Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

DI SUSUN OLEH :
NAMA LENGKAP : NUR AINI IFTITAH
(201221049)

PRODI D III KEPERAWATAN


STIKES ST. ELISABETH SEMARANG
2012/2013

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar mempertahankan status,
kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki
berbagai sel dalam

tubuh.

Pemenuh kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang
sedang sakit agar lebih cepat sembuh memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila
kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup maka jumlah energi yang di harapkan
dapat memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam
kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu,orang yang mengalami kelelahan juga
memerlukan istirahat dan tidur lebih dari

biasanya.

B. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai konsep kebutuhan
istirahat dan

tidur

2. Pembaca dapat melakukan tindakan keperawatan yang tepat sesuai dengan


prosedur yang berlaku.
3. Pembaca dapat menambah kopetensi terkait dengan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur klien.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Tidur dan istirahat


Pengertian Tidur
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat
berfungsi secara optimal. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang,
relaks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat
bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di
taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. Istirahat juga bisa
diartikan dengan bersantai, menyegarkan diri atau diam, melepaskan diri dari
apapun yang membosankan, menyakitkan atau menjengkelkan. Status aktifitas
tubuh dalam keadaan menurun, keadaan tenang, rileks, bebas dari cemas dan
takut.
Sedangkan tidur merupakan suatu keadaan berubahnya kesadaran,
dimana dengan adanya berbagai derajat stimulus dapat menimbulkan suatu
keadaan yang benar - benar terjaga (Taylor, 1997). Tidur merupakan aktivitas yg
melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin, KV, Respirasi, dan
muskulosekeltal. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal,
tingkat kesadaran yang bervariasi,perubahan proses fsiologis tubuh,dan penurunan
respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu kita, kita
gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat
memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas,mengurangi
stress dan kecemasan,serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat
hendak melakukan aktivitas sehari-hari.

B.Fisiologi Tidur

Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang
otak,yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing
Region(BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus
yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus
visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan proses berfikir.
Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto,Wartonah,2003).
Tidur ditandai dengan:

Aktivitas fisik, minimal


Perubahan-perubahan fisiologis tubuh dan penurunan respon terhadap

rangsangan eksternal.
Meskipun tujuan dari tidur sebenarnya tidak jelas, namun diyakini bahwa tidur
diperlukan untuk memelihara kesehatan dan menjaga keseimbangan mental
emosional.Apabila kekurangan tidur akan mengakibatkan kondisi yang dapat
merusak orang yang mengalaminya.
Fungsi dan tujuan tidur masih belum diketahui secara jelas. Meskipun
demikian, tidur diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental,
emosional, dan kesehatan. Sclain itu, stres pada paru, sistem kardiovaskuler,
endokrin, dan lain-lainnya juga menurun aktivitasnya. Energi yang tersimpan
selama dari tidur diarahkan untuk fungsi-fungsi seluler yang penting. Secara
umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf yang
dipeerkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara
berbagai susunan saraf. Kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan
kesogaran dan fungsi organ dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan
aktivitas organ-organ tubuh tersebut selama tidur.

Irama Sirkadian

Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda.


Pada manusia,bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan factor
lingkungan (mis; cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik).
Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian-yamg melengkapi
siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung,tekanan
darah,temperature,sekresi hormone,metabolism dan penampilan serta perasaan
individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama
biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu
memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan
bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur
pada saat ritme tersebut paling rendah (Lilis,Taylor,Lemone,1989).
C.Fungsi Tidur
Fungsi tidur adalah memperbaiki (restorative) kembali organ-organ
tubuh (Fordiastiko,1997)
NREM: anabolik dan sintesis RNA
REM: pembentukan hubungan baru pd korteks & sistem neuroendokrin yg
menuju otak:
a. Pertumbuhan dan kesehatan anak-anak.
b.Meringankan stres dan kegelisahan.
c.Memulihkan kemampuan untuk mengatasi dan mengkonsentrasikan pada
kebutuhan sehari-hari.

Kebutuhan Tidur
Kebutuhan tidur pada manusia tcrgantung pada tingkat perkembangan,
Tabel 1\Kebutuhan Tidur Manusia

Umur
1. Tingkat Perkembangan
0 - 1 bulan
Bayi baru lahir Jumlah Kebutuhan tidur
14 - 18 jam/hr
2. Masa bayi
1 bulan - 18 bulan 12 - 14 jam/ hari
3. Masa anak
18 bulan - 3 tahun 11 - 12 jam/hari
4. Masa prasekolah
3 tahun - 6 tahun 11 jam/hari
5. Masa sekolah
6 tahun - 12 tahun 10 jam/ hari
6. Masa remaja
12 tahun - 18 tahun 8,5 jam/hari
7. Masa dewasa
18 - 40 tahun 7 - 8 jam/hari

8. Masa muda paruh baya


40 tahun - 60 tahun 7 jam/hari
9. Masa dewasa tua

60 tahun keatas 6 jam/hari


Pola Tidur

Pola Tidur Normal berdasarkan tingkat usia:


Usia Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhan tidur Pola tidur normal
0-1 bulan Masa Neonatus 14-18 jam/hari Pernafasan teratur gerak tubuh
sedikit, 50% tidur NREM., banyak waktu tidurnya di lewatkan pada

tahap II dan IV tidur NREM.setiap siklus sekitar 45-60 menit


( 1 bulan-18bulan)
Masa Bayi 12-14 jam/hari 20%-30% tidur REM, tidur lebih lama pada

malam hari, punya pola terbangun sebentar.


(18 bulan-3 tahun)
Masa Anak 11-12 Jam/Hari 25% tidur REM banyak tidur pada mala
hari, terbangun dini hari berkurang, siklus bangun tidur normal sudah

menetap pada umur 2-3 tahun


(3-6 tahun)
Masa prasekolah 11 jam/hari 20 % tidur REM ,periode terangun kedua
hilang pada umur 3 tahun, umur 5 tahun tidur tidak ada kecuali

kebiasaan tidur sore hari.


(6-12 Tahun)
Masa sekolah 10 jam/hari 18,5% tidur REM, sisa waktu tidur relative

kostan.
(12-18 Tahun)
Masa Remaja 8,5jam/hari 20% tidur REM.

(18-40 Tahun)
Masa dewasa muda 7-8 jm/hari 20-25% tidur REM, 5%-10% tidur
terhadap I, 50% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III dan IV.

(40-60 Tahun)
Masa paruh baya 7 jam/hari 20% tidur REM, mungkin mengalami
imsomnia dan sulit untuk dapat tidur.

(60 tahun ke atas)


Masa dewasa tua 6 jam/ hari 20%-25% tidur REM, tidur tahap IV nyata
berkurang terkadang tak ada, mungkin menngalami insomnia dan sering
terbangun sewaktu tidur malam hari.

D.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur


Faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di
antaranya

adalah

penyakit,

lingkungan,

kelelahan,

gaya

hidup,

stress

emosional,stimulan dan alcohol,diet, merokok,dan motivasi.


a). Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang
lebih banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit
juga dapat mengalami gangguan.
b). Lingkungan.
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur.
Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat
menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau
ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring
waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi trsebut.
c). Kelelahan.
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya.
Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
d). Gaya hidup.
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar
bisa tidur pada waktu yang tepat.
e). Stress emosional.

Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi


ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system
saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap
IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
f). Stimulant dan alkohol.
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP
sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alcohol yang
berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alcohol telah
hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.
g). Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnyaterjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan
dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.

h). Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di
malam hari.
i). Medikasi.
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,metabloker dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin
hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan
seringnya terjaga di malam hari.
j). Motivasi.

Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah


seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga
sering kali dapat mendatangkan kantuk.
E.Macam-Macam Gangguan Tidur
INSOMNIA
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor
mental seperti perasaan gundah atau gelisah.

Ada tiga jenis insomnia:


1.Insomnia inisial yaitu kesulitan untuk memulai tidur.
2.Insomnia intermiten yaitu kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya
terjaga.
3.Insomnia terminal yaitu bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
PARASOMNIA
Masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak-anak :

Night terrors dan mimpi buruk

Sleepwalking dan sleeptalking

Bruksisme

Enuresis

HYPERSOMNIA
Gangguan ini adalah kebalikan dari insomnia. Seringkali penderita
dianggap memiliki gangguan jiwa atau malas. Para penderita hypersomnia
membutuhkan waktu tidur yang sangat banyak dari ukuran normal. Meskipun
penderita tidur melebihi ukuran normal, namun mereka selalu merasa letih dan
lesu sepanjang hari. Namun gangguan ini tidaklah terlalu serius dan dapat diatasi
sendiri oleh penderita dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen diri.
SLEEP APNEA
Gangguan yg dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui hidung
dan mulut.

Ada 3 jenis apnea tidur: apnea sentral, obstruktif, dan campuran :


1. APNEA OBSTRUKTIF
Terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorok rileks
pada saat tidur. Jalan nafas atas menjadi tersumbat, dan aliran udara pada hidung
berkurang atau berhenti. Individu masih berusaha untuk bernafas karena gerakan
dada dan abdomen terus terjadi, yang seringkali menyebabkan bunyi dengkuran
atau dengusan yang keras.

2. APNEA SENTRAL
Melibatkan disfungsi pada pusat pengendalian pernafasan di otak. Impuls
untuk bernafas sementara berhenti, dan aliran udara pada hidung dan gerakan
dinding dada juga terhenti. Saturasi oksigen dalam darah juga menurun. Kondisi
ini terjadi pada klien yg mengalami cedera batang otak

3. APNEA CAMPURAN
Merupakan perpaduan antara apnea obstruktif dan apnea sentral

NARKOLEPSI
Disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun dan tidur. Suatu
kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur.
Orang yg menderita narkolepsi boleh dikatakan dapat tidur diwaktu
sedang berdiri, tengah mengemudikan kendaraan, tidur di tengah-tengah suatu
pembicaraan atau selagi berenang

SOMNAMBULISME
Somnambulisme,berjalan-jalan dalam tidur,lebih banyak terlihat pada
anak-anak daripada di kalangan orang dewasa.
Bahaya bagi orang yang menderita somnambulisme adalah bahwa ia dapat
mendapatkan cedera,dan tindakan-tindakan membuat lingkungannya aman
merupakan suatu keharusan,umpanya memasang kunci-kunci yang benar-benar
bekerja baik pada pintu-pintu.
Jika seorang penderita yang pernah mengalami somnambulisme akan diterima
untuk dirawat di Rumah sakit atau unit perawatan kesehatan lainnya,maka

PENUTUP

KESIMPULAN

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat
berfungsi secara optimal. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang,
relaks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah.
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang
otak,yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing
Region(BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus
yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus
visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan proses berfikir.
Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR

Daftar pustaka
Alimul.H.Aziz (2006) Pengantar KDM dan Proses Keperawatan, Salemba
Medika Jakarta.
Asmadi (2008) Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM,
Salemba Medika Jakarta.
Doengos.E.Maryln,dkk (2002) Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba
Medika Jakarta.
Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba
Medika Jakarta

Anda mungkin juga menyukai