CA BULI
1. Latar Belakang
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah
kandung kemih. Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada
pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering,
kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat
diagnosa. Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria
meningkat lebih dari 20 % sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%.
Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah karena
bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma
haematobium dan merokok.
Tumor ganas kandung kemih sekitar 90% adalah karsinoma sel
transisional dan 10% adalah ca skuamosa dan jarang sekali adenokarsinoma
yang berasal dari jaringan urakus. Didaerah sistoma dapat menyebabkan
kanker skuamosa. Kanker kandung kemih dapat kapiler, noduler, ulseratif atau
infiltratif. Derajat keganasan ditentukan oleh tingkat deferensiasi dan penetrasi
ke dalam dinding atau jaringan sekitar kandung kemih. Epitel transisional
terdiri dari 4-7 lapisan sel epitel ketebalan lapisan tergantung dari tingkat
distensi kandung kemih. Adapun yang berperan dalam masalah ini adalah sel
basal, sel intermediate, sel superficial, inilah yang akan menutupi sel
intermediate, bergantung pada apakah kandung kemih dalam keadaan distensi
atau tidak.
2. Pengertian
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli adalah kanker yang
mengenai kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas
50 tahun (Nursalam, 2009).
Karsinoma buli-buli merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama
kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot & lemak
perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitar (Basuki B.
Purnomo, 2000).
3. Etiologi
Menurut Nursalam, 2009, Etiologi yang pasti dari kanker kandung kemih
tidak diketahui. Akan tetapi ada kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
a. Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek
api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon karena sering terpapar oleh
bahan karsinogen (senyawa air aromatik 2 naftilamin, bensidin, dan 4
aminobifamil).
b. Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa
amin aromatic dan nitrosamine
c. Infeksi saluran kemih seperti E. Coli dan proteus spp yang
menghasilkan nitrosamine sebagai zat karsinogen
d. Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin
dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui
intravesika, fenasetin, opium, dan antituberkulosis INH dalam jangka
waktu lama
4. Patofisiologi
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun
dan angka kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Karena usia
yang semakin tua, maka akan terjadi penurunan imunitas serta rentan terpapar
radikal bebas menyebabkan bahan karsinogen bersirkulasi dalam darah.
Selanjutnya masuk ke ginjal dan terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas
bergabung dg urin terus menerus, masuk ke kandung kemih. Radikal bebas
mengikat elektron DNA & RNA sel transisional sehingga terjadi kerusakan
DNA. Mutasi pada genom sel somatik menyebabkan pengaktifan oonkogen
pendorong pertumbuhan, perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan,
dan penonaktifan gen supresor kanker. Sehingga produksi gen regulatorik
hilang dan replikasi DNA berlebih. Akhirnya terjadi kanker pada kandung
kemih.
5. Tanda Dan Gejala
a. Kencing campur darah yang intermittent
b. Merasa panas waktu kencing
c. Merasa ingin kencing
d. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar
kencing
e. Nyeri suprapubik yang konstan
f. Panas badan dan merasa lemah
g. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
micros hematuria
Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri
dalam urine
b. Pemeriksaan IVP dapat mendeteksi adanya tumor kandung kemih berupa
filling defect/massa tumor , tumor sel transisional yang berada pada ureter
atau pielum, dan adanya hidroureter atau muara ureter.
c. CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ
sekitarnya.
d. USG
e. Sistoskopi dan Biopsi
f. Radiology
Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
g. Systologi
7. Pathway
Etiologi
Ca Buli
obstruksi
terjadi hipermetabolik
mual, muntah
retensi urine
gangguan kebutuhan
nutrisi
iritasi pada
blas
gangguan eliminasi
urine
nyeri
proses pembedahan
cistostomi
kurang informasi
luka
cemas
tempat masuknya
mikroorganisme
resiko infeksi
8. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal
masuk rumah sakit, alamat, suku dan bangsa yang digunakan, nomor
register, diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang
intermitten, merasa panas waktu kencing. Merasa ingin kencing, sering
kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing,
nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri
pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena
hydronephrosis
c. Riwayat penyakit sekarang.
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan factor yang
mempengaruhi atau memperberat keluhan sehingga dibawa ke rumah
sakit.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah menderita penyakit batu buli buli sebelumnya
dan penyakit yang pernah diderita pasien.
e. Riwayat penyakit keluarga.
Adakah keluarga yang menderita penyakit batu buli buli atau tidak,
ada penyakit menurun atau menular
f. Pemeriksaan Fisik
- Aktivitas/Istirahat
No DX
1
Setelah
Tujuan (NOC)
dilakukan tindakan -
keperawatan
diharapkan
3x24
nyeri
jam
komprehensif
terkontrol,
lokasi,
kualitas
Skala
sampai hilang.
Pasien
mengungkapkan
berkurang -
perasaan
Wajah rileks
nyaman
berkurangnya nyeri.
-
termasuk
Intervensi (NIC)
Lakukan pengkajian nyeri secara
Ajarkan
tentang
teknik
non
Tingkatkan istirahat
pemberian
analgesik
pertama kali
Setelah
dilakukan
keperawatan
3x24
tindakan -
jam
24 jam
Anjurkan
memepretahankan
hasil:
- Tidak ada nyeri saat BAK
adekuat
-
pasien
untuk
cairan
yang
iritasi
kandung
Anjurkan
pada
pasien
dan
Setelah
dilakukan
keperawatan
3x24
tindakan jam -
sering
-
anjurkan
mengkonsumsi
klien
makanan
untuk
tinggi
Setelah
kolaborasi
diharapkan
tindakan 3x24
jam
cemas
teratasi,
efek sampingnya
Berikan lingkungan yang tenang
klien rileks
menunjukan koping yang
efektif
dan nyaman.
obat
antiemetic
identifikasi tingkat kecemasan
Berikan
informasi
tentang
dilakukan
keperawatan
pemberian
Setelah
dilakukan
keperawatan
3x24
tindakan
jam
mencegah refluks.
Kenali tanda dan gejala infeksi
serta anjurkan untuk pemeriksaan
Daftar Pustaka
-