Paristiyanti Nurwardani
TEKNIK
PEMBIBITAN
TANAMAN DAN
PRODUKSI BENIH
JILID 1
SMK
TEKNIK
PEMBIBITAN
TANAMAN DAN
PRODUKSI BENIH
JILID 1
Untuk SMK
Penulis
: Paristiyanti Nurwardani
Perancang Kulit
: TIM
Ukuran Buku
NUR
a
17, 6 x 25 cm
NURWARDANI, Paristiyanti.
Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih Jilid 1
untuk SMK oleh Paristiyanti Nurwardani ---- Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
vii, 255 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
ISBN
: 978-979-060-105-5
ISBN
: 978-979-060-106-2
Diterbitkan oleh
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada
para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.
DAFTAR ISI
Hal
JILID 1
BAB 1.
BAB 2.
BAB 3.
BAB 4.
BAB 5.
PENDAHULUAN
1.1. Potensi Pembenihan Tanaman
1.2. Peran Pembenihan Tanaman
1
5
KARAKTERISTIK TUMBUHAN
2.1. Anatomi T umbuhan
2.2. Anatomi D an Morfologi Biji Tumbuhan
2.3. Pertumbuhan D an Perkembangan Tumbuhan
7
14
14
20
20
23
25
27
30
35
68
71
78
80
90
92
106
122
143
148
162
162
163
166
167
176
185
186
191
193
194
201
202
226
227
236
240
JILID 2
BAB 6.
BAB 7.
BAB 8.
BAB 9.
245
245
254
255
274
BIOTEKNOLOGI TANAMAN
8.1. Bioteknologi Tanaman
8.2. Struktur Dan Organisasi Bahan Genetik Tanaman
8.3. Teknik Kultur In-vitro
8.4. Rekayasa Genetik Pada Tanaman Tingkat Tinggi
Ringkasan, Soal dan Tugas
TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN
9.1. Fasilitas Laboratorium Kultur Jaringan
9.2. Peralatan Dan Bahan Kimia
9.3. Media Tanam
9.4. Beberapa Komposisi Media
9.5. Inisiasi Tunas dan Inokulasi
9.6. Teknik Kultur Suspensi Sel
9.7. Teknik Multiplikasi
9 8.. Teknik Aklimatisasi
9.9. Teknik Kultur Jaringan Pada Berbagai Tanaman
295
295
295
306
322
323
281
282
282
283
284
285
286
289
290
335
335
337
349
353
354
355
358
359
BAB 10.
BAB 11.
359
362
364
365
KEWIRAUSAHAAN
10.1. Pengertian Kewirausahaan
10.2. Ciri dan Karakteristik Wirausaha wan
10.3. Penjualan
a. Jiwa marketing dan motivasi tim
b. Perlunya rasa kekeluargaan
c. Strategi, visi dan misi
d. Pentingnya informasi
e. Pelanggan aset yang berharga
10.4. Dasar-dasar Strategi Pemasaran
a. Kepercayaan
b. Kemudahan
c. Kenyamanan
d. Gengsi
e. Memasarkan benih Tanaman
Ringkasan, Soal dan Tugas
ANALISIS USAHA PEMBENIHAN KELAPA SAWIT DAN DURIAN
11.1. Analisis Usaha Pembenihan Tanaman
a. Analisis B/C ratio
b. Analisis R/C ratio
c. Analisis ROI
d. Analisis BEP
11.2. Contoh Perhitungan Usaha Pada Pembenihan Kelapa Sawit
11.3. Contoh Perhitungan Usaha Pada Pembenihan Durian
Ringkasan, Soal dan Tugas
368
370
371
372
372
373
373
377
377
378
379
379
380
383
383
383
383
383
384
391
392
LAMPIRAN
Daftar Pustaka ..
BAB 1. PENDAHULUAN
Budidaya tanaman membutuhkan
berbagai teknik untuk mengoptimalkan
produksi.
Dari sisi tata bahasa, teknik
adalah suatu keterampilan khusus yang
dibutuhkan agar dapat melakukan suatu
kegiatan praktek yang produktif (Oxford,
2003);
pembenihan adalah rangkaian
proses budidaya tanaman untuk
menghasilkan benih;
sedangkan
tanaman adalah tumbuhan yang
dibudidayakan. Oleh karena itu, teknik
perbenihan tanaman adalah suatu
keterampilan khusus yang harus
dikuasai seseorang agar dapat
memproduksi benih tanaman, baik
benih vegetatif (bibit) maupun benih
generatif
sehingga
tanaman
berproduksi secara optimal.
Teknik
produksi benih vegetatif pada umumnya
dikelompokkan dalam 2 metoda, yaitu
metoda konvensional dan modern.
Teknik produksi benih vegetatif dengan
metoda konvensional menggunakan
teknik-teknik yang umum dilakukan oleh
petani sedangkan teknik produksi benih
vegetatif dengan metoda modern
menerapakan ilmu
biologi yang
diintegrasikan dengan teknologi atau
bioteknologi. Dalam hal ini bioteknologi
yang yang diimplementasikan adalah
teknik kultur jaringan.
Proses produksi tanaman dimulai
dengan benih ditanam, kemudian
tanaman dipelihara danhasil tanaman
(akar, umbi, batang, pucuk, daun, bunga,
dan buah) dipanen.
Kegiatan
produksi
pertanian
memerlukan unit pembibitan tanaman.
Pembibitan tanaman adalah suatu proses
penyediaan bahan tanaman yang berasal
dari benih tanaman (biji tanaman
berkualitas baik dan siap untuk ditanam)
atau bahan tanaman yang berasal dari
organ
vegetatif
tanaman
untuk
tanaman.
Pada tahap pemeliharaan
harus dikuasai berbagai teori tentang
pupuk dan teknik-teknik pemupukan.
Pengetahuan dasar yang baik tentang
pupuk akan memudahkan pengelolaan
pupuk dan mengembangkan formulasi
yang tepat bagi tanaman agar
penggunaannya efektif dan efisien.
Teknik pemupukan sangat penting untuk
dikuasai,
agar
tanaman
yang
dibudidayakan dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal.
Selama masa budidaya, tanaman
sering mendapat masalah dari organisme
pengganggu tanaman (OPT).
Yang
termasuk OPT adalah hama, pemyakit
dan gulma. Ketiga OPT tersebut harus
dikendalikan agar tidak menimbulkan
kerugian bagi tanaman.
Untuk
mengendalikan OPT, harus dikuasai
berbagai teknik pengendaliannya, seperti
pengen-dalian secara kultur teknis, fisik,
mekanis, biologi, kimia dan pengen-dalian
secara terpadu.
Perkembangan dan citra pertanian di
Indonesia identik dengan kotor dan
cangkul.
Untuk meningkatkan citra
pertanian agar lebih modern dan bersih
maka akan diinformasikan berbagai
pengetahuan dasar tentang, teknik dan
keterampilan mengelola bibit tanaman
secara kultur jaringan serta berbagai
sikap yang harus dikuasai agar
menghasilkan bibit dan benih yang dapat
tumbuh secara optimal.
Dalam dua puluh tahun terakhir,
perkembangan teknologi dalam bidang
biologi berkembang dengan sangat pesat
dan dikenal dengan bioteknologi.
Penerapan bioteknologi untuk tanaman
juga berkembang sangat pesat, sehingga
dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi budidaya terutama dalam
penyediaan bibit tanaman dan tanaman
varietas unggul dalam waktu yang relatif
singkat.
Untuk memperkenalkan
sekaligus memutakhirkan pengetahuan,
keterampilan
dan
sikap
dalam
Teknik Pembenihan Tanaman
Rp.8.136.900,00
(www.litbang.deptan.go.id., 2008 dan
www.medanbisnis.online., 2008). Tentu
saja informasi ini merupakan berita
gembira bagi sumberdaya manusia yang
berminat membuka usaha di bidang
pertanian. Oleh sebab itu sejaka lima
tahun terakhir banyak perusahaan
multinasional yang mengembangkan
usaha baru di bidang perbenihan padi,
terutama padi hibrida, diataranya adalah
PT Sang Hyang Seri, PT Dupont
Indonisia, PT Primatani, PT East West
Seed, PT Primasid Andalan Utama.
Hampir semua perusahaan tersebut
dalam pengembangan produski masal
benih padi, selalu mengadakan kerjasama
dengan petani andalan dan kelompok tani
yang pada umumnya menggunakan
sistem inti-plasma. Sebagai sumberdaya
manusia Indonesia yang bergerak di
bidang pertanian, maka sebaiknya selalu
meningkatkan kompetensi dalam bidang
agrobisnis industri perbenihan.
Kebutuhan benih jagung di Indonesia
untuk tahun 2008 sekitar 47.600 ton.
Produksi benih jagung di Indonesia pada
tahun 2007 adalah sebanyak 35,150 ton
(www.bisnis.com.2008). Sama halnya
dengan potensi dalam agribisnis industri
padi, maka potensi usaha dalam bidang
agrobisnis industri jagung pun sangat
menarik. Berdasarkan data di atas, untuk
kepentingan dalam negeri, masih
dibutuhkan benih jagung sekitar 12.450
ton benih jagung per tahun.
Munurut
informasi dari Bidang Penelitian dan
Pengembangan-Depertemen pertanian
keuntungan usaha dari produksi benih
jagung adalah sebesar Rp.3.425.208,sampai dengan
Rp.4.401.250,(www.litbang.deptan.go.id., 2008).
Ilustrasi yang disampikan di atas,
baru menganalisis dua benih makanan
pokok masyarakat Indonesia. Bagaimana
dengan potensi kebutuhan benih tanaman
industri, contohnya adalah kelapa sawit
dan karet. Kebutuhan benih kelapa sawit
Teknik Pembenihan Tanaman
kerja.
Dengan demikian sektor
perbenihan merupakan
bagian dari
penyediaan tenaga kerja di bidang
pertanian.
Benih tanaman sebagai
langkah awal dari kegiatan pertanian,
telah berperan dalam bidang ekonomi
dengan adanya peningkatan penambahan
devisa dari ekspor benih dan peningkatan
pendapatan petani yang beralih dari
petani budidaya menjadi penangkar benih
Benih tanaman penghasil kayu dan
kertas sangat dipengaruhi oleh varietas
benih yang ditanam. Penemuan varietas
jati unggul seperti mas dapat
memperpendek masa budidaya tanaman
jati. Varietas jati lokal dapat dipanen
pada umur 20-30 tahun sedangkan jati
mas dapat dipanen dalam jangka waktu
12-20 tahun.
Masa budidaya yang
singkat
sangat
menguntungkan
ketersiediaan bahan baku papan.
Ringkasan
Setelah mempelajari BAB 1. siswa diharapkan telah menguasai kompetensikompetensi berikut:
1. Menjelaskan potensi pembenihan tanaman.
2. Menjelaskan peran pembenihan tanaman.
Potensi pembenihan tanaman
x
Potensi
pengembangan
usaha pembenihan
tanaman
untuk
memenuhi
kebutuhan
benih
dalam negeri.
Potensi
pengembangan
usaha pembenihan
tanaman
untuk
ekspor.
Potensi kerjasama
perusahaan
benih
dengan
petani
penangkar benih.
x
x
x
SOAL:
1. Jelaskan dengan singkat dan jelas minimal 2 potensi dan peran pembenihan
tanaman untuk ekspor.
2. Bagaimana peran benih padi VUTW pada tahun 1987 dibandingkan dengan peran
VUTW pada tahun 2007.
TUGAS:
1. Wawancarai minimal satu orang petani / pengusaha penangkar benih tentang
perbandingan pendapatan mereka saat menangani usaha pembenihan tanaman
dibandingkan dengan usaha sebelumnya.
2. Lakukan observasi terhadap aktivitas petani penangkar benih.
2.1
b. Sel
Sel merupakan unit organisasi
terkecil yang menjadi dasar kehidupan.
Semua fungsi kehidupan diatur dan
berlangsung di dalam sel.
Sel dapat
berfungsi secara otonomi (dapat berdiri
sendiri/ independen) asalkan seluruh
kebutuhan hidupnya terpenuhi. Makhluk
hidup (organisma) dapat tersusun dari
satu sel tunggal (uniselular, misalnya
bakteri, dan beberapa jamur dan
protozoa) atau terdiri dari banyak sel
(multiselular).
Pada
organisma
Mempunyai
dinding sel
Tidak mempunyai
dinding sel
Mempunyai
klorofil
Tidak mempunyai
klorofil
Tidak mempunyai
vakuola, walaupun
Mempunyai
terkadang beberapa
vakuola atau
sel hewan uniseluler
rongga sel yang
memiliki vakuola
besar.
(tetapi tidak sebesar
yang dimiliki
Menyimpan
Menyimpan makanan
energi dalam
dalam bentuk granul
Gambar 2.2.
Sel selaput penyusun umbi bawang bombay
(Allium cepa). Tampak dinding sel dan inti sel
(berupa noktah di dalam setiap 'ruang').
Perbesaran 400 kali (Nurwardani,2005)
Gambar 2.3.
Sel tumbuhan dan berbagai organel sel ( Encarta,
2005).
e. Akar
Akar adalah bagian pokok di
samping batang dan daun bagi
tumbuhan.
Akar tumbuhan memiliki
sifat-sifat sebagai berikut.
Akar
merupakan bagian tumbuhan
yang
biasanya terdapat di dalam tanah,
dengan arah tumbuh ke pusat bumi
(geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop),
selalu tumbuh ke arah yang berlaw anan
dengan udara dan cahaya. Pada
umumnya akar tidak berbuku-buku, tidak
beruas dan tidak menjadi tempat tumbuh
dan berkembangnya daun-daun atau
sisik-sisik maupun bagian-bagian lainya.
Akar tidak berwarna hijau, biasanya
berwarna
keputih-putihan
atau
kekuningkuningan. Pada ujungnya akar selalu
tumbuh,
tetapi
umumnya pertumbuhannya masih kalah
cepat jika
dibandingkan dengan bagian di atas
permukaan tanah.
ujung
Selanjutnya,
akar
sering-kali meruncing, hingga lebih
mudah untuk menembus tanah.
Gambar 2.4.
Akar tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik
x
x
g. Daun
Daun merupakan salah satu organ
tumbuhan yang tumbuh pada batang,
umumnya berwarna hijau dan berfungsi
sebagai penangkap energi cahaya
matahari melalui fotosintesis. Daun
merupakan organ terpenting bagi
tumbuhan karena tumbuhan adalah
organisme autotrof obligat (dapat
membuat energi untuk kehidupannya), ia
harus memasok kebutuhan energinya
sendiri melalui konversi energi cahaya
menjadi energi kimia. Bentuk daun sangat
beragam, namun biasanya berupa
helaian. Ketebalan daun pun beragam
ada tipis, sedang atau tebal. Gambaran
dua dimensi daun digunakan sebagai
pembeda bagi bentuk-bentuk daun.
Bentuk dasar daun membulat, dengan
vari-asi cuping menjari atau menjadi elips
dan memanjang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi
duri (misalnya pada kaktus), dan
mengakibatkan
daun
kehilangan
x
x
Gambar 2.6 Irisan melintang batang tanaman dengan struktur jaringan pengangkut air dan hasil fotosistesis.
Gambar 2.7 . Daun segar membutuhkan cahaya untuk melangsungkan proses fotosintesis
(kiri) dan daun tua telah kehilangan klorofil karena proses penuaan (kanan)
h.
Bunga
Gambar 2.9
Bunga tumbuhan yang sempurna memiliki bagian
bunga sebagai berikut tangkai bunga, putik, sel
telur, tangkai putik,kepala putik kelopak bunga,
mahkota bunga, benang sari, dan serbuk sari
2.2
Gambar 2.10.
Biji tanaman yang terbentuk dari hasil
pembuahan (bertemunya putik dengan serbuk
sari dan berkembang menjadi zigot)
2.3
Pertumbuhan Dan
Perkembangan Tumbuhan
15
Gambar 2.12
Tahapan perkecambahan benih tembakau (Nicotiana tabacum). A. Enam jam pertama; mikropilar kulit biji terluar
akan merekah sehingga memudahkan endosperm menembus kulit biji. B. Pada saat enam jam kedua,
mikropilar endosperm menyelimuti ujung radikula (calon akar). C. Pada saat enam jam ke tiga, radikula mulai
keluar dari biji. D. Pada penambahan hormon ABA, mikropilar endosperm akan menyelimuti radikula pada saat
60 jam setelah perkecambahan (ABA menghambat mikropilar menyelimuti radikula). ((Muller et.al.,2004).
16
Pertumbuhan tumbuh-tumbuhan
dikendalikan secara umum oleh hormon
yang disintesis oleh tumbuhan dan
terdapat pada semua jaringan. Hormon
pertumbuhan IAA (Indol Acetic Acid)
berfungsi dalam pembesaran sel,
gugurnya daun dan jatuhnya buah,
pertumbuhan buah dari bakal bunga
menjadi bunga dan buah, interaksi timbalbalik tunas dan berbagai pertumbuhan
lainnya. Salah satu contoh IAA adalah
giberelin.
Selama masa pertumbuhan dan
perkembangan, tumbuhan memerlukan
air, unsur hara, karbondioksida dan
oksigen, serta cahaya.
Selama masa
tersebut, organ-organ vegetatif seperti
daun, batang, dan cabang tumbuhan
akan tumbuh dan berkembang sampai
akhirnya terbentuk organ generatif.
Organ generatif tumbuhan yang minimal
adalah terdiri dari benang sari dan putik.
Proses
perkembangbiakan
secara
generatif
dimulai
dari
terjadinya
pertemuan butir-butir serbuk sari dengan
putik. Di dalam putik, butiran serbuk sari
membentuk tabung,kemudian
menjadi
bakal biji yang terletak dalam bakal buah.
Kondisi ini menandai adanya calon
generasi tumbuhan berikutnya.
Gambar 2.14.
Proses pertumbuhan dan perkembangan biji (fase haploid) serta proses penyerbukan (fase diploid).
Ringkasan
Setelah mempelajari BAB 2. siswa diharapkan telah menguasai kompetensikompetensi berikut:
1. Anatomi dan morfologi tumbuhan
2. Anatomi dan morfologi biji tumbuhan.
3. Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Anatomi dan morfologi
tumbuhan
x
x
x
x
x
x
x
x
Struktur
tubuh
tumbuhan.
Sel tumbuhan
Perbedaan
sel
tumbuhan dan hewan.
Akar.
Batang
Daun.
Bunga
Buah dan biji.
Bagian-bagian
monokotil.
Bagian-bagian
dikotil.
Tahapan
perkecambahan.
biji
biji
Pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan
x
Proses pertumbuhan
dan
perkembangan
tanaman
meliputi:
proses
benih
berkecambah,
pertumbuhan
dan
perkembangan bibit,
tumbuhan
tumbuh
dewasa dan proses
sanesen (tua).
SOAL:
1. Jelaskan dengan ringkas tentang perbedaan dan persamaan sel tumbuhan dan
hewan
2. Gambarkan bagian-bagian biji tumbuhan
TUGAS:
1. Amati proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman tanaman padi
2. Lakukan observasi di lingkungan sekolah terhadap 20 jenis tumbuhan.
Kelompokkan tumbuhan atau tanaman yang mana yang termasuk dikotil dan
mookotil.
Teknik
pembenihan vegetatif
tanaman bertujuan untuk menghasilkan
individu keturunan tanaman yang
mempertahankan sifat baik dari induknya.
Keturunan tanaman yang berasal dari
proses pembenihan vegetatif dari dua
induk yang mempunyai keunggulan.
Keduanya dapata memadukan dua
keunggulan
tersebut
sehingga
mempunyai sifat-sifat lebih baik dari
kedua induknya disebut bibit unggul.
Bibit unggul adalah tanaman muda
yang memiliki sifat unggul yaitu mampu
menunjukkan sifat asli induknya dan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, dan
tahan terhadap hama dan penyakit.
Pada kegiatan usaha pembenihan
tanaman terdapat beberapa prinsip dasar
yang selalu digunakan oleh setiap industri
pembenihan yaitu:
x Investasi modal usaha.
x Investasi lahan pembenihan.
x Investasi bahan tanaman unggul
(benih unggul)
x Penyiapan tenaga kerja profesional
x Penyiapan alat-alat produksi benih
dan quality control product
x Pemahaman K-3
x Pesemaian
x Pemeliharaan pesemaian
x Penanaman
x Pemeliharaan benih
x Pengolahan benih (seed processing)
x Pengujian kualitas produk
x Penggudangan
x Sertifikasi
x Pemasaran
x Distribusi produk
x Layanan purna jual
x Penelitian dan
pengembangan
produk
a. Norma Kesehatan pekerja
Norma kesehatan kerja diharapkan
menjadi instrumen yang
mampu
menciptakan dan memelihara derajat
kesehatan kerja setinggi-tingginya. K3
dapat melakukan pencegahan dan
pemberantasan penyakit akibat kerja,
misalnya
kebisingan,
pencahayaan
3.2.
Menurut
Konradus
(2003),
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
merupakan instrumen untuk memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup,
dan masyarakat sekitar dari bahaya
akibat kecelakaan kerja. Perlindungan
tersebut merupakan hak asasi yang wajib
dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
untuk mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero
accident). Dalam hal ini ada 3 norma yang
harus diperhatikan yaitu:
x norma kesehatan,
x norma keselamatan dan
x norma kerja nyata.
Pencegahan merupakan cara yang
paling efektif. Oleh sebab itu dua hal
terbesar yang menjadi penyebab
kecelakaan kerja yaitu :
x perilaku yang tidak aman
x kondisi lingkungan yang tidak
aman.
Berdasarkan data dari Biro Pelatihan
Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan yang
pernah terjadi sampai saat ini adalah
diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman
seperti:
x sembrono dan tidak hati-hati
x tidak mematuhi peraturan
x tidak mengikuti standar prosedur
kerja
x tidak memakai alat pelindung diri
x kondisi badan yang lemah
Cara efektif untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja adalah
dengan menghindari terjadinya lima
perilaku tidak aman yang telah disebutkan
di atas.
alat
dan
bahan
yang
digunakan adalah aman:
Digunakan atau dioperasikan
hanya oleh para pekerja
yang telah dinilai
berkompeten dan/atau
memegang sertifikat
menerapkan
atau
Melaksanakan
tindakan-tindakan pemeliharaan yang
teratur, yang selanjutnya lebih dikenal
dengan istilah sistim pemeliharaan yang
berencana. Sistim pemeliharaan yang
berencana adalah Aktivitas pemeliharaan
yang teratur dan dijalankan dengan taat
azas,
melalui
pengawasan
dan
pencatatan berdasarkan rencana yang
x
x
unggul.
x
x
Struktur
pohon
kokoh,
percabangan merata/simetris,
tajuk bulat.
Produksi buah tinggi dan stabil
setiap tahun, diutamakan yang
panen buahnya pada awal atau
akhir musim.
Tahan
terhadap
hama
penggerek dan beberapa jenis
cendawan.
Mudah diperbanyak.
yang
kurang
menguntungkan,
termasuk harus tahan teradap hama
dan penyakit yang ada dalam tanah.
Tidak mengurangi kualitas dan
kuantitas
tanaman
yang
disambungkan/ diokulasi.
Pertumbuhan
cepat
dan
responsif terhadap kultur teknis
budidaya
(pemupukan,
pengairan).
Gambar 3.1 .
Batang tanaman sebagai bibit. Batang bawah
(kiri) danB atang atas (kanan)
Menyimpan entres
di
dalam
refrigerator
(kulkas),
perlu
memperhatikan
suhu
dan
kelembaban yang rendah. Kondisi
pengawasan.
Sedangkan luas lokasi
disesuaikan dengan kebutuhan produksi
bibit. Lahan diupayakan
datar dan
berdrainase baik, teduh dan terlindung
dari ternak.
3) Pengelolaan pembibitan
30x40 cm.
Hal ini diperlukan karena
polybag pertama sudah tidak memadai
lagi untuk perkembangan akar bibit
tanaman, sedangkan bibit masih belum
siap ditanam.
Jika bibit tetap
dipertahankan pada polibag 20 x 30 cm,
maka akan mengakibatkan penyempitan
ruang tumbuh akar, sehingga kondisi
kesuburan bibit jadi menurun, bahkan
setelah beberapa lama pertumbuhan bibit
seolah-olah berhenti.
b) Cara penggantian polybag
Cara mengganti polybag selama
proses pembibitan adalah sebagai
berikut: Sebaiknya polybag disiram
dengan air sebelum dilaksanakan pindah
tanam, agar media lebih kompak/padat.
Polybag lama disobek dengan silet atau
pisau secara hati-hati agar media tanam
di dalamnya tidak pecah atau
berhamburan.
Polybag pengganti diisi
media tumbuh yang baru, sampai
seperempat bagian dari volume polybag.
Media tanam yang lama yang
menyelubungi perakaran bibit dikurangi
sedikit, kemudian perakaran yang sudah
mati atau mengering dipotong dengan
gunting stek, kemudian bibit dimasukkan
ke dalam polybag pengganti.
Bibit diatur agar letaknya tepat di
tengah polybag, kemudian media tumbuh
yang baru dimasukkan ke dalam polybag
baru sampai hampir menyentuh bibir
polybag pengganti. Bibit dalam polybag
baru disiram sampai cukup basah agar
media tumbuh yang baru dimasukkan
memadat, sehingga kedudukan bibit
menjadi kuat.
c) Naungan
Gambar 3.2.a.
Benih tanaman yang siap untuk disemai
Gambar 3.2.b.
Benih tanaman yang mulai berkecambah.
Ga
mb
ar
3.3
Naungan berupa rumah plastik untuk
tempat pemeliharaan bibit tanaman dan
usaha pembibitan
b.
Teknik pembibitan
untuk
bahan
Gambar 3.4 .
Bak plastik untuk penyemaian benih tanaman
3)
Gambar 3.5 .
Bedengan untuk tempat pembibitan tanaman.
Gambar 3.6.
Bibit Kelapa di bawah naungan.
Penimbunan
karbohidrat
pada
cabang pohon induk yang akan dijadikan
stek dapat dilakukan dengan cara
pengeratan kulit kayu sekeliling cabang
akar dan hormon auksin yang
dibuat di daun. Setelah terlihat
benjolan barulah cabang dapat
dipotong dari induknya. Bagian
pangkal cabang sepanjang 20 cm
bisa dijadikan sebagai stek.
b) Penggunaan hormon
tumbuh
dengan
baik,
lama
perendaman
disesuaikan dengan konsentrasi larutan.
Perendaman dilakukan ditempat yang
teduh dan agak lembab. Hal ini berguna
agar penyerapan hormon berjalan teratur,
tidak kurang karena pengaruh lingkungan.
Gambar 3.7.
Persiapan dan bentuk entres: A. Entres siap disemai. B. Entres dicelupkan ke dalam Zat Perangsang
Tumbuh C. Entres yang sudah tumbuh akar D. Pangkal entres berbentuk datar E. Pangkal entres
berbentuk sisi satu. F. Pangkal entres berbentuk sisi dua.
Gambar 3.8.
Persiapan penanaman stek: A. Menyiapkan alat, B. Menyiapkan bahan, C. Menyiapkan sungkup, D.,
Menyiapkan media, E. Menyiapkan bahan stek , F. Memangkas daun
Gambar 3.9.
Penamanan stek pada media tanah: A. Menyiapkan batang stek B. Menyiapkan hormon, C.
Menanam bahan stek dari cabang mawar, D. Menanam bahan stek dari tangkai daun, E. Menanam
bahan stek bunga soka F. Menempatkan hasil stek.
I
J
Gambar 3.9 (lanjutan )
G. Memelihara stek, H. Memeriksa pertumbuhan akar dari bibit yang berasal dari stek, I. Hasil
penyetekan, J. Bunga mawar hasil stek batang siap jual.
1) Teknik
mencangkok
konvensional
secara
Kemudian
kulitnya
dikelupas
sehingga bagian kambium yang seperti
lendir tampak jelas.
Kambium ini
dihilangkan dengan cara dikerik dengan
mata pisau sehingga bersih atau kering.
Setelah dikerik pada keratan bagian atas
diolesi atau-pun tanpa diolesi dengan
hormon tumbuh. Contoh hormon
pertumbuhan atau vitamin,
adalah
Liquinox Start Vitamin B-1 yang banyak
dijual di toko pertanian dengan dosis 2 cc
untuk 1 liter air. Jika terdapat kesulitan
mencari
hormon
tumbuh
dapat
menggunakan pupuk Urea yang dicairkan
kemudian diikat dengan tali plastik
atau rafia. Balik posisi kantong
plastik ke arah berlawanan/keatas,
se-hingga akan diperoleh ikatan
tali plastik di dalam kantong plastik
(ikatan
bagian
bawah tidak
kelihatan dari luar/lebih rapi).
Selanjutnya
bekas
sayatan
ditutup dengan media cangkok,
tersebut
dapat
menghambat
pembentukan akar tanaman. Untuk
pemakaian cocopeat tanpa melalui
perendaman dalam air (dapat
langsung digunakan).
Sabut kelapa dijemur dan dipisahkan
serat-seratnya, maka sabut kelapa
B
C
D
Gambar 3. 10 .
Proses pencangkokan secara konvensional. A. Pengupasan kulit batang, B. Pengikatan lembaran plastik di
bawah kupasan kulit daun, C. Pengisian media ke dalam lembaran plastik D. Teknik pencangkokan
konvensional telah selesai.
D
Gambar 3.11.
Prosesn Pencangkokan konvensional yang dimodifikasi. A. Pengupasan kulit batang, B.
Pembukaan kantong plastik berisi media, C. Cabang yang sudah dikupas kulitnya dimasukan ke dalam
kantong media Teknik pencangkokan yang efektif dan efisien telah selesai
Gambar 3.12 . Pohon induk untuk cangkokan (kiri) dan cabang yang dapat dijadikan bibit cangkokan (kanan)
Gambar 3.13.
Proses pencangkokan. A. Mengelupas kulit cabang, B. Membuang kambium cabang, C. Memberi
hormon auxin pada sayatan bagian atas, D. Memasang plastik untuk menampung media cangkok, E.
Membubuhkan tanah sebagai media tumbuh akar, F. Membungkus dan mengikat dengan tali
c. Teknik penyambungan
Penyambungan atau enten (grafting)
adalah penggabungan dua bagian
tanaman yang berlainan sedemikian rupa
sehingga merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman
setelah terjadi regenerasi jaringan pada
bekas luka sambungan atau tautannya.
Bagian bawah (yang mempunyai
perakaran) yang menerima sambungan
disebut batang bawah (rootstock atau
understock) atau sering disebut stock.
Bagian tanaman yang disambungkan atau
disebut batang atas (scion) dan
merupakan sepotong batang yang
mempunyai lebih dari satu mata tunas
(entres), baik itu berupa tunas pucuk atau
tunas samping. Penyambungan batang
bawah dan batang atas ini biasanya
dilakukan antara dua varietas tanaman
yang masih dalam spesies yang sama.
Misalnya penyambungan antar varietas
pada tanaman durian. Kadang-kadang
bisa juga dilakukan penyambungan
antara dua tanaman yang berlainan
spesiesnya tetapi masih dalam satu famili.
Tanaman mangga (Mangifera indica)
disambung denga tanaman kweni
(Mangifera odorata).
tanah, pupuk kandang : sekam padi
(1:1:1).
Gunakan polybag ukuran 15x20 cm
yang sanggup bertahan dari biji sampai 3
bulan siap tempel sampai dengan 3 bulan
setelah tempel, setelah periode tersebut
polybag harus diganti dengan ukuran
yang lebih besar 20x30 cm, atau
bawah
untuk
Gambar 3.15.
Proses pembibibitan tanaman dengan teknik sambungan, A. Pemotongan batang bawah, B.
Pembelahan batang bawah, C. Melancipkan 2 sisi pangkal batang atas, D. Batang atas siap
disambungka, E dan F, Pengikatan dengan tali plastik, G Sambungan telah diikat, H. Sambungan
diselubungi dengan kantong plastik, I. Sambungan telah jadi dan bertaut ditandai keluarnya
kuncup daun
E
F
I
J
K
Gambar 3.16.
Proses pembuatan bibit dengan cara okulasi. A. Okulasi dengan menggunakan bibit berdiameter 3-5
mm, berumur 3-4 bulan., B. Pembuatan sayatan di batang bawah, C. Pengambilan mata entres dari
batang atas, D. Mata entres terpisah dengan batang atas, E. Mata entres terlepas dengan kayunya,
F. Mata entres terlepas tanpa kayunya dan siap ditempel, G. Menempelkan mata entres ke sayatan
batang Bawah., H. Pengikatan dengan tali plastik, I. Arah ikatan dari bawah ke atas, J. Setelah 2-3
minggu okulasi sudah dapat dibuka, K Mata tunas tumbuh hasil okulasi
x
x
Gambar 3.17.
Proses Pembibitan duria dengan teknik sambung, A. Menyiapkan alat dan bahan, B. Menyediakan biji
durian untuk batang bawah C. Mencampur media semai, D. Mengisi polybag
untuk menyemai biji durian
K
L
E
Gambar 3.18.
Proses Pembibitan dengan teknik penyusuan, A. Pengupasan batang atas dan batang bawah, B.
Penyatuan batang atas dan batang bawah, C. Pengikatan batang atas dan batang bawah, D.
Pengikatan telah selesai dan perlu diberi satu ikatan lagi untuk menguatkan, E. Hasil teknik
penyusuan duduk
+
+
+
0
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
0
+
+
0
+
Cangkokan
+
0
0
0
0
+
+
+
+
Kapulasan
+
Mangga
+
+
Manggis
Melinjo
Nangka
Rambutan
+
Sirsak
Sukun
+
+
Keterangan : (+) baik (o) kurang baik (-) gagal
x
x
x
x
+
+
_
0
+
+
Undang-undang Nomor 12
Tahun
1992, tentang Sistem Budidaya
Tanaman.
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia
Nomor
44
tahun
1995,Tentang Perbenihan Tanaman.
Undang-undang Nomor
22 Tahun
1999, tentang Pemerintah
Daerah.
Tujuan registrasi pohon induk
buah- buahan adalah untuk
menjamin kebenaran bibit yang
dihasilkan dari pohon induk yang
bersangkutan
secara
hukum
(yuridis), sehingga konsumen tidak
x
x
x
x
x
x
data:
Sebagai
tindak
lanjut
dari
pemberian label bagi bibit unggul perlu
disertakan informasi atau data mengenai
daerah penanaman yang cocok untuk
bibit tertentu. Keterangan mengenai
varietas tertentu cocok ditanam di dataran
rendah atau dataran tinggi dan jenis tanah
apa yang paling cocok, perlu diketahui
oleh para petani dan konsumen yang
ingin menanam bibit unggul tersebut.
Pada dasarnya bibit unggul memerlukan
lingkungan tumbuh yang spesifik, agar
buah yang dihasilkannya benar-benar
unggul. Misalnya durian petruk yang asli
berasal dari Jepara, Jawa Tengah, kurang
memuaskan jika ditanam di daerah Bogor,
Jawa Barat. Hal ini disebabkan karena
daerah Jepara, Jawa Tengah memiliki
kondisi iklim yang berbeda dengan
daerah Bogor, Jawa Barat. Jepara, Jawa
Tengah mempunyai ketinggian sekitar 50
m di atas permukaan laut dengan iklim
yang kering (curah hujan rendah).
Sedangkan kondisi tanah dan iklim
daerah Bogor adalah lembab dan banyak
hujan, sehingga tidak menunjang sifat
unggul durian petruk. Bibit yang
seharusnya berbuah pada umur lima
tahun, baru berbuah pada umur tujuh
tahun setelah tanam. Informasi seperti ini
harus diketahui para penanam bibit
ditanam, ditinggalkan, kemudian
akan
berbuah sendiri dengan lebat.
Harapan seperti ini tentunya hanya
merupakan angan-angan
dan
pasti akan berakhir
dengan kekecewaan. Bila terjadi hal
demikian,
maka
yang
dikambinghitamkan
Gambar 3.20.
Gambar
Contoh Surat Keterangan Pendaftaran Pedagang
Benih (SKPPB)
3.7.
Perlakuan,
penyimpanan
benih.
dan
pengemasan,
penyaluran
mungkin
dengan
menggunakan
metode just in time. Benih yang disimpan
hanya benih yang diorder konsumen dan
akan
segera
dikirimkan atau
didistribusikan. Apabila metode distribusi
seperti yang
tersebut
di atas tidak
memungkinkan,
maka
sebaiknya
menggunakan metode first come first out.,
Ringkasan
Setelah mempelajari BAB 3. siswa telah mampu menguasai kompetensi-kompetensi
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Kesehatan dan
keselamatan kerja
x
x
x
Norma
kesehatan
Norma
keselamatan
Kerja nyata
x
x
Pemilihan
batang bawah.
Pengepakan
batang atas.
Pemelihartaa
n berencana
Pemeliharaa
n perbaikan
Pemeliharaa
n terbatas.
Teknik penyiapan
benih
x
x
Pembibitan
Teknik
pembenihan
76
Sertifikasi benih
x
x
x
Perlakuan pengemasan
Pengepakan
x
Sertifikasi
dan
pelabelan
benih.
Surat
keterangan
pendaftaran
pedagang
benih
Benih harus
dilindungi dari
gangguan biologis
dan lingkungan.
Perlakuan
pengemasan benih
dapat dilakukan
dengan pemberin
perlindungsn fisik dan
kimia.
SOAL:
1. Terangkan minimal 3 proses produksi benih secara vegetatif.
2. Bagaimana metode untuk mendaftarkan benih varietas baru.
3. Mengapa sebagai tanah pada perakaran bibit tanaman harus tetap
dipertahankan pada saat pengepakan dan pengiriman.
TUGAS:
1. Lakukan identifikasi benih di pasar pertanian, berapa persen benih yang
telah bersertifikat.
2. Lakukan kegiatan bermain peran dengan tema trik memilih benih vegetatif
yang siap tanam.
78
Gambar 4.1 .
Struktur bunga yang lengkap
Jika
diperhatikan gambar
mofologi sebuah bunga, maka bagian
pusat bunga terletak pada putik
(pistillum), yang biasanya berbentuk
botol dengan dasar membengkak
79
tumbuhan
dalam
memperoleh
makanan.
Pertumbuhan berhenti
pada bunga matang dan untuk
memulain
perkembangan
baru
diperlukan beberapa perangsang.
Rang-sangan ini menjadi tersedia
dengan adanya penyerbukan
dan
pembuahan. Butir-butir serbuk sari
mengandung auksin, pertumbuhan
tabung sari melalui tangkai kepala
putik mungkin menghasilkan lebih
banyak auksin dan pembuah itu
merangsang sel untuk membelah diri
dan menghasilkan auksin pada biji
muda.
Auksin yang dihasilkan
tersebut pada gilirannya
akan
merangsang pembelahan sel secara
terus menerus. Konsentrasi auksin
bertemabah beberapa kali setelah
terjadi penyerbukan dan pembuahan,
sehingga buah tumbuh dengan aktif
dan meningkat hingga maksimal.
Bunga dan buah yang amat muda
pada tanaman apel, jagung dan
beberapa jenis tanaman lain kurang
bersaing untuk memperoleh makanan,
dan akan melanjutkan pertumbuhan
jika bahan-bahan makanan tersedia
bebas
dan
mudah
diperoleh.
Sebaliknya buah pada tanaman yang
sama akan bersaing dengan ketat
dalam pengadaan makanan dari jarak
beberapa puluh sentimeter.
Maka
dianggap bahwa
kemampuan
bersaing
ini
didasarkan
atas
pembentukan auksin oleh biji-biji
yang sedang berkembang dan bagianbagian lain pada buah.
Bunga
kadang-kadang
mempunyai satu tangkai sumbu
seperti pada tulip.
Pada bunga
kelompok ini pembungaan disebut
dengan infloresensi. Macam-macam
infloresensi pada suatu species,
mikrospora sangat padat tetapi kemudian harus memisahkan diri menjadi berbentuk
bola
Semasa pertumbuhan anther nukleus setiap induk mikrospora membelah diri
kemudian nukleus anak akan membelah lagi. Peristiwa ini merupakan proses
meiosis. Setelah dinding sel terbentuk maka terjadi empat sel yang disebut dengan
mikrospora. Kumpulan mikrospora disebut tetrad. Mikrospora akan berkembang
menjadi butir serbuk sari.
Perubahan mikrospora menjadi butir serbuk sari disebabkan oleh pembelahan inti
mikrospora. Anak inti berpisah dan bersama dengan sitoplasma membentuk dua sel
yang berdekatan, atau terkadang dipisahkan oleh membran yang tipis. Salah satu sel
ini adalah sel tabung yang merupakan sel. Sedangkan sel lainnya yang berukuran
lebih besar disebut sel generatif. Pada beberapa species sel generatif terbelah
membentuk sel gamet jantan sebelum seruk sari ditumpahkan. Dengan demikian
ada dua macam serbuk sari dalam tumbuhan berbunga. Serbuk sari pertama hanya
berisi tabung dan nukleus generatif yang bersamaan dengan kesiapan serbuk sari
yang ditumpahkan. Serbuk sari yang kedua berisi nukleus tabung dan dua nukleus
jantan. Dinding mikrospora menjadi dinding serbuk sari dan berubah menjadi tebal
dengan permukaan luar ditutupi duri atau ciri khas lainnya.
Peristiwa yang terjadi di dalam bakal biji bersamaan dengan pembentukan
sperma. Langkah-langkah ini mengarah kepada pembentukan gamet betina atau sel
telur. Bakal biji adalah bentuk permulaan dari biji di daerah plasenta pada dinding
bakal buah. Perkembang-biakan ini terdiri dari suatu lapisan yang tebalnya sampai
beberapa sel dan dinamakan nucelus. Penebalan khusus ini menutupi satu sel induk
magaspora. Pada tumbuhan berbiji yang tumbuhan tingkat rendah yang mempunyai
dua jenis spora akan menyimpan sel induk megaspora di dalam megasporangium.
Proses ini hanya terdapat pada tumbuhan angiospermae. Pada tumbuhan biji
tertutup pada umumnya nucelus dianggap sebagai dinding megasporangium.
Sebagai akibat pertumbuhan nucelus dan basal akan segera diangkap pada
integumen, kemudian akan tumbuh dan mengelilingi mikrofil. Bakan biji dapat lurus
tetapi pada kebanyakan tumbuhan bunga bakal biji itu menjadi terbalik degan lubang
mikrofilnya mengarah ke bagian plasenta dan tangkainya melebur ke integumen. Sel
induk megaspora akan membelah dua dan membentuk emepat megaspora. Hanya
satu diantara empat megaspora dan biasanya megaspora yang paling jauh dari
mikrofil akan paling dekat dengan suplai makanan.
Kantung embrio adalah satu megaspora yag besar dan hidup secara terus
menerus. Selama perkembangan kantung embrio, inti megaspora terbagi menjadi
tiga proses mitosis sehingga menjadi delapan inti yang secara genetis identik.
Makanan dan minuman diserap melalui tangkai bakal biji dan kantungnya membesar
bersamaan dengan nucelus dan integumen. Empat diantara kedelapan inti tersebut
berada di ujung mikrofil kantung embrio. Sedangkan empat lainnya di ujung yang
berlawanan. Satu nukeus, inti kutub akan berpindah dari kelomppok megaspora ke
arah tengah kemudian dikelilingi membran tipis, sehingga selama proses ini akan
menyebabkan inti tertinggal. Ketiga sel di ujung mikrofil adalah sel telur. Sedangkan
dua sel yang berdekatan akan mengelilingi sel telur dan disebut sebagai sinergit.
a. Pembuahan
Pembuahan adalah bagian dari proses reproduksi secara seksual karena adanya
perpaduan antara sperma dan sel telur. Butir serbuk sari berkecambah pada kepala
putik atau stigma dan tabung serbuk sari tumbuh ke bawah melalui tangkai putik
(stylus) ke bagal biji.
Jika sel generatif belum terbagi untuk membentuk dua gamet jantan maka sel itu
akan membelah diri sesudah berpindah ke dalam tabung serbuk sari. Gamet-gamet
yang terdiri dari satu inti besar yang dikelilingi oleh selaput sitoplasma bergerak ke
arah tabung serbuk sari. Ujung tabung itu melewati nucelus dan masuk ke dalam
kantung embrio kemdian ujung tabung membelah (pecah) mengeluarkan sperma.
Nukleus tabung akan bergerak lebih dahulu dibandingkan dengan sperma kemudian
nukleus mengarahkan tabung serbuk sari selama perkembangannya dan secara terus
menerus mengikuti gamet. Inti tabung akan menurunkan suhu pada saat sebelum
perkecambahan butir sebruk sari maupun pada pertumbuhan awal tabung serbuk sari,
oleh sebab itu diduga bahwa inti tabung serbuk sari adalah struktur sisa yang tidak
berperan dalam pertumbuhan tabung serbuk sari.
Gambar 4.4.
(a). Struktur anatomi organ pembuahan tumbuhan. Struktur anatomi benang sari .
(b). Struktur anatomi bakal buah.
Gambar 4.5.
Proses perkembangan organ reprodukstif dan fertilisasi.
A. Fase haploid: Pembentukan sel telur, penyerbukan dan pembuahan.
B. Fase diploid: Perkecambahan dan perkembangan benih.
Gamet-gamet
jantan
pada
sebagian
besar
organisme
berkemampuan untuk bergerak aktif
dengan pertolongan struktur khusus
yang berbentuk seperti cemeti. Pada
gamet jantan angio-spermae, tidak
terdapat struktur khusus sehingga
tidak dapat bergerak dengan bebas.
Mekanisme gerakan adalah ke bagian
bawah dari tabung serbuk sari, tetapi
hal ini masih diragukan. Di dalam
kantung embrio satu dari kedua
Gambar 4.6.
Proses pembuahan di dalam kantung embrio.
Gambar 4.7.
Perkembangan embrio
Pada
tanaman
jelasi
perkecambahan serbuk sari kurang
dari satu jam, pada tanaman jagung,
perkecambahan serbuk sari sekitar 24
jam. Pada tanaman tomat dekitar 50
jam dan pada tanaman kubis lebih
kurang lima hari.
Pada tanaman tertentu tabung
serbuk sari berkecambah setelah
tujuh bulan. Pada waktu pembuahan
atau pada saat sesudahnya nukleus
menjadi tidak teratur tetapi setelah
pembuahan selesai sel sinergit dan
antipodal akan luluh. Sel telur yang
dibuah tumbuh menjadi embrio.
Tingkatan dalam perkembangan
embrio merupakan ciri khas bagi
banyak petumbuhan tanaman dikotil.
Zigot akan membelah diri beberapa
kali dan menghasilkan sekumpulan
sel, pro embrio yang menunjang jalan
masuk ke dalam kantung embrio. Sel
teratas dari semuanya dan paling jauh
dari mikrofil akan membelah diri
karena adanya pembentukann dinding
melintang dan membujur untuk
membentuk sekelompok delapan sel
menjadui dua baris yang terdiri dari
empa sel. Kelompok sel ini menyusun
sebahagian besar embrionya. Sel-sel
yang tersisa di bawahnya akan
membentuk suspensor.
Perkembangan suspensor akan
mendorong embrio yang tumbuh ke
bagian dalam endosperma yang
berfungsi sebgai penyedia makanan
yang berlimpah.
Embrio yang sudah matang terdiri
dari suatu poros yang menyangga dua
kotiledon dan atau daun biji. Pada
ujung poros di atas buku kotiledon
terdapat plumula.
Plumula yang
merupakan aspek pucuk embrionik
pada beberapa tanaman sepertikubis
Gambar 4.8.
Proses perkecambahan benih dari biji dikotil.
Perkecmbahan
(barley)
Gambar 4.8b.
pada tanaman
monokotil
c. Pergiliran Generasi
Pergiliran generasi merupakan
kejadian dalam dua fase, atau
generasi, dalam daur hidup organisme
yang berkembang biak secara
seksual. Salah satu dari generasi ini
menghasilkan spora dan disebut
dengan sporofit.
Yang lain
menghasilkan gamet dan disebut
generasi gametofit.
Kata generasi
dipakai dalam hal ini untuk
membedakan dari yang biasa dipakai,
yang mengacu kepada selang waktu
di antara kelahiran tetuanya dan
kelahiran keturunannya.
Pergiliran
generasi ini bersesuaian dengan
pergantian jumlah kromosom dalam
kedua fase daur hidup tumbuhan.
Bila
dua
gamet
berpadu
membentuk zigot maka stiap gamet
akan
memberikan
sum-bangan
Gambar 4.9.
Pergantian generasi tanaman
yang berbeda.
Hal ini
menguntungkan penyerbukan silang
(dikogam). Dikogami terhjadi melalui
dua cara.
Yang pertama adalah
anther akan matang sebelum stigma
pada kasus lain stigma lebih dulu
matang daripada anther.
Bunga
dengan pistil dan stamen yang
matang pada waktu yang berbeda
sangat umum dijumpai pada dunia
tumbuhan.
Pada beberapa bunga terdapat
hubungan antara tabung korola dan
ukuran panjangnya.
Nektar yang
terletak pada pangkal tabung korola
akan menempel pada anggota badan
kupu-kupu atau ngengat yang memiliki
bagian mulut berbentuk panjang
sehingga dapat mencapai nektar.
Sebagai contoh adalah Saponaria,
berbagai jenis tembakau, Datura
memiliki tabung korola sepanjang 8cm
sehingga sulit untuk diserbuk oleh
serangga.
Penyerbukan
sendiri
tidak
terhalangi oleh heterostyli karena
pada saat serangga mencabut
mulutnya dari korola bunga maka dia
akan memindahkan serbuk sari dari
anther ke stigma dari bunga yang
sama.
Penyerbukan sendiri lebih
mudah terjadi pada siklus pendek
akan tetapu proses penyerbukan
sendiri dalam pembentukan biji sangat
bervariasi.
c. Ketidak serasian
Pada banyak tumbuhan dengan
bunga sempurna pembuahan dan
pembentukan buah serta biji terjadi
setelah
penyerbukan
sendiri
(keserasian sendiri). Pada tumbuhan
lain kadang-kadang tidak terjadi
Produksi
Benih
Untuk
menghasilkan
benih
bermutu
(bersertifikat)
minimum
melibatkan dua aspek penting, yakni
prinsip genetik dan prinsip agronomik.
kebutuhan
unsur
hara
yang
dipersyaratkan.
Media tanah dan kompos yang
tealh sisiapkan harus dicampur
dengan merata agar kondisi media
tanam seragam baik secara fisik,
kimia dan biologis. Sara encampu
media tanam dapat dilakukan secara
manual dan mekanik. Pencampuran
secara manual dapat dilakuan dengan
bantuan alat sekop dan cangkul. Para
petani
pengangkar
biasanya
melakukan pencampuran sebagai
berikut: karung tanah dicampur satu
karung kompos lalu diaduk sampai
rata, kegiatan ini dilakukan berulangulang sampai volume media tanam
diperkirakan mencukup untuk mengisi
polybag.
Pencampuran media tanam dapat
dilakukan dengan mesin pengaduk
media atau mixer. Dengan alat ini
petani tinggal memasukkan tanah
setengah dari volume mixer dan
kompos setengah dari volume mixer.
Tutup kap penutup sampai rata.
Sambungkan kabel mixer ke arus
listrik dan media tanam akan
tecampur dengan sempurna dan ada
kemungkinan lebih homogen dari
pada pencampuran dengan cara
manual.
Media yang sudah siap untuk
digunakan diangkut dengan gerobak
(jika lokasi antar lokasi media dan
tempat
pembibitan
berdekatan).
Apabila penyiapan media berjauhan
dengan
tempat pembibitan, maka
disarankan untuk mengangkut media
dengan kendaraan roda empat. Hal
ini dilakukan untuk memudahkan
pekerja dalam mengisi polybag.
2) Penanaman
Penanaman dilakukan secara
beraturan
untuk
memudahkan
pemeliharaan
(pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit),
pembersihan tanaman (pengendalian
gulma), dan pelaksanaan roguing.
Jarak tanam yang digunakan dapat
disesuaikan dengan jenis atau
varietas
tanamannya,
tingkat
kesuburan lahan, serta ketersediaan
air dan sinar matahari. Jarak tanam
yang rapat dilakukan jika kesuburan
tanah mendukung dan kompetisi antar
tanaman tidak sampai pada taraf yang
merugikan. Jarak tanam rapat
dilakukan untuk memaksimalkan
sumber daya yang tersedia dalam
rangka mendapatkan hasil (produksi)
yang maksimal.
Keterangan :
B3) =Pemeliharaan
Benih yangtanaman
diperlukan per hektar (gram)
ditingkatkan dengan pemu-pukan
p = Jarak antar barisan (cm)
kalsium (Ca).
q =Pemeliharaan
Jarak rumpun tanaman
barisan (cm)
tanamandalam
dalam
rbudi = daya
Daya kecambah
(%)
meliputi benih
pemupukan,
b)
Penyiangan
spenyiangan
= Bobot 1.000
butir
benih
(gram)
(pengendalian gulma),
tpengendalian
= Jumlahhama
tanaman
per rumpun
dan
penyakit,
Penyiangan dilakukan untuk
serta pengairan dan pengelolaan air.
membebaskan lahan dari gulma dan
Teknik
pemeliharaan
tanaman
tanaman lainnya. Gulma dan tanaman
hendaknya disesuaikan dengan fase
lain
dapat
berfungsi
sebagai
pertumbuhan tanaman sehingga
kompetitor dalam mendapatkan air,
tindakan yang diberikan tepat dan
hara, dan energi matahari. Selain itu,
efisien.
gulma atau tanaman lain juga dapat
menjadi inang bagi hama dan penyakit
a) Pemupukan
tertentu
atau
memungkinkan
terjadinya
penyer-bukan
silang
Pemupukan dilakukan untuk
dengan tanaman benih. Pengendalian
memperbaiki ketersediaan hara dalam
gulma dapat dilakukan secara manual
tanah. Pada awal pertumbuhan
(dengan cara mencabut), mekanis
vegetatif, kebutuhan tanaman akan
(menggunakan alat), dan kimiawi
hara (terutama nitrogen) sangat besar.
(bahan kimia). Penggunaan bahan
Adapun pupuk fosfor (P) dan kalium
kimia untuk mengendalikan gulma
(K) dibutuhkan tanaman pada fase
hendaknya selektif agar tidak
reproduktif,
terutama
masa
membahayakan
tanaman
yang
pembungaan dan pengisian benih
diusahakan dan sumber plasma
(grain filling). Dosis pupuk hendaknya
nuftah lainnya, serta tidak mencemari
disesuaikan
dengan
ting-kat
lingkungan (terutama air). Pada saat
kesuburan tanah. Selain untuk
penyiangan, biasanya juga dilakukan
pertumbuhan tanaman, pupuk pun
pembumbunan (pendangiran) untuk
berpengaruh terhadap produksi dan
memperbaiki aerasi di daerah sekitar
mutu benih. Protein benih padi dapat
perakaran tanaman.
ditingkatkan dengan pemupukan N
dan bobot benih padi dapat
e) Roguing
Roguing bertujuan untuk menjaga
kemurnian
benih.
Cara
pelaksanaannya dengan mencabut
tanaman yang tidak dikehendaki,
seperti tanaman yang berpotensi
untuk terjadinya penyerbukan silang
dengan varietas tanaman yang
diusahakan atau tanaman yang
berpotensi
menghasilkan
benih
campuran varietas lain. Roguing
biasanya dilakukan sebelum lahan
diperiksa oleh tim sertifikasi dari
BPSB.
Pelaksanaan
roguing
mengikuti waktu dan frekuensi
pemeriksaan lapangan oleh petugas
pengawas sertifikasi benih, yaitu saat
tanaman umur 4 minggu setelah
tanam, pada fase berbunga, dan
menjelang
panen.
Jika
memungkinkan,
roguing
dapat
dilakukan setiap saat tidak hanya
pada saat menjelang pemeriksaan
oleh BPSB. Roguing dilaksanakan
dengan
mencocokkan
deskripsi
tanaman di lahan dengan deskripsi
varietas tanaman yang diusahakan.
Tanaman yang tidak sesuai dengan
deskripsi tanaman yang diusahakan
harus dicabut dan dimusnahkan.
Roguing
dilakukan
dengan
berjalan secara sistemik sehingga
setiap tanaman dapat terlihat dan
diamati.
Roguing
hendaknya
dilakukan sepagi mungkin dan arah
berjalan sebaiknya tidak menghadap
matahari,
karena
silau
akan
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Gambar 4.9 .
Beberapa alternatif jalur perjalanan untuk melakukan kegiatan roguing.
f)
Pengolahan Benih
3) Perlakuan
pengemasan
benih
dan
Penyimpanan Benih
Tujuan
penyimpanan
benih
adalah mempertahankan daya hidup
(daya simpan) benih selama mungkin.
Dalam penyimpangan, faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap daya
simpan benih dioptimalkan agar
prosers kemun-duran dapat ditekan
seminimum mungkin.
1) Faktor yang mempengaruhi daya
simpan benih
Faktor yang mempengaruhi daya
simpan benih, secara umum
kelembapan,
temperatur,
dan
komposisi gas di ruang simpan.
Kelembaban ruang simpan akan
berpengaruh terhadap kadar air benih
dan
meningkatkan
aktivitas
mikroorganisme. Karena bersifat
higroskopis, benih mudah menyerap
atau melepaskan uap air tergantung
kelembapan ruangan. Melindungi
benih dari pengaruh kelembapan
dengan cara menggunakan kemasan
yang
resisten
atau
kedap,
menggunakan
bahan
penyerap
kelembapan
(desikan),
dan
mengendalikan ruangan supaya tetap
kering dengan alat dehumidifier
(penurun
kelembapan).
Suhu
berpengaruh terhadap laju respirasi
benih dan tingkat kadar air
kesetimbangan benih. Semakin tinggi
termperatur, semakin tinggi laju
respirasi dan semakin tinggi kadar air
kesetimbangan
sehingga
mempercepat kemunduran benih.
Rumusan tentang pengaruh
temperatur dan kadar air benih
terhadap daya simpan benih yaitu
sebagai berikut : (1). Jumlah angka
kelembapan dalam % dan temperatur
dalam OF tidak boleh melampaui
angka 100 untuk penyimpanan benih
selama
3-10
tahun.
Untuk
penyimpanan benih <3 tahun, angka
tersebut boleh sampai 120 dengan
catatan tingkat kelembapan udara
tidak melebihi 60Of. (2). Daya hidup
benih menjadi setengahnya jika
temperatur dinaikkan 5Oc. Hal ini
berlaku bila tempat penyimpanan
dengan kelembapan 20-70% dan
temperatur 0-50OC. (3). Daya hidup
benih menjadi setengahnya jika kadar
air benih ditingkatkan 1% untuk
kisaran benih berkadar air 5-14%.
di
ruang
sampai
beberapa
tahun.
Penyimpanan kering dapat juga
dilakukan dengan penggunaan bahan
pengemas yang rapat, seperti kantong
plastik, botol atau kaleng yang tertutup
rapat.
Kombinasi penyimpanan kering
dan dingin, kelembapan maupun
temperatur ruang simpan di kontrol
dengan alat atau dengan cara
pengemasan seperti pada kedua
penyimpanan di atas. Ruang simpan
diberi AC, dehumidifier, dan benih
dikemas dengan kemasan yang
kedap. Sistem penyimpanan kering
dan dingin merupakan sistem
penyimpanan terbaik yang mampu
memperta-hankan daya simpan benih
hingga 10 tahun.
Pada
penyimpanan
beku,
temperatur dibuat sangat rendah
antara -20oC hingga 5oC, kelembapan
ruang <30%, dan digunakan kemasan
benih
yang
rapat
(kedap).
Penyimpanan
ini
mampu
mempertahankan benih bertahuntahun, bahkan sampai 100 tahun.
Sistem penyimpanan ini biasanya
digunakan untuk penyimpanan koleksi
benih penting yang dijadikan sebagai
bahan pemuliaan tanaman (plasma
nutfah).
4.5 Mutu Benih
Program
perbenihan
menitikberatkan pada penggunaan
benih yang tepat muitu yang
ditunjukkan pada labelnya. Agar tidak
tertipu oleh label benih, para
pengguna benih (terutama petani)
hendaknya memahami tentang mutu
benih dan komponen-komponennya
benih
bermutu
akan meningkatkan
efisiensi karena
yang akan tumbuh
Petani
Gambar 4.11.
Alur perbanyakan benih sistem polygeneration flow
Gambar 4.12.
Alur perbanyakan benih sistem monogeneration flow transisi
1) Faktor genetik
Genetik merupakan faktor
bawaan yang berkaitan dengan
komposisi genetika benih. Setiap jenis
atau varietas memiliki identitas genetik
yang berbeda. Sebagai contoh, mutu
daya simpan benih kedelai lebih
rendah dibanginkan dengan mutu
daya simpan benih jagung, kekuatan
daya tumbuh (vigor) dan produksi
benih jagung hibrida lebih tinggi dari
benih jagung biasa (komposit).
Demikian pula padi var. Peta memiliki
mutu daya simpan yang lebih baik dari
benih padi var. Chainan. Semua
perbedaan
tersebut
diakibatkan
perbedaan gen yang ada di dalam
benih.
2) Faktor lingkungan
Faktor
lingkuingan
yang
berpengaruh terhadap mutu benih
berkaitan dengan kondisi dan
perlakuan
selama
prapanen,
pancapanen, maupun saat pemasaran
benih. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a) Lokasi produksi dan waktu tanam
Lokasi produksi benih dipilih
lahan yang subur, tidak merupakan
sumber investasi hama dan penyakit,
serta sumber kontaminan terhadap
varietas
tanaman
yang
akan
diproduksi. Dalam memilih lokasi
produksi, senantiasa memperhatikan
sejarah lahan dan kondisi pertanaman
sekitar lahan.
Jika lahan produksi harus
ditanami jenis komoditas yang sama
dengan pertanaman sebelumnya
maka
varietas
yang
ditanam
hendaknya. Hal ini untuk menghindari
adanya tanaman voluntir hasil
penyerbukan silang antara tanaman
sebelumnya (yang berbeda varietas)
dengan pertanaman yang ada.
Adanya tanaman voluntir dapat
mengakibatkan mutu (genetis) benih
menjadi rendah. Jika penanaman
yang berbeda varietas tidak bisa
dihindari,
lahan
masing-masing
varietas harus diisolasi.
Isolasi yang dilakukan meliputi
isolasi jarak maupun isolasi waktu.
Jarak antarblok pertanaman produksi
benih diatur agar tidak terjadi
penyerbukan silang, begitu juga waktu
tanamnya.
Berkaitan dengan waktu tanam,
hal terpenting adalah memperkirakan
bahwa saat panen benih tidak
dilakukan pada musim hujan.
Sebaliknya, selama fase pertumbuhan
(fase
vegetatif)
curah
hujan
hendaknya
cukup
memadai.
Kesalahan dalam menentukan waktu
tanam bisa mengakibatkan proses
pembentukan dan perkembangan
benih kurang sempurna (terutama
fase pengisian biji/grain filling)
sehingga kuantitas maupun kualitas
benih menjadi rendah.
b) Teknik budidaya
Semua tindakan dalam teknik
budi daya produksi benih akan
berpengaruh langsung terhadap mutu
benih. Dari mulai tingkat kesuburan
lahan dan teknik pemupukan, jarak
tanam, status serangan hama dan
penyakit serta pengendaliannya,
kondisi gulma, pengelolaan air,
sampai perlindungan tanaman dari
penyerbukan
silang.
Untuk
mendapatkan benih bermutu tinggi,
teknik budi daya produksi benih perlu
berpedoman pada kaidah-kaidah
sertifikasi benih.
c) Waktu dan cara panen
Dalam pembentukannya, benih
mengalami beberapa stadia, yaitu
stadia pembentukan, stadia matang
morfologis, stadia perkembangan
benih, dan stadia masak fisiologis.
Pada stadia masak fisiologis, bobot
kering benih mencapai maksimum dan
benih telah lepas dari tanaman
induknya. Pada saat itu kadar air
benih cukup tinggi sehingga tidak
cukup aman terhadap kerusakan
mekanik pada saat panen maupun
pascapanen. Oleh krenanya, saat
panen yang sering dilakukan yaitu
beberapa hari
setelah
masak
fisiologis, sampai kadar air benih
cukup aman untuk panen dan
penanganan pasca panen. Bahkan
utnuk beberapa kasus, jika kondisi
lingkungan memungkinkan (tidak ada
hujan, gangguan hama dan penyakit
serta benih rontok), benih tidak
dipanen. Tindakan ini merupakan
tindakan
pengeringan
dan
penyimpanan benih di lapangan.
Agar benih tidak rusak pada saat
panen, hendaknya digunakan alat
panen yang tidak menimbulkan
kerusakan mekanik (fisik) benih.
Panen
secara
manual
atau
menggunakan alat panen sederhana
merupakan cara panen terbaik karena
tidak menimbulkan kerusakan fisik
yang berarti, meski cara ini kurang
efisien.
Struktur benih
x
x
x
Tabel 4.1 Indeks kerusakan dan kemunduran benih berkaitan dengan komposisi
kimia dan struktur benih
Komposisi Kimia Benih
Benih
Benih Berlemak Benih Berprotein Benih Berpadu
(DSI = 6)
(DSI = 3)
(DSI = 2)
1. Padi (structure protected
4
seed, DSI = 2)
2. Kacang
tanah
belum
18
dikupas (loose filled seed,
DSI=3)
3. Kacang
tanah
kupas
30
(naked seed, DSI=5)
4. Jagung (naked fruit, DSI=4)
8
5. Kedelai (naked seed,
30
DSI=5)
Sumber: Potts, 1972
untuk perkembangbiakan hama dan
i) Dormansi benih
penyakit. Kadar air yang tinggi
menyebabkan laju respirasi benih
Dormansi benih
merupakan
menjadi tinggi sehingga sejumlah
kondisi benih yang tidak mampu
energi di dalam benih hilang.
berkecambah
meski
kondisi
Respirasi tersebut juga menghasilkan
lingkungannya
optimum
untuk
produk yang tidak diperlukan, seperti
perkecambahan. Berbeda dengan
gas karbondioksida, air, dan panas.
dormansi
adalah
guiescence.
Dalam keadaan seperti ini benih
Guiescence adalah kondisi benih yang
mengalami kemunduran. Produk
tidak berkecambah karena tidak
respirasi
tersebut
selanjutnya
tersedia lingkungan yang optimum
merupakan
stimulan
untuk
untuk perkecambahan.
peningkatan laju respirasi berikutnya.
Dormansi
benih
dibedakan
Dengan demikian, lajur respirasi
menjadi dua, yaitu dormansi primer
dan dormansi sekunder. Dormansi
semakin meningkat dan akibatnya
primer adalah sifat dormansi yang
lajur kemunduran benih semakin
timbul karena sifat fisik dan fisiologis
meningkat pula. Selain stimulan
benih. Dormansi primer dibedakan
terhadap laju kemunduran benih,
menjadi exogenous dormancy dan
produk respirasi tersebut juga
endogenous dormancy. Exogenous
merupakan kondisi optimum untuk
dormancy umumnya terjadi karena
perkembang-biakan
cendawan.
sifat kulit benih. Klulit benih menjadi
Cendawan akan aktif dan berkembang
penghalang masuknya air dan atau
biak secara cepat pada tingkat kadar
gas kedalam benih dalam proses
air benih 13-18%. Adapun hubungan
perkecambahan sehingga proses
kadar air dengan kondisi fisik dan
perkecambahan tidak terjadi. Selain
fisiologis benih dapat dilihat pada
itu kulit benih juga menjadi
tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hubungan kadar air dengan kondisi fisik dan fisiologi benih
Kadar Air (%)
Kondisi Fisik dan Fisiologi Benih
30-80
18-40
13-18
10-13
Benih aman untuk disimpan selama 6-18 bulan. Benih masih peka
terhadap beberapa serangga hama dan kerusakan mekanik.
8-10
Benih aman untuk disimpan selama 1-3 tahun. Benih cukup tahan
terhadap serangan patogen, tetapi masih peka terhadap beberapa
hama dan kerusakan mekanik.
4-8
Benih aman untuk disimpan dalam wadah tertutup dan kedap
udara.
0-4
Benih terlalu kering sehingga kondisi benih dalam keadaan rusak.
33-66
Benih akan berkecambah setelah mengimbibisi air sampai kadar
air benih 33-66%
patogen secara terpisah terbawa biji,
4.6 Pengujian Kesehatan Benih
dalam hal ini patogen bisa berada
dalam sisa tanaman, butiran tanah
Berbagai jenis cendawan, bakteri,
atau dalam bentuk struktur tertentu.
Sebagai upaya untuk mencegah
nematoda dan virus dapat terbawa
atau mengurangi risiko akibat
benih tanaman. Dari hasil-hasil
gangguan penyakit atau patogen
penelitian yang telah dilakukan
terbawa benih, maka perlu dilakukan
diketahui
kelompok
cendawan
pemeriksaan
atau
pengujian
merupakan mikro-organisme yang
kesehatan benih sebelum benih
paling dominan berasosiasi dengan
disimpan ataupun sebelum ditanam.
benih. Sebagian patogen terbawa
Metode pengujian kesehatan benih
benih dapat menimbulkan gangguan
yang digunakan sangat tergantung
tidak saja di pertanaman, tetapi juga di
pada jenis benih dan jenis patogen
tempat penyimpanan. Cendawan
yang mungkin terbawa benih.
merupakan mikroorganisme utama
Penentuan
metode
tersebut
yang sering menimbulkan gangguan
dimaksudkan
agar
deteksi
dan
di tempat penyimpanan. Kebanyakan
identifikasi
patogen
terbawa
benih
patogen terbawa benih menjadi aktif
dapat dilakukan dengan mudah dan
segera setelah benih disebar atau
akurat. Hal tersebut berarti untuk
disemai, tetapi sebagian patogen baru
pengujian suatu contoh benih dapat
menunjukkan
aktivitasnya
yang
digunakan lebih dari satu metode
ditunjukkan gejala tertentu setelah
pengujian kesehatan benih. Berbagai
tanaman dewasa dan berproduksi.
macam cara pengujian kesehatan
Patogen (lebih tepat disebut inokulum
benih
untuk
mendeteksi
patogen) dapat terbawa benih
mikroorganisme atau patogen terbawa
tanaman dalam 3 cara.
Pertaman
benih dapat dikelompokan menjadi :
patogen terbawa secara internal dan
berada di dalam jaringan struktur
a. Pengamatan Secara Visual
perbanyakan tanaman seperti biji,
terhadap Benih Kering
dalam hal ini patogen bias berada di
embrio, endosperm atau kulit biji.
Pengujian kesehatan benih
Kedua, patogen menempel pada
dengan metode pengamatan benih
permukaan benih.
Dan ketiga,
tanaman.
Beberapa patogen tidak
mudah dideteksi dengan metode lain
karena serangan patogen tersebut
yang bersifat laten. Sehingga
diperlukan fase tertentu pertumbuhan
tanaman
agar
gejala
dan
perkembangan
patogen
dapat
dideteksi.
Metode ini sangat
bermanfaat untuk pengujian contoh
benih yang jumlahnya terbatas seperti
benih hasil pemuliaan pada tahap
tertentu dan juga bermanfaat untuk
tujuan karantina. Pengujian gejala
bibit/kecambah dapat digunakan untuk
evaluasi efektivitas perlakuan benih,
baik dengan kimia maupun secara
fisik.
Prosedur
pengujian dengan
metode media agar cair adalah
sebagai berkiut: Dengan media agar
air (water agar) dilakukan dengan cara
sebagai berikut. Tuangkan 10 ml agar
air ke dalam tabung reaksi ukuran
160x16 mm kemudia tutup dengan
kapas dan selanjutnya disterilisasi
pada temperatur 121o C selama 15
menit. Sebutir benih ditanam pada
media agar air steril. Sebelum dan
sesudah penanaman, tabung tetap
tertutup dengan kapas. Penanaman
dikerjakan secara aseptik.
Tabung
reaksi yang berisi media agar air dan
benih kemudian diletakkan pada rak
tabung reaksi dan diinkubasikan
sampai 14 hari pada temperatur ruang
dengan penyinaran lampu ultra violet.
Setelah masa inkubasi diamati gejala
yang timbul, koloni cendawan dan
struktur cendawan. Pengamatan
sebenarnya bisa dilakukan selama
masa inkubasi.
f.
Uji Serologi
Uji
ELISA (Enzyme-Linked
Immuno-sorbent Assays)
adalah
pengujian
serologi
terutama
digunakan untuk mendeteksi bakteri
dan virus terbawa benih. Prinsip
pengujian tersebut adalah reaksi in
vitro antara antigen dan antibodi.
Dalam pengujian cara ini sangat
tergantung kepada ketersediaan
sejumlah antibodi yang spesifik untuk
patogen sasaran. Uji ELISA sebagai
salah satu metode serologi untuk
mendeteksi virus sering digunakan
karena metode tersebut sederhana,
mudah dilakukan, cepat, sensitif,
akurat, dan dapat digunakan untuk
menguji sampel dalam jumlah besar.
Metode tersebut berdasarkan pada
konjugasi antara virus antibodi dan
enzim,
dengan
menambahkan
substrat pewarna maka adanya
konjugasi tersebut dapat diperlihatkan.
Dalam uji ELISA ada beberapa
cara yang digunakan yaitu indirect
ELISA, double antibody sandwich
ELISA (DAS ELISA), DAS ELISA
protocol, F (ab) 2 indirect ELISA dan
F (ab)2 ELISA protocol, tetapi yang
banyak digunakan adalah metode
indirect ELISA dan double antibody
sandwich ELISA (DAS ELISA). Dalam
indirect ELISA uji didasarkan pada
adanya ikatan enzim dengan molekul
antibody yang dapat dideteksi oleh
antiviral immunoglobulin. Sedangkan
pada DAS ELISA, virus diikat oleh
antibody spesifik yang kemudian
bereaksi lagi dengan antibody spesifik
yang telah diikat oleh enzim.
Dari segi praktikal indirect ELISA
lebih sederhana dan lebih cepat
karena dalam indirect ELISA tidak
Antigen buffer:
i. PBS + 0,01 M NaDIECA.
PBS Tween (untuk mencuci)
x 1 liter PBS Tween
x 0,2 g KCl.
x 0,5 ml Tween 20
Serum buffer :
x 1 liter PBS Tween
x 20 g Polyvinylpyrrolidone (2 %)
(MW = 25.000)
x 2 g Ovalbumin (0,2 %)
Substrate Buffer : DIEAB :
Diethanolamine Buffer.
x 100 ml diethanolamine
(C4H11NO2).
x 200 ml deinonized H2O
x 24 ml 5 N Hcl
x buat suspensi dalam deionized
H2O sampai mencapai volume
1000 ml.
g. Uji Tanaman Indikator
Pengujian dengan tanaman
indikator digunakan terutama untuk
mendeteksi virus dan bakteri terbawa
benih. Prinsip pengujiannya adalah
reaksi dari tanaman indikator terhadap
ekstrak/sap
dari
biji
yang
diinokulasikan pada tanaman indikator
tersebut. Reaksi yang terjadi adalah
berupa gejala lokal pada daun
tanaman indikator.
Uji
dengan
Teknologi
Biomolekuler
Teknik biomolekuler sudah mulai
digunakan dalam pengujian kesehatan
benih. Teknik biomolekuler yang
diaplikasikan
dalam
pengujian
x
Permohonan pengawasan
pemasangan label sertifikat
sesuai
benih.
j.
yang
diajukan
penangkar
Benih
bersertifikat
telah
mendekati atau habis masa edarnya
dan akan diedarkan kembali harus
dilakukan pengujian dan pelabelan
ulang. Produsen benih bersertifikat
wajib
mengajukan
pengambilan
contoh benih, mengujikannya dan
kemudian me-masang label ulangan
pada kemasan benihnya. Prosedur
dan pe-laksanaan dari pelabelan
ulang sama seperti pada prosedur
pengambilan contoh dan pengawasan
pemasangan
label
sebelumnya.
Pengajuan pelabelan ulang dilakukan
satu bulan sebelum masa edar benih
bersertifikat berakhir. Pada kemasan
benih, dicantumkan data analisis mutu
benih terbaru dan dicantumkan pula
kode LU yang berarti Label Ulang.
Dormansi
sekunder
adalah
dormansi yang disebabkan oleh tidak
tersedianya salah satu faktor yang
berpengaruh bagi perkecambahan
tertentu. Meski sifat dormansi sangat
berkaitan dengan sifat genetik, tetapi
dormansi benih (terutama dormansi
sekunder) dapat pula disebabkan oleh
faktor lingkungan dan atau faktor
pengelolaan dalam proses produksi,
pengolahan, dan penyimpanan benih.
Kondisi iklim yang kering dan panas
sangat kondusif untuk menghasilkan
benih yang berkulit keras (hardseed).
Hubungan antara dormansi benih
dan mutu benih terkair dengan mutu
daya simpan benih. Benih dorman
akibat kekerasan kulit benih secara
umum diyakini memiliki daya simpan
yang lebih panjang dibandingkan
Pengujian dengan
tanaman
indikator digunakan terutama untuk
mendeteksi virus dan bakteri terbawa
benih. Prinsip pengujiannya adalah
reaksi dari tanaman indikator terhadap
ekstrak/sap
dari
biji
yang
diinokulasikan pada tanaman indikator
tersebut. Reaksi yang terjadi adalah
berupa gejala lokal pada daun
tanaman indikator.
7) Uji
dengan
Biomolekuler
Teknologi
a. Permohonan sertifikasi
Untuk
menghasilkan
benih
bersertifikat, dimulai dari pengajuan
permohonan sertifikasi kepada BPSB
setempat yang dilakukan paling
lambat satu bulan sebelum tebar
(tanam) dengan mengisi formulir.
Formulir isian mencakup tentang
nama
dan
alamat
pemohon
(penangkar), letak areal, asal benih
sumber, rencana penanaman, sejarah
lapangan, dan isolasi (jarak/waktu)
yang dilakukan. Setelah diisi, formulir
diserahkan dengan dilampirkan label
benih (kelas dan benih sumber) yang
akan digunakan dan denah situasi
lapangan.
Direktorat Jenderal
Perbenihan
BPSB
BPSB
Litbang
Pemerintah dan
Swasta
Dinas Pertanian
Tingkat I
BUMN
Swasta
Pelepasan
Varietas
Varietas Baru
Baru
(Breeder
(Breeder Seed)
Seed)
Diperta
Tk.II
BBI
Benih Dasar
(Fondation Seed)
BBU
BUMN
Swasta
Benih Pokok
(Stock Seed)
BUMN
Swasta
BBP
Benih Sebar
(Extention Seed)
Pemasaran
PETANI
BUMN
Swasta
Keterangan:
: Komando
: Pengawasan
Pemasaran
: Pembinaan dan
Koordinasi
: Alur benih
: Sertifikasi
Gambar 4.13.
Skema alur pelepasan benih, produksi dan pengawasan mutu benih di
Indonesia. (Ditjentan Pangan dan Horti, 1999)
Ringkasan
Setelah mempelajari BAB 4. siswa telah mampu menguasai kompetensikompetensi berikut:
1. Potensi benih tanaman
2. Dasar-dasar produksi benih
3. Menyiapkann lahan pembenihan
4. Merawat benih tanaman
5. Mengelola alat dan mesin pembenihan
6. Membiakkan tanaman dengan biji
Proses pembentukan biji pada
tumbuhan
Pembuahan adalah penyatuan sel
betina dan sel jantan. Hasil
penyatuan disebut zigot. Zigor berisi
kromosom dari individi jantan dan
betina.
x
x
x
Polinasi
Penyerbukan oleh
serangga.
x
Adaptasi bunga
x
Ketidakserasian
x Penyerbukan
dengan angina
Musim penyerbukan
x
Mutu benih
Kriteria benih bermutu
Kelas benih
Faktor yang mempengaruhi mutu benih.
SOAL:
1. Jelaskan proses pembentukan biji pada tumbuhan dengan bantuan angina
dan serangga
2. Bagaiman proses sertifikasi benih di Indonesia
TUGAS:
1. Lakukan kegiatan bermain peran dengan tema mendaftarkan benih vegetatif
dan benih generatif.
2. Lakukan observasi minimal pada 2 (dua) orang penangkar benih dan
lakukan wawancara terhadap teknik produksi yang biasa dilakukan.
144
Media Tumbuh
Tanah adalah tempat tumbuh
tumbuhan di atas permukaan bumi. Di
dalam tanah terdapat air, udara dan
berbagai hara tumbuhan untuk proses
pertumbuhan
dan
perkembangan
tanaman. Air yang beada dalam tanah
sangat pentig untuk proses
kimia,
biologi dan fisika tanah. Sebagain air
tanah terdapat dalam bentuk lapisan
tipis yang dinamakan air kapiler. Air
kapiler membentuk larutan tanah yang
berfungsi seba-gai sumber unsur hata
tumbuhan.
Udara dalam tanah beasal dari
udara atmosfir yang mengandung
sekitar 21% Okigen, 78% nitrogen, dan
1% CO2 beserta gas lainnya. Semua
gas tersebar dalam poripori tanah atau
terlarut dalam tanah.
Akar dan
organisme tanah memerlukan oksigen
untuk proses pernafasan (respirasi).
Oksigen dalam tanah digunakan oleh
se-mua mahluk hidup dalam tanah, baik
organisme maupun mikroor-ganisme,
sehingga konsentrasi oksigen dalam
tanah akan lebih rendah dibandingakan
dengan oksigen di atas permukaan
tanah (atmosfir).
Di dalam tanah terdapat nitrogen,
fosfor, belerang, kalium, kalsium dan
magnesium dalam jumlah yang relatif
banyak (unsur hara makro) dan terdapat
sedikit besi, mangan, boron, seng dan
tembaga (unsur hara mikro). Beberapa
tumbuhan membutuhkan beberapa
unsur lain seperti natrium, molibdenum,
klor, flour, iod, silikon, strontium. Barium
dan kobalt.
Hara esensial (penting) sebagian
besar terdapat dalam tanah. Nitogen
merupakan unsur hra yang sangt
penting bagi tumbuhan.
Nitrogen
merupakan
ba-han
baku
untuk
penyusunan protein dan asam amino
berpartikel
halus).
Konsep
ini
dikembangkan oleh para Geologis pada
akhir abad XIX. Hal-hal yang dipelajari
tumbuhan.
Nitoden diserap oleh
tumbuhan dalam bentuk nitrat dan
amonium. Fosfor dibentuk pada tanah
mineral dan berbagai senyawa organik.
Fosfor diserap oleh tanaman dalam
bentuk ion fospat. Belerang ditemukan
dalam tanah mineral. Belerang diserap
oleh tumbuhan dalam bentuk sulfat.
Kalium, kalsium dan magnesium
merupakan logam. Pada saat ketiga
logam tersebut di atas bereksi dengan
air maka akan dibebaskan ion-ion
kalium, kalsium dan magnesium.
a.Perkembangan dan Pengertian
Tanah
Pemahaman fungsi tanah sebagai
media tumbuh dimulai sejak peradaban
manusia mulai beralih dari manusia
pengumpul pangan yang tidak menetap
menjadi manusia pemukim yang mulai
melakukan pemindah tanaman pangan
/nonpangan ke areal dekat mereka
tinggal. Pada tahap berikutnya, mulai
berkembang pemahaman fungsi tanah
sebagai penyedia nutrisi bagi tanaman
tersebut, sehingga produksi yang
dicapai tanaman tergantung pada
kemampuan tanah dalam penyediaan
nutrisi ini (kesuburan tanah). Dengan
berkembangnya areal perkotaan, terjadi
benturan kepentingan antara kebutuhan
lahan untuk sarana transportasi dan
pendirian bangunan dengan kebutuhan
lahan pertanian, yang seringkali
menyebabkan
tergusurnya
lahan
pertanian yang produktif semata-mata
karena alasan finansial.
Pada mulanya, tanah dipandang
sebagai lapisan permukaan bumi
(natural body) yang berasal dari
bebatuan (natural material) yang telah
mengalami serangkaian pelapukan oleh
gaya-gaya alam
(natural force),
sehingga membentuk regolit (lapisan
adalah (1). Perbedaan-perbedaan
berbagai jenis tanah dan dijumpainya
suatu jenis tanah yang sama jika
145
146
pemanfaatannya
pertanian produktif.
menjadi
lahan
Gambar 5.1.
Sketsa proporsi komponen-komponen
tanah mineral
secara.
linear
apabila
152
2 gr
dp
9n
di mana :
V
= kecepatan jatuhnya partikel
(cm detik-1)
g
= percepatan karena gravitasi (cm
detik-1)
dp = kerapatan partikel (g cm-3)
d
= kerapatan larutan (g cm-3)
r
= radius partikel (cm)
n
= viskositas absolut larutan (dyne
detik cm-3).
Melalui metode hidrometer tersebut
(1).
fraksi pasir merupakan partikelpartikel yang turun ke dasar suspensi
selama kurang dari 40 detik. (2). fraksi
debu turun antara 40 detik hingga
hampir dua jam, sedangkan. (3).
sisanya yang masih tersuspensi
merupakan fraksi liat.
Proporsi hasil penetapan masingmasing fraksi tanah ini kemudian
dicocokkan dengan proporsi pada
segitiga tekstur (Gambar 3.1), misalnya
contoh tanah o berkadar pasir 25%,
debu 25% dan liat 50%, maka berarti
tanah bertekstur liat.
Peran tekstur tanah sebagaimana
diuraikan di atas akan memengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman,
hasil penelitian pengaruh tekstur tanah
terhadap produksi jagung dan kentang
tertera pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 ini
menunjukkan bahwa jagung ideal
tumbuh pada tanah bertekstur lempung,
sedangkan kentang ideal pada tanah
Struktur
Apabila tekstur mencerminkan
ukuran partikel dari fraksi-fraksi tanah,
maka struktur merupakan kenampakan
bentuk atau susunan partikel-partikel
primer tanah (pasir, debu dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder
(gabungan partikel-partikel primer yang
disebut
ped
(gumpalan)
yang
membentuk agregat (bongkah). Tanah
yang
partikel-partikelnya
belum
bergabung, terutama yang bertekstur
pasir, disebut tanpa struktur atau
berstruktur lepas, sedangkan tanah
bertekstur liat, yang terlihat massif (padu
tanpa ruang pori, yang lembek jika
basah dan keras jika kering) atau
apabila dilumat dengan air membentuk
pasta disebut juga tanpa struktur.
153
Tabel 5.1.
Tabel 5.3. Pengaruh kelas tekstur dominan lapisan atas tanah terhadap
produksi jagung dan kentang
Produksi (per hektar)
Kelas tekstur dominan
Jagung (ton)
Kentang (Ton)
Liat
5,030
Lempung
6,287
28,00
Lempung berpasir
5,030
33,60
Pasir berlempung
3,772
28,00
Pasir (+ irigasi)
7,544
33,60
Tabel 5.4. Deskripsi tipe-tipe struktur tanah
Tipe struktur
Deskripsi Ped
1. Granuler
Relatif tak poreus, kecil dan agak bulat; tidak
terikat membentuk ped.
= 1 tetapi relatif poreus; antarped tidak terikat.
2. Remah
Seperti tumpukan susunan piringan yang
3. Lempeng
berikatan lemah; disebut plat jika tebal dan
laminar jika tipis.
4. Balok bersudut Seperti balok-balok yang terbentuk dari ikatan
ped-ped yang sisi-sisinya bersudut tajam.
lkatan antar ped ini sering putus membentuk
balok-balok kecil.
5. Balok persegi = 4, tetapi ped-ped penyusun bersisi-sisi bulat
agak persegi.
Seperti pilar-pilar berpermukaan rata yang te6. Prisma
rikat oleh ped prisma lainnya sebagai penyela.
Ped prisma ini ada yang pecah membentuk ped
balok kecil.
7. Kolumnar
= 6, tetapi berpermukaan bulat melingkar yang
diikat secara lateral oleh ped pilar lainnya
sebagai penyela.
5.2.3 Aerasi Tanah
Aerasi tanah merupakan istilah
yang mengindifikasikan kondisi tataudara (keluar-masuknya udara) dalam
tanah. Aerasi baik berarti keluarmasuknya udara dari hambatan,
sedangkan aerasi buruk berarti
sebaliknya.
Pada tanah beraerasi
bueruk, akan terjadi penghambatan
terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman akibat tertekannya
(1).
Pertumbuhan
dan
perkembangan
perakaran tanaman. (2). Respirasi
butuh oksigen) yang terlibat dalam
penyediaan hara akan terganggu, maka
penyerapan hara melalui mekanisme
aktif yang membutuhkan energi kimiawi
(ATP) hasil proses respirasi juga akan
Lokasi horizon
A
A
E tanah hutan
atau Bt tanah
liat
Bt
Bt
Bt
Bt
Temperatur Tanah
Temperatur (suhu) adalah suatu
sifat tanah yang sangat penting secara
langsung
mempengaruhi
pertumbuhan
tanaman
dan
juga
terhadap kelembaban, aerasi, struktur,
aktivitas mikrobial, dan enzimatik,
dekomposisi serasah/sisa tanaman dan
ketersediaan
hara-hara
tanaman.
Temperatur tanah merupakan salah satu
faktor tumbuh tanaman yang penting
sebagaimana halnya air, udara dan
oK
= oC + 273
= (oF 32) x 0,556
oK 273 = oC = 0,556 oF 17,8
oC
= oC + 273
= (oF 32) x 0,556
oK 273 = oC = 0,556 oF 17,8
oC
(1)
Kapasitas thermal.
Tanah mineral kering mempunyai
panas spesifik hampir 0,2 cal g-1 , yang
berarti setiap 1 cm3 (biasanya disingkat
cc) tanah kering yang tersusun oleh 50
% padatan dan 50 % ruang pori akan
mempunyai panas spesifik sebesar 0,5 x
2,65 x 0,2 = 0,265 cal cm3 (atau rerata
kebutuhan
energi
untuk
mengevaporasikan lapisan air setebal 1
cm diperlukan 560 langleys. Namun
demikian hanya sebagian dari total radiasi
ini yang tersedia untuk menyuplai energi
yang dibutuhkan untuk evaporasi dan
transpirasi tersebut. Sisa energi ini jika
tidak terpakai untuk menaikan temperatur
tanah dan fotosintesis, direradiasikan
kembali ke langit.
Radiasi solar terjadi sebagai radiasi
gelombang pendek dengan panjang
gelombang antara 0,3 5,0 um.(1).
Radiasi dari langit, yang berkontribusi
relatif besar dalam menyuplai panas
pada tanah di areal yang sinar
mataharinya dapat menembus atmosfer
bumi.
(2).
Konduksi panas dari
atmosfer. Oleh karena konduksi panas
yang menerobos udara adalah sedikit,
maka efeknya terhadap temperatur
tanah hanya penting apabila terjadi kontak
dengan tanah.
(3).
Kondensasi,
merupakan proses eksothermik. Apabila
uap air dari atmosfer atau dari
kedalaman
tanah
yang
berbeda
berkondensasi di dalam tanah maka
akan terjadi peningkatan temperatur
tanah, hingga 5 oC atau lebih.
(4).
Evaporsi,
merupakan
proses
endothermik yang berefek kebalikan .
(5). Curah hujan berperan menurunkan
temperatur tanah. (6). Insulasi, dapat
berupa tanaman penutup tanah, mulsa,
salju, awan dan asap yang menghalangi
sampainya radiasi matahari ke permukaan
tanah, dan (7).
Vegetasi, melalui
pengaruhnya terhadap transpirasi, repleksi
radiasi dan energi yang digunakannya
untuk fotosintesis akan menurunkan
temperatur iklim mikro dan secara tidak
langsung juga temperatur tanah.
Faktor-faktor internal (tanah) yang
berperan meliputi :
0,25 cal cm3 ) oleh karena panas spesifik
udara sangat kecil sehingga dapat
diabaikan.
Tanah yang ruang porinya terisi
air akan berpanas-spesifik = 0,265 +
(0,5 x 1,0) = 0,675 cal cm3 , yang
nilainya akan menurun tergantung
Aktivitas biologis.
Ativitas biologi menghasilkan panas,
sehingga makin besar aktivitas ini kan
makin banyak pans yang dibebaskan ke
tanah. Tanah yang berkadar BOT , hara
, dan udara tinggi, serta berapa derajat
Radiasi
Radiasi dari tanah ke atmosfer yang
terjadi secara kontinu, makin tinggi
temperatur tanah akan makin besar
radiasinya.
(5)
Struktur,
Tekstur
dan
Kelembaban Tanah.
Tanah
padat
mempunyai
konduktivitas thermal lebih besar
ketimbang tanah yang gembur, akibat
udara yang mengisi tanah gembur ini
mempunyai konduktivitas thermal yang
jauh lebih rendah ketimbang air, apalagi
ketimbang partikel-partikel tanah.
(6)
Garam-garam terlarut
Garam
terlarut
mempengaruhi
evaporsi, kesuburan tanah dan aktivitas
biologis tanah, sehingga secara tidak
langsung
berpengaruh
terhadap
temperatur tanah. Kadar garam yang
tinggi akan menenkan aktivitas biologis
ini.
5.2.5 Warna Tanah
Warna merupakan salah satu sifat
fisik tanah yang lebih banyak digunakan
untuk pendeskripsian karakter tanah,
karena tidak mempunyai efek langsung
terhadap tetanaman tetapi secara tidak
langsung berpengaruh lewat dampaknya
terhadap temperatur dan kelembaban
tanah.
Warna tanah meliputi putih, merah,
coklat, kelabu, kuning, dan hitam,
kadangkala dapat pula kebiruan atau
kehijauan.
Kebanyakan
tanah
mempunyai warna yang tak murni tetapi
campuran kelabu, coklat, dan bercak
(rust), kerapkali 2-3 warna terjadi dalam
bentuk spot-spot, disebut karatan
(mottling).
Warna tanah merupakan komposit
(campuran)
dari
warna-warna
dikali proporsi volumetrik
masingmasingnya terhadap tanah, yang
bermakna materi koloidal mempunyai
dampak terbesar terhadap warna tanah,
misalnya humus dan besi- hidroksida
penutup tanah
perbedaan ini.
atau
mengeliminasi
5
Frigid Mesik
Thermik
Hyperthermik
Isofrigid
Isomesik
Isothermik
Isohyperthermik
Gambar 5.2 .
Perkembangan kesuburan tanah (Encarta, 2006)
5.4
Gambar 5.3.
Pengolahan tanah. A. Pengolahan tanah di lahan kering dengan menggunakan traktor. B. Pengolahan tanah di
lahan sawah dengan menggunakan hand tractor.
Setelah
pembuatan
lubang
tanam sesegera mungkin diberi
pupuk dasar. Pemberian pupuk dasar
diupayakan berupa pupuk organik
(kompos/pupuk
kandang)
yang
patogen (penyebab penyakit) dan
menyiapkan beberapa unsur hara yang
tersedia bagi tanaman. Pada kalangan
petani
sering
disebut
sebagai
menyiapkan koki (bio-fertlizer) dan dokter
tanaman (bo-pestisida).
mengandung
bio-fertilizer
dan
antagonis. Penambahan kedua bahan
tersebut dimaksudkan untuk melakukan
kegiatan preventif (pencegahan) agar
tanaman terhindar dari serangan
Gambar 5.4.
Pembuatan bedengan dengan menggunakan
traktor
Setelah
pembuatan
lubang
tanam sesegera mungkin diberi pupuk
dasar.
Pemberian
pupuk
dasar
diupayakan berupa pupuk organik
(kompos/pupuk
kandang)
yang
mengandung
bio-fertilizer
dan
Teknik Penanaman
Penanaman merupakan aktivitas
utama yang akan menentukan tingkat
Gambar 5.5
Bebeberapa alternatif pola penenaman
Gambar 5.6.
Hand sprayer untuk menyiram kecambah
5.6
Pemupukan
Pupuk merupakan bahan yang dapat
menyediakan unsur hara pada tanaman. Pupuk
dapat berbentuk pupuk organik (pupuk alam)
ataupun pupuk anorganik (buatan) Pupuk
sangat dibutuhkan oleh tanaman, karena
ketersediaan unsur hara di tanah tidak
selamanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
tanaman. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman dalam jumlah besar adalah
karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen
(N), phosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg) dan belerang (S). Unsur-unsur
C, H dan O dapat dipenuhi dari udaara dan air.
Unsur-unsur N, P dan K merupakan hara
primer, unsur- unsur Ca, Mg dan S merupakan
unsur hara sekunder. Selain itu tanaman
membutuhkan unsur-unsur hara micro, yaitu
unsur-unsur penting lainnya yang dibutuhknn
dalam jumlah sedikit, tetapi menentukan
perkembangan tanaman, yakni boron (B), khlor
(Cl), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn).
molybdenum (Mo) dan seng (Zn).
Pupuk adalah senyawa yang mengandung
unsur hara yang akan
diberikan pada tanaman kemudian
digunakan oleh tanaman untuk melakukan
proses metbolisma sehingga
tanaman
dapat
tumbuh
dan
berkembang.
Pupuk untuk tanaman dapat digolongkan
kepada pupuk organik an anorganik. Pupuk
anorgani adalah pupuk buatan yang diproduksi
oleh pabrik, sedangkan pupuk organik adalah
pupuk yang merupakan hasil penguraian mikroba
dekomposer
sehingga
membentuk
senyawa-seyawa
Gambar 5.7.
Beberapa jenis pupuk anorganik. A. Pupuk Nitrogen. B. Pupuk fosfor. C. Pupuk majemuk NPK serta unsur hara mikro. D.
Pupuk majemuk cair. E. Pupuk majemuk NPK padat. F. Pupuk majemuk
untuk tanaman hias.
KEGUNAAN
Nitrogen (N)
Phosfor (P)
Kalium (K)
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)
Belerang (S)
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
Seng (Zn)
Tembaga (Cu)
Molybdenum (Mo)
Sapi
Kambing
15
Domba
10
15
17
Babi
12
Ayam
15
23
aktivitas
mikroorganisme
proses
reduksi.
Tahap
awal
pengomposan,
kelom-pok
bakteri
penghasil asam, heterotrof fakultatif
mendegradasi bahan organik menjadi
asam-asam lemah, aldehid dan
seterusnya. Kelompok bakteri yang lain,
merubah produk antara menjadi metana,
ammonia, karbon dioksida
dan
hidrogen. Reaksi kimia yang terjadi
selama dekomposisi
bahan organik
secara anaerobik adalah sebagai
berikut.
CO2 + H2O + Hara + Humus
X CH3COOH
Metanomonas
CH4 + CO2
N-organik
NH3
2H2S + CO2
(CH2O) + S + H2S
No.
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Bahan Organik
Potongan rumput muda
Pupuk hijau tumbuh-tumbuhan
Sampah kota/kandungan sayuran tinggi
Kotoran Babi
Kotoran Sapi
Sampah kota/kandungan kertas tinggi
Padi-padian dan batang kacang polong
Jerami gandum
Daun-daun segar yang gugur
Sampah gula tebu
Serbuk gergaji segar
Tinja
Kotoran unggas
Jerami padi
Jerami barley
Batang jagung
Batang Kapas
Kotoran biri-biri
Kotoran kuda
Sisa buah-buahan
Hijauan gulma
Ampas kopi/bubuk kopi
Urin hewan
Nitrogen (%)
2 2,4
35
23
1,9
1 1,8
0,6 1,3
0,7
0,6
0,4 1,0
0,3
0,1
5,5 6,5
4
1,0 2,3
15 18
Rasio C/N
TD
1015
1016
13
19
3080
70
80
4080
150
500
610
TD
80130
80130
100-120
5060
23
20
35
13
8
0,8
172
172
Karakteristik
Organik
Umum
Pupuk
174
Tabel 5.9. Sifat Kimia dan Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Kompos
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Parameter
Kompos **)
pH.
C-Organik
N-Total
P tersedia
P- total
Ca
Mg
K
Na
Kapasitas Tukar Kation
(KTK)
Kejenuhan basa (KB)
6
25,04 %
1,19 %
10,75 (me/100gr)
3,13 (me/100gr)
7,26 (me/100gr)
5,30 (me/100gr)
35,50 (me/100gr)
74,48 %
176
Gambar 5.8.
Alur proses pembuatan kompos
Komposkan
campuran
bahan
dengan cara menumpukan pada
tanah/lantai setinggi kira-kira 1 m,
selanjutnya ditutup karung goni/ plastik
pada seluruh permukaan-nya. Proses
pengomposan dapat berlangsung 2
sampai 3 minggu, tergantung dari jenis
bahan.
Langkah terakhir, amati dan catat
setiap hari kenaikan suhu dan
perubahan warna tumpukan bahan.
Kegiatan ini untuk mengetahui apakah
proses
pengomposan
dapat
berlangsung baik atau tidak, yaitu
dengan adanya kenaikan suhu dan
perubahan warna selama proses!
Tumpukan bahan diaduk setiap tiga hari
sekali secara merata dan ditutup
kembali. Kegiatan ini untuk menghindari
kelebihan suhu dan diharapkan proses
penguraian dapat berlangsung pada
seluruh permukaan bahan!
Akhiri proses pengomposan apabila
telah memenuhi kreteria: suhu telah
turun dan stabil, warna coklat
kehitaman, sebagian besar bahan telah
lapuk, bau khas kompos.
Mikr
anisme
isme
Mikroorg
oorgan
dekom
poser (pen
zer
ekomp
(pengurai) un tuk
ioferrlili
liliz
tuk pembua
buatan biofe
Gambar 5.9.
Beberapa mikroorganisme yang berfungsi
sebagai pengurai bahan organik (bio-ferlilizer)
Mikrob
a dari
habita
t
alami
Penyiapan
starte
r
Pemilihan
baha
n
Isolasi
Perbanyakan
Pengujian
Pencampuran
Pencampuran
Sterilisasi
Pencampuran
Pencampura
n
Biofertiliz
er
Pengujian
Pemeletan
Pemeletan
Pengeringan
Kompos
Serbuk
kayu
Gambut
dll
178
Tabel 5.10. Jadwal pemberian pupuk susulan untuk tanaman cabe dan
tomat (lokal/hibrida)
JENIS
PUPUK
WAKTU PEMBERIAN
1-5
MST
6
MST
'
11
MST
15
MST
17
MST
19
MST
21
S
-
Daun *
Buah **
Urea
3g
3g
S
-
ZA
3g-10
3g-10
TSP
3-10
-
5-10g
5-10g
KCI
NPK***
5-10
-
5-10g
-
5-10g
-
300m1
300m1
400 ml
MST
400 ml
Keterangan :
MST
: minggu setelah
tanam kebutuhan per
hektar
**
kebutuhan per hektar per sekali semprot
***
: 5-20 gram/liter air (di larutkan terlebih dahulu, kemudian
disiramkan pada luang tanaman)
S
: semprotkan
kecil
yang
dimanfaatkan
untuk
pertumbuhan
awal
menjelang
terbentuknya bintil akar yang dapat
mengikat nitrogen bebas dari udara.
Kelebihan pupuk nitrogen adalah
merupakan pupuk yang sangat potensial
bagi tanaman.
Manfaat nitrogen fiksasi bagi tanman
lain yang ditanam secara tumpangsari
adalah berupa perembasan nitrogen dari
bintil akar. Sedangkan bagi tanaman
yang ditanam tidak bersamaan hanya
akan menghasilkan perombakan bahan
organik. Fiksasi itrogen secara biologi
dapat menghemat kebutuhan nitrogen
sampai 2/3 dari kebutuhan nitrogen bagi
tanaman.
Nitrogen
Nitrogen adalah hara utama
tanaman, merupakan komponen dari
asam amino, asam nukleid, nudeotides,
klorofil, enzim, dan hormon. N mendorong
pertumbuhan tanaman yang cepat dan
memperbaiki tingkat. Hasil dan kualitas
produk melalui, pengem-bangan luas
daun, pembentukan bunga, pengisian
buah, dan sintesis protein. N sangat mobil
(mudah menghilang / menguap) di dalam
tanaman dan tanah.
Nitrogen
merupakan elemen
pembatas pada hampir semua jenis
tanah. Oleh karenanya, pemberian pupuk
Nitrogen yang tepat sangat penting untuk
meningkatkan
pertumbuhan dan hasil
tanaman, khususnya dalam sistem
pertanian intensif. Kekurangan atau
pengelolaan Nitrogen yang tidak sesuai
akan berakibat buruk pada tanaman dan
lingkungan. Strategi pengelolaan Nitrogen
yang optimal ditujukan pada keserasian
pemberian pupuk Nitrogen dengan
kebutuhan aktual tanaman, sehingga
serapan tanaman terhadap Nitrogen
maksimal dan mengurangi kehilangan
Nitrogen ke udara.
Tanaman yang kekurangan nitrogen
akan tumbuh kerdil, daun menguning dan
rendah; kalkareous dan tanah
salin dengan kadar bahan organik
rendah serta berpotensi tinggi
untuk
terjadinya
penguapan
amonia.
Pupuk anorganik merupakan
sumber yang biasa digunakan
mensuplai N, dan
lebih
menguntungkan
petani
x
5.6
Pengaira
n
Dalam tanah air berada di antara ronggarongga tanah dan terikat oleh butir tanah
dengan kekuatan yang ditentukan oleh
banyaknya air yang dikandung oleh tanah
tersebut atau besarnya gaya untuk
memisahkan air dari partikel tanah.
Tanah
yang
terlalu
banyak
mengandung
air
menyebabkan
berkurangnya udara dalam tanah.
komponen
kunci
dalam
proses
fotosintesis, asimilasi, sintesis maupun
respirasi tanaman. (4). Sebagai agen
pemicu
pelapukan
bahan
induk,
perkembangan tanah dan diferensial
horizon. (5). Sebagai pelarut dan pemicu
reaksi kimiawi penyediaan unsur hara
tidak tersedia menjadi tersedia bagi
tanaman.
(6).
Sebagai penopang
mempertahankan
turgornya,
sehingga tanaman mrnjadi layu
secara permanen atau tak dapat
pulih lagi. Hal ini merupakan akibat
terbatasnya suplai air/hujan pada
absorpsi (penyerapan) air oleh
tanaman dan avaporasi terus
terjadi. Pada kondisi ini air yang
tersisa hanya air adhesi dan terikat
kuat oleh gaya matrik tanah, yaitu
langsung terjerap
ke
bahan
padat tanah,
berbentuk kristal dan tidak tersedia
bagi tanaman.
Air tanah yang mempunyai
tegangan antara 1/3 atm 31 atm
(antara kapasitas lapangan hingga
koefisien higroskopis) disebut air
kapiller, terdiri atas air kohesi pada
pori-pori meso dan mikro serta
sedikit
pada
pori
makro.
Pergerakannya lambat dan terjadi
melalui penyesuaian terhadap
keketebalan lapisan air, berfungsi
sebagai larutan
tanah
dan
sebagiannya.
Air tersedia (air yang dapat diserap
langsung tanaman) adalah air yang
ditahan tanah pada kondisi kapasitas
lapangan hingga koefisien layu, namun
makin mendekati koefisien layu tingkat
ketersediaannya makin rendah. Oleh
karena itu untuk menjamin tercukupinya
kebutuhan tanaman, suplai air harus
diberikan apabila 50 85% air tersedia ini
telah habis terpakai. Air yang ditahan
diatas koefisien layu merupakan air tak
tersedia, terdiri dari sebagian air kapiler
(air adhesi dan sedikit air kohesi) dan
seluruh air hidroskopis (air kristal).
tumpukan
rumput-rumput
untuk
menghindari kebocoroan air ke bawah.
Dalam sistem leb harus cukup waktu
untuk membiarkan air menutupi seluruh
permukaan dan cukup waktu bagi air
untuk masuk ke dalam tanah, agar lama
tinggal di atas parit sehingga dapat
mensuplai air untuk akar tanaman.
Dalam hal ini harus dibuat parit
pembuangan air, untuk mengalir-kan
kelebihan air sesudah kapasitas lapang
lahan tersebut tercapai.
Irigasi
permukaan biasa diberikan kepada
tanaman yang menutup rata tanah seperti
padi dan padang rumput.
Untuk tanaman berbaris digunakan
sistem leb-furrow irrigation, sedangkan
untuk tanaman yang rata menutup tanah
digunakan sistem leb-flood irrigation dan
contour irrigation.
Irigasi siraman telah dikenal di
negara-negara maju. Tehnik ini telah
banyak dilakukan dengan menggunakan
pipa-pia otomatis. Di Indonesia, belum
banyak dilakukan kecuali untuk padang
rumput golf. Tetapi tehnik irigasi siraman
sederhana yang dilakukan oleh para
petani adalah dengan menggunakan
gayung atau gembor atau ujung pipa
plastik. Keuntungan tehnik irigasi siraman
adalah lebih seragam dan tepat untuk
setiap jenis tanah dan tanaman. Masalah
yang ditimbulkan dari tehnik ini relatif
kecil, tidak ada erosi, air dapat lebih
ekonomis dibanding sistem leb. Pupuk
dapat diberikan bersama air siraman.
Kerugian sistem siram adalah mahalnya
peralatan pada investasi awal dan air
harus selalu bersih.
Tehnik irigasi
siraman
dengan
tangan
akan
mengakibatkan biaya tenaga yang sangat
tinggi.
Tehnik pengairan drainase adalah
menyiapkan bedengan, guludan, pada
saat persiapan lahan. Hal ini dilakukan
sebagai upaya
untuk membuang
kelebihan air.
Kaang-kadang pada
melakukan pemangkasan tanaman
muda. Pertama, setikap potongan
memiliki potensi
mengubah
pertumbuhan tanaman.
Kedua,
karena tehnik pemangkasan yang
tepat adalah penting, maka
pemangkasan yang buruk dapat
menyebabkan
kerusakan
tanaman
bahkan
dapat
menyebabkan
kematiannya.
Perkembangan batang
Pada sebahagian besar tanaman
muda, pertahankan batang tunggal yang
dominan. Jangan lakukan pemangkasan
pucuk yang dapat menyebabkan
munculnya dua batang utama yang
disebut dengan cabang codominant
stems.
Hal ini akan mengakibatkan
kelemahan struktur batang, oleh karena
itu sebaiknya dibuang saja selagi
tanaman masih muda. Cabang-cabang
lateral
akan
menyebabkan
perkembangan struktur tanaman yang
tegap, dan meruncing.
Perlu
dipertahankan beberapa cabang lateral
walaupun
akan dipangkas kemudian.
Cabang-cabang seperti ini dinamakan
cabang sementara yang berpera ndalam
Tingginya cabang permanen
yang paling rendah ditentukan oleh
fungsi yang diharapkan
serta
lokasi tanaman pada
lanskapnya.
Pohon yang
digunakan untuk
menyaring
pandangan yang tidak
diinginkan atau untuk penghadang
angin dapat dibiarkan bercabang
x
Membalut luka
Membalut luka akibat pemotongan
diperkirakan
akan
mempercepat
penutupan luka, melindungi luka tersebut
dari serangga dan penyakit serta
mengurangi pembusukan.
Walaupun
demikian, penelitian menunjukkann
bahwa pembalutan
tidak mengurangi
pembusukan atau kecebatan penutupan
luka dan jarang sekali dapat melindungi
luka terhadap serangan serangga atau
infeksi penyakit. Sebahagian besar ahli
menyarankan pembalutan luka
tidak
dilakukan. Jika harus dilakukan atau
untuk tujuan keindahan, maka gunakan
kain yang tipis dari bahan yang tidak
mengandung racun terhadap tanaman.
x
5.9.2.
x Penipisan tajuk
Tindakan selektif
membuang cabang
untuk meningkatkan penetrasi cahaya
dan pergerakan udara di daerah tajuk
x Peningkatan tajuk
Membuang cabang-cabang yang rendah
dengan tujuan untuk memberikan kesan
bersih
x Mengurangi tajuk
Mengurangi ukuran ranaman dengan cara
mengurangi ketinggian dan lebar tajuk.
5.10. Organisma Pengganggu
Tumbuhan (Opt)
Menurut PP Nomor 6 tahun 2005 tentang
Perlindungan
Tanaman,
terdapat
beberapa diskripsi diantaranya adalah
perlindungan tanaman dilaksanakan pada
masa pra tanam, masa pertumbuhan
tanaman, dan atau masa pasca panen.
Perlindungan tanaman pada masa pra
tanam dilaksanakan sejak penyiapan
lahan atau media tumbuh lainnya sampai
dengan penanaman.
Perlindungan
tanaman pada masa pertumbuhan
tanaman dilaksanakan sejak penanaman
sampai dengan panen.
Perlindungan
tanaman pada masa pasca panen
dilaksanakan sejak sesudah panen
sampai dengan hasilnya siap dipasarkan.
Perlindungan tanaman dilaksanakan
melalui sistem pengendalian hama
terpadu yaitu dengan cara:
x Pencegahan
masuknya
organisme
pengganggu
tumbuhan
kedalam
dan
tersebarnya dari suatu area ke
area lain di dalam wilayah
negara Republik Indonesia;
x Pengendalian
organisme
pengganggu tumbuhan;
x Eradikasi
organisme
pengganggu tumbuhan;
dan mamalia.
Pengganggu dapat
dikelompokkan dalam beberapa istilah
yang lebih luas, yaitu patogen, sebagai
penyebab penyakit tanaman, hama,
organisme yang merusak tanaman dan
gula, adalah tumbuhan yang merusak
tanaman budidaya.
Kerusakan yang
disebabkan oleh OPT mencapai 33%.
Anda pasti pernah melihat daun
tanaman bolong, buah cabe dan tomat
yang busuk di pohonnya atau tanaman
layu.
Semua kerusakan tersebut
disebabkan oleh serangan hama dan
penyakit. Hama adalah kelompok hewan
yang menyebabkan kerusakan pada
tumbuhan dan mengakibatkan kerugaian.
Gambar di bawah ini menunjukkan
beberapa jenis hama yang biasa
menyerang tanaman.
Gambar 5.10.
Spodoptera sp adalah salah satu
contoh hama tanaman
a. Hama Tumbuhan
Hama tanaman adalah organisme
pengganggu tanaman berupa serangga,
burung dan kelompok mamalia. Hama
dari ke-lompok serangga memegang
peranan penting karena jumlahnya cukup
banyak dan hampir 50% menjadi
penganggu
kehidupan
manusia.
Diperkirakan sebanyak 1500 species
serangga yang menempati permukaan
bumi menjadi hama tanaman.
Kerugian akibat hama tanaman antara
lain,
mengurangi hasil
tanaman;
mempercepat terjadinya
infeksi
penyakit pada tanaman;
Beberapa Ham
Hama Tanaman
Gambar 5.11.
Beberapa contoh hama-hama tananaman yang sering merugikan petani dinataranya adalah ulat
lepidoptera, tikus, kumbang Coleoptera, dan gajah.
Gambar 5.12.
Gejala serangan tungau merah pada tanaman
jeruk.
Gambar 5.14.
Imago tungau merah.
Gambar 5.15.
Siklus hidup tungau merah
Gambar 5. 13.
Larva tungau merah
Gambar 5. 16.
Imago (serangga dewasa) Sylepta sp.
Gambar 5. 17
Siklus hidup Sylepta sp.
Ga
mba
r
5.18
Imago
Plutela
sp
Gambar 5.24.
Larva Agrotis sp.
Gambar 5.23
Siklus hidup Spodoptera sp
Gambar 5. 25.
Imago Agrotis sp.
Gambar 5.26.
Gejala serangan lalat diptera.
4) Kepik Hemiptera
Kepik hemiptera adalah perusak polong.
Serangga merusak tanaman dengan cara
mengisap cairan tanaman dengan jarum
stilet (alat pengisap yang dipunyai
serangga). Serangga penggerek polong
adalah Etiella zinchenella. Serangga
pengisap polong adalah Riptortus linearis,
dan kepik hijau Nezara viridulla.
Gambar 5. 27.
Imago kepik Nezara viridula
Gambar 5.28.
Siklus hidup N.viridula
5)
Kumbang Coleoptera
Kumbang oryctes
adalah Oryctes
rhinoceros. Hama ini menimbulkan gejala
serangan dengan cara kumbang dewasa
masuk ke dalam titik tumbuh dan
memakan bagian yang lunak.
Bila
serangan mengenai titik tumbuh, tanaman
akan mati, tetapi bila makan bakal daun
hanya menyebabkan daun dewasa rusak
seperti terpotong gunting.
a). Kumbang Coleoptera
Kumbang oryctes
adalah Oryctes
rhinoceros. Hama ini menimbulkan gejala
serangan dengan cara kumbang dewasa
masuk ke dalam titik tumbuh dan
memakan bagian yang lunak.
Bila
serangan mengenai titik tumbuh, tanaman
akan mati, tetapi bila makan bakal daun
6) Mamalia
Hama yang termasuk mamalia (binatang
menyusui) adalah babi hutan dan kera.
Hama ini sangat merusak tanaman kelapa
sawit. Di beberapa daerah tertentu di
Sumatera, gajah sering menyebabkan
kerusakan yang serius pada tanaman
kelapa sawit muda. Selain itu juga tikus
(rodentia) merupakan hama yang
Gambar 5.29.
Hama tanaman kelapa kumbang Oryctes sp
Gambar 5.30.
Siklus hidup kumbang hama kepala Oryctes
rhinoceros
b.
Penyakit tumbuhan
Penyakit tanaman dikelompokkan
menjadi dua.
Yang pertama adalah
penyakit non infeksius dan yang ke dua
adalah penyakit infeksius. Sejak benih
ditanam, fase vegetatif dan fase generatif
tanaman, semua kebutuhan hara
tanaman harus dicukupi. Jika tanaman
mengalami kekurangan hara atau
kelebihan salah satu unsur hara atau pH
media tumbuh terlalu rendah atau terlalu
Patogen-patogen
tersebut
dapat
menyerang tanaman pada fase vegetatif
dan fase generatif.
1). Penyakit Non Infeksius
Faktor
lingkungan yang
tiba-tiba
beruabah, suply nutrisi yang tidak cocok,
atau irigasi akan menyebabkan gejala
kerusakan fisiologi pada tanaman.
Beberapa tanaman budidaya lebih sensitif
tehadap perubahan-perubahan tersebut di
atas dibandingakn dengan varietas
lainnya.
Faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan kerusakan pada tanaman
antara lain:
x Suhu ekstrim, kekurangan atau
kelebihan air.
x Kerusakan
atau
kelebihan
cahaya.
x Kekurangan oksigen.
x Polusi udara.
x Defisiensi nutrisi.
x Keracunan mineral.
x Keasaman atau kebasaan tanah.
x Keracunan pestisida.
x Praktek penanaman yang salah
dan lain sebagainya yang
menyebabkan
pertumbuhan
tanaman tidak normal
Gambar 5. 31
Gejala serangan penyakit pecah
buah.
Gambar 5.32.
Gejala penyakit buah
konsentris
Gambar 5.33.
Gejala penyakit nekrosa buah
kebersihan
ling-kungannya,
dan
mengadopsi praktek-praktek budidaya
yang tepat seperti keseimbangan hara
dapat mempertahankan tanaman tetap
sehat.
Kerusakan akibat hama dan
penyakit akan berkurang.
Selain itu
dianjurkan agar memulai penanaman
dengan menggunakan bibit yang sehat.
Dengan strategi adopsi
pengelolaan
hama terpadu (PHT) untuk tanaman
sangat di-anjurkan di sini. Jika perlu
guna-kan bahan kimia yang direkomendasi untuk mengendalikan serangga
hama atau beberapa penyakit dan selalu
mengikuti aplikasinya secara ketat
sebelum proses panennya.
(e).
Gambar 5.34. .
Gejala penyakit keriting buah.
kemajuan
ilmu
pertanian
yang
dikembangkan oleh manusia. Penanaman
satu kultivar dalam areal yang luas,
penanaman yang terus menerus karena
ditunjang irigasi, penanaman kultivar yang
berproduksi tinggi tetapi rentan terhadap
penyakit, pemasukan tanaman baru dari
Penanaman
kultivar
berproduksi tinggi tetapi
yang
rentan
Gambar 5.35.
Penyakit layu pada
tembakau
Gamb
ar 5.
36.
sketsa Fusarium sp. (patogen
penyakit layu)
Gambar 5. 37.
Foto mikroskopis Fusarium sp.
Gambar 5.38.
Gejala penyakit rebah kecambah pada
tanaman kedelai muda
Gambar 5. 40
Gejala serangan pada bagian
akar.
Gambar 5. 38
Gejala penyakit rebah kecambah yang
disebabkan
Phytophthora pada
kecambah
Gambar 5. 41.
Gejala penyakit bercah basah (blight) pada
tanaman padi.
Gambar 5. 42.
Gejala penyakit bercak crcospora pada daun
padi.
Gambar 5. 43.
Gejala penyakit bercak
piricularia.
Gambar 5. 44.
Foto mikroskopis satu sel bakteri yang
mempunyai flagella.
pada daun.
Streptomyces:
Myceliumnya sangat halus ( 2/3 mikron),
dan benang- benang filaments berbentuk
spiral membentuk segmen-segmen pada
spora berbentuk tabung (cylinder) yang
berukuran seperti bakteri (1 sampai 2
mikron).
Dalam banyak hal maka identifikasi
dapat dilakukan berdasar gejala-gejala
yang terdapat pada tanaman. Limapuluhlima jenis bakteri yang penting dan sering
terdapat telah digolongkan menjadi 8
kelas berdasar gejala-gejala utama yang
ditimbulkannya pada tanaman inang.
Penggolongan tersebut disajikan di
bawah ini.
(1). Gejala utama benjolan
(galls)
Galls atau Fasciations adalah
pertumbuhan abnormal yang disebabkan
oleh peningkatan jumlah sel secara cepat,
disusul penyatuan/fusi sel-sel tersebut,
bentuknya menjadi pipih dan terjadi pada
organ tanaman seperti batang, dahan,
dan sebagainya.
Hanya terdapat beberapa jenis
bakteri yang menstimulir tanaman inang
untuk membentuk benjolan (galls),
biasanya pada pangkal batang, leher
akar, atau pada akar. Contoh yang klasik
seperti yang telah dikemukakan adalah
Crown Gall pada golongan tanaman
budah-buahan pome dan stone Fruits,
serta pada kira-kira 200 tanaman berkayu
lainnya. Bakteri dapat dibiakkan dari
Corynebacterium sepedonicum :
Busuk-melingkar pada kentang (Bakteril
ring-rot of potato). Sangat merugikan di
lapangan dan di tempat penyimpanan.
Gejala-gejala baru muncul pada saat
kentang menjelang masak, yaitu terlihat
cabang/batang tanaman menjadi layu
atau
tumbuhnya
seolah-olah
terhambat/kerdil
(stunted).
Pangkal
batang menunjukkan gejala busuk basah.
Suatu ciri khas dari penyakit ini adalah :
bila batang dipotong, lalu dipijit, maka
keluarlah cairan (exudates) yang
berwarna kuning-kecoklatan (cream).
Infeksi pada umbi mula-mula tidak
tampak, tetapi kemudian di dalam gudang
penyimpanan gejala-gejala khas penyakit
ini mulai kelihatan. Seakan-akan bagaikan
sebuah cincin yang melingkar di dalam
jaringan umbi yang berwarna kuning
kecoklatan, lalu berubah menjadi coklat
muda. Selanjutnya lingkaran tersebut
makin jelas berubah menjadi busuk
(seperti keju) tanpa bau. Kemudian
setelah adanya serangan mikroorganisme sekunder barulah timbul bau
yang kurang sedap, yang terutama
disebabkan oleh E. Carotovora
Corynebakterium flaccumfaciens :
Layu bakteri dari Kacang buncis.
Menyebabkan tanaman menjadi layu
pada segala tahapan umur. Biasanya
bakteri sudah ada pada (atau di dalam)
biji. Seringkali tanaman juga menjadi
kerdil.
Corynebakterium michiganense :
Layu bakteri pada Tomat. Bibit tanaman
tomat menjadi kerdil. Daun-daun bawah
tepinya menjadi layu dan mengering.
Bintik-bintik kecil bagaikan mata-burung
terdapat pada buah.
Pseudomonas caryophylli :
Layu bakteri pada Bunga Anyelir.
Menyerang tanaman-tanaman Anyelir
dalam Rumah-Kaca. Tanaman menjadi
Penyebab penyakit layu pada
banyak jenis sayur-mayur dan
tanaman hias.
Gejala utama : Kerdil atau layu
serentak,
jaringan-jaringan
pembuluh berwarna coklat dan
tampak garis-garis coklat pada
Xanthomonas campestris :
Busuk-hitam dari golongan Cruciferae.
Bakteri memasuki jaringan tanaman
melalui pori-pori air atau luka, kemudian
menyebar melalui jaringan pembuluh.
Irisan melintan akan menunjukkan
lingkaran hitam pada pembuluh. Irisan
melintang dari petiole (tangkai daun)
menunjukkan jaringan Xylem yang seperti
tersumbat serta berwarna hitam.
Gambar 5.45.
Foto mikroskopis bakteri penyebab penyakit
layu
Gambar 5. 46.
Pseudomonas sp. Pada media agar, hasil isolasi
dari tanaman yang sakit
Gambar 5.47.
Gejala serangan bakteri layu pada batang tomat
(irisan membujur)
(slime flux)
Seperti yang telah diuraikan di muka,
bakteri juga ada yang menyebabkan
penyakit yang mengeluarkan lendir terus
menerus seperti yang terdapat pada
pohon Elm dan pohon-pohon lain.
Penyebabnya adalah Erwinia nimipressuralis yang merupakan suatu jenis
bakterium penghasil gas. Jaringan kayu
(heart-wood) yang terserang membentuk
zat cair yang karena ada tekanan (gas)
lalu keluar ke permukaan batang dan
mengalir ke bagian bawah. Kemudian
cairan itu menjadi mangsa bakteri
pembusuk yang lain dan jenis-jenis
cendawan
ragi,
sehingga
terjadi
penguraian yang menimbulkan bau tidak
sedap dan merangsang. Patut dicatat,
bahwa organisme sekunder tersebut
bukan penyebab penyakit.
Erwinia nimipressuralis :
Perlendiran Bakteri atau Kebasahan pada
Kayu (Slime Flux or Wetwood).
Menyerang pohon Elm, mulberry, maple,
oak, poplar, dan willow. Jaringan kayu
dan pohon-pohon itu menjadi berwarna
gelap dengan sifat seperti bekas
terendam air, dari luka-luka maupun
celah-celah
yang
ada
keluarlah
cairan/lendir
secara
terputus-putus
maupun
terus-menerus.
Bakteri
Erwinia aroideae :
Busuk
lunak
dari
Calia.
Juga
menyebabkan busuk basah pada banyak
macam sayuran, tanaman hias, juga
umbi-umbi tanaman hias, golongan
Cucurbit, dan Cacti. Busuk lunak yang
khas.
Erwinia dissolvens :
Erwinia atroseptica :
Busuk-hitam pada Kentang (Potato
Blackleg). Daun-daun tanaman di bagian
bawah
berwarna
kuning,
dan
pertumbuhannya menjadi tegak. Batang
di bawah permukaan tanah menjadi hitam
dan membusuk, umbi-umbinya ikut
terinfeksi melalui jaringan penghubung
dengan batang.
Erwinia phytophthora (atroseptica):
Busuk-hitam dari Delphinium (Blackleg of
Delphinium). Menyebabkan busuk-lunakhitam pada pangkal batang dengan cairan
bakteri yang meleleh keluar dari celahcelahnya. Menurut Elliot : bakteri
penyebabnya termasuk E.atroseptica.
Erwinia carnegiana :
Necrosis-bakteri dari Cactus Besar
(Bact.Necrosis of Giant Cactus). Mulamula mendapat bercak-bercak kecil,
berbentuk bulat atau oval, lalu menjadi
hitam pada permukaan jaringan cactus
yang seperti semangka itu. Bagian-bagian
dengan kematian jaringan yagn luas
menghasilkan cairan coklat-hitam. Pada
tahapan ini tanaman inang tak bisa
diselamatkan lagi, karena penyakit sudah
terlampau lanjut.
Adalah tidak terlampau penting untuk
mengidentifikasi sampai kepada species
dari bakteri penyebab busuk lunak/basah
Xanthomonas
hyacinthi :
Penyakit kuning pada hyacinth
(Hyacinth Yellow).
Umbi-umbi
Hyacinth yang terkena infeksi
berat tidak akan menghasilkan
bunga
dan
daun-daunnya
(9).
family
Streptomycetaceae
Streptomyces (Actinomyces) :
Suatu genus yang mempunyai mycelium,
tetapi dalam Manual Bergey digolongkan
Gambar 5.48.
Gejala pustul bakteri pada daun
kedelai.
bentuk
pada
daun-daun
dan
batang/cabang. Beberapa jenis nematoda
yang menyerang golongan tanaman butirbutiran (gandum misalnya) dan rumputrumputan menyebabkan terbentuknya
benjolan (galls) dalam jaringan biji.
Akibat-akibat lain yang umum
terdapat : tanaman merana, kerdil, layu
secara abnormal, menguning, dan/atau
menghasilkan panen yang rendah
kwalitasnya (misalnya sayuran). Acapkali
akibat-akibat ini sulit untuk dievaluasi dan
dibedakan dari akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh faktor-faktor lain yang
mungkin bisa juga menyebabkan
pertumbuhan yang jelek.
Gambar 5.49.
Gejala serangan nematoda
Gambar 5.51.
.Gejala puru akar yang disebabkan oleh
nematoda
Gambar 5.52.
Struktur virus
(5). Mosaic
Variasi dalam warna daun dengan pola
beraneka.
(6). Mottle
Beberapa pola tertentu dari variasi warna
Gejala
nekrosis:
(1). Necrosis Pucuk (Top
Necrosis) Terjadi kematian
pucuk (terminal)
ranting/cabang dan daun-daun.
Gejala
pada
Kobis,
Mosaic
pada
Peach.
Gambar 5.54.
Kutu daun, salah satu vektor
virus tanaman.
Gambar 5.55.
Gejala serangan virus pada polong kacang
buncis
Gambar 5.53.
Gejala serangan virus pada daun
tembakan
Gam
bar
5.56.
Gejala serangan virus pada
tanaman bawang
Gambar 5.57.
Penyakit bunchy Top yang disebabkan
oleh virus pada tanaman pisang.
Gulma Tumbuhan
Gambar 5.58.
Gulma tanaman daun lebar
d.
Pemberantasan
hama
dilakukan dengan cara:
serangga
x
x
x
x
x
penggunaan varitas
tahan atau resisten,
tehnik budidaya,
sanitasi,
penggunaan insek-tisida,
secara biologi,
pengendalian hama
secara terpadu.
227
bahaya residu pestisida terhadap
tanaman manusia, dan lingku-ngan.
Akibat pengunaan pestisida yang kurang
tepat menimbulkan ketahanan serangga
terhadap pestisida.
228
Dalam mencapai sasaran pengendalian
hama terpadu, yaitu mempertahankan
populasi hama di bawah kerusakan
ekonomi.
Sehingga produktivitas
pertanian dapat diusahakan pada tingkat
yang tinggi, maka perlu diperhatikan
bebe-rapa
kendalanya,
yaitu
kendala sosial dan ekonomi, yang
berarti
bahwa
pelaksanaan
pengendalian hama terpadu harus
dapat didukung oleh kelayanan
sosial
ekonomi
masyarakat
setempat. Kendala
ekologi
yang
berarti
bahwa dalam penerapan
pengendalian hama terpadu harus secara
biologis dapat dipertanggung-jawabkan
dan tidak menimbulkan kegoncangan atau
kerusakan
linkungan
yang
akan
merugikan binatang berguna,marga
satwa, manusia, dan lingkungannya.
Pengendalian hama terpadu tidak hanya
memperhatikan sasaran jangka pendek
tetapi merupakan pencapaian untuk
sasaran
jangkan
panjang,
serta
kelestarian produksi dan pengelolaan
lingkungan. Langkah-langkah pokok yang
harus dilalui dalam pengendalian hama
terpadu:
x Identifikasi dan analisis status
hama yang harus dikelola
x Mempelajari
saling
ketergantungan dalam ekosistem
x Menetapkan
dan
mengembangkan
ambang
ekonomi
x Mengembangkan
sistempengamatan dan meonitoring hama
x Mengembangkan
model
deskripsi dan peramalan hama
x Mengembangkan
strategi
pengelolaan hama
x Melakukan penyuluhan kepada
para petani agar menerima dan
menerapkan pengendalian hama
terpadu
x Mengembangkan
orgnisasi
pengendalian hama terpadu
229
230
menempel pada tubuh hama. Racun
sistemik adalah bahan kimia yang
mematikan hama yang masuk ke dalam
tubuh hama melalui bagian tumbuhan
yang terlebih dahulu telah mengandug
bahan kimia tersebut, kemudian termakan
organisme penggangu atau nama.
menjadi gas
dan membunuh organisme
pengganggu melalui proses pernafasan. Pada
umumnya pestisida dibuat dalam bentuk
formulasi tertentu, sehingga efektif dan efisien
penggunaannya.
Beberapa
bentuk
formula pestisida disajikan dalam tabel
berikut ini.
NAMA
FORMULASI
KODE
Emulsifiable
Concentrates
(EC)
Wetable Powders
(WP)
Flowable Powder
Soluble Powder
Solution
Dust
Granular
Aerosol
(A)
Poisonous Baits
(B)
10
Slow- release
Formulations
(SR)
(F)
(SP)
(S)
(D)
(G)
KETERANGAN
Bila dicampur air, cairan akan menjadi emulsi (putih
seperti susu)
Tepung basah, bila dicampur air menjadi suspensi
Tepung halus dan basah (seperti
puding). Bila dicampur air emnjadi suspensi tepung
dan dapat larut dalam air
Tepung, dapat larut dalam air
Larutan mempunyai-daya racun tinggi terhadap
organisme pengganggu tanaman
Debu, digunakan tanpa campuran bahan pelarut lagi
Butiran, diberikan kepada tanaman tanpa bahan tambahan
(langsung dibenamkan pada tanah)
Bahan aktif, merupakan partikel kecil yang dapat
menguap ke udara
Umpan beracun, digunakan bersama bahan
tambahan yang disenangi hama (sebagai makanan)
Bahan aktif, keluar secara per lahan-lahan,
pemakaian selama musim tanam beberapa kali.
Tabel 5.12. Daftar hama dan penyakit tanaman serta jenis pestisida
No. NAMA HAMA/
A. HAMA
PESTISIDA
DOSIS PENGENDALIAN
Takothion 500 EC
Furadan G
Thrips
Temik 10 G
Curater 3 G
Tungau
Takothion 500 EC
231
Kutu Daun
Trithion 4 E
Omite 57 EC
Tahothion 500 EC
Anthio 33 EC
Dibrom 8 EC
1 2 cc per liter
air air
2 cc/liter
Folithion 50 EC
Karphos 25 EC
Nudrin 24 WSC
Diazinon 40 EC
Ulat
Baythroid 50 WSC
Kumbang
Cymbush 6 EC
Bayrusil 250 EC
Hostathion 75 EC
Lalat Buah
7
8
Kepik
Belalang
Bayrusil 250 EC
Laybaycid 25 EC
Folithion 50 EC
Curacron
Benlate / Antracol 70
WP / Velimex
B. PENYAKIT
Bercak Daun
Layu Fusarium
Layu Bakteri
d.
232
patogen tersebut mantap di ekosistem
yang baru ini, sehingga menjadi faktor
mortalitas tetap bagi spesies hama yang
dikendalikan. Permu-laan bagi patogen
diperlukan kepadatan populasi inang yang
cukup.
3).
Aplikasi patogen hama
sebagai insektisida mikrobial.
Aplikasi patogen perlu dilakukan
beberapa kali sama prinsipnya
dengan penggunaan insektisida
233
(a).
Mengusahakan pertumbuhan
tanaman sehat
Yang dimaksud dengan tanaman sehat
ialah tanaman yang terlihat segar, tumbuh
normal menurut kriteria pertumbuhan
yang telah diketahui. Dimulai dengan
menilai kesehatan benih. Tanda-tanda
Penggunaan mulsa
234
mengambil/menangkap hama sebagai
berikut :
x Membinasakan dengan tangan,
alat
x Memagari tanaman dengan
pagar
x Menangkap
dengan
alat
penghisap
x Menggunakan alat perangkap
(e
).
Fi
si
k
Yang
dimaksud
dengan
pengendalian secara fisik ialah
memanfaatkan faktor-
(f).
(h). Pestisida
Yang dimaksud dengan pestisida ialah
zat-zat kimia untuk membunuh hama.
Jadi pestisida adalah racun. Namun
masih terjadi perdebatan apakah berbagai
produk kimia yang non-letal seperti
pengatur
tumbuh,
feromon
dan
sebagainya, juga termasuk pestisida.
x
x
235
hama penting apa saja yang mungkin
timbul pada setiap fase kegiatan dan
pertumbuhan tanaman. Untuk ini
diperlukan
pengetahuan
tentang
agorekosistem tanaman tersebut dan ekobiologi
hama-hamanya.
Misalnya
Implementasi Pengendalian
236
yang terbanyak parasitoid adalah famili
Ichneumonidae,
Braconidae,
dan
Chalcidoidea.
2). Predator
Gejala serangan :
Bacillus thuringiensis sporulasi dalam
tubuh serangga membentuk kristal yang
mengandung protein beracun. Bila spora
dan kristal bakteri dimakan oleh serangga
yang peka maka terjadi gejala paralisis
yang mengakibatkan kematian inang.
Kristal bakteri akan melarut dalam saluran
pencernaan. Dalam jaringan tersebut
bakteri mengeluarkan toksin yang dapat
mematikan serangga
Cendawan (fungi). Kelompok jenis jamur
yang menginfeksi serangga kita namakan
jamur entomofatogenik, jenis yang
terkenal adalah Nomuraea rileyi,
Metharizium anisopliae, dan Beauveria
basiana
Gejala serangan :
Jamur patogen masuk ke dalam tubuh
serangga tidak melalui saluran makanan
tetapi langsung masuk ke dalam tu-buh
melalui kulit atau integumen. Setelah
konidia jamur masuk ke dalam tubuh
serangga
serangga,
jamur
memperbanyak
dirinya
melalui
pembentukan hifa dalam jaringan
epikutikula, epidermis, hemocoel, serta
jaringan-jaringan lainnya. Pada akhirnya
semua jaringan dipenuhi oleh miselia
jamur. Disamping itu ada beberapa jenis
jamur yang mempengaruhi pigmentasi
serangga dan menghasilkan toksin yang
sangat mempengaruhi fisiologi serangga.
Karena pengaruh infeksi jamur terhadap
pembentukan pigmen, larva atau instar
serangga
yang
terserang
jamur
memperlihatkan
perubahan
warna
tertentu seperti warna merah dan merah
muda.
Proses perkembangan jamur dalam tubuh
inang sampai inang mati berjalan sekitar 7
hari. Setelah inang terbunuh, jamur
membentuk konidia primer dan sekunder
yang dalam kondisi cuaca yang sesuai
237
konidia tersebut muncul keluar dari
kutikula serangga.
Saat ini di Indonesia jamur Metarhizium
anisopliae telah digunakan secara luas
untuk pengendalian hama Oryctes sp.
yang
menyerang kelapa. Jamur
Beauveria
telah
dicoba
untuk
pengendalian hama wereng padi coklat
dan hama
buah kopi.
penggerek
Jamur
antagonis.
Beberapa
spesies Gliocladium sp. bersifat
antagonis yang menyebabkan
kematian dan menghancurkan hifa
inangnya dengan sekresi satu atau
238
Gambar 48.
Gejala pada serangga dewasa C. sordidus yang terinfeksi oleh jamur
B.bassiana
Gambar
Morfologi Gliocladium sp. (kiri) dan Hiperparasitisme Gliocladium sp.
Pada patogen tanaman (kanan)
Jamur
Metarrhizium
anisopliae
Perbanyakan jamur dilakukan pada PDA,
setelah itu dipin-dahkan ke dalam media
ja-gung pecah. Pada media jagung
tersebut akan tumbuh miselium berwarna
putih dan spora-spora jamur berwarna
hijau olive. Suspensi jamur dibuat dari
biakan pada media jagung yang
disuspensikan ke dalam akuades dan
disaring. Suspensi ini dihitung kepekat-an
sporanya dengan alat Haemocytometer di
bawah mikroskop dengan perbesaran
400600x, sehingga diperoleh suspensi
dasar yang selanjutnya akan diencerkan
sesuai kebutuhan.
239
kamar selama 2 hari. Pada hari ke-3
pindahkan jamur antagonis ke dalam
cawan petri yang mengandung PDA steril,
lalu diinkubasikan sela-ma 4 hari. Pilih
satu cawan petri yang mengandung koloni
Gliocladium sp. murni. Setelah dipotong-
240
selalu mengikuti translokasi air dan
larutan hara tanama
Translokasi bahan aktif dari herbisida
melalui ruang interseluler karena adanya
sifat bahan pelarut yang nonpolar dan
mempunyai tekanan permukaan yang
rendah.
Dengan demikian
herbisida dapat menyebar ke
seluruh bagian tanaman, dari
bagian atas ke bawah, atau
sebaliknya.
Begitupun dengan
proses secara radian ataupun
tangensial. Faktor-faktor yang
241
Ringkasan
Setelah mempelajari BAB 5. siswa telah mampu menguasai kompetensi-kompetensi
berikut:
1. Menyiapkan lahan dan media tanam
2. Mengelola alat dan mesin pemeliharaan tanaman
3. Menerapkan K-3 dalam merawat tanaman
4. Merawat benih tanaman
x
x
x
x
Media tumbuh
Perkembangan dan
pengertian tanah
Profil tanah
Komponen tanah
Fungsi utama tanah
senagai media tumbuh
x
x
x
x
x
x
x
Pengairan
Fungsi air bagi tanaman
Kebutuhan bagi tanaman
Peran utama air tanah
Proporsi dan siklus air
tanah.
Koefisien dan
ketersediaan air tanah
factor-faktor ketersediaan
air
Teknik pengairan
Pemangkasan
x Pemangkasan
tanaman
muda.
x Pemangkasan
tanaman tua.
Sifat kimia
Unsu hara
makro
x Unsur hara
mikro
x
x
x
x
x
x
x
x
Pemupukan
Pupuk organic
Pupuk
anorganik
OPT
Hama
Penyakit
Gulma
Tekniik
pengendalian
HPG
Implementasi
pengendalian
242
SOAL:
1. Jelaskan tentang unsur hara makro dan mikro bagi tanaman.
2. Jelaskan minimal 10 OPT dan teknik pengendaliannya.
3. Mengapa pengendalian OPT yang terbaik adalah secara terpadu.
TUGAS:
1. Lakukan observasi terhadap unsur hara yang digunkan petani di sekitar sekolahmu.
2. Amati hama. Penyakit dan gulma yang menyerang tanaman yang dibudidayakan di
sekolahmu dan diskusikan dengan teman satu kelompok bagaimana cara
mengendalikan OPT tersebut.
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008 tentang
Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk
digunakan dalam Proses Pembelajaran.