BAB IV
SISTEMATIKA
Pasal 4
Sistematika RPJP Daerah meliputi :
BAB I
Pendahuluan,
memuat
uraian
tentang
Latar
Belakang, Dasar Hukum Penyusunan, Hubungan
Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana
Pembangunan
Daerah
Lainnya,
Sistematika
Penulisan, Maksud dan Tujuan;
BAB II Gambaran
Umum
Kondisi
Daerah,
memuat
penjelasan umum mengenai kondisi Geografi dan
Demografi, Pelaksanaan Syariat Islam, Kesejahteraan
Masyarakat, Pelayanan Umum dan Daya Saing
Daerah;
BAB III Analisis Isu-isu Strategis, memuat uraian tentang
Permasalahan Pembangunan Daerah dan Isu-isu
Strategis baik di tingkat nasional, provinsi dan di
Kabupaten Pidie Jaya;
BAB IV Visi dan Misi Daerah, memuat visi pembangunan
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005-2025, dan misi
pembangunan yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan Visi yang terbagi dalam 4 periode
pembangunan 5 tahunan;
BAB V Arah Kebijakan Pembangunan, memuat penjelasan
tentang Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan
Pembangunan serta Tahapan dan Skala Prioritas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang;
BAB VI Kaidah Pelaksanaan, memuat tentang Tatacara
Pelaksanaan, Organisasi Pelaksana, Monitoring dan
Evaluasi serta Bagian dan Mekanisme Pengawasan.
BAB V
ISI DAN URAIAN RPJM DAERAH
Pasal 5
Isi beserta uraian RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada
Pasal 4, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Qanun ini.
BAB VI
BAB VI
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 6
(1) Pemerintah Kabupaten melakukan pengendalian dan
evaluasi terhadap pelaksanaan RPJP Daerah.
(2) Tata cara pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan
RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB VII
KETENTUAN LAIN LAIN
Pasal 7
RPJP Daerah dijadikan dasar evaluasi terhadap RPJMD setiap
Bupati terpilih dalam jangka 20 tahun dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2025.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Dengan berlakunya Qanun ini, maka segala ketentuan yang
bertentangan dengan Qanun ini dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 9
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Qanun ini sepanjang
mengenai peraturan pelaksanaannya akan lebih lanjut diatur
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 10
Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Pidie Jaya.
Ditetapkan di Meureudu
pada tangggal
2013 M
1434 H
BUPATI PIDIE JAYA,
2013 M
1434 H
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA,
PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN QANUN PIDIE JAYA
NOMOR
TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005 2025
I. UMUM
RPJP Daerah merupakan dokumen perencanaan pembangunan
daerah untuk kurun waktu 20 tahun, yang digunakan sebagai acuan
dalam penyusunan RPJMD Bupati Terpilih untuk 5 (lima) tahunan,
acuan dalam penyusunan RKPD untuk setiap jangka waktu 1 (satu)
tahun. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, RPJP
Daerah merupakan penjabaran visi, misi dan arah pembangunan
daerah; RPJP Daerah tersebut digunakan sebagai pedoman dalam
penyusunan RPJMD, acuan penyusunan RKPD, yang merupakan
rencana pembangunan tahunan daerah, serta memuat prioritas
pembangunan daerah, gambaran umum kondisi daerah, analisis dan
arah kebijakan pembangunan. Kurun waktu RPJP Daerah adalah 20
tahun. Pelaksanaan RPJP Daerah Tahun 2005-2025 terbagi dalam
tahapan perencanaan pembangunan pada periodisasi perencanaan
pembangunan 5 (lima) tahunan yang dituangkan dalam :
a. RPJPD periode 5 Tahun Pertama Tahun 2005-2010;
b. RPJPD periode 5 Tahun Kedua Tahun 2010-2015;
c. RPJPD periode 5 Tahun Ketiga Tahun 2015-2020;
d. RPJPD periode 5 Tahun Keempat Tahun 2020-2025;
Keberhasilan dan implementasi pelaksanaan RPJP Daerah, sangat
tergantung dari kesepakatan, kesepahaman dan komitmen bersama
antara Pemerintah Daerah,
Pemerintah Pusat, dan Pemerintah
Provinsi Aceh serta pemangku kepentingan di Pidie Jaya.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya, maka
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Pidie Jaya Tahun
2005 2025 ini dapat tersusun sesuai dengan amanat Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Dokumen RPJP ini memuat rencana pembangunan daerah Kabupaten Pidie Jaya
dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan yang memuat Visi, Misi dan Arah
Pembangunan Daerah Kabupaten Pidie Jaya dengan memperhatikan RPJP Aceh dan
Nasional serta RTRWN, RTRW Aceh dan RTRW Kabupaten Pidie Jaya. Sesuai dengan
amanat perundangundangan yang berlaku, penyusunan dokumen perencanaan ini
dilakukan dengan menggali aspirasi masyarakat Kabupaten Pidie Jaya yang dijaring
melalui kegiatan Fokus Grup Diskusi (FGD) pada tingkat desa, kecamatan, forum SKPD
hingga diskusi dalam bentuk musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) di
tingkat kabupaten. Keseluruhan kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat tersebut
dilakukan oleh tim penyusun dari Bappeda Kabupaten Pidie Jaya bekerja sama dengan
unsur Perguruan Tinggi Negeri di wilayah Provinsi Aceh. Dengan sistem pendekatan
penyusunan Dokumen RPJP Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 2025 yang dilakukan,
kiranya
dokumen
ini
dapat
memuat
aspirasi
masyarakat
dalam
perencanaan
DAFTAR ISI
Halaman
Rancangan Qanun Kabupaten Pidie Jaya ...................................................................
Kata Pengantar ............................................................................................................
ii
iv
BAB
PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1
1.2
1.3
BAB
II
1.4
1.5
2.1
16
19
36
2.2
38
2.3
40
40
45
48
ii
2.4
49
49
58
66
66
73
74
75
3.1
12
4.1
4.2
5.1
5.2
2.5
BAB
III
3.2
BAB
BAB
BAB
IV
VI
16
17
17
18
20
6.1
Pelaksanaan ................................................................................
6.2
6.3
6.4
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 2.1
TABEL 2.2
TABEL 2.3
21
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009
Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya .................................
TABEL 2.9
19
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009
Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Pidie Jaya ................................
TABEL 2.8
18
TABEL 2.7
17
TABEL 2.6
16
TABEL 2.5
12
TABEL 2.4
22
TABEL 2.10
TABEL 2.11
24
TABEL 2.13
23
TABEL 2.12
22
27
39
40
TABEL 2.15
40
TABEL 2.16
Luas Areal Tambak di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 dan 2009 .....
49
TABEL 2.17
TABEL 2.14
50
51
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 2.1
25
GAMBAR 2.2
27
GAMBAR 2.3
Perkembangan Nilai UAN dan UAS untuk SD/MI dan SMP/MTs ......
30
GAMBAR 2.4
48
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
yang semakin rendah dan jumlah penduduk miskin yang makin dapat ditekan, pelayanan
pendidikan yang berkualitas dengan pelaksanaan manajemen pendidikan yang maju,
peningkatan kualitas pendidikan secara kompetitif dan terpadu, pelayanan kesehatan yang
berkualitas ditandai dengan meningkatnya pelayanan kesehatan pada semua akses serta
pelayanan kesehatan yang dikekola secara profesional, terpadu dan kompetitif. Mewujudkan
Kabupaten Pidie Jaya nyaman dan indah ditandai dengan dapat terpenuhinya kebutuhan
hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung bagi seluruh masyarakat
yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan,
efisien, dan akuntabel sehingga terwujud Kabupaten/Kota tanpa permukiman kumuh.
Untuk mewujudkan kondisi tersebut Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pidie Jaya Tahun
2005 2025 yang disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi serta
RTRW Provinsi dan Kabupaten. Penyusunan RPJPD ini juga memperhatikan karakteristik
dan potensi Kabupaten Pidie Jaya yang diwujudkan dalam visi, misi dan arah pembangunan
sebagai cerminan cita-cita bersama yang akan dicapai yaitu terciptanya masyarakat
Kabupaten Pidie Jaya yang Islami, Berkualitas, Adil, Makmur dan Sejahtera. Selanjutnya
RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya menjadi dasar bagi Bupati dan Wakil Bupati dalam
membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan
penjabaran dari visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati terpilih dalam Pemilihan
Kepala Daerah selama masa jabatan 5 (Lima) Tahun.
1.2
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pemerintah
Nomor
38
Tahun
2007
tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintah
Nomor
Tahun
2008
tentang
Pedoman
Evaluasi
1.3
merupakan
satu
ditetapkan dengan UU Nomor 17 Tahun 2007 dan Draft RPJPD Aceh 2005 2025.
2
Penyusunan RPJPD Kabupaten Pidie Jaya 2005 2025 memperhatikan Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh dan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Pidie Jaya yang telah disusun sebelumnya, agar sinergis dan
konsisten dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Pidie Jaya 20 tahun ke depan.
RPJPD sebagai dokumen perencanaan berwawasan dua puluh tahun, yang memuat
visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang yang di jabarkan dalam RPJMD
yang memuat visi, misi, strategi, kebijakan, dan indikasi rencana program lima tahunan,
yang selanjutnya dijadikan pedoman penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) masingmasing SKPD rangka memenuhi target capaian setiap SKPD.
1.4
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan RPJPD sebagai berikut :
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
1.3 Hubungan antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Pembangunan Daerah
Lainnya
1.4 Sistematika Penulisan
1.5 Maksud dan Tujuan
Bab II
1.5.1
Maksud
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 -
2025, disusun dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi pemerintah
dan masyarakat Kabupaten Pidie Jaya dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah
sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama
1.5.2
Tujuan
Tujuan penyusunan perencanaan pembangunan jangka panjang daerah didasarkan
pada karakteristik Kabupaten Pidie Jaya, sinergis, koordinatif dan sustainable dalam
pelaksanaan serta terarah menuju Masyarakat Kabupaten Pidie Jaya yang diinginkan
selama 20 tahun ke depan adalah :
1. Menjadi acuan resmi bagi seluruh jajaran pemerintah kabupaten Pidie Jaya, DPRK Pidie
Jaya, dunia usaha, dan elemen masyarakat dalam menentukan prioritas program dan
kegiatan tahunan yang akan dituangkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Kabupaten Pidie Jaya.
pelaksanaan
good
governance
dan
pembangunan
daerah
yang
berkelanjutan.
5. Mewujudkan kehidupan yang demokratis, transparan, partisipatif, akuntabel, berkeadilan
sosial, melindungi hak asasi manusia, tidak dikriminatif, dan memberi perhatian kepada
kelompok-kelompok rentan , mandiri, dan sejahtera dalam kerangka Islami.
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Karenanya,
masih
diperlukan
upaya
untuk
mengatasinya
dalam
96,360
Bujur Timur.
Batas wilayah Kabupaten Pidie Jaya dapat dirinci sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bireuen,
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pidie (kecamatan Tangse, kecamatan
Geumpang, dan kecamatan Mane),
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie (kecamatan Geuleumpang Tiga,
kecamatan Geuleumpang Baro, dan kecamatan Keumbang Tanjong).
2.1.2 Kondisi Topografi
Kondisi topografi kabupaten Pidie Jaya relatif tidak datar dengan ketinggian
bervariasi antara 0 8 mdpl (meter diatas permukaan laut) hingga >1500 mdpl. Luas dataran
dengan ketinggian 0 8 mdpl 28,53% dari luas keseluruhan kabupaten, sedangkan sisanya
berada di daerah selatan mempunyai kontur ketinggian permukaan tanah yang sangat
variatif atau perbukitan dengan tingkat kemiringan lereng antara 25 40%.
Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi suatu wilayah
yang sangat berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak mempengaruhi penataan
lingkungan alami. Untuk kawasan terbangun, kondisi topografi berpengaruh terhadap
terjadinya longsor dan terhadap konstruksi bangunan.
Kemiringan lerengmerupakan faktor utama yang menentukan suatu daerah apakah
layak untuk dibudidayakan atau tidak. Penggunaan lahan untuk kawasan fungsional seperti
persawahan, ladang dan kawasan terbangun membutuhkan lahan dengan kemiringan di
bawah 15%, sedangkan lahan dengan kemiringan di atas 40% akan sangat sesuai untuk
penggunaan perkebunan, pertanian tanaman keras dan hutan.
Kemiringan lahan dikelompokkan kedalam 5 lereng yaitu:
Kemiringan lereng 0 8 % (kelerengan tingkat I). Lahan dengan kemiringan
seperti ini dapat digunakan secara intensif dengan pengelolaan yang kecil.
Kemiringan lereng 8 15 % (kelerengan tingkat II/landai). Lahan dengan
kemiringan lereng seperti ini dapat digunakan untuk kegiatan pemukiman dan
pertanian, tetapi bila terjadi kesalahan dalam pengelolaan masih mungkin
terjadi erosi.
Kemiringan lereng 15 25 % (kelerengan tingkat III/agak curam)
kemungkinan terjadi erossi lebih besar.
Kemiringan lereng 25 45 % (kelerengan tingkat IV/curam), jika tumbuhan
menutupi permukiman lahan ditebang, maka lereng akan mudah tererosi.
Kemiringan lereng 45 % (kelerengan tingkat V/sangat curam), kelerengan
yang sangat peka terhadap erosi, kegiatan harus bersifat nonbudidaya.
Apabila terjadi penebangan hutan, akan membawa pengaruh yang besar
terhadap lingkungan yang lebih luas.
Gambaran kondisi kelerangan Kabupaten Pidie Jaya bisa dilihat melalui Table 2.1
Berikut ini.
Tabel 2.1
Kondisi Kelerengan Kabupaten Pidie Jaya
No
Lereng Kelas
Kecamatan
(0 3)%
(4 8)%
(9 15)%
(16 - 25)%
(26 - 40)%
12.23
9.28
10.26
>40%
Bandar Baru
22.36
29.24
16.63
Panteraja
44.01
46.41
9.58
Trienggadeng
44.01
46.41
9.58
Meureudu
4.82
10.39
11.12
2.20
40.74
30.74
Meurah Dua
4.82
10.39
11.12
2.20
40.74
30.74
Ulim
Jangka Buya
Bandar Dua
59.02
19.44
12.55
3.39
2.58
3.01
8.34
7.88
4.05
5.71
11.56
54.46
unsur besi (fe). Umumnya dijumpai pada dataran datar. Umumnya dijumpai pada tanah
datar. Jenis tanah ini dapat ditemukan di Kecamatan Meureudu dan Trienggadeng.
Tanah Alluvial, merupakan jenis tanah timbunan sehingga belum mempunyai
perkembangan horizon lebih lanjut. Lapisan atasnya masih selalu mendapat bahan
tambahan yang kadang-kadang mengandung zat organik. Di Kabupaten Pidie Jaya, jenis
tanah ini dapat ditemukan di Kecamatan Trienggadeng, Panteraja dan Bandar Baru.
Tanah Regosol, merupakan tanah yang terdiri dari lapisan gambut (bahan organik)
di atas tanah mineral yang mengalami gleisasi. Ditemukan di daerah rawa-rawa yang terus
menerus tergenang atau daerah yang lebih tinggi yang drainasenya sangat buruk dengan
curah hujan yang tinggi. Jenis tanah ini dapat ditemukan di Kecamatan Meureudu.
Tanah Podsolik, berwarna merah sampai kuning dengan perkembangan yang
sedang dan kesuburan yang rendah. Jenis tanah ini umumnya ditemukan pada wilayah yang
mempunyai ketinggian 50-1.000 meter dari permukaan laut. Jenis tanah ini ditemukan di
seluruh kecamatan dalam Kabupaten Pidie Jaya.
Tanah Latosol, adalah tanah yang mempunyai distribusi kadar liat yang tinggi
dengan tingkat kelapukan yang telah lanjut. Stabilitas agregat adalah tinggi dengan tanah
warna merah , coklat kemerahan, coklat kekuningan atau kuning. Tanah ini banyak
ditemukan pada tanah yang mempunyai ketinggian 0 900 meter di atas permukaan laut.
Jenis tanah ini terdapat pada Kecamatan Meureudu dan Trienggadeng.
Tanah Komplek Podsolik Merah Kuning dan Litosol, merupakan gabungan dari
sifat-sifat tanah di atas. Jenis tanah ini dijumpai di wilayah tengah sampai pegunungan,
seperti di Kecamatan Bandar Baru, Meuredu dan Bandar Dua.
Tanah Komplek Rendzina dan Litosol, merupakan jenis tanah gabungan antara
jenis tanah rendzina dan litosol. Tanah Rendzina merupakan tanah yang mempunyai horizon
permukaan mollik dan dibawahnya langsung berupa batu kapur. Sedangkan jenis tanah
litosol adalah tanah dangkal yang berada di atas batu keras sampai dengan kedalaman 20
cm dari permukaan tanah serta belum ada perkembangan profil lebih lanjut akibat pengaruh
erosi yang kuat. Jenis tanah komplek rendzina dan litosol ini ditemukan di kecamatan
Bandar Baru walaupun dalam luasan yang relatif kecil.
2.1.5 Kondisi Hidrologi
Kabupaten Pidie Jaya mempunyai area konservasi air yang cukup luas yaitu di area
hutan lindung atau hutan produksi yang berada pada sisi barat yaitu deretan pengunungan
Bukit Barisan. Areal pertanian tanaman pangan atau persawahan ada di lembah atau bagian
timur yang bertopografi datar. Area perkebunan ada di perbukitan baik di dataran rendah
maupun dataran tinggi, oleh karena itu fungsi hutan sebagai penyangga sumber daya alam
dan sumber daya air bagi wilayah permukiman dan pertanian mempunyai arti yang sangat
penting. Secara Geografis, potensi Sumber Daya Air di Kabupaten Pidie Jaya, sangat
dimungkinkan untuk membangun satu unit Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH),
dan Tower air bersih untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat perkotaan/pedesaan,
perumahan, perkantoran, dan zona Industri dalam kurun waktu 5 s.d 20 tahun ke depan.
Pemanfaatan lahan dataran lereng pegunungan dan dataran tinggi untuk tanaman
perkebunan yang mempunyai arti penting karena selain penghasil bahan industri atau bahan
ekspor juga berperan dalam hidrologi wilayah. Sungai besar maupun kecil yang mengarah
ke timur, mata airnya ada di areal hutang lindung.
Adapun sungai-sungai yang berada di wilayah Kabupaten Pidie Jaya adalah sungai
Krueng Kalla di Kecamatan Bandar Baru perbatasan dengan Kabupaten Pidie, sungai
Krueng Cubo berada di Kecamatan Panteraja dan Kecamatan Trienggadeng, Krueng
Beuracan yang membelah Kecamatan Trienggadeng dan Meureudu, Krueng Meureudu yang
membelah Kecamatan Meureudu dengan Kecamatan Meurah Dua, Krueng Ulim yang
melintas Kecamatan Ulim dan Krueng Jeulanga yang melintas Kecamatan Bandar Dua dan
Jangka Buya.
Air permukaan yang terdapat di wilayah kota Meureudu adalah sungai Krueng
Beuracan dan sungai Krueng Meureudu. Sungai Krueng Meureudu ini mempunyai panjang
45 Km, dengan luas DAS 3.770 Km2. Dewasa ini penggunaan badan air tersebut hanya
terbatas untuk menampung dan mengalirkan aliran drainase. Sejalan dengan rencana
penerapan sempadan sungai dan perlakuan yang baik terhadap sungai diharapkan kualitas
air sungai dapat diperbaiki.
Daerah irigasi Pidie Jaya terbagi menjadi 4 lokasi: 1) Daerah Ulim seluas 115 ha; 2)
Beuracan seluas 813 ha; 3) Meureudu dengan luas 1729 ha; dan 4) Cubo-Trienggadeng
seluas 1.546 ha. Irigasi ini di kategorikan tipe A1 tipe B. Sistem jaringan irigasi di Kabupaten
Pidie Jaya yaitu berasal dari 5 aliran sungai besar yang masih alami, dan di daerah ini
terdapat sebuah bangunan bendungan irigasi tepatnya di daerah Beuracan yang masih perlu
untuk dikembangkan agar mampu mengairi seluruh daerah pertanian di wilayah Kabupaten
Pidie Jaya guna terwujudnya percepatan pertumbuhan ekonomi daerah.
Pemanfaatan daerah irigasi meliputi:
1. Daerah Irigasi lintas kabupaten kewenangan provinsi meliputi:
b) Daerah Irigasi Samalanga seluas kurang lebih dua ribu seratus empat
belas (2.114) hektar;
a)
Daerah Irigasi Alue Demam seluas kurang lebih 70 (tujuh puluh) hektar;
b)
Daerah Irigasi Alue Sane seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;
c)
Daerah Irigasi Beuracan seluas kurang lebih 863 (delapan ratus enam
puluh tiga) hektar;
d)
Daerah Irigasi Blang Beurasan seluas kurang lebih 125 (seratus dua
puluh lima) hektar;
e)
f)
Daerah Irigasi Drien Bungong seluas kurang lebih 200 (dua ratus)
hektar;
g)
Daerah Irigasi Keumba seluas kurang lebih 125 (seratus dua puluh lima)
hektar;
h)
Daerah Irigasi Kiran seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;
i)
Daerah Irigasi Kuta Krueng seluas kurang 300 (lebih tiga ratus) hektar;
j)
k)
Daerah Irigasi Lhok Pisang seluas kurang lebih 28 (dua puluh delapan)
hektar;
l)
Daerah Irigasi Paya Reulet seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar;
m)
Daerah Irigasi Alue Drien seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;
n)
o)
p)
Daerah Irigasi Pante Breuh seluas kurang lebih 125 (seratus dua puluh
lima) hektar;
q)
Daerah Irigasi Tgk. Chik Disintheu seluas kurang lebih 233 (dua ratus
tiga puluh tiga) hektar;
r)
Daerah Irigasi Uten Pantang seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;
s)
Daerah Irigasi Lhok Ugop seluas kurang lebih 150 (seratus lima puluh)
hektar;
t)
Daerah Irigasi Lueng Paya seluas kurang lebih 100 (seratus) hektar;
u)
Daerah Irigasi Lueng Paloh seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;
v)
Daerah Irigasi Lueng Limeng seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;
w)
Daerah Irigasi Pulo Perlak seluas kurang lebih 70 (tujuh puluh) hektar;
x)
y)
Daerah Irigasi Uten Bayu seluas kurang lebih 103 (seratus tiga) hektar;
z)
aa) Daerah Irigasi Ulee Glee seluas kurang lebih 596 (lima ratus sembilan
puluh enam) hektar;
bb) Daerah Irigasi Lhok Sandeng seluas kurang lebih 252 (dua ratus lima
puluh dua) hektar;
cc) Daerah Irigasi Blang Beudarah seluas kurang lebih 50 (lima puluh)
hektar;
dd) Daerah Irigasi Blang Lubok seluas kurang lebih 44 (empat puluh empat)
hektar;
ee) Daerah Irigasi Ulim seluas kurang lebih 324 (tiga ratus dua puluh empat)
hektar;
ff)
gg) Daerah Irigasi Panton Pupu seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar;
hh) Daerah Irigasi Teurace seluas kurang lebih 12 (dua belas) hektar;
ii)
jj)
Daerah Irigasi Paya Cirieh seluas kurang lebih 65 (enam puluh lima)
hektar;
kk) Daerah Irigasi Waduk Alue seluas kurang lebih 80 (delapan puluh)
hektar;
ll)
Daerah Irigasi Tgk. Leman seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar;
mm) Daerah Irigasi Waduk Baro seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima)
hektar;
nn) Daerah Irigasi Waduk Weu seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima)
hektar;
oo) Daerah Irigasi Paya Baru seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima)
hektar;
pp) Daerah Irigasi Teupin Raya KR seluas kurang lebih 350 (tiga ratus lima
puluh) hektar;
qq) Daerah Irigasi Teupin Raya KN seluas kurang lebih 450 (empat ratus
lima puluh) hektar;
rr)
Daerah Irigasi Ujong Leubat seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk dalam melangsungkan
kegiatan sehari-hari, sehingga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat/penduduk di
Kabupaten Pidie Jaya harus dengan kapasitas yang optimum. Ketersediaan Air bersih
sangat tergantung pada sumber air yang dapat di olah dan dimanfaatkan.
Sistem distribusi dalam pengadaan air bersih di Kabupaten Pidie Jaya masih
mengikuti pola lama yaitu pada saat masih dalam bagian wilayah Kabupaten Pidie,
didistribusikan dengan 2 cara yaitu: melalui jaringan sistem perpipaan PDAM, dan sistem
non perpipaan (swadaya masyarakat).
Kondisi sekarang ini, pusat pelayanan PDAM di Kabupaten Pidie Jaya terdapat di
beberapa tempat yaitu: Meureudu, Panteraja, Ulim, dan PDAM Pidie. Sedangkan untuk
daerah-daerah yang belum terlayani oleh PDAM, kebutuhan air bersih pada umumnya
diambil dari sumur galian, mata air dan sungai. Sasaran akhir RPJP Kabupaten Pidie Jaya
tahun 2025 dalam hal ini daerah perkotaan di Pidie Jaya dapat terlayani jaringan sistem
perpipaan PDAM.
2.1.6
Pemanfaatan Lahan
b.
c.
d.
Kawasan Hutan Lindung yang berada di bagian selatan Kabupaten Pidie Jaya
seluas 50.277,08 hektar meliputi:
1)
Kecamatan Ulim;
2)
Kecamatan Meureudu;
3)
4)
5)
2. Kawasan perlindungan setempat yang ada di Kabupaten Pidie Jaya terdiri dari
sempadan pantai, sempadan sungai.
a. Sempadan pantai adalah kawasan di sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Keserasian
Berikut ini merupakan kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Pidie Jaya
a. Kawasan bencana banjir meliputi:
1) Kecamatan Meureudu;
2) Kecamatan Panteraja;
3) Kecamatan Bandar Dua;
4. Kawasan cagar alam geologi
a.
10
pertumbuhan
perekonomian
wilayah
yang
berbasiskan
perekonomian lokal;
pengembangan kualitas dan kuantitas produksi pertanian agar dapat
mencapai hasil yang optimal.
Pemanfaatan ruang kawasan pertanian ini meliputi pertanian lahan basah dan
pertanian lahan kering.
Secara potensi, Kabupaten Pidie Jaya memiliki lahan yang potensial bagi
kegiatan ekonomi (basis sector). Luas lahan untuk kegiatan ini direncanakan
akan terus meningkat sampai akhir tahun perencanaan, selain karena merupakan
kegiatan unggulan, lahan yang sesuai dengan kegiatan pertanian pangan
(cadangan) masih sangat tersedia.
a. Kawasan pertanian lahan basah seluas 7.167,63 hektar meliputi:
1)
2)
3)
Kecamatan Trienggadeng
4)
Kecamatan Meureudu
5)
6)
Kecamatan Ulim
7)
8)
11
kondisi
eksisting
dan
kecenderungan
perkembangan
kondisi
eksisting
dan
kecenderungan
perkembangan
peternakan serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja optimal.
Rencana penyedian ruang untuk kegiatan peternakan, diarahkan kepada lahan
yang mempunyai kesesuaian sebagai peternakan sapi.
Kawasan peternakan seluas 700,70 hektar berada di Kecamatan Trienggadeng
(gampong tampui), Kecamatan Meureudu (gampong geuleumpang tutong),
Kecamatan Ulim (gampong alue keumiki), Kecamatan Meurah Dua (gampong
lhoksandeng), Kecamatan Bandar Baru (gampong langien), Kecamatan Panteraja
(gampong panteraja tunong) dan Kecamatan Bandar Dua (gampong kumba).
kondisi
eksisting
dan
kecenderungan
perkembangan
perikanan serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja optimal.
Sektor perikanan di wilayah Kabupaten Pidie Jaya berpotensi dikembangkan baik
budidaya perikanan tawar maupun laut. Budidaya tambak udang dan ikan dapat
dikembangkan di sepanjang pantai di wilayah Kabupaten Pidie Jaya.
Kawasan peruntukan perikanan tambak seluas kurang lebih 2.161,98 hektar,
meliputi:
12
1) Kecamatan Ulim;
2) Kecamatan Trienggading;
3) Kecamatan Pante Raja;
4) Kecamatan Meureudu;
5) Kecamatan Meurah Dua;
6) Kecamatan Jangka Buya; dan
7) Kecamatan Bandar Baru.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
13
9)
2)
a) Waduk Peulandok
b) Pantai Kuthang
4)
2)
3)
b)
c)
4)
5)
6)
Geudeu-Geudeu;
b)
c)
PM Toh; dan
d)
Tari Seudati.
Geudeu-Geudeu;
b)
Rapa I Dabus;
c)
Biola Aceh;
d)
e)
Poh Katok.
7)
2)
3)
15
2.1.7
Wilayah
Pengembangan wilayah di Kabupaten Pidie Jaya sepenuhnya mengacu pada RTRW
Kabupaten Pidie Jaya dan RTRW Provinsi Aceh. Sebagai upaya pengendalian terhadap
perizinan pemanfaatan ruang, telah dibuat kriteria lokasi dan Standar Teknis Pemanfaatan
Ruang yang menetapkan secara rinci aturan-aturan teknis berdasarkan jenis kegiatan dan
peruntukan ruang di lokasi yang akan dimamfaatkan. Pola pemanfaatan ruang di Kabupaten
Pidie Jaya mencakup pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya. Sebagaian besar
wilayah disebelah selatan sepanjang perbatasan Kabupaten Pidie menjadi kawasan lindung
karena memiliki hutan yang cukup lebat, topografi, elevasi dan curah hujan yang tinggi.
Sedangkan kawasan budidaya tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya.
Secara umum, tata ruang Kabupaten Pidie Jaya terbentuk dengan struktur ruang
wilayah yang menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan
perkotaan serta sistem perwilayahan pengembangan, merupakan bentuk/gambaran sistem
pelayanan berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan serta
mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Pidie
Jaya.
a.
Sistem perdesaan yang meliputi pola penggunaan lahan budidaya yang terdiri atas
penggunaan hutan, perkebunan, kebun campuran, semak/belukar, tanah kosong,
pemukiman, sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Luasan untuk kegiatan kebun
campuran 30.833 Ha (49,61 %), pemukiman 8.045 Ha (12.94 %), Pekarangan 8.888 Ha
(14,30 %), Sawah Irigasi 7.524 Ha (12,11 %), sawah tadah hujan 594 Ha (0,96 %),
Sawah terlantar 24 Ha (0,04 %), Hutan 2.143 Ha (3.45 %), Industri 131 Ha (0.21 %)
tanah kosong 2.026 Ha (3,26 %), Lain lain 1.944 Ha (3,13 %). Masalah yang dihadapi
adalah meningkatnya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian yaitu alih fungsi
lahan menjadi areal permukiman, pertokoan, terminal dan pusat perkantoran
pemerintah.
b.
Sistem perkotaan, tingginya konversi lahan dari pertanian untuk menjadi perkotaan,
pusat pemerintahan dan permukiman baru dalam kurun waktu 4 tahun sejak tahun 2007
sampai dengan 2011.
c.
16
Di dalam RTRW Kabupaten Pidie Jaya telah merumuskan rencana kawasan startegis
kabupaten, kawasan ini merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial,
budaya dan/atau lingkungan. Perincian kawasan strategis Kabupaten Pidie Jaya adalah
sebagai berikut :
1. Kawasan Kota Meureudu Raya
Secara geografis Perkotaan Meureudu memiliki potensi cukup besar untuk berkembang
di masa mendatang karena terkait dengan fungsi dan peranannya sebagai Ibukota
Kabupaten Pidie Jaya. Kawasan perkotaan Meureudu diarahkan sebagai pusat
pemerintahan dan pusat perdagangan skala kabupaten. Posisi Perkotaan Meureudu
yang dilewati jalan arteri primer Banda Aceh Medan menjadi kekuatan utama
perkembangan dan pertumbuhan perkotaan Meureudu. Untuk mendorong prioritas
pembangunan, maka ditetapkan Meureudu sebagai kawasan strategis Kota Meureudu
Raya .
2. Kawasan Perkotaan
Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) dalam
rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Pidie Jaya harus ditetapkan juga sebagai
kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di dalam
arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi
kriteria PKL. Kawasan Strategis Kabupaten yang berupa kawasan perkotaan sebagai
Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) di wilayah Kabupaten Pidie Jaya, diantaranya
meliputi:
KSK Perkotaan Lueng Putu
Kawasan Perkotaan Lueng Putu diarahkan sebagai sub pusat kegiatan di wilayah barat
Kabupaten Pidie Jaya.
KSK Perkotaan Ulee Gle
Kawasan Perkotaan Ulee Gle diarahkan sebagai sub pusat kegiatan di wilayah timur
Kabupaten Pidie Jaya.
3. Kawasan Strategis Agropolitan
Agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena
berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik,
menghela kegiatan pembangunan (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Kota pertanian
(agropolitan) berada dalam kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi
pertanian) yang mana kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap
17
issue
dan
permasalahan
pembangunan
pedesaan
yang
terjadi,
18
pantai di Kecamatan
2.1.8
1. Gempa Bumi
Wilayah Propinsi Aceh merupakan salah satu dari 25 Wilayah Rawan Gempabumi
Indonesia dapat dilihat pada dibawah ini.
19
Gambar 3.2
Peta Sesar Aktif dan Sebaran Pusat Gempabumi Merusak di Indonesia
Seluruh wilayah Kabupaten Pidie Jaya yang terdiri dari 8 kecamatan, 222 desa dan 34
Kemukiman merupakan daerah potensi rawan bencana gempa bumi karena Kepulauan
Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, Eurasia,
dan Pasifik.
Lempeng Eurasia dan Australia bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas
pantai selatan pulau Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke
arah utara ke perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi
tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng itu terjadi di
sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau sekitar pertemuan 3 lempeng itu
sering terjadi gempabumi.
2. Tsunami/ Gelombang Pasang
Wilayah Propinsi Aceh merupakan salah satu dari 21 wilayah rawan bencana tsunami di
Indonesia dapat dilihat 3.3.
20
Gambar 3.3
Wilayah Rawan Bencana Tsunami di Indonesia
Kecamatan Bandar Baru meliputi Desa : Cut Njong, Mns.Baro, Sawang, dan Lancang
Paru
2.
Kecamatan Penteraja meliputi Desa : Keude Pante Raja, Reudeup, Peurade dan TU.
3.
Kecamatan Trienggadeng meliputi Desa : Mns. Keude, Meue dan Cot Lheue Rheng.
4.
5.
6.
7.
yang kehilangan tempat tinggal dan trauma untuk kembali ke tempat tinggal asalnya.
akibatnya terjadi pengungsian yang jumlahnya mencapai 59.058 orang tersebar di sekitar 55
titik, baik yang merupakan penduduk Kabupaten Pidie Jaya maupun penduduk yang
mengungsi ke Kabupaten Pidie. Jumlah korban dan pengungsi wilayah Kabupaten Pidie
Jaya pasca tsunami sebagaimana tabel 3.5 berikut ini:
21
Tabel 3.5
Jumlah Korban Jiwa dan Pengungsi Pasca Tsunami di Kabupaten Pidie Jaya
No
Korban (jiwa)
Kecamatan
Meninggal
Hilang
Luka-
Pengungsi
Luka
(jiwa)
Bandar Baru
15
1.080
Pante Raja
191
3.022
Trienggadeng
310
35
1.668
Meureudu
11
110
Meurah Dua
175
Ulim
577
Jangka Buya
25
27
1.534
Bandar Dua
561
62
8.166
Jumlah
22
Krueng Lueng Putu, adalah sungai yang memilik hulu di daerah kabupaten tetangga
Pidie, yang lintasan ruas sungainya sejajar/ di tepi jalan negara yang membelah ibukota
Kecamatan Bandar Baru, Lueng Putu, ruasan sungai dilanjutkan pada desa Blang Glong dan
berakhir di muara yang umumnya daerah tambak ikan di desa Udeng dan Baroh Lancok.
Berdasarkan Rekam Jejak Bencana pada September-Desember 2008, November 2009,
November 2010, dan Desember 2011 yang berlanjut pada Januari 2013, luapan air sungai
ini telah menyebabkan genangan setinggi 0 sd 40 cm di desa Blang Glong, Ara, Udeung,
dan memberikan dampak erosi pengikisan yang cukup parah sepanjang jalan negara yang
menghancurkan pengaman tebing sungai di beberapa titik Kota Lueng Putu pada tahun
2010 dan 2011.
Penanganan secara alamiah dengan penanaman kembali rumpun bambu dan
pembangunan tebing pengaman dinding sungai
dilanjutkan kembali dengan rekonstruksi ulang dinding pengaman tebing sungai pada tahun
2012.
Gambar 3.5
Sungai Lueng Putu yang melintasi pemukiman penduduk di Kecamatan Bandar Baru dan bermuara di
garis pantai Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya
Krueng Cubo, adalah sungai yang memiliki hulu di daerah pegunungan selatan
Kabupaten Pidie dan Pidie jaya. Sungai ini pada ruasan terakhirnya merupakan gabungan
dua sungai besar yaitu Krueng Inong dan Krueng Agam, yang ruasan sungai melintasi
23
Pada daerah kecamatan Panteraja, sungai cubo melalui beberapa desa mulai dari
desa Lhok Puuk sampai ke muara sungai di Keude Panteraja. Berdasarkan rekam jejak
bencana tahun 2008 sampai dengan 2011, beberapa desa seperti Desa Mesjid, Muka Blang,
Meunasah Teungoh, dan Hagu, pada musim penghujan sering terjadi genangan setinggi 50
24
cm pada badan jalan,Lapangan Bola Desa Mesjid dan pemukiman penduduk. Sementara
erosi tebing sungai Cubo di desa Lhok Puuk telah mengancam fasilitas olahraga masyarakat
berupa Lapangan Sepakbola Lhok Puuk. Khusus untuk desa Lhok Puuk, erosi diperparah
dengan adanya pengambilan rumpun bambu yang berfungsi menyangga keutuhan tebing
sungai.
Sungai Ketiga yang bermuara di garis pantai Pidie Jaya adalah Krueng
Trienggadeng. Sungai ini terbentuk seperti alur kecil yang sumber mata airnya adalah
embung (daerah tangkapan air) di daerah Tampui dan Panton Raya. Panjang ruas sungai ini
relatif pendek (sekitara 4500 meter), namun erosi yang ditimbulkan telah mengakibatkan
kerusakan badan jalan kabupaten dan tebing pengaman jalan kabupaten di beberapa desa
dalam kecamatan Trienggadeng, seperti Desa Meunasah Sagoe, Mee Peuduk dan Keude
Trienggadeng.
Gambar 3.7
Sungai trienggadeng, yang melintasi pemukiman penduduk di Kecamatan Trienggadeng dan bermuara di
garis pantai Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya.
Sungai Keempat adalah sungai Beuracan Pangwa, sungai ini berasal dari
pegunungan selatan Pidie Jaya dan menjadi tapal batas antara Kecamatan Trienggadeng
dan Kecamatan Meureudu.
25
Gambar 3.8
Sungai Beuracan Pangwa Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Trienggadeng dan
Meureudu dan Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Trienggadeng dan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
Gerusan erosi yang diakibatkan aliran sungai Beuracan Pangwa in mengancam beberapa
fasilitas mulai dari Bangunan Irigasi Alue Demam, Jembatan Gantung di Desa Lampoh Lada
dan Buloh, Jembatan Beton di Jalan Negara di perbatasan Beuracan Pangwa. Aliran sungai
juga mengancam kebun, pemukiman dan sawah penduduk di dua Kecamatan. Di
Kecamatan Trienggadeng Desa Buloh, Meucat Panwa, Deah Pangwa, dan di Kecamatan
Meureudu seperti Desa Rumpun, Grong-grong Krueng, Rambong, Kuta Trieng,
Teupin
Peuraho,sampai dengan Rhing Krueng. Muara sungai ini bersisian dengan tiga desa yaitu
desa Rhing Krueng, Meuraksa, dan Rhing Blang di Kecamatan Meureudu.
Sungai Kelima yang melintasi Pidie Jaya adalah Sungai Meureudu. Krueng Meureudu
adalah sungai yang termasuk dalam empat sungai beraliran deras dibagian timur Kabupaten
Pidie Jaya. Empat sungai di bagian Barat, seperti Putu, Cubo, Trienggadeng, dan Beuracan,
memiliki ferhang (kemiringan aliran) yang lebih rendah dibanding dengan keempat sungai di
Bagian Timur Pidie Jaya. Pada 19 Desember 2009, pukul 21.00 WIB, keempat sungai di
bagian Timur Pidie Jaya ini pernah mengakibatkan bencana banjir besar yang menggenangi
40 (empat puluh) desa, yang meliputi desa dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Meureudu,
Meurah Dua, Ulim, Bandar Dua, dan Jangka Buya.
26
Gambar 3.9
Sungai Meureudu Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Meureudu dan Meurah Dua dan
Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Meureudu dan Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya.
Gambar 3.10
Sungai Ulim dan Bandar Dua Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Ulim dan Bandar Dua
Serta Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Ulim dan Bandar Dua
Kabupaten Pidie Jaya.
27
Krueng Kiran adalah sungai yang memiliki ruas hulu di pegunungan selatan kecamatan
Bandar Dua dan bermuara ke garis pantai Kecamatan Jangka Buya, untuk ebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 3.12.
Gambar 3.12
Sungai Kiran Yang Memiliki Ruas Hulu di Pegunungan Selatan Kecamatan Bandar Dua dan Bermuara ke
Garis Pantai Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya.
28
Walaupun Pidie Jaya tidak memiliki gunung berapi yang aktif, namun dengan adanya
Gunung Peut Sagoe yang berada 1 km dari perbatasan Kecamatan Meurah Dua (Pidie
Jaya) dengan Kecamatan Geumpang (Pidie), telah memberikan ancaman potensi banjir
lahar dan debu panas.
Letusan gunung api ini dapat mengeluarkan/ menimbulkan:
a.
Awan Panas
Campuran gas dan batuan vulkanik dalam berbagai ukuran, bergerak menuruni lereng
gunung dengan kecepatan yang sangat tinggi. Aliran awan panas sangat ditakuti karena
biasanya bila melanda daerah pemukiman, maka tidak ada kesempatan untuk menghindar
dan atau menyelamatkan diri.
b.
Aliran Lava
Lelehan batu pijar yang meluncur turun menelusuri lereng gunungapi. Aliran lava ini
biasanya bergerak lambat sehingga kita dapat dengan mudah menyelamatkan diri. Namun
disisi lain lelehan ini dapat mengakibatkan kerusakan serius bila bangunan yang dilandanya
disepanjang perjalanan.
c.
Pecahan batuan vulkanik yang terlempar ketika terjadi letusan. Batuan dengan garis tengah
20 cm atau lebih dapat saja terlempar sejauh beberapa kilometer dari pusat letusan. Batuan
kecil bahkan akan mencapai jarak lebih jauh lagi.
d.
Abu Vulkanik
Akan menyembur setiap kali terjadi letusan gunungapi. Akibat-akibat yang ditimbulkan Abu
Vulkanik: a). Udara tercemar yang bercampur abu dapat menyebabkan sakit pada saluran
pernapasan, b). Air minum ikut tercemar dan tidak dapat diminum untuk selang beberapa
waktu, c). Jalan raya tertutup abu dan mengganggu lalulintas, d). Membahayakan
penerbangan karena dapat merusak sistem mesin pesawat terbang, e). Runtuhnya atap
rumah apabila abu menumpuk dengan ketebalan beberapa centimeter.
e.
Lahar
Aliran masa berupa campuran air dan material lepas dalam berbagai ukuran yang berasal
dari letusan gunungapi. Banjir lumpur akan terjadi sangat cepat dan berkekuatan besar jika
lerengnya semakin terjal, meluncur turun ke lembah-lembah dan aliran anak sungai
sehingga mengancam pemukiman penduduk dan sarana umum.
f.
Longsor
29
memasuki kawasan Pidie Jaya sejauh 35 Km, mengakibatkan banyaknya endapan lahar
yang menggenangi lembah Blang Raweu, sehingga menimbulkan endapan komposit mineral
andesit yang cukup banyak. Sementara debu dan awan panas yang ditimbulkan
menyebabkan gangguan kenyamanan pada penduduk yang berada di beberapa desa
seperti Sarah Mane, Lhok Sandeng di Kecamatan Meurah Dua, dan Lhok Gajah di
Kecamatan Ulim.
5.
Tanah Longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Gejala Umum Terjadi:
Muncul retakan yang memanjang atau melengkung pada permukaan tanah atau
pada konstruksi bangunan.
Terjadi penggelumbungan pada lereng atau tembok penahan.
Secara tiba-tiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka menandakan adanya
perubahan permukaan bangunan yang terdorong oleh masa tanah yang mulai
bergerak.
Tiba-tiba muncul rembesan air atau mata air pada lereng bukit.
Apabila sebelumnya sudah ada rembesan air atau mata air di lereng, air tersebut
berubah menjadi keruh bercampur Lumpur.
Pohon-pohon atau tiang pancang (listrik dan lainnya) miring searah dengan
kemiringan lereng.
Terdengar suara gemuruh atau ledakan dari atas suatu bukit.
Terjadi runtuhan atau aliran butir tanah/ kerikil secara mendadak dari atas bukit.
Daerah berpotensi hampir diseluruh Kecamatan Kabupeten Pidie Jaya, terutama pada desa
yang beradadi daerah perbukitan dan pegunungan.
6.
Kekeringan / Kemarau
Pada musim kemarau yang melanda pidie Jaya sejak bulan maret sampai dengan Juli,
BPBD Pidie Jaya melakukan pendataan titik desa yang dilanda kemarau pada delapan
kecamatan. Dampak kemarau dirasakan cukup beragam, mulai dari mengeringnya sumur
penduduk, kematian ternak, sampai dengan kegagalan panen. Berikut gambar desa-desa di
tiap Kecamatan Kabupaten Pidie Jaya yang mengalami bencana kekeringan/kemarau.
30
Gambar 3.13
Desa-Desa di Kecamatan Bandar Baru yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau
Gambar 3.14
Desa-Desa di Kecamatan Panteraja yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau
31
Gambar 3.15
Desa-Desa di Kecamatan Trienggadeng yang Mengalami Musim
kekeringan/Kemarau
32
Gambar 3.17
Desa-Desa di Kecamatan Meurah Dua yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau
Gambar 3.18
Desa-Desa di Kecamatan Ulim yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau
33
Gambar 3.19
Desa-Desa di Kecamatan Jangka Buya yang
Mengalami Musim kekeringan/Kemarau
Gambar 3.20
Desa-Desa di Kecamatan Bandar Dua yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau
34
7.
Kondisi kebencanaan angin puting beliung dipicu oleh kondisi pertemuan kondisi udara
kering di pesisir lautan utara Pidie Jaya dengan kondisi kelembaban udara di daerah
pegunungan bagian selatan. Catatan menunjukkan angin puting beliung tercatat pernah
melanda daerah Ujong Leubat, Paru di Kecamatan Bandar Baru, kemudian daerah
Peulandok Tengoh Kecamatan Trienggadeng. Kemudian daerah Jangka Buya, di Keudai
Jangka Buya dan Jurong tengoh.
8.
Kebakaran
Pidie Jaya sebagai kabupaten pemekaran yang PDRBnya 68% tergantung dari
Sektor Pertanian, umumnya memiliki pemukiman penduduk yang terbuat dari bahan
bangunan yang mudah terbakar. Kota-kota di Kecamatan yang menjadi pasar lokal bagi
penduduk sekitar juga memiliki bangunan pertokoan yang berbahan kayu (semi permanen).
Kebakaran besar yang terjadi dalam PB di Pidie Jaya adalah pada tanggal 8 Agusutus 2012
yang menghanguskan 21 rumah penduduk di Kecamatan Panteraja
9.
Abrasi
Pengembangan budidaya di sepanjang pantai Kabupaten Pidie Jaya, kurang
memperhatikan wilayah sempadan pantai, dan penebangan hutan bakau secara liar. Kondisi
ini akan menyebabkan pengikisan pantai yang dapat merusak keseimbangan lingkungan.
Abrasi pantai terutama terjadi pada wilayah sempadan pantai yang telah terpakai untuk
kegiatan budidaya (pertambakan, industri pembuatan garam, industri arang kayu). Selain
terjadi abrasi, sebagian wilayah di pantai Kabupaten Pidie Jaya telah terkena air laut (intrusi
air laut) terutama di kecamatan Meureudu, Trienggadeng, Panteraja serta wilayah-wilayah
yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Pengaruh air laut ini telah merambah ke
arah tengah, yang salah satunya di akibatkan terjadinya perambahan hutan bakau.
2.1.9
Demografi
Potensi demografi adalah kondisi penduduk yang meliputi jumlah, kualitas,
35
penduduk meningkat secara signifikan. Jumlah penduduk, laju pertumbuhan dan kepadatan
penduduk Kabupaten Pidie Jaya bisa dilihat melalui tabel di bawah ini.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya per Kecamatan
Dari Tahun 2004 s/d 2009
Jumlah Penduduk (jiwa)
No
Kecamatan
2004
2005
2006
2007
2008
30.801
30.043
29.313
42.176
8.093
7.864
7.133
8.106
8.279
8.006
1.
Bandar Baru
2.
Pante Raja
3.
Trienggadeng
22.497
20.532
18.955
18.523
21.490
22.230
4.
Meureudu
18.565
19.075
17.508
18.580
19.961
21.893
5.
Meurah Dua
9.597
9.557
9.776
9.670
10.331
11.249
6.
Ulim
11.795
12.411
12.375
11.671
14.885
14.733
7.
Jangka Buya
7.625
7.663
8.415
7.362
9.374
9.396
8.
Bandar Dua
20.742
22.521
22.496
23.691
24.437
25.147
Jumlah
129.715
129.636
129.953
139.779
141.949
146.964
Sumber:
33.192
2009
34.310
Tabel 2.4
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya per Kecamatan
Dari Tahun 2005 s/d 2009
Laju Pertumbuhan (%)
No
Kecamatan
2005
2006
2007
2008
2009
Bandar Baru
(2.46)
(2.43)
43.88
(21.30)
3.37
Pante Raja
(2.83)
(9.30)
13.64
2.13
(3.30)
Trienggadeng
(8.73)
(7.68)
(2.28)
16.02
3.44
Meureudu
2.75
(8.21)
6.12
7.43
9.68
Meurah Dua
(0.42)
2.29
(1.08)
6.84
8.89
Ulim
5.22
(0.29)
(5.69)
27.54
(1.02)
Jangka Buya
0.50
9.81
(12.51)
27.33
0.23
Bandar Dua
8.58
(0.11)
5.31
3.15
2.91
(0.04)
(2.85)
10.96
1.55
3.53
Laju Pertumbuhan
Penduduk Kabupaten
Sumber:
Tabel 2.1 memperlihatkan jumlah penduduk terbesar di kecamatan Bandar Baru yaitu
34.310 jiwa, sedangkan kecamatan Pante Raja memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu
dengan jumlah penduduk 8.006 jiwa. Berdasarkan Tabel 2.2, pada tahun 2005 terjadi
36
penurunan jumlah penduduk, ini merupakan dampak dari bencana gempa bumi dan tsunami
yang terjadi pada 26 Desember 2004. Jumlah penduduk pada tahun 2007 meningkat
10.96% dari 129.953 menjadi 139.779, hal ini berkaitan dengan lahirnya Kabupaten Pidie
Jaya dari pemekaran Kabupaten Pidie yang mengundang banyak pendatang baru dan
investor luar untuk ambil bagian dalam kegiatan pembangunan ekonomi, sosial budaya,
pendidikan, kesehatan perdagangan, jasa dan kegiatan disektor lainnya.
Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya tahun 2009 sebesar 126.38 jiwa/km2
yang menggambarkan bahwa Kabupaten Pidie Jaya masih belum padat. Sedangkan
prosentase jumlah jiwa/KK adalah 3.69%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.5
berikut ini :
Tabel 2.5
Kepadatan Penduduk dan Prosentase Jumlah Jiwa/KK
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009
No
Kecamatan
Luas
Jumlah
Kepadatan
Wilayah
Penduduk
Penduduk
(Jiwa)
(Jiwa/Km )
(Km )
1
Bandar Baru
Pante Raja
Jumlah
Kepala
Prosentase
Keluarga
Jiwa/KK
(KK)
281.24
34,310
122.00
9,183
3.74
40.04
8,006
199.95
2,144
3.73
Trienggadeng
128.00
22,230
173.67
6,415
3.47
Meureudu
156.74
21,893
139.68
6,115
3.58
Meurah Dua
292.20
11,249
38.50
3,073
3.66
Ulim
60.73
14,733
242.60
3,719
3.96
Jangka Buya
29.64
9,396
317.00
2,444
3.84
Bandar Dua
174.26
25,147
144.31
6,751
3.72
1,162.85
146,964
126.38
39,844
3.69
Jumlah
Sumber:
37
2.2
yang berfungsi sebagai pelayanan umum dan mengacu pada Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh pasal 125 dan pasal 127(...........). Oleh karenanya,
Kabupaten Pidie Jaya sebagai salah satu kabupaten di Aceh telah memenuhi tuntutan
undang-undang dimaksud, artinya dengan terbentuknya Dinas Syariat Islam sebagai salah
satu dinas yang berdiri sendiri.
Hal ini semakin memberi ruang gerak kepada aparatur Dinas Syariat Islam untuk
melakukan berbagai kebijakan dalam penerapan Syariat Islam secara optimal (kaffah). Di
Kabupaten Pidie Jaya, seratus pensen penduduknya memeluk agama Islam. Hal ini
pelaksanaan Syariat Islam bukan sebatas pelaksanaan hukum cambuk bagi yang
melanggarnya, akan tetapi pelaksanaannya lebih ditekankan bagaimana warga masyarakat
dapat merasakan manfaatnya dengan berlakunya syariat Islam tersebut. Sebagai indikator
untuk memenuhi pencapaian target tentang fasilitas keagamaan mulai tahun 2009 tempat
peribadatan berupa masjid terdapat 68 unit, meunasah/mushala berjumlah 330 unit, dan
balai pengajian 309 unit yang tersebar di 8 kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya.
Tabel 2.6
Jumlah Tempat Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009
No
Kecamatan
Mesjid
Meunasah
Balai pengajian
Bandar Baru
16
55
71
Panteraja
18
23
Trienggadeng
52
22
Meureudu
10
51
26
Meurah Dua
23
28
Ulim
33
25
Jangka Buya
20
22
Bandar Dua
13
78
49
Jumlah
68
330
309
Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam hal ini Dinas Syariat Islam harus
memperbanyak kerjasama dengan para ulama dan tokoh masyarakat serta para intelektual
lainnya agar tidak terjadi pemurtadan, pendangkalan akidah agama yaitu dengan cara
melaksanakan
38
Harapan yang diinginkan tentang kondisi Syariat Islam untuk 20 tahun ke depan
adalah bahwa Kabupaten Pidie Jaya harus menjadi contoh bagi daerah lainnya dalam hal
pelaksanaan syariat Islam dan setiap penduduk Kabupaten Pidie Jaya harus berbudaya
Islami yang dilandasi dengan amar makruf nahi munkar.
Pelaksanaan Syariat Islam kedepan juga ditandai dengan berfungsinya berbagai
lembaga adat dan Dayah sebagai penggerak pelaksanaan Syariat Islam, terbentuknya
Badan Baitul Mal dan Bazis secara profesional, berkembangnya perekonomian syariah di
kabupaten Pidie Jaya serta terbentuknya Qanun Syariat Islam yang diikuti dengan publikasi
dan sosialisasi secara terus menerus serta terkoordinir sampai ketingkat bawah (gampong)
disertai dengan penerapan sanksi, hukuman yang adil dan tidak diskriminatif.
2.3
Kesejahteraan Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan difokuskan
pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapai hasil maksimal perlu percepatan
pertumbuhan
sektor-sektor
pendukung
perekonomian
seperti
sektor
pertanian,
Sektor
Rp.
(jutaan)
Pertanian
Pertambangan dan
2007
%
Rp.
(jutaan)
2008
%
Rp.
(jutaan)
2009
%
Rp.
(jutaan)
332,663.31
62.59
339,131.07
60.73
345,085.61
58.68
352,373.59
56.26
3,547.28
0.67
3,764.57
0.67
3,999.69
0.68
4,263.49
0.68
39
penggalian
3
4
5
6
8
9
Industri pengolahan
23,953.39
4.51
24,607.57
4.41
24,824.27
4.22
25,223.34
4.03
1,181.39
0.22
1,838.94
0.33
2,278.42
0.39
2,728.61
0.44
15,208.82
2.86
17,973.73
3.22
19,863.47
3.38
22,991.63
3.67
38,924.10
7.32
49,428.60
8.85
60,159.52
10.23
70,836.55
11.31
18,937.20
3.56
19,380.66
3.47
20,697.29
3.52
22,880.28
3.65
6,253.41
1.18
6,616.67
1.18
6,960.73
1.18
7,366.05
1.18
Jasa - jasa
90,814.86
17.09
95,638.28
17.13
104,203.46
17.72
117,692.08
18.79
PDRB
531,483.76
100
558,380.09
100
588,072.46
100
626,355.62
100
Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2006 - 2009
Pada tahun 2006 sektor pertanian memberikan konstribusi sebesar 62,59 persen
terhadap total PDRB berdasarkan harga konstan. Kemudian secara bertahap terus menurun
setiap tahunnya yaitu menjadi sebesar 60,73 persen pada tahun 2007 dan sebesar 58,68
persen di tahun 2008. Dan akhirnya pada tahun 2009 mencapai 56,26 persen. Tingginya
peranan sektor pertanian sangat ditentukan oleh subsektor tanaman bahan makanan dan
subsektor peternakan. Pada tahun 2009 sumbangan subsektor tanaman bahan makanan
mencapai 26,54 persen diikuti subsektor peternakan dengan sumbangan 20,47 persen.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas ekonomi di Kabupaten
Pidie Jaya dimotori oleh kegiatan di sektor pertanian. Hal ini juga berarti sebagian besar
penduduk Kabupaten Pidie Jaya menggantungkan nafkah kehidupannya pada hasil kegiatan
pertanian seperti bertani padi, palawija, buah-buahan, beternak, berkebun, budidaya ikan,
menangkap ikan di laut dan mengambil hasil hutan. Hal ini sesuai dengan keadaan geografis
dari Kabupaten Pidie Jaya yang terletak di dataran rendah dan pesisir laut.
Tabel 2.8
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009
Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya
2006
No
Sektor
Rp.
(jutaan)
Pertanian
2007
%
521,928.17
65.12
5,798.85
0.72
34,670.72
4.33
Pertambangan dan
penggalian
Industri pengolahan
Rp.
(jutaan)
2008
%
Rp.
(jutaan)
2009
%
Rp. (jutaan)
574,365.13
64.46
630,628.34
63.78
687,782.86
62.05
6,578.25
0.74
7,047.31
0.71
7,370.88
0.66
37,450.38
4.20
39,541.91
4.00
41,860.71
3.78
40
1,802.46
0.22
26,899.29
3.36
60,204.83
7.51
2,641.60
0.30
3,564.26
0.36
4,570.28
0.41
34,784.08
3.90
42,096.07
4.26
54,054.36
4.88
71,388.42
8.01
83,967.28
8.49
100,209.44
9.04
35,355.12
3.97
43,241.63
4.37
51,955.45
4.69
13,659.75
1.53
15,175.65
1.53
18,239.15
1.65
114,814.46
12.89
123,514.31
12.49
142,462.56
12.85
891,037.19
100.00
988,776.76
100.00
1,108,505.69
100.00
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
3.91
31,359.33
Keuangan, Real
8
Jasa - jasa
PDRB
12,317.36
1.54
106,457.89
13.28
801,438.90
100.00
Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2006 2009
PDRB berdasarkan harga berlaku, Pada tahun 2006 sektor pertanian memberikan
konstribusi sebesar 65,12 persen. Kemudian secara bertahap terus menurun menjadi
sebesar 64,46 persen pada tahun 2007 dan sebesar 63,78 persen di tahun 2008, dan 62,05
persen pada tahun 2009.
Perkembangan kontribusi sektor dalam PDRB tahun 2006 sampai dengan 2009
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.9
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009
Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Pidie Jaya
2007
No
Sektor
2008
2009
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
-0.66
-1.86
-0.68
-2.05
-1.73
-2.42
0.01
0.01
-0.03
0.01
-0.05
0.00
-0.12
-0.10
-0.20
-0.19
-0.22
-0.19
0.07
0.11
0.06
0.06
0.05
0.05
Konstruksi/Bangunan
0.55
0.36
0.35
0.16
0.62
0.29
0.50
1.53
0.48
1.38
0.55
1.08
0.05
-0.09
0.41
0.05
0.31
0.13
0.00
0.01
0.00
0.00
0.11
-0.01
-0.40
0.04
-0.39
0.59
0.36
1.07
Pertanian
Industri pengolahan
8
9
Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2006 2009
41
Konstribusi sektor pertanian terjadi penurunan, PDRB atas dasar harga berlaku tahun
2007 sampai 2009 terjadi penurunan berturut-turut sebesar 0,66 persen, 0,68 persen dan
1,73 persen. Penurunan signifikan terjadi dari tahun 2007 sampai dengan 2009 berturut-turut
adalah 1,86 persen, 2,05 persen dan 2,42 persen. Penurunan di sektor pertanian ini bukan
berarti terjadi penurunan produksi yang besar tetapi disebabkan karena sektor-sektor lainnya
mulai bergerak mendukung nilai PDRB.
2005
17,11
34,69
41,11
17,57
2006
6,60
10,10
9,54
11,47
2007
6,59
11,00
11,00
4,18
2008
11,1
11,92
7,57
7,86
2009
2,78
3,72
3,50
3,96
2010
6,96
4,64
5,86
7,10
harga konstan
2000,
selama kurun
waktu
tahun 2006-2009
pertumbuhan ekonomi Pidie Jaya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Seluruh sektor
42
ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif dengan level yang berbeda-beda. Pada tahun
2006 tercatat pertumbuhan ekonomi sebesar 3,36 persen, tahun 2007 meningkat cukup
tinggi sampai 5,06 persen. Sementara tahun 2008 pertumbuhan ekonomi juga mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya, namun tidak begitu besar yaitu naik menjadi 5,32
persen. Sedangkan pada tahun 2009 kembali mengalami peningkatan sebesar 1,19 persen
menjadi 6,51 persen.
Tabel 2.11
Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2006 s/d 2009
Kabupaten Pidie Jaya
No
Sektor
2006
2007
2008
2009
Pertanian
2.88
1.94
1.76
2.11
7.30
6.13
6.25
6.60
Industri pengolahan
2.26
2.73
0.88
1.61
2.53
55.66
23.90
19.76
Konstruksi/Bangunan
7.15
18.18
10.51
15.75
2.63
26.99
21.71
17.75
3.35
2.34
6.79
10.55
7.23
5.81
5.20
5.82
Jasa jasa
4.71
5.31
8.96
12.94
3.36
5.06
5.32
6.51
8
9
Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2006 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada tiga sektor yang angka
pertumbuhannya di bawah angka pertumbuhan kabupaten yaitu sektor pertanian sebesar
2,11 persen, sektor industri pengolahan sebesar 1,61 persen serta sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan sebesar 5,82 persen. Sektor yang mengalami pertumbuhan
tertinggi yaitu sektor konstruksi/bangunan sebesar 5,23 persen, sedangkan sektor yang
mengalami pertumbuhan ekonomi terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian
yang hanya 0,35 persen.
43
Perkembangan pendapata perkapita penduduk Pidie Jaya dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
Gambar 2.1
Pendapatan Regional per Kapita tahun 2006 2009 (jutaan rupiah)
Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2006 2009
44
sosial masyarakat, serta dapat mendorong terjadinya konflik sosial terutama bagi kelompok
masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.
Di Kabupaten Pidie Jaya permasalahan kesejahteraan sosial ini telah dilaksanakan
dengan beberapa kegiatan terfokus dan mencapai hasil yang cukup signifikan. Ini bisa dilihat
indikator jumlah penyandang masalah sosial setiap tahunnya menurun. Jumlah anak
terlantar pada tahun 2009 sebesar 403 orang turun menjadi 373 orang pada tahun 2010,
untuk penyandang cacat yang belum disantuni terjadi penurunan dari 1487 orang pada
tahun 2009 menjadi 1377 pada tahun 2010. Jumlah keluarga miskin 19.892 KK (27.97%)
pada tahun 2009 menjadi 19.699 KK (22.55%) pada tahun 2010 dan penanganan anak panti
asuhan pada tahun 2009 berjumlah 636 orang dan 313 orang pada tahun 2010.
Untuk pengangguran sejak tahun 2004 hingga tahun 2008 terjadi fluktuasi
peningkatan, secara rinci tingkat pengangguran di Kabupaten Pidie Jaya setiap tahunnya
adalah sebagai berikut: tahun 2004 (11,23%), 2005 (12,75%), 2006 (12,77%), 2007
(14,05%), 2008 (14,95%), 2009 (6,28%). Meningkatnya pengangguran pada saat itu dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : krisis ekonomi yang menyebabkan banyak
usaha tutup, terbatasnya lapangan kerja sektor primer, akan berakhirnya BRR dan
banyaknya NGO asing yang tidak melanjutkan pekerjaannya akibat negara donor yang mulai
berkurang. Secara riil pada tahun 2008 dari jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya
sebanyak 141.949 jiwa, tingkat partisipasi angkatan kerja sebanyak 94.383 orang, penduduk
usia kerja 87.547 orang (62,63%), dan jumlah pengangguran sebanyak 21.220 orang
(14,95%). Sedangkan pada tahun 2009 angka pengangguran menurun cukup drastis yaitu
sebesar 6,28% dan 3,60% pada tahun 2010. Penurunan yang cukup drastis ini disebabkan
karena roda pemerintahan dan perekonomian Kabupaten Pidie Jaya mulai bergerak
sehingga banyaknya lapangan kerja yang tercipta. Sedangkankan jumlah angkatan kerja
meningkat pada tahun 2009 berjumlah 51.214 orang menjadi 60.302 orang pada tahun
2010, menandakan banyak pemuda yang telah siap untuk bekerja setelah adanya
pendidikan dan pelatihan yang memadai.
Indikator lainnya untuk mengukur tingkat kesejahteraan sosial Kabupaten Pidie Jaya
bisa dilihat dari uraian berikut :
45
Tabel 2.12
Angka Melek Huruf Dewasa Tahun 2007 s/d 2009
Kabupaten Pidie Jaya
Tahun
Laki-Laki (L)
Perempuan (P)
L+P
2007
94.76
90.49
92.56
2008
96.79
91.34
93.83
2009
96.95
90.02
92.93
dibandingkan perempuan yang masing-masing nilainya 96,95 persen dan 90,02 persen. Hal
yang serupa juga terjadi di tahun 2007 dan 2008.
2.3.2.2 Indikator Pendidikan
Angka Partisipasi Kasar untuk tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA tahun
ajaran 2009/2010 masing-masing adalah 35,77 persen, 103,79 persen, 88,97 persen, 78,97
persen. Hasil ini mengindikasikan adanya peningkatan partisipasi anak usia sekolah untuk
terus melanjutkan pendidikannya. Sedangkan Angka Partisipasi Murni untuk tingkat TK/RA,
SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA tahun ajaran 2009/2010 masing-masing adalah 33,98
persen, 98,60 persen, 84,54 persen dan 75,02 persen.
Angka lulusan mengalami perkembangan posotif dan negatif, hal ini dapat dilihat
dalam grafik dibawah ini :
Gambar 2.2
Angka Kelulusan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA
46
Dari grafik diatas dapat dilihat untuk tingkat SD/MI mengalami penurunan kelulusan
siswa pada tahun ajaran 2008/2009 yang tidak terlalu besar yaitu 0.73%. Untuk tingkat
SMP/MTs terjadi tren kenaikan jumlah siswa lulus sejak tahun ajaran 2006/2007 sampai
dengan 2008/2009, tetapi pada tahun ajaran 2009/2010 terjadi penurunan sebesar 2.45%.
Sedangkan tingkat SMA/MA/SMK mengalami dua kali tren penurunan yaitu pada tahun
ajaran 2007/2008 terjadi penurunan yang cukup besar yaitu 9.81% dan pada tahun
2009/2010 sebesar 2.71%, dan pada tahun 2008/2009 mengalami kenaikan yang cukup
signifikan sebesar 12.77%.
2.3.2.3 Indikator Kesehatan
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk menentukan
derajat kesehatan suatu daerah. Dan laporan jumlah kematian bayi yang disampaikan
kecamatan, diasumsikan bersumber dari fasilitas pelayanan kesehatan dan dari laporan
masyarakat atau kader. AKB di Kabupaten Pidie Jaya terjadi kenaikan dari tahun 2008
sebesar 41 bayi menjadi 46 bayi pada tahun 2009. AKB Provinsi Aceh adalah sebesar
37/1000 Lahir Hidup (LH) dengan kisaran (16/1000 LH 40/1000 LH). Sementara AKB
Nasional sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Jadi AKB Pidie Jaya masih di atas Angka
Nasional.
Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian ibu yang terkait
dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas. Perhitungan AKI disetiap puskesmas sulit
dilakukan karena jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran dan masih ada
kemungkinan under reported. AKI Kabupaten Pidie Jaya untuk tahun 2007, 2008 dan 2009
berturut-turut adalah 8/100.000 LH, 5/100.000 LH dan 5/100.000 LH. AKI Provinsi Aceh pada
tahun 2008 sebesar 238/100.000 LH sedangkan AKI Nasional 228/100.000 LH. Berdasarkan
data tersebut, AKI Kabupaten Pidie Jaya menggambarkan kondisi yang masih bisa ditolerir
berada dibawah angka Provinsi dan Nasional.
47
Semua kesenian yang ada di Kabupaten Pidie Jaya mengandung unsur-unsur islami
yang melekat tidak terpisahkan. Kesenian yang ada juga membawa simbol kekompakan
masyarakat, energik dalam artian bersemangat dalam melakukan aktivitas dan dinamis serta
mengandung unsur nasehat yang baik bagi kehidupan masyarakat.
Kabupaten Pidie Jaya mempunyai berbagai klub olah raga sesuai dengan jenis olah
raga yang digemari oleh masyarakat seperti sepakbola, volly, badminton, dan tenis meja.
Berdasarkan data dari Dinas Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pidie Jaya tahun 2011,
klub sepak bola sudah terdaftar sebanyak 24 klub, bola volly sebanyak 9 klub, atletik 1 klub
dan tenis meja 1 klub. Ini mencerminkan bahwa umumnya masyarakat Pidie Jaya
menggemari olah raga bola kaki. Sedangkan jumlah lapangan olahraga yang ada di
Kabupaten Pidie Jaya adalah 42 unit lapangan sepak bola dan 96 unit lapangan bola volly.
2.4
Pelayanan Umum
Pendidikan Dasar
1.
dasar SD/MI dan SMP/MTs. Pada tahun 2010 rasio ketersediaan sekolah rata-rata untuk
SD/MI adalah 148, sedangkan untuk SMP/MTs adalah 251. Ini menggambarkan bahwa daya
tampung sekolah masih berada dalam status mencukupi untuk menampung siswa jika
semua penduduk usia sekolah masuk ke sekolah tingkat SD/MI dan SMP/MTs.
2.
sedangkan Rasio Siswa per Guru mengambarkan perbandingan jumlah siswa dengan
jumlah guru. Pada tahun 2010, rasio siswa per sekolah untuk SD/MI adalah 156 dan 221
untuk SMP/MTs. Sedangkan Rasio guru terhadap siswa untuk SD/MI adalah 14 dan untuk
SMP/MTs sebesar 10, ini menunjukkan bahwa SD/MI dan SMP/MTs telah kelebihan guru.
Jika dibandingkan dengan standar nasional jumlah siswa perkelas yaitu 20 siswa/kelas untuk
SD dan 25 siswa/kelas untuk SMP, maka dapat diambil kesimpulan dalam 1 ruang SD
terdapat 2 guru dan 1 ruang kelas SMP 2,5 guru.
48
3.
Perkembangan Hasil UN
Perkembangan nilai UAN sejak tahun ajaran 2006/2007 hingga 2009/2010 untuk
SD/MI mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, sedangkan untuk SMP/MTs bisa
dikatakan flat. Pada tahun ajaran 2007/2008 dan 2009/2010 nilai UAN SD/MI mengalami
penurunan sebesar 0,25% dan 0,30%. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari gambar 2,3
berikut ini :
Gambar 2.3
Perkembangan Nilai UAN dan UAS untuk SD/MI dan SMP/MTs
B.
Pendidikan Menengah
1.
570. Ini menggambarkan bahwa daya tampung sekolah masih berada dalam status
mencukupi untuk menampung siswa jika semua penduduk usia sekolah masuk ke sekolah.
Daya tampung sekolah maksimal adalah 864 siswa menurut standar nasional.
2.
menunjukkan bahwa jumlah siswa setiap sekolahnya masih bisa ditolerir karena
berdasarkan standar nasional jumlah siswa maksimal setiap sekolah tidak boleh melebihi
864 siswa agar proses belajar mengajar lebih efektif.
Rasio guru terhadap siswa untuk SMA/SMK/MA tahun 2010 adalah 14, jika jumlah
siswa dalam satu kelas 35 siswa maka rasio perbandingan guru dengan siswa adalah 2,5.
Hal ini masih dalam batas kewajaran karena di tingkat SMA banyak mata pelajaran dengan
guru yang harus mempunyai pendidikan kejuruan.
49
3.
Perkembangan Hasil UN
Hasil UAN tingkat SMA/SMK/MA Kabupaten Pidie Jaya mengalami tren peningkatan,
pada tahun ajaran 2006/2007 sebesar 6,28, tahun 2007/2008 meningkat menjadi 6,94 dan
peningkatan signifikan terjadi pada tahun 2008/2009 yaitu 7,86. Sedangkan pada tahun
2009/2010 terjadi penurunan sebesar 0,40% menjadi 7,46.
2.4.1.2 Kesehatan
A.
Jaya sebanyak 2.800 bayi dan jumlah posyandu yang tercatat 226. Rasio Posyandu per
1000 balita adalah 80,71, hal ini menggambarkan 80 posyandu melayani 1000 balita atau 1
posyandu berbanding 12 balita.
B.
puskesmas sebanyak 10 unit, pustu sebanyak 20 unit, poskesdes sebanyak 50 unit dan
polindes sebanyak 32 unit. Jumlah total sarana kesehatan adalah 113 unit dengan total
jumlah penduduk 146.964, rasio puskesmas, polindes dan pustu per 1000 penduduk adalah
0,77. Hal ini bermakna bahwa 0,77 puskesmas, polindes dan pustu melayani 1000 atau 1
puskesmas, polindes dan pustu berbanding 1300 penduduk.
C.
D.
dengan jumlah penduduk 146.964, maka rasio dokter per 1.000 penduduk adalah 0,22. Hal
ini bermakna bahwa 0,22 dokter melayani 1.000 penduduk atau 1 dokter berbanding 4.592
penduduk.
50
E.
2010 adalah 30 orang dengan jumlah penduduk 146.964, maka rasio tenaga medis per
1.000 penduduk adalah 0,20. Hal ini bermakna bahwa 0,20 tenaga medis melayani 1.000
penduduk atau 1 tenaga medis berbanding 4.898 penduduk.
2.4.1.3 Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Permasalahan lingkungan hidup yang di akibatkan oleh faktor manusia adalah terkait
dengan perilaku masyarakat yang tidak memperhatikan aspek kelestarian dan kebersihan
lingkungan, misalnya kurang disiplinnya masyarakat dalam hal membuang sampah,
pembuangan limbah industri ke aliran sungai, pendirian rumah hunian di sepanjang daerah
aliran sungai, dan pendirian bangunan liar yang tidak mentaati peraturan perundangan.
Meskipun dana APBD yang di pergunakan untuk menangani pengelolaan
persampahan dari tahun ke tahun semakin besar (ketika masih dalam wilayah kabupaten
induk/Pidie), tidak akan memberikan hasil yang optimal apabila tidak di barengi dengan
meningkatnya kesadaran dan kedisiplinan masyarakat untuk menjaga kebersihan dan
lingkungan hidup. Prasarana pengelolaan sampah pemerintah Kabupaten Pidie Jaya
kondisinya sampai dengan tahun 2008, antara lain :
transfer depo 26 unit, bak kontainer 18 unit, dump truck 10 unit, armroll truck 6 unit, pick up,
buldozer dan wheel loader masing-masing 1 unit, TPA seluas 2,5 Ha dengan daya tampung
3.285.000 ton.
Meningkatnya kepadatan lalu lintas di Kabupaten Pidie Jaya sebagai akibat dari
semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor secara langsung berpengaruh pada
meningkatnya polusi udara di kabupaten Pidie Jaya. Masalah penurunan kualitas udara
sehat dan bersih di Kabupaten Pidie Jaya di perparah dengan telah berkurangnya
pepohonan kota akibat dari penggunaan lahan sebagai kebutuhan aktivitas manusia. Di
samping itu, berkurangnya pepohonan di daerah penyangga yang berada di luar
kewenangan Kabupaten Pidie Jaya akibat pengalihan lahan untuk perumahan dan industri
juga memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas udara di kabupaten Pidie Jaya.
Pelaksanaan pelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Pidie Jaya, faktor yang akan
terjaga untuk 20 tahun ke depan adalah meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti
pentingnya kualitas lingkungan bersih dan sehat, semakin banyaknya penerapan green belt
di Kabupaten Pidie Jaya. Meningkatnya sosialisasi akan arti hidup sehat dan bersih oleh
51
52
Panjang ruas jalan poros desa adalah 534,52 km sedangkan panjang jalan usaha tani
adalah 182,3 km.
B. Daerah Irigasi
Kabupaten Pidie Jaya mempunyai 45 Daerah Irigasi (DI) yang langsung di bawah
pengelolaan kabupaten dan 2 DI dibawah pengelolaan Provinsi yaitu DI Cubo Trienggadeng
dan DI Meureudu. Luas potensi lahan pertanian sebesar 6.557 Ha yang terdiri dari sawah
irigasi teknis, semi teknis, dan daerah irigasi perdesaan. Luas potensi pelayanan daerah
irigasi teknis adalah 1.493 Ha; luas potensi pelayanan daerah irigasi semi teknis adalah
4.731 Ha, Luas pelayanan daerah irigasi perdesaan 332 Ha dan jumlah embung yang ada
sebanyak 4 buah. Panjang irigasi yang terbuat dari pasangan batu adalah 37.564 m, dan
panjang irigasi yang merupakan saluran tanah adalah 53.520 m
53
perkotaan dan pedesaan serta sistem pusat-pusat permukiman. Sebagai pedoman dalam
melakukan analisis ini perlu di perhatikan beberapa azas, di antaranya :
a). Demokratisasi ruang, yaitu sebagai suatu sistem jaringan interaksi sosial, ekonomi dan
fisik. Proses interaksi ini di bentuk oleh hubungan atau keterkaitan ini mempunyai
peranan penting dalam pembangunan wilayah, karena pembangunan wilayah terjadi
melalui atau bahwa perencanaan struktur ruang merupakan upaya untuk memberikan
pemerataan tingkat kemudahan yang proporsional pada fasilitas dan pelayanan sosial
bagi
masyarakat,
mampu
menunjang
serta
mendorong
perkembangan
dan
dengan
kebijaksanaan-kebijaksanaan
yang
telah
ada
terhadap
54
bandingkan dengan koridor tengah dan selatan. Karena koridor utara merupakan koridor
jalur penghubung kota Banda Aceh dengan kota Medan, serta di tunjang dengan jaringan
jalan yang kondisinya lebih baik, ketersediaan berbagai fasilitas pendukung yang lebih
lengkap di bandingkan dengan koridor lainnya. Pesatnya perkembangan transportasi di jalur
utara membawa dampak yang sangat baik bagi perkembangan wilayah Kabupaten Pidie
Jaya. Dampak tersebut antara lain adalah : kemudahan pencapaian (aksesibilitas) yang
tinggi dan menyebabkan berkembangannya kegiatan perdagangan, terutama kota-kota di
sepanjang jalur regional tersebut.
Jaringan jalan di kabupaten Pidie Jaya, hampir seluruhnya sudah dilakukan
pengerasan. Jalan yang menghubungkan kecamatan, dan desa-desa sudah dapat di lalui
oleh kendaraan roda empat. Tetapi seiring dengan waktu prasarana jalan tersebut
kondisinya sudah rusak, bahkan tingkat kerusakannya sangat mengganggu bagi pengguna
55
jalan. Kondisi kerusakan jalan tersebut seperti pada jalan Kuta Rentang simpang empat
Meuredu atau jalan yang menuju desa-desa lainnya di antaranya : desa Jiejiem atau desa
Cot langien di kecamatan Bandar Baru.
Jumlah penduduk secara garis besar merupakan pola pergerakan orang dan atau
barang menggambarkan kekuatan/potensi di suatu wilayah, di mana kekuatan atau potensi
itu dapat berupa angka yang tinggi, perekonomian yang kuat, pelayanan transportasi yang
prima dan lain sebagainya. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar/luas suatu daerah
melayani pergerakan orang/barang, maka daerah tersebut merupakan daerah yang
mempunyai potensi untuk membangkitkan dan atau menarik aktivitas masyarakat dalam
segala bidang. Oleh sebab itu provinsi Aceh melalui Dinas Bina Marga akan merealisasi
rencana yang telah di susun dalam pengembangan transportasi darat, sehingga dengan
demikian setiap jalur lintas darat dapat saling terhubung, dan setiap daerah terbuka dan
mudah di jangkau. Hal ini di perkuat dengan rencana highway yang melintasi kota Sigli, Pidie
Jaya, Lhoksukon, Langsa, dan lainnya.
Untuk pemerataan pergerakan orang/barang, maka daerah-daerah yang merupakan
simpul-simpul bangkitan dan tarikan perjalanan membutuhkan prasarana transportasi untuk
menghubungkan wilayah satu dengan yang lain dalam membuka wilayah potensial yang
masih terisolas, sehingga tercapainya pemerataan pembangunan.
Sejauh ini keadaan transportasi di Kabupaten Pidie Jaya belum dapat melayani
seluruh wilayah yang ada. Kabupaten Pidie Jaya belum memiliki terminal antar kota dan
terminal angkutan kota. Masih banyaknya sarana dan prasarana perhubungan yang belum di
bangun dan di rehabilitasi akibat gempa dan tsunami. Timbulnya kesemerautan lalu lintas
karena belum adanya traffic light pada persimpangan. Di samping itu, masih sering
terjadinya kecelakaan lalu lintas, di mana pada tahun 2007 jumlah korban mencapai 32
orang luka berat dan ringan, dan 11 orang meninggal dunia. Pelanggaran lalu lintas
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Keberhasilan perhubungan dari sektor pengangkutan merupakan penyumbang
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup memadai terhadap pembentukan PDRB dari
tahun 2000 2006 yaitu sebesar 4,01 % hingga 4,46 %, sub sektor pengangkutan jalan
raya memiliki peranan penting dalam perekonomian Pidie Jaya yaitu mencapai 3,29 %
pada tahun 2006, dan pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu 5,71 %. Selain
itru, fasilitas transportasi di Kabupaten Pidie Jaya merupakan hal penting, yang sangat perlu
mendapat perhatian di seluruh provinsi Aceh.
Perhubungan di Kabupaten Pidie Jaya sangat strategis, karena merupakan sentral
bertemunya berbagai moda transportasi. Adanya rencana pembangunan jalan lingkar dan
peningkatan ruas jalan yang menghubungkan Geumpang dan Kota Meuredu, sehingga akan
semakin meningkatkan arus perhubungan, dan pergerakan ekonomi, terlebih lagi peran
56
strategis yang di emban sebagai wilayah baru berkembang di provinsi Aceh. Masih adanya
bantuan berbagai lembaga donor dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi sarana
perhubungan terutama perluasan ruas jalan nasional, provinsi dan kabupaten, hal ini akan
semakin meningkatkan arus pergerakan perhubungan yang ada.
2.4.2 Pelayanan Penunjang
2.4.2.1 Penanaman Modal (Investasi)
Pada tahun 2004 2008 inflasi yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya rata-rata 8%.
Masih rendahnya kredit untuk modal usaha dan investasi jika di bandingkan untuk konsumsi,
di mana komposisi pada tahun 2007 adalah kredit modal usaha sebesar 30,25%, kredit
investasi 5,12%, dan untuk kredit konsumsi 34,78%. Investasi di kabupaten Pidie Jaya tidak
dapat berkembang karena stabilitas politik dan keamanan belum stabil pasca konflik dan
belum adanya profil investasi Kabupaten Pidie Jaya.
Sejauh ini, capaian urusan penanaman modal adalah tercapainya angka inflasi
sampai 4,6% pada tahun 2007. Meningkatnya lembaga perbankan dengan munculnya bankbank baru di Kabupaten Pidie Jaya, di mana jumlah total bank pada tahun 2008 sebanyak 2
unit dan total kantor bank sebanyak 8 unit. Pada tahun 2011 jumlah Bank Cabang atau
Cabang Pembantu sebanyak 3 unit dan kantor bank unit pelayanan kecamatan sebanyak 8
unit.
Pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi membuka peluang bagi investor asing dan
nasional untuk berinvestasi di Kabupaten Pidie Jaya. Adanya kesepakatan damai dan
Undang-Undang Pemerintah Aceh merupakan jaminan untuk stabilitas keamanan dan politik
serta adanya peluang untuk menjalin kerja sama secara langsung dengan negara lain.
Lokasi strategis kabupaten Pidie Jaya sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan, di
mana infrastruktur yang ada saat ini masih yang paling baik di Aceh merupakan peluang
tersendiri untuk mendatangkan investor. Adanya potensi perikanan dan kelautan yang masih
besar dan belum tergarap merupakan peluang satu-satunya yang berasal dari sumber daya
alam yang dimiliki Kabupaten Pidie Jaya. Agro Industri merupakan sektor unggulan yang
cukup potensial untuk dikembangkan dan sesuai dengan kondisi alam yang subur dan
didukung oleh sumber daya air yang melimpah sangat memungkinkan untuk dijadikan
sebagai investasi handal. Sektor yang cukup menjanjikan adalah sektor pertanian dengan
lahan pertanian yang luas dan sistem irigasi yang mendukung, disektor perkebunan adalah
Kakao, Kelapa dan Pinang.
Tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Kabupaten Pidie Jaya adalah belum terbiasa
mengelola bantuan keuangan secara profesional, sehingga banyak investasi yang tidak
terkelola dengan baik akibat sifat masyarakat yang konsumtif dan bergaya hidup mewah.
57
Kendala lain yang dapat muncul adalah budaya birokrasi yang belum pro ke bisnis, sehingga
akan menghambat investor yang akan masuk. Faktor keberhasilan dalam meningkatkan
penanaman modal di kabupaten Pidie Jaya adalah adanya jiwa kewirausahaan yang kuat di
masyarakat kabupaten Pidie Jaya. Adanya profil investasi yang memberikan berbagai
informasi tentang investasi. Di samping itu, semakin membaiknya sarana dan prasarana
kabupaten Pidie Jaya.
Prediksi kondisi penanaman modal untuk jangka waktu 20 tahun ke depan, antara
lain : meningkatnya jumlah investasi, promosi dan kerja sama investasi, iklim investasi dan
realisasi investasi, adanya informasi penanaman modal, jangka waktu pengurusan ijin usaha
yang semakin cepat, serta meningkatnya potensi sumber daya, sarana dan prasarana
daerah.
Laki- laki
Perempuan
Jumlah Penduduk
Perkembangan
Kepadatan
Penduduk
Penduduk
60,997
70,382
131,397
0,28
112,55
59,941
69,695
129,636
- 1,95
111,48
62,567
65,386
135,953
9,72
116,92
68,912
70,867
139,779
8,64
120,20
70,152
71,797
141,949
0,83
122,07
Selama 5 tahun terakhir, jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya dari tahun ke tahun
semakin meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif kecil ( 3,51 %). Dalam
kurun waktu 20 tahun ke depan di harapkan laju pertumbuhan penduduk bisa mencapai 0,84
%. Jumlah penduduk di kelompokkan berdasarkan pekerjaan menurut lapangan usaha atau
mata pencaharian yang tersedia selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.14 di
bawah ini.
58
Tabel 2.14
Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Berdasarkan Mata Pencaharian
Tahun 2004-2008
Tahun
Petani
Nelayan
PNS
Lain-Lain
Jumlah
2004
2005
2006
2007
81.770
3.269
2.508
52.323
139.779
2008
Angka pengangguran cukup tinggi, sejak tahun 2004 hingga tahun 2008 terjadi
fluktuasi tingkat pengangguran secara rinci, tingkat pengangguran di Kabupaten Pidie Jaya
meningkat setiap tahunnya dari tahun 2004 (11,23 %), tahun 2005 (12,77 %), tahun 2007
(14,05 %), dan tahun 2008 (14,95 %). Meningkatnya pengangguran dapat di sebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain : krisis ekonomi yang menyebabkan banyak usaha yang tutup,
terbatasnya lapangan kerja sektor primer, berakhirnya BRR dan banyaknya NGO asing yang
tidak melanjutkan pekerjaannya akibat negara donor yang mulai berkurang. Secara riil pada
tahun 2008 dari jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya sebanyak 141,949 jiwa, tingkat
partisipasi angkatan kerja yaitu sebanyak 94,383 orang, penduduk usia kerja sebanyak
87,547 orang (62,63 %), dan jumlah pengangguran sebanyak 21,220 orang (14,95 %),
berarti angka kemiskinan masih cukup tinggi. Dengan
menggunakan indikator baru (PKIB) tahun 2004 dan PSE 05 kondisi kemiskinan di
Kabupaten Pidie Jaya tahun 2004- 2008 dapat di cermati pada Tabel 2.15 berikut ini.
Tabel 2.15
Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008
Jumlah Penduduk Miskin (KK)
Kecamatan
Bandar Baru
Pante raja
Pra Sejahtera
3,725
Prasejahtera I
Jumlah (KK)
2,855
6,580
419
928
1,347
Trienggadeng
2,035
1,378
3,413
Meureudu
1,645
1,393
3,038
760
707
1,467
Meurah Dua
Ulim
1,031
991
2,022
Jangka Buya
337
1,651
1,988
Bandar Dua
384
673
1,057
59
Jumlah penduduk miskin Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2008 adalah sebesar
19,4 %, tahun 2005 2006, rata-rata mengalami penurunan sebesar 8,27 %, tahun 2007
2008. Sekandang rata-rata jumlah penurunan penduduk miskin Kabupaten Pidie Jaya
selama 5 tahun terakhir yaitu sebesar 229 RTM.
Permasalahan demografi yang di alami pemerintah Kabupaten Pidie Jaya selama ini
adalah terkait dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi dan tidak merata. Hal ini
dapat dilihat angka kepadatan pada 5 kecamatan yang di atas rata-rata yaitu : 2,9 / km2, di
mana di kecamatan Baiturrahman dan kecamatan Banda Raya mencapai 7,4 dan 6,42 /km2,
antara lain : permasalahan lainnya yaitu tingkat urbanisasi yang semakin bertambah seiring
dengan fungsi yang di emban Kabupaten Pidie Jaya, dan komposisi penduduk yang semakin
menua (aging population). Pada tahun 2005 jumlah penduduk yang masuk Kabupaten Pidie
Jaya sebanyak 5.427 orang dan yang keluar 4.017 orang.
60
(pengangguran terbuka) sebesar 7,21 persen atau sekitar 4.335 jiwa. Dengan demikian
terdapat 92,09 persen angkatan kerja yang bekerja atau sekitar 55.786 jiwa.
Jika dibandingkan dengan persentase pengangguran di Provinsi Aceh, pada tahun
2009 angka pengangguran di Kabupaten Pidie Jaya hanya sebesar 7,21 persen dari total
angkatan kerja sedangkan angka pengangguran di Provinsi Aceh mencapai 9,84 persen dari
total angkatan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran masyarakat
Kabupaten Pidie Jaya sudah lebih rendah dibandingkan masyarakat kabupaten/kota lainnya
di Provinsi Aceh. Walaupun demikian angkatan kerja perlu terus ditingkatkan dengan upaya
membuka peluang investasi dalam berbagai sektor seperti; perdagangan, jasa, koperasi,
pertanian, perkebunan, kelautan dan lain-lainnya.
2.4.2.5 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Peran perempuan dalam pembangunan di kabupaten Pidie Jaya masih belum
optimal. Hal ini dapat dilihat masih sedikitnya perempuan yang menduduki jabatan strategis
di berbagai instansi. Komposisi anggota DPRD Kabupaten Pidie Jaya yang hanya di isi oleh
2 orang perempuan dari jumlah total 25 orang. Sejauh ini, capaian urusan pemberdayaan
perempuan, antara lain : terpilihnya wakil-wakil Kabupaten Pidie Jaya yang berasal dari
kaum perempuan, rasio siswa SD antara laki-laki dan perempuan yaitu 1 : 17, rasio pencari
kerja yang terdaftar antara laki-laki dan perempuan adalah 0,95, dilakukannya berbagai
pelatihan mengenai gender oleh berbagai lembaga donor, sudah di bahasnya isu-isu gender
dalam berbagai dokumen perencanaan.
Pada masa
61
adanya kesadaran kolektif untuk menempatkan kemiskinan sebagai musuh bersama, dan
adanya program-program pemerintah kabupaten Pidie Jaya untuk menanggulangi
kemiskinan.
Prediksi kondisi pemberdayaan perempuan dalam jangka waktu 20 tahun ke depan,
antara lain : meningkatnya angka GDI (Gender Development Index) dan GEM (Gender
Empowerment Index), meningkatnya kualitas anak dan perempuan, adanya penguatan
kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak, meningkatnya kualitas hidup dan
perlindungan perempuan, menurunnya jumlah kekerasan terhadap anak dan perempuan,
meningkatnya peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan, dan meningkatnya
akses perempuan terhadap layanan pendidikan dan kesehatan.
62
Penggunaan teknologi informasi internet sebagai wadah promosi dengan membuka website
untuk dapat diakses oleh berbagai pihak demi kemajuan Kabupaten Pidie Jaya.
Dengan
perkembangan
arus
globalisasi,
komunikasi
dan
informasi
dapat
memunculkan banyak hal sehingga memberikan dampak terhadap kualitas dan validitas
informasi yang akan dimanfaatkan oleh pihak lain, sehingga diperlukan filter sebelum
menyajikan informasi. Kebebasan pers yang begitu tinggi dan kadang-kadang tanpa
memperhatikan kaidah dan kode etik serta niklai-nilai budaya daerah.
Perkembangan
teknologi informasi menjadi pemicu pemanfaatan data secara negatif dan merusak sistem
pelayanan publik.
Kelemahan yang timbul dari penataan urusan statistik, kearsipan, komunikasi, dan
informasi masih rendahnya
63
64
2.5
65
66
Komoditas utama yang dihasilkan Pidie Jaya tahun 2009 dari tanaman sayur-sayuran
adalah Ketimun dengan luas panen 85 ha dan produksi sebesar 680 kwintal. Selain itu
adalah cabe merah dengan luas panen sebesar 87 ha dan produksi 392 kwintal. Selanjutnya
diikuti oleh kacang panjang dengan luas panen 85 ha dan produksi 340 kwintal.
Disamping itu, buah-buahan juga memberikan hasil yang cukup besar. Komoditas
utama antara lain durian, rambutan, melinjo, dan pisang. Banyaknya tanaman durian
sebanyak 16.283 batang dengan produksi 32,56 ton, rambutan sebanyak 15.527 batang dan
produksi 8,81 ton. Sedangkan melinjo sebanyak 130.295 batang dengan produksi 65,15 ton
dan pisang sebanyak 125.488 batang dengan produksi 14,94 ton.
Komoditas unggulan dari perkebunan Kabupaten Pidie Jaya adalah Kakao, Kelapa
dan Pinang. Luas areal produksi kakao terjadi perkembangan yang cukup signifikan pada
tahun 2008 menjadi 8.327 ha dari 5.227 ha pada tahun 2007 dan pada tahun 2009 luas areal
kakao adalah 8.377. Sedangkan hasil produksi kakao sejak tahun 2007 hingga 2009 tetap
sama berkisar pada 2.362 ton/tahun. Untuk komoditi kelapa perkebunan rakyat sejak tahun
2007 hingga 2009 tetap sama sebesar 3.340 ha dengan jumlah produksi 3.085,9 ton/tahun
pada tahun 2009 meningkat dari tahun 2007 yang hanya 1.931,15. Untuk Pinang luas areal
pada tahun 2009 adalah 1.466 ha dengan hasil produksi 382 ton/tahun.
2.5.1.3 Produktivitas Sumber Daya Alam Kehutanan
Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam menunjang
perekonomian serta merupakan daya dukung lingkungan terhadap keseimbangan
ekosistem. Kabupaten Pidie Jaya yang memiliki wilayah hutan yang cukup luas sangat perlu
dijaga ekosistemnya dengan tidak membiarkan pembalakan liar (illegal logging) yang dapat
mengakibatkan gundulnya hutan, sehingga menyebabkan terjadinya erosi dan banjir yang
membahayakan keselamatan manusia dan ekosistem lainnya.
Pidie Jaya sangat mendukung konsep Aceh Green Vision yang diwujudkan dalam
rencana pembangunan Aceh melalui upaya
terbarukan,
tata
guna
pemanfaatan
dan
pengelolaan
energi
dalam
berdampak
tata
negatif
ruang
dapat
terhadap
lingkungan.
67
Luas (Ha)
Kecamatan
2008
2009
2008
2009
1.062,11
1,015,21
950
925
Bandar Baru
Pante Raja
92,36
95,56
111
115
Trienggadeng
242,55
245,20
311
311
Meureudu
116,90
121,50
118
134
Meurah Dua
83,35
86,25
112
112
Ulim
318,80
248,55
313
295
Bandar Dua
Jangka Buya
117,15
172,65
195
206
2.087,22
1.984,92
2.110
2.098
JUMLAH
Sumber :
Hasil produksi perikanan budidaya di kabupaten Pidie Jaya tahun 2010 adalah
735.33 ton dengan rincian untuk hasil produksi budidaya ikan badeng adalah 437,48 ton,
budidaya udang 270,30 ton dan budidaya lainnya sebesar 27,55 ton.
68
69
Tabel 2.17
Jumlah Hasil Perikanan Tangkap di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008
PRODUKSI IKAN (TON/TAHUN)
Teri
Dencis
Tongkol
Peperek
Tuna
Kerapu
Cakalang
Tenggiri
Pari
Layur
Turisi
Sunglir
Kuwe
Kembung
Lemadang
Kakap
batu
Udang
JENIS IKAN
Bandar Baru
80
50
300
40
190
180
50
70
960
Pante raja
360
240
144
48
18
24
12
84
12
924
Trienggadeng
10
48
36
18
12
144
Meuredu
Meurah Dua
48
96
120
24
720
18
600
12
24
24
18
36
18
10
12
1.784
Ulim
120
240
72
24
48
50
559
Bandar Dua
Jangka Buya
a. Kuala Kiran
24
24
b.Pasi Aron
120
24
18
12
12
12
209
JUMLAH
759
650
664
153
958
18
816
34
12
104
73
24
117
138
18
10
74
4.604
NO
KECAMATAN
TOTAL
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan kehutanan Kab. Pidie Jaya
70
Industri
Batu Bata
Jumlah
Tenaga Kerja
Kapasitas Produksi
120
1.367
32.744.348
Biji
Anyaman Tikar
1.690
1.740
Kue Adee
53
52.500
Pengolahan Ikan
99
287.500
Garam
12
120
5.280
Ton
Pandai Besi
10
1.080
Buah
Industri Rotan
14
29
84.794
Buah
Lembar
Buah
Kg
71
Kegiatan industri kerajinan dan pengolahan diusahakan dalam skala terbatas dengan
modal terbatas pula, peluang investasi yang dapat direncanakan meliputi : pembangunan
industri kerajinan dan pengolahan hasil berskala menengah, penampungan dan penyaluran
hasil produksi industri masyarakat dan usaha peningkatan kualitas produksi dan packing
hasil produksi untuk diekspor sesuai permintaan pasar.
2.5.2
72
Sumberdaya Manusia
73
daratan
yang
bervariasi
(tebing).
Berdasarkan
pengamatan
kegiatan
75
1.
Endapan Aluvial
Endapan Aluvial terbentuk pada daerah sungai laut dangkal yang dikontrol oleh air atau
arus, pembentukan dari proses pelapukan batuan sampai pengendapan kembali.
Dengan potensi sumber galian sebagai berikut: kerikil, pasir dan lempung (tanah liat).
2.
3.
Sedimen Tersier
Sedimen Tersier diendapkan pada daerah/lingkungan darat, laut dangkal dan laut
dalam.
4.
Sedimen/Metamorf Pratersier
Sedimen/Metamorf Pratersier terbentuk akibat dari tekanan/pembebanan batuan (P) dan
temperatur (T) pada batuan dibawah permukaan tanah. Potensi bahan galian sebagai
berikut : batu gamping pejal, schkiss mika, batu pasir, metawacke konglemerat, kuarsit,
batu sabak schkiss, mika dan marmer.
76
BAB III
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
3.1.
3.1.1
Bidang Ekonomi
pengangguran di Provinsi Aceh mencapai 9,84 persen dari total angkatan kerja. Meskipun
angka pengangguran di Pidie Jaya masih di bawah angka pengangguran Provinsi Aceh dan
1
Nasional sebesar 7,87 %, namun begitu daya saing tenaga kerja di Kabupaten Pidie Jaya
masih rendah sehingga menyebabkan tenaga kerja daerah Pidie Jaya kalah bersaing
dengan daerah lain.
pengolahan
sumberdaya
alam,
kurangnya
penerapan teknologi
dan
tidak
maksimalnya kelembagaan pertanian di tingkat usaha tani. Ketiadaan modal usaha dan
ketersediaan saprodi yang terjamin di tingkat usaha tani terutama benih unggul bermutu dan
pupuk bersubsidi juga menjadi faktor lain rendahnya mutu pertanian di Pidie Jaya.
Disamping itu kurangnya Tenaga Penyuluh Lapangan (PPL), baik dari segi kualitas maupun
kuantitas juga menyebabkan kurang berkembangnya sektor ini.
dan
keengganan dari pihak perbankan dalam menyalurkan kredit. Dengan adanya regulasi yang
menguntungkan semua pihak dapat mendorong investasi dari berbagi sektor sehingga
akhirnya dapat meningkatkan PDRB Pidie Jaya.
3.1.2 Bidang Infrastruktur
3.1.2.1 Sumber Daya Air dan Irigasi
Sumber daya air dan irigasi diantaranya adalah layanan infrastruktur ditinjau dari
aspek pemenuhan kebutuhan air baik untuk menunjang kegiatan pertanian maupun
kebutuhan domestik juga masih kurang memadai. Kondisi infrastruktur pengairan di Pidie
Jaya yang dalam kondisi baik baru mencapai 30%, hal ini ditinjau dari kondisi fungsional
jaringan irigasi mulai menurun seiring dengan rendahnya ketersediaan anggaran operasional
dan pemeliharaan dan akibat banjir yang terjadi di beberapa tempat di Pidie Jaya.
Pelayanan air minum di Pidie Jaya yang dilaksanakan oleh PDAM belum maksimal,
hal ini ditandai masih banyak wilayah di Pidie Jaya yang belum mendapat layanan air bersih
sementara itu layanan air bersih di beberapa wilayah belum memperoleh layanan yang
maksimal selama sehari semalam namun hanya beberapa jam dalam sehari. Hal ini
menyebabkan kualitas hidup masyarakat kurang baik.
3.1.2.2 Pembangunan Jalan
Pembangunan jalan-jalan utama di Pidie Jaya yang belum memadai. Hal ini masih
sama permasalahannya dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu disebabkan terbatasnya
dana yang tersedia untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan, demikian pula akibat
muatan yang berlebih menyebabkan kerusakan atau degradasi jalan lebih cepat terjadi
dibandingkan dengan umur rencana.
3.1.2.3 Lingkungan Hidup
Berbagai masalah dalam hal pengelolaan lingkungan hidup adalah tingginya tingkat
perambahan kawasan hutan, illegal logging, illegal mining, kerusakan daerah aliran sungai
(DAS), pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran dan kerusakan pesisir/laut,
bencana alam (banjir, tanah longsor) dan rendahnya kesadaran masyarakat di bidang
lingkungan, tata ruang wilayah dan penegakan hukum lingkungan.
3.1.3 Bidang Sosial dan Budaya
3.1.3.1 Pendidikan
Layanan pendidikan yang belum merata dan berkualitas, terutama dari sisi
pemanfaatan sumber daya yang belum efektif serta masih minimnya fasilitas pendukung
berupa sarana dan prasarana. Meskipun secara umum dapat dikatakan bahwa akses
masyarakat di Pidie Jaya terhadap lembaga pendidikan pada berbagai tingkatan sudah
cukup baik, namun permasalahan mutu pendidik yang dan layanan yang masih rendah
menyebabkan kualitas pendidikan belum dapat diandalkan.
Pengelolaan sistem pendidikan di Pidie Jaya belum berjalan secara efektif, hal itu
dapat dilihat dari tidak efisiensinya pengelolaan pendidikan, terutama masih banyak kepala
sekolah yang belum memiliki kapasitas dan profesionalisme dalam memimpin. Penempatan
kepala sekolah seringkali menjadi masalah karena tidak berasal dari orang-orang yang
memang telah memenuhi kualifikasi untuk itu.
Mutu pendidikan, relevansi dan daya saing lulusan sekolah di Pidie Jaya masih
rendah dibandingkan dengan daerah lain khususnya di luar Aceh. Hal ini disebabkan
3
dilaksanakan
melalui
kegiatan
surveilans
gizi
belum
mencapai
95%
dan
penanganannya hanya untuk kasus yang berat saja sementara kasus gizi kurang tidak ada
penanganan .
Rendahnya kualitas kesehatan yang ditandai dengan tingginya Angka Kematian Bayi
9,70 persen pada tahun 2009. Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang
paling sensitif untuk menentukan derajat kesehatan suatu daerah. Dan laporan jumlah
kematian bayi yang disampaikan Kecamatan, diasumsikan bersumber dari fasilitas
pelayanan kesehatan (facility based) dan dari laporan masyarakat atau kader (community
based). AKB di Kabupaten Pidie Jaya terjadi kenaikan dari tahun 2008 sebesar 41 bayi
menjadi 46 bayi tahun 2009. AKB di provinsi NAD adalah sebesar 37/1000 lahir hidup
dengan kisaran (16/1000 LH- 40/1000 LH). Sementara AKB Nasional sebesar 35/1000
kelahiran hidup. Jadi AKB Pidie Jaya masih di atas Angka Nasional.
minimnya para teungku imum meunasah di Pidie Jaya untuk mendapatkan pelatihan/
pembekalan tentang pelaksanaan Syariat Islam.
Masih banyak masyarakat Pidie Jaya yang tidak memahami substansi dan nilai-nilai
yang terkandung dalam hukum adat. Hukum adat yang hidup dalam masyarakat sejak
dahulu, oleh sebagian masyarakat masih dianggap tidak penting lagi sehingga belum bisa
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat
perilaku-perilaku sosial kemasyarakatan yang menyimpang dari nilai-nilai adat.
Masih kurang keberpihakan penentu kebijakan terhadap pembangunan bidang
kebudayaan sehingga terpinggirkan dengan bidang pembangunan yang lain, padahal
pembangunan budaya di era globalisasi berperan penting dalam membentengi generasi
bangsa dari pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan norma-norma, adat
dan
budaya daerah/bangsa.
3.2
Isu Strategis
3.2.1
isu-strategis yang menjadi agenda utama dalam pembangunan nasional dan berdampak
pada pembangunan di daerah meliputi:
3.2.1.1 Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat.
Penyelenggaraan program peningkatan kesejahteraan rakyat akan dilaksanakan
seiring dengan upaya peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan mendukung terciptanya
penyelenggaraan
program
pembangunan
ekonomi
yang
makin
berkualitas,
yaitu
pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada peningkatan produktivitas dan daya saing,
serta makin memacu terciptanya kreativitas dan inovasi. Penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi juga akan mempercepat tercapainya tataran pembangunan ekonomi yang makin
mandiri. Percepatan laju pertumbuhan ekonomi ini diharapkan mampu menurunkan tingkat
pengangguran terbuka
kelola pemerintahan, baik di sektor pemerintahan maupun swasta. Krisis keuangan global,
juga tidak terlepas dari masalah ini. Oleh karena itu, negara-negara yang tergabung dalam
G-20 sepakat untuk menempatkan perbaikan tatakelola pemerintahan menjadi salah satu
agenda perbaikan untuk mencegah krisis berulang. Pembangunan birokrasi yang kuat
merupakan elemen penting untuk menjaga agar kelangsungan pembangunan tetap
berkelanjutan. Untuk itu, reformasi birokrasi akan dilaksanakan di seluruh kementerian/
lembaga untuk selanjutnya diteruskan di pemerintah daerah. Selanjutnya dalam penyusunan
perencanaan dan anggaran, akan diterapkan sistem anggaran berbasis kinerja secara
menyeluruh. Reformasi ini diharapkan dapat membuahkan hasil yang positif khususnya
dalam perbaikan kualitas pelayanan publik, efektivitas dan akuntabilitas kegiatan
kementerian/ lembaga dan penanggulangan korupsi.
Penguatan dimensi keadilan dan keikutsertaan akan dilakukan untuk setiap kegiatan
atau program pembangunan. Misalnya, melalui Program Keluarga Harapan (PKH), bagi
masyarakat sangat miskin akan diberikan bantuan tunai bersyarat dalam bentuk dukungan
biaya pendidikan dan kesehatan. Langkah ini diharapkan dalam jangka pendek akan
memberikan penghasilan tambahan bagi keluarga tersebut (memperbaiki distribusi
pendapatan) dan dalam jangka panjang akan dihasilkan generasi baru yang lebih baik
tingkat pendidikan dan kesehatannya. Di samping itu, pemerintah akan mempertajam
kualitas program perlindungan dan bantuan sosial dalam gugus (cluster) 1 untuk menjadi
bantuan sosial berbasis keluarga.
pembangunan yang terintegrasi dengan pembangunan di tingkat Provinsi Aceh, maka dalam
RPJPD Kabupaten Pidie Jaya mempertimbangkan pula isu-isu strategis yang berkembang
secara regional di Provinsi Aceh. Adapun isu-isu yang berkembang di Daerah Provinsi Aceh
meliputi :
3.2.2.1 Kerentanan Perdamaian
Perdamaian di Aceh memberikan ruang ideal bagi tumbuhnya kesejahteraan. Proses
reintegrasi pihak-pihak yang bertikai harus berjalan secara hati-hati dan sempurna.
Pengalaman internasional menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang baru selesai dari
konflik kembali terjebak kepada kekerasan karena proses reintegrasi berjalan timpang,
sektoral dan tidak adil. Pelestarian perdamaian yang merupakan prasyarat bagi efektifitas
pembangunan di Aceh harus dipastikan dengan program pembangunan yang terpadu dan
menyentuh segala lapisan dan golongan masyarakat.
3.2.2.2 Pemantapan Syariat Islam dan Ketahanan Budaya
bencana menjadi hal yang sangat penting dalam rangka menghindari kerugian yang lebih
besar.
3.2.2.6 Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Pembangunan yang memanfaatkan sumberdaya alam secara berlebihan dapat
menurunkan kualitas lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari eksploitasi sumberdaya alam
seperti hutan secara besar-besaran tanpa diimbangi dengan kegiatan rehabilitasi atau
pemulihan fungsi hutan secara proporsional dan kegiatan penambangan yang tidak
terkendali sehingga berdampak pada penurunan kualitas lingkungan yang dapat
menimbulkan bencana. Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya alam harus dilakukan
secara terkendali dan meningkatkan nilai tambah produk sumberdaya alam. Disamping itu,
pemanfaatan sumberdaya alam harus berorientasi kepada pemanfaatan sumberdaya alam
terbaharukan dan jasa lingkungan seperti wisata lingkungan, perdagangan karbon dan
pemanfaatan sumberdaya hutan non kayu.
3.2.2.7 Pertanian Menjadi Sektor Harapan
Kontribusi sektor pertanian terhadap ekonomi Aceh menempati urutan teratas. Sektor
ini juga menyerap hampir setengah dari tenaga kerja. Hal ini menunjukkan pentingnya sektor
pertanian dalam pembangunan ekonomi Aceh. Namun sektor ini belum memberikan dampak
yang signifikan terhadap kesejahteraan petani dan nelayan. Tingkat pertambahan nilai dari
komoditas pertanian sebagai produksi utama Aceh juga masih rendah. Sebagian besar
ekspor yang dilakukan berupa bahan mentah. Hal ini menimbulkan kerentanan jika terjadi
gejolak harga komoditas lokal dan global. Pengolahan komoditas pertanian menjadi penting
untuk memberi nilai tambah, membuka peluang tenaga kerja dan memperluas serapan
komoditas. Karena itu, perubahan paradigma pembangunan sektor pertanian mutlak
diperlukan dengan prioritas peningkatan nilai manfaat dari produk-produk pertanian Aceh.
merupakan nelayan tradisional yang memiliki sarana dan teknologi tangkap yang minim
serta daya jelajah yang terbatas. Kondisi ini tidak ideal karena wilayah laut teritorital (12 mil)
dan Zona Ekonomi Ekslusive (200 mil) belum termanfaatkan secara optimal. Hancurnya
9
terumbu karang dan mangrove selama ini berpengaruh terhadap produksi perikanan.
Pemanfaatan sumberdaya ikan dan biota perairan lainnya yang berlebihan telah
menimbulkan perubahan di darat dan di laut akibat tidak memperhatikan kelestarian dan
kelangsungannya, tidak adanya perlindungan wilayah tangkap, nelayan kecil, pembudidaya
kecil serta usaha kecil dan menengah.
3.2.2.9 Pengembangan Wilayah Strategis
Secara geografis, wilayah Aceh yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka
akan lebih mudah untuk tumbuh. Apabila faktor penghambat kemajuan ekonomi di Aceh
telah dapat diselesaikan dan terjadi perkembangan ekonomi yang menggembirakan maka
akan terjadi urbanisasi/migrasi dari kawasan pedalaman Aceh. Untuk menghindarkan efek
negatif dari urbanisasi, diperlukan pengembangan konsep pembangunan wilayah yang
terintegrasi dan saling mendukung guna menjamin inklusifitas pembangunan dan
pemerataan kesejahteraan. Pengembangan wilayah di Aceh juga harus diintegrasikan
dengan pengembangan wilayah sumatera, nasional dan internasional.
3.2.2.10 Rendahnya Daya Saing
Daya saing sumberdaya manusia Aceh masih tergolong rendah. Hal ini tergambar
dari rasio tenaga kerja yang berpendidikan tinggi dengan jumlah penduduk masih kecil dan
jumlah SDM kejuruan yang menguasai ketrampilan masih lebih rendah dibandingkan dengan
rata-rata nasional. Demikian juga rasio ketergantungan hidup penduduk usia produktif (SDM)
Aceh masih tinggi, sehingga produktivitasnya terbatas. Disisi lain, kualitas SDM masih perlu
ditingkatkan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang semakin berat. Oleh karena itu,
upaya untuk meningkatkan daya saing SDM tidak hanya terbatas pada peningkatan jumlah
tetapi juga terhadap peningkatan kualitas SDM yang dilakukan melalui peningkatan mutu
pendidikan (kurikulum, tenaga pengajar dan fasilitas), peningkatan kerjasama dengan dunia
usaha serta memperluas kesempatan magang, pelatihan dan studi lanjut. Dalam skala yang
lebih luas, tumbuhnya raksasa ekonomi global di masa depan, seperti Cina dan India, perlu
dipertimbangkan secara cermat di dalam menyusun pengembangan perekonomian Aceh.
Daya saing merupakan indikator kunci agar Aceh dapat menghadapi persaingan global. Oleh
karena itu, infrastruktur dan sumber daya manusia yang mempunyai produktifitas tinggi serta
kepastian hukum harus menjadi prioritas strategi jangka panjang.
10
11
Persentase penduduk miskin di Aceh masih tergolong tinggi yang melebihi angka
rata-rata Nasional bahkan pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Aceh berada pada urutan ke
tujuh tertinggi di Indonesia. Penduduk miskin umumnya berada di perdesaan pada 17
Kabupaten dari 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Hal ini mengindikasikan permasalahan
kemiskinan di Aceh merupakan hal mendasar yang harus ditangani secara menyeluruh dan
berkesinambungan. Demikian juga dengan indeks ketimpangan wilayah Aceh masih
tergolong tinggi jika dibandingkan dengan nilai indeks ketimpangan rata-rata Indonesia. Oleh
karena itu, pemerataan pembangunan antar wilayah di Aceh perlu ditingkatkan sesuai
dengan kebutuhan dan potensi wilayah.
Aceh
masih
terbatas
dalam
penguasaan
dan
pemanfaatan
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang mendukung pembangunan. Hal ini tercermin dari
rendahnya kontribusi iptek di sektor produksi dan nilai tambah, belum efektifnya mekanisme
intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya budaya iptek di
masyarakat, dan terbatasnya sumber daya iptek serta hak intelektual (paten) yang dihasilkan
masih terbatas. Berbagai hasil penelitian, pengembangan, dan rekayasa teknologi belum
dapat dimanfaatkan oleh pihak industri dan masyarakat. Kolaborasi riset antara universitas
dengan dunia usaha dan pemerintah masih belum sinergis.
3.2.3
kondisi wilayah serta kemampuan pendanaan pembangunan di Kabupaten Pidie Jaya, maka
isu-isu strategis pembangunan di Kabupaten Pidie Jaya meliputi :
3.2.3.1 Reformasi birokrasi berdasarkan prinsip tata kelola yang baik
12
3.2.3.3 Peningkatan kualitas sumber daya manusia berbasis budaya lokal untuk memenuhi
persaingan global melalui peningkatan tatakelola lembaga pendidikan.
Pembangunan Sumber Daya Manusia dilakukan melalui optimalisasi pelayanan
bidang pendidikan. Pendidikan juga merupakan kebutuhan dasar yang harus mendapat
perhatian pemerintah yang selalu harus teridentifikasi kondisinya untuk dapat melakukan
pembangunan yang berkelanjutan. Pengelolaan pendidikan harus dilakukan dengan
profesional dan dikelola oleh Sumber Daya Manusia yang berkompeten di bidang
pendidikan. Pengelolaan pendidikan merupakan penanaman investasi masa depan bangsa
yang tidak bisa dikelola dengan asal-asalan karena sangat mahal nilainya. Pendidikan harus
berakar pada potensi lokal tetapi bergerak secara global. Penanganan masalah pendidikan
difokuskan pada masalah :
a. Persoalan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan,
b. Persoalan pemerataan dan perluasan akses pendidikan,
c. Persoalan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik pendidikan.
dicapai
melalui
pertumbuhan
ekonomi
kerakyatan
yang
unggul
dengan
dan ketertiban
lingkungan sekitarnya.
Banyaknya korban konflik pada masa lalu di Pidie Jaya harus menjadi perhatian yang
penting oleh pemerintah daerah. Pembangunan yang berkeadilan dan merata harus menjadi
prioritas pembangunan daerah termasuk di dalamnya pemberdayaan ekonomi rakyat bagi
masyarakat korban konfilk.
16
BAB IV
VISI DAN MISI DAERAH
4.1
perencanaan pembangunan jangka panjang 20 (dua puluh) tahun. Visi dapat menunjukkan
gambaran masa depan yang ideal bagi masyarakat/daerah dan merupakan suatu
pernyataan umum yang menjadi dasar/basis bagi semua elemen atau semua pelaku
(stakeholders) dalam operasionalisasi perencanaan pembangunan daerah.
Visi menjelaskan arah atau suatu kondisi ideal dimasa depan yang ingin dicapai
(clarity of direction) berdasarkan kondisi dan situasi yang terjadi saat ini yang menciptakan
kesenjangan (gap) antara kondisi saat ini dan masa depan yang ingin dicapai. Di sini, visi
diciptakan melampaui realitas sekarang. Visi bukan hanya mimpi atau serangkaian harapan,
tetapi suatu komitmen dan upaya merancang dan mengelola perubahan untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu, visi didasarkan pada realita, bukan pikiran berandai-andai (wishfull
thinking), tetapi dengan fokus pada masa depan. Pernyataan visi yang artikulatif akan
memberikan arah yang jelas bagaimana mencapai masa depan yang diharapkan dan
mengatasi kesenjangan yang terjadi.
Visi mengarahkan kondisi daerah yang ingin dicapai dimasa depan (desired future)
dalam 20 (dua puluh) tahun ke depan. Visi daerah dituangkan dalam RPJPD, dirumuskan,
dibahas dan disepakati secara bersama-sama oleh seluruh pemangku kepentingan
pembangunan daerah secara partisipatif. Visi pembangunan jangka panjang daerah yang
telah diterjemahkan dalam sasaran pokok dan arah kebijakan RPJPD menjadi acuan bagi
(calon) kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam merumuskan visinya pada periode
lima tahun berkenaan dan bagaimana RPJMD dikembangkan.
Berdasarkan kondisi Kabupaten Pidie Jaya saat ini, permasalahan dan tantangan
yang di hadapi dalam 20 tahun mendatang serta dengan memperhitungkan permasalahan,
isu-isu strategis dan potensi yang di miliki oleh pemangku kepentingan, maka visi
pembangunan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 2025 adalah :
Terwujudnya Pidie Jaya yang Islami, Berkualitas, Adil, Makmur dan Sejahtera dalam
Tatanan Peugah Lagee Buet, Peubuet Lagee Na
Visi pembangunan daerah Tahun 2005-2025 itu mengarah pada pencapaian cita-cita
dan harapan masyarakat Pidie Jaya. Visi pembangunan tersebut harus dapat diukur untuk
dapat mengetahui tingkat keberhasilan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, perlu kiranya
diberikan penjelasan makna visi untuk mendapatkan kesamaan persepsi tentang muatan
subtansi filosofis yang terkandung, sehingga segenap pemangku kepentingan secara
sinergis dan optimal dapat memberikan kontribusi dalam rangka pencapaiannya.
Pidie Jaya. Pidie Jaya diartikan sebagai suatu daerah otonom setingkat kabupaten di
Provinsi Aceh sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 tahun 2007 tentang Pembentukan
Kabupaten Pidie Jaya. Daerah otonom (selanjutnya disebut daerah) adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Daerah menunjukkan suatu kesatuan pemerintahan dan kemasyarakatan beserta semua
potensi yang dimiliki.
Islami. Islami adalah kondisi masyarakat Pidie Jaya yang memiliki sikap, tingkah laku dan
karakter sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Karakter yang islami tersebut
tercermin pada praktek kehidupan masyarakat Pidie Jaya yang memiliki akhlak mulia,
toleran, sopan santun, taat beribadah, beretika, giat bekerja, cinta damai, anti kekerasan,
mencintai ilmu, taat
martabat manusia.
Berkualitas. Berkualitas adalah kondisi masyarakat Pidie Jaya yang memiliki taraf
kehidupan yang tinggi yang meliputi kompetensi kualitas sumber daya manusia, kualitas
kesehatan yang memadai, dan kualitas layanan publik lainnya serta kualitas sarana dan
prasarana pendukung aksesibilitas kehidupan masyarakat yang mencukupi. Kondisi
kehidupan masyarakat Pidie Jaya yang berkualitas tersebut dicerminkan dengan tingginya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), tercapainya indikator Millenium Development Goals
(MDGs) dan meningkatnya angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Adil. Adil adalah kondisi dimana ada pemerataan dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok
rakyat secara proporsional seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan, pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan, pemerataan pembagian
pendapatan,
pemerataan
kesempatan
kerja,
pemerataan
kesempatan
berusaha,
Indeks Gini (Rasio Kesejahteraan), Indeks Ketimpangan Regional dan Angka Pemerataan
Pendapatan.
Makmur dan Sejahtera. Konsep makmur dan sejahtera menunjukkan kondisi suatu
masyarakat yang terpenuhi kebutuhan ekonomi (materiil) maupun sosial (spiritual). Dengan
kata lain kebutuhan dasar masyarakat telah terpenuhi secara lahir batin, adil, proporsional
dan merata. Beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran tercapainya kondisi
sejahtera
adalah
tercapainya
pertumbuhan
ekonomi
yang
berkualitas
dan
4.2
pemberdayaan politik lokal, penegakan hukum secara adil tanpa diskriminatif, meningkatkan
koordinasi antar sektor dan lembaga, transparansi dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme,
serta terlaksananya program perencanaan partisipatif dalam pembangunan masyarakat.
Misi 3: Mewujudkan pembangunan yang berkeadilan, dan berwawasan lingkungan
adalah melakukan pembangunan yang pro rakyat (pro poor, pro job dan pro growth) di
segala
bidang;
memberikan
pelayanan
pendidikan
yang
bermutu
untuk
semua;
dan
pengembangan,
penerapan
menuju
inovasi
secara
berkelanjutan;
dengan
membangun
dalam skala lokal, regional dan internasional; mengurangi kesenjangan (disparitas) sosial
ekonomi secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat kelompok yang masih
lemah; dan menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan
sosial serta sarana dan prasarana ekonomi.
Pembangunan juga dilakukan melalui penataan serta pengembangan pembangunan secara
terpadu dan terkendali dengan mengedepankan kepentingan masyarakat, pembangunan
yang berorientasi kepada keadilan, aman dan tenteram, serta berwawasan lingkungan.
Menata pola pembangunan yang meliputi pengembangan kawasan yang fungsional,
kawasan pemekaran, perdagangan dan jasa, pemerintahan, pariwisata, perikanan (tambak)
dalam blok-blok peruntukan, arahan kepadatan bangunan, ketinggian bangunan, garis
sempadan, rencana pembangunan, serta pengendalian pemanfaatan kawasan, penetapan
kawasan persampahan, pengelolaan lingkungan yang mengarah pada daerah yang bebas
dari pencemaran.
Misi 4:
berprestasi, perlombaan inovasi pembelajaran bagi tenaga pendidik. Disamping itu perlu
terwujudnya sistem dan kebijakan pendidikan yang unggul serta penyediaan fasilitas sarana
dan prasarana pendidikan yang memadai.
5
Jaya
yang
demokratis,
aman,
damai
dan
bersatu
memperkuat peran dan partisipasi masyarakat dan organisasi masyarakat sipil; menjamin
kebebasan media secara bertanggung jawab dalam mengkomunikasikan kepentingan
masyarakat; meningkatkan
budaya
hukum
dan
menegakkan
konsekuen, tidak diskriminatif dan memihak pada rakyat kecil; melestarikan perdamaian
secara sungguh-sungguh dan berkelanjutan; dan melaksanakan pembangunan yang
berbasis peka konflik; serta menjaga keutuhan wilayah Aceh.
BAB V
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Tujuan
pembangunan
jangka
panjang
Kabupaten
Pidie
Jaya
tahun
2005-2025 adalah mewujudkan Pidie Jaya yang Islami, Berkualitas, Adil, Makmur dan
Sejahtera dalam Tatanan Peugah Lagee Buet, Peubuet
tersebut ditempuh melalui penetapan sasaran-sasaran pokok dan arah kebijakan sebagai
berikut:
5.1
mewujudkan
misi
di
atas
maka
diperlukan
sasaran
dan
indikator
Tersedianya sarana dan prasarana ibadah yang memadai, yang ditandai dengan
tersedianya sarana mesjid di kemukiman dan meunasah di gampong serta tersedianya
balai majelis taklim dan balai pengajian di gampong.
b)
c)
Terwujudnya kapasitas sumber daya aparatur pelaksana Syariat Islam yang profesional,
yang ditandai dengan tersedianya aparatur yang memahami tentang hukum-hukum
yang berkaitan dengan pelaksanaan syariat Islam sehingga mampu membuat kebijakan
yang dapat meningkatkan tegaknya syariat Islam.
d)
Terwujudnya sistem informasi pengembangan Syariat Islam yang baik, yang ditandai
dengan tersedianya sarana informasi dan data base yang berkaitan dengan
pengembangan syariat Islam baik berupa media cetak seperti tabloid, majalah dan
koran maupun media elektronik seperti radio, televisi lokal dan website.
Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu diambil
pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
Terwujudnya pelayanan umum yang prima kepada masyarakat, yang ditandai dengan
makin meningkatnya kualitas kinerja aparatur dan ketrampilan pejabat Pemerintah
Kabupaten Pidie Jaya yang memiliki kompetensi agar punya kemampuan teknis sesuai
prinsip-prinsip good governance pada semua tingkatan dan lini pemerintahan serta
makin mantapnya tata kelola pemerintahan yang lebih baik melalui terobosan kinerja
secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum, kredibel dan
transparan.
b)
c)
Terwujudnya sistem pengembangan data dan informasi yang akurat, hal ini ditandai
dengan tersedianya sistem pelaporan kinerja dan keuangan, sistem pengawasan
internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan Kepala Daerah, sistem penataan
peraturan perundang-undangan, sistem penataan administrasi kependudukan, dan
sistem perencanaan pembangunan yang baik.
Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu
diambil pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
mewujudkan
misi
di
atas
maka
diperlukan
sasaran
dan
indikator
b)
Terwujudnya pembangunan yang bersifat pro growth pertumbuhan ekonomi pro job
mengutamakan penciptaan lapangan kerja dan pro poor mengutamakan masyarakat
miskin, yang ditandai dengan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto ratarata
per-tahun di atas 5 persen, tersedianya lapangan kerja, berkurangnya angka
pengangguran serta turunnya tingkat kemiskinan .
4
c)
Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu
diambil pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
berkelanjutan
untuk
kesejahteraan
dengan
bersendikan
pada
pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup secara berimbang dan
terpadu
mewujudkan
misi
di
atas
maka
diperlukan
sasaran
dan
indikator
a)
b)
kasar.
Meningkatnya
kualitas
pendidikan,
yang
ditandai
dengan
meningkatnya mutu pendidik dan tenaga kependidikan baik pada jalur pendidikan formal
maupun non formal serta tersedianya sarana pendidikan bagi masyarakat yang
berkebutuhan khusus.
c)
Meningkatnya proporsi guru yang memiliki kualifikasi akademik, yang ditandai semakin
banyaknya jumlah guru yang memiliki tingkat pendidikan sarjana.
d)
Meningkatnya relevansi dan daya saing pendidikan yang ditandai dengan meningkatnya
kualitas pendidikan yang bersifat (link and match) sehingga tersedia lulusan pendidikan
yang siap pakai di lapangan kerja, dan pemberdayaan pemuda putus sekolah dengan
pendidikan non-formal dan pelatihan sehingga mampu bersaing dalam dunia usaha dan
pembangunan.
e)
Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu
diambil pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a)
pembangunan
sarana
dan
prasarana
pendidikan
yang
merata
fasilitas bermain, pengadaan alat praktik dan alat peraga, pengadaan dan pemeliharaan
meubileur sekolah, pengadaan perlengkapan sekolah, dan pemberian biaya opersional
PAUD.
c)
penyelenggaraan
akreditasi SD/SMP,
penyelenggaraan
olimpiade
mata
kelembagaan
sekolah,
Penyelenggaraan
Paket
setara
SMA,
tenaga pendidik.
f)
g)
Pembangunan Iptek
Pembangunan iptek di arahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan
baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan, serta pengembangan ilmu sosial dan
humaniora untuk menghasilkan teknologi dan pemanfaatan teknologi hasil penelitian,
pengembangan dan rekayasa bagi kesejahteraan masyarakat, kemandirian dan daya
saing melaui peningkatan dan kapasitas Iptek yang senantiasa berpedoman pada nilainilai agama, budaya etika kearifan lokal serta memperhatikan sumber daya dan
kelestarian fungsi lingkungan hidup.
h)
i)
mewujudkan
misi
di
atas
maka
diperlukan
sasaran
dan
indikator
Meningkatnya kualitas hidup penduduk. Kualitas penduduk suatu daerah dapat diukur
melalui beberapa indikator diantaranya yaitu:
Angka harapan hidup. Angka harapan hidup merupakan suatu gambaran keadaan
lama hidup seseorang sekaligus hidup lebih sehat. Angka harapan hidup yang tinggi
dianggap mencerminkan kesejahteraan penduduk yang tinggi pula. Hal ini
disebabkan karena harapan hidup merupakan hasil dari berbagai faktor lain dari
derajat sosial ekonomi penduduk.
Angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Kedua indikator ini diharapkan
mampu
mencerminkan
tingkat
pengetahuan
dan
keterampilan
penduduk.
Kemampuan baca tulis dan menyerap informasi sangat penting, karena literasi
merupakan komponen yang sangat penting sebagai dasar pengembangan kualitas
penduduk. Rata-rata lama sekolah mencerminkan tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkkan atau sedang dijalani oleh penduduk usia 25 tahun keatas.
Daya beli masyarakat dan pendapatan per kapita. Kemampuan daya beli
masyarakat dapat terwakili oleh variable komsumsi riil per kapita, yaitu rata-rata
pengeluaran per kapita setahun yang sudah distandarkan dengan mendeflasikan
dengan Indeks Harga Konsumen.
b)
harus
berupaya
sekuat
tenaga
untuk
menjadikan
semua
program
keamanan
dan
sosial
sehingga
mengganggu
pertumbuhan
dan
d)
e)
Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu
diambil pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a)
b)
melalui pembinaan,
penciptaan usaha baru di wilayah pesisir. Kegiatan yang dilaksanakan dalam program
ini yaitu pembinaan kelompok ekonomi masyarakat pesisir.
c)
Penanggulangan kemiskinan
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin dan
meningkatkan
pelayanan
masyarakat
gampong
di
daerah
tertinggal/terisolir.
perencanaan
dan
pemberdayaan
pemukiman
masyarakat
tertinggal,
10
d)
e)
f)
Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Kebijakan ini bertujuan memberdayakan kelompok PMKS sehingga akan berkembang
dan mandiri untuk memenuhi kehidupannya. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan
adalah bimbingan ketrampilan usaha bagi keluarga miskin non produktif.
g)
mewujudkan
misi
di
atas
maka
diperlukan
sasaran
dan
indikator
Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang memadai, yang ditandai dengan
tersedianya Rumah Sakit yang bertaraf nasional di kabupaten, puskesmas di seluruh
kecamatan dan puskesmas pembantu di setiap gampong.
11
b)
c)
Terwujudnya peningkatan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin. Hal dapat dilihat
dari tersediannya asuransi yang menjamin kesehatan bagi penduduk miskin.
d)
Menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan. Angka Kematian Bayi (AKB)
adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup
pada satu tahun tertentu. Tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan
menandakan kualitas hidup atau tingkat ekonomi masyarakat yang belum memadai.
Kualitas hidup ibu hamil sangat menentukan keberlangsungan bayi yang dikandungnya,
semakin baik tingkat kesejahteraan ibu hamil akan semakin kecil tingkat kematian bayi
dan ibu hamil.
e)
Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu
diambil pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a)
peningkatan
mutu
dan
pemerataan
pelayanan
upaya
kesehatan
12
b)
c)
d)
tersebut
perlu
diimplementasikan
melalui
kegiatan
penanggulangan
KEB/AGB/GAKI.
e)
f)
13
g)
h)
bersatu
berlandaskan hukum
Sasaran Pokok
Untuk mewujudkan misi di atas maka diperlukan sasaran dan indikator pencapaiannya
diantaranya yaitu:
a)
b)
c)
Terwujudnya peningkatan peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam kehidupan politik
dan kegiatan pembangunan yang ditandai dengan tingkat keterwakilan perempuan di
politik dan kegiatan perempuan serta ditandai pula dengan adanya kegiatan pembinaan
terhadap LSM, Ormas dan OKP.
d)
Terwujudnya supremasi hukum dan penegakan hak asasi manusia secara nondiskriminatif, yang ditandai dengan tingkat ketaatan dan kesadaran masyarakat
terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan yang ada.
e)
Terbangunnya
struktur
masyarakat
yang
memiliki
ketahanan
dan kemampuan
dalam menangani potensi konflik sosial yang berbasis pada kearifan dan nilai-nilai
lokal. Hal ini akan terlihat pada tingkat peran serta lembaga adat dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi di masayarakat.
14
Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu
diambil pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a)
mahasiswa,
siswa,
PNS
dan
warga
masyarakat
lainnya
dalam
melalui
kegiatan-kegiatan
berupa;
peningkatan
toleransi
ini
dan
kerukunan dalam kehidupan beragama; peningkatan kesadaran masyarakat akan nilainilai luhur budaya bangsa; sosialisasi dan peningkatan pembauran dan kerukunan umat
beragama.
b)
c)
d)
15
e)
fasilitasi penyelesaian
pemerintah.
f)
g)
h)
5.2
(RPJPD) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 20052025, maka tahapan dan skala prioritas yang
akan menjadi agenda pemerintah daerah melalui Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) guna menjawab berbagai permasalahan yang hendak
diselesaikan secara terencana, terpadu, bertahap dan berkelanjutan. Tahapan dan skala
prioritas yang ditetapkan mencerminkan pentingnya permasalahan yang harus diselesaikan
dengan tidak mengabaikan kompleksitas permasalahan lainnya.
16
Dengan demikian fokus dan skala prioritas pada setiap tahapan tentu berbedabeda namun kesemuanya tetap harus dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dari
periode ke periode berikutnya dalam kerangka pencapaian visi, misi dan arah Rencana
Pembangunan Jangka Panjang. Hal tersebut dilakukan dalam korelasinya dengan berbagai
keterbatasan sumberdaya pembangunan yang dimiliki daerah, sehingga Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah tersebut perlu dilaksanakan melalui tahapan dan
skala prioritas yang direncanakan sebagai berikut:
5.2.1
hingga tahun 2007. Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 7 Tahun 2007 maka
terbentuklah Kabupaten Pidie Jaya hasil pemekaran dari Kabupaten Pidie. Selama dua
tahun Kabupaten Pidie Jaya belum mempunyai Bupati Definitif dari 15 Juni 2007 hingga
tahun 2009, pada masa ini belum banyak tercapai sasaran pembangunan karena
pemerintahan masih dalam tahap peralihan dari Kabupaten Pidie. Berdasarkan kondisi
tersebut pencapaian pembangunan RPJP periode pertama tahun 2005 2007 masih
merupakan tanggungjawab Kabupaten Pidie (induk).
5.2.2
Tata Kelola Pemerintahan dan Penyediaan Sarana dan Prasarana Pemerintah Daerah;
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Prioritas utama pada tahapan ini adalah peletakan fondasi untuk mewujudkan
masyarakat Pidie Jaya yang maju, adil dan sejahtera melalui penyelenggaraan
pemerintahan yang baik bebas dari KKN, aman, damai dan demokratis serta pembangunan
infrastruktur pemerintahan, peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan, peningkatan
pendapatan dan kemampuan daya beli masyarakat melalui peletakan dasar pembangunan
ekonomi yang berbasis agribisnis, penyediaan infrastruktur penunjang pembangunan
ekonomi, serta pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup yang lestari melalui
penyelesaian Regulasi Tata Ruang Daerah. Disamping itu juga dilakukan pemberdayaan
ulama dan tokoh masyarakat dalam rangka pemahaman, penghayatan dan pengamalan
nilai-nilai agama sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan syariat Islam, etika, budaya dan aturan hukum
yang berlaku
5.2.3
tahun kedua, maka pada periode ketiga ini ditujukan untuk lebih meningkatkan
pembangunan Kabupaten Pidie Jaya secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian daerah berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kesejahteraan rakyat terus
meningkat dan merata yang didorong oleh meningkatnya pertumbuhan
berkualitas yang
disertai berkembangnya
ekonomi
yang
yang
ditandai oleh
meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan, termasuk yang berbasis keunggulan lokal
dan didukung oleh manajemen pelayanan pendidikan yang efisien dan efektif; meningkatnya
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat serta meningkatnya sarana dan prasarana
kesehatan yang berkualitas; meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya kesejahteraan
dan perlindungan anak; meningkatnya budaya dan karakter masyarakat dalam semangat
kegotongroyongan.
Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang semakin mantap dicerminkan oleh
terjaganya daya dukung lingkungan dan kemampuan pemulihan untuk mendukung kualitas
18
kehidupan sosial dan ekonomi yang serasi, seimbang, dan lestari; terus membaiknya
pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam yang diimbangi dengan upaya
pelestarian fungsi lingkungan hidup yang didukung oleh mental dan perilaku masyarakat;
serta semakin mantapnya kelembagaan dan kapasitas penataan ruang diseluruh wilayah
Kabupaten Pidie Jaya. Daya saing perekonomian Kabupaten Pidie Jaya semakin kuat
dan kompetitif dengan semakin berkembangnya industri di sektor pertanian, kelautan dan
sumber daya alam lainnya secara berkelanjutan; terpenuhinya ketersediaan infrastruktur
yang
didukung
oleh
mantapnya
kerjasama
pemerintah
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
19
5.2.4
periode RPJP 5 tahun kedua dan ketiga, maka periode RPJP 5 tahun keempat ini
merupakan puncak pembangunan daerah dengan terwujudnya visi pembangunan daerah
yakni Kabupaten Pidie Jaya yang Islami, Berkualitas, Adil, Makmur dan Sejahtera
dalam Tatanan Peugah Lagee Buet, Peubuet Lagee Na. Sesuai arahan pembangunan
jangka panjang daerah Kabupaten Pidie Jaya 2005-2025 dengan memanfaatkan seluruh
potensi sumber daya pembangunan yang ada melalui percepatan pembangunan di berbagai
bidang dengan menekankan pada terbangunnya struktur perekonomian yang semakin kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif yang didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing, dengan tetap mempertimbangkan pembangunan daerah
yang berkelanjutan dan reformasi birokrasi yang telah sesuai dengan prinsip-prinsip tata
kelola pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan bertanggungjawab sebagaimana
diamanatkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada periode keempat ini,
tahapan dan prioritas pada pemantapan pembangunan pada semua aspek sehingga pada
akhir periode keempat kesejahteraan masyarakat
dengan rencana.
Capaian pembangunan pada akhir periode RPJP 5 tahun keempat yang merupakan
akhir dari periode 20 tahun RPJPD Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 2025 adalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Prioritas utama pada periode ini adalah mewujudkan masyarakat Pidie Jaya yang
berkualitas didasari kepada penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, taat hukum
dan bebas KKN, penerapan standar pelayanan minimal (SPM) pada semua layanan publik.
Terbangunnya perekonomian daerah yang kokoh didasari pada pemantapan produktivitas
20
komoditas unggulan daerah yang ditunjang oleh sektor UMKM yang berdaya saing, dan
menghasilkan pusat-pusat industri pengolahan berbasis pertanian dan sumber daya alam
daerah. Mantapnya pengelolaan lingkungan yang berbasis RTRW Kabupaten Pidie Jaya.
Tumbuhnya karakter budaya daerah yang berbasis pada penyelenggaraan syariat islam
secara kaffah.
21
BAB VI
KAIDAH PELAKSANAAN
Masa berlakunya RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya adalah tahun 2005-2025.
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah,
diamanatkan bahwa untuk menghindari kekosongan perencanaan maka RPJP Daerah yang
ada pada periode pemerintahan sebelumnya umtuk sementara dapat digunakan.
6.1
1)
Pelaksanaan
RPJP Daerah digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RPJM Daerah Kabupaten
Pidie Jaya;
2)
Sasaran RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya dijabarkan dalam RPJM Daerah dan
dikendalikan langsung oleh Bupati dan Wakil Bupati Pidie Jaya pada setiap tahapan
RPJM Daerah.
6.2
Organisasi Pelaksana
Penyelenggaraan RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya tahun 2005-2025 dilakukan
Perubahan atas Qanun Kabupaten Pidie Jaya Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten Pidie Jaya dan Nomor 3 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Qanun Kabupaten
Pidie Jaya Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas dan
Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pidie Jaya.
6.3
1)
2)
Monitoring dan evaluasi RPJP Daerah tidak terlepas kaitannya dengan monitoring dan
evaluasi RPJM Daerah pada setiap tahapan dengan pengukuran kinerja pada unit kerja
lingkup pemerintah Kabupaten Pidie Jaya sampai seberapa jauh pencapaian tujuan
dan sasaran serta indikator yang telah dirumuskan.
3)
Kegiatan monitoring dan evaluasi RPJP Daerah dilakukan dengan tertib dan obyektif,
serta hasilnya disampaikan dalam bentuk laporan tertulis dengan memperhatikan
prinsip-prinsip Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP).
6.4
1.
2005-2025
Pengawasan
RPJM
Daerah pada setiap tahapan, dengan terus memantau secara cermat pencapaian
kinerja pada setiap unit kerja lingkup pemerintah Pidie Jaya terhadap pencapaian
tujuan, sasaran serta indikator yang telah dirumuskan.
3.
Pengawasan RPJP Daerah dilakukan dengan tertib dan obyektif, serta hasilnya
disampaikan dalam bentuk laporan tertulis dengan memperhatikan prinsip-prinsip
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP).
Evaluasi umum pelaksanaan RPJP Daerah dilaksanakan pada setiap akhir
pentahapan RPJM Daerah, dan dibuat sebagai evaluasi resmi kinerja pemerintah
Kabupaten. RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005-2025 harus dijalankan secara
bertanggung jawab, yang dilandasi dengan moral dan dedikasi tinggi, dalam mendukung
kinerja pemerintah Kabupaten Pidie Jaya.