan : putih. Kuning, kelabu,merah,
coklat-kekelabuan, coklat-kekaratan Coklat
dan hitam. Yang merupakan resultante
dari hal-hal berikut:
(1). kadar bahan
organik yang berwarna belap, makin
tinggi makin gelap.
(2). intensitas
pelindian unsur-unsur hara pada tanah
tersebut, makin intensif makin terang,
atau (3). warna terang mencerminkan
dominannya kuarsa, yaitu mineral yang
tanpa nilai nutrisional sama sekali,
sehingga makin dominan makin terang,
dan
Pada
tanah
muda,
warna
merupakan indikator jenis bahan
induknya, sedangkan tanah-tanah tua,
merupakan indikator iklim tempat
perkembangannya, baik iklim makro
maupun iklim tanah. Iklim hangat akan
menghasilkan tanah-tanah berwarna
merah,
khususnya
jika
tanah
berdrainase
baik.
Warna
terang
kerapkali merupakan hasil intesifnya
pelindian besi dari tanah, yang
umumnya bersamaan dengan hilangnya
berbagai unsur hara, sehingga tanah
berwarna terang sering dikaitkan dengan
rendahnya produktivitas.
Warna juga memengaruhi kondisi
tanah lainnya melalui efeknya terhadap
energi radiant. Benda berwarna hitam dan
gelap cenderung lebih banyak menyerap
energi matahari ketimbang
terang atau putih. Lebih banyaknya
energi panas yang tersedia dalam tanah
akan lebih mendorong laju evaporasi,
namun adanya mulsa atau vegetasi

penutup tanah
perbedaan ini.

atau

mengeliminasi

5.2.6 Klasifikasi Warna


Gelombang elektromagnetik yang
dikenal sebagai sinar visibel (dapat
dilihat mata) mempunyai panjang
gelombang sekitar 0,38 0,75 P m.
Efek sinar dari berbagai panjang
gelombang yang memengaruhi mata
(impresi) sangat bervariasi. Perbedaan
imperasi inilah yang disebut sebagai
warna.
Dalam pengklasifikasian warna
tanah, metode yang telah dikenal luas
oleh banyak Soil Specialist adalah
Sistem Munsell, yang membedakan
warna tanah secara langsung dengan
bantuan kolom-kolom warna standar.
Warna ini dibedakan berdasarkan tiga
faktor basal (basic) berupa komponen
warna, yaitu hue, value dan chroma,
yang mendasari penyusunan variasi
warna pada kartu-kartu Munsell :
Hue merujuk pada spektral atau kualitas
warna yang dominan, yang merupakan
pembeda antara merah dari kuning, dan
lainnya. Dalam hue ini warna dipilah
menjadi 10 warna, yaitu : Y (yellow =
kuning), YR (yellow red) , R (red =
merah), RP (red purple), P (Purple =
ungu), PB (purple brown), B (brown =
coklat), BG (brown gray), G (gray =
kelabu), dan GY (gray yellow), kemudian
setiap warna ini dibagi menjadi kisaran
hue : 0 2,5 2,5 5,0
5,0 7,5 dan 7,5 10, yang pada kartu
warna hanya tertulis 2,5 5,0 7,5 dan 10.
Value
atau
briliance
(kecemerlangan) yang mengekspresikan

tanaman. Ini merupakan salah satu sifat


biologis tanah yang perlu diperhatikan
dalam memilih tanah untuk keperluan
budidaya. Sifat biologis tanah akan
membantu tersedianya unsur hara yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman,

variasi berkas sinar yang terjadi jika


dibandingkan warna putih absolut. Value
ini merujuk pada gradasi warna dari
putih (skala 10) ke hitam (skala 0), dan
Chroma didefinisikan sebagai gradasi
kemurnian dari warna, atau derajat
pembeda adanya perubahan warna dari
kelbu atau putih netral (skala 0) ke
warna lainnya (skala 19).
Dilapangan,
ambil
tanah
secukupnya (kira-kira 5 g) cocokan
dengan warna yang ada di buku
Munsell, misalnya warna tanah terletak
pada kartu Hue 2,5 YR, value 3 dan
chroma 4, ditulis 2,5 YR berarti
warnanya dark reddish brown (coklat
kemerahan gelap).

5.3 Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang penting bagi


budidaya tanaman adalah derajat
keasaman atau pH tanah.
Pada
umumnya tanaman membutuhkan
kondisi lahan yang netral dengan pH
sekitar 7,0. derajat keasaman tanah ini
akan lebih banyak berpengaruh pada
fase
pertumbuhan
tanaman
dan
perkembangan selanjutnya. Hal ini karena
pH tanah berkaitan dengan
kemampuan tukar ion yang terjadi di
dalam tanah yang pada akhirnya akan
menentukan ketersediaan unsur hara
yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Derajat kemasaman tanah yang tidak
sesuai
dengan syarat perkembangan
tanaman menakibatkan pertumbuhan
tanaman terganggu dan akhirnya akan
memberikan hasil yang tidak memuaskan.
Derajat kemasaman tanah, akan
berpengaruh juga terhadap
kehidupan jasad renik atau mikroorganisme tanah yang berperan dalam
perombakan bahan organik menjadi unsur
hara.
Seperti yang telah disebutkan di
atas, aktivitas jasad renik dalam
perombakan bahan organik menjadi unsur
hara sangat penting bagi
membantu melarutkan unsur hara yang
tidak dapat larut dalam air melalui

proses biologis. Jasad renik juga dapat


membantu proses nitrifikasi, yaitu fiksasi
nitrogen dari udara menjadi senyawa
nitrit dan kemudian menjadi senyawa

nitrat yang dapat dimanfaatkan oleh


akan tanaman. Dengan demikian akan
menyuburkan tanah.

Tabel 5.5. Penggolongan tanah berdasarkan suhu.


Rerata temperatur tanah
tahunan (oC)
<8
8 - 15
15 22
< 22

Beda temperatur musim panas musim dingin (oC)

5
Frigid Mesik
Thermik
Hyperthermik

Isofrigid
Isomesik
Isothermik
Isohyperthermik

Gambar 5.2 .
Perkembangan kesuburan tanah (Encarta, 2006)

5.4

Teknik Pengolahan Tanah


Pengolahan lahan terdiri dari
persiapan lahan, pengolahan tanah dan
pembuatan bedengan. Lahan untuk
budidaya secara konvensional pada
umumnya terdiri dari tanah yang
merupakan tempat tumbuh tanaman.
Oleh karena itu tanah yang akan
ditanami harus dipersiapkan sebaik
Pembersihan lahan ini dapat dilakukan
dengan pembabatan, dan pencabutan.
Semua bahan organik yang terkumpul
diupayakan untuk diproses menjadi kompos
dengan menggunakan dekomposer (biofertilizer) dan antagonis patogen tular
tanah, sehingga diperoleh kompos siap
pakai yang mengandung mikroflora tanah
yang berfungsi untuk meningkatkan

mungkin sehingga tanaman bisa tumbuh


dengan subur dan hasilnya memuaskan.
Sebelum melakukan pengolahan
tanah hendaknya lahan dibersihkan
terlebih dahulu dari sisa-sisa tanaman
yang ada, misalnya rerumputan dan
semak yang tumbuh pada lahan
tersebut. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan
pengolahan
tanah.
kesuburan tanah dan berdampak positif
untuk tanaman yang dibudidayakan.
Pada tanah basah seperti tanah
sawah, pembersihan lahan dilakukan
dengan membabat atau membenamkan
sisa tanaman ke dalam tanah yang
terendam air.
Untuk mempercepat
proses pengomposan pada tanah sawah
dapat ditambahkan bio-fertilizer dan
dekomposer yang bersifat anaerob.

Pengolahan tanah merupakan


kegiatan yang dilakukan agar tanah
menjadi gembur dan subur, agar
tanaman bisa tumbuh dengan subur dan
memberikan banyak hasil. Pengolahan
(penggemburan) tanah ini bisa dilakukan

dengan cangkul atau dengan bajak


sedalam 20-30 cm.
Setelah kegiatan pengolah tanah,
tahap berikutnya yang harus dikerjakan
adalah pembuatan bedengan. Fungsi
bedengan
adalah
memudahkan
perawatan tanaman, pengaturan air,
penanaman benih atau bibit tanaman.
Dengan adanya bedengan maka akan
terbentuk saluran-saluran pembuangan air
yang sekaligus bisa digunakan sebagai
jalan untuk mengamati atau merawat
tanaman. Bedengan biasanya dibuat
dengan ukuran lebar 1-1,2 meter,
panjang 10-15 meter (tergantung luas
lahan), tinggi 15-20cm, dan jarak antara
bedengan 30-40 cm.
Pembuatan lubang tanam dan
pemberian pupuk dasar. Pembuat-an
lubang tanam dilakukan dengan membuat
lubang dan menggemburkan tanah
disekitar tanah tersebut. Lubang tanam
ini dibuat dengan ukuran lebar 15-20 cm,
dalam 20-25 cm dan jarak antar lubang
60 x 70 cm atau 60 x 60 cm.

Gambar 5.3.
Pengolahan tanah. A. Pengolahan tanah di lahan kering dengan menggunakan traktor. B. Pengolahan tanah di
lahan sawah dengan menggunakan hand tractor.

Setelah
pembuatan
lubang
tanam sesegera mungkin diberi
pupuk dasar. Pemberian pupuk dasar
diupayakan berupa pupuk organik
(kompos/pupuk
kandang)
yang
patogen (penyebab penyakit) dan
menyiapkan beberapa unsur hara yang
tersedia bagi tanaman. Pada kalangan
petani
sering
disebut
sebagai
menyiapkan koki (bio-fertlizer) dan dokter
tanaman (bo-pestisida).

mengandung
bio-fertilizer
dan
antagonis. Penambahan kedua bahan
tersebut dimaksudkan untuk melakukan
kegiatan preventif (pencegahan) agar
tanaman terhindar dari serangan

Gambar 5.4.
Pembuatan bedengan dengan menggunakan
traktor

Setelah
pembuatan
lubang
tanam sesegera mungkin diberi pupuk
dasar.
Pemberian
pupuk
dasar
diupayakan berupa pupuk organik
(kompos/pupuk
kandang)
yang
mengandung
bio-fertilizer
dan

antagonis. Penambahan kedua bahan


tersebut dimaksudkan untuk melakukan
kegiatan preventif (pencegahan) agar
tanaman terhindar dari serangan patogen
(penyebab penyakit) dan
menyiapkan beberapa unsur hara yang
tersedia bagi tanaman. Pada kalangan
petani
sering
disebut
sebagai
menyiapkan koki (bio-fertlizer) dan dokter
tanaman (bo-pestisida).
5.5

Teknik Penanaman
Penanaman merupakan aktivitas
utama yang akan menentukan tingkat

keberhasilan suatu usahatani. Aktivitas


yang dilaku-kan adalah menanam bibit
pada kondisi yang optimal bagi
pertumbuhan
dan
perkembangan
tanman sehingga tidak ada yang mati
dan mampu menghasilkan produksi
seperti yang direncanakan.
Pola tanam dapat dilakukan berupa
sistem tunggal atau inter-cropping. Pada
umumnya pola tanam diterapkan
menyesuaikan dengan pola tenam
sebelumnya. Untuk mendapatkan areal
penanaman
yang sebaik-baiknya
dianjurkan untuk menetapkan pola
tanam terlebih dahulu. Pola tanam erat
kaitannya dengan keoptimuman jumlah
pohon per hektar.
Ada empat pola
tanam yang dianjurkan, diantaaranya
adalah pola tanam segi empat, pola tanam
segitiga, dan pola tanam campuran.
X x x x x x
xX x x x x x x
XX x x x x x x x x x x x
xx X x x x Xx x xx x x x
x
x
X
x
x X x x x xx x
x
xx
X X x x x x x xx
x x
x x
X xx
x xx
x
X Xx
xx x
x
xx
x
x x
x
x
X
x
x x

Gambar 5.5
Bebeberapa alternatif pola penenaman

Jumlah benih yang harus disemai adalah +


1,5 kali jumlah kebutuhan bibit/tanaman.
Jika Anda ingin menanam 2400 pohon
maka jumlah benih cabe yang hams
anda semai dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :

Jumlah Benih Cabe

= 1,5 x (jumlah bibit/1200) x 10 gram


= 1,5 x 2400/1200 x 10 gram
= 30 gram atau + 3 pack atau
3 bungkus@ 10 gram.

Jumlah Benih Tomat = 1,5 x (jumlah bibit/1500) x 10 gram


Catatan:
Jumlah benih cabe per 10 gram sekitar 1.200 biji
Jumlah benih tomat per 10 gram sekitar 1.500 biji

Agar persemaian berhasil dengan


baik, Anda dapat memililih tempat
persemaian dengan sifat-sifat sebagai
berikut :
x Dekat dengan sumber air
x Bebas dari gangguan hewan/hama
x Mudah transportasi
x bebas dari gangguan cuaca (banjir,
cahaya matahari secara langsung)
x Benih tomat dan cabe yang akan
disemaikan direndam dengan air
hangat (5060C) terlebih dahulu
selama 6-12 jam
x Selanjutnya benih direndam dalam
larutan fungisida ( 2-4 gram/liter)
selama 30 menit.
Perendamanan benih bertujuan untuk
melunakkan kulit benih sehingga air dan
udara mudah masuk ke dalam benih
sehingga
mendorong
proses
perkecambahan.
Untuk
mencegah
masuknya penyakit ke dalam benih
dilakukan
perendaman
dengan
fungisida (dapat dibeli di toko pertanian).
Benih tomat dan cabe berukuran kecil (+
diameter 0,2-0,4 cm). Oleh sebab itu
benih tersebut disebar merata pada media
persemaian. Media persemaian yang baik
adalah tanah yang subur, gembur,
mempunyai aerasi (aliran udara) dan
drainase (aliran air) yang baik.

Umumnya media semai yang dapat


Anda gunakan untuk benih tomat dan
cabe adalah campuran pasir dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1:1. Pasir
mempunyai sifat aerasi (udara dapat
keluar dan masuk secara bebas) dan
drainase (mampu mengalirkan air) yang
baik, sedangkan pupuk kandang
menyediakan unsur hara (zat makanan)
yang diperlukan oleh bibit tomat dan
cabe.
Lima hari setelah benih tomat dan
cabe ditebar akan keluar kecambah.
Siramilah kecambah tersebut setiap hari
dengan menggunakan hand sprayer atau
gembor (semprotan tanaman dari
plastik).

Gambar 5.6.
Hand sprayer untuk menyiram kecambah

Bila jarak tanam dan pola tanam telah


ditetapkan, serta bibit sudah siap tanam, maka
penanaman dapat dilakukan.
Rencana
penanaman sebaiknya diiringi dengan rencana
pemeliharaan tanaman sehingga bibit yang
ditanam dapat tumbuh dan berkembang dengan

baik untuk jangka waktu yang cukup lama.


Dua minggu sebelum penenaman terlebih
dahulu harus disiapkan lubang tanam yang
berukuran seuai dengan ukuran bibit. Lubang
tanam bervariasi mulai dari

10x10x10 sampai dengan 60x60x60 cm. Lubang


tanam kemudian ditaburi dengan
pupuk
kandang dan pupuk dasar. Pem-berian pupuk
dimaksudkan untuk menyediakan hara untuk
bibit yang akan ditanam beberapa minggu
kemudian.
Bibit yang hendak ditanam sebaiknya
tidak
terlalu
sering
dipindahkan dari satu tempat ke tempat
yang lain.
Untuk itu diperlukan tempat
pengumpulan bibit, misalnya untuk
setiap 50 lubang tanam selalu
disediakan satu tempat pengumpulan bibit. Bibit
diangkat dengan cara memegang batang bibit
sehingga kondisi bibit tidak akan rusak.
Penyanggaan polybag bibit ke lubang tanam
akan menjamin bibit lebih aman.
Tehnik penanaman dilakukan dengan cara
memasukkan poly-bag terlebih dahulu ke
lobang tanam. Setelah itu dengan menggunakan
pisau tajam, polybag disayat dari bagian
bawah ke arah atas. Polybag yang terkoyak
dapat mudah ditarik dan lubang tanam ditutup
kembali dengan tanah top soil.
Pemadatan
media tanam dapat dilakukan dengan bantauan
tangan atau kaki yang ditekankan pada
permukaan tanah. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kekompakan media tanam,
mencegah penggenangan air di sekitar batang
yang dapat menyebabkan pembusukan bibit.
Bibit yang baru

ditanam di lapangan peka terhadap sinar


matahari.
Bila tersedia tenaga dan bahan
yang cukup, bibit dapat diberi naungan
sementara dengan menancapkan pelindung bibit.

sederhana yang siap diserap oleh tanaman.


Pupuk buatan, pupuk kandang, sisa
tanaman) mempunyai kandungan hara yang
berbeda. Karena itu diperlukan
pengetahuan tentang
cara
menghitung
kebutuhan pupuk supaya pemberian
pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman. Jenis
pupuk yang digunakan untuk budi daya
tanaman adalah pupuk
organik (pupuk alam) dan pupuk anorganik
(pupuk buatan).

5.6.1. Pupuk organik


Yang termasuk golongan pupuk organik
adalah pupuk kandang, pupuk
hijau dan kompos. Pupuk kandang
merupakan pupuk yang berasal dari kotoran
hewan yang dapat digunakan
apabila telah dikeringkan dan proses
pelapukannya (dekomposisi) telah
sempurna.

5.6

Pemupukan
Pupuk merupakan bahan yang dapat
menyediakan unsur hara pada tanaman. Pupuk
dapat berbentuk pupuk organik (pupuk alam)
ataupun pupuk anorganik (buatan) Pupuk
sangat dibutuhkan oleh tanaman, karena
ketersediaan unsur hara di tanah tidak
selamanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
tanaman. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman dalam jumlah besar adalah
karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen
(N), phosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg) dan belerang (S). Unsur-unsur
C, H dan O dapat dipenuhi dari udaara dan air.
Unsur-unsur N, P dan K merupakan hara
primer, unsur- unsur Ca, Mg dan S merupakan
unsur hara sekunder. Selain itu tanaman
membutuhkan unsur-unsur hara micro, yaitu
unsur-unsur penting lainnya yang dibutuhknn
dalam jumlah sedikit, tetapi menentukan
perkembangan tanaman, yakni boron (B), khlor
(Cl), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn).
molybdenum (Mo) dan seng (Zn).
Pupuk adalah senyawa yang mengandung
unsur hara yang akan
diberikan pada tanaman kemudian
digunakan oleh tanaman untuk melakukan
proses metbolisma sehingga
tanaman
dapat
tumbuh
dan
berkembang.
Pupuk untuk tanaman dapat digolongkan
kepada pupuk organik an anorganik. Pupuk
anorgani adalah pupuk buatan yang diproduksi
oleh pabrik, sedangkan pupuk organik adalah
pupuk yang merupakan hasil penguraian mikroba
dekomposer
sehingga
membentuk
senyawa-seyawa

Gambar 5.7.
Beberapa jenis pupuk anorganik. A. Pupuk Nitrogen. B. Pupuk fosfor. C. Pupuk majemuk NPK serta unsur hara mikro. D.
Pupuk majemuk cair. E. Pupuk majemuk NPK padat. F. Pupuk majemuk
untuk tanaman hias.

Pupuk hijau berasal dari tanaman


berpolong dan kacang-kacangan. Sedangkan
kompos merupakan jenis pupuk
yang
berasal dari sisa-sisa bahan tanaman yang
telah mengalami penguraian (dekomposisi).
Penggunaan pupuk organik pada dasarnya
untuk mengimbangi penggunaan pupuk anorganik
dan berfungsi sebagai penambah unsur hara dan
sekaligus memperbaiki struktur tanah. Adapun
penggunaannya adalah pada waktu
udara, air, mineral, dan bahan organik selalu
dalam
keadaan
seimbang
sehingga
keseimbangan ekosistem pada lahan pertanian
akan terkendali.
Pupuk organik (kompos) merupakan pupuk
alami hasil proses penguraian
bahan organik oleh mikroba pengurai
secara aerob (butuh udara). Proses
UNSUR

pengolahan tanah, yaitu dengan cara


dihamparkan atau disebar di permukaan tanah
kemudian tanah dibajak atau dicangkul sehingga
pupuk organik tercampur dengan tanah.
Penggunaan pupuk organik di lahan
pertanian mutlak diperlukan untuk
menjaga agar kesuburan tanah dapat
dipertahankan secara berkelanjutan. Fungsi
pupuk organik sangat penting
dalam hal memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah, agar komponen
penguraian bahan organik dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain:
memanfaatkan mikroba pengurai secara alami,
menambahkan starter mikroba ke dalam
bahan kompos dan dengan bantuan biota
pengurai cacing tanah.

KEGUNAAN

Nitrogen (N)
Phosfor (P)

Kalium (K)

Kalsium (Ca)

Mendorong pertumbuhan daun, cabang dan batang


Mendorong pertumbuhan akar,
mempengaruhi pertumbuhan bunga dan
buah
Memperkokoh tubuh tanaman, dipakai oleh tanaman
dalam penyerahap bahan dan enerji yang dihasilkan
dari fotosintesa.
Mempercepat pertumbuhan akar, batang
dan mempermudah penyerapan unsur
kaliurn.

Magnesium (Mg)

Merupakan bagian dari khlorofil dan aktif dalam proses


distribusi fosfor ke seluruh bagian tanaman.

Belerang (S)

Memperkokoh kerja fosfor

Besi (Fe)

Sangat berpengaruh dalam pembentukan khlorofil

Mangan (Mn)

Membantu tanaman dalam penyerapan nitrogen

Seng (Zn)

Mendorong proses pengubahan energi dalam tanaman

Tembaga (Cu)

Diperlukan dalam proses pembentukan khlorofil

Molybdenum (Mo)

Berperan dalam penyerapan besi.

Yang termasuk ke dalam pupuk organik


adalah:
pupuk kandang dan pupuk organik
sisa tanaman. Selain dapat menyediakan unsur
hara bagi tanaman, pupuk andang juga
membantu memperbaiki struktur tanah dan
aktifitas hewan dan mikroba tanah.
1). Pupuk kandang
Sisa tanaman mengandung unsur hara
yang cukup tinggi, terutama kalium.
Untuk sistem pertanian radisional (tidak
K. Jadi dengan menambahkan 4 ton/ha pupuk
kandang sapi, maka petani tersebut dapat
mengurangi penggunaan pupuk buatan sebanyak:
Urea= 100/46 x 20 kg/ha
= 43 kg/ha
SP36= 100/16 x 8 kg/ha
= 50 kg/ha
KCl = 100/52 x 20 kg/ha
= 38 kg/ha
Dengan demikian, kalau seha-rusnya pupuk
buatan diberikan sebanyak: Urea=
150 kg/ha SP36= 75 kg/ha dan KCl = 30 kg/ha.
Maka dengan pemberian 4 t/ha

intensif), pengembal ian sisa tanaman dapat


mengurangi kebutuhan pemberian pupuk untuk
tanaman berikutnya sebanyak 50% untuk K,
30% P, dan N sampai 90% tergantung jenis
tanamannya. Karena itu sisa tanaman (jerami,
batang jagung) perlu dikembalikan ke lahan
pertanian.
Berdasarkan Tabel 5.6. bila seorang petani
menggunakan 4 ton pupuk
kandang sapi per hektar, berarti dia
menambahkan 20 kg N, 8 kg P, dan 20 kg
pupuk kandang (kotoran sapi), pemberian pupuk
buatan dapat dikurangi menjadi: Urea= (150-43)
kg/ha = 107 kg/ha
SP36= (75-50) kg/ha = 25 kg/ha
KCl = (30-38) kg/ha = 0 (tidak perlu
pemberian KCl).

2). Sisa tanaman


Pemberian pupuk dasar bertujuan untuk
menyuburkan tanah, agar kebutuhan makanan
bagi tanaman pada awal pertumbuhan dapat
terpenuhi. Pupuk dasar ini diberikan pada
lubang tanam yang telah dibuat, kemudian
diaduk sambil
menggemburkan
tanah

disekitarnya. Banyaknya pupuk dasar yang


diberikan adalah 0,5 -1 kg pupuk organik.

Dengan demikian bagian-bagian tanaman yang


tidak dipergunakan sebelum maupun setelah
proses, kotoran hewan, sisa-sisa ikan termasuk
ke dalam bahan organik. Bahan-bahan organik,
biasanya mengandung berbagai macam
mikroorganisme yang mampu mengubah bahan
organik menjadi humus.
Unsur oksigen dari
udara dan air, merupakan unsur utama yang
dibutuhkan mikroorganisme dalam kehidupan dan
perkembangbiakannya.
Disamping
dibutuhkan sumber makanan
lain yang mengandung unsur
Karbon (C), Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium
(K). Unsur-unsur tersebut umumnya disediakan
oleh bahan organik .

3). Membuat pupuk organik


Untuk membuat pupuk organik dibutuhkan
sumberdaya manusia yang terampil, bahan baku,
metode pembuatan pupuk organik, semangat
untuk memanfaatkan limbah organik pertanian,
dan pengelolaan pupuk organik selama proses
pembuatan maupun penyimpanan.
Bahan baku pupuk organik adalah bahan
organik yaitu limbah yang berasal
dari pertanian, peternakan dan perikanan.

Tabel 5.7. Kandungan unsur hara di dalam 1 ton pupuk kandang


Pupuk kandang

Kandungan kg /ton pupuk kandang


N
P
K
Ca

Sapi

Kambing

15

Domba

10

15

17

Babi

12

Ayam

15

23

Pemanfaatan bahan organik telah banyak


dilakukan, terutama untuk kegiatan pertanian
yaitu sebagai pupuk organik. Proses
pengomposan merupakan cara yang biasa
digunakan untuk menghasilkan pupuk organik
yang kualitasnya lebih baik dibanding bahan
organiknya.
Pengaruh pupuk organik
terhadap sifat fisik tanah
Pengaruh utama dari penambahan bahan
organik adalah menurunnya bobot isi tanah
dan meningkatkan
kapasitas tanah pengikat air, sehingga
meningkatkan jumlah air yang tersedia untuk
pertumbuhan tanaman. Bahan
organik mempengaruhi isi tanah melalui
kegiatannya menurunkan densitas
agregat tanah dan meningkatkan ukuran agregat.
Selama proses oksidasi bahan organik ini,
unsur-unsur seperti N, P, S
x

dan sejumlah unsur-unsur lainnya di lepaskan


dan menempati bagian di dalam profil
tanah. Sisa bahan organik
yang terdekomposisi dapat mencegah partikel
tanah
dari
proses penggumpalan,
sehingga
dapat
memelihara struktur tanah.
Mikroorganisme dari pupuk organik
mempunyai peranan penting dalam
pembentukan dan stabilitas bahan
organik, sehingga memberikan pengaruh
yang baik pada produksi
tanaman.

Pengaruh bahan organik terhadap


fisiologi tumbuhan
Bahan organik memberi pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap
pertumbuhan tanaman.
Pengaruh
langsung berupa pengambilan senyawasenyawa organik oleh tanaman melalui akar.
Pengaruh yang menguntungkan dari pupuk
organik terhadap fisiologi tumbuhan adalah:
x

(1). Senyawa humus dapat berperan sebagai zat


tumbuh seperti
auxin,
sehingga
dapat

meningkatkan kapasitas kecambah. (2).


Meningkatkan permeabilitas membran tanaman
sehingga meningkatkan pengambilan hara. (3).
Dapat mengubah metabolisme karbohidrat dari
tanaman dan pada saat yang sama
untuk
mendorong akumulasi gula terlarut, sehingga
meningkatkan tekanan osmotik tanaman. Dalam
kondisi kelembaban yang rendah, hal tersebut
akan mendorong resistensi yang besar terhadap
kelayuan. (4). Kombinasi senyawa-senyawa
organik
seperti
dapat
meningkatkan
pertumbuhan akar.
Proses pengomposan bahan organik
Pengomposan adalah suatu proses
pengelolaan limbah padat, dengan cara
bertahap komponen bahan padat diuraikan
secara biologis dibawah keadaan terkendali
sehingga menjadi
bentuk yang dapat ditangani, disimpan atau
digunakan untuk lahan pertanian tanpa pengaruh
yang merugikan.
Pengomposan
bahan-bahan
organik,
terutama pada sisa-sisa tanaman dan kotoran
hewan bertujuan
untuk menambah tingkat kesuburan tanah.
Dekomposisi bahan organik
menjadi kompos bergantung pada kandungan air
dan nitrogen yang cukup pada bahan serta
temperatur yang
sesuai. Kandungan air dan nitrogen dari protein
merupakan sumber nutrisi yang baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme
pengurai. Untuk penguraian bahan yang optimal,
sangat diperlukan pengendalian
suhu agar aktivitas dan per-tumbuhan
mikroorganisme dapat berlangsung dengan baik.
Aktivitas biologi merupakan faktor penting
dalam pengomposan. Berbagai mikrorganisme
terlibat dalam proses
dekomposisi bahan organik, antara lain bakteri,
fungi, aktinomycetes, ragi,
mikro-fauna protozoa, Jumlah bakteri
x

lebih banyak dibandingkan dengan


mikroorganisme lain.
Proses
pengomposan
dapat
berlangsung secara aerobik maupun
anaerobik. Pada proses dekomposisi
secara
aerobik,
mikroorganisme
menggunakan
oksigen
untuk
menguraikan bahan organik dan
mengasimilasi Karbon, Nitrogen, Fosfor,
Sulfur dan unsur-unsur lainnya untuk
sintesis protoplasma. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut.
Pada
proses dekomposisi secara anaerobik,
reaksi biokimia berlangsung melalui
Bahan organik

aktivitas
mikroorganisme

proses
reduksi.
Tahap
awal
pengomposan,
kelom-pok
bakteri
penghasil asam, heterotrof fakultatif
mendegradasi bahan organik menjadi
asam-asam lemah, aldehid dan
seterusnya. Kelompok bakteri yang lain,
merubah produk antara menjadi metana,
ammonia, karbon dioksida
dan
hidrogen. Reaksi kimia yang terjadi
selama dekomposisi
bahan organik
secara anaerobik adalah sebagai
berikut.
CO2 + H2O + Hara + Humus

Bakteri penghasil asam


(CH2O)x
CH3COOH

X CH3COOH
Metanomonas

CH4 + CO2

N-organik

NH3

2H2S + CO2

(CH2O) + S + H2S

No.
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.

Bahan Organik
Potongan rumput muda
Pupuk hijau tumbuh-tumbuhan
Sampah kota/kandungan sayuran tinggi
Kotoran Babi
Kotoran Sapi
Sampah kota/kandungan kertas tinggi
Padi-padian dan batang kacang polong
Jerami gandum
Daun-daun segar yang gugur
Sampah gula tebu
Serbuk gergaji segar
Tinja
Kotoran unggas
Jerami padi
Jerami barley
Batang jagung
Batang Kapas
Kotoran biri-biri
Kotoran kuda
Sisa buah-buahan
Hijauan gulma
Ampas kopi/bubuk kopi
Urin hewan

Kecepatan penguraian bahan organik


menjadi kompos bergantung pada
beberapa faktor yaitu: ukuran partikel,

Nitrogen (%)
2 2,4
35
23
1,9
1 1,8
0,6 1,3
0,7
0,6
0,4 1,0
0,3
0,1
5,5 6,5
4
1,0 2,3
15 18

Rasio C/N
TD
1015
1016
13
19
3080
70
80
4080
150
500
610
TD
80130
80130
100-120
5060
23
20
35
13
8
0,8

unsur hara, kandungan air, aerasi,


keasaman (pH) dan suhu. (1). Ukuran
Partikel: Ukuran partikel berpengaruh

172

pada keberhasilan proses pe- ngomposan.


Ukuran yang baik antara 10 sampai 50
mm, apabila terlalu kecil ruang-ruang
antara partikel menjadi sempit sehingga
dapat menghambat gerakan udara ke
dalam tumpukan dan sirkulasi gas karbon
dioksida keluar tumpukan. Apabila ukuran
partikel sangat besar, luas permukaan
kurang sehingga reaksi pengomposan
akan berjalan lambat. (2).
Unsur Hara:
Aktivitas mikroorganisme dalam proses
pengomposan memer-lukan sumber energi
dari unsur karbon dan nitrogen. Unsurunsur tersebut biasanya telah tersedia
cukup dalam bahan organik, bahkan
kebanyakan unsur hara lainnya akan
tersedia pula dalam jumlah yang cukup.
Untuk
mempercepat
proses
pengomposan,
dibutuhkan
bahan
organik yang memiliki rasio C/N relatif
rendah yaitu berkisar antara 25 sampai
35/liter dalam campuran pertama.
Apabila rasio C/N lebih besar, proses
pengom-posan akan memakan waktu lebih
lama,hingga pembentukan karbon dioksida
dari oksidasi unsur karbon berkurang.
Sebaliknya apabila rasio C/N lebih kecil,
nitrogen dalam bahan organik akan
dibebaskan sebagai amoniak. Cara paling
sederhana untuk menyesuaikan rasio C/N
ialah dengan mencampur
berbagai
bahan organik yang mempunyai rasio
C/N
tinggi dengan bahan yang
mempunyai rasio C/N rendah. Hal ini
dapat dilakukan misalnya
bahan
berjerami dicampur dengan tinja, kotoran
hewan yang mempunyai
rasio
C/N
lebih rendah. Makin tinggi tingkat dekomposisi dari bahan organik, makin kecil
rasio C/N.

Pada rasio C/N rendah tidak ada


persaingan antara akar tumbuhan
dengan
mikroorganisme
dalam
menggunakan unsur nitrogen dalam
tanah.
(3).
Kandungan Air:
Kandungan air pada bahan organik
sebaiknya antara 30 40%, hal ini
ditandai dengan tidak menetesnya air
apabila bahan di-genggam dan akan
mekar apabila genggaman dilepaskan.
Kandungan air bahan terlalu tinggi,
ruang antar partikel dari bahan menjadi
sempit karena terisi air, sehingga
sirkulasi udara dalam tumpukan akan
terhambat. Kondisi tersebut berakibat
pada tumpukan bahan akan didominasi
oleh mikroorganisme anaerob yang
menghasilkan bau busuk tidak sedap.
(4).
Aerasi:
Dalam proses
pengomposan, mikroorganisme dalam
bahan organik sangat memerlukan
jumlah udara yang cukup, karena prosesnya ber-langsung secara aerob.
Aerasi dapat diperoleh melalui gerakan
udara dari alam masuk ke dalam
tumpukan dengan membulak-balik
bahan
secara berkala, baik
menggunakan mesin maupun dengan
tangan/cangkul. (5).
Keasaman
(pH): Pada tahap awal pengomposan,
akan terjadi perubahan pH yaitu bahan
agak asam, karena terbentuk asam
organik sederhana, selanjutnya pH
berangsur naik, karena terlepasnya
ammonia (bersifat basa) dari hasil
penguraian protein. Keadaan basa yang
terlalu tinggi, menyebabkan selama
proses
pengomposan
kehilangan
nitrogen secara berlebihan. (6). Suhu:
Dalam proses pengomposan, sebagian
energi dibebaskan se-bagai panas.
Pada tahap awal suhu tumpukan bahan
sekitar 400C, mikro-organisme yang
terlibat adalah bakteri dan fungi
mesofilik. Selanjutnya suhu bahan naik
hingga di atas 400C, mikroorganisme
yang berperan adalah mikroorganisme
termofilik, actinomycetes dan fungi

172

termofilik. Setelah suhu berangsur turun,


maka mikroorganisme mesofilik muncul
kembali, selanjutnya, gula dan pati
mengalami perombakan, diikuti oleh
perombakan hemi-selulosa, selulosa
dan akhirnya lignin. Suhu ideal dalam
pengomposan antara 300C sampai
450C.
Standar Pupuk Organik
Berdasarkan atas berbagai fakta
yang dikemukakan oleh para pakar dan
sumber informasi yang lain yang
berkaitan dengan kelembagaan atau
organisasi maka dari asfek administrasi
yang perlu mendapatkan perhatian
adalah spesifikasi produk akhir pupuk
organik. Petani sebagai konsumen akan
memperhatikan kandungan hara dan air.
Spesifikasi produk sangat tergantung
pada masing-masing negara sebagai
contoh nilai minuman untuk NPK paling
tidak 1.5%-3.0% dan
1.0%-1.5%;
beberapa negara seperti Filipina, hanya
membuat spesfikasi untuk kombinasi
NPK secara total 4%-5% dan 5%-6%
tanpa memisahkan secara spesifik untuk
masing-masing hara. Kandungan lengas
tidak boleh melampaui 15%-25% jika
terlalu kering tidak baik karena akan
terjadi inaktivasi gugus aktif yang salah
satunya menyebabkan pupuk menjadi
hidropobik.
Kandungan total bahan organik
paling tidak 20% tetapi dapat lebih tinggi
apabila produk organik tersebut tidak
dijual sebagai bahan pupuk organik
tetapi sebagai bahan pembenah tanah,
dan
pemakai
secara
intensif
menggunakan pupuk organik untuk
meningkatkan kandungan bahan organik
tanah. Kriteria kualitas bahan organik
yang berkaitanb dengan kandungan
bahan organik adalah nisbah C/N.
Bahan organik yang mengalami proses
pengomposan baik dan menjadi pupuk
organik yang stabil mempunyai nisbah
C/N anatara 10/1 seperti dalam definisi
x

Karakteristik
Organik

Umum

standar ISO cukup jelas, bahwa


kandungan utama pupuk organik adalah
karbon dalam bentuk senyawa organik,
mikrorganisme memanfaatkan sebagai
sumber energi kemudian bahan
ternisbah C/N yang tinggi pada produk
akhir menunjukan mikroorganisme akan
aktif memanfaatkan nitrogen untuk
membentuk protein. Apabila produk
pupuk organik dengan nisbah C/N tinggi
diaplikasikan kedalam tanah maka
mikrorganisme akan tumbuh dengan
memanfaatkan N tersedia tanah,
sehingga tanah terjadi imobilisasi N.
Apabila nisbah C/N rendah pada awal
proses pengomposan maka nitrogen
akan hilang melalui proses penguapan
amonium.
Keasaman (pH) harus masuk dalam
kriteria kualitas pupuk organik, berkisar
netral, pH 6.5 7.5. dalam kondisi
normal tidak akan menimbulkan
masalah, sejauh proses pengomposan
yang dilakukan dapat mempertahankan
pH pada kisaran netral.
Apabila produk pupuk organik
mengandung satu atau lebih unsur
mikro, maka hal ini harus dijelaskan dan
dimasukan dalam label. Spesifikasi lain
yang perlu diperhatikan pada pupuk
organik adalah warna, tekstur, bebas
dari patogen, logam berat, atau unsur
lain, partikel yang tidak dikehendaki.
Tidak ada konsumen atau pemakai
pupuk organik yang menghendaki
terluka karena serpihan gelas atau
logam, atau tidak ingin dalam karung
pupuk organik penuh dengan batu atau
kerikil. Patogen dan logam berat
biasanya berasal dari limbah cair dan
sampah kota.
Mungkin perlu juga diinformasikan
dalam stendar baku, penggunaan bahan
inokulan atau bahan lain yang bertujuan
untuk mempercepat pengomposan.
Pada umumnya yang banyak digunakan
adalah
mikrorganisme
seperti
Trichorderma spp.

Pupuk
174

Karakteristik pupuk organik adalah


sebagai berikut: (a). Hara pupuk
organik pada umumnya rendah tetapi
bervariasi tergantung pada jenis bahan
dasarnya. (b). Hara yang berasal dari
bahan organik diperlukan untuk kegiatan
mikrobia tanah merubah bahan-bahan
yang kompleks dan tidak dapat
dimanfaatkan oleh tanaman menjadi
bentuk senyawa organik dan anorganik
sederhana yang dapat diserap oleh
tanaman. (c). Penyediaan hara yang
berasal dari pupuk organik biasanya
terbatas dan tidak cukup dalam
menyediakan hara yang diper-lukan
tanaman.
Untuk membuat kompos organik
dapat dilakukan melalui beberapa cara:

dengan adanya kenaikan suhu dan


perubahan warna selama proses.
Tumpukan bahan diaduk setiap tiga hari
sekali secara merata dan ditutup
kembali. Kegiatan ini untuk menghindari
kelebihan suhu dan diharapkan proses
penguraian dapat berlangsung pada
seluruh permukaan bahan.
Akhiri proses pengomposan apabila
telah memenuhi kreteria: suhu telah
turun dan stabil, warna coklat
kehitaman, sebagian besar bahan telah
lapuk, bau khas kompos. Kompos yang
dihasilkan perlu diuraikan lebih lanjut
dengan menambah waktu pengomposan
secara alami atau menggunakan cacing
tanah selama 23 minggu.

1) Pengomposan Bahan Organik


Secara Konven-sional

2) Pengomposan Bahan Organik


Dengan Menggu-nakan Starter
Mikroba Pengurai (Bio-Komplek).

Bahan yang akan digunakan


dipotong-potong menjadi sekitar 3-5 cm,
sehingga diperoleh ukuran bahan yang
seragam. Selanjutnya, timbang semua
bahan dengan berat masing-masing 1
bagian kecuali kotoran ternak 3 bagian.
Campurkan semua bahan dengan
diaduk-aduk sampai homogen/merata
sambil disiram air sehingga pada saat
campuran dikepal mengeluarkan tetesan
air.
Komposkan campuran bahan
dengan cara menumpukan pada
tanah/lantai setinggi kira-kira 1 m,
selanjutnya ditutup karung goni/plastik
pada seluruh permukaannya. Proses
pengom-posan dapat berlangsung 2
sampai 3 minggu, tergantung dari jenis
bahan
Lakukan pengamatan dan catat
setiap hari kenaikan suhu dan
perubahan warna tumpukan bahan.
Kegiatan ini untuk mengetahui apakah
proses
pengomposan
dapat
berlangsung baik atau tidak, yaitu

pembentukan biji. Dengan cara tersebut


maka akumulasi nitrogen yang terdapat

Pada tahap pertama, siapkan


sediaan starter mikroba dengan cara
melarutkan biakan mikroba (biokomplek) ke dalam air 4-5 gram/liter,
selanjutnya inkubasi pada suhu kamar
sekitar 24 jam (sehari sebelum proses
pengomposan).
Starter adalah komponen biologis
jenis mikroorganisme yang efektif jika
bersimbiosis dengan satu jenis tanaman,
maka cara penggunaannya pun harus
bersamaan dengan tanaman inangnya.
Starter bakteri Rhizobium akan
efektif jika digunakan dengan tumbuhan
inang jenis legum. Oleh sebab itu
Rhisobium lebih cocok digunakan dalam
program penyuburan tanah, dengan
menggunakan tanaman legum sebagi
pupuk hijau. Keuntungan yang diperoleh
dari residu legum tergantung dari jumlah
residu dan mineralisasinya. Akumulasi
nitrogen akan terjadi pada biji legum,
oleh sebab itu dalam program
penyuburan tanah, tanaman legum
harus dipanen dan dibenamkan ke
dalam
tanah
sebelum
terjadi
pada bintil akar akan menjadi
cadangan bagi tanaman berikutnya.
175

Beberapa jenis tanaman legum seperti


kacang tanah, kacang babi dan kacang
tunggak mempunyai efek residu nitrogen
sebesar
20-50 kg N per ha. Jenis-jenis tanamn
legum tersebut sangat cocok dipakai
sebagai tanaman inang bagi Rhizobium.
Starter
Gliocladium
mudah
diperbanyak dalam media serbuk kayu
dan sekam dan dapat efektif tanpa
tanamn inang. Jenis pupuk hayati
Gliocladium yang juga merupakan
biokontrol, cara penggunaannya sama
dengan pupuk organic kompos,
sehingga sering disebut Gliokompos.
Efek dari penggunaan pupuk hayati
terhadap tanaman tidak dapat dilihat
secara langsung seperti penggunaan
pupuk kimia. Efek penggunaan pupuk

hayati akan dirasakan manfaatnya pada


jangka panjang, namun penggunaan
pupuk hayati tidak akan menimbulkan
efek samping yang merugikan bagi
tanaman, lahan pertanian serta
lingkungan.
Langkah selanjutnya kecilkan
ukuran bahan yang masih panjang
dengan dipotong-potong menjadi sekitar
3-5 cm, sehingga diperoleh ukuran
bahan yang seragam!
Lakukan
penimbangan
untuk
semua bahan dengan berat masingmasing 1 bagian kecuali kotoran ternak
3 bagian! Kemudian campurkan semua
bahan dengan diaduk-aduk sampai
homogen/ merata sambil disiram air
starter pada no 1 sebanyak 1 liter pada
setiap 50 kg campuran bahan organik.
Tambahkan air pada saat mencampur,
sehingga pada saat campuran dikepal
mengeluarkan tetesan air.

Tabel 5.9. Sifat Kimia dan Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Kompos
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Parameter

Kompos **)

pH.
C-Organik
N-Total
P tersedia
P- total
Ca
Mg
K
Na
Kapasitas Tukar Kation
(KTK)
Kejenuhan basa (KB)

6
25,04 %
1,19 %
10,75 (me/100gr)
3,13 (me/100gr)
7,26 (me/100gr)
5,30 (me/100gr)
35,50 (me/100gr)
74,48 %

176

Gambar 5.8.
Alur proses pembuatan kompos

Komposkan
campuran
bahan
dengan cara menumpukan pada
tanah/lantai setinggi kira-kira 1 m,
selanjutnya ditutup karung goni/ plastik
pada seluruh permukaan-nya. Proses
pengomposan dapat berlangsung 2
sampai 3 minggu, tergantung dari jenis
bahan.
Langkah terakhir, amati dan catat
setiap hari kenaikan suhu dan
perubahan warna tumpukan bahan.
Kegiatan ini untuk mengetahui apakah
proses
pengomposan
dapat
berlangsung baik atau tidak, yaitu
dengan adanya kenaikan suhu dan
perubahan warna selama proses!
Tumpukan bahan diaduk setiap tiga hari
sekali secara merata dan ditutup
kembali. Kegiatan ini untuk menghindari
kelebihan suhu dan diharapkan proses
penguraian dapat berlangsung pada
seluruh permukaan bahan!
Akhiri proses pengomposan apabila
telah memenuhi kreteria: suhu telah
turun dan stabil, warna coklat
kehitaman, sebagian besar bahan telah
lapuk, bau khas kompos.

(mengandung unsur dan P), Nitroposka


(mengandung unsur N, P dan K).
Berdasarkan jenis hara utama yang
dikandung, pupuk anorganik dibagi
dalam beberapa golongan, yakni : pupuk
nitrogen, pupuk fosfor dan pupuk kalium.

Mikr
anisme
isme
Mikroorg
oorgan
dekom
poser (pen
zer
ekomp
(pengurai) un tuk
ioferrlili
liliz
tuk pembua
buatan biofe

Gambar 5.9.
Beberapa mikroorganisme yang berfungsi
sebagai pengurai bahan organik (bio-ferlilizer)

6.2. Pupuk anorganik

Pupuk anorganik adalah pupuk yang


dibuat oleh pabrik atau hasil industri dan
mengandung
unsur
hara
yang
diperlukan tanaman. Berdasarkan
jumlah jenis unsur hara yang
dikandungnya, pupuk anorganik ini
dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:
(1). Pupuk tunggal : yaitu pupuk yang
mengandung satu jenis unsur hara,
misalnya urea (mengandung unsur N);
TSP (mengandung unsur P) dan KCL
(mengandung unsur K). (2). Pupuk
majemuk;
yaitu
pupuk
yang
mengandung unsur N, P dan K
sekaligus. Contohnya adalah Amofos
Pupuk Nitrogen, contohnya Urea
(Co(NH2)2) : mengandung 46%
nitrogen. Urea sangat mudah larut,
sebahagian kecil terikat dalam fiat
pada bahan organik dan sisanya bebas
bergerak mengikuti
kelembaban

tanah. Pemberian urea di permukaan


tanah dengan dosis tinggi (>150kg/ha)
dapat menyebabkan kehilangan - N
lebih
banyak akibat proses penguapan.
Amonium nitrat (NH4NO3): mengandung
33,5% nitrogen. Sebahagian nitrogen

Mikrob
a dari

habita
t
alami

dalam bentuk ion amonium (NH4+) dan


sebahagian lagi dalam bentuk nitrat
(NO3-). Di dalam tanah nitrat dapat
diambil oleh akar tanaman melalui air
tanah yang diubah oleh jasad residu
tanah. Pada keadaan basah dan panas,
nitrogen dapat hilang ke udara.
Amonium sulfat ((NH4)2SO4)), petani
menyebutnya pupuk ZA: mengandung
20% nitrogen. Amonium terdapat pada
tanah fiat dan bahan organik. Pupuk
amonium sulfat berpengaruh terhadap
menurunkan pH (keasaman) tanah,
sehingga sangat baik bagi tanah-tanah
yang terlalu basa (nilai pH tinggi).
Penyiapan
carrier

Penyiapan
starte
r

Pemilihan
baha
n

Isolasi

Perbanyakan
Pengujian

Pencampuran
Pencampuran

Sterilisasi

Pencampuran
Pencampura
n

Biofertiliz
er
Pengujian

Pemeletan
Pemeletan

Pengeringan

Kompos
Serbuk
kayu
Gambut
dll

Pupuk posfat; contohnya


TSP
(triple super fosfat) mengandung 36-46%
senyawa P205, berupa butiran berwarna
abu-abu, dengan sifat netral.
Pupuk Kalium, contohnya Kalium
khlorida (KC1) mengandung 49-50% K20
(KCl 80) atau 55% K20 (KC1 90).
Mengingat tingginya kadar Cl-nya maka
sebaiknya tidak digunakan untuk tanaman
yang peka terhadap unsur khlor (Cl).
Kalium nitrat (KNO3) me-ngandung
13,8% nitrogen dan 46,6% K20. Pupuk
ini digunakan sebagai sumber unsur K
pada tanaman yang tidak dapat
menggunakan Cl.
Pupuk NPK. Selain ketiga macam
pupuk yang telah disebutkan di atas,
masih ada pupuk daun dan bunga yang
merupakan pupuk majemuk. Kedua
pupuk ini mengandung unsur hara makro
dan mikro. Pupuk daun dan bunga
berbentuk cairan dan butiran yang
dikemas 0,25-1 kg per pak.
Pada
umumnya digunakan untuk pupuk daun
dan bunga.
1). Dosis Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan harus
sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Kekurangan atau kelebihan pupuk
menimbulkan dampak negatif, baik pada
tanah maupun pada tanaman. Tingginya
dosis pemupukan ditentukan oleh tingkat
kesuburan tanah, jenis atau varitas
tanaman, umur
atau
tingkat
perkembangan tanaman dan tingkat
kerapatan penanaman. Tanah yang
subur, memerlukan jumlah pupuk lebih
rendah dibandingkan dengan pada tanah
yang kurus. Varitas tanaman lokal

memerlukan pupuk lebih sedikit daripada


tanaman hibrida. Tanaman yang masih
muda memerlukan pupuk lebih rendah
dibandingkan dengan tanaman yang
sudah tua dan populasi tanaman yang
rendah memerlukan dosis pemupukan
yang rendah pula dibandingkan dengan
populasi tanaman yang tinggi.
Pemupukan susulan untuk tanaman
cabe dan tomat hanya bersifat
menunjang, diberikan jika dianggap perlu,
karena sebahagian besar pupuk sudah
diberikan pada waktu penanaman. Pupuk
susulan berupa pupuk buatan seperti
pupuk daun, pupuk buah, urea,
ammonium sufat (ZA), TSP, KCI dan NPK
cair. Semua jenis pupuk buatan dapat
Anda peroleh di toko pertanian. Jadwal
pemberian pupuk dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Pemberian pupuk daun disesuaikan
dengan pertumbuhan tanaman. Pemberian
yang sering menyebabkan tanaman tumbuh
terlalu subur sehingga menjadi peka terhadap gangguan kerusakan. Pada minggu
ke-6 dan ke-11 tanaman dapat
ditambahkan pupuk campur-an berupa
urea, ZA, KCl dan TSP. Tngkat kebutuhannya hanya 5-10 gram per tanaman,
tergantung pada varitas tanaman. Cara
pemberiannya dengan menaburkan pupuk
di sekitar batang utama kira-kira 5 cm.
Agar pupuk cepat larut, dapat
ditambahkan air sekaligus untuk meng-airi
tanaman. Pada saat tanaman mulai
berbuah, setiap interval 2 minggu diberi
pupuk bush dan NPK cair. Konsentrasi
NPK adalah 15-20 gram dilarutkan dalam 1
liter air. Masingmasing tanaman diberi
300-400 ml.

178

Tabel 5.10. Jadwal pemberian pupuk susulan untuk tanaman cabe dan
tomat (lokal/hibrida)
JENIS
PUPUK

WAKTU PEMBERIAN
1-5
MST

6
MST
'

11
MST

15
MST

17
MST

19
MST

21

S
-

Daun *

Buah **

Urea

3g

3g

S
-

ZA

3g-10

3g-10

TSP

3-10
-

5-10g

5-10g

KCI
NPK***

5-10
-

5-10g
-

5-10g
-

300m1

300m1

400 ml

MST

400 ml

Keterangan :
MST
: minggu setelah
tanam kebutuhan per
hektar
**
kebutuhan per hektar per sekali semprot
***
: 5-20 gram/liter air (di larutkan terlebih dahulu, kemudian
disiramkan pada luang tanaman)
S
: semprotkan

Jadi jika Anda menanam 100 pohon


tomat, maka harus dipersiapkan :
P = 100 x 15 x (1000 m1/300 ml) =
5000 ml larutan pupuk;
(dalam hal ini 75 gram NPK dilarutkan
dalam 5 liter air).
Atau menggunakan rumus:

P = JT x K x (1000 m1/300 ml)


dimana :
P = Kebutuhan pupuk
JT = jumlah tanaman
K = konsentrasi larutan pupuk (15-20
g/liter)
2). Dasar Penentuan Kebutuhan Pupuk
Kebutuhan pupuk didasarkan atas:
jumlah hara yang terangkut bersama
panen. cadangan hara yang ada di dalam
tanah. tanda kekurangan unsur hara
pada tanaman. Penentuan kebutuhan
Urea= 100/46 X 48 Kg/Ha
= 104 Kg/Ha
SP36= 100/16 X 8,4 Kg/Ha
= 53 Kg/Ha
KCl = 100/52 X 12 Kg/Ha
= 23 Kg/Ha

pupuk berdasarkan cadangan hara di


dalam tanah memerlukan analisis tanah di
laboratorium.
Penentuan
kebutuhan pupuk
berdasarkan tanda kekurangan hara yang
diperlihatkan tanaman, memerlukan
keahlian dan pengalaman khusus.
Kadang-kadang gejala kekurangan antara
unsur yang satu dengan lainnya sulit
dibedakan dan gejala tersebut tidak
menggambarkan berapa jumlah pupuk
yang harus diberikan.
penentuan
kebutuhan pupuk berdasarkan perkiraan
jumlah hara yang terangkut bersama
penen merupakan cara yang paling
sederhana dan mudah, oleh karena itu
cara tersebut dibahas di dalam tulisan ini.
setiap jenis tanaman mengandung unsur
hara yang berbeda.
Jika pemupukan
menggunakan pupuk buatan seperti Urea,
SP36 dan KCl, maka jumlah pupuk yang
diperlukan untuk menggantikan 48 kg N;
8,4 kg P dan 12 kg K yang terangkut
bersama 3 t/ha panen jagung adalah:
Akan tetapi zat hara di dalam
tanah tidak semuanya dapat digunakan oleh tanaman. Sebagian
akan hilang karena penguapan
(N), pencucian ke lapisan tanah
yang lebih dalam seingga tidak
terjangka oleh akar (N, K), terikat

oleh mineral liat tanah (P, K), atau hanyut


karena tererosi (N,P,K). Oleh karena itu
pemberian pupuk sebaiknya 1,5 sampai 2
kali jumlah hara yang hilang bersama
panen. Jadi urea, SP36 dan KCL yang
diperlukan untuk penanaman jagung
dengan perkiraan hasil 3 t/ha kurang lebih
adalah urea= 150 Sampai 200 Kg/Ha
sedangkan SP36= 75 Sampai 100 Kg/Ha
Unsur N, P, dan K (Kg) di dalam satu
ton hasil panen berbagai tanaman.
Apabila hasil panen jagung dalam 1 ha
adalah 3 ton, ma-ka hasil panen tersebut
mengan-dung 48 kg N; 8,4 kg P dan 12
kg K. Unsur hara yang terbawa panen ini
perlu dikembalikan ke dalam tanah
melalui pemupukan supaya kesuburan
tanah tetap terjaga dan produksi tanaman
dapat dipertahankan.
Penentuan kebutuhan pupuk untuk
tanaman kacang-kacangan Tanaman
legum (kacang-kacangan) seperti kacang
tanah dan hijauan kacang-kacangan
seperti lamtoro dan benguk, mengandung
N yang sangat tinggi sehingga N yang
terbawa panen juga tinggi.
Tetapi
tanaman kacang-kacangan
(kacang
tanah,
kedelai,
lamtoro),
melalui
kerjasama (symbiose) dengan bakteri
Rhyzobium sanggup mengikat N dari
udara. Dengan demikian pemupukan N
untuk tanaman kacang-kacangan sangat
rendah (hanya sekitar 30 kg urea/ ha

merupakan penyebab keasaman tanah


bila dipupuk dengan pupuk NH4
atau
pupuk anorganik sepertu urea.
Dalam
proses nitrifikasi, bakteri memegang
peranandalam proses. Oleh sebab itu,
kecepatan
perubahannya
sangat
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses nitrifikasi adalah jumlah NH4+

pada waktu tanam). Kebutuhan P dan K


kacang-kacangan ditentukan dengan cara
yang sama seperti pada penentuan
kebutuhan pupuk tanaman lainnya.
Pupuk kandang mempunyai kandungan
unsur hara yang sangat bervariasi
tergantung pada waktu dan cara
penyimpanannya, jenis hewan, dan
kesehatan hewan.
Masalah utama yang perlu mendapat
perhatian para pengguna pupuk adalah
reaksi kimia, yaitu apakah pupuk tersebut
mempunyai sifat mengasamkan atau
tidak. Pada umumnya pupuk nitrogen
yang mengandung amonium atau sisa
asam
seperti sulfat
bersifat
mengasamkan tanah.
Pupuk nitrogen yang mengandung
gugus amonia sebelum tersedia pada
tanaman terlebih dahulu mengalami
proses amonifikasi dan nitrifikasi.
Senyawa amonium yang terbentuk dari
proses amonifikasi dapat berupa:
konversi dari nitrit ke nitrat, dambil
langsung oleh tanaman, dimanfaatkan
langsung oleh bakteri dalam melanjutkan
proses dekomposisi, dan difksasi oleh
mineral liat tertentu.
Perubahan dari amonium menjadi
nitrat disebut dengan nitrifikasi. Proses
oksidasi biologi ini dibedakan dalam dua
tahap, yaitu perubahan amonium menjadi
nirit (nitritasi) dan perubahan nitrit menjadi
nitrat (nitratasi). Perubahan dari amonium
menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri
obligat ototrof yaitu Nitrosomonas.
Perubahan nitrit menjadi nitrat dilakukan
oleh bakteri Nitrobacter yang termasuk ke
dalam golongan bakteri obligat ototrof.
Kedua bakteri ini disebut dengan
Nitrobakteri.
Ada tiga hal penting yang dapat
diambil dari persamaan-persamaan dalam
proses
nitrifikasi,
yaitu,
reaksi
membutuhkan oksigen, oleh sebab itu
proses ini berlangsung di dalam tanah
dengan aerasi yang baik.
Reaksi
nitrifikasi membebaskan H+ yang
yang ada di dalam tanah, populasi
bakteri nitrifikasi, reaksi tanah,
aerasi, kelembaban tanah dan
suhu tanah. Pupuk urea yang
diberikan pada
tanah akan
berubah menjadi ion amonia
atau amonium. Bila amonium
dioksida-si
maka
akan
menimbulkan
keasaman

tanah.menymbangkan empat ion H+ bila


oksigen cukup tersedia pada sat
pelepasan tersebut.
Satu molekul pupuk urea dapat
menyumbang empat ion H+ bila oksigen
cukup tersedia pada waktu pelepasan ion,
ini berarti meningkatkan kemasaman
tanah. Pemberian pupuk urea, amonium
sulfat, klor dan nitrat perlu mendapat
perhatian serius agar tidak menambah
kemasaman tanah. Mikroba tanah pada
umumnya lebih menyukai senyawa dalam
bentuk ion amonium daripada ion nitrat.
Pada tanah-tanah yang mempunyai
aerasi baik, akan terlihat bahwa proses
immobilisasi terjadi
amat
besar.
Sedangkan pada tanah yang ter-genang
dan dalam kondisi anaerob sempurna
proses immobilisasi akan sangat rendah.
Pada tanah sawah, proses immobilisasi
adalah rendah. Nitrogen ditambahkan ke
tanah berinteraksi dengan pH tanah dan
mempengaruhi proses nitrogen.
Ekskresi
nitrogen oleh suatu
tanaman legum akan dapat dimanfaatkan
oleh tanaman lain dlaam pola tanam
tumpangsari,
misalnya
tumpangsari
antara jagung dan kedelai. Proses seperti
ini akan meningkatkan efisiensi pupuk
nitrogen, karena sebagian besar nitrogen
yang berasal dari pupuk tidak diabsorpsi
oleh tanaman legum dan hanya sebagian

jumlah anakan sedikit; hasil rendah


karena jumlah malai per unit area dan
jumlah gabah per malai lebih sedikit.
Hampir semua jenis tanah kekurangan N;
tanah masam dengan tekstur kasar
(coarse) dan kandungan bahan organik
rendah (kurang dari 0,5 % organik C);
tanah masam, salin, drainase buruk, dan
tanah kahat P dengan kapasitas
mineralisasi N dan fiksasi biologis N

kecil
yang
dimanfaatkan
untuk
pertumbuhan
awal
menjelang
terbentuknya bintil akar yang dapat
mengikat nitrogen bebas dari udara.
Kelebihan pupuk nitrogen adalah
merupakan pupuk yang sangat potensial
bagi tanaman.
Manfaat nitrogen fiksasi bagi tanman
lain yang ditanam secara tumpangsari
adalah berupa perembasan nitrogen dari
bintil akar. Sedangkan bagi tanaman
yang ditanam tidak bersamaan hanya
akan menghasilkan perombakan bahan
organik. Fiksasi itrogen secara biologi
dapat menghemat kebutuhan nitrogen
sampai 2/3 dari kebutuhan nitrogen bagi
tanaman.
Nitrogen
Nitrogen adalah hara utama
tanaman, merupakan komponen dari
asam amino, asam nukleid, nudeotides,
klorofil, enzim, dan hormon. N mendorong
pertumbuhan tanaman yang cepat dan
memperbaiki tingkat. Hasil dan kualitas
produk melalui, pengem-bangan luas
daun, pembentukan bunga, pengisian
buah, dan sintesis protein. N sangat mobil
(mudah menghilang / menguap) di dalam
tanaman dan tanah.
Nitrogen
merupakan elemen
pembatas pada hampir semua jenis
tanah. Oleh karenanya, pemberian pupuk
Nitrogen yang tepat sangat penting untuk
meningkatkan
pertumbuhan dan hasil
tanaman, khususnya dalam sistem
pertanian intensif. Kekurangan atau
pengelolaan Nitrogen yang tidak sesuai
akan berakibat buruk pada tanaman dan
lingkungan. Strategi pengelolaan Nitrogen
yang optimal ditujukan pada keserasian
pemberian pupuk Nitrogen dengan
kebutuhan aktual tanaman, sehingga
serapan tanaman terhadap Nitrogen
maksimal dan mengurangi kehilangan
Nitrogen ke udara.
Tanaman yang kekurangan nitrogen
akan tumbuh kerdil, daun menguning dan
rendah; kalkareous dan tanah
salin dengan kadar bahan organik
rendah serta berpotensi tinggi
untuk
terjadinya
penguapan
amonia.
Pupuk anorganik merupakan
sumber yang biasa digunakan
mensuplai N, dan
lebih
menguntungkan
petani
x

dibandingkan menggunakan pupuk N


organik. Sumber pupuk organik N tersedia
di lahan pertanian seperti pupuk kandang
dan kompos bisa efektif dan menarik
secara finansial guna memenuhi
kebutuhan padi akan N. Berikan pupuk N
anorganik 40-50 kg/ha untuk setiap
kenaikan satu ton hasil dari tanpa
pemberian N.
Warna daun dan
penampilan tanaman menunjukkan status
N dan membantu menentukan kebutuhan
akan pemupukan N.
Unsur nitrogen
dapat diperoleh dari beberapa sumber
diantaranya adalah amonium sulfat (21 %
N, 24 % S),
urea (46 % N) dan
diamonium fosfat atau DAP (18 % N; 4446 % P2O5).
Fosfat
Posfor adalah hara utama tanaman
yang penting untuk perkembangan akar,
anakan, berbunga awal, dan pematangan.
P mobil dalam tanaman, tetapi tidak mobil
dalam tanah. Tanaman yang mengalami
kekurangan unsur fosfor akan tampak
hijau gelap dan kerdil dengan daun tegak
dan anakan kurang; batang kurus dan
kecil; matang lambat (tidak terjadi
pembungaan pada kahat P yang parah);
gabah hampa tinggi. Unsus P seringkali
kurang pada tanah berpasir dengan
x

lanjut; akar tidak sehat dan menghitam;


kerebahan dan kehampaan gabah tinggi;
bobot gabah lebih ringan.
Kekurangan (kahat) K terjadi di
daerah pertanaman yang intensif yang
mendapat pemupukan N dan P tinggi. K
seringkali kurang pada tanah berpasir
atau bertekstur kasar; tanah kering
masam; lahan sawah terdegradasi; tanah

kandungan bahan organik rendah; tanah


kalkareous/salin/ alkalin; degradasi tanah
sawah; tanah abu vulkan atau tanah
kering masam dengan kapasitas fiksasi P
tinggi; tanah gambut; dan tanah sulfat
masam dengan kandungan besi dan
aluminium tinggi.
Pada waktu aplikasi pupuk fosfat,
benamkan dan aduk semua pupuk P ke
dalam tanah sebelum pelumpuran terakhir
dan tanam pindah atau sebar seluruh P
pada 10-15 hari setelah benih disebar
langsung. Tanaman kahat P kerdil dan
daunnya tegak lurus dibandingkan
dengan tanaman normal.
Anakan
berkurang pada tanaman kahat P.
Perubahan warna pada daun umum
terjadi pada tanaman kahat P.
Kalium
Kalium adalah hara tanaman utama
yang dibutuhkan untuk meningkatkan
perkembangan akar dan vigor tanaman,
ketahanan terhadap kerebahan dan
hama/ penyakit. K mobil dalam tanaman
dan sangat mobil di dalam tanah.
Kalium seringkali merupakan unsur
pembatas. untuk memperoleh hasil padi
yang tinggi setelah nitrogen (N). Pupuk K
perlu diberikan dalam jumlah mencukupi
pada hampir semua lahan sawah irigasi.
Hara lainnya perlu diberikan dalam jumlah
seimbang untuk menjamin respon yang
baik dari tanaman terhadap aplikasi K dan
pencapaian pertumbuhan tanaman yang
sehat dan produktif.
Tanaman
yang
mengalami
kekurangan kalium akan tampak
berwarna hijau gelap dan kerdil dengan
margin daun cokelat kekuningan dan/atau
dengan margin dan ujung daun tua
nekrotik, gejala kahat K pada daun dapat
menyerupai gejala penyakit tungro,
namun tungro biasanya terjadi pada spotspot yang tersebar (tidak menyeluruh)
dan lebih nyata warna daun kuning dan
oranye dan tanaman kerdil; gejala pada
daun nampak pada fase pertumbuhan
sulfat
masam;
dan
tanah
organik. Catatan: penambahan
unsur K dari air
irigasi cukup nyata pada daerah
tertentu.
Pada hara tanaman optimum,
tanaman rata-rata mengambil
sekitar 19
x

kg K2O (16 K) untuk setiap ton hasil (2,2


kg K2O pada buah dan 16,8 kg K2O pada
serasah
orgainik).
Rekomendasi
pemupukan K berdasarkan target hasil
dan status K tanah.
Bila dosis yang digunakan rendah,
benam dan aduk pupuk K ke dalam tanah
terakhir sebelum tanam pindah atau sebar
seluruh pupuk K pada 10-15 hari setelah
benih disebar langsung. Pada dosis >30
K2O/ha, berikan 50% sebagai pupuk
dasar dan 50% pada awal pembentukan
bunga. Pemberian K paling tidak dua kali
pada tanah berpasir dengan derajat
pencucian tinggi. Pemberi-an K pada fase
pembungaan meningkatkan ketahanan
tanaman
terhadap
penyakit
dan
kerebahan dengan kanopi rapat dan
target hasil tinggi, namun belum tentu
meningkatkan hasil. Sumber kalium yang
banyak dikenal adalah kalium klorida
(MOP-muriate
of
potash)
yang
mengandung 50% K atau 60% K2O
dalam bentuk KCl (30 kg K2O setara
dengan 50 kg MOP atau KCl).
Belerang
Belerang atau Sulfur (S) adalah hara
utama penting yang diperlukan untuk
produksi khlorofil. S diperlukan untuk
memproduksi asam amino (cystein,
methionin, dan cystin) dalam tanaman
yang berkaitan dengan nutrisi manusia. S
sangat mobil dalam tanaman (walaupun
x

pertumbuhan tanaman yang sehat dan


produktif.
Tanaman kerdil dan bercak coklat
berdebu pada bagian atas daun
merupakan
gajala kekurangan Zn.
Selain itu terdapat spotspot tanaman yang
tumbuh jelek; gejala terlihat 2-4 minggu
setelah tanam pindah; kehampaan gabah
tinggi; pematangan terlambat dan hasil
rendah; gejala kahat Zn menyerupai kahat

lebih kurang mobil dibandingkan dengan


N), namun hanya sebagian mobil dalam
tanah.
Gejala kahat unsur S ditunjukkan
dengan warna tanaman hijau pucat; daun
muda menguning pucat (kontras dengan
daun tua yang menguning cepat dan mati
pada tanaman kahat N). Analisis tanah
dan/tanaman diperlukan untuk konfirmasi
gejala kahat S. Kahat S sesungguhnya
jarang dijumpai. S mungkin diperlukan
pada tanah berpasir yang mudah tercuci;
tanah dengan kandungan bahan organik
rendah; dan tanah dengan pelapukan
tinggi kaya akan besi oksida. Aplikasi
unsur belerang dilakukan dengan
pemberian sebanyak 10 kg S/ha pada
kahat S yang parah.
Tanaman
memerlukan sekitar 2 kg S/ha
(jerami+gabah) untuk setiap ton hasil
gabah. Bila dibutuhkan, berikan semua
jenis pupuk S sesaat sebelum
pelumpuran bersama dengan pupuk P
dan K. Pengaruh pemberian S bertahan
sampai 2 musim tanam. Sumber S yang
biasa digunakan adalah amonium sulfat
(24% S), single super fosfat (12% S), dan
gypsum (17% S).
Zinc
Seng atau Zinc (Zn) adalah hara
utama penting yang dibutuhkan tanaman
untuk beberapa proses biokimia dalam
tanaman padi, termasuk produksi klorofil
dan integritas membran. Oleh karenanya
kahat Zn mempengaruhi warna dan turgor
tanaman. Zn hanya sedikit mobil dalam
tanaman dan sangat mobil di dalam
tanah. Seng membatasi pertumbuhan
tanaman, suplai Zn tanah rendah atau
kondisi tanah buruk (misalnya, selalu
kebanjiran) menghalangi serapan Zn oleh
tanaman. Pada kasus tertentu, Zn perlu
diberikan sesuai kebutuhan. Hara lainnya
perlu diberikan dalam jumlah seimbang
untuk menjamin respon tanaman yang
baik terhadap pupuk Zn dan pencapaian
S dan Fe pada tanah alkalin dan
keracunan Fe tanah organik
berdrainase buruk.
Kahat Zn tidak sering
dijumpai, namun dapat terjadi
pada tanah
kalkareous
dan
netral;
pertanaman intensif; tanah sawah
yang selalu kebanjiran atau
berdrainase buruk; tanah
salin dan sodik; tanah gambut,
tanah dengan P dan silikat (Si)
x

tersedia tinggi; tanah berpasir; tanah


dengan pelapukan
tinggi, asam, dan bertekstur kasar; tanah
yang terbentuk dari serpentin dan laterik;
dan tercuci, tanah sulfat masam tua
dengan konsentarsi K, Mg, dan Ca
rendah.
Bila kahat Zn nampak di lapang,
berikan 10-25 kg ZnSO4.H2O atau 20-40
kg ZnSO4.7H2O per ha pada permukaan
tanah, atau celupkan akar bibit padi
dalam 2-4% larutan ZnO sebelum
transplanting (20-40 g ZnO/lt air).
Tanaman dapat pulih dari kahat Zn bila
sawah didrainasi kondisi kering
meningkatkan ketersediaan Zn. Tanaman
hanya memerlukan sekitar 0,05 kg Zn/ha
(jerami+gabah) per ton hasil gabah,
namun lebih banyak pupuk Zn harus
diberikan karena begitu diberikan Zn tidak
selalu tersedia bagi tanaman.
Berikan pupuk Zn pada permukaan
tanah setelah pelumpuran terakhir dan
perataan lahan atau berikan Zn pada
bedeng persemaian 7-8 hari sebelum bibit
dicabut. Pengaruh pemberian Zn berlaku
sampai 2-5 musim tanam pada semua
jenis tanah kecuali tanah alkalin. Pada

tanaman padi dengan dosis 100 kg/ha.


Dua sampai tiga aplikasi 2-3 % larutan
FeSO4 melalui daun atau chelate besi
pada selang waktu 2 minggu pada fase
anakan. Pupuk Fe yang biasa digunakan
adalah larutan fero sulfat (20-30% Fe),
fero amonium sulfat (14% Fe), dan
chelate besi (5-14%).

tanah alkalin, Zn perlu diberikan pada


setiap musim tanam.
Sumber Zn yang biasa digunakan
adalah zinc sulfate terlarut (23-36% Zn),
zinc klorida terlarut (48-50% Zn), dan zinc
oksida tidak larut (60-80% Zn).
Besi
Unsur Fe adalah hara esensial
yang dibutuhkan tanaman untuk
mendukung transportasi elektron dalam
proses fotosintesis. Fe merupakan
akseptor elektron penting dalam reaksi
redoks dan aktivator untuk beberapa
enzim. Kekurangan Fe akan menghambat
absorpsi K. Unsur Fe tidak mobil, baik
dalam tanaman maupun tanah. Setelah
kahat unsur utama N, P, K, S, dan Zn,
kahat Fe merupakan urutan penting
berikutnya yang membatasi hasil tanaman
padi. Aplikasinya harus berimbang agar
terjamin pertumbuhan tanaman yang
sehat dan produktif. Gejala kahat Fe
ditunjukkan adanya gajala antartulang
daun menguning, daun yang muncul
mengalami klorosis. Seluruh daun dan
bagian tanaman menguning (khlorotik).
Produksi bahan kering dan hasil menurun.
Kahat Fe tidak dijumpai pada sawah
tergenang yang sedikit asam, namun
banyak dijumpai pada sawah dengan
tekstur tanah berpasir, kalkareous dan
bereaksi alkalin. Kahat Fe sering dijumpai
pada lahan kering dengan tanah bereaksi
netral, kalkareous dan alkalin (basa).
Kahat Fe sangat sulit diatasi dan mahal
untuk dikoreksi. Pemberian pada tanah
memerlukan 100-300 kg/ha fero sulfat
(sulfat besi). Pemberian melalui daun, 2-3
% larutan fero sulfat atau 100 l/ha Fe
chelate 2-3 dalam selang waktu 2 minggu
dimulai pada fase anakan. Tanaman
memerlukan sekitar 0,5 kg/ha Fe (jerami
dan biji/gabah) untuk setiap ton hasil
gabah, namun setelah aplikasi Fe tidak
tersedia bebas bagi tanaman.
Pada waktu aplikasi, berikan solid
fero sulfat (FeSO4) di sebelah barisan
Kahat Fe memiliki gejala
tulang
daun
menguning.
Keracunan Fe ditunjukkan
adanya bercak coklat kecil
pada daun.
x

5.6
Pengaira
n

Air merupakan bahan yang sangat


vital
bagi
kebidupan
tanaman.
Kekurangan
air
menga-kibatkan
terganggunya perkem-bangan morfologi
dan proses fisiologi tanaman. Masalah
kekurangan air timbul akibat siklus
hidrologi di alam yang tidak merata.
Sebagai tindak lanjut-nya, lahirlah
pemikiran untuk memenuhi kekurangan
air yang sering terjadi. Salah satu ilmu
yang mengkaji dan membahas masalah
air bagi pertanian adalah ilmu irigasi.
Irigasi berarti berarti memberi air
padata tanaman untuk memenuhi
kebutuhan air bagi pertumbuhannya.
Kebutuhan air tanaman sama dengan
kehilangan air per satuan luas yang
diakibatkan oleh kanopi tanaman
ditambah dengan hilangnya air melalui
penguapan permukaan tanah pada
luasan tertentu.
Dengan demikian
kebuhtuhan air tanaman ditentukan
dengan menghitung besarnya penguapan
(evaporasi) permukaan tanah dan
penguapan kebutuhan air secara tepat.
Banyak faktor yang perlu mendapat
perhatian, terutama faktor meteorologi
dan faktor hidrologi yang berhubungan
langsung dengan jumlah dan efisiensi
irigasi.
Kegiatan-kegiatan irigasi meliputi
penampungan air, penyaluran air ke
lahan, dan pembuangan kelebihan air
serta menjaga kontinyuitas air.
Pada
prinsipnya air irigasi yang ditambahkan

Dalam tanah air berada di antara ronggarongga tanah dan terikat oleh butir tanah
dengan kekuatan yang ditentukan oleh
banyaknya air yang dikandung oleh tanah
tersebut atau besarnya gaya untuk
memisahkan air dari partikel tanah.
Tanah
yang
terlalu
banyak
mengandung
air
menyebabkan
berkurangnya udara dalam tanah.

adalah untuk menutupi kekurangan air


tanah yang telah ada pada saat yang
diperlukan dan dalam jumlah yang cukup.
Oleh karena itu untuk merancang irigasi
diperlukan data hidrologi, meteorologi,
dan pengelolaan air yang mantap.
Keguanaan air irigasi adalah untuk
mempermudah
pengolahan
tanah,
mengatur suhu tanah dan iklim mikro,
membersihkan tanah dari kotoran, kadar
unsur-unsur racun, dan garam serta asam
yang berlebihan, menekan pertumbuhan
gulma, hama dan penyakit tanaman.
5..7.2. Fungsi Air bagi tanaman
Fungsi air bagai tanaman adalah : (a)
bagian dari protoplasma, bisanya air
membentuk 85% sampai 90% dai berat
keseluruhan dari bagiaan hijau tanaman
(jaringan yang sedang tumbuh), (b)
reagen yang penting dalam proses
fotosintesa dan dalam proses hidrolitik
seperti perubahan pati menjadi gula; (c)
pelarut garam, gas dan berbagai material
yang bergerak ke dalam tanaman melalui
dinding sel, dan jaringan xilem ke dalam
tanaman, melalui dinding sel dan jaringan
xilem
serta
menjamin
kesinambungannya; (d) sesuatu yang esensial
untukmenjamin
adanya
turgiditas
pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun,
proses membuka dan menutupnya mulut
daun, kelangsungan gerak, struktur
tanaman.
5.7.3. Kebutuhan air bagi tanaman
Kebutuhan air tanaman dinyatakan
sebagai jumlah satuan air yang diserap
per satuan berat kering yang dibentuk
atau banyaknya air yang diperlukan untuk
menghasilkan satu satuan berat kering
tnaman. Selama pertumbuhan tanaman
terus menerus mengisap air dari tanah
dan mengelarkannhya pada
sat
transpirasi. Kehilangan air pada tanaman
dapat terjadi melalui (a) transpirasi, (b)
akibat sampingan fiksasi karbon dioksida
dalam pemecahan karbon dan oksifgen.
Keadaan air dalam tanah yang
terbaik adalah pada saat kapasitas
lapang. Titik
batas
yang
paling
kritis
terhadap air
disebut titik layu permanen, yaitu
pada saat kondisi air dalam
tanah tidak lagi
tersedia bagi tanaman dan
tanaman mulai

layu secara permanen.


Kehilangan
air
pada
tanah
dipengaruhi oleh: bentuk tajuk tanaman
(kanopi), Fase pertumbuhan, kelembaban
tanah, dan jenis tanaman
Kemampuan
tanah
untuk
mempertahankan air tergantung pada
teksttur tanah. Tanah pasir mempunyai
kemampuan mempertahankan air yang
lebih lemah daripada tanah liat.
Kemampuan
tanah
pasir
untuk
memegang air dapat ditambah dengan
bahan organik. Air yang tertinggal dalam
tanah yang tidak tersedia bagi tanaman
dikenal sebagai air higroskopis dan air
yang terikat secara kimia (Gambar hal
19). Air higroskopis dipegang erat oleh
partikel-partikel tanah sehingga sulit
diserap tanaman.
Gerakan air dalam tanah dipengaruhi
oleh gradien hidrolik, gravitasi, struktur
tanah, tekstur tanah, jumlah air. Air
kapiler bergerak melawan gravitasi bumi
karena gaya kapileritasnya lebih besar
dari gravitasi bumi.
Hal tersebut
disebabkan karena jumlah air yang
berbeda dalam romgga antar partikel
belum melampaui batas kemampuan
partikel tanah tersebut untuk memegang
air. Ketinggian air dapat dicapai oleh air
yang berbanding terbalik dengan diameter
pembuluh kapiler. Jadi semakin halus

komponen
kunci
dalam
proses
fotosintesis, asimilasi, sintesis maupun
respirasi tanaman. (4). Sebagai agen
pemicu
pelapukan
bahan
induk,
perkembangan tanah dan diferensial
horizon. (5). Sebagai pelarut dan pemicu
reaksi kimiawi penyediaan unsur hara
tidak tersedia menjadi tersedia bagi
tanaman.
(6).
Sebagai penopang

pembuluh kapiler tanah makin tinggi pula


gerakan air ke atas.
Efisiensi
penggunaan
air
meningkat dengan kesuburan tanah.
Akibat semakin subur tanah, semakin
banyak air yang diperlukan, karena
absorpsi hara berjalan dengan kecepatan
tinggi.
5.7 Air Tanah
5.7.2 Peran Utama
Air merupakan komponen utama
tubuh tanaman, bahkan hampir 90% selsel tanaman dan mikrobia terdiri dari air.
Air yang diserap tanaman di samping
berfungsi sebagai komponen sel-selnya,
juga berfungsi sebagai media reaksi pada
hampir seluruh proses metabolismenya
yang apabila telah terpakai diuapkan
melalui mekanisme transpirasi, yang
bersama-sama dengan penguapan dari
tanah sekitarnya (evaporasi) disebut
evapo-transpirasi. Dalam memproduksi
biomass sangat banyak dibutuhkan air,
tergantung pada jenis tanaman, biasanya
untuk setiap kg bobot kering biomass
yang diproduksi akan ditranspirasikan air
sebanyak 500 kg (nisbah transpirasi 500).
Oleh karena itu, apabila dalam sehektar
tanam tanaman memproduksi biomas
sebanyak 10 ton (4 ton gabah + 6 ton
jerami), maka selama juta ton air atau 5
juta m3 , apabila umur tanaman ini adalah
100 hari berarti setiap hari akan
ditranspirasikan sebanyak 50 ton/ha
(setara dengan 10 mobil tanki
berkapsitas-angkut 5 ton).
Air merupakan komponen penting
dalam tanah yang dapat menguntungkan
dan kadangkala merugikan. Secara garisbesar
peran
air
tanah
yang
menguntungkan meliputi : (1). Sebagai
pelarut dan pembawa ion-ion hara dari
rhizosfer ke dalam akar kemudian ke
daun. (2). Sebagai sarana transportasi
dan pendistribusian nutrisi jadi dari daun
keseluruh bagian tanaman. (3). Sebagai
aktivitas mikrobia dalam merombak
unsur hara tak tersedia menjadi
tersedia bagi tanaman.
(7).
Sebagai pembawa oksigen terlarut
ke dalam tanah.
(8). Sebagai
stabilisator temperatur tanah,
dan
(9).
Mempermudah
pengolahan
tanah.
(10).
Dipersawahan, genangan air akan

menghambat pertumbuhan gulma dan


sebagai sarana pemupukan lewat air
irigasi ( pugasi), dan (11).
Sebagai
pelarut pupuk dan pestisida
Peran yang merugikan antara lain
adalah (1). Sebagai pemicu rusaknya
tanah, misalnya melalui erosi
(2).
Sebagai pemicu perubahan horizon
melalui
pelindian
komponenkomponennya. (3). Sebagai pemicu
kemiskinan tanah melalui pelindian hara,
dan (4). Tanah yang jenuh dengan air
dapat menyebabkan terhambatnya aliran
udara ke dalam tanah, sehingga
mengganggu respirasi dan serapan hara
oleh akar, serta aktivitas mikrobia yang
menguntungkan.
Oleh karena itu, manfaat air tanah
bagi tetanaman tergantung pada
kemampuan kita dalam meningkatkan
peran
yang
menguntungkan dan
menekan peran yang merugikan tersebut.
5.8.3. Proporsi dan Siklus Air
Tanah
Air di dunia 97,2 % berupa lautan dan
2,8% terdiri dari lembaran es dan gletser
(2,15%), air artesis ( 0,62%) dan air
lainnya (0,03%). Air lainnya ini meliputi
danau tawar (0,009%),danau air asin
(0,008%), air tanah (0,005%), air atmosfer
*hujan dan kabut) (0,001%) dan air sungai
(0,0001%) (Strahler dan Strahler cit.Foth,

5.8.4. Koefisien dan ketersediaan Air


Tanah
Air ditahan di dalam sel akar oleh
adanya gaya-jerap dan gaya-osmotik. Sel
tanaman terdiri dari : (1). Dinding sel
yang tegar dan tetapi dapat mengembang
secara elastis. (2). Protoplasma yang
berupa selaput semipermeabel sehingga
dapat dilewati air secara bebas, tetapi
tidak bebas dilewati aliran bahan-bahan
larut dan koloidal, dan (3). Vakuola yang
berisi cairan sel kaya bahan larut dan
koloidal.

1984).secara keseluruhan dari total air


dunia hanya 2,792% air tawar dan
0,005% diantaranya adalah air tanah.
Kadar air tanah (water storage)
merupakan selisih masuka air (water
gain) dari presipitasi (meliputi hujan, salju,
kabut) yang menginfiltrasi tanah ditambah
hasil kondensasi (oleh tanaman dan
tanah) dan adsorpsi
(oleh tanah)
dikurangi air yang hilang (water loss)
lewat
evapo-transpirasi,
aliran
permukaan, perkolasi dan rembesan
lateral, yang secara umum disebut
sebagai persamaan air tanah:
KAT=masukan air kehilangan air
KAT adalah Kadar Air Tanah
Oleh karena itu fluktuasi kadar air
tanah periodikal, tergantung pada
keseimbangan masukan dan kehilangan
air tersebut.
Siklus air tanah merupakan proses
mekanika perubahan air, baik berupa (1).
Perubahan fase yaitu, dari fase cair ke
fase padat atau fase gas, maupun. (2).
Perubahan situs (lokasi), yaitu dari air
tanah menjadi air tanah menjadi air
tanaman atau air hujan (atmosfer), air
aliran (sungai) dan kembali ke situs air
tanah, dan (3). Perubahan status, yaitu
dari bentuk tidak tersedia (terikat kuat
oleh tanah) menjadi tersedia bagi
tanaman atau sebaliknya.
Ketiga
perubahan ini terjadi dalam sistem tanahair-tetanaman-atmosfer yang melibatkan
tiga mekanisme utama, yaitu :
(a).
Retensi dan pergerakan air di dalam
tanah. (b). Penyerapan (uptake) dan
translokasi air didalam tubuh tanaman,
dan
(c).
Penguapan air
(evapotranspirasi) ke atmosfer.
Adanya bahan-bahan larut dan
koloidal dalam vakuola ini
mengurangi
aktivitas air di dalam sel,
yang
pengaruhnya makin besar selaras
dengan pertambahan kadarnya,
gaya yang timbul
ini disebut potensial bahan
larut (PI).
Gaya yang menyebabkan air
diluar selaput
protoplasma
akan mengalir

kedalam sel lebih cepat ketimbang difusi


bahan larut ke luar
protoplasma.
Kemudian apabila yang menyerap air
adalah bahan kolodial dalam sel atau
koloid proplasma, maka gaya ini disebut
potensial matrix
(Pm),
gabungan
keduanya disebut potensial osmotik (Po).
Tekanan yang menyertai penyerapan air
oleh sel disebut turgor atau potensial
tekanan (Pt). Potensial inilah yang
mendorong air ke luar sel sebagai akibat
terjadi penggelembungan sel. Apabila air
masuk kedalam sel, volume sel
bertambah dan protoplasma terdesak
kedinding sel, yang karena elastis jadi
mengembang.
Makin
besar
penggelembungan makin besar pula
tekanan yang bekerja terhadap air sel
dan, tekanan turgor juga meningkat
selaras dengan kenaikan tekanan in,
sehingga aliran air ke dalam sel menurun
berbanding terbalik dengan kenaikan
tekanan turgor, dan akan berhenti sama
sekali apabila :
Pa = Pt + Pl + Pm + = Pt + Po = 0

mempertahankan
turgornya,
sehingga tanaman mrnjadi layu
secara permanen atau tak dapat
pulih lagi. Hal ini merupakan akibat
terbatasnya suplai air/hujan pada
absorpsi (penyerapan) air oleh
tanaman dan avaporasi terus
terjadi. Pada kondisi ini air yang
tersisa hanya air adhesi dan terikat
kuat oleh gaya matrik tanah, yaitu

Koefisien Air tanah merupakan


koefesien yang menunjukan potensi
ketersediaan air tanah untuk mensuplai
kebutuhan tanaman (Tabel 3.12), terdiri
dari :
(1) Jenuh atau retensi maksimum, yaitu
kondisi di mana seluruh ruang pori
tanah terisi. Pada kondisi ini
tegangan pada permuakaan lapisan
air hampir 0 - <1/3 atm. Sehinngga
air ini terutama yang mengisi poripori makro segera turun ke bawah
tertarik oleh gaya gravitasi. Air
kondisi jenuh ini disebut air bebas
atau air Gravitasi atau air drainase
atau air berlebihan (lihat gambar
3.7), mudah hilang dan bergerak
relatif cepat sehingga dapat melindi
(leaching) unsur-unsur hara yang
dilaluinya. Pada kondisi tanah
berdrainase buruk atau suplai
berlebihan (banjir atau tergenang
pada periode lama akan berdampak
buruk terhadap aerasi tanah
sehingga respirasi akar, dan
aktivitas mikrobia aerobik seperti
bakteri amonifikasi dan nitrifikasi
akan terhenti sama sekali.
(2) Kapsitas lapangan (field capacity)
adalah kondisi di mana tebal
lapisan air dalam pori-pori tanah
mulai menipis, sehingga tegangan
antarair-udara meningkat hingga
lebih lebih besar dari gaya gravitasi,
air gravitasi (pori-pori makro) habis
dan air tersedia (pada pori-pori
meso dan mikro) bagi tanaman
dalam keadaan optimum. Kondisi ini
terjadi pada tegangan permukaan
lapisan air sekitar 1/3 atm atau pF
2,54.
(3) Koefisien layu (titik kayu permanen
atau titik kelembaban kritis) adalah
kondisi kadar air tanah yang
ketersediaannya
sudah
lebih
rendah
ketimbang
kebutuhan
tanaman untuk aktifitas dan
pada tegangan sekitar 15
atm.
(4) Koefisien
Higroskopis
adalah kondisi dimana air
tanah terikat
sangat kuat Oleh gaya matrik
tanah, yaitu pada tegangan
minimal 3 atm.
Air yang tersisanya adalah
air adhesi, yaitu air yang

langsung terjerap
ke
bahan
padat tanah,
berbentuk kristal dan tidak tersedia
bagi tanaman.
Air tanah yang mempunyai
tegangan antara 1/3 atm 31 atm
(antara kapasitas lapangan hingga
koefisien higroskopis) disebut air
kapiller, terdiri atas air kohesi pada
pori-pori meso dan mikro serta
sedikit
pada
pori
makro.
Pergerakannya lambat dan terjadi
melalui penyesuaian terhadap
keketebalan lapisan air, berfungsi
sebagai larutan
tanah
dan
sebagiannya.
Air tersedia (air yang dapat diserap
langsung tanaman) adalah air yang
ditahan tanah pada kondisi kapasitas
lapangan hingga koefisien layu, namun
makin mendekati koefisien layu tingkat
ketersediaannya makin rendah. Oleh
karena itu untuk menjamin tercukupinya
kebutuhan tanaman, suplai air harus
diberikan apabila 50 85% air tersedia ini
telah habis terpakai. Air yang ditahan
diatas koefisien layu merupakan air tak
tersedia, terdiri dari sebagian air kapiler
(air adhesi dan sedikit air kohesi) dan
seluruh air hidroskopis (air kristal).

Disamping faktor tanah ini, faktor


iklim dan tanaman juga menentukan
kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor
iklim yang berpengaruh meliputi curah
hujan, temperatur dan kecepatan angin,
yang prinsipnya terkait dengan suplai air
dan evotranspirasi. Faktor tanaman yang
berpengaruh meliputi bentuk dan
kedalaman perakaran, toleransi terhadap
kekeringan, serta tingkat dan stadia

5.8.5. Faktor-faktor Ketersediaan


Air tanah. Kadar dan ketersediaan air
tanah sebenarnya pada setiap koefesien
ini umumnya bervariasi terutama
tergantung pada :
(1) Tekstur tanah. Kadar air tanah
bertekstur liat > lempung > pasir,
misalnya pada tegangan 1/3 atm
(kapasitas lapangan), kadar air tanah
pada masing-masingnya adalah
sekitar 55%, 40% dan 15%. Hal ini
terkait dengan pengaruh tekstur
terhadap proporsi bahan kolodial,
ruang pori dan luas permukaan
adsortif, yang makin halus teksturnya
akan makin banyak sehingga makin
besar kapasitas-simpan airnya. Hasilhasilnya berupa peningkatan kadar
dan ketersediaan air tanah. Kadar air
tersedia berdasarkan tekstur tanah
tertera pada gambar 3.9
(2) Kadar bahan organik tanah (BOT).
BOT mempunyai pori-pori mikro yang
jauh lebih baik ketimbang partikel
mineral tanah, yang berarti luas
permukaan penyerap (kapasitas
simpan) air juga lebih banyak,
sehingga makin tinggi kadar BOT
akan makin kadar dan ketersediaan
air tanah.
(3) Senyawa kimiawi. Garam-garam
senyawa-pupuk/amelioran
(pembenah tanah) baik alamiah
maupun nonalamiah mampunyai
gaya osmotik yang dapat menarik
dan menghidrolis air, sehingga
koefesien
layu
meningkat.
Konsekuensinya, makin banyak
senyawa kimiawi dan ketersediaan
air tanah menurun;
(4) Kedalaman solum/lapisan tanah
menentukan volume simpan air Tanah.,
makin dalam makin besar, sehingga
kadar dan ketersediaan air juga makin
banyak. Kedalaman solum/lapisan ini
sangat penting bagi tetanaman berakar
tunggang dan dalam.
pertumbuhan,
yang
pada
prinsipnya
terkait
dengan
kebutuhan air tanaman
5.8.6.
Teknik
pengairan
Dalam hubungannya dengan
produksi tanaman, air harus
dikelola

secara baik dan ekonomis. Pengelolaan


air meliputi (1) irigasi, (2) drainase, (3)
konservasi. Irigasi adalah penambahan
suplemen air. Penggunaan irigasi telah
dilakukan sejak jaman kuno. Jenis irigasi
meliputi (1) irigasi permukaan, di mana air
didistribusikan melalui permukaan tanah;
(2) irigasi penyiraman, yaitu pemberian air
melalui pipa bertekanan; (3) irigasi eniter
berupa sprinkler, spitter dn dripper, yaitu
mendistribusikan air ke bawah permukaan
tanah untuk memberi kelembaban kepada
tanaman lewat gaya kapiler ke atas.
Masing-masing sistem sesuai dengan
sistem budidaya tertentu.
Untuk tujuan pertanian, air diukur
dengan istilah volume dan kecepatan
mengalir. Volume diberikan dalam satuan
galon, kaki kubik, hektar-cm, dan lain-lain.
Satu hektar-cm dari air adalah jumlah air
yang akan menutupi satu hektar tanah
sedalam cm dan kira-kira sebanyak 100
m3 atau 100.000 liter.
Kecepatan air
mengalir dinyatakan
dalam liter/detik,
liter/menit,
hektar-cm/hari
dan
sebagainya.
Irigasi permukaan adalah cara yang
paling umum dikenal di Indonesia, yaitu
sistem leb dari sawah. Air dibawa lewat
parit-parit agak datar dengan kecepatan
rendah untuk menghindari erosi. Parit
dapat diaspal, disemen, diberi plastik atau

daerah lembab perlu pipa drainase yang


dibenamkan dalam tanah.
5.9. Pemangkasan (prunning)
5.9.1. Pemangkasan tanaman muda
Pemangkasan penting dalam
rangkan
mengembangkan
tanaman
dengan struktur yang kokok dan bentuk
yang diinginkan. Ada beberapa prinsip
sederhana yang harus dimengerti dalam

tumpukan
rumput-rumput
untuk
menghindari kebocoroan air ke bawah.
Dalam sistem leb harus cukup waktu
untuk membiarkan air menutupi seluruh
permukaan dan cukup waktu bagi air
untuk masuk ke dalam tanah, agar lama
tinggal di atas parit sehingga dapat
mensuplai air untuk akar tanaman.
Dalam hal ini harus dibuat parit
pembuangan air, untuk mengalir-kan
kelebihan air sesudah kapasitas lapang
lahan tersebut tercapai.
Irigasi
permukaan biasa diberikan kepada
tanaman yang menutup rata tanah seperti
padi dan padang rumput.
Untuk tanaman berbaris digunakan
sistem leb-furrow irrigation, sedangkan
untuk tanaman yang rata menutup tanah
digunakan sistem leb-flood irrigation dan
contour irrigation.
Irigasi siraman telah dikenal di
negara-negara maju. Tehnik ini telah
banyak dilakukan dengan menggunakan
pipa-pia otomatis. Di Indonesia, belum
banyak dilakukan kecuali untuk padang
rumput golf. Tetapi tehnik irigasi siraman
sederhana yang dilakukan oleh para
petani adalah dengan menggunakan
gayung atau gembor atau ujung pipa
plastik. Keuntungan tehnik irigasi siraman
adalah lebih seragam dan tepat untuk
setiap jenis tanah dan tanaman. Masalah
yang ditimbulkan dari tehnik ini relatif
kecil, tidak ada erosi, air dapat lebih
ekonomis dibanding sistem leb. Pupuk
dapat diberikan bersama air siraman.
Kerugian sistem siram adalah mahalnya
peralatan pada investasi awal dan air
harus selalu bersih.
Tehnik irigasi
siraman
dengan
tangan
akan
mengakibatkan biaya tenaga yang sangat
tinggi.
Tehnik pengairan drainase adalah
menyiapkan bedengan, guludan, pada
saat persiapan lahan. Hal ini dilakukan
sebagai upaya
untuk membuang
kelebihan air.
Kaang-kadang pada
melakukan pemangkasan tanaman
muda. Pertama, setikap potongan
memiliki potensi
mengubah
pertumbuhan tanaman.
Kedua,
karena tehnik pemangkasan yang
tepat adalah penting, maka
pemangkasan yang buruk dapat
menyebabkan
kerusakan
tanaman
bahkan
dapat
menyebabkan
kematiannya.

Ketiga, proses penyembuhan pada


tanaman tidak seperti halnya pada
manusia.
Ketika tanaman mengalami
luka (atau dilukai) tanaman tersebut harus
tetap tumbuh dan luka tersebut akan tetap
ada.
Keempat, adanya suatu aturan
bahwa potongan yang kecil menghasilkan
kerusakan yang kecil pula. Hal ini yang
menyebabkan mengapa pemangkasan
yang tepat pada tanaman
muda
menjadi kritis dan penting.
Dengan
demikian, jika pemangkasan pada waktu
tanaman sudah matang diperlukan
pemotongan yang lebih banyak dan akan
menjadi lebih sulit dilakukan.
Membuat potongan
Jika
pemotongan
dapat
mengganggu respon tanaman terhadap
pertumbuhan dan proses penutupan luka
potongan, maka pemangkasan harus
dibuat di luar lingkar cabang (branch
collar).
Hal ini karena pada bagian
tersebut terdapat jaringan batang atau
induk cabang dan tanaman akan rusak
potongan dilakukan di tempat tersebut.
Dalam beberapa kasus, jika potongan
cukup besar, maka tanaman dapat
mengalami kerusakan internal permanen
x

akibat pemangkasan yang tidak tepat.


Jika cabang permanen perlu diperpendek,
maka potonglah cabang atau tunas
lateral.
Pemotongan dilakukan pada
internodal atau pemotongan dibuat di
antara tunas atau cabang dapat
menyebabkan
batang membusuk,
gangguan produksi dan pertumbuhan
yang menyimpang.
Perlengkapan
Pemangkasan
Untuk tananam berukuran kecil,
sebahagian besar pemotongan dapat
dilakukan dengan gunting atau pisau.
Untuk pemotongan batang lebih dari 0.5
inci
harus menggunakan gunting
bertangkai atau gergaji pangkas.
x

Memperoleh strutur percabangan


yang kokok
Struktur cabang primer yang baik
dapat dibentuk selagi tnaman masih
muda.
Percabangan yang berjenjang
memberikan bentuk tanaman yang sudah
dewasa dan
memberikan perlakuan
pemangkasan yang tepat terhadap
tanaman yang masih muda dapat
mengembangkan struktur yang kokoh.
x

Perkembangan batang
Pada sebahagian besar tanaman
muda, pertahankan batang tunggal yang
dominan. Jangan lakukan pemangkasan
pucuk yang dapat menyebabkan
munculnya dua batang utama yang
disebut dengan cabang codominant
stems.
Hal ini akan mengakibatkan
kelemahan struktur batang, oleh karena
itu sebaiknya dibuang saja selagi
tanaman masih muda. Cabang-cabang
lateral
akan
menyebabkan
perkembangan struktur tanaman yang
tegap, dan meruncing.
Perlu
dipertahankan beberapa cabang lateral
walaupun
akan dipangkas kemudian.
Cabang-cabang seperti ini dinamakan
cabang sementara yang berpera ndalam
Tingginya cabang permanen
yang paling rendah ditentukan oleh
fungsi yang diharapkan
serta
lokasi tanaman pada
lanskapnya.
Pohon yang
digunakan untuk
menyaring
pandangan yang tidak
diinginkan atau untuk penghadang
angin dapat dibiarkan bercabang
x

melindungi batang dari kerusakan akibat


sinar matahari atak kerusakan mekanis.
Cabang sementara ini dipertahankan
cukup pendek agara tidak menghalangi
atau menjadi pesaing bagi cabang lateral
yang dipilih untuk dipertahankan.
x

Pemilihan cabang permanen

serendah mungkin. Jarak antar cabang


baik vertikal
maupun horizontal
sangatlah penting.
Cabang yang dipilih sebagai cabang
permanen harus memiliki ruang yang
cukup terhadap batangnya. Pertahankan
keseimbangan radial dengan cabangcabang yang tumbuh keluar untuk segala
arah.
Beberapa
pohon
memiliki
kecenderungan perkembangan cabang
dengan sudut percabangan yang kecil.
Ketika tanaman tersebut tumbuh, maka
akan terdapat lipatan-lipatan kulit yang
nantinya akan menggangu percabangan
pada batang utama. Pemangkasan harus
dilakukan terhadap cabang-cabang yang
memiliki penempelan yang lemah selagi
cabang tersebut masih muda.
Hindari adanya pengelompokan daun
pada percabangan di dalam. Karena
daun pada setiap cabang/ranting perlu
menghasilkan makanan yang cukup untuk
kehidupan dan pertumbuhan pohon maka
setiap cabang harus memberikan
sumbangan makanan kepada batang dan
akar.
Jika terlalu banyak daun yang
dibuang makan pohon akan mengalami
kelaparan, penurunan pertumbuhan dan
menjadi tidak sehat.

Pemangkasan pohon yang baru


ditanam
Pemangkasan terhadap tanman yang
baru ditanam harus dibatasi.
Buang
cabang yang mati atau patah, tunda
pemangkasan untuk tahun berikutnya.
Pohon yang tidak dipangkas pada awal
penanamannya akan menghasilkan akan
yang lebih kuat dibandingkan tanaman
yang
dipangkas
pada
waktu
penanamannya.
x

Membalut luka
Membalut luka akibat pemotongan
diperkirakan
akan
mempercepat
penutupan luka, melindungi luka tersebut
dari serangga dan penyakit serta
mengurangi pembusukan.
Walaupun
demikian, penelitian menunjukkann
bahwa pembalutan
tidak mengurangi
pembusukan atau kecebatan penutupan
luka dan jarang sekali dapat melindungi
luka terhadap serangan serangga atau
infeksi penyakit. Sebahagian besar ahli
menyarankan pembalutan luka
tidak
dilakukan. Jika harus dilakukan atau
untuk tujuan keindahan, maka gunakan
kain yang tipis dari bahan yang tidak
mengandung racun terhadap tanaman.
x

5.9.2.

Alasan melakukan pemangkasan


Karena setiap pemotongan akan
berpotensi mengubah
pertumbuhan
pohon, maka seharunya jangan ada
cabnag yang dibuang tanpa malasan
yang kuat. Alasan yang umum bagai
pemangkasan adallah membuang cabang
yang mati, membuang dahan yang terlalu
banyak dan menghilangkan resiko
bahaya. Pohon dapat dipangkas untuk
tujuan meningkatkan penetrasi cahaya
dan udara ke bagian dalam dari tajuknya,
atau ke bagian bawah lanskap. Dalam
x

Pemangkasan tanaman yang


sudah tua
Pemangkasan
paling
umum
dilakukan untuk tujuan mempertahankan
bentuk tanaman. Walaupun banyak
pepohonan hutan tumbung dengan
sangat baik, akan tetapi tnaman
pekarangan memerlukan kehati-hatian
yang lebih tinggi. Pemangkasan harus
dilakukan
dengan
pemahaman
bagaimana repon tanaman terhadap
pemotongan
bagian
tubuhnya.
Pemangkasan yang tidak tepat dapat
menyebabkan kersukanan yang akanb
mengantarkan kepada kematian pohon.
banyak kasus, tanman yang sudah
tua dipangkas sebagai tindakan
korektif atau tindakan preventif.
Penipisan percabangan secara
rutin tidak cukup memperbaiki
kesehatan pohon. Pohon akan
menghasilkan tajuk
yang padat dengan daun untuk
menghasilkan
gula
yang
digunakan
sebagai enerji untuk pertumbuhan
dan
perkembangnnya.

Pembuangan daun melalui pemangkasan


dapat mengurangi
pertumbuhan dan simpanan enerji.
Pemangkasan secara besar-besaran
akan mengakibatkan pohon menjadi
stress
Waktu pemangkasan
Sebahagian besar pemangkasan
rutin adalah membuang dahan yang
lemah atau mati, dimana pemangkasan
dapat dilakukan setiap saat selama tidak
berakibat buruk terhadap pohon.
x

Tehnik pemangkasan dan


pembersihan tajuk
Tehnik ini adalah membuang cabang
yang mati, cabang yang berpenyakit,
membuang cabang lemah dan cabang
yang memiliki kemampuan tumbuh
rendah.
x

x Penipisan tajuk
Tindakan selektif
membuang cabang
untuk meningkatkan penetrasi cahaya
dan pergerakan udara di daerah tajuk

x Peningkatan tajuk
Membuang cabang-cabang yang rendah
dengan tujuan untuk memberikan kesan
bersih
x Mengurangi tajuk
Mengurangi ukuran ranaman dengan cara
mengurangi ketinggian dan lebar tajuk.
5.10. Organisma Pengganggu
Tumbuhan (Opt)
Menurut PP Nomor 6 tahun 2005 tentang
Perlindungan
Tanaman,
terdapat
beberapa diskripsi diantaranya adalah
perlindungan tanaman dilaksanakan pada
masa pra tanam, masa pertumbuhan
tanaman, dan atau masa pasca panen.
Perlindungan tanaman pada masa pra
tanam dilaksanakan sejak penyiapan
lahan atau media tumbuh lainnya sampai
dengan penanaman.
Perlindungan
tanaman pada masa pertumbuhan
tanaman dilaksanakan sejak penanaman
sampai dengan panen.
Perlindungan
tanaman pada masa pasca panen
dilaksanakan sejak sesudah panen
sampai dengan hasilnya siap dipasarkan.
Perlindungan tanaman dilaksanakan
melalui sistem pengendalian hama
terpadu yaitu dengan cara:
x Pencegahan
masuknya
organisme
pengganggu
tumbuhan
kedalam
dan
tersebarnya dari suatu area ke
area lain di dalam wilayah
negara Republik Indonesia;
x Pengendalian
organisme
pengganggu tumbuhan;
x Eradikasi
organisme
pengganggu tumbuhan;

menimbulkan gangguan dan kerusakan


sumber daya alam dan atau lingkungan
hidup.
Pencegahan masuknya ke dalam
atau tersebarnya organisme pengganggu
umbuhan dari suatu area ke area lain di
dalam wilayah negara Replublik Indonesia
dilaksanakan dengan cara mengenakan
tindakan karantina pada setiap media

Perlindungan tanaman dilaksakan dengan


menggunakan sarana dan cara yang tidak
mengganggu kesehatan dan atau
mengancam keselamatan manusia,
pembawa
organisme
pengganggu
tumbuhan
karantina
yang
dimasukkan ke dalam atau dikirim
dari suatu area ke area lain di
dalam wilayah negara Republik
Indnesia.
Pemasukan media
pembawa
organisme
pengganggu
tumbuhan

karantina baik berupa tumbuhan maupun


bagian-bagian tumbuhan ke dalam
wilayah Negara Republik Indonesia wajib:
x dilengkapi sertifikat kesehatan
dari negara asal dan negara
transit;
x dilakukan melalui tempat-tempat
pemasukan
yang
telah
ditetapkan;
x dilaporkan
dan
diserahkan
kepada petugas karantina di
tempat tempat pemasukan untuk
keperluan tindakan karantina.
Pengiriman media pembawa organisme
pengganggu tumbuhan karantina baik
berupa tumbuhan maupun bagian-bagian
tumbuhan dari satu area lain di dalam
wilayah Negara Republik Indonesia wajib
o dilengkapi sertifikat kesehatan dari
area asal;
o dilakukan melalui tempat-tempat
pemasukan dan pengeluaran yang
telah ditetapkan;
o dilaporkan dan diserahkan kepada
petugas karantina ditempat-tempat
pemasukan dan pengeluaran untuk
tindakan karantina.
Organisme pengganggu tanaman
(OPT) adalah semua makhluk hidup yang
merusak tanaman, baik tu dari kelompok
virus, bakteri, jamur, serangga, burung

dan mamalia.
Pengganggu dapat
dikelompokkan dalam beberapa istilah
yang lebih luas, yaitu patogen, sebagai
penyebab penyakit tanaman, hama,
organisme yang merusak tanaman dan
gula, adalah tumbuhan yang merusak
tanaman budidaya.
Kerusakan yang
disebabkan oleh OPT mencapai 33%.
Anda pasti pernah melihat daun
tanaman bolong, buah cabe dan tomat
yang busuk di pohonnya atau tanaman
layu.
Semua kerusakan tersebut
disebabkan oleh serangan hama dan
penyakit. Hama adalah kelompok hewan
yang menyebabkan kerusakan pada
tumbuhan dan mengakibatkan kerugaian.
Gambar di bawah ini menunjukkan
beberapa jenis hama yang biasa
menyerang tanaman.

Gambar 5.10.
Spodoptera sp adalah salah satu
contoh hama tanaman

a. Hama Tumbuhan
Hama tanaman adalah organisme
pengganggu tanaman berupa serangga,
burung dan kelompok mamalia. Hama
dari ke-lompok serangga memegang
peranan penting karena jumlahnya cukup
banyak dan hampir 50% menjadi
penganggu
kehidupan
manusia.
Diperkirakan sebanyak 1500 species
serangga yang menempati permukaan
bumi menjadi hama tanaman.
Kerugian akibat hama tanaman antara
lain,

mengurangi hasil
tanaman;

mengurangi mutu atau kualitas


hasil tanaman,

mempercepat terjadinya
infeksi
penyakit pada tanaman;

menambah biaya produksi


karena diperlukan adanya biaya
untuk pengendalian hama.

Serangga merusak tanaman


dengan cara memakan bagian
tanaman, menisap cairan dalam
jaringan tanaman, memamah dan
menusuk
serta
menumpang
bertelur pada tanaman. Bentuk
kerusakan tanaman tergantung
pada tipe mulut serangga.

Kehidupan serangga dikendalikan oleh


dua faktor,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal.


Faktor internal (biotik) adalah segala
proses kehidupan dari tubuh serangga
untuk
memacu
kehidupannya.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor
lingkungan yang langsung berpengaruh
ter-hadap kehidupannya, seperti suhu,
cahaya, kelembaban udara, faktor iklim
yang lain, faktor biologis dan gangguan
manusia. Berikut ini adalah beberapa
contoh hama tanaman (Gambar 2).
Beberapa contoh hama yang sering
menyerang tanaman adalah tungau, Ulat
Lepidoptera, Lalat diptera, Kepik
Hemiptera, Kutu Hompotera, Kumbang
Coleoptera dan mamalia (tikus, gajah,
dan babi hutan).

Beberapa Ham
Hama Tanaman

Gambar 5.11.
Beberapa contoh hama-hama tananaman yang sering merugikan petani dinataranya adalah ulat
lepidoptera, tikus, kumbang Coleoptera, dan gajah.

1). Hama Tungau


Penyebab
:
Tungau
merah
(Oligonychus). Tungau ini berukuran 0,5
mm, hidup disepanjang tulang anak daun
sambil mengisap cairan daun sehingga
warna daun berubah menjadi mengkilat
berwarna bronz. Hama ini berkembang

pesat dan membahayakan dalam


keadaan cuaca kering pada musim
kemarau.
Gangguan tungau pada
pesemaian
dapat
mengakibatkan
rusaknya bibit.

Gambar 5.12.
Gejala serangan tungau merah pada tanaman
jeruk.

Gambar 5.14.
Imago tungau merah.

Gambar 5.15.
Siklus hidup tungau merah

Gambar 5. 13.
Larva tungau merah

2). Ulat Lepidoptera


a). Sylepta sp. (Pyralidae; Lepidoptera)
Penggulung daun nilam dan pemakan
daun lainnya. Hama ini meletakkan telur
di atas permukaan daun. Setelah larva
menetas warnanya transparan. Setelah
mulai memakan daun warna ulat hijau.
Ulat bergerombol memakan bagian atas
permukaan daun, sehingga bagian daun
yang dimakan kelihatan transparan.
Ketika ulat mulai agak dewasa, ulat
membuat
sarang
dengan
cara
menggulung daun yang agak muda dan
memakan daun dari sarang yang dibuat.

Bila daun sudah habis, ulat juga


memakan batang muda dekat sarangnya.
Pada kondisi demikian serangan hama
sudah mulai menimbulkan kerugian 5
10% sehingga perlu diwaspadai dan
segera mengambil tindakan pencegahan.
Penyebaran tidak terlalu cepat dan
tergantung pada populasi imago.

Gambar 5. 16.
Imago (serangga dewasa) Sylepta sp.

Gambar 5. 17
Siklus hidup Sylepta sp.

b). Ulat tritip/ ulat daun (Plutella


xylostella)
Ulat tritip memakan bagian bawah daun
sehingga tinggal epidermis bagian atas
saja. Ulatnya kecil kira-kira 5 mm
berwarna hijau. Jika diganggu akan
menjatuhkan diri dengan menggunakan
benang. Ulat ini cepat sekali kebal
terhadap satu jenis insektisida.

Ga
mba
r
5.18
Imago
Plutela
sp

c). Ulat krop/ jantung kubis


(Crocidolomia binotalis)
Sering menyerang titik tumbuh
sehingga
disebut sebagai ulat jantung
kubis. Ulatnya kecil berwarna
hijau lebih besar dari ulat tritip,
jika sudah besar garis-garis
coklat. Jika diganggu agak malas

untuk bergerak. Berbeda dengan ulat tritip


yang telurnya dietakkan secara menyebar,
ulat jantung kubis meletakkan telurnya
dalam satu kelompok.

Gambar 5. 19. Siklus


hidup Plutela sp.

Gambar 5. 20. Larva


Crocidolomia sp

Gambar 5.21. Imago


Crocidolomia sp.

d). Ulat grayak (Spodoptera litura)


Sering menyerang secara berkelompok
dan serangan sangat mendadak.
Serangan umumnya terjadi pada malam
hari sehingga disebut ulat gerayak atau
ulat tentara. Ulatnya berwarna hijau lebih
besar dari ulat kubis, jika sudah besar
garis-garis coklat.
Jika diganggu agak malas untuk
bergerak.

Gambar 5. 22. Larva


Spodotera sp.

Gambar 5.24.
Larva Agrotis sp.
Gambar 5.23
Siklus hidup Spodoptera sp

e). Ulat tanah (Agrotis ipsilon)


Ulat berwarna hitam. Gejala kerusakan
yang ditimbulkan ialah terpotongnya
tanaman kubis yang masih kecil.
Pengendalian dapat dilakukan dengan
membongkar tanah secara berhati-hati
disekitar tanaman yang terpotong.
3) Lalat Diptera
Lalat bibit adalah salah satu hama yang
dapat merusak bibit tanaman. Tanaman
yang umumnya diserang oleh lalat bibit
adalah leguminoceae. Beberapa lalat
bibit yang sering merugikan adalah lalat
kacang (Agromyza phaseoli), penggerek
pucuk kedelai (Agromyza dolichostigma),
penggerek
batang
kedelai
(Melanagromyza sojae).

Gambar 5. 25.
Imago Agrotis sp.

Gambar 5.26.
Gejala serangan lalat diptera.

4) Kepik Hemiptera
Kepik hemiptera adalah perusak polong.
Serangga merusak tanaman dengan cara
mengisap cairan tanaman dengan jarum
stilet (alat pengisap yang dipunyai
serangga). Serangga penggerek polong
adalah Etiella zinchenella. Serangga
pengisap polong adalah Riptortus linearis,
dan kepik hijau Nezara viridulla.

Gambar 5. 27.
Imago kepik Nezara viridula

Gambar 5.28.
Siklus hidup N.viridula

5)
Kumbang Coleoptera
Kumbang oryctes
adalah Oryctes
rhinoceros. Hama ini menimbulkan gejala
serangan dengan cara kumbang dewasa
masuk ke dalam titik tumbuh dan
memakan bagian yang lunak.
Bila
serangan mengenai titik tumbuh, tanaman
akan mati, tetapi bila makan bakal daun
hanya menyebabkan daun dewasa rusak
seperti terpotong gunting.
a). Kumbang Coleoptera
Kumbang oryctes
adalah Oryctes
rhinoceros. Hama ini menimbulkan gejala
serangan dengan cara kumbang dewasa
masuk ke dalam titik tumbuh dan
memakan bagian yang lunak.
Bila
serangan mengenai titik tumbuh, tanaman
akan mati, tetapi bila makan bakal daun

6) Mamalia
Hama yang termasuk mamalia (binatang
menyusui) adalah babi hutan dan kera.
Hama ini sangat merusak tanaman kelapa
sawit. Di beberapa daerah tertentu di
Sumatera, gajah sering menyebabkan
kerusakan yang serius pada tanaman
kelapa sawit muda. Selain itu juga tikus
(rodentia) merupakan hama yang

hanya menyebabkan daun dewasa rusak


seperti terpotong gunting.

Gambar 5.29.
Hama tanaman kelapa kumbang Oryctes sp

merusak (memakan) buah kelapa


sawit yang sudah tua.

Gambar 5.30.
Siklus hidup kumbang hama kepala Oryctes
rhinoceros

b.

Penyakit tumbuhan
Penyakit tanaman dikelompokkan
menjadi dua.
Yang pertama adalah
penyakit non infeksius dan yang ke dua
adalah penyakit infeksius. Sejak benih
ditanam, fase vegetatif dan fase generatif
tanaman, semua kebutuhan hara
tanaman harus dicukupi. Jika tanaman
mengalami kekurangan hara atau
kelebihan salah satu unsur hara atau pH
media tumbuh terlalu rendah atau terlalu

Virus adalah mikroba yang hanya


mempunyai suatu selubung protein
dengan asam nukleat yang dapat mempengaruhi kerja DNA sehingga proses
kehidupan tanaman terganggu.

tinggi maka tanaman akan menunjukkan


gejala kerusakan. Gejala ini dapat berupa
perubahan laju pertumbuhan, ukuran
tanaman, warna daun, ketebalan daun,
warna batang, warna buah atau bunga,
bentuk buah atau bunga dan lain-lain.
Tanaman sakit adalah suatu kondisi
tanaman yang tidak wajar, sehingga
proses kehidupan (metabolisme) tanaman
terganggu,
yang
pada
akhirnya
menimbulkan keruganian bagi petani.
Penye-bab penyakit dapat disebarkan dari
tanaman yang sakit atau dari bagian
tanaman yang sakit tersebut ke tanaman
sehat. Penyakit yang sering menginfeksi
tanaman dapat berupa jamur, bakteri,
virus dan fitoplasma. Penyebab penyakit
atau patogen tersebut menyebabkan
adanya gejala kerusakan pada bagianbagian tanaman seperti pada akar,
batang, daun, buah, bunga dan biji.
Gejala serangan patogen tersebut
dinamakan penyakit.
Gejala penyakit pada tanaman
dikelompokkan sebagai berikut : Kerdil
(pertumbuhan tanaman yang lamban
secara menyeluruh); klorosis (perubahan
jaringan tanaman dari hijau menjadi
kekuningan); nekrosis (kematian jaringan
tanaman/bercak
daun);
layu
(terganggunya aliran air di dalam
pembuluh
tanaman);
kanker
(pertumbuhan bagian tanaman yang tidak
wajar).
Patogen tanaman dapat berupa
jamur yaitu organisme yang umumnya
berbentuk benang, dapat menghasilkan
spora. Intinya jelas dan dapat dilihat di
bawah mikroskop dengan pembesaran
lensa 100-400 kali. Sedangkan bakteri
adalah mikro-organisme yang lebih kecil
dari jamur, mempunyai sel tunggal atau
berkoloni, berbentuk seperti batang, koma
atau rantai.
Patogen yang lain adalah bakteri
yaitu mikroba yang dapat dilihat dengan
pembesaran 100-1600 kali dan harus
menggunakan minyak emersi.
MLO adalah patogen yang
merupakan peralihan dari virus ke
bakteri.
Bentuk virus dan MLO hanya dapat
dilihat
dengan menggunakan mikro-skop
elektron (pembesaran > 1 juta
kali).

Patogen-patogen
tersebut
dapat
menyerang tanaman pada fase vegetatif
dan fase generatif.
1). Penyakit Non Infeksius
Faktor
lingkungan yang
tiba-tiba
beruabah, suply nutrisi yang tidak cocok,
atau irigasi akan menyebabkan gejala
kerusakan fisiologi pada tanaman.
Beberapa tanaman budidaya lebih sensitif
tehadap perubahan-perubahan tersebut di
atas dibandingakn dengan varietas
lainnya.
Faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan kerusakan pada tanaman
antara lain:
x Suhu ekstrim, kekurangan atau
kelebihan air.
x Kerusakan
atau
kelebihan
cahaya.
x Kekurangan oksigen.
x Polusi udara.
x Defisiensi nutrisi.
x Keracunan mineral.
x Keasaman atau kebasaan tanah.
x Keracunan pestisida.
x Praktek penanaman yang salah
dan lain sebagainya yang
menyebabkan
pertumbuhan
tanaman tidak normal

Media tumbuh tanam yang tiba-tiba


mendapatkan suply air, aku-mulasi garam
pada daerah per-akaran merupakan
gejala-gejala yang umum.
Usaha
menghidar dari hal tersebut di atas akan
menimbulkan busuk buah.

Gambar 5. 31
Gejala serangan penyakit pecah
buah.

(b). Penyakit Pecah Buah konsentris


Belahan konsentris meling-kar yang
terdapat pada seluruh permukaan buah
atau muncul dari tangkai buah biasanya
disebabkan oleh tingginya suhu hari,
besarnya perbedaa suhu antara sian dan
malam dan perubahan tiba-tiba pada
siang dan suhu malan media
pertumbuhan telah menjadi topik bagi
penelitian

(a). Penyakit Pecah Buah


Pada permukaan bawah buah tomat
,gejala terbakar, dan akibat akhirnya akan
menimbulkan gejala bercak
kering
melingkar (Gambar ). Defisiensi calsium.

Gambar 5.32.
Gejala penyakit buah
konsentris

(c). Penyakit Belah Cekung


Belah yang umumnya keluar dari
permukaan buah mulai dari bahu buah
adalah akibat terdapatnya perbedaan
tang nencocok antara mahasiswa.
Perubahan suhu yang peralahan lahan
dimulai dari adanya ventilasi mencegah
terjadinya kejadian ini.

Gambar 5.33.
Gejala penyakit nekrosa buah

(d). Penyakit Keriting Buah


Keriting buah merupakan keru-sakan
fisiologis yang sangat meru-gikan
mentimun. Buah muda menjadi seperti
kurva
dan
dimulai
pada
saat
perkembangan bunga stadia awal dan
mungkin
dise-babkan oleh perubahan
suhu yang mendadak, kelembaban media
pertumbuhan yang kurang cocok,
kekurangan nutrisi, kebanyakan jumlah
buah dan diserang hama. Bakal buah
yang tidak produktif sebaiknya dipangkas.

kebersihan
ling-kungannya,
dan
mengadopsi praktek-praktek budidaya
yang tepat seperti keseimbangan hara
dapat mempertahankan tanaman tetap
sehat.
Kerusakan akibat hama dan
penyakit akan berkurang.
Selain itu
dianjurkan agar memulai penanaman
dengan menggunakan bibit yang sehat.
Dengan strategi adopsi
pengelolaan
hama terpadu (PHT) untuk tanaman
sangat di-anjurkan di sini. Jika perlu
guna-kan bahan kimia yang direkomendasi untuk mengendalikan serangga
hama atau beberapa penyakit dan selalu
mengikuti aplikasinya secara ketat
sebelum proses panennya.

(e).

Gambar 5.34. .
Gejala penyakit keriting buah.

Identifikasi keberadaan penyakit


secara dini terhadap tanaman hidroponik
dapat
mengendalikan
permasalah
penyakitnya. Dengan mempertahankan

Kerusakan tanaman akibat ketidak


seuaian hara
Semua hara penting diberikan. Jika
larutan tanaman mengalami kekurangan
hara atau kelebihan salah satu komponen
haranya atau pH dan daya hantar
listriknya melebihi daya
toleransi
tanaman.
Maka
tanaman
akan
menampak-kan gejala kerusakan. Gejala
ini meliputi perubahan pada laju
pertumbuhan, ukuran tanaman, bentuk
daun dan warna daun, ketebalan daun,
warna batang, jarang antar cabang,
karakteristik akar dan lain-lain.
Selanjutnya, karakteristik buah akan
berubah juga. Walaupun gejala luar ini
akan beragam berdasarkan tanaman
dan varietasnya, beberapa gejala umum
dapat digambarkan dalam tabel gambar
berikut ini.

2). Penyakit infeksius

kemajuan
ilmu
pertanian
yang
dikembangkan oleh manusia. Penanaman
satu kultivar dalam areal yang luas,
penanaman yang terus menerus karena
ditunjang irigasi, penanaman kultivar yang
berproduksi tinggi tetapi rentan terhadap
penyakit, pemasukan tanaman baru dari

Penyakit tanaman pada umumnya


disebabkan oleh bibit penyakit (patogen).
Patogen yang sering menyerang tanaman
budidaya adalah jamur (fungi), virus,
bakteri, dan nematoda. Manusia sebagai
penyebab
meningkatnya
penyakit
tumbuhan dapat dibuktikan dengan
banyak penyakit tumbuhan yang
berkembang sebagai akibat dari
daerah atau negara lain adalah
contohcontoh
penyebab
meningkatnya penyakit tumbuhan.
Penanaman satu kultivar
dalam areal yang luas, merupakan
salah satu penyebab meningkatnya
penyakit tumbuhan. Penanaman

satu macam kultivar dalam areal yang


luas menyebabkan tersedianya makanan
dengan tingkat kerentanan yang sama
dalam jumlah berlimpah bagi patogen, hal
demikian tersebut tidak mungkin
ditemukan pada hutan alami yang belum
disentuh teknologi. Adanya satu macam
kultivar tanaman menyebabkan patogen
tidak punya pilihan lain selain harus
memamfaatkannya sebagai makan.
Bahkan
apabila
kultivar
tersebut
merupakan tanaman tahan terhadap
penyakit tertentu, maka patogen
kemungkinan besar akan menyesuaikan
diri dengan jalan adaptasi atau
mekanisme lainnya agar dapat bertahan
hidup. Sekali patogen dapat dapat
menyesuaikan diri, maka keturunannya
akan dapat berkembang dengan pesat
pada kultivar tersebut.
Penanaman yang terus-menerus
karena meningkatnya irigasi, juga
merupakan penyebab meningkatnya
penyakit tumbuhan. Adanya penanaman
terus menerus, maka sepanjang musim
akan selalu tersedia makanan bagi
patogen, sehingga patogen akan
berkembang dengan pesat. Hal yang
sama juga terjadi bila dalam suatu
hamparan tertentu dilakukan penanaman
satu jenis tanaman dengan tidak
serentak.

Penanaman
kultivar
berproduksi tinggi tetapi

yang
rentan

tanaman inang secara terus menerus


sehingga melemahkan tanaman
inang.
Membunuh sel atau merusak
aktivitas metabolisme sel inang
karena sekresi patogen berupa

terhadap penyakit banyak ditemui dan


telah berjalan sejak manusia mulai
mengenal bercocok tanam. Orang
akan cenderung menanam varietas
yang enak untuk dikonsumsi walaupun
banyak hama dan penyakitnya,
dibandingkan memilih tanaman yang
tidak begitu enak tetapi tidak
berpenyakitan.
Tetapi
teknologi
pengendalian menggunakan fungisida
tetap lebih mudah diaplikasikan dalam
jangka pendek. Dengan pola yang
demikian itu tanpa disadari telah
meyebabkan banyaknya plasma
nutfah yang hilang, sehingga akan
menyebabkan sulitnya mencari sumber
gen katahanan untuk tujuan pemuliaan.
Akibat dalam jangka panjang adalah
sulitnya pengendalian penyakit bila telah
timbul resistensi patogen terhadap
pestisida.
Pemasukan tanaman baru dari
daerah atau negara lain dengan tidak
sengaja
akan
menyebabkan
meningkatnya penyakit tumbuhan karena
dua alasan. Alasan pertama yaitu ada
kemungkinan penyakit akan terikut
sedangkan musuh alaminya tertinggal.
Hal ini akan menyebabkan penyakit
berkembang pesat tanpa dihambat oleh
musuh alami seperti ditempat asalnya.
Alasan yang kedua yaitu bahwa ada
kemungkinan di tempat baru-nya,
tanaman ternyata rentan terhadap
patogen yang telah ada lebih dahulu
sehingga akan memicu peningkatan
populasi patogen tersebut. Peningkatan
populasi patogen pada giliran berikutnya
akan menyebabkan gampang patahnya
ketahanan tanaman varietas lain yang
saebelumnya tahan.
Patogen
akan
menyebabkan
timbulnya penyakit dengan cara sebagai
berikut. Patogen menyebabkan penyakit
pada tumbuhan dengan cara :
x Mengkonsumsi kandungan sel inang
atau mengabsorbsi makanan dari
enzim, toksin dan zat tumbuh;
dan
x Mengganggu
transportasi
makanan, nutrisi mineral dan
air pada jaringan pembuluh
inang

Beberapa penyakit penting yang


disebabkan oleh virus adalah penyakit
keriting pada cabai merah, paprika, cabai
rawit. Penyakit mozaik pada tembakau
(TMV: Tobaco Mozaic Virus) dan CMV
(cucumber Mozaic Virus). Virus adalah
organisme parasit obligat (organisme
yang selalu menggantungkan hidupnya
pada tanaman yang diserang).
Tanaman budidaya sering diserang
oleh fungi. Fungi adalah organisme
prokariotik (organisme yang tidak
mempunyai inti sel sejati). Fungi dapat
menyerang semua organ tanaman mulai
dari akar, daun, batang, bunga dan buah.
Beberapa fungi yang dapat menyebabkab
penyakit dan sangat merugikan tanaman
adalah fungi penyebab penyakit layu,
fungi penyebab penyakit busuk buah,
fungi penyebab busuk daun dan fungi
penyebab kanker tanaman.
Contoh fungi yang menyerang akar
diantaranya adalah Fusarium sp. dan
Phytoptora sp. Fungi yang menerang
daun adalah Cercospora sp dan
Helmintosporium sp.
Fungi yang
menyerang bunga
dan buah adalah
Colletotrichum sp. Berikut ini beberapa
contoh gejala serangan patogen pada
tanaman.
a). Penyakit yang disebabkan oleh fungi
(1). Hawar Daun (Late Blight) pada
Kentang
Di Eropa, hawar daun pada
kentang telah menyebabkan ratusan ribu
rakyat Irlandia mati kelaparan da sekitar

satu juta lainnya mengungsi ke Amerika


pada tahun 1845-1846. Penyakit ini
berjangkit pada tanaman kentang di Jawa
pada tahun 1935. Sampai saat ini pun
penyakit ini merupakan penyebab
kerugian yang terpenting pada tanaman
kentang di dunia, termasuk di Indonesia.
Penyebab penyakit ini adalah jamur
Phytophtrhora infestans. Patogen ini
menyerang daun, batang, akar dan umbi
menyebabkan gejala hawar.
(2). Karat daun kopi
Penyakit ini merupakan penyakit
paling penting pada tanaman kopi Arabika
di dunia. Di Sri Langka hanya dalam
waktu 14 tahun saja (1870-1884) penyakit
ini
memusnahkan
perkebunanperkebunan kopi sehingga sejak saat itu
Sri Langka beralih dari negara penghasil
kopi menjadi penghasil teh sampai
sekarang. Peralihan ini menyebabkan
beralihnya pula kebiasaan orang Eropa
dari peminum kopi menjadi peminum teh
karena Sri Langka saat itu merupakan
pemasok kopi terbesar ke Eropa. Sampai
saat ini, karat merupakan ancaman
terbesar bagi produksi kopi Amerika
Selatan. Di Indonesia, penyakit ini pada
tahun
1876
telah
menyebabkan
musnahnya kopi yang dibudidayakan saat
itu, yaitu kopi Arabika, sehingga kopi ini
sekarang hanya tinggal di daratan tinggi
saja.

Gambar 5.35.
Penyakit layu pada
tembakau

Gamb
ar 5.
36.
sketsa Fusarium sp. (patogen
penyakit layu)

Gambar 5. 37.
Foto mikroskopis Fusarium sp.

Di daerah yang ketinggian kurang


dari 1000 m ditanam kopi Robusta yang
tahan terhadap penyakit karat daun.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur
Hemileia vastatrix yang menyerang daundaun kopi. Antara tahun 1896 sampai
1900 produksi kopi Indonesia merosot
menjadi 25% dari semula.
Perhatian pemerintah terhadap
penyakit karat pada kopi meningkat sejak
tahun 1980-an dengan berusaha untuk
meningkatkan produksi kopi Arabika.
Karena sampai tahun tersebut, kopi
arabika hanya 5% dan ditanam di
pegunungan, antar lain Dataran Tinggi
Ijen, Jawa Timur, sedangkan selebihnya
hampir seluruhnya adalah kopi Robusta.
(3). Bercak Daun Helminthosporium pada
Tanaman Padi
Di India pada tahun 1942, penyakit ini
menyebabkan migrasi besar-besaran dari

patogen yang menyerang. Pada tingkat


serangan yang menengah, penyakit ini
akan menurunkan produksi. Penggunaan
unsur hara untuk mengembalikan vigor
tanaman ataupun untuk membantu
ketahanan tanaman terhadap penyakit
tidak akan berfungsi dengan baik dan

desa ke kota dalam upaya mencari kerja


untuk membeli beras yang harganya
sangat tinggi dan telah menyebabkan
sekitar dua juta orang meninggal dunia.
Sampai beberapa tahun yang lalu bercak
coklat masih tergolong penyakit penting
pada tanaman padi di Indonesia.
Penyebab penyakit ini adalah jamur
Helminthosporium
oryzae
yang
menyerang daun, batang dan bulir padi.
(4). Hawar Daun Jagung
Penyakit hawar daun jagung
(Southern Corn Leaf Blight) yang
disebabkan oleh jamur Bipolaris maydis
(Helminthosporium maydis) sampai saat
ini terdapat di berbagai tempat di seluruh
dunia terutama di daerah-daerah hangat
dan lembab, termasuk Indonesia. Ras 0
merupakan ras yang umum dari patogen
ini, sedangkan ras T diketahui pernah
menyebabkan kerugian sekitar satu milyar
USD di Amerika Serikat pada tahun 1970.
Ras T biasanya hanya diketahui ada pada
tanaman
jagung
hibrida
dengan
sitoplasma jantan mandul jagung Texas.
Ras T ini dapat menyerang semua bagian
tanaman jagung.
(5). Penyakit rebah kecambah
Penyakit rebah kecambah disebabkan
oleh sekumpulan fungi atau satu jenis
fungi yang menyerang bibit tanaman
secara mandiri atau pun bersama-sama.
Patogen penyakit rebah kecambah
diantaranya adalah Pythium, Rhizoctonia,
Fusarium, and Phomopsis.
Gejala
penyakit yang muncul pada bibit tanaman
atau tanaman muda
relatif sama.
Penyakit ini sering muncul sejak benih
tumbuh di lapangan, karena ada
kemungkinan patogen terbawa melalui
benih atau bertahan pada bahan organik
yang digunakan sebagai pupuk. Patogen
dapat menyerang sejak benih mulai
berkecambah,
pada saat masih
berkecambah, atau pada waktu umur bibit
masih sangat muda, tergantung jenis
penyakit ini pun tidak dapat
dikendalikan dengan pestisida.

Gambar 5.38.
Gejala penyakit rebah kecambah pada
tanaman kedelai muda

Gambar 5. 40
Gejala serangan pada bagian
akar.

(6). Penyakit busuk lunak seludang daun

Gambar 5. 38
Gejala penyakit rebah kecambah yang
disebabkan
Phytophthora pada
kecambah

Penyakit busuk lunak pada seludang


daun
disebabkan
oleh
patogen
Rhizoctonia solani.
Penyakit ini
merupakan penyakit penting pada
tanaman padi.
Gejala penyakit pada
umumnya timbul pada bagian tanaman
yang dekat dengan air, organ tanaman
yang terserang biasanya daun padi
bagian bawah.
Pada kondisi yang
lembab (95%)dan hangat, penyakit ini
akan menyebar dengan cepat.

Gambar 5. 41.
Gejala penyakit bercah basah (blight) pada
tanaman padi.

(7). Penyakit bercak coklat cercospora

kematangan biji padi lebih cepat


dibandingkan dengan kondisi normal.
Bercak pada daun berukuran 0.2 sampai
1.5 cm.
Pada tingkat serangan yang
tinggi, dapat mengakibatkan daun padi

Penyakit bercak coklat disebabkan oleh


Cercospora janseana. Dari tahun ke
tahun penyakit berkembang terus
sehingga menjadi penyakit penting pada
tanaman padi. Patogen pada umumnya
menyerang tanaman pada saat tanaman
menjelang dewasa dan mengakibatkan
mati. Varietas padi yang genjah
dapat terhindar dari serangan
patogen.

Gambar 5. 42.
Gejala penyakit bercak crcospora pada daun
padi.

(8). Penyakit bercak Pyricularia

Penyakit ini sering menyerang tanaman


padi. Patogen penyebab penyakit ini
adalah Pyricularia grisea. Pada varietas
tertentu penyakit ini dapat menggagalkan
panen.
Patogen menyerang daun,
panikel dan daun bendera.
Bagian
tengah bercak biasanya berwarna abuabu sedangkan sekeliling bercak
berwarna coklat atao coklat kemerahan.
Ukuran bercak sangat bervariasi.

Gambar 5. 43.
Gejala penyakit bercak
piricularia.

bersifat kering, benjolan-benjolan, layu,


dan busuk basah. Pseudomonas: Bentuk
batang, motile dan flagella ujung (polar).
Bila dibiakkan akan membentuk koloni
dengan pigmen berwarna kehijau-hijauan
yang dapat larut dalam air. Menyebabkan
bercak-bercak daun berukuran kecil

b). Penyakit tanaman yang disebabkan


oleh bakteri
Kurang lebih terdapat 200 species dari
bakteri penyebab penyakit tanaman yang
telah
dideskripsikan.
Kebanyakan
tanaman yang diserang merupakan
tanaman yang tidak penting (minor).
Bakteri parasit tersebut berbentuk batang,
sebagian besar bisa bergerak (motile)
dengan bulu getar (flagella) yang ada di
ujung-ujung sel (polar) maupun yang ada
di sisi dan di ujung sel (Peritrichous), dan
bersifat tidak membentuk spora. Sel
bakteri berukuran 1,5 sampai 3 mikron
(panjang) dan tampak kecil meskipun di
bawah mikroskop dengan perbesaran
1.000 X dalam minyak imersi. Mereka
tumbuh dengan segera dalam medium
PDA (Potato Dextrose Agar) dengan
membentuk koloni bulat berwarna putih,
kuning kecoklatan, atau kuning.

Gambar 5. 44.
Foto mikroskopis satu sel bakteri yang
mempunyai flagella.

Bakteri penyebab penyakit pada


tanaman terdiri dari 6 genera :
Agrobakterium: Batang pendek, motile,
flagella
peritrichous,
menyebabkan
hypertrophies (pertumbuhan abnormal
karena pertambahan besar sel-sel yang
sangat cepat) dan benjolan-benjolan (gall)
pada akar atau batang tanaman.
Corynebakterium: Batang ramping, non
motile (kecuali C. Flaccumfaciens dan C.
Poinsettiae); menyebabkan berbagai
gejala, kebanyakan gejala layu. Erwinia:
Bentuk batang, motile (peritrichous),
menyebabkan kematian jaringan yang
(spots) maupun besar (blights).
Xanthomona:
Batang kecil,
motile, flagella satu di ujung. Koloni
berlendir
berwarna
kuning.
Menyebabkan kematian jaringan
(necrosis) berupa bercak-bercak
kecil (spots) dan besar (blights)

pada daun.
Streptomyces:
Myceliumnya sangat halus ( 2/3 mikron),
dan benang- benang filaments berbentuk
spiral membentuk segmen-segmen pada
spora berbentuk tabung (cylinder) yang
berukuran seperti bakteri (1 sampai 2
mikron).
Dalam banyak hal maka identifikasi
dapat dilakukan berdasar gejala-gejala
yang terdapat pada tanaman. Limapuluhlima jenis bakteri yang penting dan sering
terdapat telah digolongkan menjadi 8
kelas berdasar gejala-gejala utama yang
ditimbulkannya pada tanaman inang.
Penggolongan tersebut disajikan di
bawah ini.
(1). Gejala utama benjolan
(galls)
Galls atau Fasciations adalah
pertumbuhan abnormal yang disebabkan
oleh peningkatan jumlah sel secara cepat,
disusul penyatuan/fusi sel-sel tersebut,
bentuknya menjadi pipih dan terjadi pada
organ tanaman seperti batang, dahan,
dan sebagainya.
Hanya terdapat beberapa jenis
bakteri yang menstimulir tanaman inang
untuk membentuk benjolan (galls),
biasanya pada pangkal batang, leher
akar, atau pada akar. Contoh yang klasik
seperti yang telah dikemukakan adalah
Crown Gall pada golongan tanaman
budah-buahan pome dan stone Fruits,
serta pada kira-kira 200 tanaman berkayu
lainnya. Bakteri dapat dibiakkan dari

jaringan bagian luar dari benjolan yang


masih muda dan sedang tumbuh. Biakan
murni bakteri tersebut lalu diuji sifat
patogenesitasnya dengan menularkannya
kepada tanaman tomat (batangnya) atau
bagian yang sukulen (tanaman yang
mengandung banyak air). Kedua macam

jaringan luar benjolan yang masih muda


dan tumbuh aktif, lalu ditularkan pada
tanaman tomat atau Kalanchoe untuk
menguji pathogenicitynya. Biasanya
benjolan akan timbul setelah 1 atau 2
minggu dari jaringan yang ditulari itu.
Bakteri penyebab benjolan yang lain
adalah yang menyerang tanaman Olive,
Oleander, Ash, pohon buah-buahan
nuts, dan pohon-pohon hutan.
Agrobacterium tumefaciens : Crown
Gall, Benjolan pada akar, batang, atau
dahan-dahan. Agrobakterium rhizogenes
: Akar Berambut (Hairy Roots) :
Pertumbuhan berlebihan secara abnormal
dari akar-akar, baik yang menghasilkan
benjolan (gall tissue) maupun tidak.
Agrobakterium
rubi
:
Benjolan
batang/dahan (Cane Gall) : Benjolanbenjolan pada batang/dahan yang sedang
berbuah dari tanaman Blackberry dan
Raspberry. Pseudomonas savastanoi :
Benjolan Pohon Olive (Olive Knot) :
Benjolan-benjolan pada akar dari pohon
Olive dan Ash, juga pada rantingranting pohon Olive. Corynebakterium
fasciens : Penyebab Fasciation. Benjolanbenjolan pada dahan tanaman kapri,
Crysanthemum, dan tanaman-tanaman
bunga lainnya.
Xanthomas beticola : kantong Bakteri
(Bakteril Pocket) : Menyebabkan
benjolan-benjolan
dengan
kantongkantong bakteri pada leher akar dan akarakar tanaman gula bit. Benjolan bakteri
sering terdapat pada leher akar tanaman
berkayu yang disebabkan oleh beberapa
jenis bakteri. Contoh klasik dari gejala
penyakit ini adalah apa yang disebut
Crown Gall dari tanaman buah-buahan
golongan pome dan stone fruits. Di
samping itu Crown Gall juga menyerang
kira-kira 20 jenis tanaman berkayu
lainnya, termasuk beberapa golongan
tanaman hias. Anda dapat membuat
biakan bakteri dengan mengambil
tanaman
ini
akan
cepat
menumbuhkan
benjolan
bila
diserang oleh bakterium ini.
Contoh-contoh benjolan bakteri
yang lain adalah penyakit benjolan

bakteri pada tanaman Olive, Oleander,


Ash, dan pohon-pohon hutan.

(2). Layu Bakteri


Tanaman menjadi layu oleh karena
serangan
Bakteri
pada
jaringan
pembuluh.
Jenis-jenis
bakteri
ini
mempunyai pengkhususan (specialisasi)
dalam kelompok-kelompok tanaman
inang yang diserangnya, misalnya jenis
bakterium yang menyerang golongan
tanaman semangka dan sebangsanya,
tomat, kentang, buncis, jagung, dan lainlain. Ada pula jenis-jenis bakteri yang
mula-mula menyerang jaringan pembuluh
tanaman, tetapi kemudian menyebabkan
busuk-jaringan
pada
jaringan
disekelilingnya.
Bakteri ada juga yang menyebabkan
penyakit dengan gejala perlendiranBakteri atau Kebasahan pada kayu
(Bakteril Slime-Flux or Wetwood) pada
pohon Elm dan pohon-pohon lain.
Penyebab penyakit adalah Erwinia nimipressuralis
yang
menimbulkan
terbentuknya cairan di jaringan kayu
(heart-wood) dengan tekanan, sehingga
cairan tersebut meleleh keluar ke bagian
bawah dari batang. Cairan yang menjadi
seperti lendir (flux) ini kemudian diuraikan
oleh Bakteri lain dan Ragi sehingga
menimbulkan
bau
yang
tidak
sedap/merangsang.

Corynebacterium sepedonicum :
Busuk-melingkar pada kentang (Bakteril
ring-rot of potato). Sangat merugikan di
lapangan dan di tempat penyimpanan.
Gejala-gejala baru muncul pada saat
kentang menjelang masak, yaitu terlihat
cabang/batang tanaman menjadi layu
atau
tumbuhnya
seolah-olah
terhambat/kerdil
(stunted).
Pangkal
batang menunjukkan gejala busuk basah.
Suatu ciri khas dari penyakit ini adalah :
bila batang dipotong, lalu dipijit, maka
keluarlah cairan (exudates) yang
berwarna kuning-kecoklatan (cream).
Infeksi pada umbi mula-mula tidak
tampak, tetapi kemudian di dalam gudang
penyimpanan gejala-gejala khas penyakit
ini mulai kelihatan. Seakan-akan bagaikan
sebuah cincin yang melingkar di dalam
jaringan umbi yang berwarna kuning
kecoklatan, lalu berubah menjadi coklat
muda. Selanjutnya lingkaran tersebut
makin jelas berubah menjadi busuk
(seperti keju) tanpa bau. Kemudian
setelah adanya serangan mikroorganisme sekunder barulah timbul bau
yang kurang sedap, yang terutama
disebabkan oleh E. Carotovora
Corynebakterium flaccumfaciens :
Layu bakteri dari Kacang buncis.
Menyebabkan tanaman menjadi layu
pada segala tahapan umur. Biasanya
bakteri sudah ada pada (atau di dalam)
biji. Seringkali tanaman juga menjadi
kerdil.
Corynebakterium michiganense :
Layu bakteri pada Tomat. Bibit tanaman
tomat menjadi kerdil. Daun-daun bawah
tepinya menjadi layu dan mengering.
Bintik-bintik kecil bagaikan mata-burung
terdapat pada buah.

layu dan mengering, serta akarnya


membusuk.
Mula-mula
daun-daun
menjadi hijau-keabu-abuan, lalu menjadi
kuning dan mati. Terdapat garis-garis
kuning pada jaringan pembuluh dari
batang.
Ralstonia solanacearum:

Pseudomonas caryophylli :
Layu bakteri pada Bunga Anyelir.
Menyerang tanaman-tanaman Anyelir
dalam Rumah-Kaca. Tanaman menjadi
Penyebab penyakit layu pada
banyak jenis sayur-mayur dan
tanaman hias.
Gejala utama : Kerdil atau layu
serentak,
jaringan-jaringan
pembuluh berwarna coklat dan
tampak garis-garis coklat pada

irisan batang membujur. Kadang-kadang


terjadi busuk-lunak berwarna coklat pada
batang dari tanaman tomat dan kentang,
juga umbi kentang menjadi busuk
berwarna coklat melingkar.
Corynebakterium insidiosum :
Layu bakteri pada Alfalfa. Menyebabkan
kerdil dan penguningan warna bagian
atas tanaman ; jika kulit akar tunggang
dikelupas, maka akan tampak garis-garis
coklat tingkat awal pada jaringan kayu,
yang selanjutnya meningkat menjadi
bercak-bercak meluas berwarna kuningcoklat pada seluruh jaringan kayu.
Erwinia tracheiphilla :
Layu
bakteri
pada
golongan
Cucurbitaceae. Penyakit pada jaringan
pembuluh (melalui luka) yang disebarkan
oleh bangsa kumbang dari golongan
Cucurbit ini. Menyebabkan layu serentak
dan kematian pada batnag/cabang
penjalar (Tidak terjadi pada semangka).

Menyebabkan tanaman mati atau daundaunnya gugur


Xanthomonas incanae :
Bercak-bercak bakteri pada tanaman
Stock (Tanaman hias Matthiola). Pada
tanaman muda/bibit menyebabkan layu
serentak, boleh jadi terus mati. Pada
tanaman dewasa terjadi bercak-bercak
hitam pada batang, seluruh jaringan
pembuluh berubah warnanya.
Xanthomonas stewartii :
Layu bakteri pada tanaman Jagung.
Tanaman menjadi kerdil, buku-buku
menjadi coklat, pada daun-daun terjadi
baris-baris (streaks) berwarna hijau-pucat
yang panjang. Terdapat lendir berwarna
kuning pada jaringan pembuluh.

Xanthomonas campestris :
Busuk-hitam dari golongan Cruciferae.
Bakteri memasuki jaringan tanaman
melalui pori-pori air atau luka, kemudian
menyebar melalui jaringan pembuluh.
Irisan melintan akan menunjukkan
lingkaran hitam pada pembuluh. Irisan
melintang dari petiole (tangkai daun)
menunjukkan jaringan Xylem yang seperti
tersumbat serta berwarna hitam.
Gambar 5.45.
Foto mikroskopis bakteri penyebab penyakit
layu

Gambar 5. 46.
Pseudomonas sp. Pada media agar, hasil isolasi
dari tanaman yang sakit

Gambar 5.47.
Gejala serangan bakteri layu pada batang tomat
(irisan membujur)

(3). Gejala utama : mengeluarkan lendir

(slime flux)
Seperti yang telah diuraikan di muka,
bakteri juga ada yang menyebabkan
penyakit yang mengeluarkan lendir terus
menerus seperti yang terdapat pada
pohon Elm dan pohon-pohon lain.
Penyebabnya adalah Erwinia nimipressuralis yang merupakan suatu jenis
bakterium penghasil gas. Jaringan kayu
(heart-wood) yang terserang membentuk
zat cair yang karena ada tekanan (gas)
lalu keluar ke permukaan batang dan
mengalir ke bagian bawah. Kemudian
cairan itu menjadi mangsa bakteri
pembusuk yang lain dan jenis-jenis
cendawan
ragi,
sehingga
terjadi
penguraian yang menimbulkan bau tidak
sedap dan merangsang. Patut dicatat,
bahwa organisme sekunder tersebut
bukan penyebab penyakit.
Erwinia nimipressuralis :
Perlendiran Bakteri atau Kebasahan pada
Kayu (Slime Flux or Wetwood).
Menyerang pohon Elm, mulberry, maple,
oak, poplar, dan willow. Jaringan kayu
dan pohon-pohon itu menjadi berwarna
gelap dengan sifat seperti bekas
terendam air, dari luka-luka maupun
celah-celah
yang
ada
keluarlah
cairan/lendir
secara
terputus-putus
maupun
terus-menerus.
Bakteri

Erwinia aroideae :
Busuk
lunak
dari
Calia.
Juga
menyebabkan busuk basah pada banyak
macam sayuran, tanaman hias, juga
umbi-umbi tanaman hias, golongan
Cucurbit, dan Cacti. Busuk lunak yang
khas.
Erwinia dissolvens :

menimbulkan tekanan (gas) pada cairan


yang beredar dalam tanaman. Bau- busuk
timbul pada lendir setelah diuraikan oleh
micro-organisme sekunder.
(4). Gejala utama : busuk lunak/basah
Gejala penyakit ini kiranya cukup
dideskripsikan sebagai berikut : Type
penyakit yang disebabkan oleh serangan
bakteri pada zat perekat antara sel-sel
jaringan tanaman, sehingga zat perekat
terebut mencair dan akibatnya jaringan
lalu rusak menjadi semacam lendir.
Berdasar type klasik bakterium Erwinia
carotovora (penyebab busuk basah yang
umum), maka kita dapat pula mengetahui
cara untuk melakukan tindakan-tindakan
kontrol yang cocok guna mengatasi
penyakit-penyakit busuk basah lainnya.
Busuk basah terjadi terutama pada
sayuran yang banyak mengandung air.
Rhizome dari tanaman Iris, Cactus yang
besar ukurannya, dan tanaman-tanaman
lainnya. Penyebabnya belum tentu E.
carotovora, tetapi gejala menyeluruhnya
(Syndrome) adalah asma.
Erwinia carotovora :
Busuk basah dari sayuran. Terjadi di
lapangan, di tempat penyimpanan, transit
pada sayuran maupun tanaman hias,
misalnya
tanaman hias-daun. Infeksi
melalui luka, cepat menjalar dan menjadi
busuk dengan abu tak sedap. Enzymeenzyme yang dihasilkan oleh bakteri
menghancurkan zat perekat antara sel-sel
jaringan tanaman, sehingga menimbulkan
busuk jaringan yang basah dan berlendir.
Pengujian cepat :
Pada medium Na-polypectate yang baru
dituang ke dalam cawan Petri diberikan
(inoculasi) organisme tersebut dengan
menyapukannya. E. Carotovora akan
merubah medium emnjadi cair dalam
waktu 24 sampai 48 jam.
Busuk bakteri pada Batang
Jagung. Sangat merugikan bila
menyerang bukubuku batang bagian bawah
sehingga
menyebabkan busuk lunak/basah,
batang
tanaman
menjadi
patah/rebah dan mati.

Erwinia atroseptica :
Busuk-hitam pada Kentang (Potato
Blackleg). Daun-daun tanaman di bagian
bawah
berwarna
kuning,
dan
pertumbuhannya menjadi tegak. Batang
di bawah permukaan tanah menjadi hitam
dan membusuk, umbi-umbinya ikut
terinfeksi melalui jaringan penghubung
dengan batang.
Erwinia phytophthora (atroseptica):
Busuk-hitam dari Delphinium (Blackleg of
Delphinium). Menyebabkan busuk-lunakhitam pada pangkal batang dengan cairan
bakteri yang meleleh keluar dari celahcelahnya. Menurut Elliot : bakteri
penyebabnya termasuk E.atroseptica.
Erwinia carnegiana :
Necrosis-bakteri dari Cactus Besar
(Bact.Necrosis of Giant Cactus). Mulamula mendapat bercak-bercak kecil,
berbentuk bulat atau oval, lalu menjadi
hitam pada permukaan jaringan cactus
yang seperti semangka itu. Bagian-bagian
dengan kematian jaringan yagn luas
menghasilkan cairan coklat-hitam. Pada
tahapan ini tanaman inang tak bisa
diselamatkan lagi, karena penyakit sudah
terlampau lanjut.
Adalah tidak terlampau penting untuk
mengidentifikasi sampai kepada species
dari bakteri penyebab busuk lunak/basah

agar anda dapat memberikan anjuran


tindakan kontrol. Kecuali dalam hal
busuk-melingkar pada kentang di mana
tindakan kontrol yang drastis diperlukan).
(5). Gejala utama : busuk keras (firm
rot)
Seperti halnya pada penyakit bercakbercak daun yang kecil (spots) dan besar
(blights), maka penyakit busuk-keras ini
menyebabkan kerusakan jaringan yang
terbatas. Kerusakan atau kematian
jaringan itu terjadi pada daun-daun,
batang/dahan, buah, umbi, lapis, umbi
batang, dan lain-lain. Bercak-bercak
bersifat seperti bekas terendam air pada
tingkat awal, dan pada tingkat lanjut
mengering serta mengeras.
Erwinia cypripedii:
Busuk-coklat pada anggrek. Bercakbercak kecil berwarna coklat-mengkilap,
seperti terendam air, kemudian menjadi
coklat-tua dan cekung. Pangkal tanaman
mengkerut dan daun-daun gugur.
Pseudomonas cattleyae : bercak-bercak
coklat pada anggrek. Bercak-bercak
berbentuk bulat, berwarna hijau-gelap,
seperti bekas terendam air, kemudian
menjadi coklat sampai hitam.
Pseudomonas syringae :
Busuk hitam pada celah-celah tanaman
citrus (Black Pits of Citrus-Citrus Blast).
Bercak-bercak berwarna hitam dan
cekung pada buah Citrus, terutama
Lemon; tanpa pembusukan.
Pseudomonasi marginalis :
Kurap pada gladiol (Gladiolus Scab).
Mula-mula terdapat bercak-bercak kecil
pada daun bagian bawah (dekat batang).
Bercak-bercak
berwarna
kemerahmerahan dan berbentuk agak meruncing
atau menonjol. Kemudian bercak-bercak
melebar, bergabung menjadi hitam, dan
menghasilkan busuk lunak maupun keras.

Pada umbi-lapis bercak-bercak pada


tingkat awal bersifat seperti bekas
terendam air dan berwarna kuning-pucat.
Selanjutnya bila umbi tersebut menjadi
tua dan penyakitnya berkembang :
bercak-bercak menjadi berwarna coklat
tua, cekung dengan pinggirannya agak
terangkat.

Xanthomonas
hyacinthi :
Penyakit kuning pada hyacinth
(Hyacinth Yellow).
Umbi-umbi
Hyacinth yang terkena infeksi
berat tidak akan menghasilkan
bunga
dan
daun-daunnya

mempunyai gejala baris-baris (streaks)


kuning sampai coklat. Irisan melintang
pada umbi akan menimbulkan lendir
kuning.
Xanthomonas citri :
Canker Pada Citrus (Citrus canker).
Menimbulkan bercak-bercak berwarna
kecoklatan dan bergabus pada daun dan
buah. Penyakit yang serius ini telah
dimusnahkan dari daerah Florida dan
sepanjang Teluk Mexico. Di negeri
Amerika Serikat ini tidak akan dijumpai
lagi.
Xanthomonas vesicatoria :
Bercak-bercak bakteri pada Tomat dan
Cabai. (Bakteril Spots of Tomato&PapperBakteril Pustuler). Menimbulkan bercakbercak sangat kecil, bersudut-sudut, dan
berbentuk meruncing ke atas pada daun.
Seringkali bercak-bercak ini mempunyai
lingkaran kuning di sekelilingnya (yellow
halo) dan menyebabkan daun rontok.
Bercak-bercak serupa bisa juga timbul
pada buah.
(6). Gejala utama : hawar (blights) dan
kanker
Gejala-gejala dari penyakit FIRE
BLIGHT pada tanaman Apel yang
terkenal itu merupakan TYPE gejala
umum golongan penyakit ini. Fire blight

bercak yang terjadi pada daun-daun,


ranting, atau buah dari tanaman tidak
berkayu seringkali mengeluarkan tetesantetesan lendir (exudate). Jika terkena
butiran air maka lendir lalu menyebar dan
membentuk lapisan bakteri yang sangat
tipis.

disebabkan oleh serangan bakterium


Erwinia amylovora.
Terjadinya bercak-bercak berukuran
besar pada bunga-bunga, tunas buah,
dan ranting-ranting baru adalah pada
musim bunga dan periode sesudahnya di
mana terjadi pertumbuhan yang pesat di
musim semi. Jaringan yang terinfeksi
menjadi mati dan warnanya berubah
menjadi coklat-muda sampai tua
tergantung jenis tanaman inang. Pada
pertengahan musim panas infeksi
terhenti, dan tampak garis pembatas yang
sangat jelas/tajam antara jaringan yang
mati dan yang hidup.
Fire blight merupakan penyakit yang
sangat dikenal menyerang tanaman Pear
dan Apel, tetapi bisa juga menyerang
jenis-jenis tanaman dari golongan famili
Rosaceae termasuk stone fruits dan
tanaman hias seperti loquat, cotoneaster,
pyracantha, dan Photinia. Serangan Fire
Blight sangat merusak bila telah
mencapai daerah Cambium dari batang
atau dahan pohon. Masuknya sang
bakteri melalui ranting-ranting, tunas
buah, atau tunas-tunas air yang kena
infeksi. Cambium menjadi berwarna
coklat muda, sel-selnya mati, lalu disusul
dengan mati dan mengkerutnya jaringan
kulit yang seterusnya menyebabkan
terjadinya celah-celah. Jika kerusakan
Cambium terjadi secara melingkar, maka
gejala mengkerut dan matinya kulit
tampak jelas sekali pada bagian-bagian
dahan yang terserang. Bagian tanaman
yang terletak di atas lingkaran kematian
itu lalu mati pula. Bakteri dapat bertahan
hidup di jaringan Cambium yang
diserangnya itu selama musim dingin
(over-winter), lalu di musim semi
berikutnya menghasilkan cairan/lendir
yang selanjutnya menulari bagian-bagian
pohon yagn lain seperti bunga, ranting,
dan sebagainya. Penularan terjadi melalui
vektor serangga atau uap air. BercakErwinia
amylovora :
Penyakit fire blight. Menyerang
bermacam-macam
tanaman
golongan

pome dan stonefruits dan berbagai


tanaman hias. Penyaki canker yang bisa
melewati musim dingin pada medium
dahan-dahan yang besar itu di musim
semi berikutnya mengeluarkan lendir
yang kemudian ditularkan oleh serangga
dan percikan-percikan air (uap air) ke
bagian tanaman lain : bunga-bunga dan
ranting-ranting baru. Akibatnya bungabunga dan ranting-ranting menjadi mati
(necrosis) dan berbercak-bercak dengan
ukuran besar. Cambium menjadi hitam
dan mati, disusul jaringan kulit menjadi
mati pula.
Pseudomonas syringae :
Canker bakteri pada toneFruits. Hampir
serupa dengan Fire Blight dengan 2
perbedaan : (1) Infeksi terjadi selama
musim dingin dan awal musim semi, lalu
menjadi terhenti pada musim panas ;(2)
Biasanya disertai dengan terjadinya gum
yang mengalir keluar pada darah-darah
yang kena canker.
Xanthomonas junglandis :
Bercak-bercak bear bakteri pada pohon
Walnut. Bercak-bercak hitam dengan selselnya yang mati pada taji ranting (catkin),
buah-buah yang muda dan masak,
ranting-ranting, dan cabang-cabang yang
aktif. Tanaman lain yang diserang : Black
Walnut dan butternut.
Pseudomonas mori :
Bercak-bercak bakteri pada tanaman
Mulberry. Bercak-bercak seperti bekas

Bercak-bercak dengan halo pada


kacang buncis/polong (Halo blight of
Bean). Bercak-bercak seperti penyakit
bercak-bercak lainnya, hanya saja
terdapat lingkaran (halo) lebar hijau atau
hijau-kuning di sekitar bercak-bercak yang
seperti bekas terendam air itu. Kemudian
bercak-bercak menjadi coklat dan kering.

terendam air terdapat banyak sekali pada


daun-daun, lalu bercak-bercak membesar
dan menyebabkan daun menjadi salah
bentuk. Bercak-bercak menjadi coklat
hitam dengan tepi kuning. Dahan yang
muda menjadi bergaris-garis hitam
dengan mengeluarkan lendir. Akibatnya
pohon menjadi kerdil.
Xanthomonas pruni :
Bercak-bercak bakteri dan canker pada
Stonefruits.
Bercak-bercak
kecil
berwarna kemerah-merahan lalu menjadi
coklat, terdapat banyak sekali pada daundaun,
menyebabkan
daun-daun
berlubang karena bercak-bercak itu
menjadi lepas (shotholes). Daun-daun lalu
rontok. Bercak-bercak pada ranting
berwarna gelap dan cekung ke dalam.
Pada buah terjadi bercak-bercak yang
bersifat kering, cekung, mengandung
gum, dan mengeluarkan cairan (exudate)
berwarna kuning.
(7). Bercak banteri pada tanaman yang
tidak berkayu
Pseudomonas syringae pv. Glycinea
Bercak-bercak bakteri dari Kedelai.
Bercak-bercak kecil, bersudut-sudut, dan
translucent pada daun kedelai. Mula-mula
berwarna coklat-kemerahan, lalu menjadi
hitam pada tingkat lanjut. Seringkali
terdapat lapisan bakteri tipis (exudate)
pada permukaan bawah dari daun yang
berwarna keputih-putihan. Ada juga
bercak-bercak pada batang dan petiole
yang berwarna hitam. Polong yang kena
infeksi berbercak-bercak seperti bekas
terendam air, lalu menjadi hitam dan
mengeluarkan cairan (exudate). Kalau
sudah begini maka biji-bijinya seringkali
kena infeksi juga. Penyakit ini merupakan
penyakit yang umumnya terdapat pada
keledai.
Pseudomonas syringae pv. Phaseolicola
Bercak-bercak
pada
polong
berwarna kemerahan sampai
coklat dengan lapisan tipis
berwarna perak yang berasal dari
lendir baceria. Semua jenis kacang
buncis peka (rentan) terhadap

penyakit ini, tetapi banyak jenis kacang


polong (dry beans) resisten.
Xanthomonasi campestris pv. Phaseoli
Bercak-bercak bakteri biasa paca kacang
buncis/polong. Mula-mula bercak-bercak
kecil pada daun, bersudut-sudut, bersifat
seperti bekas terendam air, dan berwarna
hijau-muda. Kemudian menjadi besar dan
mengering, berwarna kuning-coklat
dengan tepinya berwarna kuning. Bercakbercak
pada
batang/cabang
menyebabkan mudah patah bila tertiup
angin. Bercak-bercak pada polong
merupakan noda seperti bekas terendam
air, hijau-tua, lalu mengering, cekung,
kemerah-merahan, dan mengadung kerak
dari lendir bakteri yang kering. Kalau
sudah begini maka biji-bijnyapun kena
infeksi : berbercak-bercak dengan warna
kuning-coklat sampai kelabu.
Xanthomonas malvacearum :
Bercak-bercak daun bersudut-sudut pada
kapas (Angular leaf spots of Cotton-Black
arm). Mula-mula bercak-bercak daun
seperti bekas terendam air, jika dilihat
dengan latar belakang yang mempunyai
pancaran cahaya akan tampak hijaumuda; kemudian menjadi hijau-tua dan
berwarna gelap. Bercak-bercak tersebar
sepanjang tulang daun utama, dan
dibatasi oleh tulang-tulang daun kecil
hingga tepinya seperti bersudut-sudut.
Bercak-bercak pada batang/cabang

Suatu variasi yang menarik dari golongan


penyakit ini ialah adanya bintik-bintik
bakteri (bakteril pustules) yang timbul di
sisi bawah permukaan daun. Bintik-bintik
ini berukuran sangat kecil (1 sampai 2
mm), tampak seolah-olah meruncing
keluar dari permukaan bawah daun dan
bergabus. Terdapat menyerang pada

membesar dan menghitam. Bercakbercak pada buah mula-mula hijau dan


seperti bekas terendam air, kemudian
menjadi berwarna gelap
Pseudomonas pisi
Bercak-bercak bakteri dari Kapri (bakteril
Blight of Pea). Mula-mula bercak-bercak
daun berwarna hijau-tua dan seperti
bekas terendam air, lalu membesar dan
mengering
serta
menjadi
coklat
kemerahan. Bercak-bercak serupa pada
batang/cabang. Juga pada bunga-bunga
dan polong-polong muda. Jika tulang
daun kena infeksi pada usia muda
biasanya tanaman lalu mati.
Xanthomonas carotae
Bercak-bercak bakteri pada Wortel.
(Bakteril Blight of Carrots). Bercak-bercak
yang tak teratur bentuknya pada daun
dan petiole. Bunga-bunga yang dibiarkan
untuk memproduksi biji bisa menjadi
rusak/mati oleh serangan penyakit ini.
(8). Gejala utama : bercak-bercak daun
Penyakit bercak-bercak daun yang
disebabkan oleh bakteri juga mempunyai
gejala-gejala karakteristik yang umum.
Mula-mula translucent (agak tembus
cahaya), kemudian bercak-bercak itu
berubah menjadi berwarna gelap dan
tidak tembus cahaya (opaque). Bila cuaca
lembab, maka bercak-bercak itu akan
mengeluarkan tetesan lendir bakteri yang
bila mengering menjadi setitik kecil karak
lendir. Bila kena tetesan air maka lendir
menyebar menjadi suatu lapisan bakteri
yang tipis. Acapkali bercak-bercak daun
mempunyai tepi yang bersudut-sudut
sebab dibatasi oleh tulang-tulang daun.
Pada cabang atau buah bercakbercaknya bisa berukuran kecil (spots)
sampai besar (blights), mula-mula
translucent, lalu menjadi gelap warnanya,
bentuknya bulat atau lonjong (oval), dan
tidak bersudut-sudut.
tomat, cabai, kedelai, dan lain-lain.
Daun- daun yang kena infeksi
berat menguning dan gugur. Selain
daun, bintik-bintik juga terdapat
pada buah.
Pseudomonas
andropogonis :

Penyakit bakteri-bergaris pada Sorghum


dan Jagung (Bakteril Stripe of Sorghum
and Corn). Garis-garis dan noda-noda
merah pada daun-daun dan pelepah.
Terdapat kerak merah bakteri, mudah
tersebar/ tercuci oleh butir air hujan.
Xanthomonas holcicola :
Penyakit bakteri bergaris-garis tak teratur
pada Sorghum dan Jagung (Bakteril
Streak of Sorghum and Corn). Hampir
serupa dengan di atas.
Pseudomonas apii :
Bercak-bercak bakteri pada Selderi
(Bakteril Blights of Celery). Bercak-bercak
kecil tak teratur pada daun, berwarna
seperti karat, dapat menyebabkan daun
rontok. Tapi bercak-bercak biasanya
berwarna lebih gelap/tua.
Pseudomonas delphinii :
Bercak-bercak hitam pada Delphinium
(Delphinium Black Spot). Bercak-bercak
hitam-tak teratur pada seluruh bagian
tanaman Delphinium. Bercak-bercak
seringkali bergabung hingga menjadi lebih
besar.
Pseudomonas syringae pv. Lachrymans
Bercak- bercak daun yang
bersudut-sudut dari Cucurbit (Angular
leaf-spots of Cucurbits). Bercak-bercak
daun bersudut-sudut, tak teratur, bersifat

(9).

Gejala utama : kurap atau luka


terbuka
(scab
or
pits)
ordo
Actinomycetales

family
Streptomycetaceae
Streptomyces (Actinomyces) :
Suatu genus yang mempunyai mycelium,
tetapi dalam Manual Bergey digolongkan

seperti bekas terendam air, dan


mengeluarkan cairan (exudate) yang
seterusnya menjadi lapisan tipis bakteri
keputih-putihan. Bercak-bercak pada
tingkat lanjut berwarna kelabu, mudah
patah, dan kadang-kadang menimbulkan
lubang karena bercak-bercak itu terlepas.
Pada buah bercak-bercak berwarna
keputih-putihan, bulat dan kecil-kecil.
Pseudomonas tabaci :
Penyakit Terbakar pada Tembakau
(Tobacco Wildfire). Bercak-bercak daun
berwarna kuning-coklat sampai coklat
pada pusatnya, serta mempunyai
lingkaran halo berwarna kuning. Selain
tembakau, penyakit ini menyerang
anggota-anggota Solanaceae lainnya,
kedelai dan kacang polong (cowpeas).
Pseudomonas washingtoniae :
Bercak-bercak daun dari Palem (Bakteril
leaf-spot of Palm). Gejala berupa bercakbercak kecil berjumlah sangat banyak
pada daun, dan dengan pancaran sinar
tampak berwarna hijau-muda. Pada
tingkat lanjut bercak-bercak menjadi tak
tembus cahaya.
Xanthomonas begoniae :
Bercak-bercak daun dan batang/dahan
dari Begonia (bakteril leaf and stem blight
of
Begonia). Bercak-bercak seperti
melepuh, berwarna coklat dengan tepi
berwarna
kuning-translucent,
dan
terdapat pada daun. Menyebabkan daun
gugur secara prematur. Bila menyerang
batang/dahan, Begonia akan mati.
Xanthomonas axonopodis pv.glycines:
Pustul bakteri pada tanaman kedelai
(bakteril pustules of Soybean). Terutama
menyerang daun. Bercak-bercak kecil
berwarna hijau-kekuningan dengan
pusatnya yang coklat-kemerahan. Pada
permukaan bawah daun timbul bintikbintik (pustule).
Bakteri
dalam
Ordo
terpisah.
Myceliumnya sangat halus (2/3
mikron)
dan mempunyai benang-benang
spiral yang membentuk segmensegmen ke dalam sporanya yang
berbentuk cylinder. Spora ini

mempunyai ukuran seperti bakteri, yaitu 1


sampai 2 mikron panjangnya. Bila dibuat
seksi (irisan), maka sukar untuk melihat
myceliumnya, sehingga sukar pula untuk
mengisolasinya.
S. scabies :
Penyakit Kurap Yang Umum (Common
Scab) pada kentang, gula-bit, dan
tanaman
ubi-ubian
yang
lain.
Menyebabkan timbulnya bercak-bercak
bergabus pada ubi,stolon, maupun akar.
Bercak-bercak itu bisa dangkal atau
dalam, pada umbi menimbulkan luka
terbuka. Dengan melihat gejalanya saja
sudah
cukup
untuk
memberikan
diagnosis. Tetapi janganlah anda
terkacau dengan penyakit kurap yang
lain, yaitu kurap-berbubuk (powdery scab)
yang disebabkan oleh Spongospora.
S. Ipomoea :
Menyebabkan Busuk dalam Tanah (Soil
Rot or Pox) pada ubi-jalar. Daun-daun
tanaman ubi-jalar yang terkena infeksi
berukuran kecil, pucat, dan cabangnya
kerdil. Akar-akar rabut berkurang
jumlahnya dan mengalami salah bentuk.
Akibatnya ubi-jalar menjadi berkurap,
kadang-kadang dengan celah terbuka
(luka yang dalam) sampai sepanjang 2,5
cm pada ubinya. Diagnosis cukup dengan
melihat gejalanya.

Serangan Fire Blight dapat menjadi


lebih parah bila mencapai tingkatan
serangan bakterium pada daerah
Cambium dari dahan dan batang.
Bakterium masuk lewat ranting-ranting,
tunas buah, dan tunas/cabang air, menuju

Dalam menyatakan gejala-gejala penyakit


tanaman yang disebabkan oleh bakteri,
sudah tentu diperlukan istilah-istilah yang
tepat dan singkat serta dimengerti oleh
semua fihak. Hal ini untuk menghindarkan
pertelaan gejala yang panjang-lebar serta
untuk mencegah salah pengertian.
Dibawah ini akan dikemukakan beberapa
istilah yang sering dipakai untuk gejala
penyakit bakteri yang banyak dijumpai.
(10).
Gejala penyakit bakteri berupa
busuk-Keras (Firm Rot).
Penyakit ini menyebabkan kematian
sebagian jaringan (necrosis) dari daun,
dahan, buah, umbi lapis, umbi batang,
dan lain-lain sehingga menimbulkan
gejala bercak-bercak (lesions), lalu
seluruh bagian mengering dan mengeras.
Buah-buahan menjadi busuk dan keras.
Seperti gejala serangan bakteri pada
umumnya, maka bercak-bercak pada
tingkat awal menunjukkan sifat seperti
bekas terendam air (watersoaked), lalu
mengering dan mati.
Ada pula serangan penyakit bakteri
yang
mengakibatkan
mati-jaringan
dengan bercak-bercak berukuran besarbesar (Bakteril Blighting) pada bunga,
tunas buah, dan ranting-ranting muda
yang biasanya terjadi pada musim bunga
dan periode pertumbuhan yang cepat di
musim semi. Jaringan yang terinfeksi mati
dan warnanya menjadi coklat muda
sampai tua tergantung pada tanaman
inang. Serangan penyakit ini biasanya
terhenti di pertengahan musim panas, dan
tampak garis pembatas yang sangat jelas
antara jaringan yang mati dengan yagn
hidup. Yang paling banayk dikenal adalah
Fire Blight pada tanaman Apel, yang bisa
pula menyerang tanaman dari golongan
Mawar termasuk golongan StoneFruits
dan tanaman hias seperti loquat,
Cotoneaster,
Pyracantha,
dan
Photinia.
daerah
Cambium
dan
menyebabkan kematian jaringan
dengan warna coklat muda. Bagian
yang Cambiumnya mati, kulitnya
mengkerut, kering dan mati pula,
serta sering-sering menimbulkan
celah- celah. Bila kematian jaringan

Cambium terjadi secara melingkar


(girdling), maka akan tampak jelas
lingkaran kulit pohon yang mengkerut dan
mati. Selanjutnya bagian atas pohon
menyusul mati. Bakteri dapat bertahan
hidup selama musim dingin di jaringan
Cambium yang telah diserangnya (overwintering). Pada musim semi berikutnya
bangkit kembali, mengeluarkan cairan
(exudates), dan cairan ini lalu menulari
bagian-bagian bunga, dan lain-lain,
melalui serangga dan uap air.
Bercak-bercak
daun
yang
disebabkan bakteri (Bakteril Leaf spots)
merupakan gejala yang khas mula-mula
translucent (dapat melewatkan sebagian
cahaya), lalu menjadi berwarna lebih
gelap serta tidak tembus cahaya
(opaque). Jika kelembaban udara tinggi,
si-bakterium akan mengeluarkan setetesdua-tetes lendir. Jika tak terganggu, maka
lendir tadi akan menjadi kering sehingga
yang tertinggal adalah setitik kecil lendir
kering. Jika terkena air, maka lendir akan
menyebar-melebar rata, sehingga setelah
kering akan tampak sebagai lapisan yang
sangat tipis berwarna keputih-putihan.
Bercak-bercak daun seringkali bersudutsudut, sebab perusakan jaringan dibatasi
oleh tulang-tulang daun. Serangan bakteri
pada
cabang
atau
buah
bisa
mengakibatkan bercak-bercak kecil dan
besar, mula-mula translucent, lalu
berwarna gelap, biasanya berbentuk bulat

Busuk akar, disebabkan oleh


organisme sekunder setelah terjadinya
pelukaan oleh nematoda. Percabangan
akar berlebihan, terjadi pembentukan akar
lateral yang sangat banyak setelah
nematoda melukai dan menyerang akar.

atau lonjong, dan tidak pernah bersudutsudut.


Pustul bakteri (Bakteril Pustules)
berupa bintik-bintik kecil ( 1 sampai 2 mm)
yang menonjol pada bagian bawah daun
dan pada buah-buahan seperti buah
tomat, cabai, kedelai, dan lain-lain. Bintikbintik ini seperti bergabus dan bentuknya
meruncing. Kalau infeksi bertambah
berat, maka daun menguning dan gugur
sebelum waktunya.

Gambar 5.48.
Gejala pustul bakteri pada daun
kedelai.

(c). Penyakit-penyakit nematoda


Penyakit atau gangguan pada tanaman
yang disebabkan oleh parasit nematoda
telah lama diketahui, terutama yang
mengakibatkan terbentuknya benjolanbenjolan
pada
akar
(root-knot
nematodes). Jenis-jenis nematoda lainnya
juga menimbulkan kerugian dengan
menjadi parasit pada tanaman, walaupun
tanpa menimbulkan benjolan-benjolan
(galls) dan tanpa gejala yang jelas bagian
tanaman di atas tanah. Gejala umum
yang
dapat
ditimbulkan
adalah
pertumbuhan yang terhambat dan hasil
yang menurun. Besar dan luasnya
kerugian yang diakibatkan oleh kira-kira
24 jenis (genra) parasit nematoda (tidak
termasuk penyebab benjolan akar) baru
disadari sejak tahun 1950. Di bawah ini
dicantumkan gejala-gejala utama dari
serangan parasit nematoda bukanpembentuk benjolan (non-gall formers).
Bercak-bercak akar (root lesions), mulamula sangat kecil, kemudian bisa
menjalar ke seluruh akar
Ujung akar terluka (Injured Roottips), menyebabkan akar menjadi
kerdil dan bengkak (seperti stubby
roots). Kerusakan pada daun,
batang dan bunga; nematoda yang
menyerang bagian tanaman
di
atas tanah menimbulkan salah

bentuk
pada
daun-daun
dan
batang/cabang. Beberapa jenis nematoda
yang menyerang golongan tanaman butirbutiran (gandum misalnya) dan rumputrumputan menyebabkan terbentuknya
benjolan (galls) dalam jaringan biji.
Akibat-akibat lain yang umum
terdapat : tanaman merana, kerdil, layu
secara abnormal, menguning, dan/atau
menghasilkan panen yang rendah
kwalitasnya (misalnya sayuran). Acapkali
akibat-akibat ini sulit untuk dievaluasi dan
dibedakan dari akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh faktor-faktor lain yang
mungkin bisa juga menyebabkan
pertumbuhan yang jelek.

akar-akar tanaman, rhizome, umbi (yang


akan ditanam); maupun tanahnya sendiri.

Gambar 5.50. Nematoda di


dalam sel tanaman

Gambar 5.49.
Gejala serangan nematoda

Bila terdapat infestasi, maka adalah


sangat penting untuk melakukan
diagnosis secara akurat. Hal ini
disebabkan oleh besarnya kemungkinan
penyebaran parasit nematoda melalui

Gambar 5.51.
.Gejala puru akar yang disebabkan oleh
nematoda

Pemilik tanaman agar diberitahu


dengan segera agar bisa melakukan
tindakan-tindakan guna menghindarkan
bahaya penyebaran infestasi.

Type 1 : Berukuran besar (relatif),


berbentuk bulat Tanaman sukulen yang
tumbuhnya cepat seperti tomat, bangsa
labu-ketimun, pare, kacang buncis, dan
dahlia seringkali membentuk benjolan

Diagnosis penyakit nematoda


Type dari benjolan akar (Types of
rootknot galls) : Tergantung pada
tanaman inang maka terdapat beberapa
type benjolan akar yang akan
dikemukakan di bawah ini (penggolongan
secara artificial hanya untuk membantu
mempermudah mengenali gejala).
yang kurang-lebih bulat (spherical)
dan bisa mencapai diameter 1,2
cm atau lebih. Jika benjolanbenjolan sebesar ini banyak
terdapat pada akar tunggang
(utama), maka akar tunggang itu

akan tampak membengkak besar sekali


dan salah bentuknya; serta benjolanbenjolan kecil lainnya terdapat pada akar
lateral. Benjolan-benjolan akar bersifat
sukulen dan akan cepat membusuk.
Dalam jaringan benjolan terdapat
nematoda- betina yang berukuran kecil
dan tampak seperti mutiara. Anda bisa
melihatnya (dengan merobek jaringan
benjolan) dengan mata langsung, atau
dengan lensa-tangan akan terlihat lebih
jelas. Type benjolan ini adalah yang paling
umum terdapat.
Type 2 : Benjolan yang keras, berwarna
gelap, berkayu, dan pada beberapa
tanaman inang berukuran besar
Tanaman-tanaman yang sangat peka
misalnya pohon fig, peach, dan
beberapa tanaman hias (misalnya
pepper tree) membentuk benjolanbenjolan yang besar dan bentuknya
bermacam-macam.
Benjolan-benjolan
akar ini dapat terkacau dengan gejala
penyakit Crown Gall (bakteri), bedanya
ialah : benjolan-benjolan ini terdapat
sepanjang akar dan tidak berbentuk
bulan, serta disertai dengan benjolanbenjolan kecil lain yang berjumlah
banyak.
Type 3 : Benjolan-benjolan sangat kecil,
berbentuk seperti kelas penggulung
benang (Very small spindle-shaped galls)
Terdapat pada beberapa jenis tanaman
seperti arbel dan ash (dan beberapa
jenis tanaman lain yang agak peka

tangan. Adalah lebih baik bila diperiksa


dengan mikroskop (stereo)binocular atau
dengan
mikroskop
compound
berperbesaran rendah. Crown Gall tidak
mempunyai celah-celah seperti ini.
Adanya Nematoda puru-akar (root-knot
nematodes) dapat ditetapkan dengan

sifatnya), benjolan-benjolan ini sering


diabaikan karena tidak mudah terlihat
Nematoda-nematoda betina kadangkadang berada di luar akar tanpa
pembentukan benjolan).
Type 4 : Benjolan pada ujung akarBeberapa tanaman tertentu misalnya
Palem, membentuk benjolan hanya
sebagai pembengkakan dari ujung akarakar rambut yang masih lunak. Benjolanbenjolan ini cepat membusuk dan
biasanya tidak akan ikut terambil bila
dilakukan pengambilan contoh (samples)
untuk pemeriksaan. Ujung akar yang
membusuk
itu
selanjutnya
akan
memperlihatkan benang-benang halus
yang putih warnanya (ikatan pembuluh
primer).
Type 5 : Bercak-bercak kecil, menonjol,
dan kulitnya tebal (warty) : Tanaman
kentang membentuk benjolan-benjolan
kecil dan berkulit tebal pada umbinya.
Benjolan-benjolan ini mempunyai celahcelah di mana terdapat nematodanya.
Juga rhizome (akar-tinggal) dari tanaman
Iris mempunyai celah-celah serupa, tetapi
tanpa benjolan-benjolan berkulit tebal
(waret) itu.
Kriteria khusus yang digunakan untuk
melakukan
diagnosis
pemeriksaan
(distinguishing features) : Harus dicari :
Benjolan-benjolan kecil berbentuk kelos
yang berjumlah banyak sampai pada
benjolan yang lebh besar dengan bentuk
bulat pada akar-akar dari segala macam
ukuran. Meskipun tanaman terserang
dengan tidak terlampau berat, namun
benjolan-benjolan bisa berjumlah banyak.
Jika anda membuat seksi (irisan) pada
benjolan dengan pisau silet yang tajam,
maka biasanya terdapat celah-celah kecil
berwarna coklat dimana berada sang
nematoda (telur, larva, atau dewasa) yang
bisa terlihat dengan bantuan lensamemeriksa irisan akar rambut yang
mengandung telur Nematoda di
bawah mikroskop
compound.
Telur-telur
itu sangat
kecil
ukurannya serta berbentuk seperti
cylinder dan transparant. Hal ini
lebih mudah dilakukan daripada

memeriksa larvae atau Nematoda dewasa


yang bisa menimbulkan kekeliruan
dengan Nema dari species lain.
Tanda-tanda serangan nematoda di
lapangan :
Walaupun ada beberapa macam gejala
pada bagian tanaman yang terdapat di
atas tanah yang agak jelas, namun untuk
memastikan adanya serangan Nematoda
kita harus memeriksa akar tanaman.
Gejala layu di sore hari dalam keadaan
kadar air tanah yang cukup adalah gejala
pertama. Tanaman muda di pembibitan
banyak mengalami kematian karena
infeksi Rhixoctonia dan lain-lain, setelah
Nematoda melukai jaringan akar. Selain
itu, tanaman-tanaman muda yang kena
serangan Nematoda seringkali lalu
menjadi kerdil dan tidak produktif. Gejala
lainnya :Tanaman semusim yang sukulen
dan peka (sayuran dan bunga-bungaan)
seringkali bila diserang Nematoda
menunjukkan gejala daun-daun terbakar
dan bisa mati di tengah-tengah musim.
Kalau tanaman berkayu tampak merana,
harap diperiksa akar-akarnya.
(d). Penyakit tanaman yang disebabkan
oleh virus
Penyakit-penyakit
tanaman
yang
disebabkan oleh serangan virus telah
dipelajari secara ekstensif selama 20
tahun terakhir ini, oleh karena Virus telah
menimbulkan kerugian ekonomis yang

Nama-nama virus yang akan dicantumkan


di bawah ini adalah nama-nama umum,
oleh karena nama dengan system
binomial jauh lebih ruwet dan belum
seragam serta belum diterima oleh semua
ahli virus.
Diagnosis penyakit-penyakit virus

besar terhadap hasil-hasil pertanian.


Beberapa jenis virus mampu menyerang
banyak
macam
tanaman
inang,
sedangkan ada pula yang mempunyai
hanya satu tanaman inang spesifik.
Gejala penyakit virus juga bervariasi : ada
virus yang latent tanpa gejala, ada pula
yang menimbulkan gejala-gejala pada
tanaman inang : dari yang tidak begitu
berat sampai yang sangat berat, bahkan
menimbulkan kematian. Pada umumnya
penyakit-penyakit
virus
disebarkan/ditularkan oleh serangga
golongan Aphid dan Belalang-daun (Leafhoppers), atau oleh pembuatn okulasi
atau penyambungan (enten), atau oleh
adanya kontak/sentuhan dari tanaman
yang sakit kepada yang sehat. Beberapa
jenis penyakit virus bisa pula ditularkan
oleh serangga golongan Thrips, Tungau,
dan sejenis Lalat putih (Whiteflies).

Gambar 5.52.
Struktur virus

Gejala penyakit virus tampak paling


menyolok dan nyata pada bagian
pertumbuhan baru dari tanaman,
sedangkan bagian-bagian yang tua,
misalnya daun-daun bawah tampak
sehat-sehat saja. Sebagian besar
penyakit virus bersifat systemic, oleh
karenanya virus-virus terdapat pada
seluruh bagian tanaman dan ini dapat
dinyatakan dari cairan-tanaman (sap)
yang berasal dari bagian manapun.
Partikel-partikel virus berukuran
sangat kecil dan hanya bisa
dilihat dengan
mikroskop elektron. Oleh karena itu
pengamatan jasad virus tidak
merupakan suatu cara diagnosis
yang praktis untuk

pekerjaan identifikasi yang rutin. Untuk


membuktikan adanya virus di dalam
tanaman haruslah dideteksi dengan
gejala-gejala pada tanaman yang
ditimbulkan.
Kadang-kadang
untuk
melakukan hal ini haruslah dibantu
dengan suatu pengujian penularan yang
sederhana (Transmission test).
Seperti yang telah dikemukakan, gejalagejala penyakit virus sangat bervariasi
dan biasanya terdapat tiga sampai enam
macam gejala yang berassosiasi dengan
tiap-tiap penyakit. Serangan penyakit
yang telah mencapai tingkat lanjut dapat
dengan mudah dinyatakan sebagai
serangan Virus. Meskipun demikian, jika
ditinjau dari segi anjuran yang merupakan
proSedure bagi pemilik tanaman
penanam), maka jawabannya selalu sama
: Tanaman yang telah kena infeksi Virus
tidak dapat dipulihkan/disembuhkan lagi
oleh sipemilik tanaman, dan malahan
lebih baik dimusnahkan guna mencegah
penularan lebih lanjut kepada tanaman
yang masih sehat. Di tempat-tempat
dengan areal pertanaman yang luas cara
ini seringkali tidak praktis dan pengobatan
yang effektif belum ada. Beberapa varitas
tanaman telah dimulyakan sehingga
resisten/toleran inilah yang di kelak
kemudan
hari
akan
merupakan
carautama guna mengontrol penyakitpenyakit virus.

Ahli-ahli Penyakit Tanaman yang telah


dilatih dengan Teknik-Virus dapat
menyelamatkan virus yang ada di dalam
bibit-bibit tanaman dengan perlakuan
pemanasan atau
kultur
jaringan.
Selanjutnya bibit-bibit tanaman dijaga
agar tetap bebas dari virus dengan cara
seleksi.
Deskripsi gejala penyakit virus
Gejala mosaic :
(1). Tulang-tulang daun menguning-pucat
(vein clearing)
Sebelum tampak gejala mosaic atau
perubahan warna secara tak teratur dan
meluas, maka terlebih dulu terjadi
perubahan warna tulang-tulang daun atau
di daerah di dekatnya menjadi lebih
terang :kuning-pucat. Atau terjadi
Chlorosis.
(2). Tulang daun menjadi baris-baris
(Vein banding)
Tulang-tulang daun
dan
daerah
sekitarnya menjadi baris-baris chlorosis,
atau Chlorosis/necrosis terjadi pada
jaringan parenchyma di antara tulangtulang daun sehingga tulang-tulang daun
menjadi baris-baris hijau. Kedua macam
gejala di atas bisa merupakan gejala
transisi ke arah mosaic yang lebih luas
atau bisa juga tetap seperti itu sebagai
gejala utamanya).
(3). Jala-Kuning (Yellow-net) :
Tampak seperti jala berwarna kuning
pada daun yang sesungguhnya adalah
seluruh tulang daun telah menguning. Ini
adalah tahap lanjut dari gejala No. 1.
(4). Bercak-bercak Bulat (Ring spots)
Terdapat bercak-bercak bulat Chlorosis
(sel-selnya Chlorosis) dan bercak-bercak
bulat necrosis (sel-selnya necrosis/mati
secara berselang-seling dengan sel-sel
hijau-normal). Pusat dari kedua macam
bercak-bercak menjadi necrosis pada
tahap lanjut.

(5). Mosaic
Variasi dalam warna daun dengan pola
beraneka.
(6). Mottle
Beberapa pola tertentu dari variasi warna

Gejala
nekrosis:
(1). Necrosis Pucuk (Top
Necrosis) Terjadi kematian
pucuk (terminal)
ranting/cabang dan daun-daun.
Gejala

dari penyakit Layu berbercak-bercak


(Spotted Wilt) dari tanaman tomat.
(2). Garis-garis tak teratur (Streaks)
Terjadi necrosis yang berupa bercakbercak memanjang seperti garis-garis tak
teratur (terputus-putus) pada batang.
(3). Necrosis pada Phloem
Kematian jaringan Phloem yagn tampak
pada irisan melintang batang/cabang.
Gejala dari penyakit Phloem Necrosis dari
pohon Elm, penyakit Pucuk-Keriting
(Curly Top)d ari gula-bit, dan lain-lain.
(4). Necrosis Lokal
Bercak-bercak kecil-bulat yang berupa
jaringan mati pada daun.
Gejala kerdil dan mati.
(1). Kerdil
Seluruh bagian tanaman menjadi kerdil,
termasuk akar-akar. Gejala penyakit
Kerdil pada Dahlia, Kerdil pada Alfalfa.
(2). Pengerdilan pada Pertumbuhan Baru
(Stunting of Current Growth): Gejala
Rosettes pada penyakit Mosaic dari
tanaman Peach, dan gejala meranting
(Spnidly twigs) pada penyakit Yellows dari
pohon Peach.
(3). Kerdil dan Mati dari Tanaman
Berkayu (Stunting and Death of Woody
Palnts): Tristeza dari Citrus.
(4). Daun Gugur Prematur (Premature
Leaf Shedding) : Gejala penyakit Mosaic

pada

Kobis,

Mosaic

pada

Peach.

Salah bentuk (malformations):


Daun bertekstur kasar (Rough-textured
Leaves): Gejala penyakit Mosaic Rugose
pada Kentang.
(1). Reduksi pada lamina-daun (Leaf
blades reduced)
Gejala penyakit Daun Paku-pakuan
(Fern leaf) dari tomat, Mosaic pada Fig.
(2). Warna Terputus dari Petal (Color
Break in Petals)
Gejala perubahan warna dari mahkotabunga (petals) pada tanaman Kapri,
Petunia, Stock, dan Tulip.
(3). Pertumbuhan Terhambat
Gejala dengan ujung-ujung/pucuk-pucuk
meruncing pada tanaman ketimun, umbi
berlekuk-lekuk
(spindle-tuber)
pada
kentang.
(4). Endapan Gum dalam jaringan Xylem
dari kayu (Gum depostis inXylem of
wood)
Gejala penyakit Kulit Bersisik (Scaly
Bark) dari Citrus.
(5). Daun menggulung ke atas
Penyakit Pucuk- Keriting (Curly Top) dari
tanaman Gula-bit dan Tomat.
(6). Daun-daun menggulung ke bawah
Penyakit Pucuk Keriting ari Buncis
Gejala
pertumbuhan
berlebihan
(overgrowth).
(1). Enations: Tumbuh tonjolan-tonjolan
lunak di atas permukaan daun atau
batang. Gejala Pucuk-Keriting (Curly
Top).
(2). Kuncup-kuncup tumbuh berlebihan
(Proliferation of buds): Gejala penyakit
Aster Yelows ; Sapu setan (Witches
broom) pada kentang. (3). Pertumbuhan
berlebihan dari akar-akar sekunder
(Proliferation of secondary roots): Gejala

penyakit Pucuk-keriting (Curly Top), dan


juga gejala penyakit Aster Yellows
Gejala penguningan (yellows symptoms).
(1). Chlorosis yang menyeluruh dan
permanen pada daun-daun dan lain-lain
(Permanent uniform Chlorosis of leaves,
etc.): Gejala Aster Yellows.
(2). Mahkota bunga menguning atau
menghijau (Greening or Yellowning of
Petals): Gejala penyakit Aster Yellows
pada tanaman Aster dan Delphinium
Virus-Virus Penting yang Menyerang
Tanaman
Virus mosaic tembakau (Tobacco mosaic
virus)- vector aphids.
Virus mosaic
ketimun (Cucumber mosaic virus) vector
aphids. Virus Pucuk-keriting (Curly-top
virus)-vector eblalang-daun (leafhoppers),
satu species Virus Aster yellows (Aster
Yellows
virus)-vector
belalang
daun(leafhopper). Virus layu-berbercakbercak (Spotted wilt virus)-vector thrips.
Virus mosaic alfalfa (Alfalfa mosaic virus)vector aphids

Gambar 5.54.
Kutu daun, salah satu vektor
virus tanaman.

Virus yang menyerang inang


dalam satu famili.
Virus mosaic Peach (Peach Mosaic
virus)-vector tungau eriophid.
Virus
Western X- disease-vector belalang
daun (leafhopper).
Virus Tristeza dari
Citrus-vector aphids. Virus mosaic tebu
(Sugarcane mosaic virus)-vector tak
diketahui. Virus busuk-melingkar hitam
dari Kobis (Cabbage black ring-rot virus)vector aphids. Virus mosaic buncis (Bean
mosaic virus)-vector aphids (11 species)
x

Gambar 5.55.
Gejala serangan virus pada polong kacang
buncis

Gambar 5.53.
Gejala serangan virus pada daun
tembakan

Virus yang menyerang inang


dalam satu genus
Virus nekrosis Phloem dari Elm (Phloem
necrosis virus of Elm)-vector kumbangx

kulit-pohon. Virus gabus bagian-dalam


(internal cork virus) dari tanaman ubi jalarvector aphids.
Virus Peach Yellowvector aphids.
Virus Sour Cherry
Yellows-vector tak diketahui.

Gam
bar
5.56.
Gejala serangan virus pada
tanaman bawang

Gambar 5.57.
Penyakit bunchy Top yang disebabkan
oleh virus pada tanaman pisang.

5). Penyakit-penyakit mycoplasma


Belum lama berselang (1967) telah
didemonstasikan,
bahwa
sejumlah
penyakit yellow diseases yang dulunya
dikira disebabkan oleh serangan virus,
ternyata tidak demikian. Penyebabnya
adalah suatu golongan organisme yang
sangat kecil dengan ukuran terletak di
antara virus dan bakteri. Organisme-

organisme ini disebut mycoplasma


(berarti :bentuk cendawan), tidak
mempunyai dinding sel yang kaku, dan
oleh karenanya dapat berubah bentuknya
sesuai dengan sifat membran selnya yang
lentur tapi mudah rusak/luka iut.dengan
mikroskop elektron, mereka akan tampak
sebagai benang-benang yang bercabangcabang dan memanjang yang kemudian
akan terputus-putus menjadi sel-sel yang
berbentuk bulat. Di Dalam beberapa jenis
mycoplasma ditularkan oleh belalangdaun (leafhoppers).
Dari segi diagnosis, mereka akan
diperlakukan seperti penyakit-penyakit
dimana identifikasi dilakukan berdasar
gejala-gejala yang ditimbulkannya pada
tanaman. Jenis-jenis mycoplasma yang
telah dinyatakan berada dalam tanaman
dan mengakibatkan penyakit tidak banyak
jumlahnya. Akan tetapi dapat dipastikan,
bahwa jenis-jenis yang dikenal akan
bertambah dalam waktu singkat.
Mycoplasma resisten terhadap Penicillin,
tetapi dapat dihambat perkembangannya
secara partial (partially inhibited) oleh
senyawa-senyawa
Tetracycline
(Aeromycin et al).
Penyakit-penyakit
yellows
(mycoplasma):
American Aster Yellows : Pada tanaman
Aster, Chrysanthemum, Petunia, dan lainlain. Kerdil-jagung (Corn stunt) : Jagung.
Kerdil pada Mulberry (Mulberry dwarf):
Pada Mulberry.
Stolbur, Parastolbur :
Pada tanaman Periwinkle, kentang,
tomat, dan cabai
Kerdil Clover (Clover dwarf) : Pada
Clover. Penyakit-X pada Peach (Peach
X-disease). Kerdil-kuning pada padi (Rice
Yellow-dwarf).
Kemunduran pada
Pertanaman Pech (Peach decline).

tanaman, termasuk banyak jenis gulma.


Akan tetapi kerugian ekonomis diderita
terutama oleh golongan tanaman hias dari
family Compositae seperti
Aster,
golongan tanaman sayuran dari family
Umberlliferae seperti wortel, selderi dan
parsley. Gejala-gejalanya mencakup
terjadinya penguningan (warna kuning
yang bersifat umum) dan effek ini

Gejala-gejala : Penyakit Aster Yellows


menyerang lebih dari 150 genera
seringkali terjadi secara unilateral.
Di samping itu mungkin terdapat
pula gejala- gejala
:
Pertumbuhan berlebihan dari
akar-akar kecil, dorongan tumbuh
pada
kuncup-kuncup
yang
dormant, dan sapu setan.
Bagian-bagian berubah bentuk
dan warnanya seperti daun, dan

bunga- bunganya secara keseluruhan


akan mengalami salah-bentuk atau
steril. Gejala Pucuk-Ungu (Purple Top)
adalah serangan penyakit Aster Yellows
pada tanaman kentang di mana terjadi
pula gejala timbulnya umbi-umbi pada
buku- buku cabang/batang. Penyakit
Aster
Yellows
biasanya
dapat
didiagnosis berdasar gejala-gejala pada
tanaman inang, walaupun tidak gampang.
c.

seperti rumput kremah, rumput bermuda,


dan alang-alang.
Beberapa gulma yang sering mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
budidaya adakah: gulma berdaun lebar,
gulma teki dan gulma rumput.

Gulma Tumbuhan

Gulma adalah tumbuhan yang hidup pada


tanaman budidaya sehingga akan
menjadi
pesaing
bagi
tanaman.
Persaingan antara gulma dengan
tanaman utamanya adalah bersaing
dalam penggunaan unsur hara, air dan
udara dan tempat tumbuh. Gulma juga
dapat menjadi inang bagi hama dan
penyakit bagi tanaman. Jenis gulma yang
tumbuh sangat bervariasi, tergantung
pada tempat tumbuh, cara pengolahan
tanah dan lokasi penanaman. Gulma
semusim (berdaun lebar) yang sering
dijumpai di semua lokasi misalnya
babadotan
(Ageratum
conyzoides),
bayam duri (Arnaranthus spinosus), tekitekian (Cyperus sp.) dan rerumputan

Gambar 5.58.
Gulma tanaman daun lebar

Gambar 5.59. Gulma


di lahan sawah.

Gambar 5.60. Struktur


gulma Cyperus iria

d.

Teknik pengendalian opt

Pemberantasan
hama
dilakukan dengan cara:

serangga

x
x
x
x
x

penggunaan varitas
tahan atau resisten,
tehnik budidaya,
sanitasi,
penggunaan insek-tisida,
secara biologi,
pengendalian hama
secara terpadu.

Pengendalian hama dengan varietas


tahan merupakan upaya pemberantasan
hama yang paling mudah, midalnya
penanaman padi tahan weereng, seperti
PB26, PB28, dan PB30. Sifat-sifat kimia/
fisik serta morfologi tanman yang tahan
tidak disukai oleh hama, sehingga hama
akan kekurangan makanan sekali gus
akan berpengaruh terhadap penurunan
populasi hama.
Pengendalian secara tehnik budidaya
adalah mengatur masa tanam, rotasi
tanaman dan pergiliran tanaman yang
merupakan salah satu cara memberantas
hama
dengan
tehnik
budidaya.
Pengendlian secara tehnis budidaya
bertujuan untuk
memutuskn dan
memperpendek
masa
tersedianya
makanan bagi hama. Kebanyakan hama
sangat tergantung pada jenis makanan
tertentu.
Dengan terputus dan
bergantinya tanaman yang dibudidayakan
maka
kesempatan
hama
untuk
mendapatkan makanan yang paling
disenangi akan terputus.
Sehingga
perkembangan
dan
pertumbuhan
populasi hama akan turun sampai batas
yang tidak membahayakan tanaman
budidaya.

Pengendalian secara sanitasi adalah


menghilangkan
inang
alternatif
barupatumbuhan
yang
tidak
dibudidayakan yang biasanya digunakan
untuk tempat hidup alternatif bagi hama
tanaman. Pada umumnya pengendalian
hama secara sanitasi dilakukan dengan
membersihkan tumbuhan liar yang
mungkin menjadi tempat hidup dan
bertelur ataupun tempat makan hama
yang
sangat
diperlukan
untuk
kehidupannya.
Kegiatan
sanitasi
dilakukan dalam upaya untuk mengurangi
populasi serangga. Memusnahkan sisa
tanaman yang berada di lahan pertanian
juga termasuk dalam usaha sanitasi untuk
memberantas hama karena sisa tanaman
budidaya akan memungkinkan hama
dapat bertahan hidup sampai masa tanam
berikutnya.
Pengendalian
hama
dengan
menggunakan pestisida selalu dilakukan
pada saat populasi hama telah
melampaui bata ambang ekonomi (tingkat
membahayakan). Penggunaan pestisida
dapat dianjurkan pada kondisi seperti
tersebut di atas.
Pestisida digunakan
apabila tehnik pengen-dalian dengan
varietas resisten, tehnik budidaya dan
sanitasi tidak menunjukkan hasil dalam
menu-runkan populasi hama. Penyemprotan pestisida hendaknya dilakukan
secara
berulang-ulang
dengan
konsentrasi yang rendah dan sesuai
dengan dosis rekomendasi.
Penyemprotan
pestisida
sebaiknya
ditujukan pada stadium hama yang paling
lemah, misalanya stadiaum nimfa atau
imago.
Penyemprotan pestisida dapat
diulamngi apabila penyemprotan yang
pertama tidak menunjukkan hasil dalam
menu-runkan populasi hama dan ssangat
memungkinkan
apabila
diperlukan
konsentrasi pestisida dapat ditingkatkan.
Pemilihan pestisida yang efektif amat
mutlak diperlukan. Hal ini terkait dengn

227
bahaya residu pestisida terhadap
tanaman manusia, dan lingku-ngan.
Akibat pengunaan pestisida yang kurang
tepat menimbulkan ketahanan serangga
terhadap pestisida.

Akibat negatif dari pestisida adalah


resurgensi hama dan letusan hama
kedua yang lebih dahsyat
dibanding dengan serangan hama
yang pertama. Pada kondisi ini
diduga musuh alami banyak

terbunuh pada saat melakukan aplikasi


penyemprotan pestisida yang pertama.
Cara pengendalian hama secara biologi
adalah dengan memanfaatkan musuh
alami dari hama yang menyerang
tanaman budidaya. Pengendalian hama
secara biologi diarahkan supaya hama
secara alami dapat berkompetisi dengan
organisme
se-kitar
lingkungannya.
Musuh alami hama dapat berupa predator
dan parasit, misalnya parasit wereng
adalah tabuhan dari famili Tricogamatidae
yang merupakan parasit telur
dan
predatornya adlah kumbang Coxinella
arcuata.
Hama Flutella pada kubis
diparasit oleh Angitaria.
Untuk mengintroduksi predator atau
parasit membutuhkan modal yang besar.
Apabila parasit yang ditetapkan bekerja
secara efisien, maka dapat bertahan lebih
lama.
Dan cara biologi ini tidak
mencemarkan lingkungan seperti ada
aplikasi pestisida.
Penerapan cara
pemberantasan
biologi
harus
mengusahakan pendistribusian parasit
seefisien
mungkin
agar
tercipta
kesinambungan biologi antara parasit
dengan hama.
Keseimbangan yang
diharapkan adalah kemungkinan bahwa
parasit dapat mengurangi populasi
serangga sampai tidak membahayakan,
tetapi bukan untuk memusnahkan seluruh
hama yang menjadii OPT.

Pengendalian hama terpad (integrated


pest control) adalah perpaduan beberpa
metode dan tehnik pengendalian hama
dalam suatu program untuk mengelola
populais hama sehingga kerusakan
tanaman yang disebabkan oleh OPT tidak
termasuk ke dalam kerusakan ekonomis.
Ciri-ciri pengendalian hama terpadu
adalah sebagai berikut:
tujuan utama bukanlah memusnahkan
hama, mebasmi ataupun memberantas,
tetapi hanya mengenalikan populasi hama
agar tetap berada di bawah suatu
tingkatan atau aras yang dapat
mengakibatkan kerugian ekonomis.
Strategi pemberantasan hama terpadu
bukanlah eradikasi hama, tetapi berupa
pembatasan
populasi
hama.
Pengendalian hama mengakui adanya
jenjang toleransi manusia terhadap
populasi hama atau terhadap kerusakan
yang diakibatkan oleh hama. Pandangan
yang menyatakan dan harus dilakukan
pemberantasan tidak sesuai dengan
kaidah pengendalian
hama terpadu.
Dalam kondis tertentu ada kemungkinan
bahwa adanya individu serangga atau
bina-tang malahan lebih berguna bagi
manusia di masa yang akan datang.
Dalam melaksanakan pengendalian hama
digunakan semua metode atau tehnik
pengendalian yang sudah umum
dilakukan. Pengendalian hama terpadu
tidak tergantung pada suatu cara
pengenalian tertentu seperti pengunaan
pestisida, atau penanaman varietas tahan
hama, tetapi memadukan semua tehnik
pengendalian dalam satu
kesatuan
sistem pengelolaan. Pengendalian hama
yang hanya bertumpu hanya pada satu
tehnik pengendalian sering disebut
dengan pengendalian seca unilateral.
Sedangkan pengendalian hama terpadu
merupakan kegiatan pengendalian secara
multilateral.

228
Dalam mencapai sasaran pengendalian
hama terpadu, yaitu mempertahankan
populasi hama di bawah kerusakan
ekonomi.
Sehingga produktivitas
pertanian dapat diusahakan pada tingkat
yang tinggi, maka perlu diperhatikan

bebe-rapa
kendalanya,
yaitu
kendala sosial dan ekonomi, yang
berarti
bahwa
pelaksanaan
pengendalian hama terpadu harus
dapat didukung oleh kelayanan
sosial
ekonomi
masyarakat

setempat. Kendala
ekologi
yang
berarti
bahwa dalam penerapan
pengendalian hama terpadu harus secara
biologis dapat dipertanggung-jawabkan
dan tidak menimbulkan kegoncangan atau
kerusakan
linkungan
yang
akan
merugikan binatang berguna,marga
satwa, manusia, dan lingkungannya.
Pengendalian hama terpadu tidak hanya
memperhatikan sasaran jangka pendek
tetapi merupakan pencapaian untuk
sasaran
jangkan
panjang,
serta
kelestarian produksi dan pengelolaan
lingkungan. Langkah-langkah pokok yang
harus dilalui dalam pengendalian hama
terpadu:
x Identifikasi dan analisis status
hama yang harus dikelola
x Mempelajari
saling
ketergantungan dalam ekosistem
x Menetapkan
dan
mengembangkan
ambang
ekonomi
x Mengembangkan
sistempengamatan dan meonitoring hama
x Mengembangkan
model
deskripsi dan peramalan hama
x Mengembangkan
strategi
pengelolaan hama
x Melakukan penyuluhan kepada
para petani agar menerima dan
menerapkan pengendalian hama
terpadu
x Mengembangkan
orgnisasi
pengendalian hama terpadu

Beberapa taktik dasar pengendalian


hama terpadu antar lain pemanfaatan
pengendali hayati yang asli dari tempat
tersebut, pengelolaan lingkungan dengan
cara bercocok tanam menggunakan
pestisida secara selektif termasuk
pestisida fisiologis, ekologis, dan
selektivitas melalui perbaikan tehnik
aplikasi dan pengetahuan terhadap sifat
dan perilaku hama.
1) Pengendalian organisme penganggu
dengan pola bercocok tanam
Pada dasarnya pengendalian organisme
pengganggu secara kultur tehnis adalah
mengelola lingkungan tempat budi daya
tanaman
agar
kondisinya
tidak
mendukung
perkembangan
dan
pertumbuhan organisme pengganggu.
2) Pengendalian organisme pengganggu
secara mekanis
Pengendalian
secara
mekanis
dimaksudkan untuk mengurangi populasi
(jumlah) organisme pengganggu dengan
bantuan tangan atau alat tertentu. Cara
pengendalian ini cukup sederhana dan
dapat dilakukan oleh semua orang.
Keberhasilan
pengendalian
secara
mekanis dapat dicapai jika dilakukan
secara terus menerus. Beberapa cara
mengendalikan organisme pangganggu
secara mekanis adalah sebagai berikut :
Pengendalian dengan tangan, yaitu
dengan
pengambilan
organisme
pengganggu secara langsung dengan
menggunakan tangan.
Pemasangan perangkap, pada prinsipnya
hanya menyediakan sesuatu (alat dan
bahan) yang menyebabkan organisme
pengganggu
tertarik
sehingga
menghampiri perangkap. Pemasangan
lampu (sumber cahaya) pada malam hari,
di tengah kebun sangat efektif untuk
hama dari ordo Lepidoptera (kupu-kupu
dan ngengat).

229

3) Pengendalian organisme pengganggu


secara fisik
Pengendalian secara fisik merupakan
pengendalian yang menggunakan faktorfaktor fisik atau mengubah lingkungan
fisik agar organisme pengganggu menjadi

mati atau berkurang jumlahnya.


Kematian organisme pengganggu
dapat
disebabkan
oleh
pemanasan,
pembakaran,
pembasahan,
pengeringan,
penghalang dan lain-lain.

4) Pengendalian organisme secara hayati


Pengendalian hayati adalah pemanfaatan
dan penggunaan musuh alami untuk
menumnkan/mematikan
populasi
organisme
pengganggu
tanaman.
Pengendalian hayati dengan musuh alami
yaitu menggunakan organisme an dapat
menyerang hama atau patogen (bibit
penyakit) atau gulma. Akan tetapi
organisme musuh alami tersebut tidak
merugikan tanaman yang diusahakan.
5) Pengendalian organisme pengganggu
dengan varitas/klon tanaman tahan hama/
penyakit
Pengendalian organisme peng-ganggu
dengan varitas atau klon tanaman yang
tahan terhadap organisme tersebut
bertujuan
untuk
meminimumkan
(menurunkan)
serangan
organisme
penggganggu karena adanya daya tahan
yang tinggi dari varitas atau klon tanaman
yang diusahakan. Pengendalian dengan
cara ini merupakan cara yang paling
mudah, murah dan ramah lingkungan.
Dengan cara ini petani tidak perlu belajar
secara khusus, dan petani dapat secara
langsung
menggunakannya
seperti
halnya membudidayakan tanaman pada
umumnya, hanya benih/bibit yang
ditanam diambil dari kelompok varitas/
klon yang tahan terhadap suatu
organisme pengganggu. Contohnya
adalah tanaman tomat Ratna dan cabe

keriting yang tahan terhadap penyakit


layu.
6)
Pengendalian organisme secara
kimiawi
Pengendalian organisme peng-gangu
secara kimiawi adalah penggunaan zatzat kimia untuk mematikan organisme
pengganggu,
sehingga
populasinya
menurun. Pestisida dapat dikelompokkan
menjadi insetisida, fungisida, bakterisida,
nematisida, rodentisida, akarisida dan
herbisida. Insektisida adalah bahan kmia
yang dapat membunuh serangga
(insekta). Fungisida dalah bahan kimia
yang dapat membunuh jamur (fungi).
Bakterisida adalah bahan kimia yang
dapat membunuh bakteri. Nematisida
adalah bahan kimia yang dapat
membunuh nematoda. Rodentisida
adalah bahan kimia yang dapat
membunuh tikus. Acarisida adalah bahan
kimia yang dapat membunuh tungau
(ordo Acarina). Dan herbisida adalah
tanaman yang dapat membunguh
rerumput-an gulma. Ada tiga cara
penamaan pestisida, yaitu nama umum,
nama dagang dan nama kimiawi. Contoh
penamaan pestisida dalam kegiatan
sehari-hari adalah nama dagang, yaitu
sebagai berikut :
Nama umum
: Karbofuran
Nama Umum
:
Furadan,
Curater dan lain-lain
Nama Kimia
: 2,3-dihidro
2,2-dimetil-7-benzonil-dimetilkarbonat
Dari cara masuknya pes-tisida ke dalam
organisme pengganggu tanaman, dapat
digolongkan menjadi racun perut, racun
kontak, racun sistemik dan fumigan.
Racun perut adalah bahan kimia yang
mematikan hama setelah memasuki
tubuh hama melalui saluran pencernaan
makanan. Racun kontak adalah bahan
kimia yang mematikan hama setelah
memasuki tubuh hama apabila bahan
kimia tersebut bersentuhan atau

230
menempel pada tubuh hama. Racun
sistemik adalah bahan kimia yang
mematikan hama yang masuk ke dalam
tubuh hama melalui bagian tumbuhan
yang terlebih dahulu telah mengandug
bahan kimia tersebut, kemudian termakan
organisme penggangu atau nama.

Fumigan adalah bahan kimia yang


mudah

menjadi gas
dan membunuh organisme
pengganggu melalui proses pernafasan. Pada
umumnya pestisida dibuat dalam bentuk
formulasi tertentu, sehingga efektif dan efisien

penggunaannya.
Beberapa
bentuk
formula pestisida disajikan dalam tabel
berikut ini.

Tabel 5.11. Jenis Formulasi Pestisida


NO

NAMA
FORMULASI

KODE

Emulsifiable
Concentrates

(EC)

Wetable Powders

(WP)

Flowable Powder

Soluble Powder

Solution

Dust

Granular

Aerosol

(A)

Poisonous Baits

(B)

10

Slow- release
Formulations

(SR)

(F)
(SP)
(S)
(D)
(G)

KETERANGAN
Bila dicampur air, cairan akan menjadi emulsi (putih
seperti susu)
Tepung basah, bila dicampur air menjadi suspensi
Tepung halus dan basah (seperti
puding). Bila dicampur air emnjadi suspensi tepung
dan dapat larut dalam air
Tepung, dapat larut dalam air
Larutan mempunyai-daya racun tinggi terhadap
organisme pengganggu tanaman
Debu, digunakan tanpa campuran bahan pelarut lagi
Butiran, diberikan kepada tanaman tanpa bahan tambahan
(langsung dibenamkan pada tanah)
Bahan aktif, merupakan partikel kecil yang dapat
menguap ke udara
Umpan beracun, digunakan bersama bahan
tambahan yang disenangi hama (sebagai makanan)
Bahan aktif, keluar secara per lahan-lahan,
pemakaian selama musim tanam beberapa kali.

Tabel 5.12. Daftar hama dan penyakit tanaman serta jenis pestisida
No. NAMA HAMA/
A. HAMA

PESTISIDA

DOSIS PENGENDALIAN

Takothion 500 EC

1-2 cc/liter air, disemprotkan merata ke tanaman


setelah tanaman berumur 15-30 hari, dengan
selang waktu 7-10 hari.

Furadan G
Thrips

Temik 10 G
Curater 3 G

Tungau

Takothion 500 EC

2-4 gram per tanaman untuk membasmi nimfa


(anak serangga), dibenarnkan dalam media
tanamper tanaman untuk membasmi nimfa
2 gram
(anak serangga), dibenamkan dalam media
tanam
2 gram
per tanaman, untuk membasmi nimfa
(anak serangga), dibenamkan dalam media
tanam
Lihat dosis untuk pengendalian Thrips

231

Kutu Daun

Trithion 4 E
Omite 57 EC

25-40 ml/liter air


1-2 cc/liter air

Tahothion 500 EC

Lihat dosis untuk pengendalian Thrips

Anthio 33 EC
Dibrom 8 EC

1 2 cc per liter
air air
2 cc/liter

Folithion 50 EC
Karphos 25 EC
Nudrin 24 WSC
Diazinon 40 EC

0,25-1 cc/liter air


1-2 cc/liter air
2-3 cc/liter air
0,75-1,5 cc/liter air

Ulat

Baythroid 50 WSC

0,5-1 cc/liter air

Kumbang

Cymbush 6 EC
Bayrusil 250 EC

1-2 cc/liter air


0,2% per liter air

Hostathion 75 EC

0,15% per liter air

Lalat Buah

7
8

Kepik
Belalang

Bayrusil 250 EC
Laybaycid 25 EC
Folithion 50 EC
Curacron

0,2% per liter air


0,15% per liter air
0,25 1 cc / liter air.
0,5
- I cc / liter air

Benlate / Antracol 70
WP / Velimex

0.5 1 gram / liter air

B. PENYAKIT
Bercak Daun

Layu Fusarium

Tanaman dibangkar lalu dibakar

Layu Bakteri

Tanaman dibangkar lalu dibakar

4 Antraknose/ patek Benlate / Antracol 70


WP/ Velimex

d.

Teknik pengendalian hama, penyakit


dan gulma (hpg) secara organik

Patogen serangga dapat digunakan


dalam Pengendalian Hama Tanaman
(PHT) melalui beberapa teknik dan
sasaran yaitu :
1).
Memanfaatkan secara maksimal
proses pengendalian alami oleh patogen
hama. Ada banyak jenis jamur patogen
penyebab penyakit dan jamur yang
mampu menekan populasi hama secara
alami sehingga populasi tetap berada di
bawah aras ekonomik. Kita harus
menjaga ekosistem sedemikian rupa
sehingga patogen dapat melaksanakan

0,5 1 gram / liter air

fungsinya secara density dependent.


Untuk itu keadaan dan perkembangan
hama yang penting perlu terus dipantau
dan menjaga tindakan-tindakan yang
mengurangi berfungsinya patogen hama
dapat dibatasi sekecil mungkin.
2). Introduksi dan aplikasi patogen hama
sebagai faktor mortalitas tetap. Prinsip
penggunaan patogen hama disini sama
dengan introduksi serangga parasitoid
atau predator untuk menekan populasi
hama untuk jangka waktu yang panjang.
Caranya adalah dengan memasukkan
dan menyebarkan patogen pada suatu
ekosistem sedemikian rupa sehingga

232
patogen tersebut mantap di ekosistem
yang baru ini, sehingga menjadi faktor
mortalitas tetap bagi spesies hama yang
dikendalikan. Permu-laan bagi patogen
diperlukan kepadatan populasi inang yang
cukup.

3).
Aplikasi patogen hama
sebagai insektisida mikrobial.
Aplikasi patogen perlu dilakukan
beberapa kali sama prinsipnya
dengan penggunaan insektisida

sintetik organik. Saat ini beberapa jenis


patogen seperti Bacillus thuringiensis
telah dipasarkan dengan nama dagang
tertentu. Berbeda dengan insektisida
sintetik organik maka insektisida mikrobia
mempunyai keuntungan
yaitu
berspektrum sempit atau khas inang
dan aman bagi lingkungan hidup serta
tidak membunuh binatang bukan sasaran.
Kecuali itu apabila keadaan lingkungan
memungkinkan patogen hama yang
diaplikasikan pada ekosistem mungkin
dapat menjadi pengendali alami hama
yang permanen di ekosistem tersebut.
Teknik penggunaan pengendali hama
jenis mikroba biasanya diigunakan pada
tanaman setelah melalui pengenceran
untuk mendapatkan konsentrasi yang
tepat, kemudian disemprotkan ke seluruh
tanaman atau langsung ke dalam tanah di
sekitar perakaran, sedangkan untuk
microbial agen yang telah dikeringkan dan
dicampur dengan media lain dapat
langsung dibenamkan kedalam tanah
atau ditebarkan ke tanah disekitar
tanaman.
Dibandingkan
dengan
teknik-teknik
pengendalian yang lain terutama
pestisida, pengendalian OPT dengan
musuh alami memiliki keuntungan
diantaranya:
a). Permanen
Musuh alami menjadi lebih mapan dan
selanjutnya secara alami musuh alami
akan mampu menjaga populasi hama

dalam keadaan seimbang di bawah aras


ekonomik dalam jangka waktu yang
panjang
b). Aman bagi lingkungan
Pengendalian hayati tidak memiliki efek
samping terhadap lingkungan terutama
terhadap serangga atau orga-nisme yang
bukan sasaran
Relatif ekonomik karena begitu usaha
tersebut berhasil kita tidak memerlukan
lagi tambahan biaya khusus untuk
pengen-dalian hama yang kita upayakan
dan tidak merugikan per-kembangan
musuh alami.
Kerugian pengendalian hayati adalah:
a). Modal investasi yang besar
Modal untuk pengendalian hayati relatif
besar karena harus dikeluarkan untuk
kegiatan eksplorasi, penelitian, pengujian,
dan evaluasi terutama yang menyangkut
berbagai aspek dasar baik untuk hama,
musuh alami maupun tanaman.
Aspek dasar yang meliputi taksonomi,
ekologi, biologi, siklus hidup, dinamika
populasi,
genetika,
fisiologi,
dll.
Identifikasi yang tepat jenis hama maupun
musuh alaminya merupakan langkah
permulan yang sangat penting, supaya
tidak memperoleh kesulitan dalam
mempelajari sifat-sifat kehidupan musuh
alami dan langkah kegiatan selanjutnya
Diperlukan Fasilitas yang lengkap dan
para
peneliti
yang
berkualitas,
berpendidikan khusus dan, berdedikasi
tinggi untuk pengembangan teknologi
pengendalian hayati. Keberhasilan dari
penggunaan pengendali hayati relatif
lebih lama.
4)
Taktik Pengendalian
Telah
tersedia
berbagai
taktik
pengendalian yang dapat dikelompokkan
seperti di bawah ini :

233
(a).
Mengusahakan pertumbuhan
tanaman sehat
Yang dimaksud dengan tanaman sehat
ialah tanaman yang terlihat segar, tumbuh
normal menurut kriteria pertumbuhan
yang telah diketahui. Dimulai dengan
menilai kesehatan benih. Tanda-tanda

benih sehat ialah benih harus


bersih, terlihat bernas, tidak
berkeriput, tidak ada gejala-gejala
berpenyakit, persentase
tumbuhnya (kecambah) hampir
100%. Demikian juga kecepatan
pertumbuhan benih
tersebut
harus memenuhi kriteria

yang telah ditentukan. Benih yang sehat


akan menghasilkan tanaman yang sehat
pula. Di lapangan dapat dibedakan antara
pertumbuhan tanaman sehat dengan
yang bukan. Misalnya varietas unggul
Cisadane. Bentuk tanamannya tegak,
tinggi antara 105-120 cm, anakan
produktif 15-20 batang, warna kaki,
batang, dan daun hijau, muka daun kasar,
posisi daun tegak, bentuk dan warna
gabah gemuk dan kuning bersih, umur
antara 135-145 hari.
Mengapa
harus
mengusahakan
pertumbuhan tanaman sehat. Apakah
hubungan antara pertumbuhan tanaman
sehat dengan masalah hama. Jelas ada
hubunganya, malah sangat erat.
Tanaman yang sehat akan lebih mampu
menahan serangan berbagai spesies
hamanya. Jadi pertumbuhan tanaman
sehat pada umumnya menjadi lebih tahan
terhadap serangan hama. Bagaimana
caranya mengusahakan pertumbuhan
tanaman sehat. Usaha ini mencakup
berbagai aspek kultur teknik yaitu :
x Pola-pola tanam
x Pergiliran tanaman
x Sanitasi
x Pemangkasan
x Waktu tanam
x Pemupukan
x Pengelolaan
tanah
dan
pengairan
x Tanaman perangkap

Penggunaan mulsa

(b). Pengendalian hayati (musuh-musuh


alam)
Dalam pengertian ekologi definisi
pengendalian hayati ialah pengaturan
populasi kepadatan organisme oleh
musuh-musuh alamnya, hingga tingkat
kepadatan rata-rata organisme tersebut
lebih rendah dibandingkan dengan yang
tidak teratur oleh musuh alamnya
(DeBach, 1979). Dari segi kepentingan
manusia musuh-musuh alam tersebut
dimanfaatkan sebagai pengendali hama
agar fluktuasi kepadatan rata-rata
populasi hama tanaman selalu rendah.
Dengan demikian hama tersebut tidak
mendatangkan kerugian. Musuh-musuh
alam tersebut dapat digolongkan sebagai
berikut (van den Bosch et al. 1985;
Pimentel, et al. 1986)
x Predator
x Parasitoid
x Patogen serangga ( jamur,
bakteri, virus, nematoda)
x Vertebrata (mamalia, burung,
amphibia, ikan).
(c). Varietas tahan
Yang dimaksud dengan varietas tahan
ialah varietas-varietas yang memang
tahan terhadap serangan hama-hama
tertentu. Daya tahannya itu diwariskan
kepad keturunan-keturunannya, jadi daya
tahan yang diwariskan secara genetik.
Mekanisme ketahanan varietas dapat
digolongkan sebagai berikut (Pinter,
1951) :
x Non-preferensi
x Antibiosis
x Toleransi tanaman
(d). Mekanik
Pengendalian secara mekanik ialah
menggunakan berbagai alat/bahan untuk
membinasakan
hama,
termasuk
menggunakan tangan kita untuk

234
mengambil/menangkap hama sebagai
berikut :
x Membinasakan dengan tangan,
alat
x Memagari tanaman dengan
pagar
x Menangkap
dengan
alat
penghisap
x Menggunakan alat perangkap

(e
).
Fi
si
k
Yang
dimaksud
dengan
pengendalian secara fisik ialah
memanfaatkan faktor-

faktor fisik untuk membinasakan atau


menekan perkembangan populasi hama,
antara lain dengan :
x Suhu panas, dingin
x Suara
x Kelembapan
x Energi, perangkap cahaya,
pengaturan cahaya

lain dengan tujuan untuk mengendalikan


hama tersebut. Metoda pengendalian
secara genetik yang dibicarakan di sini
ialah :

(f).

(h). Pestisida
Yang dimaksud dengan pestisida ialah
zat-zat kimia untuk membunuh hama.
Jadi pestisida adalah racun. Namun
masih terjadi perdebatan apakah berbagai
produk kimia yang non-letal seperti
pengatur
tumbuh,
feromon
dan
sebagainya, juga termasuk pestisida.

Senyawa-senyawa kimia semio


(semiochemicals)
Selama dua dekade terakhir ini banyak
kemajuan
telah
tercapai
dalam
mengidentifikasi dan menetapkan fungsi
berbagai senyawa kimia yang dikeluarkan
oleh serangga yang mutlak penting dalam
kehidupannya.
Beberapa
diantara
senyawa kimia ini telah dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu taktik
dalam PHT.
Yang termasuk ke dalam senyawasenyawa kimia semio ini adalah feromonferomon dan senyawa-senyawa kimia
alelo (allelochemicals). Mekanisme
kerjanya ialah mengubah perilaku
serangga, tetapi tidak mematikannya.
Sepanjang diektahui efek racunnya
terhadap kehidupan hewan dan tanaman
sangat sedikit atau tidak ada sama sekali.
(g). Pengendalian secara genetik
Ada kemungkinan untuk merubah
komponen-komponen genetik populasi
hama atau mekanisme pewarisnya yang

x
x

Teknik jantan mandul dengan


radiasi
Zat kimia pemandul

Yang dibicarakan di sini antara lain


penggolongan
pestisida
menurut
golongan hama yang diberantasnya,
efeknya terhadap hama, formulasi,
toksisitas, penyimpanan, transpor, dan
teknik memusnahkan serta alat-alat dan
teknik aplikasi dan pengelolaan pestisida.
x Insektisida
x Fungisida
x Bakterisida
x Molusida
x Akarisida
x Herbisida
Sesuai dengan definisi PHT untuk
menanggulangi
sesuatu
spesies/
sekelompok spesies hama penting dipilih
mana dari taktik-taktik pengendalian
tersebut di atas yang paling cocok untuk
digabungkan menjadi satu kesatuan
program pengendalian. Namun tidak
mutlak demikian. Apabila dengan
menggunakan satu taktik pengendalian
sudah berhasil baik sesuai dengan
falsafah dan tujuan PHT, yang lainnya
tidak diperlukan.
Program PHT hendaknya sudah harus
dimulai sejak persiapan tanam sampai
dengan pasca panen. Dengan demikian
harus dapat diantisipasi spesies-spesies

235
hama penting apa saja yang mungkin
timbul pada setiap fase kegiatan dan
pertumbuhan tanaman. Untuk ini
diperlukan
pengetahuan
tentang
agorekosistem tanaman tersebut dan ekobiologi
hama-hamanya.
Misalnya

tanaman kedelai. Hama kedelai


yang terpenting selama fase
pertumbuhan pertama yaitu sejak
berumur 4-10 hari setelah tanam
ialah lalat kacang, Ophiomya
phaseoli, kumbang daun kedelai,

Phaedonia inclusa dan kutu kebul,


Bemisia tabaci. Spesies-spesies hama
lain mungkin juga ada. Tabel III.3 memuat
daftar hama-hama kedelai yang dapat
hadir pada fase-fase pertumbuhan
tanaman kedelai (Wedanimbi dan
Soehardjan, 1993).
e.

Implementasi Pengendalian

Pengendalian hama dan patogen


tanaman dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Pengendalian yang sudah
umum dilakukan oleh petani Indonesia
adalah pengendalian secara kultur teknis,
pengendalian
secara
mekanis,
penegndalian secara fisik, pengendalian
secara hayati, pengendalian secara
kimiawi, pengendalian dengan varietas
yang tahan terhadap OPT dan
penendalian secara terpadu (PHT:
Pengendalian hama, patogen dan gulma
secara terpadu). Untuk mengendalian
hama dan penyakit tanaman dapat
dilakukan sevara bilogis.
Untuk
keberhasilan suatu pengendalian secara
biologis harus mengenal terlebih dahulu
musuh-musuh alami hama dan penyakit
tanaman. Berikut ini adalah beberapa
musuh alami hama dan penyakit
tanaman.
Hampir semua kelompok organisme
dapat berperan sebagai musuh alami
serangga hama termasuk binatang
vertebrata, nematoda, mikroorganisme,
invertebrata selain serangga. Kelompok

musuh alami yang paling penting adalah


dari go-longan serangga sendiri. Dilihat
dari fungsinya musuh alami dapat kita
kelompokkan
menjadi
parasitoid,
predator, dan patogen.
1). Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang
merugikan serangga atau binatang
arthropoda lainnya. Parasitoid bersifat
parasitik pada fase pra dewasanya
sedangkan pada fase dewasa mereka
hidup bebas tidak terikat pada inangnya.
Umumnya parasitoid dapat membunuh
inangnya meskipun ada inang yang
mampu melengkapi siklus hidupnya
sebelum
mati.
Parasitoid
dapat
menyerang setiap fase instar serangga
maupun fase dewasa.
Oleh induk
parasitoid telur dapat diletakkan pada
permu-kaan kulit inang atau dengan
tusukan ovipositornya telur langsung
dimasukkan ke dalam tubuh inang. Larva
yang keluar dari telur menghisap cairan
inangnya
dan
menyelesaikan
perkembangannya di luar tubuh inang
(sebagai ekto-parasitoid) dan sebagian
besar di dalam tubuh inang (sebagai
endoparasitoid). Fase inang yang
diserang pada umumnya adalah telur dan
larva.
Ada spesies parasitoid yang hanya
digunakan oleh satu para-sitoid untuk
dapat melengkapi per-kembangannya
sampai fase dewasa pada satu inang.
Parasitoid semacam ini disebut parasitoid
soliter. Sedangkan parasitoid gregarius
adalah jenis parasitoid yang lebih dari
satu individu dapat hidup bersama-sama
dalam tubuh satu inang. Banyak lebah
Ichneumonid merupakan parasito-id
soliter, dan banyak lebah Braconid dan
Chalcidoid yang bersifat gregarius.
Terdapat 6 ordo dan 86 famili serangga
yang
termasuk
parasitoid
yaitu
Coleoptera,
Diptera,
Hymenoptera,
Lepidoptera,
Neuro-ptera,
dan
Strepsiptera. Dalam ordo Hymenoptera

236
yang terbanyak parasitoid adalah famili
Ichneumonidae,
Braconidae,
dan
Chalcidoidea.
2). Predator

Predator merupakan orga-nisme


yang hidup bebas de-ngan
memakan
atau
memangsa
binatang
lainnya.
Beberapa
perbedaan antara predator dan

parasitoid: Parasitoid umumnya monofag


atau oligofag
Dalam perkembangannya parasitoid
memerlukan satu inang, sedangkan
predator memerlukan banyak mangsa.
Yang mencari inang pada parasitoid
adalah serangga dewasa betina, tetapi
pada predator serangga jantan dan
betina.
Hampir semua jenis ordo se-rangga
mempunyai jenis yang menjadi predator,
seperti
Coleop-tera,
Neuroptera,
Hymenoptera, Diptera, dan hemiptera.
Beberapa famili yang terkenal adalah
kumbang
kubah
(Coleoptera:
Coccinellidae),
Kumbang
tanah
(Coleoptera : Carabidae), Undur-undur
(Neuroptera : Chrysopidae).
3). Mikroorganisme patogen
Jenis-jenis
mikroorganisme
yang
berperan sebagai agen pengendali hayati
diantaranya adalah sebagai berikut :
Bakteri.
Kelompok bakteri yang lebih
penting adalah bakteri pem-bentuk spora
yang pada saat ini telah banyak
digunakan sebagai insektisida mikrobial.
jenis bakteri patogen yang penting adalah
bakteri bacillus popiliae dan bacillus
thuringiensis. Fungsi bakteri: Bacillus
popilliae yaitu menyebabkan seperti
penyakit susu pada kumbang jepang
Popiliae japonica dan kumbang skarabid
lainnya. Bacillus thuringiensis sangat
efektif digunakan untuk mengendalikan
larva ordo Lepidoptera dan larva nyamuk.

Gejala serangan :
Bacillus thuringiensis sporulasi dalam
tubuh serangga membentuk kristal yang
mengandung protein beracun. Bila spora
dan kristal bakteri dimakan oleh serangga
yang peka maka terjadi gejala paralisis
yang mengakibatkan kematian inang.
Kristal bakteri akan melarut dalam saluran
pencernaan. Dalam jaringan tersebut
bakteri mengeluarkan toksin yang dapat
mematikan serangga
Cendawan (fungi). Kelompok jenis jamur
yang menginfeksi serangga kita namakan
jamur entomofatogenik, jenis yang
terkenal adalah Nomuraea rileyi,
Metharizium anisopliae, dan Beauveria
basiana
Gejala serangan :
Jamur patogen masuk ke dalam tubuh
serangga tidak melalui saluran makanan
tetapi langsung masuk ke dalam tu-buh
melalui kulit atau integumen. Setelah
konidia jamur masuk ke dalam tubuh
serangga
serangga,
jamur
memperbanyak
dirinya
melalui
pembentukan hifa dalam jaringan
epikutikula, epidermis, hemocoel, serta
jaringan-jaringan lainnya. Pada akhirnya
semua jaringan dipenuhi oleh miselia
jamur. Disamping itu ada beberapa jenis
jamur yang mempengaruhi pigmentasi
serangga dan menghasilkan toksin yang
sangat mempengaruhi fisiologi serangga.
Karena pengaruh infeksi jamur terhadap
pembentukan pigmen, larva atau instar
serangga
yang
terserang
jamur
memperlihatkan
perubahan
warna
tertentu seperti warna merah dan merah
muda.
Proses perkembangan jamur dalam tubuh
inang sampai inang mati berjalan sekitar 7
hari. Setelah inang terbunuh, jamur
membentuk konidia primer dan sekunder
yang dalam kondisi cuaca yang sesuai

237
konidia tersebut muncul keluar dari
kutikula serangga.
Saat ini di Indonesia jamur Metarhizium
anisopliae telah digunakan secara luas
untuk pengendalian hama Oryctes sp.
yang
menyerang kelapa. Jamur
Beauveria
telah
dicoba
untuk
pengendalian hama wereng padi coklat

dan hama
buah kopi.

penggerek

Jamur
antagonis.
Beberapa
spesies Gliocladium sp. bersifat
antagonis yang menyebabkan
kematian dan menghancurkan hifa
inangnya dengan sekresi satu atau

lebih antibiotik, dengan sifat hiperparasit


dan persaingan hara maupun ruang.
Antibiotik yang dihasilkan Gliocladium sp.
adalah gliotoksin. Gliocladium dan
Trichoderma berpotensi sebagai agen
pengendali hayati untuk penyakit layu
fusarium.
Trichoderma
spp.
Membebaskan gas-gas yang mudah
menguap dan berfungsi sebagai anti
jamur. Anti jamur yang dihasilkan
berpengaruh terhadap pertumbuhan
Fomes annosus dan Lentinus lepideus
Menurut Baker and Cook (1982),
pengendalian hayati adalah tindakan
penekanan kepadatan inokulum atau
aktifitas patogen yang berada dalam
keadaan aktif atau dorman oleh satu atau
lebih organisme. Pengendalian hayati
dapat berjalan dengan alami melalui
manipulasi lingkungan inang (tumbuhan),
agen pengendali hayati atau dengan
introduksi masal satu atau lebih agen
pengendali hayati.

Jenis-jenis agen pengendali hayati yang


dapat dipergunakan untuk mengendalikan
penyakit tumbuhan adalah bakteri, virus,
protozoa, nematoda, tungau dan jamur.
Jamur
pengendali
hayati
adalah
Trichoderma spp., Gliocladium spp. dan
Metharizium sp. (baker and Cook, 1982).
Berikut beberapa contoh pembuat-an
pestisida hayati dari mikro-organisme,
yaitu Jamur B. bassiana merupakan
entomopatogen yang dapat mematikan
serangga dewasa dan pra dewasa (telur,
larva, pupa) hama penggerek bonggol
pisang, C. sordidus. Bila pupa yang
terinfeksi B. bassiana dapat hidup,
namun serangga imagonya akan cacat
dimana perkembangan sayapnya tidak
sempurna. Jamur B. bassiana terlihat
keluar dari tubuh serangga terinfeksi
mula-mula dari bagian alat tambahan
(apendages) seperti antara segmensegmen antena, antara segmen kepala
dengan toraks, antara segmen toraks
dengan abdomen dan antara segmen
abdomen dengan cauda (ekor). Setelah
beberapa hari kemudian seluruh
permukaan tubuh serangga yang
terinfeksi akan ditutupi oleh massa jamur
yang berwarna putih. Penetrasi jamur
entomopato-gen sering terjadi pada
membran antara kapsul kepala (head
capsule) dengan toraks atau diantara
segmen-segmen apendages demikian
pula miselium jamur keluar pertama kali
pada bagian-bagian tersebut.

238

Gambar 48.
Gejala pada serangga dewasa C. sordidus yang terinfeksi oleh jamur
B.bassiana

Gambar
Morfologi Gliocladium sp. (kiri) dan Hiperparasitisme Gliocladium sp.
Pada patogen tanaman (kanan)

Jamur
Metarrhizium
anisopliae
Perbanyakan jamur dilakukan pada PDA,
setelah itu dipin-dahkan ke dalam media
ja-gung pecah. Pada media jagung
tersebut akan tumbuh miselium berwarna
putih dan spora-spora jamur berwarna
hijau olive. Suspensi jamur dibuat dari
biakan pada media jagung yang
disuspensikan ke dalam akuades dan
disaring. Suspensi ini dihitung kepekat-an
sporanya dengan alat Haemocytometer di
bawah mikroskop dengan perbesaran
400600x, sehingga diperoleh suspensi
dasar yang selanjutnya akan diencerkan
sesuai kebutuhan.

Gliocladium sp. diperbanyak pada media


PDA dengan cara isolat murni
Gliocladium sp. yang berada dalam
tabung reaksi dituangkan ke tanah yang
mengandung patogen, lalu diinkubasikan
selama satu minggu. Tanah tersebut
disirami setiap hari sampai lembab.
Kemudian tanah yang mengandung
patogen dan jamur antagonis diambil satu
gram, lalu diencerkan dengan aquades
steril sampai dengan 10-5. Satu milimeter
hasil pengenceran tanah ditumpahkan ke
dalam cawan petri lalu ditambah sembilan
mililiter media PDA dan antibiotik.
Campuran tersebut digoyang sekitar 20
kali, kemudian diinkubasikan dalam suhu

239
kamar selama 2 hari. Pada hari ke-3
pindahkan jamur antagonis ke dalam
cawan petri yang mengandung PDA steril,
lalu diinkubasikan sela-ma 4 hari. Pilih
satu cawan petri yang mengandung koloni
Gliocladium sp. murni. Setelah dipotong-

potong dengan alat Cork Boorer,


setiap satu potongan dipindahkan
ke
cawan petri,
lalu
diinkubasikan selama tujuh hari.
Dengan demikian diperoleh koloni
murni Gliocladium sp.

f. Implementasi pengendalian gulma.


Untuk mengendalikan gulma tanaman
terdapat lima tehnik pengendalian, yaitu
(1)
cara
mekanis, melakukan
pembabatan, pencabutan, pengolahan
tanah, pengenangan, pembakaran dan
penutupan lahan dengan mulsa plastik
hitam-perak atau mulsa organik;
(2) tehnik kompetisi,yaitu mengatur waktu
tanam yang tepat sehingga tanaman tidak
tersaingi dalam kebutuhan air, unsur hara
dan oksigen;
(3) pergiliran tanaman, yaitu melakukan
pergantian tanaman budidaya pada setiap
musim tanam;
(4) cara biologi, dengan menggunakan
predator gulma dan penyakit tanaman
berupa
fungi atau bakteri atau virus.
Contohnya memberantas Lantana camara
dengan hama penggerek batang
Plagiohanus spini atau pengerek daun
seperti Octotoma scrabripennis;
(5) secara kimia, yaitu mengendalikan
gulma dengan menggunakan ba-han
kimia atau herbisida.
Dalam
penerapannya, herbisida digolongkan
dalam tiga kelompok, yaitu herbisida
kontak, sistemik dan sterilisasi tanah.
Herbisida kontak yaitu herbisida yang
dapat membunuh bagian gulma yang
terkena herbisida kemudian mengalir
melalui sel-sel xilem. Herbisida sistemik
adalah herbisida yang dapat membunuh
seluruh bagain tumbuhan, diabsorpsi oleh
akan atau bagian tanaman lainnya dan

dapat ditranslokasikan ke seluruh bagian


tumbuhan.
Herbisda sterilisasi tanah
adalah herbisida yang selama berada di
dalam tanah dapat mencegah tumbuhnya
gulma.
Pemberian herbisida untuk
memberantas gulma dilakukan dengan
cara sebar, larikan dan langsung.
Cara sebar dilakukan untuk menyemprot
atau menebar herbisida ke seluruh area
pertanaman.
Cara larikan adalah
pemberian herbisida yang disebarkan di
antara barisan tanaman. Sedangkan cara
langsung dilakukan apabila herbisida
disemprotkan secara langsung pada
gulma atau dengan cara melukai gulma
dan mengoleskan herbisida pada bagian
yang luka.
Translokasi herbisida ke bagian-bagian
gulma dibagi atas tiga cara, yaitu
translokasi melalui jaringan kulit kayu atau
floem, trnaslokasi melalui jaringan pembuluh kayu (xilem) dan translokais melalui
ruang inertseluler.
Penyemprotan herbisida melalui daun
akan diterukan ke bagian bawah,
termasuk akar. Penyemprotan sebaiknya
dilaku-kan pada sel-sel yang masih muda,
karena proses translokasi bahan-bahan
dari daun ke bagian tanaman berjalan
secara aktif. Herbisida yang toksik akan
mema-tikan sel-sel atau jaringan yang
dilewatinya. Selama sel-sel floem masih
berfungsi maka gulma masih tetap dapat
bertahan hidup. Oleh karena itu untuk
membunuh gulma dengan menggunakan
herbisida harus selalu mematikan fungsi
floem sehingga fungsi akar akan terhenti.
Pemberian herbisida melalui tanah akan
diangkut oleh jaringan pembuluh xilem
ke bagian atas gulma termasuk daun.
Xilem merupakan sel-sel yang tidak hidup
sehingga herbisida sulit untuk merusak
sel xilem. Translokais dari bagian akar ke
bagian di atas permukaan tanah akan

240
selalu mengikuti translokasi air dan
larutan hara tanama
Translokasi bahan aktif dari herbisida
melalui ruang interseluler karena adanya
sifat bahan pelarut yang nonpolar dan
mempunyai tekanan permukaan yang

rendah.
Dengan demikian
herbisida dapat menyebar ke
seluruh bagian tanaman, dari
bagian atas ke bawah, atau
sebaliknya.
Begitupun dengan
proses secara radian ataupun
tangensial. Faktor-faktor yang

mempengaruhi efetivitas dan selektivitas


herbsida adalah: sifat herbisida, cara
pemberian atau pemakaian, sifat gulma,
lingkungan, dan

interaksi sifat herbisida, gulma dan


lingkungan.
Sifat herbisida menyangkut daya kerja,
mekanisme kerja, formulasi dan pH.
Tehnik penggunaan herbisida mencakup
cara penyemprotan, penempatan dan
hubungannya dengan alat serta waktu
penggunaannya.
Sifat gulma yang
mempengaruhi efektivitas dan selektivitas
herbisida adalah sifat morfologis, fisiologis
dan genetis, Keadaan seperti tanah,
sinar, suhu, kelembaban udara, air dan
faktor biologi akan mempengaruhi pula
efektivitas dan selektivitas herbisida.

241

Ringkasan
Setelah mempelajari BAB 5. siswa telah mampu menguasai kompetensi-kompetensi
berikut:
1. Menyiapkan lahan dan media tanam
2. Mengelola alat dan mesin pemeliharaan tanaman
3. Menerapkan K-3 dalam merawat tanaman
4. Merawat benih tanaman
x
x
x
x

Media tumbuh
Perkembangan dan
pengertian tanah
Profil tanah
Komponen tanah
Fungsi utama tanah
senagai media tumbuh

Teknik pengolahan tanah


Teknik pengolahan tanah terdiri
dari persiapan lahan, dan
pembuatan bedengan untuk
tempat tumbuh tanaman.
Kegiatan selanjutnya adalah
membuat lubang tanam dengan
jarak tanaman yang efektif dan
efisien.

x
x
x
x
x
x
x

Pengairan
Fungsi air bagi tanaman
Kebutuhan bagi tanaman
Peran utama air tanah
Proporsi dan siklus air
tanah.
Koefisien dan
ketersediaan air tanah
factor-faktor ketersediaan
air
Teknik pengairan

Sifat fisik tanah


x Tekstur
x Struktur
x Aerasi tanah
x Temperatur
tanah
x Warna tanah
x Klasifikasi
warna
Teknik penanaman
Teknik penanaman
terdiri dari persemain,
pembibitan,
pemeliharaan bibit dan
penanaman.

Pemangkasan
x Pemangkasan
tanaman
muda.
x Pemangkasan
tanaman tua.

Sifat kimia
Unsu hara
makro
x Unsur hara
mikro
x

x
x

x
x
x
x
x

Pemupukan
Pupuk organic
Pupuk
anorganik

OPT
Hama
Penyakit
Gulma
Tekniik
pengendalian
HPG
Implementasi
pengendalian

242

SOAL:
1. Jelaskan tentang unsur hara makro dan mikro bagi tanaman.
2. Jelaskan minimal 10 OPT dan teknik pengendaliannya.
3. Mengapa pengendalian OPT yang terbaik adalah secara terpadu.

TUGAS:
1. Lakukan observasi terhadap unsur hara yang digunkan petani di sekitar sekolahmu.
2. Amati hama. Penyakit dan gulma yang menyerang tanaman yang dibudidayakan di
sekolahmu dan diskusikan dengan teman satu kelompok bagaimana cara
mengendalikan OPT tersebut.

Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008 tentang
Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk
digunakan dalam Proses Pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai