Anda di halaman 1dari 143

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA

NOMOR 15 TAHUN 2011


TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005-2025

PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE JAYA


TAHUN 2011

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA


NOMOR 15 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005-2025
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
BUPATI PIDIE JAYA,
Menimbang : a. bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 mengakui
dan menghormati satuan pemerintahan daerah yang
bersifat khusus dan istimewa dan dalam rangka
pelaksanaan Mou Helsinki 15 Agustus 2005 antara
Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM), yang menegaskan komitmen untuk menyelesaikan
konflik Aceh secara damai, menyeluruh, berkelanjutan
dan bermartabat bagi semua, dan para pihak bertekat
untuk menciptakan kondisi, sehingga pemerintahan rakyat
Aceh dapat diwujudkan melalui suatu proses yang
demokratis dan adil dalam negara kesatuan dan
konstitusi Republik Indonesia;
b. bahwa untuk melaksanakan Pasal 150 ayat (3) huruf a
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa
kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan
Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah,
yang mengamanatkan bahwa rancangan akhir Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
Daerah
(RPJPD)
disampaikan
ke DPRD dalam Bentuk Rancangan
Peraturan Daerah tentang RPJPD paling lama 6 (enam)
bulan sebelum berakhir RPJPD yang sedang berjalan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu membentuk Qanun Kabupaten Pidie
Jaya tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Pidie Jaya Tahun 2005-2025;
3. Mengingat...

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang


Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa
Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3893);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 144);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4633);
7. Undang-Undang
Nomor
7
Tahun
2007
tentang
Pembentukan Kabupaten Pidie Jaya di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4633);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 47);
9. Undang-Undang Nomor 25 tentang Pelayanan Publik
Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 112, Tambahan lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5038)
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada

Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban


Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN PIDIE JAYA
dan
BUPATI PIDIE JAYA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA TENTANG RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005-2025.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Qanun ini, yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut pemerintah
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia.
2. Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan daerah
provinsi dalam sistem negara kesatuan Republik
Indonesia yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah Aceh dan Dewan
Perwakilan Rakyat Aceh sesuai dengan fungsi dan
kewenangan masing-masing.
3. Daerah adalah Kabupaten Pidie Jaya.
4. Kabupaten adalah kabupaten Pidie Jaya yang
merupakan bagian dari daerah provinsi Aceh yang
dipimpin oleh seorang Bupati.
5.Pemenrintahan...

5. Pemerintahan Kabupaten adalah Pemerintahan


Kabupaten Pidie Jaya sebagai penyelenggaraan urusan
yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten dan
Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Pidie Jaya sesuai
dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.
6. Pemerintah Kabupaten adalah unsur penyelenggaraan
pemerintahan kabupaten yang terdiri atas bupati dan
perangkat kabupaten.
7. Bupati adalah Kepala Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya
yang dipilih sesuai dengan peraturan perundangundangan.
8. Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten yang selanjutnya
disingkat DPRK adalah unsur penyelengaraan
pemerintahan Kabupaten Pidie Jaya yang anggotanya
dipilih melalui pemilihan umum sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
9. Satuan Kerja Perangkat Kabupaten yang selanjutnya
disingkat SKPK adalah unsur penyelengara Pemerintah
Kabupaten Pidie Jaya.
10. Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Pidie.
11. Qanun adalah Peraturan Perundang-undangan sejenis
peraturan daerah yang mengatur penyelenggaraan dan
kehidupan masyarakat.
12. Pembangunan Daerah adalah perubahan yang dilakukan
secara terus menerus dan terencana oleh seluruh
komponen di daerah untuk mewujudkan visi daerah.
13. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang
diinginkan pada akhir periode perencanaan.
14. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya
yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
15. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
16. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang
selanjutnya disebut RPJP Daerah adalah dokumen
perencanaan pembangunan
untuk periode 20 (dua
puluh) tahun yang memuat visi, misi, dan arah
pembangunan jangka panjang Kabupaten Pidie Jaya.
17. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009-2014 yang
selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah rencana
pembangunan daerah yang merupakan dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5
(lima) tahun.
18. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya
disebut
RKPD
adalah
dokumen
perencanaan
pembangunan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
19. Rencana...

19. Rencana Strategis yang selanjutnya disebut Renstra


adalah rencana 5 (lima) tahunan SKPK yang
menggambarkan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program dan kegiatan.
20. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Kabupaten yang
selanjutnya disebut Renja SKPK adalah rencana
pembangunan tahunan SKPK yang merupakan dokumen
perencanaan SKPK untuk periode 1 (satu) tahun.
BAB II
KEDUDUKAN
Pasal 2
RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya merupakan:
a. penjabaran visi, misi dan arah kebijakan pembangunan
daerah selama 20 tahun yang mengacu kepada RPJP Aceh
dan RPJP Nasional;
b. dokumen perencanaan daerah yang memberikan arah
sekaligus
acuan
bagi
seluruh
komponen
pelaku
pembangunan daerah dalam mewujudkan pembangunan
daerah yang berkesinambungan.
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 3
(1) Maksud penetapan RPJP Daerah adalah merupakan
dokumen perencanaan sebagai pedoman dalam :
a. penyusunan RPJM Daerah dari Bupati dan Wakil Bupati
Terpilih;
b. penyusunan RKPD tahunan;
c. penyusunan Renstra SKPK; dan
d. penyusunan Renja SKPK.
(2) Tujuan penetapan RPJP Daerah adalah untuk :
a. melaksanakan visi, misi dan arah pembangunan jangka
panjang Daerah;
b. menetapkan pedoman dalam penyusunan RPJMD,
RKPD, Renstra SKPK, Renja SKPK, dan Perencanaan
Penganggaran; dan
c. mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang
sinergis dan terpadu antara perencanaan pembangunan
Nasional, Provinsi dan Kabupaten yang berbatasan.
BAB IV

BAB IV
SISTEMATIKA
Pasal 4
Sistematika RPJP Daerah meliputi :
BAB I
Pendahuluan,
memuat
uraian
tentang
Latar
Belakang, Dasar Hukum Penyusunan, Hubungan
Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana
Pembangunan
Daerah
Lainnya,
Sistematika
Penulisan, Maksud dan Tujuan;
BAB II Gambaran
Umum
Kondisi
Daerah,
memuat
penjelasan umum mengenai kondisi Geografi dan
Demografi, Pelaksanaan Syariat Islam, Kesejahteraan
Masyarakat, Pelayanan Umum dan Daya Saing
Daerah;
BAB III Analisis Isu-isu Strategis, memuat uraian tentang
Permasalahan Pembangunan Daerah dan Isu-isu
Strategis baik di tingkat nasional, provinsi dan di
Kabupaten Pidie Jaya;
BAB IV Visi dan Misi Daerah, memuat visi pembangunan
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005-2025, dan misi
pembangunan yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan Visi yang terbagi dalam 4 periode
pembangunan 5 tahunan;
BAB V Arah Kebijakan Pembangunan, memuat penjelasan
tentang Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan
Pembangunan serta Tahapan dan Skala Prioritas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang;
BAB VI Kaidah Pelaksanaan, memuat tentang Tatacara
Pelaksanaan, Organisasi Pelaksana, Monitoring dan
Evaluasi serta Bagian dan Mekanisme Pengawasan.
BAB V
ISI DAN URAIAN RPJM DAERAH
Pasal 5
Isi beserta uraian RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada
Pasal 4, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Qanun ini.
BAB VI

BAB VI
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 6
(1) Pemerintah Kabupaten melakukan pengendalian dan
evaluasi terhadap pelaksanaan RPJP Daerah.
(2) Tata cara pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan
RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB VII
KETENTUAN LAIN LAIN
Pasal 7
RPJP Daerah dijadikan dasar evaluasi terhadap RPJMD setiap
Bupati terpilih dalam jangka 20 tahun dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2025.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Dengan berlakunya Qanun ini, maka segala ketentuan yang
bertentangan dengan Qanun ini dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 9
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Qanun ini sepanjang
mengenai peraturan pelaksanaannya akan lebih lanjut diatur
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 10
Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Pidie Jaya.

Ditetapkan di Meureudu
pada tangggal

2013 M
1434 H
BUPATI PIDIE JAYA,

Drs. H. M. GADE SALAM


Diundangkan di Meureudu
pada tanggal

2013 M
1434 H
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA,

RAMLI DAUD, S.H, M.M


LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013
NOMOR.

PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN QANUN PIDIE JAYA
NOMOR
TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005 2025
I. UMUM
RPJP Daerah merupakan dokumen perencanaan pembangunan
daerah untuk kurun waktu 20 tahun, yang digunakan sebagai acuan
dalam penyusunan RPJMD Bupati Terpilih untuk 5 (lima) tahunan,
acuan dalam penyusunan RKPD untuk setiap jangka waktu 1 (satu)
tahun. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, RPJP
Daerah merupakan penjabaran visi, misi dan arah pembangunan
daerah; RPJP Daerah tersebut digunakan sebagai pedoman dalam
penyusunan RPJMD, acuan penyusunan RKPD, yang merupakan
rencana pembangunan tahunan daerah, serta memuat prioritas
pembangunan daerah, gambaran umum kondisi daerah, analisis dan
arah kebijakan pembangunan. Kurun waktu RPJP Daerah adalah 20
tahun. Pelaksanaan RPJP Daerah Tahun 2005-2025 terbagi dalam
tahapan perencanaan pembangunan pada periodisasi perencanaan
pembangunan 5 (lima) tahunan yang dituangkan dalam :
a. RPJPD periode 5 Tahun Pertama Tahun 2005-2010;
b. RPJPD periode 5 Tahun Kedua Tahun 2010-2015;
c. RPJPD periode 5 Tahun Ketiga Tahun 2015-2020;
d. RPJPD periode 5 Tahun Keempat Tahun 2020-2025;
Keberhasilan dan implementasi pelaksanaan RPJP Daerah, sangat
tergantung dari kesepakatan, kesepahaman dan komitmen bersama
antara Pemerintah Daerah,
Pemerintah Pusat, dan Pemerintah
Provinsi Aceh serta pemangku kepentingan di Pidie Jaya.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas

Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya, maka
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Pidie Jaya Tahun
2005 2025 ini dapat tersusun sesuai dengan amanat Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Dokumen RPJP ini memuat rencana pembangunan daerah Kabupaten Pidie Jaya
dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan yang memuat Visi, Misi dan Arah
Pembangunan Daerah Kabupaten Pidie Jaya dengan memperhatikan RPJP Aceh dan
Nasional serta RTRWN, RTRW Aceh dan RTRW Kabupaten Pidie Jaya. Sesuai dengan
amanat perundangundangan yang berlaku, penyusunan dokumen perencanaan ini
dilakukan dengan menggali aspirasi masyarakat Kabupaten Pidie Jaya yang dijaring
melalui kegiatan Fokus Grup Diskusi (FGD) pada tingkat desa, kecamatan, forum SKPD
hingga diskusi dalam bentuk musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) di
tingkat kabupaten. Keseluruhan kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat tersebut
dilakukan oleh tim penyusun dari Bappeda Kabupaten Pidie Jaya bekerja sama dengan
unsur Perguruan Tinggi Negeri di wilayah Provinsi Aceh. Dengan sistem pendekatan
penyusunan Dokumen RPJP Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 2025 yang dilakukan,
kiranya

dokumen

ini

dapat

memuat

aspirasi

masyarakat

dalam

perencanaan

pembangunan Kabupaten Pidie Jaya ke depan.


Akhirnya, dengan telah tersusunnya Dokumen RPJPa Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2005 2025 ini, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada
seluruh stake hoder, para tokoh masyarakat, Perangkat Pemerintah Gampong, Perangkat
Pemerintah Kecamatan, Forum SKPD, serta pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu yang telah turut berpartisipasi dalam penyusunan dokumen ini. Semoga
dokumen ini dapat memberikan manfaat yang sebesar besarnya bagi pembangunan
daerah Kabupaten Pidie Jaya dimasa mendatang.
Sekian dan Terimakasih.

Meureudu, November 2011


BUPATI PIDIE JAYA

Drs. H. M. GADE SALAM

DAFTAR ISI

Halaman
Rancangan Qanun Kabupaten Pidie Jaya ...................................................................
Kata Pengantar ............................................................................................................

Daftar Isi ......................................................................................................................

ii

Daftar Tabel .................................................................................................................

iv

Daftar Gambar .............................................................................................................

BAB

PENDAHULUAN ...................................................................................

1.1

Latar Belakang .............................................................................

1.2

Dasar Hukum Penyusunan ..........................................................

1.3

Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana

BAB

II

Pembangunan Daerah Lainnya ....................................................

1.4

Sistematika Penulisan ..................................................................

1.5

Maksud dan Tujuan .....................................................................

1.5.1 Maksud .............................................................................

1.5.2 Tujuan ..............................................................................

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ..............................................

2.1

Kondisi Geografi dan Demografi ..................................................

2.1.1 Kondisi Geografi ..................................................................

2.1.2 Kondisi Topografi ................................................................

2.1.3 Kondisi Klimatologi ..............................................................

2.1.4 Kondisi Geologi ...................................................................

2.1.5 Kondisi Hidrologi .................................................................

2.1.6 Pemanfaatan Lahan ............................................................

2.1.7 Potensi Pengembangan Wilayah ........................................

16

2.1.8 Wilayah Rawan Bencana ....................................................

19

2.1.9 Demografi ...........................................................................

36

2.2

Pelaksanaan Syariat Islam ...........................................................

38

2.3

Kesejahteraan Masyarakat ...........................................................

40

2.3.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi ...........................

40

2.3.2 Kesejahteraan Sosial ..........................................................

45

2.3.3 Seni Budaya dan Olahraga .................................................

48

ii

2.4

Pelayanan Umum ........................................................................

49

2.4.1 Layanan Urusan Wajib ........................................................

49

2.4.2 Pelayanan Penunjang .........................................................

58

Daya Saing Daerah ......................................................................

66

2.5.1 Kemampuan Ekonomi Daerah ............................................

66

2.5.2 Fasilitas Wilayah / Infrastruktur ...........................................

73

2.5.3 Sumberdaya Manusia .........................................................

74

2.5.3 Sumberdaya Energi dan Mineral .........................................

75

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS ...........................................................

3.1

Permasalahan Pembangunan Daerah .........................................

3.1.1 Bidang Ekonomi ..................................................................

3.1.2 Bidang Infrastruktur .............................................................

3.1.3 Bidang Sosial dan Budaya ..................................................

Isu Strategis .................................................................................

3.2.1 Isu-isu Strategis di Tingkat Nasional ...................................

3.2.2 Isu-isu Strategis di Tingkat Provinsi .....................................

3.2.3 Isu-isu Strategis di Kabupaten Pidie Jaya ...........................

12

VISI DAN MISI DAERAH .......................................................................

4.1

Visi Kabupaten Pidie Jaya ............................................................

4.2

Misi Kabupaten Pidie Jaya ...........................................................

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ...................................................

5.1

Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan .....................

5.2

Tahapan dan Skala Prioritas Rencana Pembangunan Jangka

2.5

BAB

III

3.2

BAB

BAB

BAB

IV

VI

Panjang Daerah ...........................................................................

16

5.2.1 Periode RPJP 5 Tahun Pertama Tahun 2005-2010 ............

17

5.2.2 Periode RPJP 5 Tahun Kedua Tahun 2010-2015 ................

17

5.2.3 Periode RPJP 5 Tahun KetigaTahun 2015-2020 .................

18

5.2.4 Periode RPJP 5 Tahun Keempat 2020-2025 .......................

20

KAIDAH PELAKSANAAN ......................................................................

6.1

Pelaksanaan ................................................................................

6.2

Organisasi Pelaksana ..................................................................

6.3

Monitoring dan Evaluasi ...............................................................

6.4

Bagian dan Mekanisme Pengawasan ..........................................

iii

DAFTAR TABEL

Halaman
TABEL 2.1

Kondisi Kelerengan Kabupaten Pidie Jaya ............................................

TABEL 2.2

Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Kabupaten Pidie Jaya


Tahun 2010 ...........................................................................................

TABEL 2.3

21

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009
Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya .................................

TABEL 2.9

19

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009
Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Pidie Jaya ................................

TABEL 2.8

18

Jumlah Tempat Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Pidie Jaya


Tahun 2008 ...........................................................................................

TABEL 2.7

17

Kepadatan Penduduk dan Prosentase Jumlah Jiwa/KK


Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009 .......................................................

TABEL 2.6

16

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya per Kecamatan


Dari Tahun 2005 s/d 2009 .....................................................................

TABEL 2.5

12

Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya per Kecamatan


Dari Tahun 2004 s/d 2009 .....................................................................

TABEL 2.4

22

Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009


Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten
Pidie Jaya .............................................................................................

TABEL 2.10

Tingkat Inflasi di Banda Aceh, Kota Lhokseumawe, Propinsi Aceh


Dan Nasional selama 2005 2010 .......................................................

TABEL 2.11

24

Angka Melek Huruf Dewasa Tahun 2007 s/d 2009


Kabupaten Pidie Jaya ...........................................................................

TABEL 2.13

23

Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2006 s/d 2009


Kabupaten Pidie Jaya ...........................................................................

TABEL 2.12

22

27

Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun


2004-2008 .............................................................................................

39

Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Berdasarkan Mata Pencaharian


Tahun 2004-2008 ..................................................................................

40

TABEL 2.15

Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 .................

40

TABEL 2.16

Luas Areal Tambak di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 dan 2009 .....

49

TABEL 2.17

Jumlah Hasil Perikanan Tangkap di Kabupaten Pidie Jaya

TABEL 2.14

Tahun 2008 ...........................................................................................


TABEL 2.18

50

Jumlah Sentra Industri, Tenaga Kerja dan Produksi Di Kabupaten


Pidie Jaya Tahun 2010 .........................................................................

51
iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
GAMBAR 2.1

Pendapatan Regional per Kapita tahun 2006 2009


(jutaan rupiah) ...................................................................................

25

GAMBAR 2.2

Angka Kelulusan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA ..........................

27

GAMBAR 2.3

Perkembangan Nilai UAN dan UAS untuk SD/MI dan SMP/MTs ......

30

GAMBAR 2.4

Grafik Produksi Tanaman Bahan Makanan Kabupaten Pidie Jaya


Tahun 2009 ......................................................................................

48

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

memberi kewenangan kepada Kepala Daerah untuk melakukan koordinasi perencanaan,


pengawasan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan di tingkat Kabupaten/Kota
yang berdasarkan pada kewenangan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dimana terdapat urusan wajib
dan urusan pilihan sehingga tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sejalan dengan ditetapkannya UndangUndang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
Pemerintah Daerah dituntut untuk melaksanakan perencanaan pembangunan jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Untuk itulah Pemerintah Kabupaten Pidie
Jaya menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pidie
Jaya Tahun 2005-2025.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disebut RPJPD
merupakan dokumen perencanaan pembangunan makro yang berisi visi, misi dan arah
pembangunan jangka waktu 20 tahun dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2025. Dokumen
RPJP merupakan kesepakatan/komitmen kebijakan yang pasti namun fleksibel dalam
tahapan pelaksanaannya. Tahapan RPJP seharusnya menjadi dasar bagi siapapun pelaku
pembangunan termasuk para calon pemimpin dalam membuat visi dan misi yang akan
dibawakan dalam kampanye periodeisasi politik. Dengan demikian melalui dokumen RPJP
pelaksanaan pembangunan akan dapat terintegrasi dan secara jelas akan menunjukkan
arah pembangunan yang pasti. Muatan RPJP akan diterjemahkan dalam penyusunan
dokumen perencanaan yang lain, baik perencanaan jangka menengah (RPJM, 5 tahunan)
maupun perencanaan jangka pendek (RKPD, 1 tahun).
Selanjutnya pada akhir Tahun 2025 diharapkan dapat terwujud sumber daya manusia
yang berkualitas dan berdaya saing antara lain ditandai oleh sumber daya manusia yang
berkarakter cerdas, tangguh, kompetitif dan berakhlak mulia. Kegiatan usaha yang berdaya
saing antara lain ditandai oleh berkembangnya usaha dan investasi di Kabupaten Pidie Jaya,
sejalan dengan itu pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas dan berkesinambungan
dapat dicapai sehingga pendapatan per kapita pada Tahun 2025 mencapai kesejahteraan
setara dengan daerah berpendapatan menengah dengan tingkat pengangguran terbuka
1

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

yang semakin rendah dan jumlah penduduk miskin yang makin dapat ditekan, pelayanan
pendidikan yang berkualitas dengan pelaksanaan manajemen pendidikan yang maju,
peningkatan kualitas pendidikan secara kompetitif dan terpadu, pelayanan kesehatan yang
berkualitas ditandai dengan meningkatnya pelayanan kesehatan pada semua akses serta
pelayanan kesehatan yang dikekola secara profesional, terpadu dan kompetitif. Mewujudkan
Kabupaten Pidie Jaya nyaman dan indah ditandai dengan dapat terpenuhinya kebutuhan
hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung bagi seluruh masyarakat
yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan,
efisien, dan akuntabel sehingga terwujud Kabupaten/Kota tanpa permukiman kumuh.
Untuk mewujudkan kondisi tersebut Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pidie Jaya Tahun
2005 2025 yang disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi serta
RTRW Provinsi dan Kabupaten. Penyusunan RPJPD ini juga memperhatikan karakteristik
dan potensi Kabupaten Pidie Jaya yang diwujudkan dalam visi, misi dan arah pembangunan
sebagai cerminan cita-cita bersama yang akan dicapai yaitu terciptanya masyarakat
Kabupaten Pidie Jaya yang Islami, Berkualitas, Adil, Makmur dan Sejahtera. Selanjutnya
RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya menjadi dasar bagi Bupati dan Wakil Bupati dalam
membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan
penjabaran dari visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati terpilih dalam Pemilihan
Kepala Daerah selama masa jabatan 5 (Lima) Tahun.
1.2

Dasar Hukum Penyusunan


Dasar hukum penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Kabupaten Pidie Jaya adalah sebagai berikut :


1.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih


dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

2.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan


Provinsi Daerah Istimewa Aceh;

3.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

4.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

5.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional;

6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

7.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

8.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh;

9.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pidie Jaya di


Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 9, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4683);

10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
12. Undang-Undang Nomor 25 tentang Pelayanan Publik Tahun 2009;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pelaporan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Masyarakat;
17. Peraturan

Pemerintah

Nomor

38

Tahun

2007

tentang

Pembagian

Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan


Daerah Kabupaten/Kota;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;
19. Peraturan

Pemerintah

Nomor

Tahun

2008

tentang

Pedoman

Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;


20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
22. Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2005 tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Aceh dan Nias;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

1.3

Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan


Daerah Lainnya

Perencanaan pembangunan daerah

merupakan

satu

kesatuan dalam sistem

perencanaan pembangunan nasional. Oleh karena itu, penyusunan RPJPD Kabupaten


Pidie Jaya 2005 2025 mengacu pada RPJP Nasional

2005 2025 yang telah

ditetapkan dengan UU Nomor 17 Tahun 2007 dan Draft RPJPD Aceh 2005 2025.
2

Penyusunan RPJPD Kabupaten Pidie Jaya 2005 2025 memperhatikan Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh dan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Pidie Jaya yang telah disusun sebelumnya, agar sinergis dan
konsisten dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Pidie Jaya 20 tahun ke depan.

RPJPD sebagai dokumen perencanaan berwawasan dua puluh tahun, yang memuat
visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang yang di jabarkan dalam RPJMD
yang memuat visi, misi, strategi, kebijakan, dan indikasi rencana program lima tahunan,
yang selanjutnya dijadikan pedoman penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) masingmasing SKPD rangka memenuhi target capaian setiap SKPD.

1.4

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan RPJPD sebagai berikut :

Bab I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
1.3 Hubungan antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Pembangunan Daerah
Lainnya
1.4 Sistematika Penulisan
1.5 Maksud dan Tujuan

Bab II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH


2.1 Kondisi Geografi dan Demografi
2.2 Pelaksanaan Syariat Islam
2.3 Kesejahteraan Masyarakat
2.4 Pelayanan Umum
2.5 Daya Saing Daerah

Bab III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS


3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah
3.2. Isu-isu Strategis

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Bab IV VISI DAN MISI DAERAH


4.1 Visi Kabupaten Pidie Jaya
4.2. Misi Kabupaten Pidie Jaya
Bab V

ARAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PAANJANG DAERAH


5.1 Sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah untuk
masing-masing misi
5.2 Tahapan dan Prioritas
5.2.1 Periode RPJP 5 Tahun Pertama 2005-2010
5.2.2 Periode RPJP 5 Tahun Kedua 2010-2015
5.2.3 Periode RPJP 5 Tahun Ketiga Tahun 2015-2020
5.2.4 Periode RPJP 5 Tahun Keempat 2020-2025

Bab VI KAIDAH PELAKSANAAN


6.1 Pelaksanaan
6.2 Organisasi Pelaksana
6.3 Monitoring dan Evaluasi
6.4 Bagian dan Mekanisme Pengawasan
1.5

Maksud dan Tujuan

1.5.1

Maksud
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 -

2025, disusun dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi pemerintah
dan masyarakat Kabupaten Pidie Jaya dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah
sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama
1.5.2

Tujuan
Tujuan penyusunan perencanaan pembangunan jangka panjang daerah didasarkan

pada karakteristik Kabupaten Pidie Jaya, sinergis, koordinatif dan sustainable dalam
pelaksanaan serta terarah menuju Masyarakat Kabupaten Pidie Jaya yang diinginkan
selama 20 tahun ke depan adalah :
1. Menjadi acuan resmi bagi seluruh jajaran pemerintah kabupaten Pidie Jaya, DPRK Pidie
Jaya, dunia usaha, dan elemen masyarakat dalam menentukan prioritas program dan
kegiatan tahunan yang akan dituangkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Kabupaten Pidie Jaya.

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

2. Menjadi pedoman berwawasan jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan


dalam menentukan arah kebijakan pembangunan yang sesuai potensi dan kondisi riil
serta proyeksinya pada masa yang akan datang.
3. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar SKPK, antar
pemerintahan, antar ruang, antar waktu, dan antar fungsi pemerintahan
4. Menjawab tantangan dan isu-isu strategis pembangunan daerah yang diperkirakan akan
menghambat

pelaksanaan

good

governance

dan

pembangunan

daerah

yang

berkelanjutan.
5. Mewujudkan kehidupan yang demokratis, transparan, partisipatif, akuntabel, berkeadilan
sosial, melindungi hak asasi manusia, tidak dikriminatif, dan memberi perhatian kepada
kelompok-kelompok rentan , mandiri, dan sejahtera dalam kerangka Islami.

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambaran umum kondisi daerah menjelaskan kondisi geografis, perkembangan


pembangunan Kabupaten Pidie Jaya di berbagai bidang kehidupan masyarakat, yang
meliputi bidang sosial budaya dan kehidupan beragama, ekonomi, ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek), hukum dan aparatur, pembangunan wilayah dan tata ruang, penyediaan
sarana dan prasarana, serta pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup.
Pembangunan Kabupaten Pidie Jaya selain menunjukkan berbagai kemajuan yang telah
dicapai, ternyata juga cukup banyak tantangan atau masalah yang belum sepenuhnya
terselesaikan.

Karenanya,

masih

diperlukan

upaya

untuk

mengatasinya

dalam

pembangunan daerah 20 tahun ke depan.


2.1

Kondisi Geografi dan Demografi

2.1.1 Kondisi Geografi


Kabupaten Pidie Jaya terletak di 140 km arah tenggara ibu kota Provinsi Aceh,
berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Bakosurtanal, luas wilayah 1.162,84 km2 yang
terdiri dari luas wilayah darat 952,0 km2 dan luas wilayah laut 210,84 km2. Secara geografis
Kabupaten Pidie Jaya terletak di 04,910 0 05,300 0 Lintang Utara dan 96,020

96,360

Bujur Timur.
Batas wilayah Kabupaten Pidie Jaya dapat dirinci sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bireuen,
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pidie (kecamatan Tangse, kecamatan
Geumpang, dan kecamatan Mane),
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie (kecamatan Geuleumpang Tiga,
kecamatan Geuleumpang Baro, dan kecamatan Keumbang Tanjong).
2.1.2 Kondisi Topografi
Kondisi topografi kabupaten Pidie Jaya relatif tidak datar dengan ketinggian
bervariasi antara 0 8 mdpl (meter diatas permukaan laut) hingga >1500 mdpl. Luas dataran
dengan ketinggian 0 8 mdpl 28,53% dari luas keseluruhan kabupaten, sedangkan sisanya
berada di daerah selatan mempunyai kontur ketinggian permukaan tanah yang sangat
variatif atau perbukitan dengan tingkat kemiringan lereng antara 25 40%.

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi suatu wilayah
yang sangat berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak mempengaruhi penataan
lingkungan alami. Untuk kawasan terbangun, kondisi topografi berpengaruh terhadap
terjadinya longsor dan terhadap konstruksi bangunan.
Kemiringan lerengmerupakan faktor utama yang menentukan suatu daerah apakah
layak untuk dibudidayakan atau tidak. Penggunaan lahan untuk kawasan fungsional seperti
persawahan, ladang dan kawasan terbangun membutuhkan lahan dengan kemiringan di
bawah 15%, sedangkan lahan dengan kemiringan di atas 40% akan sangat sesuai untuk
penggunaan perkebunan, pertanian tanaman keras dan hutan.
Kemiringan lahan dikelompokkan kedalam 5 lereng yaitu:
Kemiringan lereng 0 8 % (kelerengan tingkat I). Lahan dengan kemiringan
seperti ini dapat digunakan secara intensif dengan pengelolaan yang kecil.
Kemiringan lereng 8 15 % (kelerengan tingkat II/landai). Lahan dengan
kemiringan lereng seperti ini dapat digunakan untuk kegiatan pemukiman dan
pertanian, tetapi bila terjadi kesalahan dalam pengelolaan masih mungkin
terjadi erosi.
Kemiringan lereng 15 25 % (kelerengan tingkat III/agak curam)
kemungkinan terjadi erossi lebih besar.
Kemiringan lereng 25 45 % (kelerengan tingkat IV/curam), jika tumbuhan
menutupi permukiman lahan ditebang, maka lereng akan mudah tererosi.
Kemiringan lereng 45 % (kelerengan tingkat V/sangat curam), kelerengan
yang sangat peka terhadap erosi, kegiatan harus bersifat nonbudidaya.
Apabila terjadi penebangan hutan, akan membawa pengaruh yang besar
terhadap lingkungan yang lebih luas.

Gambaran kondisi kelerangan Kabupaten Pidie Jaya bisa dilihat melalui Table 2.1
Berikut ini.
Tabel 2.1
Kondisi Kelerengan Kabupaten Pidie Jaya
No

Lereng Kelas

Kecamatan
(0 3)%

(4 8)%

(9 15)%

(16 - 25)%

(26 - 40)%

12.23

9.28

10.26

>40%

Bandar Baru

22.36

29.24

16.63

Panteraja

44.01

46.41

9.58

Trienggadeng

44.01

46.41

9.58

Meureudu

4.82

10.39

11.12

2.20

40.74

30.74

Meurah Dua

4.82

10.39

11.12

2.20

40.74

30.74

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Ulim

Jangka Buya

Bandar Dua

59.02

19.44

12.55

3.39

2.58

3.01

8.34

7.88

4.05

5.71

11.56

54.46

Sumber : Atlas Pengembangan Kakao Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2010

2.1.3 Kondisi Klimatologi


Kondisi rata-rata curah hujan di Kabupaten Pidie Jaya mencapai 1.708 mm/tahun
dengan rata-rata hujan 98 hari/tahun, bulan kering (curah hujan 60 mm) rata-rata 1,7 bulan
per tahun dan bulan basah (curah hujan 90 mm.bln) rata-rata 6.8 bulan per tahun.
Berdasarkan jumlah bulan kering dan bulan basah maka tipe curah hujan di Kabupaten Pidie
Jaya adalah tipe A sesuai rumus Schmidt dan Ferguson. Temperatur berkisar dari suhu
minimum 19 C 22 C sampai dengan suhu maksimum 30 C 35 C.
Menurut Atlas Curah Hujan Bakosurtanal, Kabupaten Pidie Jaya dibagi menjadi 4
kawasan curah hujan, yaitu :
a. Wilayah pantai utara mempunyai curah hujan 1.500 mm/tahun;
b. Wilayah daratan rendah dengan ketinggian 50 100 mdpl bercurah hujan 1.500 2.000
mm/tahun;
c. Wilayah dataran rendah dengan ketinggian 100 200 mdpl bercurah hujan 2.000 2.500
mm/tahun;
d. Wilayah dataran tinggi dengan ketinggian >400 mdpl bercurah hujan 2.500 3.000
mm/tahun.
2.1.4 Kondisi Geologi
Jenis Geologi yang menyusun wilayah Pidie Jaya terdiri dari batuan sedimen kuarter
dan tersier yang berada di bagian utara Pidie Jaya serta batuan sedimen pra tersier yang
umumnya berada di bagian selatan Pidie Jaya. Susunan formasi batuan dan endapan yang
menyusun wilayah Pidie Jaya terdiri dari aluvium, campuran estuarin dan marin yang masih
muda, aluvium sungai muda, gambut yang berada di bagian tengah Pidie Jaya (di sepanjang
jalan arteri), aluvium, endapan laut yang muda (pasir-pasir pantai, kerikil) yang berada di
bagian utara Pidie Jaya serta formasi batuan basalt, andesit, tefra berbutir halus dan tefra
berbutir kasar yang berada di bagian selatan Pidie Jaya
Jenis tanah yang terdapat di Pidie Jaya sangat beragam. Sebagian besar merupakan
jenis tanah kambisol yang bercampur dengan jenis tanah lainnya, seperti gleisol, regosol,
andosol, aluvial dan podsolik.
Tanah Gleisol, yang terdiri atas Gleisol Eutrin, Gleisol Fleirik, dan Gleisol Halik
merupakan tanah yang mempunyai prosentase liat yang tinggi dengan pengaruh reduksi

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

unsur besi (fe). Umumnya dijumpai pada dataran datar. Umumnya dijumpai pada tanah
datar. Jenis tanah ini dapat ditemukan di Kecamatan Meureudu dan Trienggadeng.
Tanah Alluvial, merupakan jenis tanah timbunan sehingga belum mempunyai
perkembangan horizon lebih lanjut. Lapisan atasnya masih selalu mendapat bahan
tambahan yang kadang-kadang mengandung zat organik. Di Kabupaten Pidie Jaya, jenis
tanah ini dapat ditemukan di Kecamatan Trienggadeng, Panteraja dan Bandar Baru.
Tanah Regosol, merupakan tanah yang terdiri dari lapisan gambut (bahan organik)
di atas tanah mineral yang mengalami gleisasi. Ditemukan di daerah rawa-rawa yang terus
menerus tergenang atau daerah yang lebih tinggi yang drainasenya sangat buruk dengan
curah hujan yang tinggi. Jenis tanah ini dapat ditemukan di Kecamatan Meureudu.
Tanah Podsolik, berwarna merah sampai kuning dengan perkembangan yang
sedang dan kesuburan yang rendah. Jenis tanah ini umumnya ditemukan pada wilayah yang
mempunyai ketinggian 50-1.000 meter dari permukaan laut. Jenis tanah ini ditemukan di
seluruh kecamatan dalam Kabupaten Pidie Jaya.
Tanah Latosol, adalah tanah yang mempunyai distribusi kadar liat yang tinggi
dengan tingkat kelapukan yang telah lanjut. Stabilitas agregat adalah tinggi dengan tanah
warna merah , coklat kemerahan, coklat kekuningan atau kuning. Tanah ini banyak
ditemukan pada tanah yang mempunyai ketinggian 0 900 meter di atas permukaan laut.
Jenis tanah ini terdapat pada Kecamatan Meureudu dan Trienggadeng.
Tanah Komplek Podsolik Merah Kuning dan Litosol, merupakan gabungan dari
sifat-sifat tanah di atas. Jenis tanah ini dijumpai di wilayah tengah sampai pegunungan,
seperti di Kecamatan Bandar Baru, Meuredu dan Bandar Dua.
Tanah Komplek Rendzina dan Litosol, merupakan jenis tanah gabungan antara
jenis tanah rendzina dan litosol. Tanah Rendzina merupakan tanah yang mempunyai horizon
permukaan mollik dan dibawahnya langsung berupa batu kapur. Sedangkan jenis tanah
litosol adalah tanah dangkal yang berada di atas batu keras sampai dengan kedalaman 20
cm dari permukaan tanah serta belum ada perkembangan profil lebih lanjut akibat pengaruh
erosi yang kuat. Jenis tanah komplek rendzina dan litosol ini ditemukan di kecamatan
Bandar Baru walaupun dalam luasan yang relatif kecil.
2.1.5 Kondisi Hidrologi
Kabupaten Pidie Jaya mempunyai area konservasi air yang cukup luas yaitu di area
hutan lindung atau hutan produksi yang berada pada sisi barat yaitu deretan pengunungan
Bukit Barisan. Areal pertanian tanaman pangan atau persawahan ada di lembah atau bagian
timur yang bertopografi datar. Area perkebunan ada di perbukitan baik di dataran rendah
maupun dataran tinggi, oleh karena itu fungsi hutan sebagai penyangga sumber daya alam

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

dan sumber daya air bagi wilayah permukiman dan pertanian mempunyai arti yang sangat
penting. Secara Geografis, potensi Sumber Daya Air di Kabupaten Pidie Jaya, sangat
dimungkinkan untuk membangun satu unit Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH),
dan Tower air bersih untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat perkotaan/pedesaan,
perumahan, perkantoran, dan zona Industri dalam kurun waktu 5 s.d 20 tahun ke depan.
Pemanfaatan lahan dataran lereng pegunungan dan dataran tinggi untuk tanaman
perkebunan yang mempunyai arti penting karena selain penghasil bahan industri atau bahan
ekspor juga berperan dalam hidrologi wilayah. Sungai besar maupun kecil yang mengarah
ke timur, mata airnya ada di areal hutang lindung.
Adapun sungai-sungai yang berada di wilayah Kabupaten Pidie Jaya adalah sungai
Krueng Kalla di Kecamatan Bandar Baru perbatasan dengan Kabupaten Pidie, sungai
Krueng Cubo berada di Kecamatan Panteraja dan Kecamatan Trienggadeng, Krueng
Beuracan yang membelah Kecamatan Trienggadeng dan Meureudu, Krueng Meureudu yang
membelah Kecamatan Meureudu dengan Kecamatan Meurah Dua, Krueng Ulim yang
melintas Kecamatan Ulim dan Krueng Jeulanga yang melintas Kecamatan Bandar Dua dan
Jangka Buya.
Air permukaan yang terdapat di wilayah kota Meureudu adalah sungai Krueng
Beuracan dan sungai Krueng Meureudu. Sungai Krueng Meureudu ini mempunyai panjang
45 Km, dengan luas DAS 3.770 Km2. Dewasa ini penggunaan badan air tersebut hanya
terbatas untuk menampung dan mengalirkan aliran drainase. Sejalan dengan rencana
penerapan sempadan sungai dan perlakuan yang baik terhadap sungai diharapkan kualitas
air sungai dapat diperbaiki.
Daerah irigasi Pidie Jaya terbagi menjadi 4 lokasi: 1) Daerah Ulim seluas 115 ha; 2)
Beuracan seluas 813 ha; 3) Meureudu dengan luas 1729 ha; dan 4) Cubo-Trienggadeng
seluas 1.546 ha. Irigasi ini di kategorikan tipe A1 tipe B. Sistem jaringan irigasi di Kabupaten
Pidie Jaya yaitu berasal dari 5 aliran sungai besar yang masih alami, dan di daerah ini
terdapat sebuah bangunan bendungan irigasi tepatnya di daerah Beuracan yang masih perlu
untuk dikembangkan agar mampu mengairi seluruh daerah pertanian di wilayah Kabupaten
Pidie Jaya guna terwujudnya percepatan pertumbuhan ekonomi daerah.
Pemanfaatan daerah irigasi meliputi:
1. Daerah Irigasi lintas kabupaten kewenangan provinsi meliputi:

a) Daerah Irigasi Cubo/Trienggadeng seluas kurang lebih seribu sembilan


ratus sembilan (1.909) hektar;

b) Daerah Irigasi Samalanga seluas kurang lebih dua ribu seratus empat
belas (2.114) hektar;

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

2. Daerah irigasi kewenangan provinsi di kabupaten berupa Daerah Irigasi


Meureudu seluas kurang lebih 1.729 (seribu tujuh ratus dua puluh sembilan)
hektar
3. Daerah irigasi di Kabupaten meliputi:

a)

Daerah Irigasi Alue Demam seluas kurang lebih 70 (tujuh puluh) hektar;

b)

Daerah Irigasi Alue Sane seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;

c)

Daerah Irigasi Beuracan seluas kurang lebih 863 (delapan ratus enam
puluh tiga) hektar;

d)

Daerah Irigasi Blang Beurasan seluas kurang lebih 125 (seratus dua
puluh lima) hektar;

e)

Daerah Irigasi Blang Geulumpang seluas kurang lebih 60 (enam puluh)


hektar;

f)

Daerah Irigasi Drien Bungong seluas kurang lebih 200 (dua ratus)
hektar;

g)

Daerah Irigasi Keumba seluas kurang lebih 125 (seratus dua puluh lima)
hektar;

h)

Daerah Irigasi Kiran seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;

i)

Daerah Irigasi Kuta Krueng seluas kurang 300 (lebih tiga ratus) hektar;

j)

Daerah Irigasi Paya Trieng seluas kurang lebih 80 (delapan puluh)


hektar;

k)

Daerah Irigasi Lhok Pisang seluas kurang lebih 28 (dua puluh delapan)
hektar;

l)

Daerah Irigasi Paya Reulet seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar;

m)

Daerah Irigasi Alue Drien seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;

n)

Daerah Irigasi Muka Blang seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar;

o)

Daerah Irigasi Lhok Puuk seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar;

p)

Daerah Irigasi Pante Breuh seluas kurang lebih 125 (seratus dua puluh
lima) hektar;

q)

Daerah Irigasi Tgk. Chik Disintheu seluas kurang lebih 233 (dua ratus
tiga puluh tiga) hektar;

r)

Daerah Irigasi Uten Pantang seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;

s)

Daerah Irigasi Lhok Ugop seluas kurang lebih 150 (seratus lima puluh)
hektar;

t)

Daerah Irigasi Lueng Paya seluas kurang lebih 100 (seratus) hektar;

u)

Daerah Irigasi Lueng Paloh seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;

v)

Daerah Irigasi Lueng Limeng seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

w)

Daerah Irigasi Pulo Perlak seluas kurang lebih 70 (tujuh puluh) hektar;

x)

Daerah Irigasi Palong seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;

y)

Daerah Irigasi Uten Bayu seluas kurang lebih 103 (seratus tiga) hektar;

z)

Daerah Irigasi Meugit seluas kurang lebih 80 (delapan puluh) hektar;

aa) Daerah Irigasi Ulee Glee seluas kurang lebih 596 (lima ratus sembilan
puluh enam) hektar;

bb) Daerah Irigasi Lhok Sandeng seluas kurang lebih 252 (dua ratus lima
puluh dua) hektar;

cc) Daerah Irigasi Blang Beudarah seluas kurang lebih 50 (lima puluh)
hektar;

dd) Daerah Irigasi Blang Lubok seluas kurang lebih 44 (empat puluh empat)
hektar;

ee) Daerah Irigasi Ulim seluas kurang lebih 324 (tiga ratus dua puluh empat)
hektar;

ff)

Daerah Irigasi Panton Kulat seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar;

gg) Daerah Irigasi Panton Pupu seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar;
hh) Daerah Irigasi Teurace seluas kurang lebih 12 (dua belas) hektar;
ii)

Daerah Irigasi Panton Limeng seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar;

jj)

Daerah Irigasi Paya Cirieh seluas kurang lebih 65 (enam puluh lima)
hektar;

kk) Daerah Irigasi Waduk Alue seluas kurang lebih 80 (delapan puluh)
hektar;

ll)

Daerah Irigasi Tgk. Leman seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar;

mm) Daerah Irigasi Waduk Baro seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima)
hektar;

nn) Daerah Irigasi Waduk Weu seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima)
hektar;

oo) Daerah Irigasi Paya Baru seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima)
hektar;

pp) Daerah Irigasi Teupin Raya KR seluas kurang lebih 350 (tiga ratus lima
puluh) hektar;

qq) Daerah Irigasi Teupin Raya KN seluas kurang lebih 450 (empat ratus
lima puluh) hektar;

rr)

Daerah Irigasi Ujong Leubat seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk dalam melangsungkan
kegiatan sehari-hari, sehingga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat/penduduk di
Kabupaten Pidie Jaya harus dengan kapasitas yang optimum. Ketersediaan Air bersih
sangat tergantung pada sumber air yang dapat di olah dan dimanfaatkan.
Sistem distribusi dalam pengadaan air bersih di Kabupaten Pidie Jaya masih
mengikuti pola lama yaitu pada saat masih dalam bagian wilayah Kabupaten Pidie,
didistribusikan dengan 2 cara yaitu: melalui jaringan sistem perpipaan PDAM, dan sistem
non perpipaan (swadaya masyarakat).
Kondisi sekarang ini, pusat pelayanan PDAM di Kabupaten Pidie Jaya terdapat di
beberapa tempat yaitu: Meureudu, Panteraja, Ulim, dan PDAM Pidie. Sedangkan untuk
daerah-daerah yang belum terlayani oleh PDAM, kebutuhan air bersih pada umumnya
diambil dari sumur galian, mata air dan sungai. Sasaran akhir RPJP Kabupaten Pidie Jaya
tahun 2025 dalam hal ini daerah perkotaan di Pidie Jaya dapat terlayani jaringan sistem
perpipaan PDAM.
2.1.6

Pemanfaatan Lahan

A. Rencana Kawasan Lindung


1. Kawasan hutan lindung merupakan kawasan hutan yang karena keadaan sifatnya
diperuntukan guna pengaturan tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi
serta pemeliharaan kesuburan tanah.
Kriteria hutan lindung:
a.

kawasan hutan yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung;

b.

kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng > 65%;

c.

kawasan hutan yang mempunyai ketinggian >2000m dpl;

d.

kawasan yang memiliki ketinggian >2000 dan kelerangan >40%

Kawasan Hutan Lindung yang berada di bagian selatan Kabupaten Pidie Jaya
seluas 50.277,08 hektar meliputi:
1)

Kecamatan Ulim;

2)

Kecamatan Meureudu;

3)

Kecamatan Meurah Dua;

4)

Kecamatan Bandar Dua; dan

5)

Kecamatan Bandar Baru.

2. Kawasan perlindungan setempat yang ada di Kabupaten Pidie Jaya terdiri dari
sempadan pantai, sempadan sungai.
a. Sempadan pantai adalah kawasan di sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Keserasian

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

dan keseimbangan lingkungan pantai berawal dari dukungan wilayah pesisir,


dimana wilayah pesisir merupakan pergerakan aktivitas (atau peralihan)
antara laut dan darat. Penentuan sempadan pantai di wilayah perencanan
adalah daratan sepanjang tepian pantai dengan lebar proporsional terhadap
bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke
arah darat. Wilayah sempadan pantai di Kabupaten Pidie Jaya terdapat di
sepanjang Pantai Timur seluas 120,70 hektar meliputi:
1) Kecamatan Ulim;
2) Kecamatan Trienggadeng;
3) Kecamatan Pante Raja;
4) Kecamatan Meureudu;
5) Kecamatan Meurah Dua;
6) Kecamatan Jangka Buya; dan
7) Kecamatan Bandar Baru.
b. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai yang
bermanfaat untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kawasan
lindung, atau sempadan sungai ini hampir ada di setiap kecamatan seluas
323,52 hektar, yaitu meliputi kawasan sekitar Krueng Cubo, Krueng Ulim,
Krueng Meuredu, Krueng Pante Raja di Kecamatan:
1) Kecamatan Ulim;
2) Bandar Dua;
3) Kecamatan Trienggadeng;
4) Kecamatan Pante Raja;
5) Kecamatan Meureudu;
6) Kecamatan Meurah Dua;
7) Kecamatan Jangka Buya; dan
8) Kecamatan Bandar Baru.
3. Kawasan bencana alam meliputi rawan bencana banjir dan angin kencang.
Kawasan rawan bencana berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. wilayah yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak;
b. wilayah yang dilalui oleh patahan aktif;
c. wilayah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan (magnitudo)
lebih besar dari 5 pada skala richter;
d. wilayah dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti endapan sungai,
endapan pantai dan batuan lapuk;

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

e. wilayah yang memiliki kerentanan tinggi untuk terkena gerakan tanah,


terutama jika kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada lereng di
kawasan ini;
f.

wilayah dengan kerentanan tinggi terkena gelombang pasang dan banjir.

Berikut ini merupakan kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Pidie Jaya
a. Kawasan bencana banjir meliputi:
1) Kecamatan Meureudu;
2) Kecamatan Panteraja;
3) Kecamatan Bandar Dua;
4. Kawasan cagar alam geologi
a.

kawasan rawan bencana alam geologi


1) kawasan rawan gerakan tanah/longsor meliputi:
a) Kecamatan Bandar Baru
b) Kecamatan Meurah Dua
2) kawasan bencana gunung berapi di Kecamatan Meurah Dua.
3) kawasan rawan bencana abrasi di kawasan pesisir

B. Rencana Kawasan Budidaya


Pengembangan kawasan pemanfaaatan ruang pada kawasan budidaya bertujuan
untuk menjaga kualitas daya dukung Kabupaten Pidie Jaya di lingkungan wilayah
perencanaan, menciptakan lapangan kerja, terciptanya keserasian dengan rencana
struktur ruang yang dikembangkan.
1. Hutan Produksi
Hutan Produksi seluas kurang lebih 4.738,52 hektar meliputi:
a) Kecamatan Ulim;
b) Kecamatan Meureudu;
c) Kecamatan Meurah Dua;
d) Kecamatan Bandar Baru; dan
e) Bandar Dua.
2. Hutan Rakyat
Hutan Rakyat seluas kurang lebih 1.391,76 meliputi:
a) Kecamatan Meurah Dua;
b) Kecamatan Bandar Dua;
c) Kecamatan Bandar Baru;
d) Kecamatan Meureudu; dan
e) Kecamatan Ulim.
3. Kawasan peruntukan pertanian

10

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Pemanfaatan ruang kawasan pertanian dikembangkan dalam rangka mencapai


tujuan sebagai berikut:
tetap terjaganya kualitas lingkungan;
terciptanya

pertumbuhan

perekonomian

wilayah

yang

berbasiskan

perekonomian lokal;
pengembangan kualitas dan kuantitas produksi pertanian agar dapat
mencapai hasil yang optimal.
Pemanfaatan ruang kawasan pertanian ini meliputi pertanian lahan basah dan
pertanian lahan kering.
Secara potensi, Kabupaten Pidie Jaya memiliki lahan yang potensial bagi
kegiatan ekonomi (basis sector). Luas lahan untuk kegiatan ini direncanakan
akan terus meningkat sampai akhir tahun perencanaan, selain karena merupakan
kegiatan unggulan, lahan yang sesuai dengan kegiatan pertanian pangan
(cadangan) masih sangat tersedia.
a. Kawasan pertanian lahan basah seluas 7.167,63 hektar meliputi:
1)

Kecamatan Bandar Baru

2)

Kecamatan Pante Raja

3)

Kecamatan Trienggadeng

4)

Kecamatan Meureudu

5)

Kecamatan Meurah Dua

6)

Kecamatan Ulim

7)

Kecamatan Jangka Buya

8)

Kecamatan Bandar Dua

b. Kawasan pertanian lahan kering seluas 601,53 hektar meliputi:


1) Kecamatan Bandar Baru
2) Kecamatan Pante Raja
3) Kecamatan Trienggadeng
4) Kecamatan Meureudu
5) Kecamatan Meurah Dua
6) Kecamatan Ulim
7) Kecamatan Jangka Buya
8) Kecamatan Bandar Dua
4. Kawasan peruntukan perkebunan
Pemanfaatan ruang untuk kawasan perkebunan/tanaman tahunan adalah
kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. kawasan dengan ketinggian >1000 m dpl;

11

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

b. kawasan dengan kemiringan 25-40%;


c. kawasan dengan kedalaman efektif tanah >30cm;
d. memperhatikan

kondisi

eksisting

dan

kecenderungan

perkembangan

perkebunan serta kebutuhan lahan untuk menyerap tenaga kerja optimal.


Berdasarkan pertimbangan tersebut, rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan
perkebunan/tanaman tahunan adalah 19.595,94 hektar berupa peruntukan
perkebunan rakyat di seluruh kecamatan.
5. Kawasan peruntukan peternakan
Pemanfaatan ruang untuk kawasan peternakan memiliki kriteria sebagai berikut:
Kawasan dengan ketinggian <1.000 m dpl;
Kawasan dengan kemiringan 15 %;
Kawasan dengan jenis tanah /iklim sesuai untuk padang rumput;
Memperhatikan

kondisi

eksisting

dan

kecenderungan

perkembangan

peternakan serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja optimal.
Rencana penyedian ruang untuk kegiatan peternakan, diarahkan kepada lahan
yang mempunyai kesesuaian sebagai peternakan sapi.
Kawasan peternakan seluas 700,70 hektar berada di Kecamatan Trienggadeng
(gampong tampui), Kecamatan Meureudu (gampong geuleumpang tutong),
Kecamatan Ulim (gampong alue keumiki), Kecamatan Meurah Dua (gampong
lhoksandeng), Kecamatan Bandar Baru (gampong langien), Kecamatan Panteraja
(gampong panteraja tunong) dan Kecamatan Bandar Dua (gampong kumba).

6. Kawasan peruntukan perikanan Pemanfaatan ruang untuk kawasan perikanan


baik di darat maupun di laut berdasarkan kriteria sebagai berikut:
kawasan dengan kelerengan <8%;
persediaan air cukup;
memperhatikan

kondisi

eksisting

dan

kecenderungan

perkembangan

perikanan serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja optimal.
Sektor perikanan di wilayah Kabupaten Pidie Jaya berpotensi dikembangkan baik
budidaya perikanan tawar maupun laut. Budidaya tambak udang dan ikan dapat
dikembangkan di sepanjang pantai di wilayah Kabupaten Pidie Jaya.
Kawasan peruntukan perikanan tambak seluas kurang lebih 2.161,98 hektar,
meliputi:

12

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

1) Kecamatan Ulim;
2) Kecamatan Trienggading;
3) Kecamatan Pante Raja;
4) Kecamatan Meureudu;
5) Kecamatan Meurah Dua;
6) Kecamatan Jangka Buya; dan
7) Kecamatan Bandar Baru.

7. Kawasan peruntukan pariwisata


Kabupaten Pidie Jaya memiliki potensi pariwisata yang beragam. Perencanaan
pariwisata hingga tahun 2031 akan mengembangkan potensi alam, budaya, dan
minat khusus yang memiliki daya tarik untuk dikembangkan. Pengelolaan
pariwisata di Kabupaten Pidie Jaya adalah sebagai berikut:
pengembangan infrastruktur yang mendukung terhadap pengembangan
pariwisata di Kabupaten Pidie Jaya;
pengembangan obyek wisata melalui kegiatan penataan-penataan kawasan
obyek wisata di Kabupaten Pidie Jaya;
pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di Kabupaten Pidie
Jaya dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata melalui kegiatan
pameran, pengadaan sarana promosi, event kepariwisataan (pentas seni,
lomba-lomba wisata, dan lain-lain) untuk menarik wisatawan berkunjung ke
Kabupaten Pidie Jaya.

Rencana peningkatan penambahan lokasi wisata di Kabupaten Pidie Jaya,


adalah sebagai berikut:
a. Objek wisata budaya meliputi:
1)

Kecamatan Bandar Baru berupa Makam Tengku Abdullah Syafiie;

2)

Kecamatan Bandar Baru berupa Benteng Pertahanan Perang Belanda;

3)

Kecamatan Bandar Baru berupa Makam Teungku Ja (Teungku Idris);

4)

Kecamatan Trienggadeng berupa Makam Teungku Lima;

5)

Kecamatan Trienggadeng berupa Makam Teungku Tumanah;

6)

Kecamatan Trienggadeng berupa Makam Teungku Melayu;

7)

Kecamatan Meureudu berupa Makam Teungku Di Pucok Krueng


Beuracan;

8)

Kecamatan Meureudu berupa Benteng Kuta Batee (Sultan Iskandar


Muda);

13

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

9)

Kecamatan Meureudu berupa Makam Meurah Pupok;

10) Kecamatan Meureudu berupa Makam Teungku Dayah U Paneuk;


11) Kecamatan Meurah Dua berupa Makam Teungku Japakeh;
12) Kecamatan Meurah Dua berupa Makam Teungku Julok;
13) Kecamatan Meurah Dua berupa Makam Teungku Sampurna;
14) Kecamatan Ulim berupa Makam Teungku Dipasi;
15) Kecamatan Ulim berupa Makam Malem Dagang;
16) Kecamatan Bandar Dua berupa Makam Teungku Pante Geulima;
b. Objek wisata Buatan meliputi:
1)

Kecamatan Bandar Baru meliputi:


a) Irigasi Jim Jim
b) Krueng Cubo
c) Waduk Musa

2)

Kecamatan Panteraja meliputi:

a) Waduk Uteun Pantang


3)

Kecamatan Trienggadeng meliputi:

a) Waduk Peulandok
b) Pantai Kuthang
4)

Kecamatan Meureudu meliputi:

a) Irigasi Leubok/Lhok Badeuk;


b) Irigasi Beuracan; dan
5)

Kecamatan Bandar Dua berupa Irigasi Lhok Gugob/Kumba

c. Objek Wisata Alam meliputi:


1) Kecamatan Ulim meliputi berupa Air terjun Pucok Krueng Ulim;
2) Kecamatan Panteraja berupa pantai Panteraja Pasi
3) Kecamatan Jangka Buya meliputi :

a) Pantai Pasi Aroen


b) Pantai Pasi Kiran
4) Kecamatan Meureudu berupa Pantai Manohara (Meureudu)
d. Objek wisata khusus atau minat meliputi:
1)

Objek Wisata Religi Kecamatan Meureudu meliputi:

a) Masjid Kuno Beuracan;


b) Guci Keuramat; dan
c) Masjid Iskandar Muda.
14

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

2)

3)

Objek Wisata Religi Kecamatan Meurah Dua meliputi:


a)

Mimbar Kuno Madinah;

b)

Masjid Kuno Madinah; dan

c)

Monumen Meurah Doe.

Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Bandar Baru berupa Rapa I


Grimpheng

4)

5)

6)

Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Trienggadeng meliputi:


a)

Geudeu-Geudeu;

b)

Rapa I Bubee, Jeu Ee;

c)

PM Toh; dan

d)

Tari Seudati.

Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Meureudu meliputi:


a)

Geudeu-Geudeu;

b)

Rapa I Dabus;

c)

Biola Aceh;

d)

Tari Seudati; dan

e)

Poh Katok.

Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Meurah Dua berupa


Meureukon.

7)

Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Bandar Dua berupa Rabbani


Wahid.

8. Kawasan peruntukan permukiman


Kawasan peruntukan permukiman seluas 7.437,99 Hektar terdiri atas:
a. kawasan permukiman perkotaan seluas 3.279,57 Hektar meliputi kawasan
pusat-pusat permukiman di seluruh kecamatan.
b. kawasan permukiman perdesaan seluas 4.158,42 Hektar berupa desa-desa
yang tidak termasuk kedalam ibukota kecamatan.
9. Kawasan peruntukan lainnya meliputi:
a. Kawasan pertahanan dan keamanan seluas 23,470 hektar meliputi:
1)

Polres di Kecamatan Trienggading;

2)

Kodim seluas berada di Kecamatan Bandar Baru;

3)

Koramil berada di seluruh kecamatan;

b. Transmigrasi Lokal seluas 670,08 hektar meliputi:


1) Kecamatan Bandar Dua;
2) Kecamatan Bandar Baru;
3) Kecamatan Ulim;

15

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

4) Kecamatan Meurah Dua; dan


5) Kecamatan Trienggadeng.

2.1.7

Wilayah
Pengembangan wilayah di Kabupaten Pidie Jaya sepenuhnya mengacu pada RTRW

Kabupaten Pidie Jaya dan RTRW Provinsi Aceh. Sebagai upaya pengendalian terhadap
perizinan pemanfaatan ruang, telah dibuat kriteria lokasi dan Standar Teknis Pemanfaatan
Ruang yang menetapkan secara rinci aturan-aturan teknis berdasarkan jenis kegiatan dan
peruntukan ruang di lokasi yang akan dimamfaatkan. Pola pemanfaatan ruang di Kabupaten
Pidie Jaya mencakup pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya. Sebagaian besar
wilayah disebelah selatan sepanjang perbatasan Kabupaten Pidie menjadi kawasan lindung
karena memiliki hutan yang cukup lebat, topografi, elevasi dan curah hujan yang tinggi.
Sedangkan kawasan budidaya tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya.
Secara umum, tata ruang Kabupaten Pidie Jaya terbentuk dengan struktur ruang
wilayah yang menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan
perkotaan serta sistem perwilayahan pengembangan, merupakan bentuk/gambaran sistem
pelayanan berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan serta
mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Pidie
Jaya.
a.

Sistem perdesaan yang meliputi pola penggunaan lahan budidaya yang terdiri atas
penggunaan hutan, perkebunan, kebun campuran, semak/belukar, tanah kosong,
pemukiman, sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Luasan untuk kegiatan kebun
campuran 30.833 Ha (49,61 %), pemukiman 8.045 Ha (12.94 %), Pekarangan 8.888 Ha
(14,30 %), Sawah Irigasi 7.524 Ha (12,11 %), sawah tadah hujan 594 Ha (0,96 %),
Sawah terlantar 24 Ha (0,04 %), Hutan 2.143 Ha (3.45 %), Industri 131 Ha (0.21 %)
tanah kosong 2.026 Ha (3,26 %), Lain lain 1.944 Ha (3,13 %). Masalah yang dihadapi
adalah meningkatnya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian yaitu alih fungsi
lahan menjadi areal permukiman, pertokoan, terminal dan pusat perkantoran
pemerintah.

b.

Sistem perkotaan, tingginya konversi lahan dari pertanian untuk menjadi perkotaan,
pusat pemerintahan dan permukiman baru dalam kurun waktu 4 tahun sejak tahun 2007
sampai dengan 2011.

c.

Kondisi pelayanan transportasi darat, belum selesainya pembangunan terminal bus,


sehingga aktivitas bongkar muat barang dan pemberhentian bus masih berada ditengah
kota. Kondisi ini membuat pusat perkotaan sangat semrawut.

16

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Di dalam RTRW Kabupaten Pidie Jaya telah merumuskan rencana kawasan startegis
kabupaten, kawasan ini merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial,
budaya dan/atau lingkungan. Perincian kawasan strategis Kabupaten Pidie Jaya adalah
sebagai berikut :
1. Kawasan Kota Meureudu Raya
Secara geografis Perkotaan Meureudu memiliki potensi cukup besar untuk berkembang
di masa mendatang karena terkait dengan fungsi dan peranannya sebagai Ibukota
Kabupaten Pidie Jaya. Kawasan perkotaan Meureudu diarahkan sebagai pusat
pemerintahan dan pusat perdagangan skala kabupaten. Posisi Perkotaan Meureudu
yang dilewati jalan arteri primer Banda Aceh Medan menjadi kekuatan utama
perkembangan dan pertumbuhan perkotaan Meureudu. Untuk mendorong prioritas
pembangunan, maka ditetapkan Meureudu sebagai kawasan strategis Kota Meureudu
Raya .
2. Kawasan Perkotaan
Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) dalam
rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Pidie Jaya harus ditetapkan juga sebagai
kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di dalam
arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi
kriteria PKL. Kawasan Strategis Kabupaten yang berupa kawasan perkotaan sebagai
Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) di wilayah Kabupaten Pidie Jaya, diantaranya
meliputi:
KSK Perkotaan Lueng Putu
Kawasan Perkotaan Lueng Putu diarahkan sebagai sub pusat kegiatan di wilayah barat
Kabupaten Pidie Jaya.
KSK Perkotaan Ulee Gle
Kawasan Perkotaan Ulee Gle diarahkan sebagai sub pusat kegiatan di wilayah timur
Kabupaten Pidie Jaya.
3. Kawasan Strategis Agropolitan
Agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena
berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik,
menghela kegiatan pembangunan (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Kota pertanian
(agropolitan) berada dalam kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi
pertanian) yang mana kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap

17

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Berdasarkan kajian Kawasan


Agropolitan di Kabupaten Pidie Jaya, Kawasan Agropolitan meliputi:
Kawasan Agroplitan Bandar Baru
Kawasan Agropolitan Bandar Dua
4. Kawasan Strategis Minapolitan
Minapolitan merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis
manajemen ekonomi kawasan dengan motor penggerak sektor kelautan dan perikanan.
Berdasarkan

issue

dan

permasalahan

pembangunan

pedesaan

yang

terjadi,

pengembangan kawasan minapolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan


wilayah (pedesaan). Kawasan minapolitan disini diartikan sebagai sistem fungsional
desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya
pusat minapolitan dan desa-desa disekitarnya membentuk Kawasan Minapolitan.
Berdasarkan hasil kajian minapolitan di Kabupaten Pidie Jaya, kawasan minapolitan
meliputi:
Kawasan Minapolitan Jabulbimbaraksa (Jangka Buya-Ulim-Lueng Bimba-Meuraksa)
Kawasan Minapolitan Rajacanjong (Pante Raja-Lancang Paru-Njong)
5. Kawasan Agrowisata
Agrowisata atau wisataagro adalah kegiatan wisata yang berlokasi atau berada di
kawasan pertanian secara umum. Pengembangan agrowisata pada konsep umum
dapat ditempuh melalui diversifikasi dan peningkatan kualitas. Objek wisataagro tidak
hanya terbatas kepada objek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki
oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi
objek wisata yang menarik. Kawasan Agrowisata di Kabupaten Pidie Jaya memiliki
potensi buah-buahan yang kemudian dapat diolah sehingga bisa menghasilkan nilai
tambah dari komoditas yang diunggulkan. Kawsan Agrowisata di Kabupaten Pidie Jaya
meliputi:
Kawasan Agrowisata Cariheu Gajah (Blang Cari Blang Rheue Lhok Gajah)
Kawasan Agrowisata Cariheu Gajah diarahkan pada pengembangan komoditas Durian,
Manggis, Rambutan, dan Nangka. Kawasan Agrowisata Cariheu Gajah terletak di
Gampong Blang Cari, Blang Rheue, Lhok Gajah, Kecamatan Ulim.
KS Agrowisata Paru
Kawasan Growisata Paru diarahkan pada pengembangan Buah Duku dan Rambutan.
Kawasan Agrowisata Paru terletak di Paru Keude.

18

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

6. Kawasan Gampong Terpadu


Gampong binaan untuk pengembangan ekonomi kerakyatan. Gampong terpadu
diarahkan menjadi kawasan mandiri energi, mandiri pangan dan mandiri generasi.
Kawasan Gampong terpadu direncanakan di Kemukiman Nanggroe, Kecamatan Ulim.
7. Kawasan Historis Blang Raweue
Kawasan wisata sejarah yang dahulu adalah kawasan militer Kerajaan Aceh. Lokasi
Kawasan Historis Blang Raweue berada di Kecamatan Meurah Dua, dimana masuk
kedalam Kawasan Strategis Provinsi Ulu Masen.
8. Kawasan Strategis Pariwisata
Kabupaten Pidie Jaya memiliki potensi wisata pesisir

pantai di Kecamatan

Trienggadeng. Posisi Kecamatan Trienggadeng di sepanjang pesisir pantai timur


memiliki akses yang mudah karena dilewati jalan utama arteri primer Banda Aceh
Medan. Pemandangan pantai yang indah dan area pantai berpasir yang luas menjadi
kelebihan pantai di Kecamatan Trienggadeng. Pengembangan prasarana penunjang
wisata di kawasan pantai tersebut menjadikan perkotaan Trienggadeng dan sekitarnya
menjadi PKLp. Diharapkan kawasan ini dapat menjadi kawasan yang tumbuh cepat
yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pidie Jaya.

2.1.8

Wilayah Rawan Bencana di Kabupaten Pidie Jaya

1. Gempa Bumi
Wilayah Propinsi Aceh merupakan salah satu dari 25 Wilayah Rawan Gempabumi
Indonesia dapat dilihat pada dibawah ini.

19

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Gambar 3.2
Peta Sesar Aktif dan Sebaran Pusat Gempabumi Merusak di Indonesia

Seluruh wilayah Kabupaten Pidie Jaya yang terdiri dari 8 kecamatan, 222 desa dan 34
Kemukiman merupakan daerah potensi rawan bencana gempa bumi karena Kepulauan
Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, Eurasia,
dan Pasifik.
Lempeng Eurasia dan Australia bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas
pantai selatan pulau Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke
arah utara ke perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi
tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng itu terjadi di
sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau sekitar pertemuan 3 lempeng itu
sering terjadi gempabumi.
2. Tsunami/ Gelombang Pasang
Wilayah Propinsi Aceh merupakan salah satu dari 21 wilayah rawan bencana tsunami di
Indonesia dapat dilihat 3.3.

20

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Gambar 3.3
Wilayah Rawan Bencana Tsunami di Indonesia

Daerah/wilayah Kabupaten Pidie Jaya yang berada di pesisir pantai merupakan


daerah/ wilayah potensi rawan bencana tsunami/ gelombang pasang dapat dirinci sebagai
berikut:
1.

Kecamatan Bandar Baru meliputi Desa : Cut Njong, Mns.Baro, Sawang, dan Lancang
Paru

2.

Kecamatan Penteraja meliputi Desa : Keude Pante Raja, Reudeup, Peurade dan TU.

3.

Kecamatan Trienggadeng meliputi Desa : Mns. Keude, Meue dan Cot Lheue Rheng.

4.

Kecamatan Meureudu meliputi Desa : Meuraksa dan Mns. Balek

5.

Kecamatan Meurah Dua meliputi Desa : Mns Jurong, Lueng Bimbe

6.

Kecamatan Ulim meliputi Desa : Tijien Husen, Gelanggang dan Buangan

7.

Kecamatan Jangka Buya meliputi Desa : Gampong Cot


Bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2004 menyebabkan banyaknya penduduk

yang kehilangan tempat tinggal dan trauma untuk kembali ke tempat tinggal asalnya.
akibatnya terjadi pengungsian yang jumlahnya mencapai 59.058 orang tersebar di sekitar 55
titik, baik yang merupakan penduduk Kabupaten Pidie Jaya maupun penduduk yang
mengungsi ke Kabupaten Pidie. Jumlah korban dan pengungsi wilayah Kabupaten Pidie
Jaya pasca tsunami sebagaimana tabel 3.5 berikut ini:

21

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Tabel 3.5
Jumlah Korban Jiwa dan Pengungsi Pasca Tsunami di Kabupaten Pidie Jaya

No

Korban (jiwa)
Kecamatan

Meninggal

Hilang

Luka-

Pengungsi

Luka

(jiwa)

Bandar Baru

15

1.080

Pante Raja

191

3.022

Trienggadeng

310

35

1.668

Meureudu

11

110

Meurah Dua

175

Ulim

577

Jangka Buya

25

27

1.534

Bandar Dua

561

62

8.166

Jumlah

Sumber: Dinas Sosia Kab. Pidie Tahun 2006

3. Banjir dan Erosi


Potensi Banjir dipicu oleh keadaan luapan debit air delapan ruas sungai besar yang
bermuara di sepanjang garis pantai Pidie Jaya. Kedelapan sungai itu adalah Sungai Lueng
Putu, Sungai Cubo, Sungai Trienggadeng, Sungai Beuracan-Pangwa, Sungai Meureudu,
sungai Ulim, sungai Jeulanga, dan Sungai Kiran (untuk selanjutnya dalam kearifan lokal
Pidie Jaya yang umumnya bersuku Aceh nama sungai dibahasakan sebagai Krueng).
Gambar 3.4
Peta delapan ruas sungai yang melintasi Pemukiman Penduduk di Pidie Jaya, yang bermuara di
sepanjang garis pantai Pidie Jaya

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

22

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Krueng Lueng Putu, adalah sungai yang memilik hulu di daerah kabupaten tetangga
Pidie, yang lintasan ruas sungainya sejajar/ di tepi jalan negara yang membelah ibukota
Kecamatan Bandar Baru, Lueng Putu, ruasan sungai dilanjutkan pada desa Blang Glong dan
berakhir di muara yang umumnya daerah tambak ikan di desa Udeng dan Baroh Lancok.
Berdasarkan Rekam Jejak Bencana pada September-Desember 2008, November 2009,
November 2010, dan Desember 2011 yang berlanjut pada Januari 2013, luapan air sungai
ini telah menyebabkan genangan setinggi 0 sd 40 cm di desa Blang Glong, Ara, Udeung,
dan memberikan dampak erosi pengikisan yang cukup parah sepanjang jalan negara yang
menghancurkan pengaman tebing sungai di beberapa titik Kota Lueng Putu pada tahun
2010 dan 2011.
Penanganan secara alamiah dengan penanaman kembali rumpun bambu dan
pembangunan tebing pengaman dinding sungai

telah dilakukan pada tahun 2009, dan

dilanjutkan kembali dengan rekonstruksi ulang dinding pengaman tebing sungai pada tahun
2012.

Gambar 3.5
Sungai Lueng Putu yang melintasi pemukiman penduduk di Kecamatan Bandar Baru dan bermuara di
garis pantai Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Krueng Cubo, adalah sungai yang memiliki hulu di daerah pegunungan selatan
Kabupaten Pidie dan Pidie jaya. Sungai ini pada ruasan terakhirnya merupakan gabungan
dua sungai besar yaitu Krueng Inong dan Krueng Agam, yang ruasan sungai melintasi

23

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

pemukiman penduduk di dua kecamatan, yaitu mengairi ruas sungai di pemukiman


Kecamatan Bandar Baru, dan Kecamatan Panteraja. Muara sungai ini berada di garis pantai
Kecamatan Panteraja.
Pada Bagian hulu sungai, erosi yang diakibatkan aliran sungai Cubo mengakibatkan
ancaman pada fasilitas Irigasi, pengikisan tebing di komplek perumahan/fasilitas militer yang
dimiliki kompi C Senapan Bhirawa Yudha, yang terjadi pada musim penghujan tahun 2009,
2010, dan 2011. Pada bagian ruas di sekitar desa Blang Sukon dan Kayee Jatoe, juga
terjadi erosi sungai yang luar biasa karena dipicu galian C yang eksplorasinya telah
dihentikan pada tahun 2011. Desa Sarah Panyang, Blang Sukon, Kayee jatoe adalah desadesa yang mengalami pengikisan tebing sungai terparah selama tiga tahun terakhir (2009 sd
2011) yang mengancam keberadaan perkebunan penduduk, terutama Kakao. Aliran sungai
ini juga membawa dampak erosi pada pondasi jembatan rangka Baja yang terdapat di dua
titik yaitu titik Blang Krueng dan titik Kaye Jatoe.
Gambar 3.6
Sungai Cubo Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Bandar Baru dan Kecamatan Panteraja
dan Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Panteraja
Kabupaten Pidie Jaya.

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Pada daerah kecamatan Panteraja, sungai cubo melalui beberapa desa mulai dari
desa Lhok Puuk sampai ke muara sungai di Keude Panteraja. Berdasarkan rekam jejak
bencana tahun 2008 sampai dengan 2011, beberapa desa seperti Desa Mesjid, Muka Blang,
Meunasah Teungoh, dan Hagu, pada musim penghujan sering terjadi genangan setinggi 50

24

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

cm pada badan jalan,Lapangan Bola Desa Mesjid dan pemukiman penduduk. Sementara
erosi tebing sungai Cubo di desa Lhok Puuk telah mengancam fasilitas olahraga masyarakat
berupa Lapangan Sepakbola Lhok Puuk. Khusus untuk desa Lhok Puuk, erosi diperparah
dengan adanya pengambilan rumpun bambu yang berfungsi menyangga keutuhan tebing
sungai.
Sungai Ketiga yang bermuara di garis pantai Pidie Jaya adalah Krueng
Trienggadeng. Sungai ini terbentuk seperti alur kecil yang sumber mata airnya adalah
embung (daerah tangkapan air) di daerah Tampui dan Panton Raya. Panjang ruas sungai ini
relatif pendek (sekitara 4500 meter), namun erosi yang ditimbulkan telah mengakibatkan
kerusakan badan jalan kabupaten dan tebing pengaman jalan kabupaten di beberapa desa
dalam kecamatan Trienggadeng, seperti Desa Meunasah Sagoe, Mee Peuduk dan Keude
Trienggadeng.
Gambar 3.7
Sungai trienggadeng, yang melintasi pemukiman penduduk di Kecamatan Trienggadeng dan bermuara di
garis pantai Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya.

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Sungai Keempat adalah sungai Beuracan Pangwa, sungai ini berasal dari
pegunungan selatan Pidie Jaya dan menjadi tapal batas antara Kecamatan Trienggadeng
dan Kecamatan Meureudu.

25

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Gambar 3.8
Sungai Beuracan Pangwa Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Trienggadeng dan
Meureudu dan Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Trienggadeng dan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Gerusan erosi yang diakibatkan aliran sungai Beuracan Pangwa in mengancam beberapa
fasilitas mulai dari Bangunan Irigasi Alue Demam, Jembatan Gantung di Desa Lampoh Lada
dan Buloh, Jembatan Beton di Jalan Negara di perbatasan Beuracan Pangwa. Aliran sungai
juga mengancam kebun, pemukiman dan sawah penduduk di dua Kecamatan. Di
Kecamatan Trienggadeng Desa Buloh, Meucat Panwa, Deah Pangwa, dan di Kecamatan
Meureudu seperti Desa Rumpun, Grong-grong Krueng, Rambong, Kuta Trieng,

Teupin

Peuraho,sampai dengan Rhing Krueng. Muara sungai ini bersisian dengan tiga desa yaitu
desa Rhing Krueng, Meuraksa, dan Rhing Blang di Kecamatan Meureudu.
Sungai Kelima yang melintasi Pidie Jaya adalah Sungai Meureudu. Krueng Meureudu
adalah sungai yang termasuk dalam empat sungai beraliran deras dibagian timur Kabupaten
Pidie Jaya. Empat sungai di bagian Barat, seperti Putu, Cubo, Trienggadeng, dan Beuracan,
memiliki ferhang (kemiringan aliran) yang lebih rendah dibanding dengan keempat sungai di
Bagian Timur Pidie Jaya. Pada 19 Desember 2009, pukul 21.00 WIB, keempat sungai di
bagian Timur Pidie Jaya ini pernah mengakibatkan bencana banjir besar yang menggenangi
40 (empat puluh) desa, yang meliputi desa dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Meureudu,
Meurah Dua, Ulim, Bandar Dua, dan Jangka Buya.

26

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Gambar 3.9
Sungai Meureudu Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Meureudu dan Meurah Dua dan
Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Meureudu dan Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya.

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Gambar 3.10
Sungai Ulim dan Bandar Dua Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Ulim dan Bandar Dua
Serta Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Ulim dan Bandar Dua
Kabupaten Pidie Jaya.

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

27

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Krueng Jeulanga adalah Sungai yang memiliki hulu di daerahselatan pegunungan


Pidie Jaya yang memiliki alur akhir bergabung dengan ruas sungai Ulim, pertemuan ruas
sungai Jeulanga dan Ulim ini berimpitan di desa Babah Krueng, untuk jelasnya dapat dilihat
pada gambar 3.11.
Gambar 3.11
Sungai Jeulanga Yang Menjadi Ruas Anakan Dari Sungai Ulim Yang Melintasi Pemukiman
Penduduk di Kecamatan Bandar Dua dan Ruas Akhirnya Bergabung Dengan Ruas Krueng Ulim
di Desa Babah Krueng Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya.

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Krueng Kiran adalah sungai yang memiliki ruas hulu di pegunungan selatan kecamatan
Bandar Dua dan bermuara ke garis pantai Kecamatan Jangka Buya, untuk ebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 3.12.
Gambar 3.12
Sungai Kiran Yang Memiliki Ruas Hulu di Pegunungan Selatan Kecamatan Bandar Dua dan Bermuara ke
Garis Pantai Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya.

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

28

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

4. Letusan Gunung Berapi

Walaupun Pidie Jaya tidak memiliki gunung berapi yang aktif, namun dengan adanya
Gunung Peut Sagoe yang berada 1 km dari perbatasan Kecamatan Meurah Dua (Pidie
Jaya) dengan Kecamatan Geumpang (Pidie), telah memberikan ancaman potensi banjir
lahar dan debu panas.
Letusan gunung api ini dapat mengeluarkan/ menimbulkan:
a.

Awan Panas

Campuran gas dan batuan vulkanik dalam berbagai ukuran, bergerak menuruni lereng
gunung dengan kecepatan yang sangat tinggi. Aliran awan panas sangat ditakuti karena
biasanya bila melanda daerah pemukiman, maka tidak ada kesempatan untuk menghindar
dan atau menyelamatkan diri.
b.

Aliran Lava

Lelehan batu pijar yang meluncur turun menelusuri lereng gunungapi. Aliran lava ini
biasanya bergerak lambat sehingga kita dapat dengan mudah menyelamatkan diri. Namun
disisi lain lelehan ini dapat mengakibatkan kerusakan serius bila bangunan yang dilandanya
disepanjang perjalanan.
c.

Lontaran Batu (bombs)

Pecahan batuan vulkanik yang terlempar ketika terjadi letusan. Batuan dengan garis tengah
20 cm atau lebih dapat saja terlempar sejauh beberapa kilometer dari pusat letusan. Batuan
kecil bahkan akan mencapai jarak lebih jauh lagi.
d.

Abu Vulkanik

Akan menyembur setiap kali terjadi letusan gunungapi. Akibat-akibat yang ditimbulkan Abu
Vulkanik: a). Udara tercemar yang bercampur abu dapat menyebabkan sakit pada saluran
pernapasan, b). Air minum ikut tercemar dan tidak dapat diminum untuk selang beberapa
waktu, c). Jalan raya tertutup abu dan mengganggu lalulintas, d). Membahayakan
penerbangan karena dapat merusak sistem mesin pesawat terbang, e). Runtuhnya atap
rumah apabila abu menumpuk dengan ketebalan beberapa centimeter.
e.

Lahar

Aliran masa berupa campuran air dan material lepas dalam berbagai ukuran yang berasal
dari letusan gunungapi. Banjir lumpur akan terjadi sangat cepat dan berkekuatan besar jika
lerengnya semakin terjal, meluncur turun ke lembah-lembah dan aliran anak sungai
sehingga mengancam pemukiman penduduk dan sarana umum.
f.

Longsor

Terjadi di daerah sekitar kawah selama berlangsungnya letusan, biasanya mengancam


daerah yang paling dekat dengan pusat letusan.
Tercatat pada tahun 1974 Gunung Berapi Peut Sagoe yang berada pada Kabupaten
tetangga Pidie Jaya (Kabupaten Pidie) pernah meletus dan mengirimkan lahar sampai

29

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

memasuki kawasan Pidie Jaya sejauh 35 Km, mengakibatkan banyaknya endapan lahar
yang menggenangi lembah Blang Raweu, sehingga menimbulkan endapan komposit mineral
andesit yang cukup banyak. Sementara debu dan awan panas yang ditimbulkan
menyebabkan gangguan kenyamanan pada penduduk yang berada di beberapa desa
seperti Sarah Mane, Lhok Sandeng di Kecamatan Meurah Dua, dan Lhok Gajah di
Kecamatan Ulim.
5.

Tanah Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Gejala Umum Terjadi:
Muncul retakan yang memanjang atau melengkung pada permukaan tanah atau
pada konstruksi bangunan.
Terjadi penggelumbungan pada lereng atau tembok penahan.
Secara tiba-tiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka menandakan adanya
perubahan permukaan bangunan yang terdorong oleh masa tanah yang mulai
bergerak.
Tiba-tiba muncul rembesan air atau mata air pada lereng bukit.
Apabila sebelumnya sudah ada rembesan air atau mata air di lereng, air tersebut
berubah menjadi keruh bercampur Lumpur.
Pohon-pohon atau tiang pancang (listrik dan lainnya) miring searah dengan
kemiringan lereng.
Terdengar suara gemuruh atau ledakan dari atas suatu bukit.
Terjadi runtuhan atau aliran butir tanah/ kerikil secara mendadak dari atas bukit.
Daerah berpotensi hampir diseluruh Kecamatan Kabupeten Pidie Jaya, terutama pada desa
yang beradadi daerah perbukitan dan pegunungan.
6.

Kekeringan / Kemarau

Pada musim kemarau yang melanda pidie Jaya sejak bulan maret sampai dengan Juli,
BPBD Pidie Jaya melakukan pendataan titik desa yang dilanda kemarau pada delapan
kecamatan. Dampak kemarau dirasakan cukup beragam, mulai dari mengeringnya sumur
penduduk, kematian ternak, sampai dengan kegagalan panen. Berikut gambar desa-desa di
tiap Kecamatan Kabupaten Pidie Jaya yang mengalami bencana kekeringan/kemarau.

30

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Gambar 3.13
Desa-Desa di Kecamatan Bandar Baru yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Gambar 3.14
Desa-Desa di Kecamatan Panteraja yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

31

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Gambar 3.15
Desa-Desa di Kecamatan Trienggadeng yang Mengalami Musim
kekeringan/Kemarau

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya


Gambar 3.16
Desa-Desa di Kecamatan Meureudu yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

32

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Gambar 3.17
Desa-Desa di Kecamatan Meurah Dua yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Gambar 3.18
Desa-Desa di Kecamatan Ulim yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

33

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Gambar 3.19
Desa-Desa di Kecamatan Jangka Buya yang
Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

Gambar 3.20
Desa-Desa di Kecamatan Bandar Dua yang Mengalami Musim kekeringan/Kemarau

Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya

34

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

7.

Angin Kencang/Puting Beliung

Kondisi kebencanaan angin puting beliung dipicu oleh kondisi pertemuan kondisi udara
kering di pesisir lautan utara Pidie Jaya dengan kondisi kelembaban udara di daerah
pegunungan bagian selatan. Catatan menunjukkan angin puting beliung tercatat pernah
melanda daerah Ujong Leubat, Paru di Kecamatan Bandar Baru, kemudian daerah
Peulandok Tengoh Kecamatan Trienggadeng. Kemudian daerah Jangka Buya, di Keudai
Jangka Buya dan Jurong tengoh.
8.

Kebakaran
Pidie Jaya sebagai kabupaten pemekaran yang PDRBnya 68% tergantung dari

Sektor Pertanian, umumnya memiliki pemukiman penduduk yang terbuat dari bahan
bangunan yang mudah terbakar. Kota-kota di Kecamatan yang menjadi pasar lokal bagi
penduduk sekitar juga memiliki bangunan pertokoan yang berbahan kayu (semi permanen).
Kebakaran besar yang terjadi dalam PB di Pidie Jaya adalah pada tanggal 8 Agusutus 2012
yang menghanguskan 21 rumah penduduk di Kecamatan Panteraja
9.

Abrasi
Pengembangan budidaya di sepanjang pantai Kabupaten Pidie Jaya, kurang

memperhatikan wilayah sempadan pantai, dan penebangan hutan bakau secara liar. Kondisi
ini akan menyebabkan pengikisan pantai yang dapat merusak keseimbangan lingkungan.
Abrasi pantai terutama terjadi pada wilayah sempadan pantai yang telah terpakai untuk
kegiatan budidaya (pertambakan, industri pembuatan garam, industri arang kayu). Selain
terjadi abrasi, sebagian wilayah di pantai Kabupaten Pidie Jaya telah terkena air laut (intrusi
air laut) terutama di kecamatan Meureudu, Trienggadeng, Panteraja serta wilayah-wilayah
yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Pengaruh air laut ini telah merambah ke
arah tengah, yang salah satunya di akibatkan terjadinya perambahan hutan bakau.
2.1.9

Demografi
Potensi demografi adalah kondisi penduduk yang meliputi jumlah, kualitas,

administrasi dan karakteristik pembangunan penduduk dalam suatu daerah. Pembangunan


bidang kependudukan merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan
berkelanjutan. Karakteristik pembangunan dilakukan dengan pengendalian pertumbuhan
penduduk, keluarga berencana dan dengan cara pengembangan kualitas penduduk melalui
keluarga sejahtera dan mandiri.
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Pidie Jaya sempat menurun pada tahun
2005 dikarenakan musibah gempa bumi dan tsunami. Setelah tahun 2005, laju pertumbuhan

35

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

penduduk meningkat secara signifikan. Jumlah penduduk, laju pertumbuhan dan kepadatan
penduduk Kabupaten Pidie Jaya bisa dilihat melalui tabel di bawah ini.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya per Kecamatan
Dari Tahun 2004 s/d 2009
Jumlah Penduduk (jiwa)
No

Kecamatan

2004

2005

2006

2007

2008

30.801

30.043

29.313

42.176

8.093

7.864

7.133

8.106

8.279

8.006

1.

Bandar Baru

2.

Pante Raja

3.

Trienggadeng

22.497

20.532

18.955

18.523

21.490

22.230

4.

Meureudu

18.565

19.075

17.508

18.580

19.961

21.893

5.

Meurah Dua

9.597

9.557

9.776

9.670

10.331

11.249

6.

Ulim

11.795

12.411

12.375

11.671

14.885

14.733

7.

Jangka Buya

7.625

7.663

8.415

7.362

9.374

9.396

8.

Bandar Dua

20.742

22.521

22.496

23.691

24.437

25.147

Jumlah

129.715

129.636

129.953

139.779

141.949

146.964

Sumber:

33.192

2009
34.310

- Pidie Jaya dalam Angka, 2010


- Dinas Kependudukan Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Pidie Jaya

Tabel 2.4
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya per Kecamatan
Dari Tahun 2005 s/d 2009
Laju Pertumbuhan (%)
No
Kecamatan
2005

2006

2007

2008

2009

Bandar Baru

(2.46)

(2.43)

43.88

(21.30)

3.37

Pante Raja

(2.83)

(9.30)

13.64

2.13

(3.30)

Trienggadeng

(8.73)

(7.68)

(2.28)

16.02

3.44

Meureudu

2.75

(8.21)

6.12

7.43

9.68

Meurah Dua

(0.42)

2.29

(1.08)

6.84

8.89

Ulim

5.22

(0.29)

(5.69)

27.54

(1.02)

Jangka Buya

0.50

9.81

(12.51)

27.33

0.23

Bandar Dua

8.58

(0.11)

5.31

3.15

2.91

(0.04)

(2.85)

10.96

1.55

3.53

Laju Pertumbuhan
Penduduk Kabupaten
Sumber:

- Pidie Jaya dalam Angka, 2010


- Dinas Kependudukan Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Pidie Jaya

Tabel 2.1 memperlihatkan jumlah penduduk terbesar di kecamatan Bandar Baru yaitu
34.310 jiwa, sedangkan kecamatan Pante Raja memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu
dengan jumlah penduduk 8.006 jiwa. Berdasarkan Tabel 2.2, pada tahun 2005 terjadi

36

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

penurunan jumlah penduduk, ini merupakan dampak dari bencana gempa bumi dan tsunami
yang terjadi pada 26 Desember 2004. Jumlah penduduk pada tahun 2007 meningkat
10.96% dari 129.953 menjadi 139.779, hal ini berkaitan dengan lahirnya Kabupaten Pidie
Jaya dari pemekaran Kabupaten Pidie yang mengundang banyak pendatang baru dan
investor luar untuk ambil bagian dalam kegiatan pembangunan ekonomi, sosial budaya,
pendidikan, kesehatan perdagangan, jasa dan kegiatan disektor lainnya.
Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya tahun 2009 sebesar 126.38 jiwa/km2
yang menggambarkan bahwa Kabupaten Pidie Jaya masih belum padat. Sedangkan
prosentase jumlah jiwa/KK adalah 3.69%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.5
berikut ini :

Tabel 2.5
Kepadatan Penduduk dan Prosentase Jumlah Jiwa/KK
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009

No

Kecamatan

Luas

Jumlah

Kepadatan

Wilayah

Penduduk

Penduduk

(Jiwa)

(Jiwa/Km )

(Km )
1

Bandar Baru

Pante Raja

Jumlah
Kepala

Prosentase

Keluarga

Jiwa/KK

(KK)

281.24

34,310

122.00

9,183

3.74

40.04

8,006

199.95

2,144

3.73

Trienggadeng

128.00

22,230

173.67

6,415

3.47

Meureudu

156.74

21,893

139.68

6,115

3.58

Meurah Dua

292.20

11,249

38.50

3,073

3.66

Ulim

60.73

14,733

242.60

3,719

3.96

Jangka Buya

29.64

9,396

317.00

2,444

3.84

Bandar Dua

174.26

25,147

144.31

6,751

3.72

1,162.85

146,964

126.38

39,844

3.69

Jumlah
Sumber:

- Pidie Jaya dalam Angka, 2010


- Dinas Kependudukan Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Pidie Jaya

Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Jangka Buya, ini disebabkan


karena luas wilayah yang tidak terlalu besar, sedangkan kepadatan penduduk terendah di
Kecamatan Meurah Dua karena luas wilayahnya merupakan terbesar dari 7 kecamatan
lainnya. Untuk kecamatan Meureudu yang merupakan ibu kota Kabupaten Pidie Jaya
mempunyai kepadatan penduduk 139,68 jiwa/km2.

37

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

2.2

Pelaksanaan Syariat Islam


Syariat Islam merupakan urusan pilihan Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya

yang berfungsi sebagai pelayanan umum dan mengacu pada Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh pasal 125 dan pasal 127(...........). Oleh karenanya,
Kabupaten Pidie Jaya sebagai salah satu kabupaten di Aceh telah memenuhi tuntutan
undang-undang dimaksud, artinya dengan terbentuknya Dinas Syariat Islam sebagai salah
satu dinas yang berdiri sendiri.
Hal ini semakin memberi ruang gerak kepada aparatur Dinas Syariat Islam untuk
melakukan berbagai kebijakan dalam penerapan Syariat Islam secara optimal (kaffah). Di
Kabupaten Pidie Jaya, seratus pensen penduduknya memeluk agama Islam. Hal ini
pelaksanaan Syariat Islam bukan sebatas pelaksanaan hukum cambuk bagi yang
melanggarnya, akan tetapi pelaksanaannya lebih ditekankan bagaimana warga masyarakat
dapat merasakan manfaatnya dengan berlakunya syariat Islam tersebut. Sebagai indikator
untuk memenuhi pencapaian target tentang fasilitas keagamaan mulai tahun 2009 tempat
peribadatan berupa masjid terdapat 68 unit, meunasah/mushala berjumlah 330 unit, dan
balai pengajian 309 unit yang tersebar di 8 kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya.

Tabel 2.6
Jumlah Tempat Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009
No

Kecamatan

Mesjid

Meunasah

Balai pengajian

Bandar Baru

16

55

71

Panteraja

18

23

Trienggadeng

52

22

Meureudu

10

51

26

Meurah Dua

23

28

Ulim

33

25

Jangka Buya

20

22

Bandar Dua

13

78

49

Jumlah

68

330

309

Sumber : Dinas Syariat Islam Kab.Pidie Jaya

Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam hal ini Dinas Syariat Islam harus
memperbanyak kerjasama dengan para ulama dan tokoh masyarakat serta para intelektual
lainnya agar tidak terjadi pemurtadan, pendangkalan akidah agama yaitu dengan cara
melaksanakan

program dan kegiatan yang berkaitan langsung dengan peningkatan

pemahaman dan pengetahuan agama Islam masyarakat secara menyeluruh.

38

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Harapan yang diinginkan tentang kondisi Syariat Islam untuk 20 tahun ke depan
adalah bahwa Kabupaten Pidie Jaya harus menjadi contoh bagi daerah lainnya dalam hal
pelaksanaan syariat Islam dan setiap penduduk Kabupaten Pidie Jaya harus berbudaya
Islami yang dilandasi dengan amar makruf nahi munkar.
Pelaksanaan Syariat Islam kedepan juga ditandai dengan berfungsinya berbagai
lembaga adat dan Dayah sebagai penggerak pelaksanaan Syariat Islam, terbentuknya
Badan Baitul Mal dan Bazis secara profesional, berkembangnya perekonomian syariah di
kabupaten Pidie Jaya serta terbentuknya Qanun Syariat Islam yang diikuti dengan publikasi
dan sosialisasi secara terus menerus serta terkoordinir sampai ketingkat bawah (gampong)
disertai dengan penerapan sanksi, hukuman yang adil dan tidak diskriminatif.

2.3

Kesejahteraan Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan difokuskan

pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapai hasil maksimal perlu percepatan
pertumbuhan

sektor-sektor

pendukung

perekonomian

seperti

sektor

pertanian,

pertambangan dan energi, industri pengolahan, konstruksi/bangunan perdagangan,


transportasi dan jasa-jasa.
2.3.1

Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

2.3.1.1 Pertumbuhan PDRB


Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dicerminkan dari beberapa
indikator makro. Salah satu indikator makro yang sering dipakai untuk melihat keberhasilan
pembangunan adalah PDRB. Periode tahun 2006 hingga tahun 2009, struktur ekonomi
Kabupaten Pidie Jaya relatif tidak mengalami perubahan. Dua sektor utama yang
mendorong pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pidie Jaya adalah sektor pertanian dan
sektor jasa-jasa. Sektor pertanian sangat dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten
Pidie Jaya dengan kontribusi cukup besar yaitu 62,59 persen tetapi cenderung mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Perkembangan PDRB Kabupaten Pidie Jaya disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 2.7
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009
Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Pidie Jaya
2006
No

Sektor

Rp.
(jutaan)

Pertanian

Pertambangan dan

2007
%

Rp.
(jutaan)

2008
%

Rp.
(jutaan)

2009
%

Rp.
(jutaan)

332,663.31

62.59

339,131.07

60.73

345,085.61

58.68

352,373.59

56.26

3,547.28

0.67

3,764.57

0.67

3,999.69

0.68

4,263.49

0.68

39

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

penggalian
3
4
5
6

8
9

Industri pengolahan

23,953.39

4.51

24,607.57

4.41

24,824.27

4.22

25,223.34

4.03

1,181.39

0.22

1,838.94

0.33

2,278.42

0.39

2,728.61

0.44

15,208.82

2.86

17,973.73

3.22

19,863.47

3.38

22,991.63

3.67

38,924.10

7.32

49,428.60

8.85

60,159.52

10.23

70,836.55

11.31

18,937.20

3.56

19,380.66

3.47

20,697.29

3.52

22,880.28

3.65

6,253.41

1.18

6,616.67

1.18

6,960.73

1.18

7,366.05

1.18

Jasa - jasa

90,814.86

17.09

95,638.28

17.13

104,203.46

17.72

117,692.08

18.79

PDRB

531,483.76

100

558,380.09

100

588,072.46

100

626,355.62

100

Listrik, Gas dan Air


Bersih
Konstruksi/Bangunan
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Real Estate
dan Jasa Perusahaan

Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2006 - 2009

Pada tahun 2006 sektor pertanian memberikan konstribusi sebesar 62,59 persen
terhadap total PDRB berdasarkan harga konstan. Kemudian secara bertahap terus menurun
setiap tahunnya yaitu menjadi sebesar 60,73 persen pada tahun 2007 dan sebesar 58,68
persen di tahun 2008. Dan akhirnya pada tahun 2009 mencapai 56,26 persen. Tingginya
peranan sektor pertanian sangat ditentukan oleh subsektor tanaman bahan makanan dan
subsektor peternakan. Pada tahun 2009 sumbangan subsektor tanaman bahan makanan
mencapai 26,54 persen diikuti subsektor peternakan dengan sumbangan 20,47 persen.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas ekonomi di Kabupaten
Pidie Jaya dimotori oleh kegiatan di sektor pertanian. Hal ini juga berarti sebagian besar
penduduk Kabupaten Pidie Jaya menggantungkan nafkah kehidupannya pada hasil kegiatan
pertanian seperti bertani padi, palawija, buah-buahan, beternak, berkebun, budidaya ikan,
menangkap ikan di laut dan mengambil hasil hutan. Hal ini sesuai dengan keadaan geografis
dari Kabupaten Pidie Jaya yang terletak di dataran rendah dan pesisir laut.
Tabel 2.8
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009
Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya
2006
No

Sektor

Rp.
(jutaan)

Pertanian

2007
%

521,928.17

65.12

5,798.85

0.72

34,670.72

4.33

Pertambangan dan
penggalian
Industri pengolahan

Rp.
(jutaan)

2008
%

Rp.
(jutaan)

2009
%

Rp. (jutaan)

574,365.13

64.46

630,628.34

63.78

687,782.86

62.05

6,578.25

0.74

7,047.31

0.71

7,370.88

0.66

37,450.38

4.20

39,541.91

4.00

41,860.71

3.78

40

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Listrik, Gas dan Air


Bersih
Konstruksi/Bangunan

1,802.46

0.22

26,899.29

3.36

60,204.83

7.51

2,641.60

0.30

3,564.26

0.36

4,570.28

0.41

34,784.08

3.90

42,096.07

4.26

54,054.36

4.88

71,388.42

8.01

83,967.28

8.49

100,209.44

9.04

35,355.12

3.97

43,241.63

4.37

51,955.45

4.69

13,659.75

1.53

15,175.65

1.53

18,239.15

1.65

114,814.46

12.89

123,514.31

12.49

142,462.56

12.85

891,037.19

100.00

988,776.76

100.00

1,108,505.69

100.00

Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi

3.91

31,359.33

Keuangan, Real
8

Estate dan Jasa


Perusahaan

Jasa - jasa

PDRB

12,317.36

1.54

106,457.89

13.28

801,438.90

100.00

Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2006 2009

PDRB berdasarkan harga berlaku, Pada tahun 2006 sektor pertanian memberikan
konstribusi sebesar 65,12 persen. Kemudian secara bertahap terus menurun menjadi
sebesar 64,46 persen pada tahun 2007 dan sebesar 63,78 persen di tahun 2008, dan 62,05
persen pada tahun 2009.
Perkembangan kontribusi sektor dalam PDRB tahun 2006 sampai dengan 2009
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.9
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009
Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Pidie Jaya
2007
No

Sektor

2008

2009

Hb

Hk

Hb

Hk

Hb

Hk

-0.66

-1.86

-0.68

-2.05

-1.73

-2.42

0.01

0.01

-0.03

0.01

-0.05

0.00

-0.12

-0.10

-0.20

-0.19

-0.22

-0.19

Listrik, Gas dan Air Bersih

0.07

0.11

0.06

0.06

0.05

0.05

Konstruksi/Bangunan

0.55

0.36

0.35

0.16

0.62

0.29

Perdagangan, Hotel dan Restoran

0.50

1.53

0.48

1.38

0.55

1.08

Pengangkutan dan Komunikasi

0.05

-0.09

0.41

0.05

0.31

0.13

0.00

0.01

0.00

0.00

0.11

-0.01

-0.40

0.04

-0.39

0.59

0.36

1.07

Pertanian

Pertambangan dan penggalian

Industri pengolahan

8
9

Keuangan, Real Estate dan Jasa


Perusahaan
Jasa - jasa

Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2006 2009

41

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Konstribusi sektor pertanian terjadi penurunan, PDRB atas dasar harga berlaku tahun
2007 sampai 2009 terjadi penurunan berturut-turut sebesar 0,66 persen, 0,68 persen dan
1,73 persen. Penurunan signifikan terjadi dari tahun 2007 sampai dengan 2009 berturut-turut
adalah 1,86 persen, 2,05 persen dan 2,42 persen. Penurunan di sektor pertanian ini bukan
berarti terjadi penurunan produksi yang besar tetapi disebabkan karena sektor-sektor lainnya
mulai bergerak mendukung nilai PDRB.

2.3.1.2 Tingkat Inflasi


Tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh
besaran pendapatan yang diperoleh dari aktivitas yang mereka lakukan. Salah satu faktor
yang juga sangat menentukan kualitas kesejahteraan mereka adalah seberapa besar tingkat
kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok yang harus dibeli setiap harinya. Semakin
tinggi fluktuasi kenaikan harga-harga barang sembako, misalnya, akan mengakibatkan
kualitas kesejahteraan hidup menjadi menurun, khususnya bagi mereka yang tergolong
kedalam kelompok berpendapatan tetap seperti PNS, atau yang berpendapatan tidak pasti
seperti buruh, pekerja lepas/harian, tukang becak, supir angkutan dan lain-lain. Oleh
karenanya tingkat inflasi juga menjadi salah satu ukuran dalam menilai kinerja ekonomi
makro, baik secara nasional maupun daerah (regional).
Inflasi adalah tingkat kenaikan harga-harga yang terjadi secara umum pada suatu
tahun tertentu. Besaran inflasi yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya dapat dicermati dari
angka inflasi yang terjadi di Banda Aceh, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh dan Nasional.
Tabel 2.10
Tingkat Inflasi di Banda Aceh, Kota Lhokseumawe, Propinsi Aceh
Dan Nasional selama 2005 2010
Laju Inflasi
No.
Tahun
Nasional
Aceh
Banda Aceh Lhokseumawe
1

2005

17,11

34,69

41,11

17,57

2006

6,60

10,10

9,54

11,47

2007

6,59

11,00

11,00

4,18

2008

11,1

11,92

7,57

7,86

2009

2,78

3,72

3,50

3,96

2010

6,96

4,64

5,86

7,10

Sumber: - BPS Provinsi Aceh

2.3.1.3 Pertumbuhan Ekonomi


Berdasarkan

harga konstan

2000,

selama kurun

waktu

tahun 2006-2009

pertumbuhan ekonomi Pidie Jaya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Seluruh sektor

42

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif dengan level yang berbeda-beda. Pada tahun
2006 tercatat pertumbuhan ekonomi sebesar 3,36 persen, tahun 2007 meningkat cukup
tinggi sampai 5,06 persen. Sementara tahun 2008 pertumbuhan ekonomi juga mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya, namun tidak begitu besar yaitu naik menjadi 5,32
persen. Sedangkan pada tahun 2009 kembali mengalami peningkatan sebesar 1,19 persen
menjadi 6,51 persen.

Tabel 2.11
Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2006 s/d 2009
Kabupaten Pidie Jaya
No

Sektor

2006

2007

2008

2009

Pertanian

2.88

1.94

1.76

2.11

Pertambangan dan penggalian

7.30

6.13

6.25

6.60

Industri pengolahan

2.26

2.73

0.88

1.61

Listrik, Gas dan Air Bersih

2.53

55.66

23.90

19.76

Konstruksi/Bangunan

7.15

18.18

10.51

15.75

Perdagangan, Hotel dan Restoran

2.63

26.99

21.71

17.75

Pengangkutan dan Komunikasi

3.35

2.34

6.79

10.55

7.23

5.81

5.20

5.82

Jasa jasa

4.71

5.31

8.96

12.94

Pertumbuhan Ekonomi Pidie Jaya

3.36

5.06

5.32

6.51

8
9

Keuangan, persewaan dan Jasa


Perusahaan

Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2006 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada tiga sektor yang angka
pertumbuhannya di bawah angka pertumbuhan kabupaten yaitu sektor pertanian sebesar
2,11 persen, sektor industri pengolahan sebesar 1,61 persen serta sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan sebesar 5,82 persen. Sektor yang mengalami pertumbuhan
tertinggi yaitu sektor konstruksi/bangunan sebesar 5,23 persen, sedangkan sektor yang
mengalami pertumbuhan ekonomi terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian
yang hanya 0,35 persen.

2.3.1.4 Pendapatan per Kapita


Pada tahun 2009 pendapatan regional per kapita penduduk Pidie Jaya berdasarkan
harga berlaku tercatat sebesar 7,68 juta rupiah per tahun, atau mengalami peningkatan
sebesar 8,4 persen dibandingkan tahun 2008 yang nilainya mencapai 7,08 juta rupiah.
Secara riil (tanpa dipengaruhi oleh fluktuasi harga/inflasi) pendapatan per kapita dari PDRB
harga konstan penduduk Pidie Jaya pada tahun 2006 sebesar 4 juta rupiah dan pada tahun
2009 sebesar 4,38 juta rupiah yang berarti selama kurun waktu empat tahun pendapata
perkapita rata-rata hanya 3,99 juta rupiah atau tidak mengalami peningkatan yang berarti.

43

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Perkembangan pendapata perkapita penduduk Pidie Jaya dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
Gambar 2.1
Pendapatan Regional per Kapita tahun 2006 2009 (jutaan rupiah)

Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2006 2009

Dengan situasi seperti ini dapat disimpulkan walaupun terjadi peningkatan


pendapatan per kapita secara harga berlaku, tetapi kenaikan harga pada tahun tersebut juga
tinggi, maka kenaikan pendapatan perkapita tidak akan membantu terhadap perbaikan
ekonomi masyarakat. Terlebih lagi apabila ketimpangan pendapatan antar penduduk
semakin melebar, maka tingkat kesejahteraan penduduk yang lebih baik, semakin jauh dari
harapan.

2.3.2 Kesejahteraan Sosial


Permasalahan kesejahteraan sosial semakin beragam dan meningkat akibat
terjadinya berbagai krisis sosial, seperti menipisnya nilai budaya dan agama, menurunkan
ekses dan gejala sosial dampak dari disparitas kondisi sosial ekonomi masyarakat dan
terjadinya bencana sosial dan bencana alam; dan meningkatkan pemenuhan kebutuhan
sosial dasar masyarakat.
Permasalahan kesejahteraan sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan
perlindungan anak, perempuan dan lanjut usia, keterlantaran, kecacatan, ketunasosialan,
bencana alam dan bencana sosial. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) khususnya fakir miskin yang tidak dilakukan secara tepat akan berakibat pada
kesenjangan sosial yang semakin meluas dan berdampak pada melemahnya ketahanan

44

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

sosial masyarakat, serta dapat mendorong terjadinya konflik sosial terutama bagi kelompok
masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.
Di Kabupaten Pidie Jaya permasalahan kesejahteraan sosial ini telah dilaksanakan
dengan beberapa kegiatan terfokus dan mencapai hasil yang cukup signifikan. Ini bisa dilihat
indikator jumlah penyandang masalah sosial setiap tahunnya menurun. Jumlah anak
terlantar pada tahun 2009 sebesar 403 orang turun menjadi 373 orang pada tahun 2010,
untuk penyandang cacat yang belum disantuni terjadi penurunan dari 1487 orang pada
tahun 2009 menjadi 1377 pada tahun 2010. Jumlah keluarga miskin 19.892 KK (27.97%)
pada tahun 2009 menjadi 19.699 KK (22.55%) pada tahun 2010 dan penanganan anak panti
asuhan pada tahun 2009 berjumlah 636 orang dan 313 orang pada tahun 2010.
Untuk pengangguran sejak tahun 2004 hingga tahun 2008 terjadi fluktuasi
peningkatan, secara rinci tingkat pengangguran di Kabupaten Pidie Jaya setiap tahunnya
adalah sebagai berikut: tahun 2004 (11,23%), 2005 (12,75%), 2006 (12,77%), 2007
(14,05%), 2008 (14,95%), 2009 (6,28%). Meningkatnya pengangguran pada saat itu dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : krisis ekonomi yang menyebabkan banyak
usaha tutup, terbatasnya lapangan kerja sektor primer, akan berakhirnya BRR dan
banyaknya NGO asing yang tidak melanjutkan pekerjaannya akibat negara donor yang mulai
berkurang. Secara riil pada tahun 2008 dari jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya
sebanyak 141.949 jiwa, tingkat partisipasi angkatan kerja sebanyak 94.383 orang, penduduk
usia kerja 87.547 orang (62,63%), dan jumlah pengangguran sebanyak 21.220 orang
(14,95%). Sedangkan pada tahun 2009 angka pengangguran menurun cukup drastis yaitu
sebesar 6,28% dan 3,60% pada tahun 2010. Penurunan yang cukup drastis ini disebabkan
karena roda pemerintahan dan perekonomian Kabupaten Pidie Jaya mulai bergerak
sehingga banyaknya lapangan kerja yang tercipta. Sedangkankan jumlah angkatan kerja
meningkat pada tahun 2009 berjumlah 51.214 orang menjadi 60.302 orang pada tahun
2010, menandakan banyak pemuda yang telah siap untuk bekerja setelah adanya
pendidikan dan pelatihan yang memadai.
Indikator lainnya untuk mengukur tingkat kesejahteraan sosial Kabupaten Pidie Jaya
bisa dilihat dari uraian berikut :

2.3.2.1 Angka Melek Huruf


Dilihat dari indikator angka melek huruf Kabupaten Pidie Jaya tahun 2009 yaitu
sebesar 92,93 persen mengalami sedikit penurunan sebesar 0,9 persen dibandingkan tahun
2008. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat dalam tabel berikut:

45

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Tabel 2.12
Angka Melek Huruf Dewasa Tahun 2007 s/d 2009
Kabupaten Pidie Jaya

Tahun

Laki-Laki (L)

Perempuan (P)

L+P

2007

94.76

90.49

92.56

2008

96.79

91.34

93.83

2009

96.95

90.02

92.93

Sumber: - Katalog BPS : Statistik Daerah Kabupaten Pidie Jaya 2010

Dari tabel di atas

dapat dilihat bahwa angka melek huruf laki-laki lebih tinggi

dibandingkan perempuan yang masing-masing nilainya 96,95 persen dan 90,02 persen. Hal
yang serupa juga terjadi di tahun 2007 dan 2008.
2.3.2.2 Indikator Pendidikan
Angka Partisipasi Kasar untuk tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA tahun
ajaran 2009/2010 masing-masing adalah 35,77 persen, 103,79 persen, 88,97 persen, 78,97
persen. Hasil ini mengindikasikan adanya peningkatan partisipasi anak usia sekolah untuk
terus melanjutkan pendidikannya. Sedangkan Angka Partisipasi Murni untuk tingkat TK/RA,
SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA tahun ajaran 2009/2010 masing-masing adalah 33,98
persen, 98,60 persen, 84,54 persen dan 75,02 persen.
Angka lulusan mengalami perkembangan posotif dan negatif, hal ini dapat dilihat
dalam grafik dibawah ini :
Gambar 2.2
Angka Kelulusan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA

46

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya 2010

Dari grafik diatas dapat dilihat untuk tingkat SD/MI mengalami penurunan kelulusan
siswa pada tahun ajaran 2008/2009 yang tidak terlalu besar yaitu 0.73%. Untuk tingkat
SMP/MTs terjadi tren kenaikan jumlah siswa lulus sejak tahun ajaran 2006/2007 sampai
dengan 2008/2009, tetapi pada tahun ajaran 2009/2010 terjadi penurunan sebesar 2.45%.
Sedangkan tingkat SMA/MA/SMK mengalami dua kali tren penurunan yaitu pada tahun
ajaran 2007/2008 terjadi penurunan yang cukup besar yaitu 9.81% dan pada tahun
2009/2010 sebesar 2.71%, dan pada tahun 2008/2009 mengalami kenaikan yang cukup
signifikan sebesar 12.77%.
2.3.2.3 Indikator Kesehatan
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk menentukan
derajat kesehatan suatu daerah. Dan laporan jumlah kematian bayi yang disampaikan
kecamatan, diasumsikan bersumber dari fasilitas pelayanan kesehatan dan dari laporan
masyarakat atau kader. AKB di Kabupaten Pidie Jaya terjadi kenaikan dari tahun 2008
sebesar 41 bayi menjadi 46 bayi pada tahun 2009. AKB Provinsi Aceh adalah sebesar
37/1000 Lahir Hidup (LH) dengan kisaran (16/1000 LH 40/1000 LH). Sementara AKB
Nasional sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Jadi AKB Pidie Jaya masih di atas Angka
Nasional.
Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian ibu yang terkait
dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas. Perhitungan AKI disetiap puskesmas sulit
dilakukan karena jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran dan masih ada
kemungkinan under reported. AKI Kabupaten Pidie Jaya untuk tahun 2007, 2008 dan 2009
berturut-turut adalah 8/100.000 LH, 5/100.000 LH dan 5/100.000 LH. AKI Provinsi Aceh pada
tahun 2008 sebesar 238/100.000 LH sedangkan AKI Nasional 228/100.000 LH. Berdasarkan
data tersebut, AKI Kabupaten Pidie Jaya menggambarkan kondisi yang masih bisa ditolerir
berada dibawah angka Provinsi dan Nasional.

2.3.3 Seni Budaya dan Olahraga


Kabupaten Pidie Jaya memiliki 241 group kesenian sampai dengan tahun 2011 yang
tersebar di 8 kecamatan. Hal ini menggambarkan bahwa Kabupaten Pidie Jaya memiliki
khasanah budaya yang tinggi dengan berbagai kesenian seperti PMTOH, Boh Katok, Biola
Aceh, Rebana/Nasyid, Seudati, Seumapa Linto, Rapaie Daboh, Doda Idi Aneuk, Rapaie
Bubbee, Geudeu-geudeu, Tari Kreasi, Likee Maulid, Tari Tradisi, Dalail Khairat dan
Meurukon.

47

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Semua kesenian yang ada di Kabupaten Pidie Jaya mengandung unsur-unsur islami
yang melekat tidak terpisahkan. Kesenian yang ada juga membawa simbol kekompakan
masyarakat, energik dalam artian bersemangat dalam melakukan aktivitas dan dinamis serta
mengandung unsur nasehat yang baik bagi kehidupan masyarakat.
Kabupaten Pidie Jaya mempunyai berbagai klub olah raga sesuai dengan jenis olah
raga yang digemari oleh masyarakat seperti sepakbola, volly, badminton, dan tenis meja.
Berdasarkan data dari Dinas Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pidie Jaya tahun 2011,
klub sepak bola sudah terdaftar sebanyak 24 klub, bola volly sebanyak 9 klub, atletik 1 klub
dan tenis meja 1 klub. Ini mencerminkan bahwa umumnya masyarakat Pidie Jaya
menggemari olah raga bola kaki. Sedangkan jumlah lapangan olahraga yang ada di
Kabupaten Pidie Jaya adalah 42 unit lapangan sepak bola dan 96 unit lapangan bola volly.
2.4

Pelayanan Umum

2.4.1 Layanan Urusan Wajib


2.4.1.1 Pendidikan
Jumlah bangunan sekolah yang ada di Kabupaten Pidie Jaya hingga tahun 2010
adalah 90 unit SD; 24 unit MI; 21 unit SMP; 12 unit MTs; 8 unit SMA; 6 unit MA dan 3 unit
SMK.
A.

Pendidikan Dasar

1.

Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap Penduduk Usia Sekolah


Rasio ini memperlihatkan daya tampung setiap sekolah pada jenjang pendidikan

dasar SD/MI dan SMP/MTs. Pada tahun 2010 rasio ketersediaan sekolah rata-rata untuk
SD/MI adalah 148, sedangkan untuk SMP/MTs adalah 251. Ini menggambarkan bahwa daya
tampung sekolah masih berada dalam status mencukupi untuk menampung siswa jika
semua penduduk usia sekolah masuk ke sekolah tingkat SD/MI dan SMP/MTs.
2.

Rasio Siswa per Sekolah dan Rasio Guru Terhadap Siswa


Rasio siswa per sekolah menggambarkan rata-rata jumlah siswa disetiap sekolah,

sedangkan Rasio Siswa per Guru mengambarkan perbandingan jumlah siswa dengan
jumlah guru. Pada tahun 2010, rasio siswa per sekolah untuk SD/MI adalah 156 dan 221
untuk SMP/MTs. Sedangkan Rasio guru terhadap siswa untuk SD/MI adalah 14 dan untuk
SMP/MTs sebesar 10, ini menunjukkan bahwa SD/MI dan SMP/MTs telah kelebihan guru.
Jika dibandingkan dengan standar nasional jumlah siswa perkelas yaitu 20 siswa/kelas untuk
SD dan 25 siswa/kelas untuk SMP, maka dapat diambil kesimpulan dalam 1 ruang SD
terdapat 2 guru dan 1 ruang kelas SMP 2,5 guru.

48

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

3.

Perkembangan Hasil UN
Perkembangan nilai UAN sejak tahun ajaran 2006/2007 hingga 2009/2010 untuk

SD/MI mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, sedangkan untuk SMP/MTs bisa
dikatakan flat. Pada tahun ajaran 2007/2008 dan 2009/2010 nilai UAN SD/MI mengalami
penurunan sebesar 0,25% dan 0,30%. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari gambar 2,3
berikut ini :

Gambar 2.3
Perkembangan Nilai UAN dan UAS untuk SD/MI dan SMP/MTs

Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya 2010

B.

Pendidikan Menengah

1.

Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap Penduduk Usia Sekolah


Pada tahun 2010 rasio ketersediaan sekolah rata-rata untuk SMA/SMK/MA adalah

570. Ini menggambarkan bahwa daya tampung sekolah masih berada dalam status
mencukupi untuk menampung siswa jika semua penduduk usia sekolah masuk ke sekolah.
Daya tampung sekolah maksimal adalah 864 siswa menurut standar nasional.
2.

Rasio Siswa per Sekolah dan Rasio Guru Terhadap Siswa


Rasio siswa per sekolah untuk SMA/SMK/MA tahun 2010 adalah 407, angka ini

menunjukkan bahwa jumlah siswa setiap sekolahnya masih bisa ditolerir karena
berdasarkan standar nasional jumlah siswa maksimal setiap sekolah tidak boleh melebihi
864 siswa agar proses belajar mengajar lebih efektif.
Rasio guru terhadap siswa untuk SMA/SMK/MA tahun 2010 adalah 14, jika jumlah
siswa dalam satu kelas 35 siswa maka rasio perbandingan guru dengan siswa adalah 2,5.
Hal ini masih dalam batas kewajaran karena di tingkat SMA banyak mata pelajaran dengan
guru yang harus mempunyai pendidikan kejuruan.

49

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

3.

Perkembangan Hasil UN
Hasil UAN tingkat SMA/SMK/MA Kabupaten Pidie Jaya mengalami tren peningkatan,

pada tahun ajaran 2006/2007 sebesar 6,28, tahun 2007/2008 meningkat menjadi 6,94 dan
peningkatan signifikan terjadi pada tahun 2008/2009 yaitu 7,86. Sedangkan pada tahun
2009/2010 terjadi penurunan sebesar 0,40% menjadi 7,46.
2.4.1.2 Kesehatan
A.

Rasio Posyandu per Satuan Balita


Pada tahun 2010 jumlah balita yang terdata di Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie

Jaya sebanyak 2.800 bayi dan jumlah posyandu yang tercatat 226. Rasio Posyandu per
1000 balita adalah 80,71, hal ini menggambarkan 80 posyandu melayani 1000 balita atau 1
posyandu berbanding 12 balita.
B.

Rasio Puskesmas Poliklinik, Pustu per Satuan Penduduk


Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan tahun 2010, Kabupaten Pidie Jaya memiliki

puskesmas sebanyak 10 unit, pustu sebanyak 20 unit, poskesdes sebanyak 50 unit dan
polindes sebanyak 32 unit. Jumlah total sarana kesehatan adalah 113 unit dengan total
jumlah penduduk 146.964, rasio puskesmas, polindes dan pustu per 1000 penduduk adalah
0,77. Hal ini bermakna bahwa 0,77 puskesmas, polindes dan pustu melayani 1000 atau 1
puskesmas, polindes dan pustu berbanding 1300 penduduk.
C.

Rasio Kapasitas Rumah Sakit dengan Jumlah Penduduk


Menurut Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk


menyediakan rumah sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat, maksud dari pasal ini adalah
penyediaan rumah sakit didasarkan pada perhitungan rasio tempat tidur dan jumlah
penduduk. Jumlah rumah sakit yang ada di Kabupaten Pidie Jaya tahun 2010 hanya 1 unit
dengan jumlah penduduk 146.964, maka rasio tempat tidur per 1.000 penduduk adalah
146,96. Hal ini bermakna bahwa rumah sakit yang ada harus menyediakan 147 tempat tidur
untuk memaksimalkan melayani masyarakat.

D.

Rasio Dokter per Satuan Penduduk


Jumlah Dokter yang ada di Kabupaten Pidie Jaya tahun 2010 adalah 32 orang

dengan jumlah penduduk 146.964, maka rasio dokter per 1.000 penduduk adalah 0,22. Hal
ini bermakna bahwa 0,22 dokter melayani 1.000 penduduk atau 1 dokter berbanding 4.592
penduduk.

50

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

E.

Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk


Jumlah tenaga medis yang terdata di Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya tahun

2010 adalah 30 orang dengan jumlah penduduk 146.964, maka rasio tenaga medis per
1.000 penduduk adalah 0,20. Hal ini bermakna bahwa 0,20 tenaga medis melayani 1.000
penduduk atau 1 tenaga medis berbanding 4.898 penduduk.
2.4.1.3 Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Permasalahan lingkungan hidup yang di akibatkan oleh faktor manusia adalah terkait
dengan perilaku masyarakat yang tidak memperhatikan aspek kelestarian dan kebersihan
lingkungan, misalnya kurang disiplinnya masyarakat dalam hal membuang sampah,
pembuangan limbah industri ke aliran sungai, pendirian rumah hunian di sepanjang daerah
aliran sungai, dan pendirian bangunan liar yang tidak mentaati peraturan perundangan.
Meskipun dana APBD yang di pergunakan untuk menangani pengelolaan
persampahan dari tahun ke tahun semakin besar (ketika masih dalam wilayah kabupaten
induk/Pidie), tidak akan memberikan hasil yang optimal apabila tidak di barengi dengan
meningkatnya kesadaran dan kedisiplinan masyarakat untuk menjaga kebersihan dan
lingkungan hidup. Prasarana pengelolaan sampah pemerintah Kabupaten Pidie Jaya
kondisinya sampai dengan tahun 2008, antara lain :

jumlah gerobak sampah 12 unit,

transfer depo 26 unit, bak kontainer 18 unit, dump truck 10 unit, armroll truck 6 unit, pick up,
buldozer dan wheel loader masing-masing 1 unit, TPA seluas 2,5 Ha dengan daya tampung
3.285.000 ton.
Meningkatnya kepadatan lalu lintas di Kabupaten Pidie Jaya sebagai akibat dari
semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor secara langsung berpengaruh pada
meningkatnya polusi udara di kabupaten Pidie Jaya. Masalah penurunan kualitas udara
sehat dan bersih di Kabupaten Pidie Jaya di perparah dengan telah berkurangnya
pepohonan kota akibat dari penggunaan lahan sebagai kebutuhan aktivitas manusia. Di
samping itu, berkurangnya pepohonan di daerah penyangga yang berada di luar
kewenangan Kabupaten Pidie Jaya akibat pengalihan lahan untuk perumahan dan industri
juga memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas udara di kabupaten Pidie Jaya.
Pelaksanaan pelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Pidie Jaya, faktor yang akan
terjaga untuk 20 tahun ke depan adalah meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti
pentingnya kualitas lingkungan bersih dan sehat, semakin banyaknya penerapan green belt
di Kabupaten Pidie Jaya. Meningkatnya sosialisasi akan arti hidup sehat dan bersih oleh

51

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

berbagai lembaga, Di terapkannya uji kelaikan kendaraan bermotor untuk mengurangi


tingkat polusi, selain itu, adanya pengembangan kawasan hijau kota.
Prediksi kondisi lingkungan hidup untuk jangka 20 tahun ke depan, antara lain :
meningkatnya kinerja pengelolaan persampahan, terkendalinya pencemaran dan perusakan
lingkungan, meningkatnya perlindungan dan konservasi sumber daya alam, meningkatnya
kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, terkendalinya polusi,
berkembangnya ekowisata di kawasan-kawasan konservasi laut dan hutan, meningkatnya
pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut, dan bertambahnya ruang terbuka
hijau (RTH).
Dalam memprediksi kebutuhan air bersih total, dalam analisisnya dibedakan menjadi
kebutuhan air domestik dan non domestik.
Kebutuhan Domestik adalah kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dengan standard
kebutuhan air perkotaan sebesar 80 liter/orang/hari.
Kebutuhan non Domestik adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan perdagangan,
perkantoran, serta fasilitas sosial. Standard yang digunakan adalah 20 % s.d 25 % dari
total kebutuhan air bersih untuk kegiatan domestik. Sedangkan untuk pelayanan umum
10 % dari kebutuhan domestik.
Selain itu dalam perhitungan kebutuhan air bersih untuk Kabupaten Pidie Jaya harus
mempertimbangkan kehilangan air (tingkat kebocoran) dan kebutuhan pada beban
maksimum.
Adapun proyeksi kebutuhan air bersih di Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2025
untuk rumah tangga adalah sebesar 4.092.240 liter/hari, untuk pelayanan umum sebesar
409.224 liter/hari, komersial 818.448 liter/hari, dan cadangan air bersih sebesar 81.845
liter/hari berada di kecamatan Bandar Baru, sementara proyeksi kebutuhan air bersih
terendah di kecamatan Pante Raja, untuk kebutuhan rumah tengga sebesar 725.120
liter/hari, sedangkan untuk pelayanan umum sebesar 72.512 liter/hari, komersial sebesar
145.024 liter/hari, dan cadangan air bersih sebesar 14.502 liter/hari.
2.4.1.4 Sarana dan Prasarana Umum
A. Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik
Panjang jalan kabupaten seluruhnya adalah 330,13 km, dengan kondisi baik
(pemeliharaan rutin) mencapai 271,92 km (82,37%); kondisi sedang/ rusak ringan
(pemeliharaan periodik) sepanjang 47,35 km (14,34%) dan kondisi rusak berat (peningkatan)
sepanjang 10,86 km (3,29%). Sedangkan panjang jalan Nasional yang ada di Kabupaten
Pidie Jaya masing-masing sepanjang 37,9 km dan panjang jalan Provinsi adalah 9,8 km.

52

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Panjang ruas jalan poros desa adalah 534,52 km sedangkan panjang jalan usaha tani
adalah 182,3 km.

B. Daerah Irigasi
Kabupaten Pidie Jaya mempunyai 45 Daerah Irigasi (DI) yang langsung di bawah
pengelolaan kabupaten dan 2 DI dibawah pengelolaan Provinsi yaitu DI Cubo Trienggadeng
dan DI Meureudu. Luas potensi lahan pertanian sebesar 6.557 Ha yang terdiri dari sawah
irigasi teknis, semi teknis, dan daerah irigasi perdesaan. Luas potensi pelayanan daerah
irigasi teknis adalah 1.493 Ha; luas potensi pelayanan daerah irigasi semi teknis adalah
4.731 Ha, Luas pelayanan daerah irigasi perdesaan 332 Ha dan jumlah embung yang ada
sebanyak 4 buah. Panjang irigasi yang terbuat dari pasangan batu adalah 37.564 m, dan
panjang irigasi yang merupakan saluran tanah adalah 53.520 m

C. Persentase Rumah Tinggal Sehat dan Bersanitasi Baik


Pada tahun 2010 Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya melakukan pemeriksaan
terhadap 11.075 rumah tangga secara acak atau 36,5% dari total 30.316 rumah tangga dan
diperoleh hasil rumah tangga sehat hanya berjumlah 548 rumah tangga atau 4,9%. Untuk
rumah tangga yang memiliki akses air bersih dari 31.276 Kepala Keluarga yang diperiksa,
yang memiliki akses air PDAM sebanyak 1.446 KK (4,62%), yang menggunakan air sumur
galian sebanyak 29.593 KK atau (94,62%) dan KK yang menggunakan air dari sumber
lainnya sebanyak 237 KK (0,76%). Untuk kategori rumah tangga yang memiliki jamban sehat
ditemukan bahwa hanya 5.231 RT (46.97%) dari 11.136 RT memiliki jamban yang diperiksa.
Sedangkan dari 416 RT yang memiliki tempat pembuangan sampah yang diperiksa, hanya
248 RT (59,62%) dikategorikan sehat. Dan untuk RT yang melakukan pengelolaan limbah,
dari 10.480 RT yang diperiksa, hanya 4.669 RT (44,55%) yang dikategorikan sehat.

2.4.1.5 Penataan Ruang


Proses dalam melakukan identifikasi bentuk dan struktur ruang di Kabupaten Pidie
Jaya, perlu di lakukan analisis struktur tata ruang yang ada. Hal ini di tujukan agar dapat
mengangkat permasalahan-permasalahan pengembangan wilayah yang memiliki sisi ruang
tertentu. Analisis ini di harapkan mampu memberikan gambaran tentang keadaan
jenjang/hirarki pusat-pusat kegiatan dan jangkauan pelayanan serta hubungan atau interaksi
dengan pusat-pusat kegiatan ini merupakan distribusi dan pengumpul untuk wilayah
sekitarnya.
Analisis struktur tata ruang dilakukan untuk mengetahui pola kecenderungan
pemanfaatan lahan, penguasaan dan status pemanfaatan lahan, deliniiasi kawasan

53

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

perkotaan dan pedesaan serta sistem pusat-pusat permukiman. Sebagai pedoman dalam
melakukan analisis ini perlu di perhatikan beberapa azas, di antaranya :
a). Demokratisasi ruang, yaitu sebagai suatu sistem jaringan interaksi sosial, ekonomi dan
fisik. Proses interaksi ini di bentuk oleh hubungan atau keterkaitan ini mempunyai
peranan penting dalam pembangunan wilayah, karena pembangunan wilayah terjadi
melalui atau bahwa perencanaan struktur ruang merupakan upaya untuk memberikan
pemerataan tingkat kemudahan yang proporsional pada fasilitas dan pelayanan sosial
bagi

masyarakat,

mampu

menunjang

serta

mendorong

perkembangan

dan

pertumbuhan sektor-sektor strategis.


b). Pendekatan sinergi wilayah, merupakan sistem permukiman yang berbeda secara
fungsional, juga di pandang sebagai pertumbuhan dan diversifikasi permukiman dan
penciptaan keterkaitan yang baru dan lebih kuat di antara satuan permukimanpermukiman tersebut.
Pola penggunaan lahan eksisting di kabupaten Pidie Jaya, dilihat dari perkembangan
pemanfaatan lahan cenderung berorientasi ke bagian utara, terutama kegiatan budidaya
pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan/tambak), permukiman
penduduk, serta jasa dan perdagangan. Secara morfologi wilayah Pidie Jaya terbagi dalam
tiga bagian yaitu : daratan rendah atau pesisir, daerah perbukitan, dan daerah pegunungan.
Walaupun daerah pegunungan pada dasarnya telah memasuki wilayah administrasi
Kabupaten Pidie.
Kawasan permukiman perkotaan yang tumbuh dan berkembang di wilayah
Kabupaten Pidie Jaya lebih terkonsentrasi di pusat-pusat ibu kota kecamatan, terutama yang
telah dilintasi jalan negara dari barat sampai timur atau sebaliknya. Kawasan perkotaan
tersebut antara lain di sekitar pusat kota Ulee Glee, Ulim, Meureudu, Trienggadeng, Pante
Raja, dan Lueng Putu. Luas permukiman penduduk terus meningkat sesuai dengan
pertambahan jumlah penduduk dan semakin berkembangnya kegiatan ekonomi, seperti
kegiatan pertanian, perdagangan dan jasa. Pemerintah Kabupaten semakin serius untuk
melakukan perubahan-perubahan dalam hal fungsi lahan, untuk di fungsikan sebagai lahan
perkantoran, dan permukiman, hal ini terlihat dari perubahan lahan-lahan produktif menjadi
lahan perkantoran yang di sertai dengan prasarana pendukungnya. Dari rencana yang telah
di susun, pemerintah Kabupaten Pidie Jaya akan memanfaatkan lahan baru sebagai pusat
pemerintahan.
Pada penggunaan hutan wilayah ini, terdiri atas peruntukan hutan produksi tetap,
hutan produksi terbatas, hutan konversi, serta hutan lindung. Dari berbagai fungsi
peruntukan lahan tersebut terlihat adanya tumpang tindih fungsi lahan, terutama bila di
bandingkan

dengan

kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang

telah

ada

terhadap

54

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

pengelolaan/kebutuhan masyarakat. Bentuk penyimpangan yang sering terjadi antara lain :


penyimbangan terhadap fungsi hutan lindung, dan fungsi pemanfaatan lahan pada kawasan
budidaya serta penyimpangan daerah sempadan pantai/sungai. Kondisi ini dapat
menimbulkan konflik pemanfaatan lahan (mix land use).
2.4.1.6 Perhubungan
Dalam pengembangan wilayah, transportasi mempunyai peranan yang sangat
penting yaitu memudahkan interaksi antar wilayah. Dengan semakin mudahnya interaksi
antar wilayah, maka akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan wilayah (membuka
keterisolasian dengan wilayah lainnya). Hubungan antar wilayah yang semakin baik dan
mudah akan merangsang dan membangkitkan pergerakan penduduk, kegiatan ekonomi dan
sosial, yang pada akhirnya di harapkan akan meningkatkan perkembangan dan
pertumbuhan wilayah tersebut.
Jaringan tranportasi wilayah merupakan hal yang penting untuk mempermudah
pergerakan barang dan orang. Disamping itu, pelayanan transportasi perlu di tingkatkan
guna menciptakan keterkaitan spatial antar bagian-bagian wilayah di provinsi Aceh. Hal ini
penting, karena di dasarkan pada asumsi bahwa suatu mekanisme perkembangan, dapat
terjadi apabila terciptanya keterkaitan antar bagian wilayah. Berdasarkan sistem jaringan
jalan terdapat tiga koridor utama dalam pelayanan jaringan jalan yaitu : koridor utara, tengah,
dan koridor selatan. Kota-kota yang masuk ke dalam koridor utara adalah: kota Kuala
simpang, Langsa, Peureulak, Lhokseumawe, Bireuen, Beureuneun, Sigli, dan Banda Aceh.
Kota-kota yang masuk koridor tengah yaitu : Takengon, Blangkejeren, dan Kutacane.
Sedangkan kota-kota yang masuk koridor selatan yaitu : Lamno, Meulaboh, Blang Pidie,
Tapak Tuan, dan Subulussalam/Singkil.
Dari koridor-koridor

tersebut, koridor utara jauh lebih ramai lalu lintasnya di

bandingkan dengan koridor tengah dan selatan. Karena koridor utara merupakan koridor
jalur penghubung kota Banda Aceh dengan kota Medan, serta di tunjang dengan jaringan
jalan yang kondisinya lebih baik, ketersediaan berbagai fasilitas pendukung yang lebih
lengkap di bandingkan dengan koridor lainnya. Pesatnya perkembangan transportasi di jalur
utara membawa dampak yang sangat baik bagi perkembangan wilayah Kabupaten Pidie
Jaya. Dampak tersebut antara lain adalah : kemudahan pencapaian (aksesibilitas) yang
tinggi dan menyebabkan berkembangannya kegiatan perdagangan, terutama kota-kota di
sepanjang jalur regional tersebut.
Jaringan jalan di kabupaten Pidie Jaya, hampir seluruhnya sudah dilakukan
pengerasan. Jalan yang menghubungkan kecamatan, dan desa-desa sudah dapat di lalui
oleh kendaraan roda empat. Tetapi seiring dengan waktu prasarana jalan tersebut
kondisinya sudah rusak, bahkan tingkat kerusakannya sangat mengganggu bagi pengguna

55

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

jalan. Kondisi kerusakan jalan tersebut seperti pada jalan Kuta Rentang simpang empat
Meuredu atau jalan yang menuju desa-desa lainnya di antaranya : desa Jiejiem atau desa
Cot langien di kecamatan Bandar Baru.
Jumlah penduduk secara garis besar merupakan pola pergerakan orang dan atau
barang menggambarkan kekuatan/potensi di suatu wilayah, di mana kekuatan atau potensi
itu dapat berupa angka yang tinggi, perekonomian yang kuat, pelayanan transportasi yang
prima dan lain sebagainya. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar/luas suatu daerah
melayani pergerakan orang/barang, maka daerah tersebut merupakan daerah yang
mempunyai potensi untuk membangkitkan dan atau menarik aktivitas masyarakat dalam
segala bidang. Oleh sebab itu provinsi Aceh melalui Dinas Bina Marga akan merealisasi
rencana yang telah di susun dalam pengembangan transportasi darat, sehingga dengan
demikian setiap jalur lintas darat dapat saling terhubung, dan setiap daerah terbuka dan
mudah di jangkau. Hal ini di perkuat dengan rencana highway yang melintasi kota Sigli, Pidie
Jaya, Lhoksukon, Langsa, dan lainnya.
Untuk pemerataan pergerakan orang/barang, maka daerah-daerah yang merupakan
simpul-simpul bangkitan dan tarikan perjalanan membutuhkan prasarana transportasi untuk
menghubungkan wilayah satu dengan yang lain dalam membuka wilayah potensial yang
masih terisolas, sehingga tercapainya pemerataan pembangunan.
Sejauh ini keadaan transportasi di Kabupaten Pidie Jaya belum dapat melayani
seluruh wilayah yang ada. Kabupaten Pidie Jaya belum memiliki terminal antar kota dan
terminal angkutan kota. Masih banyaknya sarana dan prasarana perhubungan yang belum di
bangun dan di rehabilitasi akibat gempa dan tsunami. Timbulnya kesemerautan lalu lintas
karena belum adanya traffic light pada persimpangan. Di samping itu, masih sering
terjadinya kecelakaan lalu lintas, di mana pada tahun 2007 jumlah korban mencapai 32
orang luka berat dan ringan, dan 11 orang meninggal dunia. Pelanggaran lalu lintas
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Keberhasilan perhubungan dari sektor pengangkutan merupakan penyumbang
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup memadai terhadap pembentukan PDRB dari
tahun 2000 2006 yaitu sebesar 4,01 % hingga 4,46 %, sub sektor pengangkutan jalan
raya memiliki peranan penting dalam perekonomian Pidie Jaya yaitu mencapai 3,29 %
pada tahun 2006, dan pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu 5,71 %. Selain
itru, fasilitas transportasi di Kabupaten Pidie Jaya merupakan hal penting, yang sangat perlu
mendapat perhatian di seluruh provinsi Aceh.
Perhubungan di Kabupaten Pidie Jaya sangat strategis, karena merupakan sentral
bertemunya berbagai moda transportasi. Adanya rencana pembangunan jalan lingkar dan
peningkatan ruas jalan yang menghubungkan Geumpang dan Kota Meuredu, sehingga akan
semakin meningkatkan arus perhubungan, dan pergerakan ekonomi, terlebih lagi peran

56

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

strategis yang di emban sebagai wilayah baru berkembang di provinsi Aceh. Masih adanya
bantuan berbagai lembaga donor dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi sarana
perhubungan terutama perluasan ruas jalan nasional, provinsi dan kabupaten, hal ini akan
semakin meningkatkan arus pergerakan perhubungan yang ada.
2.4.2 Pelayanan Penunjang
2.4.2.1 Penanaman Modal (Investasi)
Pada tahun 2004 2008 inflasi yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya rata-rata 8%.
Masih rendahnya kredit untuk modal usaha dan investasi jika di bandingkan untuk konsumsi,
di mana komposisi pada tahun 2007 adalah kredit modal usaha sebesar 30,25%, kredit
investasi 5,12%, dan untuk kredit konsumsi 34,78%. Investasi di kabupaten Pidie Jaya tidak
dapat berkembang karena stabilitas politik dan keamanan belum stabil pasca konflik dan
belum adanya profil investasi Kabupaten Pidie Jaya.
Sejauh ini, capaian urusan penanaman modal adalah tercapainya angka inflasi
sampai 4,6% pada tahun 2007. Meningkatnya lembaga perbankan dengan munculnya bankbank baru di Kabupaten Pidie Jaya, di mana jumlah total bank pada tahun 2008 sebanyak 2
unit dan total kantor bank sebanyak 8 unit. Pada tahun 2011 jumlah Bank Cabang atau
Cabang Pembantu sebanyak 3 unit dan kantor bank unit pelayanan kecamatan sebanyak 8
unit.
Pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi membuka peluang bagi investor asing dan
nasional untuk berinvestasi di Kabupaten Pidie Jaya. Adanya kesepakatan damai dan
Undang-Undang Pemerintah Aceh merupakan jaminan untuk stabilitas keamanan dan politik
serta adanya peluang untuk menjalin kerja sama secara langsung dengan negara lain.
Lokasi strategis kabupaten Pidie Jaya sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan, di
mana infrastruktur yang ada saat ini masih yang paling baik di Aceh merupakan peluang
tersendiri untuk mendatangkan investor. Adanya potensi perikanan dan kelautan yang masih
besar dan belum tergarap merupakan peluang satu-satunya yang berasal dari sumber daya
alam yang dimiliki Kabupaten Pidie Jaya. Agro Industri merupakan sektor unggulan yang
cukup potensial untuk dikembangkan dan sesuai dengan kondisi alam yang subur dan
didukung oleh sumber daya air yang melimpah sangat memungkinkan untuk dijadikan
sebagai investasi handal. Sektor yang cukup menjanjikan adalah sektor pertanian dengan
lahan pertanian yang luas dan sistem irigasi yang mendukung, disektor perkebunan adalah
Kakao, Kelapa dan Pinang.
Tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Kabupaten Pidie Jaya adalah belum terbiasa
mengelola bantuan keuangan secara profesional, sehingga banyak investasi yang tidak
terkelola dengan baik akibat sifat masyarakat yang konsumtif dan bergaya hidup mewah.

57

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Kendala lain yang dapat muncul adalah budaya birokrasi yang belum pro ke bisnis, sehingga
akan menghambat investor yang akan masuk. Faktor keberhasilan dalam meningkatkan
penanaman modal di kabupaten Pidie Jaya adalah adanya jiwa kewirausahaan yang kuat di
masyarakat kabupaten Pidie Jaya. Adanya profil investasi yang memberikan berbagai
informasi tentang investasi. Di samping itu, semakin membaiknya sarana dan prasarana
kabupaten Pidie Jaya.
Prediksi kondisi penanaman modal untuk jangka waktu 20 tahun ke depan, antara
lain : meningkatnya jumlah investasi, promosi dan kerja sama investasi, iklim investasi dan
realisasi investasi, adanya informasi penanaman modal, jangka waktu pengurusan ijin usaha
yang semakin cepat, serta meningkatnya potensi sumber daya, sarana dan prasarana
daerah.

2.4.2.2 Kependudukan dan Catatan Sipil


Laju pertumbuhan penduduk berdasarkan dinas kependudukan, dan catatan sipil
menunjukkan cenderung meningkat 4,17 % per tahun di Kabupaten Pidie Jaya. Berdasarkan
pertumbuhan penduduk tersebut, jumlah penduduk akan terus meningkat dalam kurun waktu
20 tahun ke depan. Berikut ini memperlihatkan tentang gambaran perkembangan penduduk
Kabupaten Pidie Jaya selama 5 tahun terakhir dapat di cermati pada Tabel 2.13
Tabel 2.13
Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2004-2008
No.

Laki- laki

Perempuan

Jumlah Penduduk

Perkembangan

Kepadatan

Penduduk

Penduduk

60,997

70,382

131,397

0,28

112,55

59,941

69,695

129,636

- 1,95

111,48

62,567

65,386

135,953

9,72

116,92

68,912

70,867

139,779

8,64

120,20

70,152

71,797

141,949

0,83

122,07

Sumber : Dinas Kependudukan dan Cacatan Sipil Kabupaten Pidie Jaya

Selama 5 tahun terakhir, jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya dari tahun ke tahun
semakin meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif kecil ( 3,51 %). Dalam
kurun waktu 20 tahun ke depan di harapkan laju pertumbuhan penduduk bisa mencapai 0,84
%. Jumlah penduduk di kelompokkan berdasarkan pekerjaan menurut lapangan usaha atau
mata pencaharian yang tersedia selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.14 di
bawah ini.

58

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Tabel 2.14
Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Berdasarkan Mata Pencaharian
Tahun 2004-2008
Tahun

Petani

Nelayan

PNS

Lain-Lain

Jumlah

2004

2005

2006

2007

81.770

3.269

2.508

52.323

139.779

2008

Sumber : Bappeda Kabupaten Pidie Jaya, 2008

Angka pengangguran cukup tinggi, sejak tahun 2004 hingga tahun 2008 terjadi
fluktuasi tingkat pengangguran secara rinci, tingkat pengangguran di Kabupaten Pidie Jaya
meningkat setiap tahunnya dari tahun 2004 (11,23 %), tahun 2005 (12,77 %), tahun 2007
(14,05 %), dan tahun 2008 (14,95 %). Meningkatnya pengangguran dapat di sebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain : krisis ekonomi yang menyebabkan banyak usaha yang tutup,
terbatasnya lapangan kerja sektor primer, berakhirnya BRR dan banyaknya NGO asing yang
tidak melanjutkan pekerjaannya akibat negara donor yang mulai berkurang. Secara riil pada
tahun 2008 dari jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya sebanyak 141,949 jiwa, tingkat
partisipasi angkatan kerja yaitu sebanyak 94,383 orang, penduduk usia kerja sebanyak
87,547 orang (62,63 %), dan jumlah pengangguran sebanyak 21,220 orang (14,95 %),
berarti angka kemiskinan masih cukup tinggi. Dengan

indikator pendataan kemiskinan

menggunakan indikator baru (PKIB) tahun 2004 dan PSE 05 kondisi kemiskinan di
Kabupaten Pidie Jaya tahun 2004- 2008 dapat di cermati pada Tabel 2.15 berikut ini.
Tabel 2.15
Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008
Jumlah Penduduk Miskin (KK)
Kecamatan

Bandar Baru
Pante raja

Pra Sejahtera

3,725

Prasejahtera I

Jumlah (KK)

2,855

6,580

419

928

1,347

Trienggadeng

2,035

1,378

3,413

Meureudu

1,645

1,393

3,038

760

707

1,467

Meurah Dua
Ulim

1,031

991

2,022

Jangka Buya

337

1,651

1,988

Bandar Dua

384

673

1,057

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pidie Jaya

59

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Jumlah penduduk miskin Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2008 adalah sebesar
19,4 %, tahun 2005 2006, rata-rata mengalami penurunan sebesar 8,27 %, tahun 2007
2008. Sekandang rata-rata jumlah penurunan penduduk miskin Kabupaten Pidie Jaya
selama 5 tahun terakhir yaitu sebesar 229 RTM.
Permasalahan demografi yang di alami pemerintah Kabupaten Pidie Jaya selama ini
adalah terkait dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi dan tidak merata. Hal ini
dapat dilihat angka kepadatan pada 5 kecamatan yang di atas rata-rata yaitu : 2,9 / km2, di
mana di kecamatan Baiturrahman dan kecamatan Banda Raya mencapai 7,4 dan 6,42 /km2,
antara lain : permasalahan lainnya yaitu tingkat urbanisasi yang semakin bertambah seiring
dengan fungsi yang di emban Kabupaten Pidie Jaya, dan komposisi penduduk yang semakin
menua (aging population). Pada tahun 2005 jumlah penduduk yang masuk Kabupaten Pidie
Jaya sebanyak 5.427 orang dan yang keluar 4.017 orang.

2.4.2.3 Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah


Sektor Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKN) merupakan salah satu
sektor strategis dalam menyerap tenaga kerja. Namun sektor ini belum berkembang secara
optimal. Permasalahan yang terkait dengan iklim usaha yang kurang kondusif seperti
besarnya biaya transaksi akibat ketidakpastian dan persaingan pasar yang tinggi,
terbatasnya akses sumberdaya produktif terutama bahan baku, permodalan sarana prasana
serta informasi pasar. Terkait berbagai permasalahan tersebut, tantangan utama ke depan
adalah masih rendahnya produktivitas UMKM dapat mengakibatkan produk yang dihasilkan
kurang memiliki daya saing dan kualitas yang baik dalam memenuhi permintaan pasar.
Masalah daya saing dan produktivitas ini disebabkan oleh rendahnya kualitas dan
kompetensi kewirausahaan sumber daya manusia. Tantangan kedepan adalah bagaimana
menumbuhkan wirausaha yang berbasis agro industry, industri kreatif dan inovasi.
Menurut Data tahun 2010 dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi
Kabupaten Pidie Jaya, jumlah koperasi seluruhnya sebanyak 204 unit, koperasi aktif
sebanyak 149 unit (73,04%) dan koperasi tidak aktif sebanyak 55 unit (26,96%). Sedangkan
jumlah Usaha Mikro dan Kecil sebanyak 712 unit dan usaha menengah sebanyak 10 unit.
2.4.2.4 Ketenagakerjaan
Pada tahun 2009 di Kabupaten Pidie Jaya persentase penduduk usia kerja sebesar
62,55 persen atau sekitar 90.969 jiwa. Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2009 persentase
angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja sebesar 66,09 persen atau sekitar 60.121 jiwa.
Persentase penduduk Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2009 yang mencari pekerjaan

60

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

(pengangguran terbuka) sebesar 7,21 persen atau sekitar 4.335 jiwa. Dengan demikian
terdapat 92,09 persen angkatan kerja yang bekerja atau sekitar 55.786 jiwa.
Jika dibandingkan dengan persentase pengangguran di Provinsi Aceh, pada tahun
2009 angka pengangguran di Kabupaten Pidie Jaya hanya sebesar 7,21 persen dari total
angkatan kerja sedangkan angka pengangguran di Provinsi Aceh mencapai 9,84 persen dari
total angkatan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran masyarakat
Kabupaten Pidie Jaya sudah lebih rendah dibandingkan masyarakat kabupaten/kota lainnya
di Provinsi Aceh. Walaupun demikian angkatan kerja perlu terus ditingkatkan dengan upaya
membuka peluang investasi dalam berbagai sektor seperti; perdagangan, jasa, koperasi,
pertanian, perkebunan, kelautan dan lain-lainnya.
2.4.2.5 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Peran perempuan dalam pembangunan di kabupaten Pidie Jaya masih belum
optimal. Hal ini dapat dilihat masih sedikitnya perempuan yang menduduki jabatan strategis
di berbagai instansi. Komposisi anggota DPRD Kabupaten Pidie Jaya yang hanya di isi oleh
2 orang perempuan dari jumlah total 25 orang. Sejauh ini, capaian urusan pemberdayaan
perempuan, antara lain : terpilihnya wakil-wakil Kabupaten Pidie Jaya yang berasal dari
kaum perempuan, rasio siswa SD antara laki-laki dan perempuan yaitu 1 : 17, rasio pencari
kerja yang terdaftar antara laki-laki dan perempuan adalah 0,95, dilakukannya berbagai
pelatihan mengenai gender oleh berbagai lembaga donor, sudah di bahasnya isu-isu gender
dalam berbagai dokumen perencanaan.
Pada masa

rehabilitasi dan rekonstruksi banyaknya lembaga donor yang

mengangkat isu gender, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pemahaman


masyarakat. Berbagai konsep pembangunan yang di kembangkan seperti pro poor
development dan pemberdayaan ekonomi perempuan merupakan peluang bagi masyarakat
untuk dapat mempengaruhi kebijakan publik yang ada melalui mekanisme yang di jamin
dalam berbagai peraturan perundangan. Peraturan dan perundangan tersebut merupakan
landasan hukum yang dapat dijadikan jaminan dalam rangka pemberdayaan perempuan,
seperti undang-undang tentang HAM perempuan, anti diskriminasi terhadap perempuan dan
pengarusutamaan gender dalam pembangunan.
Permasalahan internal yang mungkin muncul adalah adanya tekanan dari dalam
rumah tangga sendiri dalam bentuk herarki kekuasaan tradisional, patriarki, kasta, maupun
agama, termasuk praktik budaya. Kekerasan dalam rumah tangga yang tidak terekspose
menyebabkan sulitnya dalam memberikan perlindungan kepada kaum perempuan dan anak.
Sedangkan tingkat keberhasilan tentang pemberdayaan perempuan dapat dilihat dari
semakin meningkatnya pemahaman masyarakat akan pentingnya kesetaraan gender,

61

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

adanya kesadaran kolektif untuk menempatkan kemiskinan sebagai musuh bersama, dan
adanya program-program pemerintah kabupaten Pidie Jaya untuk menanggulangi
kemiskinan.
Prediksi kondisi pemberdayaan perempuan dalam jangka waktu 20 tahun ke depan,
antara lain : meningkatnya angka GDI (Gender Development Index) dan GEM (Gender
Empowerment Index), meningkatnya kualitas anak dan perempuan, adanya penguatan
kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak, meningkatnya kualitas hidup dan
perlindungan perempuan, menurunnya jumlah kekerasan terhadap anak dan perempuan,
meningkatnya peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan, dan meningkatnya
akses perempuan terhadap layanan pendidikan dan kesehatan.

2.4.2.5 Keluarga Sejahtera dan Sosial


Angka kemiskinan pada tahun 2005 cukup tinggi yaitu sebesar 71.041 orang atau 40
% dari total penduduk. Meningkatnya kriminalitas khususnya perampokan, penodongan, dan
penjarahan akibat akses dari konflik bersenjata yang terjadi di sebagian wilayah provinsi
Aceh dan efeknya sampai ke Kabupaten Pidie Jaya. Banyaknya pengemis, yatim piatu, anak
terlantar dan kelompok rentan lainnya akibat konflik bersenjata dan tsunami yang belum
mendapat perhatian pemerintah Kabupaten Pidie Jaya secara serius.
Penanganan penduduk yang mengalami permasalahan sosial telah menunjukkan
peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah orang terlantar serta penyandang masalah
kesejahteraan sosial yang dapat bantuan. Hal tersebut sejalan dengan berbagai upaya
pemberdayaan, pelayanan, rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi masyarakat rentan
termasuk bagi penyandang masalah kesejateraan sosial (PMKS).
Tantangan yang muncul adalah adanya konflik horizontal dan vertikal yang dapat
menimbulkan korban bagi masyarakat yang tidak berdosa, sehingga dapat menambah
persoalan sosial lainnya. Arus globalisasi dan informasi yang menyebabkan pergerakan
barang, modal, dan orang menyebabkan tingkat kompetensi hidup yang semakin meningkat.
Jika hal ini tidak di antisipasi, maka sebagian masyarakat akan tersisih dan dapat
menimbulkan masalah sosial.
Secara internal, permasalahan yang muncul adalah adanya sikap malas dari
sebagian masyarakat akibat ke tergantungan bantuan dari lembaga donor. Kurangnya
tingkat kompetensi dan keterampilan hidup masyarakat untuk bersaing dalam kehidupan
yang semakin kompleks. Faktor keberhasilan ke depan yaitu adanya kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya keterampilan hidup dan pendidikan yang memadai untuk bersaing di
kehidupan kota. Meningkatnya keterampilan, pengetahuan dan etos kerja masyarakat
sebagai akibat transfer pengetahuan dan keterampilan selama masa rehabilitasi dan

62

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

rekonstruksi Kabupaten Pidie Jaya. Semakin banyaknya program pemerintah untuk


mengatasi persoalan sosial kemasyarakatan.
Prediksi kondisi keluarga sejahtera dan sosial dalam jangka waktu 20 tahun ke
depan, antara lain : meningkatnya pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil
(KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya, meningkatnya
pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial, meningkatnya pembinaan para penyandang
cacat dan trauma, pembinaan panti asuhan/panti jompo, pembinaan eks penyandang
penyakit sosial (ex.Narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya), meningkatnya
pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial, dan di terapkannya standar pelayanan
minimal kesejahteraan sosial.

2.4.2.6 Statistik, Kearsipan, Komunikasi dan Informasi


Permasalahan statistik, kearsipan, komunikasi dan informasi di Pidie Jaya
diantaranya adalah masih terbatasnya alokasi anggaran yang menyebabkan pembuatan
data base Kabupaten Pidie Jaya belum maksimal, masih terbatasnya sosialisasi/publikasi
dokumen publik ke masyarakat, belum terjaganya dokumen publik dalam penyimpanannya,
belum optimalnya penggunaan teknologi informasi untuk tujuan administrasi dan pendataan,
masih kurangnya penguatan media lokal sebagai aktor penyeimbang dalam demokrasi,
belum kompetennya aparatur bagian hubungan masyarakat (humas) di pemerintah
Kabupaten Pidie Jaya dalam menjalankan perannya sebagai public relation.
Pengembangan statistik, komunikasi dan informasi semakin gencar melalui
penerapan teknologi untuk tujuan administrasi pemerintahan. Adanya undang-undang yang
mengatur tentang pers, adanya tuntutan penerapan good governance terutama terkait
dengan transparansi, adanya berbagai NGO dan lembaga donor yang memberi bantuan
dalam

updating data cara pengolahannya dengan menggunakan teknologi baru.

Penggunaan teknologi informasi internet sebagai wadah promosi dengan membuka website
untuk dapat diakses oleh berbagai pihak demi kemajuan Kabupaten Pidie Jaya.
Dengan

perkembangan

arus

globalisasi,

komunikasi

dan

informasi

dapat

memunculkan banyak hal sehingga memberikan dampak terhadap kualitas dan validitas
informasi yang akan dimanfaatkan oleh pihak lain, sehingga diperlukan filter sebelum
menyajikan informasi. Kebebasan pers yang begitu tinggi dan kadang-kadang tanpa
memperhatikan kaidah dan kode etik serta niklai-nilai budaya daerah.

Perkembangan

teknologi informasi menjadi pemicu pemanfaatan data secara negatif dan merusak sistem
pelayanan publik.
Kelemahan yang timbul dari penataan urusan statistik, kearsipan, komunikasi, dan
informasi masih rendahnya

ke profesionalan sumber daya komunikasi dan informasi.

63

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Kurangnya pemahaman aparatur akan pentingnya transparansi. Belum terjaganya


dokumen/arsip daerah secara profesional, dan kurangnya sosialisasi ke masyarakat dengan
baik. Urusan statistik, kearsipan, komunikasi dan informasi semakin bagus seiring dengan
keinginan yang kuat dari masyarakat agar penyelenggaraan pemerintah dilakukan secara
transparan. Tingginya kebutuhan data dan informasi daerah yang valid dan mudah di akses
oleh masyarakat. Peranan media elektronik dan media cetak dalam membangun kebijakan
dan penegakan demokrasi.
Ketersediaan data yang memadai dan akurat serta ditunjang oleh data kearsipan
yang lengkap akan dapat meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah Pidie
Jaya, sehingga kebijakan pembangunan dapat diambil secara tepat.

2.4.2.7 Ketertiban dan Keamanan


Persoalan ketertiban dan keamanan sangat terikat dengan persoalan politik,
penegakan hukum, kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat. Kebebasan politik
sangat rawan/rentan terhadap ketertiban, apalagi dalam kenyataan adanya paksaan seperti
pelaksanaan pemilu yang selalu di warnai dengan pemaksaan untuk memilih salah satu
partai tertentu. Di samping itu, dengan konflik yang berkepanjangan dalam masyarakat
Aceh, sehingga kebebasan berbicara dan berpendapat atau mengkritik menjadi sulit.
Penegakan hukum yang belum adil dan transparan menyebabkan menurunnya kredibilitas
aparat maupun institusi penegak hukum di mata masyarakat. Pemberlakuan sanksi terhadap
pelaku yang terlibat, kriminalitas, korupsi dan pelanggar hukum lainnya tidak dilaksanakan
secara murni, efektif dan adil. Meningkatnya kriminalitas khususnya perampokan,
penodongan, pembunuhan dan penjarahan yang merupakan dampak dari akibat konflik
bersenjata yang terjadi selama ini di sebagian wilayah Aceh yaitu : salah satunya adalah di
wilayah Kabupaten Pidie Jaya. Belum maksimalnya peran dari satuan polisi pamong praja
dalam menegakkan kedisiplinan aparatur pemerintah, dan belum optimalnya peran wilayatul
hisbah dalam menjalankan penegakan hukum syariat dalam kehidupan masyarakat
Kabupaten Pidie Jaya.
Setelah penandatanganan perdamaian antara pemerintah dan kelompok GAM di
Helsinki Swedia, stabilitas politik dan keamanan mulai meningkat, hal ini berdampak pada
penurunan gangguan keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat, munculnya
kebebasan berpolitik dan memberikan pendapat di depan umum oleh setiap warga
masyarakat. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang berjalan aman, dan damai,
terbentuknya polisi pamong praja dan wilayatul hisbah Kabupaten Pidie Jaya.

64

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Dengan lahirnya Undang-Undang Pemerintah Aceh pasca kesepakatan perdamaian


antara pemerintah dan kelompok GAM telah membuka peluang bagi masyarakat provinsi
pada umumnya dan Kabupaten Pidie Jaya khususnya untuk bebas berpolitik dan
memberikan pendapat di muka umum. Demikian pula dengan adanya Undang-Undanga
No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, masyarakat dapat menggunakan haknya
untuk memberikan aspirasinya dalam pilkada. Hal tersebut berimplikasi pada berkurangnya
intervensi pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Aceh terhadap penentuan kepala
pemerintahan Kabupaten Pidie Jaya. Pemberian tugas yang maksimal kepada polisi pamong
praja dan wilayatul hisbah dalam menjalankan kedisplinan dan penegakan hukum syariat.
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perdamaian dalam mewujudkan kesejahteraan
dan kemakmuran.

2.4.2.8 Pemuda dan Olah Raga


Permasalahan yang ada belum di optimalnya kepemudaan dan olah raga, karena
selama masa konflik, ruang gerak pemuda untuk berkreasi masih sangat terbatas, belum
adanya lembaga dinas yang khsus mengurusi tentang kegiatan pemuda dan olah raga
secara mandiri, karena selama ini masih di bawah dinas pendidikan. Banyaknya pemuda
berkualitas lebih memilih untuk mencari peluang di bidang olah raga Pidie Jaya khusunya
dan di luar Aceh pada umumnya. Belum adanya alokasi dana yang memprioritaskan
terhadap kegiatan pemuda danolah raga, belum adanya fasilitas sarana dan prasarana
untuk kegiatan pemuda dan olah raga sebagai tempat pembinaan dan pengkaderan pemuda
dan olahragawan.
Capaian sejauh ini adalah sudah ada organisasi kepemudaan yang berdiri, oleh
karena akses masuknya lembaga-lembaga donor, banyaknya lembaga donor yang
membantu dalam memberikan pelatihan bagi pemuda, rehabilitasi dan rekonstruksi
prasarana olahraga yang sudah rusak akibat terjadinya tsunami, adanya klub olahraga
dalam beberapa bidang tertentu.

2.5

Daya Saing Daerah

2.5.1 Kemampuan Ekonomi Daerah


2.5.1.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita
Perkembangan kesejahteraan salah satunya dapat diukur melalui perkembangan
tingkat pendapatan. Secara umum, selama periode 2007-2009 tingkat kesejahteraan
penduduk Kabupaten Pidie Jaya mengalami peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
semakin meningkatnya tingkat pengeluaran per kapita sebagai proxy pendapatan.
Pengeluaran per kapita sebulan terjadi peningkatan di tahun 2008 sebesar Rp 2.110.308,-

65

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

yaitu menjadi Rp 5.615.148,-. Namun, pengeluaran penduduk tersebut menurun di tahun


2009 sebanyak 9,76% menjadi Rp 5.066.880. Perkembangan tingkat kesejahteraan
masyarakat juga dapat diamati berdasarkan perubahan persentase pengeluaran yang
dialokasikan untuk kebutuhan bukan makanan. Semakin tinggi persentase pengeluaran
bukan makanan dapat mengindikasikan adanya perbaikan tingkat kesejahteraan.
Berdasarkan data yang tersedia, pengeluaran bukan makanan terjadi peningkatan di
tahun 2008 dan menurun di tahun 2009. Persentase pengeluaran untuk makanan tahun
2009 mengalami kenaikan sebanyak 7,4 persen menjadi 71,49 persen. Padahal sebelumnya
terjadi penurunan sebesar 8,55 persen dibandingkan tahun 2007 yaitu menjadi 64,09
persen. Sebaliknya, persentase pengeluaran untuk bukan makanan menurun pada periode
yang sama yaitu menjadi 28,51 persen. Padahal tahun sebelumnya meningkat sebesar 8,55
persen dibandingkan tahun 2007 yaitu menjadi 35,91 persen. Hal ini mengindikasikan terjadi
penurunan kesejahteraan penduduk selama periode 2009 dibandingkan tahun sebelumnya,
2008.
2.5.1.2 Produktivitas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Pidie Jaya merupakan salah satu kabupaten penyedia bahan pangan di
provinsi Aceh bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu lumbung padi di Aceh. Produksi
padi di Pidie Jaya tahun 2009 sebesar 79,015 ton dengan luas panen 12647 ha. Sedangkan
untuk penghasil terbesar tanaman palawija adalah kacang kedelai dengan produksi sebesar
17,038 ton dimana luas panen 10.621 ha. Posisi kedua adalah kacang tanah dimana luas
panen sebesar 1400 ha dengan produksi 1,845 ton. Kemudian jagung dengan luas panen
720 ha dan produksi sebesar 3,933 ton. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat pada Gambar
2.4 di bawah ini :
Gambar 2.4
Grafik Produksi Tanaman Bahan Makanan
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009

66

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Komoditas utama yang dihasilkan Pidie Jaya tahun 2009 dari tanaman sayur-sayuran
adalah Ketimun dengan luas panen 85 ha dan produksi sebesar 680 kwintal. Selain itu
adalah cabe merah dengan luas panen sebesar 87 ha dan produksi 392 kwintal. Selanjutnya
diikuti oleh kacang panjang dengan luas panen 85 ha dan produksi 340 kwintal.
Disamping itu, buah-buahan juga memberikan hasil yang cukup besar. Komoditas
utama antara lain durian, rambutan, melinjo, dan pisang. Banyaknya tanaman durian
sebanyak 16.283 batang dengan produksi 32,56 ton, rambutan sebanyak 15.527 batang dan
produksi 8,81 ton. Sedangkan melinjo sebanyak 130.295 batang dengan produksi 65,15 ton
dan pisang sebanyak 125.488 batang dengan produksi 14,94 ton.
Komoditas unggulan dari perkebunan Kabupaten Pidie Jaya adalah Kakao, Kelapa
dan Pinang. Luas areal produksi kakao terjadi perkembangan yang cukup signifikan pada
tahun 2008 menjadi 8.327 ha dari 5.227 ha pada tahun 2007 dan pada tahun 2009 luas areal
kakao adalah 8.377. Sedangkan hasil produksi kakao sejak tahun 2007 hingga 2009 tetap
sama berkisar pada 2.362 ton/tahun. Untuk komoditi kelapa perkebunan rakyat sejak tahun
2007 hingga 2009 tetap sama sebesar 3.340 ha dengan jumlah produksi 3.085,9 ton/tahun
pada tahun 2009 meningkat dari tahun 2007 yang hanya 1.931,15. Untuk Pinang luas areal
pada tahun 2009 adalah 1.466 ha dengan hasil produksi 382 ton/tahun.
2.5.1.3 Produktivitas Sumber Daya Alam Kehutanan
Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam menunjang
perekonomian serta merupakan daya dukung lingkungan terhadap keseimbangan
ekosistem. Kabupaten Pidie Jaya yang memiliki wilayah hutan yang cukup luas sangat perlu
dijaga ekosistemnya dengan tidak membiarkan pembalakan liar (illegal logging) yang dapat
mengakibatkan gundulnya hutan, sehingga menyebabkan terjadinya erosi dan banjir yang
membahayakan keselamatan manusia dan ekosistem lainnya.
Pidie Jaya sangat mendukung konsep Aceh Green Vision yang diwujudkan dalam
rencana pembangunan Aceh melalui upaya
terbarukan,

tata

guna

pemanfaatan

dan

pengelolaan

energi

lahan (landuse management), pemberdayaan masyarakat

(community development), komersial dan konservasi secara berkelanjutan dengan


melibatkan partisipasi masyarakat lokal secara aktif. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai
dengan peruntukannya sebagaimana yang ditetapkan
menimbulkan terjadinya alih fungsi lahan yang

dalam

berdampak

tata
negatif

ruang

dapat
terhadap

lingkungan.

67

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

2.5.1.4. Produktivitas Kelautan dan Perikanan


Sumber daya kelautan adalah sumber daya yang berisi potensi kelautan yang salah
satunya berupa jalur transportasi, jasa angkutan laut dan perikanan yang dapat memberi
nilai tambah bagi pendapatan masyarakat termasuk pendapatan asli daerah.
Kegiatan perikanan terdiri dari perikanan darat dan perikanan tangkap. Perikanan
darat merupakan kegiatan yang memanfaatkan lahan tambak sebagai tempat budidaya ikan
tersebut. Budidaya juga dibedakan atas : budidaya air payau dan budi daya air tawar. Jenis
ikan yang dibudidayakan di air payau di antaranya : ikan bandeng, udang, dan ikan mujahir.
Sedangkan budidaya air tawar yaitu : ikan mas, ikan nila, ikan gurami, ikan patin dan
beberapa jenis ikan tawar lainnya.
Di Kabupaten Pidie Jaya dari 8 kecamatan hanya 1 yang tidak memilki areal tambak
dan areal budidaya ikan air payau yaitu kecamatan Bandar Dua, sedangkan 7 kecamatan
lainnya secara geografis berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Luas areal yang
digunakan untuk budidaya air payau pada tahun 2008 seluas 2.087,22 Ha dengan jumlah
pemilik tambak adalah sebanyak 2.110 orang, pada tahun 2009 luas tambak sedikit
mengalami penurunan menjadi 1.984,92 Ha dengan jumlah pemilik tambak 2.098 orang.
Untuk lebih jelasnya luas areal tambak di kabupaten Pidie Jaya dari tahun 2008 sampai
2009 menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.16 berikut :
Tabel 2.16
Luas Areal Tambak di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 dan 2009
No.

Luas (Ha)

Kecamatan

Jumlah Pemilik (org)

2008

2009

2008

2009

1.062,11

1,015,21

950

925

Bandar Baru

Pante Raja

92,36

95,56

111

115

Trienggadeng

242,55

245,20

311

311

Meureudu

116,90

121,50

118

134

Meurah Dua

83,35

86,25

112

112

Ulim

318,80

248,55

313

295

Bandar Dua

Jangka Buya

117,15

172,65

195

206

2.087,22

1.984,92

2.110

2.098

JUMLAH
Sumber :

- Pidie Jaya dalam Angka 2010;


- Evaluasi Perkembangan Pembangunan Kab. Pidie Jaya Tahun 2010

Hasil produksi perikanan budidaya di kabupaten Pidie Jaya tahun 2010 adalah
735.33 ton dengan rincian untuk hasil produksi budidaya ikan badeng adalah 437,48 ton,
budidaya udang 270,30 ton dan budidaya lainnya sebesar 27,55 ton.

68

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Disektor perikanan tangkap, Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya telah membangun


berbagai infrastruktur penunjang kegiatan produksi nelayan dengan sumber dana dari APBK,
APBA dan BRR. Fasilitas yang sudah terbangun meliputi 2 unit gedung TPI yaitu di
Kecamatan Jangka Buya dan Trienggadeng, 1 unit Gedung Pelelangan di Kecamatan
Meureudu dan 4 dermaga yang terletak di Kecamatan Jangka Buya, Meureudu,
Trienggadeng dan Bandar Baru.
Produksi perikanan tangkap di kabupaten Pidie Jaya sangat melimpah, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi laut, serta jenis alat tangkap, jenis kapal
dan fasilitas pelengkap lainnya yang digunakan oleh nelayan. Untuk mengetahui jenis dan
fasilitas yang digunakan serta ikan hasil tangkapan nelayan seperti terlihat pada tabel 2.17
berikut ini:

69

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Tabel 2.17
Jumlah Hasil Perikanan Tangkap di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008
PRODUKSI IKAN (TON/TAHUN)

Teri

Dencis

Tongkol

Peperek

Tuna

Kerapu

Cakalang

Tenggiri

Pari

Layur

Turisi

Sunglir

Kuwe

Kembung

Lemadang

Kakap
batu

Udang

JENIS IKAN

Bandar Baru

80

50

300

40

190

180

50

70

960

Pante raja

360

240

144

48

18

24

12

84

12

924

Trienggadeng

10

48

36

18

12

144

Meuredu

Meurah Dua

48

96

120

24

720

18

600

12

24

24

18

36

18

10

12

1.784

Ulim

120

240

72

24

48

50

559

Bandar Dua

Jangka Buya

a. Kuala Kiran

24

24

b.Pasi Aron

120

24

18

12

12

12

209

JUMLAH

759

650

664

153

958

18

816

34

12

104

73

24

117

138

18

10

74

4.604

NO

KECAMATAN

TOTAL

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan kehutanan Kab. Pidie Jaya

70

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

2.5.1.5 Perindustrian dan Perdagangan


Sektor perdagangan merupakan penyumbang PDRB urutan ketiga setelah sektor
pertanian dan jasa (berdasarkan harga konstan). PDRB sektor perdagangan sejak tahun
2006 sampai dengan 2007 berturut-turut sebesar 7,32%, 8,85%, 10,23% dan 11,31%.
Kenaikan PDRB ini disebabkan perekonomian kabupaten Pidie Jaya sudah mulai menggeliat
seiring pembangunan pertokoan diberbagai sisi kota karena pertambahan daya beli
masyarakat.
Pasar yang merupakan pusat transaksi ekonomi masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya
berjumlah 8 lokasi yang berada di semua pusat ibukota kecamatan. Pasar daerah berjumlah
1 unit berada di Kota Meureudu yang merupakan ibukota kabupaten. Pasar daerah terdiri
dari pertokoan yang sebagian merupakan asset daerah. Sedangkan pasar hewan kabupaten
Pidie Jaya hanya mempunyai 1 lokasi yaitu di kecamatan Bandar Dua.
Industri yang ada di kabupaten Pidie Jaya hanya sebatas industri kecil yang bergerak
dalam bidang industri kerajinan dan industri pengolahan. Industri kerajinan yang
diusahankan oleh masyarakat Pidie Jaya dan berkembang saat ini adalah industri batu bata,
anyaman rotan, tikar pandan, pandai besi, perabot rumah tangga dan bordir. Sedangkan
industri pengolahan yang ada dilaksanakan dalam skala kecil dan terbatas antara lain
industri pengolahan kue adee, kerupuk melinjo, pengolahan ikan, pengolahan garam dan
kerupuk ubi. Jumlah unit usaha, tenaga kerja dan kapasitas produksi industri per tahunnya
bisa dilihat di tabel 2.18 berikut ini :
Tabel 2.18
Jumlah Sentra Industri, Tenaga Kerja dan Produksi
Di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2010
No.

Industri

Batu Bata

Jumlah

Tenaga Kerja

Kapasitas Produksi

120

1.367

32.744.348

Biji

Anyaman Tikar

1.690

1.740

Kue Adee

53

52.500

Pengolahan Ikan

99

287.500

Garam

12

120

5.280

Ton

Pandai Besi

10

1.080

Buah

Industri Rotan

14

29

84.794

Buah

Lembar
Buah
Kg

Sumber : Peluang Investasi Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2011

71

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Kegiatan industri kerajinan dan pengolahan diusahakan dalam skala terbatas dengan
modal terbatas pula, peluang investasi yang dapat direncanakan meliputi : pembangunan
industri kerajinan dan pengolahan hasil berskala menengah, penampungan dan penyaluran
hasil produksi industri masyarakat dan usaha peningkatan kualitas produksi dan packing
hasil produksi untuk diekspor sesuai permintaan pasar.
2.5.2

Fasilitas Wilayah / Infrastruktur

2.5.2.1 Aksesibilitas Daerah


Aksesibilitas daerah dapat ditinjau dari ketersedian fasilitas perhubungan yang
meliputi darat, laut dan udara. Aksesibilitas Kabupaten Pidie Jaya hanya pada darat,
sedangkan laut dan udara tidak tersedia. Berdasarkan sumber dari Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pidie Jaya tahun 2010, Panjang jalan kabupaten seluruhnya adalah 330,13 km,
dengan kondisi baik (pemeliharaan rutin) mencapai 271,92 km (82,37%); kondisi sedang/
rusak ringan (pemeliharaan periodik) sepanjang 47,35 km (14,34%) dan kondisi rusak berat
(peningkatan) sepanjang 10,86 km (3,29%). Ini menandakan hampir keseluruhan jalan
kabupaten dalam kondisi cukup memadai.
Jumlah jembatan yang ada 62 unit dengan rincian 43 unit jembatan konstruksi beton
dan 19 unit jembatan gantung permanen. Keseluruhan kondisi jembatan tersebut bisa
dikatagorikan masih bagus dan layak dipergunakan.
2.5.2.2 Penataan Wilayah
Penataan wilayah difokuskan pada penetapan kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Berdasarkan jenis dan fungsinya kawasan lindung yang memiliki nilai strategis
diperuntukkan sebagai Hutan Suaka Alam (HSA), Hutan Pelestarian Alam (HSA), Taman
Buru (TB), Hutang Lindung (HL) dan Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan (KLDK).
Luas hutan lindung Kabupaten Pidie Jaya adalah 49.284 Ha, hutan rakyat 27.330 Ha
dan hutan produksi 5.296 Ha. Sedangkan luas ruang terbuka hijau yang ada adalah sebesar
420 Ha, lahan terlantar seluas 19.131 Ha dan lahan kritis 1.550 Ha. Untuk luas daerah
tangkapan air yang ada sekarang sebesar 58.502 Ha dan direncanakan sampai dengan
tahun 2014 menjadi 64.352,20 Ha.
Diharapkan dengan perencanaan penataan wilayah bisa memaksimalkan debit air
sungai yang menjadi sarana vital dalam mengairi pertanian pangan lahan basah yang ada di
Kabupaten Pidie Jaya. Dan juga perencanaan tata ruang ini mengacu pada gerakan green
vision yang dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh sejak tahun 2007.

72

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

2.5.2.3 Fasilitas Listrik dan Telekomunikasi


Penyaluran arus listrik diseluruh Kabupaten Pidie Jaya di bawah penanganan PT
PLN, Pemerintah Kabupaten hanya memaksimalkan penyaluran listrik di daerah pelosok
atau terpencil yang belum terjangkau oleh jaringan PT PLN. Hingga saat ini distribusi listrik
hampir merata kesegala pelosok dengan rasio elektrifikasi di Kabupaten Pidie Jaya adalah
sebesar 86% dan diharapkan sampai 2020 distribusi listrik ke rumah tangga akan mencapai
100%. Jumlah daya yang disalurkan oleh PT PLN ke Kabupaten Pidie Jaya melalui gardu
induk yang ada di Desa Tijue Kabupaten Pidie adalah sebesar 5.740 kV.
Untuk bidang telekomunkasi, jumlah satuan sambungan telepon di Kabupaten Pidie
Jaya hanya sebanyak 203 sst dikarenakan banyak rumah tangga yang sudah beralih
menggunakan mobile phone (handphone). Jumlah sentral telepon otomat telkom hanya 1
unit, sedangkan jumlah menara telekomunikasi sebanyak 34 unit dengan rincian 23 unit
Telkomsel, 1 unit Telkom, 6 unit XL dan 4 unit Indosat. Sedangkan warung Internet (warnet)
yang ada hanya berjumlah 4 unit.

2.5.2.4 Ketersediaan Penginapan dan Restoran


Penginapan adalah perusahaan yang menyewakan ruangan penginapan untuk
umum, termasuk dalam pengertian penginapan adalah hotel, gubuk pariwisata (cottage),
motel, losmen, wisma pariwisata, pesanggrahan (hostel) dan pondok pariwisata. Di
kabupaten Pidie Jaya hanya mempunyai wisma yaitu berjumlah 4 wisma yang semuanya
terletak di kota Meureudu, sedangkan hotel, motel dan lain-lainya belum ada. Untuk jumlah
rumah makan sebanyak 33 unit dan restoran sebanyak 4 unit dengan ketersedian rumah
makan terbanyak berada di kecamatan Trienggadeng sebanyak 14 rumah makan.
2.5.3

Sumberdaya Manusia

2.5.3.1 Kualitas Tenaga Kerja


Kualitas tenaga kerja suatu daerah dapat dievaluasi dari rasio penduduk yang
menamatkan pendidikan tinggi dengan total penduduk. Rasio penduduk yang menamatkan
pendidikan di perguruan tinggi (DIV/S1 dan S2/S3) di Kabupaten Pidie Jaya berdasarkan
buku Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Aceh tahun 2009 hanya 5.82% dan yang
menamatkan SLTA sederajat sebesar 21.67%. Sedangkan rasio penduduk yang masih
sekolah di perguruan tinggi sebesar 2.77% dan yang masih sekolah tingkat SLTA sederajat
sebesar 6.91%, ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk yang bersekolah di perguruan
tinggi dan lulusan dari perguruan tinggi masih sangat minim.

73

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

2.5.3.2 Indeks Pembangunan Manusia


Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat
perkembangan Indeks Pembangunan (IPM). Angka indeks ini mencerminkan capaian
kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dengan melihat perkembangan
angka IPM tampaknya kemajuan yang dicapai Pidie Jaya dalam pembangunan manusia
tidak terlalu signifikan. Angka IPM Kabupaten Pidie Jaya hanya mengalami sedikit
peningkatan dari 69,96 persen pada tahun 2007 menjadi 71,23 persen pada tahun 2008 dan
tahun 2009 menjadi 71,71 persen. Lambatnya kenaikan IPM ini dapat dipahami, mengingat
Pidie Jaya merupakan kabupaten pemekaran dan masih dalam proses membangun.
2.5.3.3 Aparatur Pemerintah
Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
melakukan pemberdayaan, pembangunan, monitoring dan evaluasi serta pelanyanan publik
secara profesional. Untuk terlaksananya tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance), pemerintah kabupaten akan menggunakan seluruh tenaga dan kemampuan
sumberdaya aparatur yang handal dan potensial dibidangnya sesuai dengan kompetensi
yang ada. Jumlah sumberdaya aparatur daerah/pegawai negeri sipil di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2010 adalah 3.661 oran. Bila dilihat dari
tingkat kepangkatan/golongan aparatur pada Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya adalah
golongan IV sebanyak 1.115 orang, golongan III sebanyak 1.286 orang, golongan II
sebanyak 1.171 orang dan golongan I sebanyak 89 orang.
2.5.4

Sumberdaya Energi dan Mineral

2.5.4.1 Sumberdaya Energi


Pada tahun 2008 bulan Oktober Kantor PLN Cabang Sigli Ranting Meureudu, dalam
melayani listrik belum dapat menjangkau seluruh wilayah desa-desa di Kabupaten Pidie
Jaya. Hal ini disebabkan jumlah unit rumah yang tidak begitu signifikan di beberapa desa.
Pelayanan dilakukan oleh pembiayaan yang berasal dari APBN, adapun nama lokasi
pembangkit listrik sampai saat ini masih berada di Desa Tijue Kabupaten Pidie.
Berdasarkan kondisi yang ada pada saat ini, pemenuhan kebutuhan energi listrik di
Kabupaten Pidie Jaya relatif telah terpenuhi, sebagai tolak ukur kemampuan pelayanan
secara umum kebutuhan energi listrik dapat dibagi empat klasifikasi, yaitu:
1. Rumah Tangga
Kebutuhan energi listrik untuk rumah tangga diklarifikasikan atas jenis persilnya yaitu:
a. perumahan skala besar, 1.300 watt/unit,
74

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

b. perumahan skala sedang, 900 watt/unit,


c. perumahan skala kecil, 450 watt/unit.
2. Perdagangan dan Perkantoran
Standar kebutuhan energi listrik untuk kegiatan perdagangan dan perkantoran
maksimum 20 watt/m2 atau 25% dari kebutuhan rumah tangga.
3. Kegiatan Sosial dan Pelayanan Umum
Kegiatan sosial meliputi pendidikan, kesehatan dan peribadatan. Kebutuhan listrik untuk
kegiatan tersebut maksimum 15 watt/m2 atau 25% dari kebutuhan rumah tangga.
4. Penerangan Jalan
Standar yang digunakan adalah maksimum 18 watt/m2 atau 10% dari kebutuhan rumah
tangga.
Pemerataan pelayanan terhadap kebutuhan listrik tersebut perlu diusahakan
semaksimal mungkin mengingat salah satu indikator berkembangnya suatu kota atau
wilayah adalah terpenuhinya kebutuhan akan penerangan/listrik. Jenis pembangkit yang
disediakan untuk tiap kawasan tidak harus sama, melainkan disesuaikan dengan
karakteristik wilayah, kemungkinan pencapaian hasil yang maksimal dengan biaya yang
terjangkau. Hal tersebut dapat dilakukan, mengingat telah terdapat berbagai penelitian
mengenai berbagai macam sumber energi yang dapat digunakan untuk mengantisipasi
kesulitan penyediaan listrik oleh perusahaan listrik negara (PT PLN).

2.5.4.3 Sumberdaya Migas dan Mineral


Sumber daya migas adalah sumber daya yang meliputi sumber daya minyak dan gas
yang ada di perut bumi Kabupaten Pidie Jaya. Sumber daya migas dapat memberikan
kontribusi pada penerimaan daerah. Dalam hal ini bukan tidak mungkin Pidie Jaya memiliki
potensi sumber daya migas yang dapat menjadi penerimaan daerah lainnya di luar sektor
migas, sehingga setiap regulasi yang dibuat tentang sumber daya energi harus dapat
mendorong masuknya investasi.
Sumber daya mineral yang ada sangat ini, masih berupa bahan galian C. Tetapi
jumlah bahan galian ini cukup banyak, hal ini dapat dilihat dari keberadaan sungai dan
ketinggian

daratan

yang

bervariasi

(tebing).

Berdasarkan

pengamatan

kegiatan

penambangan bahan galian C, umumnya merupakan dipergunakan sebagai bahan


bangunan dilakukan masih menggunakan cara tradisional dan beberapa diantaranya juga
dengan mekanis.
Beberapa penilaian dasar terhadap potensial bahan galian, diantaranya sebagai
berikut;

75

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

1.

Endapan Aluvial
Endapan Aluvial terbentuk pada daerah sungai laut dangkal yang dikontrol oleh air atau
arus, pembentukan dari proses pelapukan batuan sampai pengendapan kembali.
Dengan potensi sumber galian sebagai berikut: kerikil, pasir dan lempung (tanah liat).

2.

Sedimen Kuarter Awal


Sedimen Kuarter Awal terbentuk pada daerah antara darat sampai laut dangkal, dengan
indikator adanya mineral lignit dan napal. Bahan galian antara lain: pasir, kerikil,
lempung, perselingan batu pasir, batu lempung.

3.

Sedimen Tersier
Sedimen Tersier diendapkan pada daerah/lingkungan darat, laut dangkal dan laut
dalam.

4.

Sedimen/Metamorf Pratersier
Sedimen/Metamorf Pratersier terbentuk akibat dari tekanan/pembebanan batuan (P) dan
temperatur (T) pada batuan dibawah permukaan tanah. Potensi bahan galian sebagai
berikut : batu gamping pejal, schkiss mika, batu pasir, metawacke konglemerat, kuarsit,
batu sabak schkiss, mika dan marmer.

76

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

BAB III
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

3.1.

Permasalahan Pembangunan Daerah

3.1.1

Bidang Ekonomi

3.1.1.1 Tingkat Kemiskinan


Prosentase tingkat kemiskinan di Pidie Jaya relatif masih tinggi yaitu 27,97 persen
(2009) di atas rata-rata Nasional 16,58 persen dan Provinsi 21,8 persen. Penyebab tingginya
angka kemiskinan ini disebabkan oleh pengaruh konflik yang berkepanjangan sehingga
masyarakat Pidie Jaya tidak mampu mengembangkan potensi daerah yang dimiliki secara
optimal. Tingginya penduduk miskin di Pidie Jaya juga disebabkan oleh beberapa faktor lain
diantaranya adalah masih rendahnya tingkat pendidikan, minimnya infrastruktur pendukung
usaha, serta terbatasnya akses terhadap arus informasi. Oleh karena itu peta kemiskinan di
Pidie Jaya akan sangat tampak pada penduduk yang bergerak di sektor pertanian,
perkebunan dan perikanan karena sebagian besar dari mereka memiliki tingkat pendidikan
yang rendah dan sarana prasarana yang mereka gunakan pun sangat terbatas. Lebih lanjut
kondisi kemiskinan di Pidie Jaya ini menjadi masalah yang lebih berat, mengingat komposisi
penduduk Pidie Jaya yang mayoritas penduduknya bergerak di tiga bidang tersebut dan
hampir sebagian besar kemiskinan di Pidie Jaya adalah gambaran kehidupan ketiga bidang
tersebut. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah daerah untuk mengatasi kemiskinan di Pidie
Jaya ini harus mengedepankan pembangunan masyarakat berbasis petani dan nelayan.

3.1.1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka


Pada tahun 2009 di Kabupaten Pidie Jaya persentase penduduk usia kerja sebesar
62,55 persen atau sekitar 90.969 jiwa. Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2009 persentase
angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja sebesar 66,09 persen atau sekitar 60.121 jiwa.
Penduduk Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2009 yang mencari pekerjaan (pengangguran
terbuka) sebesar 7,21 persen atau sekitar 4.335 jiwa. Dengan demikian terdapat 92,09
persen angkatan kerja yang bekerja atau sekitar 55.786 jiwa. Jika dibandingkan dengan
persentase pengangguran di Provinsi Aceh, pada tahun 2009 angka pengangguran di
Kabupaten Pidie Jaya

sebesar 7,21 persen dari total angkatan kerja sedangkan angka

pengangguran di Provinsi Aceh mencapai 9,84 persen dari total angkatan kerja. Meskipun
angka pengangguran di Pidie Jaya masih di bawah angka pengangguran Provinsi Aceh dan
1

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Nasional sebesar 7,87 %, namun begitu daya saing tenaga kerja di Kabupaten Pidie Jaya
masih rendah sehingga menyebabkan tenaga kerja daerah Pidie Jaya kalah bersaing
dengan daerah lain.

3.1.1.3 Kontribusi Pertanian Terhadap PDRB


Pembangunan pertanian yang telah memberikan kontribusi terbesar bagi PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto) Pidie Jaya, belum sepenuhnya berkorelasi positif dalam
mengangkat taraf hidup dan kesejahteraan petani. Hal ini tampak pada gambaran
kemiskinan di Pidie Jaya yang hampir didominasi oleh masyarakat Pidie Jaya yang bergerak
di sektor pertanian. Permasalahan ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan SDM petani
dalam

pengolahan

sumberdaya

alam,

kurangnya

penerapan teknologi

dan

tidak

maksimalnya kelembagaan pertanian di tingkat usaha tani. Ketiadaan modal usaha dan
ketersediaan saprodi yang terjamin di tingkat usaha tani terutama benih unggul bermutu dan
pupuk bersubsidi juga menjadi faktor lain rendahnya mutu pertanian di Pidie Jaya.
Disamping itu kurangnya Tenaga Penyuluh Lapangan (PPL), baik dari segi kualitas maupun
kuantitas juga menyebabkan kurang berkembangnya sektor ini.

3.1.1.4 Kondisi Investasi di Pidie Jaya.


Investasi di Pidie Jaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
menumbuhkan ekonomi masayarakat. Tanpa investasi maka pembangunan ekonomi di
Pidie Jaya akan berjalan lambat. Penyebab rendahnya investasi di Pidie Jaya yang utama
adalah masalah keamanan, belum adanya regulasi dari pemerintah kabupaten

dan

keengganan dari pihak perbankan dalam menyalurkan kredit. Dengan adanya regulasi yang
menguntungkan semua pihak dapat mendorong investasi dari berbagi sektor sehingga
akhirnya dapat meningkatkan PDRB Pidie Jaya.
3.1.2 Bidang Infrastruktur
3.1.2.1 Sumber Daya Air dan Irigasi
Sumber daya air dan irigasi diantaranya adalah layanan infrastruktur ditinjau dari
aspek pemenuhan kebutuhan air baik untuk menunjang kegiatan pertanian maupun
kebutuhan domestik juga masih kurang memadai. Kondisi infrastruktur pengairan di Pidie
Jaya yang dalam kondisi baik baru mencapai 30%, hal ini ditinjau dari kondisi fungsional
jaringan irigasi mulai menurun seiring dengan rendahnya ketersediaan anggaran operasional
dan pemeliharaan dan akibat banjir yang terjadi di beberapa tempat di Pidie Jaya.

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Pelayanan air minum di Pidie Jaya yang dilaksanakan oleh PDAM belum maksimal,
hal ini ditandai masih banyak wilayah di Pidie Jaya yang belum mendapat layanan air bersih
sementara itu layanan air bersih di beberapa wilayah belum memperoleh layanan yang
maksimal selama sehari semalam namun hanya beberapa jam dalam sehari. Hal ini
menyebabkan kualitas hidup masyarakat kurang baik.
3.1.2.2 Pembangunan Jalan
Pembangunan jalan-jalan utama di Pidie Jaya yang belum memadai. Hal ini masih
sama permasalahannya dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu disebabkan terbatasnya
dana yang tersedia untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan, demikian pula akibat
muatan yang berlebih menyebabkan kerusakan atau degradasi jalan lebih cepat terjadi
dibandingkan dengan umur rencana.
3.1.2.3 Lingkungan Hidup
Berbagai masalah dalam hal pengelolaan lingkungan hidup adalah tingginya tingkat
perambahan kawasan hutan, illegal logging, illegal mining, kerusakan daerah aliran sungai
(DAS), pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran dan kerusakan pesisir/laut,
bencana alam (banjir, tanah longsor) dan rendahnya kesadaran masyarakat di bidang
lingkungan, tata ruang wilayah dan penegakan hukum lingkungan.
3.1.3 Bidang Sosial dan Budaya
3.1.3.1 Pendidikan
Layanan pendidikan yang belum merata dan berkualitas, terutama dari sisi
pemanfaatan sumber daya yang belum efektif serta masih minimnya fasilitas pendukung
berupa sarana dan prasarana. Meskipun secara umum dapat dikatakan bahwa akses
masyarakat di Pidie Jaya terhadap lembaga pendidikan pada berbagai tingkatan sudah
cukup baik, namun permasalahan mutu pendidik yang dan layanan yang masih rendah
menyebabkan kualitas pendidikan belum dapat diandalkan.
Pengelolaan sistem pendidikan di Pidie Jaya belum berjalan secara efektif, hal itu
dapat dilihat dari tidak efisiensinya pengelolaan pendidikan, terutama masih banyak kepala
sekolah yang belum memiliki kapasitas dan profesionalisme dalam memimpin. Penempatan
kepala sekolah seringkali menjadi masalah karena tidak berasal dari orang-orang yang
memang telah memenuhi kualifikasi untuk itu.
Mutu pendidikan, relevansi dan daya saing lulusan sekolah di Pidie Jaya masih
rendah dibandingkan dengan daerah lain khususnya di luar Aceh. Hal ini disebabkan
3

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

ketenagaan, ketersediaan sarana dan prasarana serta kemampuan manajemen sekolah


merupakan penyebab utama rendahnya mutu, relevansi dan daya saing pendidikan.
3.1.3.2 Kesehatan
Rumah Sakit Umum yang belum memadai dan berkualitas. Hal ini bisa dimaklumi
mengingat usia Kabupaten Pidie Jaya yang masih relatif muda, namun ke depan Pidie Jaya
harus memiliki Rumah Sakit yang berkualitas baik dari segi pelayanan maupun penanganan
berbagai permasalahan penyakit. Sehingga bisa menjadi Rumah Sakit rujukan tidak hanya
bagi masyarakat Pidie Jaya sendiri tapi juga menjadi rujukan bagi masyarakat daerah lain di
Aceh.
Masih tingginya jumlah gizi buruk di Kabupaten Pidie Jaya. Pelacakan kasus gizi
buruk

dilaksanakan

melalui

kegiatan

surveilans

gizi

belum

mencapai

95%

dan

penanganannya hanya untuk kasus yang berat saja sementara kasus gizi kurang tidak ada
penanganan .
Rendahnya kualitas kesehatan yang ditandai dengan tingginya Angka Kematian Bayi
9,70 persen pada tahun 2009. Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang
paling sensitif untuk menentukan derajat kesehatan suatu daerah. Dan laporan jumlah
kematian bayi yang disampaikan Kecamatan, diasumsikan bersumber dari fasilitas
pelayanan kesehatan (facility based) dan dari laporan masyarakat atau kader (community
based). AKB di Kabupaten Pidie Jaya terjadi kenaikan dari tahun 2008 sebesar 41 bayi
menjadi 46 bayi tahun 2009. AKB di provinsi NAD adalah sebesar 37/1000 lahir hidup
dengan kisaran (16/1000 LH- 40/1000 LH). Sementara AKB Nasional sebesar 35/1000
kelahiran hidup. Jadi AKB Pidie Jaya masih di atas Angka Nasional.

3.1.3.3 Permasalahan Bidang Syariat Islam, Sosial dan Budaya


Masih rendahnya masyarakat akan pemahaman, penghayatan terhadap syariat Islam
itu. Pemahaman masyarakat terhadap ajaran Islam masih sebatas luarnya saja, sementara
Pemerintah Aceh bersama DPRA sudah memproduksi beberapa Qanun yang berhubungan
dengan Syariat Islam, untuk itu perlu optimalisasi sosialisasi melalui pemanfaatan media
elektronik dan cetak serta baliho, billboard dan media luar ruang serta menjalani kerjasama
dengan mitra kerja. Penyebab lainnya adalah belum adanya suatu kesepahaman tentang
program pelaksanaan syariat Islam, masih adanya sebagian aparatur negara dan tokoh
masyarakat Aceh yang belum mengerti tentang Qanun-qanun Syariat Islam serta masih

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

minimnya para teungku imum meunasah di Pidie Jaya untuk mendapatkan pelatihan/
pembekalan tentang pelaksanaan Syariat Islam.
Masih banyak masyarakat Pidie Jaya yang tidak memahami substansi dan nilai-nilai
yang terkandung dalam hukum adat. Hukum adat yang hidup dalam masyarakat sejak
dahulu, oleh sebagian masyarakat masih dianggap tidak penting lagi sehingga belum bisa
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat
perilaku-perilaku sosial kemasyarakatan yang menyimpang dari nilai-nilai adat.
Masih kurang keberpihakan penentu kebijakan terhadap pembangunan bidang
kebudayaan sehingga terpinggirkan dengan bidang pembangunan yang lain, padahal
pembangunan budaya di era globalisasi berperan penting dalam membentengi generasi
bangsa dari pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan norma-norma, adat

dan

budaya daerah/bangsa.
3.2

Isu Strategis

3.2.1

Isu-isu Strategis di Tingkat Nasional


Dalam upaya untuk mencapai arah dan prioritas pembangunan nasional, beberapa

isu-strategis yang menjadi agenda utama dalam pembangunan nasional dan berdampak
pada pembangunan di daerah meliputi:
3.2.1.1 Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat.
Penyelenggaraan program peningkatan kesejahteraan rakyat akan dilaksanakan
seiring dengan upaya peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan mendukung terciptanya
penyelenggaraan

program

pembangunan

ekonomi

yang

makin

berkualitas,

yaitu

pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada peningkatan produktivitas dan daya saing,
serta makin memacu terciptanya kreativitas dan inovasi. Penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi juga akan mempercepat tercapainya tataran pembangunan ekonomi yang makin
mandiri. Percepatan laju pertumbuhan ekonomi ini diharapkan mampu menurunkan tingkat
pengangguran terbuka

dan meningkatkan angka kesempatan kerja. Kombinasi antara

percepatan pertumbuhan ekonomi dan berbagai kebijakan intervensi pemerintah yang


terarah diharapkan dapat mempercepat penurunan tingkat kemiskinan.

3.2.1.2 Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan


Perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik menjadi isu yang penting dalam
konteks nasional dan internasional. Krisis ekonomi yang lalu tidak terlepas dari buruknya tata
5

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

kelola pemerintahan, baik di sektor pemerintahan maupun swasta. Krisis keuangan global,
juga tidak terlepas dari masalah ini. Oleh karena itu, negara-negara yang tergabung dalam
G-20 sepakat untuk menempatkan perbaikan tatakelola pemerintahan menjadi salah satu
agenda perbaikan untuk mencegah krisis berulang. Pembangunan birokrasi yang kuat
merupakan elemen penting untuk menjaga agar kelangsungan pembangunan tetap
berkelanjutan. Untuk itu, reformasi birokrasi akan dilaksanakan di seluruh kementerian/
lembaga untuk selanjutnya diteruskan di pemerintah daerah. Selanjutnya dalam penyusunan
perencanaan dan anggaran, akan diterapkan sistem anggaran berbasis kinerja secara
menyeluruh. Reformasi ini diharapkan dapat membuahkan hasil yang positif khususnya
dalam perbaikan kualitas pelayanan publik, efektivitas dan akuntabilitas kegiatan
kementerian/ lembaga dan penanggulangan korupsi.

3.2.1.3 Penegakan Pilar Demokrasi


Pembangunan demokrasi diarahkan untuk mencapai tingkat demokrasi yang
substansial. Namun, sebelum bisa beranjak kepada demokrasi substansial harus
diselesaikan terlebih dulu semua masalah prosedural. Di dalam proses pemilihan umum,
misalnya, tidak boleh terulang kesalahan dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang membawa
persoalan, baik di dalam pemilihan umum legislatif maupun pemilihan kepala negara dan
kepala daerah. Ke depan, berbagai usaha perbaikan harus dilakukan, sebelum melangkah
menuju demokrasi substansial.

3.2.1.4 Penegakan Hukum


Terkait dengan kepastian usaha, salah satu persoalan yang dianggap kerap
menganggu masuknya investasi ke Indonesia adalah lemahnya kepastian hukum.
Karenanya penegakan hukum akan membawa dampak yang positif bagi perbaikan iklim
investasi yang pada gilirannya akan memberi dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
Selanjutnya, permasalahan terkait dengan struktur hukum akan diatasi dengan peningkatan
independensi dan akuntabilitas kelembagaan hukum, peningkatan kemampuan sumber daya
manusia di bidang hukum, serta mendorong berlakunya sistem peradilan yang transparan
dan terbuka. Oleh karena itu, semua pihak, baik pemerintah, pengusaha, maupun aparat
penegak hukum mulai dari polisi dan jaksa sampai kepada hakim dan pengacara benarbenar harus menegakkan aturan main dan tatanan hukum yang pasti agar hukum semakin
tegak dan pasti.

3.2.1.5 Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan


6

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Penguatan dimensi keadilan dan keikutsertaan akan dilakukan untuk setiap kegiatan
atau program pembangunan. Misalnya, melalui Program Keluarga Harapan (PKH), bagi
masyarakat sangat miskin akan diberikan bantuan tunai bersyarat dalam bentuk dukungan
biaya pendidikan dan kesehatan. Langkah ini diharapkan dalam jangka pendek akan
memberikan penghasilan tambahan bagi keluarga tersebut (memperbaiki distribusi
pendapatan) dan dalam jangka panjang akan dihasilkan generasi baru yang lebih baik
tingkat pendidikan dan kesehatannya. Di samping itu, pemerintah akan mempertajam
kualitas program perlindungan dan bantuan sosial dalam gugus (cluster) 1 untuk menjadi
bantuan sosial berbasis keluarga.

3.2.1.6 Perubahan Iklim dan Pemanasan Global


Perubahan iklim dan pemanasan global berdampak terhadap aktivitas dan kehidupan
manusia. Perubahan pola hujan, sirkulasi angin, kenaikan muka air laut, rusaknya terumbu
karang merupakan wujud daripada perubahan iklim. Karena itu perlu dilakukan upaya-upaya
pencegahan dan adaptasi dari perubahan iklim ini sehingga kualitas lingkungan hidup tetap
terpelihara.
3.2.2

Isu-isu Strategis di Tingkat Provinsi


Pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya merupakan

pembangunan yang terintegrasi dengan pembangunan di tingkat Provinsi Aceh, maka dalam
RPJPD Kabupaten Pidie Jaya mempertimbangkan pula isu-isu strategis yang berkembang
secara regional di Provinsi Aceh. Adapun isu-isu yang berkembang di Daerah Provinsi Aceh
meliputi :
3.2.2.1 Kerentanan Perdamaian
Perdamaian di Aceh memberikan ruang ideal bagi tumbuhnya kesejahteraan. Proses
reintegrasi pihak-pihak yang bertikai harus berjalan secara hati-hati dan sempurna.
Pengalaman internasional menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang baru selesai dari
konflik kembali terjebak kepada kekerasan karena proses reintegrasi berjalan timpang,
sektoral dan tidak adil. Pelestarian perdamaian yang merupakan prasyarat bagi efektifitas
pembangunan di Aceh harus dipastikan dengan program pembangunan yang terpadu dan
menyentuh segala lapisan dan golongan masyarakat.
3.2.2.2 Pemantapan Syariat Islam dan Ketahanan Budaya

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Nilai-nilai Islami belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Syariat,


hal ini disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berkaitan dengan tingkat
pemahaman masyarakat terhadap Syariat Islam masih rendah. Makin terbukanya Aceh
pasca tsunami dan konflik serta derasnya arus globalisasi yang didorong oleh kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi merupakan faktor eksternal. Hal ini menjadi tantangan
masyarakat Aceh untuk dapat mempertahankan jati diri sebagai masyarakat yang islami.
Selama ini pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi cenderung merusak
jati diri Aceh. Karenanya perlu dilakukan pemantapan akidah dan pemahaman Syariat untuk
meningkatkan ketahanan (resilience) budaya dan kecerdasan masyarakat Aceh terhadap
infiltrasi budaya asing termasuk gerakan pendangkalan akidah. Ketahanan dan kecerdasan
ini perlu ditingkatkan dalam menghadapi tantangan globalisasi.

3.2.2.3 Optimalisasi Sumber-sumber Dana Pembangunan


Sumber pendanaan untuk pembangunan Aceh yang berasal dari Pendapatan Asli
Aceh (PAA), Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus yang sesuai dengan UU PA, dan
lain-lain pendapatan yang sah selama ini belum dimanfaatkan secara strategis dan optimal.
Penurunan Sumber Penerimaan Daerah dari Migas Era hidro-karbon di Aceh terus menurun
yang ditandai dengan terus berkurangnya produksi minyak dan gas. Sedangkan sumbersumber minyak dan gas baru belum ditemukan. Bahkan sejak beberapa tahun terakhir,
kontribusi sektor minyak dan gas tidak lagi dominan terhadap perekonomian Aceh dan telah
diganti oleh sektor pertanian. Kondisi ini mengharuskan perubahan fokus pemerintah untuk
mengoptimalkan sumber penerimaan Aceh selain dari dana perimbangan.
3.2.2.4 Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM Aceh masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan Nasional. Demikian juga
dengan disparitas IPM antar kabupaten/kota masih tinggi, dimana IPM di perkotaan pada
umumnya lebih tinggi dari perdesaan. Hal ini dipengaruhi oleh kinerja pembangunan
ekonomi dan pelayanan dasar yang masih rendah sehingga harus ditingkatkan.
3.2.2.5 Rawan Bencana Alam
Aceh terletak pada lintasan pertemuan lempeng Indo-Australia dan Euro Asia serta
dipengaruhi oleh iklim tropis. Kenyataan ini membuat bencana menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Aceh. Kesiapan masyarakat dalam menghadapi

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

bencana menjadi hal yang sangat penting dalam rangka menghindari kerugian yang lebih
besar.
3.2.2.6 Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Pembangunan yang memanfaatkan sumberdaya alam secara berlebihan dapat
menurunkan kualitas lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari eksploitasi sumberdaya alam
seperti hutan secara besar-besaran tanpa diimbangi dengan kegiatan rehabilitasi atau
pemulihan fungsi hutan secara proporsional dan kegiatan penambangan yang tidak
terkendali sehingga berdampak pada penurunan kualitas lingkungan yang dapat
menimbulkan bencana. Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya alam harus dilakukan
secara terkendali dan meningkatkan nilai tambah produk sumberdaya alam. Disamping itu,
pemanfaatan sumberdaya alam harus berorientasi kepada pemanfaatan sumberdaya alam
terbaharukan dan jasa lingkungan seperti wisata lingkungan, perdagangan karbon dan
pemanfaatan sumberdaya hutan non kayu.
3.2.2.7 Pertanian Menjadi Sektor Harapan
Kontribusi sektor pertanian terhadap ekonomi Aceh menempati urutan teratas. Sektor
ini juga menyerap hampir setengah dari tenaga kerja. Hal ini menunjukkan pentingnya sektor
pertanian dalam pembangunan ekonomi Aceh. Namun sektor ini belum memberikan dampak
yang signifikan terhadap kesejahteraan petani dan nelayan. Tingkat pertambahan nilai dari
komoditas pertanian sebagai produksi utama Aceh juga masih rendah. Sebagian besar
ekspor yang dilakukan berupa bahan mentah. Hal ini menimbulkan kerentanan jika terjadi
gejolak harga komoditas lokal dan global. Pengolahan komoditas pertanian menjadi penting
untuk memberi nilai tambah, membuka peluang tenaga kerja dan memperluas serapan
komoditas. Karena itu, perubahan paradigma pembangunan sektor pertanian mutlak
diperlukan dengan prioritas peningkatan nilai manfaat dari produk-produk pertanian Aceh.

3.2.2.8 Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan belum Optimal


Sumber daya kelautan dan perikanan merupakan anugerah Allah SWT yang harus
dikembangkan dan dimanfaatkan secara bersama untuk mengangkat kehidupan masyarakat
secara berkelanjutan dengan memperhatikan nelayan kecil, pembudidaya kecil, usaha kecil
dan menengah serta hukum adat dan adat istiadat.

Sebagian besar nelayan Aceh

merupakan nelayan tradisional yang memiliki sarana dan teknologi tangkap yang minim
serta daya jelajah yang terbatas. Kondisi ini tidak ideal karena wilayah laut teritorital (12 mil)
dan Zona Ekonomi Ekslusive (200 mil) belum termanfaatkan secara optimal. Hancurnya
9

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

terumbu karang dan mangrove selama ini berpengaruh terhadap produksi perikanan.
Pemanfaatan sumberdaya ikan dan biota perairan lainnya yang berlebihan telah
menimbulkan perubahan di darat dan di laut akibat tidak memperhatikan kelestarian dan
kelangsungannya, tidak adanya perlindungan wilayah tangkap, nelayan kecil, pembudidaya
kecil serta usaha kecil dan menengah.
3.2.2.9 Pengembangan Wilayah Strategis
Secara geografis, wilayah Aceh yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka
akan lebih mudah untuk tumbuh. Apabila faktor penghambat kemajuan ekonomi di Aceh
telah dapat diselesaikan dan terjadi perkembangan ekonomi yang menggembirakan maka
akan terjadi urbanisasi/migrasi dari kawasan pedalaman Aceh. Untuk menghindarkan efek
negatif dari urbanisasi, diperlukan pengembangan konsep pembangunan wilayah yang
terintegrasi dan saling mendukung guna menjamin inklusifitas pembangunan dan
pemerataan kesejahteraan. Pengembangan wilayah di Aceh juga harus diintegrasikan
dengan pengembangan wilayah sumatera, nasional dan internasional.
3.2.2.10 Rendahnya Daya Saing
Daya saing sumberdaya manusia Aceh masih tergolong rendah. Hal ini tergambar
dari rasio tenaga kerja yang berpendidikan tinggi dengan jumlah penduduk masih kecil dan
jumlah SDM kejuruan yang menguasai ketrampilan masih lebih rendah dibandingkan dengan
rata-rata nasional. Demikian juga rasio ketergantungan hidup penduduk usia produktif (SDM)
Aceh masih tinggi, sehingga produktivitasnya terbatas. Disisi lain, kualitas SDM masih perlu
ditingkatkan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang semakin berat. Oleh karena itu,
upaya untuk meningkatkan daya saing SDM tidak hanya terbatas pada peningkatan jumlah
tetapi juga terhadap peningkatan kualitas SDM yang dilakukan melalui peningkatan mutu
pendidikan (kurikulum, tenaga pengajar dan fasilitas), peningkatan kerjasama dengan dunia
usaha serta memperluas kesempatan magang, pelatihan dan studi lanjut. Dalam skala yang
lebih luas, tumbuhnya raksasa ekonomi global di masa depan, seperti Cina dan India, perlu
dipertimbangkan secara cermat di dalam menyusun pengembangan perekonomian Aceh.
Daya saing merupakan indikator kunci agar Aceh dapat menghadapi persaingan global. Oleh
karena itu, infrastruktur dan sumber daya manusia yang mempunyai produktifitas tinggi serta
kepastian hukum harus menjadi prioritas strategi jangka panjang.

10

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

3.2.2.11 Peran Dunia Usaha dalam Pembiayaan Pembangunan.


Kebutuhan pembangunan infrastruktur dalam rangka integrasi ekonomi Aceh
membutuhkan dana yang sangat besar. Apabila kebutuhan tersebut menjadi prioritas
anggaran pemerintah maka alokasi anggaran untuk pembangunan sektor lainnya menjadi
terbatas. Kebijakan pembiayaan pembangunan infrastruktur perlu difokuskan pada sumber
dana masyarakat dan dunia usaha terutama swasta dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan sarana dan prasarana secara proporsional. Hal ini, merupakan tantangan
yang memerlukan berbagai penyempurnaan aturan main, terutama yang berkaitan dengan
struktur industri penyediaan sarana dan prasarana serta reformasi di sektor keuangan guna
memfasilitasi kebutuhan pendanaan jangka panjang.
3.2.2.12 Pengembangan Sumberdaya Energi dan Mineral
Provinsi Aceh saat ini mengalami krisis energi listrik dimana kebutuhannya masih
belum cukup dan sebagian besar dipasok dari Sumatera Utara. Disamping itu, penyaluran
energi listrik juga mengalami kehilangan arus (susut distribusi) dan pelayanan listrik pada
daerah terpencil belum terjangkau. Menurunnya cadangan migas Aceh dan pertimbangan
kelestarian linkungan, maka untuk mengatasi kendala kebutuhan energi listrik difokuskan
pada energi terbaharukan (non fosil) antara lain; energi panas bumi, energi air, tenaga angin
dan tenaga surya. Beberapa sumber energi terbaharukan tersebut sudah mulai
dikembangkan seperti energi panas bumi Seulawah Agam di Kabupaten Aceh Besar, energi
tenaga air Krueng Peusangan dan energi tenaga angin Kluet Selatan di Aceh Selatan.
Sementara itu, sumber energi terbaharukan lainnya masih pada tahap pengkajian dan perlu
ditindaklanjuti sebagai prioritas pembangunan jangka panjang.
Provinsi Aceh memiliki sumberdaya mineral yang cukup potensial, namun belum
dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Bebarapa potensi pertambangan di wilayah Aceh mencakup semua bahan
tambang, yaitu: mineral dan batubara (minerba), minyak dan gas bumi (migas), panas bumi,
dan air tanah. Potensi pertambangan yang telah teridentifikasi terdiri dari; bahan tambang
strategis (golongan A), bahan tambang vital (golongan B), dan bahan tambang golongan C
(bahan galian). Potensi ini masih belum dimanfaatkan oleh investor dari dalam dan luar Aceh
akibat kurangnya informasi, promosi dan regulasi yang mendukung investasi.
3.2.2.13 Kemiskinan, Daerah Tertinggal dan Ketimpangan Wilayah

11

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Persentase penduduk miskin di Aceh masih tergolong tinggi yang melebihi angka
rata-rata Nasional bahkan pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Aceh berada pada urutan ke
tujuh tertinggi di Indonesia. Penduduk miskin umumnya berada di perdesaan pada 17
Kabupaten dari 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Hal ini mengindikasikan permasalahan
kemiskinan di Aceh merupakan hal mendasar yang harus ditangani secara menyeluruh dan
berkesinambungan. Demikian juga dengan indeks ketimpangan wilayah Aceh masih
tergolong tinggi jika dibandingkan dengan nilai indeks ketimpangan rata-rata Indonesia. Oleh
karena itu, pemerataan pembangunan antar wilayah di Aceh perlu ditingkatkan sesuai
dengan kebutuhan dan potensi wilayah.

3.2.2.14 Beban Ganda Kesehatan


Menurut hasil Riskesdas (2007) menunjukkan penyebab kematian utama di Aceh
adalah penyakit tidak menular seperti Strok, Hipertensi dan Diabetes Mellitus. Padahal
prevalensi penyakit infeksi (menular) juga masih menjadi permasalahan kesehatan di Aceh
seperti DBD, diaere, tipoes, malaria dan hepatitis. Dari gambaran tersebut menunjukkan
bahwa Aceh menghadapi beban ganda kesehatan.
3.2.2.15 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Provinsi

Aceh

masih

terbatas

dalam

penguasaan

dan

pemanfaatan

Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang mendukung pembangunan. Hal ini tercermin dari
rendahnya kontribusi iptek di sektor produksi dan nilai tambah, belum efektifnya mekanisme
intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya budaya iptek di
masyarakat, dan terbatasnya sumber daya iptek serta hak intelektual (paten) yang dihasilkan
masih terbatas. Berbagai hasil penelitian, pengembangan, dan rekayasa teknologi belum
dapat dimanfaatkan oleh pihak industri dan masyarakat. Kolaborasi riset antara universitas
dengan dunia usaha dan pemerintah masih belum sinergis.

3.2.3

Isu-isu Strategis di Kabupaten Pidie Jaya


Berdasarkan atas isu-isu Nasional dan daerah Provinsi Aceh, dan sesuai dengan

kondisi wilayah serta kemampuan pendanaan pembangunan di Kabupaten Pidie Jaya, maka
isu-isu strategis pembangunan di Kabupaten Pidie Jaya meliputi :
3.2.3.1 Reformasi birokrasi berdasarkan prinsip tata kelola yang baik

12

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Pembangunan pemerintahan diorientasikan pada upaya mewujukan pemerintahan


yang baik dan akuntabel dengan mengembangkan sinergitas antara pemerintah, masyarakat
dan swasta, penciptaan jalinan kerjasama dan kemitraan antarpemerintah (pusat, provinsi,
kabupaten dan kota), perwujudan supremasi hukum dan pelayanan prima terhadap
masyarakat. Dalam upaya penyelenggaraan tata kelola pemerintahan diarahkan pada
kepemimpinan yang dialogis di setiap tingkatan. Kepemimpinan dialogis ini merupakan
pengejewantahan dari sifat kepemimpinan demokratis serta merupakan implementasi dari
konsep aspiratif yang dianut. Pemerintahan yang bersih, tanpa korupsi dan berkeadilan
bermakna bahwa proses penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan baik (good
governance), transparan, dan bebas dari tindakan-tindakan yang mengarah kepada korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN), akuntabel menggambarkan kemampuan untuk menjawab
harapan masyarakat berupa pemerintahan yang bersih, profesional, dan mampu
memberikan pelayanan yang terbaik bagi warga kota serta pertanggungjawaban yang
konstruktif dan proporsional. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat luas sesuai dengan prinsip tata
pemerintahan yang baik (good governance), transparan, dan bebas dari tindakan-tindakan
yang mengarah kepada korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

3.2.3.2 Peningkatan derajat kesehatan melalui penataan manajemen institusi-institusi


kesehatan.
Pembangunan manusia sebagai insan menekankan pada manusia yang berharkat,
bermartabat, bermoral, dan memiliki jati diri serta karakter tangguh baik dalam sikap mental,
daya pikir maupun daya ciptanya. Selain itu, pembangunan manusia sebagai insan
menekankan pada pendidikan yang tinggi, sehat jasmani dan rohani serta bergizi.
Pencapaian status kesehatan dan gizi masyarakat merupakan kinerja sistem kesehatan
yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah serta berbagai komponen masyarakat.
Kinerja pembangunan kesehatan dicapai melalui pendekatan enam subsistem dalam sistem
kesehatan nasional (SKN), yaitu subsistem: (1) upaya kesehatan; (2) pembiayaan
kesehatan; (3) sumberdaya manusia kesehatan; (4) ketersediaan farmasi, alat kesehatan
dan makanan; (5) manajemen dan informasi kesehatan; dan (6) pemberdayaan masyarakat.
Keenam subsistem tersebut saling terkait dengan berbagai sistem lain di luar SKN antara
lain sistem pendidikan, sistem ekonomi, dan sistem budaya. Status kesehatan dan gizi
masyarakat Indonesia yang diukur dari umur harapan hidup (UHH), angka kematian ibu
(AKI), angka kematian bayi (AKB), dan prevalensi kekurangan gizi pada balita. Selanjutnya,
manajemen institusi-institusi kesehatan yang mencakup; perencanaan, pelaksanaan,
13

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

pengendalian, pengawasan, dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan terus


dikembangkan. Upaya untuk menyusun perumusan kebijakan kesehatan yang berbasis
bukti, survailans secara menyeluruh, dan regulasi bidang kesehatan baik jenis, jumlah
maupun efektivitasnya juga terus ditingkatkan.

3.2.3.3 Peningkatan kualitas sumber daya manusia berbasis budaya lokal untuk memenuhi
persaingan global melalui peningkatan tatakelola lembaga pendidikan.
Pembangunan Sumber Daya Manusia dilakukan melalui optimalisasi pelayanan
bidang pendidikan. Pendidikan juga merupakan kebutuhan dasar yang harus mendapat
perhatian pemerintah yang selalu harus teridentifikasi kondisinya untuk dapat melakukan
pembangunan yang berkelanjutan. Pengelolaan pendidikan harus dilakukan dengan
profesional dan dikelola oleh Sumber Daya Manusia yang berkompeten di bidang
pendidikan. Pengelolaan pendidikan merupakan penanaman investasi masa depan bangsa
yang tidak bisa dikelola dengan asal-asalan karena sangat mahal nilainya. Pendidikan harus
berakar pada potensi lokal tetapi bergerak secara global. Penanganan masalah pendidikan
difokuskan pada masalah :
a. Persoalan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan,
b. Persoalan pemerataan dan perluasan akses pendidikan,
c. Persoalan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik pendidikan.

3.2.3.4 Pembangunan yang terintegrasi, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.


Persoalan pembangunan merupakan masalah yang multikompleks. Oleh karena itu,
pembangunan tidak boleh dilakukan sepotong-sepotong dan sektoral. Adanya keterbatasan
sumberdaya pembangunan, terutama pada komponen anggaran, menuntut adanya efisiensi
dan efektivitas pelaksanaan pembangunan. Over lapping, dupkilasi atau kontradiksi dalam
kebijakan, program, dan kegiatan harus dihindari. Sebaliknya, harus dibangun keterpaduan
dan sinergitas kebijakan, program, dan kegiatan. Disamping itu, ke depan, pembangunan
Pidie Jaya harus terintegrasi serta tetap berwawasan lingkungan. Pidie Jaya ke depan,
diharapkan tetap menjadi daerah hijau dan lestari menuju Pidie Jaya yang Clean, Green,
and Lovely, yang bermanfaat bagi umat manusia di mana pun. Lingkungan yang nyaman
dan bermanfaat menjadi acuan dalam pembangunan Pidie Jaya ke depan. Ke depan,
pembangunan dilakukan dengan menserasikan antara pemanfaatan sumber daya alam
dengan kebutuhan riil manusia serta kemampuan untuk menopangnya dalam jangka
panjang. Pemenuhan kesejahteraan umat manusia (masyarakat) diusahakan dicapai dengan
tetap menjaga kelestarian lingkungan untuk masa depan.
14

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

3.2.3.5 Pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan yang inovatif,


kreatif, produktif, dan unggul berbasis pada pertanian, pariwisata, industri kecil, dan
koperasi.
Pemberdayaan masyarakat adalah aspek yang sangat penting untuk diprioritaskan
dalam melaksanakan pembangunan Pidie Jaya ke depan. Upaya menggeser paradigma
memberi ke pemberdayaan disadari bukan merupakan pekerjaan mudah, tetapi harus
dilakukan demi masa depan Pidie Jaya. Fungsi pemberdayaan oleh pemerintah harus
diterapkan secara bertahap dan pasti untuk mengurangi tumbuhnya sifat konsumtif
masyarakat, dan perlahan membentuk sifat produktif, inovatif, kreatif pada masyarakat dan
menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat itu. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
dapat

dicapai

melalui

pertumbuhan

ekonomi

kerakyatan

yang

unggul

dengan

memperhatikan pertanian, pariwisata, industri kecil dan kekuatan koperasi. Pembangunan


ekonomi tidak bisa hanya memperhatikan komponen pertumbuhan ekonomi semata, tetapi
juga harus memperhatikan pemerataan pendapatan. Untuk itu, pembangunan ekonomi
diarahkan pada peningkatan produktivitas dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan
menengah. Sementara, untuk menjamin keberlanjutan pertumbuhan ekonomi perlu terus
diupayakan pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer (pertanian) ke sektor sekunder
atau tersier (industri dan jasa) guna menanggulangi keterbatasan ketersediaan lahan dan
kejenuhan input.

3.2.3.6 Pembangunan infrastruktur untuk mendukung kemajuan pembanguan ekonomi,


sosial, dan budaya.
Infrastruktur, sebagai prasarana pendukung pembangunan, harus ditingkatkan
pembangunan dan pemeliharaannya untuk menjaga keberlanjutan pembangunan serta
peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Infrastruktur yang telah dibangun
sebelumnya akan dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan masyarakat Pidie Jaya
dan bahkan ditingkatkan dan dilengkapi sesuai dengan kebutuhan.

3.2.3.7 Pelaksanaan Syariat Islam


Pelaksanaan syariat Islam di Pidie Jaya merupakan amanat Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh pasal 125-127.
Sebagai konsekuensi logis dari adanya Undang-Undang ini adalah bahwa setiap penduduk
di Aceh khususnya di Pidie Jaya wajib melaksanakan ajaran agama Islam secara kaffah.
15

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Sementara pemerintah daerah wajib melakukan upaya-upaya dalam rangka mendorong


pelaksanaan syariat Islam di Pidie Jaya sesuai dengan ajaran Islam yang benar. Namun
begitu, selama empat tahun pelaksanaan syariat Islam di Pidie Jaya masih belum mampu
mewujudkan masyarakat yang Islami yang diinginkan sebagaimana tujuan awal dari
penerapan Syariat Islam. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjalankan ajaranajaran agama Islam serta rendahnya pemahaman dan pengamalan terhadap ajaran Islam
menjadi faktor utama kurang efektifnya penerapan Syariat Islam. Di lain sisi, fungsi Dinas
Syariat Islam dan Wilayatul Hisbah belum maksimal dalam rangka mendorong terwujudnya
penerapan Syariat Islam secara kaffah di Pidie Jaya khususnya dan di Aceh Umumnya.

3.2.3.8. Keamanan dan ketertiban


Keamanan dan ketertiban merupakan isu yang sangat penting di Pidie Jaya
mengingat Kabupaten Pidie Jaya merupakan daerah yang cukup banyak terimbas konflik.
Sehingga menjaga keamanan merupakan prioritas utama agar supaya pembangunan di
Pidie Jaya dapat berjalan dengan efektif dan berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dengan
lebih meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga keamanan

dan ketertiban

lingkungan sekitarnya.
Banyaknya korban konflik pada masa lalu di Pidie Jaya harus menjadi perhatian yang
penting oleh pemerintah daerah. Pembangunan yang berkeadilan dan merata harus menjadi
prioritas pembangunan daerah termasuk di dalamnya pemberdayaan ekonomi rakyat bagi
masyarakat korban konfilk.

16

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

BAB IV
VISI DAN MISI DAERAH

4.1

Visi Kabupaten Pidie Jaya


Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

perencanaan pembangunan jangka panjang 20 (dua puluh) tahun. Visi dapat menunjukkan
gambaran masa depan yang ideal bagi masyarakat/daerah dan merupakan suatu
pernyataan umum yang menjadi dasar/basis bagi semua elemen atau semua pelaku
(stakeholders) dalam operasionalisasi perencanaan pembangunan daerah.
Visi menjelaskan arah atau suatu kondisi ideal dimasa depan yang ingin dicapai
(clarity of direction) berdasarkan kondisi dan situasi yang terjadi saat ini yang menciptakan
kesenjangan (gap) antara kondisi saat ini dan masa depan yang ingin dicapai. Di sini, visi
diciptakan melampaui realitas sekarang. Visi bukan hanya mimpi atau serangkaian harapan,
tetapi suatu komitmen dan upaya merancang dan mengelola perubahan untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu, visi didasarkan pada realita, bukan pikiran berandai-andai (wishfull
thinking), tetapi dengan fokus pada masa depan. Pernyataan visi yang artikulatif akan
memberikan arah yang jelas bagaimana mencapai masa depan yang diharapkan dan
mengatasi kesenjangan yang terjadi.
Visi mengarahkan kondisi daerah yang ingin dicapai dimasa depan (desired future)
dalam 20 (dua puluh) tahun ke depan. Visi daerah dituangkan dalam RPJPD, dirumuskan,
dibahas dan disepakati secara bersama-sama oleh seluruh pemangku kepentingan
pembangunan daerah secara partisipatif. Visi pembangunan jangka panjang daerah yang
telah diterjemahkan dalam sasaran pokok dan arah kebijakan RPJPD menjadi acuan bagi
(calon) kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam merumuskan visinya pada periode
lima tahun berkenaan dan bagaimana RPJMD dikembangkan.
Berdasarkan kondisi Kabupaten Pidie Jaya saat ini, permasalahan dan tantangan
yang di hadapi dalam 20 tahun mendatang serta dengan memperhitungkan permasalahan,
isu-isu strategis dan potensi yang di miliki oleh pemangku kepentingan, maka visi
pembangunan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 2025 adalah :
Terwujudnya Pidie Jaya yang Islami, Berkualitas, Adil, Makmur dan Sejahtera dalam
Tatanan Peugah Lagee Buet, Peubuet Lagee Na

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Visi pembangunan daerah Tahun 2005-2025 itu mengarah pada pencapaian cita-cita
dan harapan masyarakat Pidie Jaya. Visi pembangunan tersebut harus dapat diukur untuk
dapat mengetahui tingkat keberhasilan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, perlu kiranya
diberikan penjelasan makna visi untuk mendapatkan kesamaan persepsi tentang muatan
subtansi filosofis yang terkandung, sehingga segenap pemangku kepentingan secara
sinergis dan optimal dapat memberikan kontribusi dalam rangka pencapaiannya.
Pidie Jaya. Pidie Jaya diartikan sebagai suatu daerah otonom setingkat kabupaten di
Provinsi Aceh sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 tahun 2007 tentang Pembentukan
Kabupaten Pidie Jaya. Daerah otonom (selanjutnya disebut daerah) adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Daerah menunjukkan suatu kesatuan pemerintahan dan kemasyarakatan beserta semua
potensi yang dimiliki.
Islami. Islami adalah kondisi masyarakat Pidie Jaya yang memiliki sikap, tingkah laku dan
karakter sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Karakter yang islami tersebut
tercermin pada praktek kehidupan masyarakat Pidie Jaya yang memiliki akhlak mulia,
toleran, sopan santun, taat beribadah, beretika, giat bekerja, cinta damai, anti kekerasan,
mencintai ilmu, taat

aturan, kooperatif dan inovatif serta menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia.
Berkualitas. Berkualitas adalah kondisi masyarakat Pidie Jaya yang memiliki taraf
kehidupan yang tinggi yang meliputi kompetensi kualitas sumber daya manusia, kualitas
kesehatan yang memadai, dan kualitas layanan publik lainnya serta kualitas sarana dan
prasarana pendukung aksesibilitas kehidupan masyarakat yang mencukupi. Kondisi
kehidupan masyarakat Pidie Jaya yang berkualitas tersebut dicerminkan dengan tingginya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), tercapainya indikator Millenium Development Goals
(MDGs) dan meningkatnya angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Adil. Adil adalah kondisi dimana ada pemerataan dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok
rakyat secara proporsional seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan, pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan, pemerataan pembagian
pendapatan,

pemerataan

kesempatan

kerja,

pemerataan

kesempatan

berusaha,

pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembagunan khususnya bagi generasi muda


dan kaum wanita, pemerataan penyebaran pembangunan, dan kesempatan memperoleh
keadilan di depan hukum. Kondisi adil tersebut dapat tercermin pada semakin kecilnya
2

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Indeks Gini (Rasio Kesejahteraan), Indeks Ketimpangan Regional dan Angka Pemerataan
Pendapatan.
Makmur dan Sejahtera. Konsep makmur dan sejahtera menunjukkan kondisi suatu
masyarakat yang terpenuhi kebutuhan ekonomi (materiil) maupun sosial (spiritual). Dengan
kata lain kebutuhan dasar masyarakat telah terpenuhi secara lahir batin, adil, proporsional
dan merata. Beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran tercapainya kondisi
sejahtera

adalah

tercapainya

pertumbuhan

ekonomi

yang

berkualitas

dan

berkesinambungan sehingga meningkatkan pendapatan perkapita pada tingkat yang tinggi,


menurunnya tingkat pengangguran terbuka, menurunnya jumlah penduduk miskin,
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif dan
berwawasan lingkungan, meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang ditandai oleh
terpenuhinya hak sosial masyarakat yang mencakupi akses pada pelayanan dasar sehingga
mampu meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), meningkatnya perlindungan
dan kesejahteraan sosial, keluarga kecil berkualitas, pemuda dan olah raga serta
meningkatnya kualitas kehidupan beragama, terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender
pada seluruh bidang pembangunan, kesejahteraan dan perlindungan anak; tersedianya
infrastruktur yang memadai; meningkatnya profesionalisme aparatur pemerintah untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan bertanggungjawab yang
mampu mendukung pembangunan daerah.
Dalam Tatanan Peugah Lagee Buet, Peubuet Lagee Na. Secara makna harfiah dari
pernyataan peugah lagee buet memiliki arti mengatakan sesuatu sesuai dengan perbuatan
sedangkan peubuet lagee na berarti mengerjakan sesuatu seperti apa yang ada. Adapun
makna filosofis dari pernyataan tersebut adalah:
Peugah Lagee Buet diartikan sebagai sikap komitmen, konsistensi dan holistik yang
harus dimiliki oleh pelaksana pembangunan daerah.
Puebuet Lagee Na diartikan sebagai transparansi, sinergitas, akuntabel, dan sustainabel
dalam pelaksanaan pembangunan daerah.
Dalam rangka terwujudnya cita-cita pembangunan daerah, pelaksana pembangunan harus
memiliki komitmen yang kuat sehingga sesuatu yang diperbuat merupakan ketetapan
bersama yang harus diperbuat, selanjutnya konsisten terhadap apa yang telah ditetapkan
sehingga tidak selalu terjadi perubahan yang dapat merubah apa yang telah dicita-citakan
dan holistik yaitu pembangunan benar-benar dilakukan sebagaimana diucapkan secara
kompleksitas dan menyeluruh dalam menyelesaikan persoalan pembangunan daerah
Adapun transparansi merupakan karakter yang terbentuk secara utuh sehingga harus dapat
dijalankan dalam pelaksanaan pembangunan daerah dengan azas bahwa pembangunan
3

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

merupakan oleh, dari dan untuk mensejahterakan bersama. Pelaksanaan pembangunan


yang sinergitas adalah terwujudnya harapan yang dicita-citakan dengan menghindari terjadi
penyimpangan dari apa yang ditetapkan dan akan dikerjakan. Pelaksanaan pembangunan
yang akuntabel merupakan wujud sikap dalam pelaksanaan pembangunan daerah yang
dapat dipertanggungjawabkan secara utuh. Sedangkan pelaksanaan pembangunan yang
suistainabel yaitu pembangunan yang dikerjakan harus dapat difungsikan secara
berkelanjutan, hal ini sebagai wujud pencapaian cita-cita yang lebih efektif dan berdaya guna
bagi kehidupan pembangunan daerah
Berdasarkan makna-makna tersebut diatas bahwa prinsip utama dalam tatanan peugah
lagee buet puebuet lagee na merupakan wujud falsafah yang mendasari implementasi visi
dan misi Kabupaten Pidie Jaya dengan maksud antara perkataan dan perbuatan harus
sejalan atau dengan kata lain kejujuran dan kearifan merupakan landasan filosofis atas visi
dan misi Kabupaten Pidie Jaya.

4.2

Misi Kabupaten Pidie Jaya


Dalam mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Pidie Jaya tersebut ditempuh

melalui 7 misi pembangunan yaitu :


Misi 1: Mewujudkan pelaksanaan syariat Islam adalah menerapkan Syariat Islam secara
kaffah dalam semua aspek kehidupan, memantapkan pelaksanaan amal ibadah,
pendalaman ilmu agama Islam bagi pemeluknya, menghidupkan syiar Islam serta membina
kerukunan hidup antar umat beragama dengan cara mengembangkan sistem informasi
syariat Islam, dan meningkatkan pengetahuan tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang
pelaksanaan syariat Islam. Pembangunan juga diarahkan untuk mendorong upaya-upaya
pelaksanaan syariat Islam dalam berbagai sektor pemerintahan dan aspek kehidupan
masyarakat dengan berpedoman pada Al Quran dan Hadist yang dijabarkan dalam undangundang dan Qanun (peraturan daerah), hubungan perdagangan/ekonomi (muamalah)
berdasarkan syariah, masyarakat yang berakhlak mulia, beretika dan beradab, kesadaran
dalam berperilaku dan berpenampilan sesuai syariat Islam, pemberdayaan zakat melalui
peran Baitul Mal secara profesional serta terwujudnya hubungan baik antar umat di
Kabupaten Pidie Jaya, sehingga menjadi cerminan kehidupan yang Islami.
Misi 2: Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik adalah melakukan restrukturisasi
kelembagaan, reformasi birokrasi, meningkatkan pelayanan umum berdasarkan standar
pelayanan minimal (SPM) dengan penerapan teknologi informasi, meningkatkan budaya taat
dan tertib hukum serta disiplin kerja, menciptakan stabilitas keamanan dan ketertiban serta
4

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

pemberdayaan politik lokal, penegakan hukum secara adil tanpa diskriminatif, meningkatkan
koordinasi antar sektor dan lembaga, transparansi dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme,
serta terlaksananya program perencanaan partisipatif dalam pembangunan masyarakat.
Misi 3: Mewujudkan pembangunan yang berkeadilan, dan berwawasan lingkungan
adalah melakukan pembangunan yang pro rakyat (pro poor, pro job dan pro growth) di
segala

bidang;

memberikan

pelayanan

pendidikan

yang

bermutu

untuk

semua;

meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui


penelitian

dan

pengembangan,

penerapan

menuju

inovasi

secara

berkelanjutan;

memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan wilayah menuju keunggulan


kompetitif

dengan

membangun

keterkaitan sistem produksi, distribusi dan pelayanan

dalam skala lokal, regional dan internasional; mengurangi kesenjangan (disparitas) sosial
ekonomi secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat kelompok yang masih
lemah; dan menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan
sosial serta sarana dan prasarana ekonomi.
Pembangunan juga dilakukan melalui penataan serta pengembangan pembangunan secara
terpadu dan terkendali dengan mengedepankan kepentingan masyarakat, pembangunan
yang berorientasi kepada keadilan, aman dan tenteram, serta berwawasan lingkungan.
Menata pola pembangunan yang meliputi pengembangan kawasan yang fungsional,
kawasan pemekaran, perdagangan dan jasa, pemerintahan, pariwisata, perikanan (tambak)
dalam blok-blok peruntukan, arahan kepadatan bangunan, ketinggian bangunan, garis
sempadan, rencana pembangunan, serta pengendalian pemanfaatan kawasan, penetapan
kawasan persampahan, pengelolaan lingkungan yang mengarah pada daerah yang bebas
dari pencemaran.
Misi 4:

Mewujudkan pendidikan yang berkualitas adalah mewujudkan pemerataan

pembangunan pendidikan, memenuhi hak dasar masyarakat untuk memperoleh pendidikan


yang berkualitas melalui pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan kejuruan dan
pendidikan dayah serta pendidikan non formal; meningkatkan mutu tenaga pendidik dan
kependidikan untuk mendukung terwujudnya sumber daya manusia yang handal melalui
pelaksanaan sertifikasi guru, uji kompetensi bagi tenaga pendidik untuk memenuhi standar
kompetensi, pembinaan KKG dan MGMP, pengembangan sistem pendataan dan pemetaan
pendidik dan tenaga kependidikan,

perlombaan guru, pengawas dan kepala sekolah

berprestasi, perlombaan inovasi pembelajaran bagi tenaga pendidik. Disamping itu perlu
terwujudnya sistem dan kebijakan pendidikan yang unggul serta penyediaan fasilitas sarana
dan prasarana pendidikan yang memadai.
5

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Misi 5: Mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera adalah semakin


berkurangnya kuantitas dan kualitas penyandang masalah kesejahteraan sosial; terwujudnya
kesetaraan dan keadilan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak; berkurangnya
tingkat pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin; meningkatnya daya beli
masyarakat; meningkatnya kualitas hidup masyarakat secara optimal dalam rangka
membangun masyarakat mandiri; meningkatnya pertumbuhan ekonomi kerakyatan dengan
memperkuat infrastruktur perekonomian daerah yang berbasis keunggulan masing-masing
sektor khususnya sektor agribisnis yang meliputi sektor pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, perdagangan, industri, kelautan dan perikanan menuju keunggulan kompetitif
dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi dan pelayanan khususnya
pelayanan jasa dan perdagangan yang berpihak kepada ekonomi rakyat serta meningkatnya
iklim investasi melalui regulasi dan penciptaan stabilitas keamanan.
Misi 6: Mewujudkan masyarakat sehat yang berkualitas adalah meningkatkan
pembangunan sektor kesehatan melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang memadai,
penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memenuhi standard minimal, kebijakan
dan sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang mantap, penyediaan sumber daya
manusia pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mempunyai kompetensi tinggi serta
didukung oleh partisipasi masyarakat Pidie Jaya secara luas.
Misi 7 : Mewujudkan Pidie
berlandaskan hukum

Jaya

yang

demokratis,

aman,

damai

dan

bersatu

adalah memantapkan budaya demokrasi dalam masyarakat;

memperkuat peran dan partisipasi masyarakat dan organisasi masyarakat sipil; menjamin
kebebasan media secara bertanggung jawab dalam mengkomunikasikan kepentingan
masyarakat; meningkatkan

budaya

hukum

dan

menegakkan

hukum secara adil,

konsekuen, tidak diskriminatif dan memihak pada rakyat kecil; melestarikan perdamaian
secara sungguh-sungguh dan berkelanjutan; dan melaksanakan pembangunan yang
berbasis peka konflik; serta menjaga keutuhan wilayah Aceh.

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

BAB V
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

Tujuan

pembangunan

jangka

panjang

Kabupaten

Pidie

Jaya

tahun

2005-2025 adalah mewujudkan Pidie Jaya yang Islami, Berkualitas, Adil, Makmur dan
Sejahtera dalam Tatanan Peugah Lagee Buet, Peubuet

Lagee Na. Pencapaian tujuan

tersebut ditempuh melalui penetapan sasaran-sasaran pokok dan arah kebijakan sebagai
berikut:

5.1

Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan

Misi 1: Mewujudkan pelaksanaan syariat Islam


Sasaran Pokok
Untuk

mewujudkan

misi

di

atas

maka

diperlukan

sasaran

dan

indikator

pencapaiannya diantaranya yaitu:


a)

Tersedianya sarana dan prasarana ibadah yang memadai, yang ditandai dengan
tersedianya sarana mesjid di kemukiman dan meunasah di gampong serta tersedianya
balai majelis taklim dan balai pengajian di gampong.

b)

Terwujudnya pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan Syariat


Islam, yang ditandai dengan meningkatnya syiar Islam di mesjid, meunasah, balai
pengajian serta meningkatnya masyarakat baik kuantitas maupun kualitas dalam
melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim seperti melaksanakan ibadah sholat,
puasa, membayar zakat dan ibadah haji.

c)

Terwujudnya kapasitas sumber daya aparatur pelaksana Syariat Islam yang profesional,
yang ditandai dengan tersedianya aparatur yang memahami tentang hukum-hukum
yang berkaitan dengan pelaksanaan syariat Islam sehingga mampu membuat kebijakan
yang dapat meningkatkan tegaknya syariat Islam.

d)

Terwujudnya sistem informasi pengembangan Syariat Islam yang baik, yang ditandai
dengan tersedianya sarana informasi dan data base yang berkaitan dengan
pengembangan syariat Islam baik berupa media cetak seperti tabloid, majalah dan
koran maupun media elektronik seperti radio, televisi lokal dan website.

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu diambil
pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a)

Membangun sarana dan prasarana ibadah


Kebijakan ini bertujuan untuk memenuhi sarana dan prasarana ibadah umat Islam
seperti mesjid, meunasah, mushalla, majlis taklim, balai pengajian dan lainnya. Hal ini
dilakukan agar masyarakat dapat melaksanakan ibadahnya dengan lebih khusyuk dan
lebih baik. Disamping itu juga dengan melengkapi sarana ibadah dan bahan bacaan
lainnya seperti Al-Quran, kitab-kitab, taman bacaan islami serta sarana pendukung
lainnya.

b)

Pembinaan dan Pengembangan Syariat Islam


Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan penerapan syariat islam secara kaffah dan
memantapkan pelaksanaan amal ibadah, pendalaman ilmu agama Islam bagi
pemeluknya, dan menghidupkan syiar Islam serta membina kerukunan hidup antar umat
beragama dengan cara meningkatkan informasi syariah Islam, dan meningkatkan
pengetahuan imum meunasah tentang pelaksanaan syariat Islam. Kebijakan ini
diimplementasikan melalui kegiatan diantaranya pelatihan peningkatan kapasitas imum
mesjid dan meunasah dalam pelaksanaan syariat islam, dan pembinaan gampong
percontohan bersyariat Islam.

c)

Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Pelaksana Syariat Islam


Kebijakan ini bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan Sumber Daya
Manusia pelaksana syariat islam. Keberhasilan pelaksanaan syariat islam sangat
tergantung kepada profesionalisme aparatur pelaksanannya. Maka untuk pencapaian
kebijakan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas
aparatur pemerintah, imum mesjid dan meunasah, sosialisasai qanun pelaksanaan
syariat kepada lembaga pendidikan, dan pembinaan remaja mesjid.

d)

Pengembangan Sistem Informasi Pelaksanaan Syariat Islam


Kebijakan ini bertujuan memberikan layanan informasi yang jelas dan terarah kepada
masyarakat agar mamahami tentang pentingnya syariat Islam dalam kehidupan seharihari. Hal ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan penyediaan informasi melalui media
elektronik dan media cetak, pmbuatan uraian hasil qanun, penyediaan buku dan kitab,
dan sosilaisasi qanun secara berkala.

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Misi 2: Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik


Sasaran Pokok
Untuk mewujudkan misi di atas maka diperlukan sasaran pencapaiannya diantaranya
yaitu :
a)

Terwujudnya pelayanan umum yang prima kepada masyarakat, yang ditandai dengan
makin meningkatnya kualitas kinerja aparatur dan ketrampilan pejabat Pemerintah
Kabupaten Pidie Jaya yang memiliki kompetensi agar punya kemampuan teknis sesuai
prinsip-prinsip good governance pada semua tingkatan dan lini pemerintahan serta
makin mantapnya tata kelola pemerintahan yang lebih baik melalui terobosan kinerja
secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum, kredibel dan
transparan.

b)

Meningkatnya kapasitas aparatur pemerintah daerah, hal ini ditandai dengan


tersedianya sarana dan prasarana dalam rangka mendukung peningkatan kapasitas
aparatur seperti sarana tempat bekerja, peralatan pendukung, pelatihan-pelatihan baik
yang bersifat formal maupun non formal. Hal ini juga ditandai dengan tersedianya
aparatur dengan kualifikasi pendidikan yang memadai dan bekerja secara maksimal
sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

c)

Terwujudnya sistem pengembangan data dan informasi yang akurat, hal ini ditandai
dengan tersedianya sistem pelaporan kinerja dan keuangan, sistem pengawasan
internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan Kepala Daerah, sistem penataan
peraturan perundang-undangan, sistem penataan administrasi kependudukan, dan
sistem perencanaan pembangunan yang baik.

Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu
diambil pemerintah daerah adalah sebagai berikut:

a) Peningkatan Pelayanan Publik


Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, meningkatkan
efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan publik, meningkatkan citra aparatur
pemerintah dan kepercayaan masyarakat untuk menjadi semakin positif; serta
mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan daerah.
Kebijakan ini dapat terlaksana melalui kegiatan yaitu peningkatan pelaksanaan
pengawasan internal, penanganan kasus pengaduan pelayanan terpadu satu pintu,
penyusunan sistem informasi pelayanan terpadu satu pintu, monitoring tim instansi
3

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

terkait perizinan/non perizinan Daerah, penyusunan indeks kepuasan masyarakat


bidang perizinan dan non perizinan.

b) Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur pemerintah daerah


Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan sumber daya manusia aparatur pemerintah
yang profesional dan handal melalui beberapa program dan kegiatan seperti
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan formal; menyebarluaskan peraturan
perundang-undangan; menyelenggarakan bimbingan teknis implementasi perundangundangan; menyelenggarakan pembinaan mental dan fisik aparatur, menyelenggarakan
bimbingan teknis penyusunan perumusan kebijakan, meningkatkan profesionalisme
auditor dan aparatur pengawasan.

c) Pengembangan Data dan Informasi


Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas perencanaan
pembangunan yang berbasis data dan informasi sehingga tersedia data dan informasi
yang lengkap dan akurat sebagai dasar dalam perencanaan. Kebijakan ini dilaksanakan
pada beberapa kegiatan berikut yaitu pengumpulan updating dan analisis data
informasi, pengembangan pusat data dan informasi perencanaan pembangunan daerah,
penelitian dan pengembangan perencanaan pembangunan, penyusunan Profil Pidie
Jaya Dalam Angka, Penyempurnaan sentra data spasial dan penerapan standarisasi
data spasial (clearing data).

Misi 3: Mewujudkan pembangunan daerah yang berkeadilan dan berwawasan


lingkungan
Sasaran Pokok
Untuk

mewujudkan

misi

di

atas

maka

diperlukan

sasaran

dan

indikator

pencapaiannya diantaranya yaitu:


a)

Terwujudnya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ditandai oleh


peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

b)

Terwujudnya pembangunan yang bersifat pro growth pertumbuhan ekonomi pro job
mengutamakan penciptaan lapangan kerja dan pro poor mengutamakan masyarakat
miskin, yang ditandai dengan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto ratarata
per-tahun di atas 5 persen, tersedianya lapangan kerja, berkurangnya angka
pengangguran serta turunnya tingkat kemiskinan .
4

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

c)

Terwujudnya pembangunan yang pro environment (keberpihakan kepada pemulihan/


ramah lingkungan) Pendekatan pro-environment dilakukan melalui upaya mitigasi dan
adaptasi terhadap perubahan iklim.

Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu
diambil pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a)

Meningkatkan pelayanan dasar yang integrative, komprehensif dan berkualitas secara


adil dan merata serta berkurangnya kesenjangan antar wilayah, kelompok masyarakat,
status ekonomi, sosial dan gender.

b)

Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah, menciptakan lapangan kerja dalam


rangka mengurangi angka pengangguran, meningkatkan nilai investasi di daerah dan
nilai ekspor produk serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor.

c)

Membangun struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.

d)

Mewujudkan pengembangan kawasan tertinggal dan terpencil sehingga dapat tumbuh,


berkembang dan mengejar ketertinggalan pembangunan dengan daerah lain.

e)

Mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan (green vision) dengan


mengedepankan keseimbangan lingkungan dalam segala aspek baik dari segi
perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan oleh publik serta tidak melupakaan pada
zona-zona rawan bencana dengan penerapan teknologi dan bersinergi dengan multi
sektor dan di sosialisasikan kepada masyarakat secara berkelanjutan..

f)

Meningkatnya pemahaman masyarakat dalam optimalisasi pemanfaatan ruang untuk


menjadikan lingkungan sehat, yang ditandai dengan peningkatan pemahaman dan
penerapannya terhadap nilai dan etika lingkungan bagi kehidupan serta terwujudnya
pembangunan

berkelanjutan

untuk

kesejahteraan

dengan

bersendikan

pada

pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup secara berimbang dan
terpadu

Misi 4: Mewujudkan pendidikan yang berkualitas


Sasaran Pokok
Untuk

mewujudkan

misi

di

atas

maka

diperlukan

sasaran

dan

indikator

pencapaiannya diantaranya yaitu:

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

a)

Meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan yang ditandai dengan tersedianya


sarana dan prasarana pendidikan sesuai standar nasional, meningkatnya rata-rata lama
sekolah penduduk Pidie Jaya dan meningkatnya angka melek huruf penduduk.

b)

Meningkatnya pemerataan pendidikan dan kualitas pendidikan, yang ditunjukkan


dengan angka partisipasi pendidikan baik berupa angka partisipasi murni maupun angka
partisipasi

kasar.

Meningkatnya

kualitas

pendidikan,

yang

ditandai

dengan

meningkatnya mutu pendidik dan tenaga kependidikan baik pada jalur pendidikan formal
maupun non formal serta tersedianya sarana pendidikan bagi masyarakat yang
berkebutuhan khusus.
c)

Meningkatnya proporsi guru yang memiliki kualifikasi akademik, yang ditandai semakin
banyaknya jumlah guru yang memiliki tingkat pendidikan sarjana.

d)

Meningkatnya relevansi dan daya saing pendidikan yang ditandai dengan meningkatnya
kualitas pendidikan yang bersifat (link and match) sehingga tersedia lulusan pendidikan
yang siap pakai di lapangan kerja, dan pemberdayaan pemuda putus sekolah dengan
pendidikan non-formal dan pelatihan sehingga mampu bersaing dalam dunia usaha dan
pembangunan.

e)

Meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap jenjang pendidikan tinggi, yang ditandai


dengan meningkatnya jumlah lulusan sekolah menengah atas yang melanjutkan ke
perguruan tinggi.

Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu
diambil pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a)

Melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan


Peningkatan

pembangunan

sarana

dan

prasarana

pendidikan

yang

merata

memudahkan akses masyarakat untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan


pelayanan standar minimal sehingga bisa meningkatkan angka partisipasi kasar dan
angka partisipasi murni.
b)

Melaksanakan Pendidikan anak usia dini.


Pembangunan pendidikan usia dini diarah untuk meningkatkan dan mengembangkan
sarana dan prasarana pembangunan, dan fasilitas pendukung pendidikan agar mampu
menampung dan memberikan rasa aman dalam belajar bagi seluruh anak usia 3-6
tahun dalam memperoleh pendidikan pra sekolah. Kebijakan ini diimplementasikan
melalui kegiatan-kegiatan antara lain adalah pembangunan gedung PAUD, pengadaan
6

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

fasilitas bermain, pengadaan alat praktik dan alat peraga, pengadaan dan pemeliharaan
meubileur sekolah, pengadaan perlengkapan sekolah, dan pemberian biaya opersional
PAUD.
c)

Melaksanakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.


Kebijakan ini diimplementasikan melalui berbagai isue strategis tentang wajib belajar
sembilan tahun yang meliputi pendidikan dasar dan pendidikan menengah pertama,
peningkatan tingkat angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM)
kedua pendidikan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan antara lain yaitu
pembangunan gedung sekolah,

pengadaan buku, alat praktik dan alat peraga,

pengadaan dan pemeliharaan meubileur sekolah, pengadaan perlengkapan sekolah,


pelatihan kompetensi tenaga pendidik, bantuan opersional sekolah SD/MI dan
SMP/MTs, pembinaan kelembagaan sekolah, penyelenggaraan Paket B setara SMP,
penyelanggaraan UN dan UAS, pelatihan pelaksanaan MBS, pelatihan penyusunan
KTSP,

penyelenggaraan

akreditasi SD/SMP,

penyelenggaraan

olimpiade

mata

pelajaran tingkat SD/SMP.


d)

Melaksanakan pendidikan menengah.


Program ini lebih berorientasi pengembangan terhadap kemampuan skill dan kualitas
peserta didik, namun kondisi pendidikan selama ini masih memerlukan perhatian
terhadap mutu dan sarana dan prasarana yang belum memadai, maka untuk
mengimplementasikan program ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan antara lain
adalah Pembangunan gedung sekolah, Pengadaan Buku, alat praktik dan alat peraga,
Pengadaan dan pemeliharaan meubileur sekolah, Pengadaan perlengkapan sekolah,
Pelatihan kompetensi tenaga pendidik, Bantuan opersional sekolah SMA/MA/SMK,
Pembinaan

kelembagaan

sekolah,

Penyelenggaraan

Paket

setara

SMA,

Penyelanggaraan UN dan UAS, Pelatihan Pelaksanaan MBS, Pelatihan penyusunan


KTSP, Penyelenggaraan akreditasi sekolah menengah, Lomba siswa berprestasi,
Penyelenggaraan olimpiade bidang studi.
e)

Meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan;


Mutu tenaga pendidik dan kependidikan merupakan tolok ukur untuk mendukung
terwujudnya SDM bangsa yang andal. Namun selama ini kendala kualitas guru sangat
memprihatikan, maka untuk terlaksananya program ini dapat diimplementasikan melalui
kegiatan-kegiatan antara lain adalah Pelaksanaan sertifikasi guru, Uji kompetensi bagi
tenaga pendidik untuk memenuhi standar kompetensi, Pembinaan KKG dan MGMP,
Pengembangan mutu dan kualitas pendidikan dan tenaga kependidikan, pengembangan
7

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

system pendataan dan pemetaan pendidik dan tenaga kependidikan, Perlombagaan


guru, Pengawas dan Kepala

berprestasi, Perlombaan Inovasi pembelajaran bagi

tenaga pendidik.
f)

Peningkatan Kualitas dan Partisipasi Pemuda dalam Pembangunan


Pembangunan pemuda di arahkan pada peningkatan kualitas dan partisipasi pemuda di
berbagai bidang pembangunan terutama di bidang ekonomi, sosial budaya, Iptek dan
politik. Di samping itu, pembangunan olahraga di arahkan pada peningkatan budaya
olahraga dan prestasi olahraga di kalangan pemuda dan masyarakat.

g)

Pembangunan Iptek
Pembangunan iptek di arahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan
baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan, serta pengembangan ilmu sosial dan
humaniora untuk menghasilkan teknologi dan pemanfaatan teknologi hasil penelitian,
pengembangan dan rekayasa bagi kesejahteraan masyarakat, kemandirian dan daya
saing melaui peningkatan dan kapasitas Iptek yang senantiasa berpedoman pada nilainilai agama, budaya etika kearifan lokal serta memperhatikan sumber daya dan
kelestarian fungsi lingkungan hidup.

h)

Melaksanakan pendidikan non-formal.


Program ini merupakan penunjang utama keberhasilan pemerintah dalam rangka
peningkatan kualitas SDM, dengan pendidikan ini telah dapat membantu pemerintah,
hal itu telah dibuktikan dengan hadirnya pendidikan dayah yang aktif melahirkan anak
bangsa yang berkualitas dalam bidang keagamaan, namun disisi yang lain perlu adanya
perhatian terhadap peningkatan fasilitas sarana dan prasarana serta mengakomodir
terlaksananya bantuan operasional bagi kegiatan lembaga pelaksana program tersebut.
Untuk dapat terlaksananya program ini secara maksimal dapat diimplementasikan
melalui kegiatan-kegiatan antara lain sebagai yaitu Pemberdayaan tenaga pendidikan
non formal, Pengembangan kurikulum pendidikan dayah, Pemberian bantuan opersional
pendidikan non formal, Pembangunan pendidikan non formal, Akreditasi pendidikan
dayah.

i)

Meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap jenjang pendidikan tinggi


Mendukung dan memfasilitasi pembangunan dan penyelenggaraan pendidikan untuk
jenjang pendidikan tinggi dan memberikan bantuan keuangan atau beasiswa bagi
mahasiswa miskin berprestasi.

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Misi 5: Mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera


Sasaran Pokok
Untuk

mewujudkan

misi

di

atas

maka

diperlukan

sasaran

dan

indikator

pencapaiannya diantaranya yaitu:


a)

Meningkatnya kualitas hidup penduduk. Kualitas penduduk suatu daerah dapat diukur
melalui beberapa indikator diantaranya yaitu:
Angka harapan hidup. Angka harapan hidup merupakan suatu gambaran keadaan
lama hidup seseorang sekaligus hidup lebih sehat. Angka harapan hidup yang tinggi
dianggap mencerminkan kesejahteraan penduduk yang tinggi pula. Hal ini
disebabkan karena harapan hidup merupakan hasil dari berbagai faktor lain dari
derajat sosial ekonomi penduduk.
Angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Kedua indikator ini diharapkan
mampu

mencerminkan

tingkat

pengetahuan

dan

keterampilan

penduduk.

Kemampuan baca tulis dan menyerap informasi sangat penting, karena literasi
merupakan komponen yang sangat penting sebagai dasar pengembangan kualitas
penduduk. Rata-rata lama sekolah mencerminkan tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkkan atau sedang dijalani oleh penduduk usia 25 tahun keatas.
Daya beli masyarakat dan pendapatan per kapita. Kemampuan daya beli
masyarakat dapat terwakili oleh variable komsumsi riil per kapita, yaitu rata-rata
pengeluaran per kapita setahun yang sudah distandarkan dengan mendeflasikan
dengan Indeks Harga Konsumen.
b)

Berkurangnya jumlah penduduk miskin. Penduduk miskin merupakan salah satu


indikator tingkat kesejahteraan suatu daerah. Semakin tingka angka penduduk miskin
maka semakin rendah tingkat kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu pemerintah
daerah

harus

berupaya

sekuat

tenaga

untuk

menjadikan

semua

program

pembangunannya berorientasi pada upaya-upaya menurunkan angka kemiskinan


tersebut.
c)

Berkurangnya angka pengangguran. Tingkat pengagguran dapat dihitung dengan cara


membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan
dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
kekacauan

keamanan

dan

sosial

sehingga

mengganggu

pertumbuhan

dan

pembangunan ekonomi yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya


pendapatan perkapita daerah.
9

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

d)

Berkurangnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). PMKS adalkah


penyakit masyarakat yang bila tidak mendapat perhatian yang serius dari pemerintah
maka akan berdampak pada menurunya kesejahteraan masyarakat.

e)

Menurunnya angka kriminalitas. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan


tingkat kriminalitas di suatu daerah. Semakin tinggi tingkat kriminalitas akan
menunjukkan semakin berkurangnya tingkat kesejahteraan suatu daerah.

Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu
diambil pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a)

Peningkatan Kesejahteraan Petani.


Kebijakan ini bertujuan membantu para petani dalam meningkatkan produksi hasil
pertanian serta memberikan berbagai fasilitas pendukung dalam usaha meningkatkan
kebutuhan dan kesejahteraan hidup petani. Sasaran program ini adalah seluruh petani
yang aktif dan berpotensi mengurangi dampak kemiskinan. Program ini dapat
diwujudkan melalui kegiatan SPLHT Tanaman Kakao, peningkatan SDM Perkebunan
dan Pertanian.

b)

Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.


Kebijakan ini bertujuan untuk memberdayakan kelompok ekonomi masyarakat pesisir.
Sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan di
lingkungan masyarakat pesisir

melalui pembinaan,

pendampingan usaha dan

penciptaan usaha baru di wilayah pesisir. Kegiatan yang dilaksanakan dalam program
ini yaitu pembinaan kelompok ekonomi masyarakat pesisir.
c)

Penanggulangan kemiskinan
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin dan
meningkatkan

pelayanan

masyarakat

gampong

di

daerah

tertinggal/terisolir.

Keterbelakangan yang terjadi disebabkan kualitas masyarakat yang perlu ditingkatkan


terutama pemahaman efiensi kerja dan kualitas kerja serta didukung dengan pembinaan
yang berkelanjutan tentang sistem pengelolaan keuangan dalam keluarga melalui
pemberdayaan ekonomi gampong. Kegiatan yang mendukung kebijakan ini antara lain
adalah

perencanaan

dan

pemberdayaan

pemukiman

masyarakat

tertinggal,

pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif Gampong (UEPG).

10

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

d)

Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.


Kebijakan ini diharapkan dapat mengembangkan kualitas tenaga kerja dalam rangka
memperoleh kesempatan kerja. Namun hal itu harus didukung dengan komponen yang
lain yaitu lapangan kerja dari berbagai dunia usaha. Untuk mendukung program tersebut
dengan kegiatan-kegiatan yaitu penyusunan data base tenaga kerja, pengadaan tanah
pembangunan gedung BLK, pembangunan balai latihan kerja, pendidikan dan pelatihan
bagi pencari kerja.

e)

Peningkatan kesempatan kerja.


Kebijakan ini bertujuan dapat meningkatkan kesempatan kerja masyarakat melalui
berbagai informasi dengan memberikan perbekalan dan keterampilan kerja serta
membantu pelayanan administrasi yang mudah dan murah. Kebijakan ini dapat
dilaksanakan melalui kegiatan penyebarluasan informasi tenaga kerja, serta kerjasama
pendidikan dan pelatihan;

f)

Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Kebijakan ini bertujuan memberdayakan kelompok PMKS sehingga akan berkembang
dan mandiri untuk memenuhi kehidupannya. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan
adalah bimbingan ketrampilan usaha bagi keluarga miskin non produktif.

g)

Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan.


Kebijakan ini bertujuan menciptakan rasa aman, kenyamanan dan perlindungan kepada
masyarakat dari ancaman baik yang datang dari dalam maupun luar yang mungkin
terjadi. Kebijakan ini dapat diimplementasikan melalui kegiatan pelatihan pengendalian
keamanan dan lingkungan.

Misi 6: Mewujudkan masyarakat yang sehat dan berkualitas


Sasaran Pokok
Untuk

mewujudkan

misi

di

atas

maka

diperlukan

sasaran

dan

indikator

pencapaiannya diantaranya yaitu:


a)

Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang memadai, yang ditandai dengan
tersedianya Rumah Sakit yang bertaraf nasional di kabupaten, puskesmas di seluruh
kecamatan dan puskesmas pembantu di setiap gampong.

11

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

b)

Meningkatnya kualitas kesehatan dan Meningkatnya angka usia harapan hidup


masyarakat, yang ditandai oleh terpenuhinya pelayanan dasar kesehatan sesuai
Standar Pelayanan Minimal serta tersedianya sistem jaminan kesehatan bagi warga
miskin. Angka harapan hidup merupakan suatu gambaran keadaan lama hidup
seseorang sekaligus hidup lebih sehat. Angka harapan hidup yang tinggi dianggap
mencerminkan kesejahteraan penduduk yang tinggi pula. Hal ini disebabkan karena
harapan hidup merupakan hasil dari berbagai faktor lain dari derajat sosial ekonomi
penduduk

c)

Terwujudnya peningkatan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin. Hal dapat dilihat
dari tersediannya asuransi yang menjamin kesehatan bagi penduduk miskin.

d)

Menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan. Angka Kematian Bayi (AKB)
adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup
pada satu tahun tertentu. Tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan
menandakan kualitas hidup atau tingkat ekonomi masyarakat yang belum memadai.
Kualitas hidup ibu hamil sangat menentukan keberlangsungan bayi yang dikandungnya,
semakin baik tingkat kesejahteraan ibu hamil akan semakin kecil tingkat kematian bayi
dan ibu hamil.

e)

Terwujudnya peningkatan kualitas keluarga. Kualitas keluarga penentuan kualitas


bangsa. Pendapat ini menekankan pentingnya meningkatkan kesejahteraan keluarga
bagi kemajuan suatu daerah atau bangsa. Kualitas keluarga dapat diukur melalui
indikator keluarga sejahtera dan keluarga pra sejahtera.

Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu
diambil pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a)

Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit.


Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
perorangan, terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin, tebangunnya
rumah sakit yang representatif, menjamin terselenggranya pemerintah melalui program
askeskin,

peningkatan

mutu

dan

pemerataan

pelayanan

upaya

kesehatan

perorangan,peningaktan pelayanan rujukan, pembangunan sarana dan prasarana RSU


Daerah Pidie Jaya. Kebijakan

ini dapat diimplementasikan melalui kegiatan

pembangunan rumah sakit, pengadaan obat-obatan rumah sakit, pengadaan bahan


logistik rumah sakit, dan pengadaan perlengkapan rumah tangga rumah sakit;

12

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

b)

Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas


pembantu dan jaringannya.
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan pengadaan fasilitas kesehatan yang dapat
langsung dinikmati oleh masyarakat dengan fasilitas bermutu, mudah dijangkau dan
murah. Kebijakan ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan pembangunan puskesmas,
dan peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.

c)

Upaya kesehatan masyarakat.


Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui
pemahaman penggunaan farmasi kesehatan dan obat-obatan yang berkualitas dan
murah. Program ini dapat diwujudkan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut
pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan, pengadaan peralatan dan
perbekalan kesehatan termasuk obat generic esensial, peningkatan kesehatan
masyarakat, penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan dan peningkatan
pelayanan kesehatan jiwa;

d)

Perbaikan gizi masyarakat.


Kebijakan ini bertujuan untuk menanggulangi gizi buruk melalui pemberian makanan
bergizi dan pelayanan kesehatan terpadu sehingga tingkat gazi buruk dalam
masayarakat terus menurun secara cepat dan akurat. Dalam rangka pencapaian
program

tersebut

perlu

diimplementasikan

melalui

kegiatan

penanggulangan

KEB/AGB/GAKI.
e)

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.


Kebijakan ini bertujuan untuk memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar
mampu menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat dan mengembangkan upaya
kesehatan bersumber masyarakat. Kebijakan ini dapat diupayakan melalui kegiatankegiatan seperti; pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat;
penyuluhan masyarakat pola hidup sehat; peningkatan pendidikan tenaga penyuluhan
kesehatan, dan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

f)

Pelayanan kesehatan penduduk miskin.


Kebijakan ini bertujuan membantu masyarakat miskin untuk memperoleh layanan
kesehatan secara gratis dan berkualitas. Kebijakan ini dapat diiplementasikan melalui
kegiatan pengobatan gratis operasi katarak, dan pelayanan sunnat massal;

13

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

g)

Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan balita.


Kebijakan ini bertujuan meningkatkan angka keselamatan ibu dan bayi terutama untuk
penduduk miskin. Kebijakan ini dapat terlaksana dengan baik melalui prioritas kegiatan
penyuluhan keselamatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu dan peningkatan
kesehatan ibu dan anak dengan kunjungan rutin bidan desa sekaligus menyalurkan
bantuan perbaikan gizi dan nutrisi bagi ibu hamil/ibu menyusui dan balita.

h)

Pelaksanaan keluarga berencana.


Kebijakan ini bertujuan membantu masyarakat terutama pasangan suami isteri baru dan
menjaga kehamilan dan pengaturan kehamilan. Kebijakan ini dapat dilaksanakan
melalui kegiatan pelayanan KB dan alat kontrasepsi bagi keluraga miskin.

Misi 7: Mewujudkan Pidie Jaya

yang demokratis aman, damai dan

bersatu

berlandaskan hukum
Sasaran Pokok
Untuk mewujudkan misi di atas maka diperlukan sasaran dan indikator pencapaiannya
diantaranya yaitu:
a)

Terwujudnya peningkatan wawasan kebangsaan yang terlihat dari meningkatnya


pemahaman masyarakat akan pentingnya perdamaian dan persatuan bangsa.

b)

Terwujudnya peningkatan keamanan dan ketertiban masyarakat yang ditandai dengan


terpenuhinya jumlah rasio polisi pamong praja dan linmas per 10.000 penduduk serta
rasio pos Siskamling per jumlah gampong.

c)

Terwujudnya peningkatan peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam kehidupan politik
dan kegiatan pembangunan yang ditandai dengan tingkat keterwakilan perempuan di
politik dan kegiatan perempuan serta ditandai pula dengan adanya kegiatan pembinaan
terhadap LSM, Ormas dan OKP.

d)

Terwujudnya supremasi hukum dan penegakan hak asasi manusia secara nondiskriminatif, yang ditandai dengan tingkat ketaatan dan kesadaran masyarakat
terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan yang ada.

e)

Terbangunnya

struktur

masyarakat

yang

memiliki

ketahanan

dan kemampuan

dalam menangani potensi konflik sosial yang berbasis pada kearifan dan nilai-nilai
lokal. Hal ini akan terlihat pada tingkat peran serta lembaga adat dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi di masayarakat.

14

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Arah Kebijakan
Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut di atas maka arah kebijakan yang perlu
diambil pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a)

Pengembangan Wawasan Kebangsaan.


Kebijakan ini bertujuan meningkatkan wawasan kebangsaan terhadap kelompok
masyarakat

mahasiswa,

siswa,

PNS

dan

warga

masyarakat

lainnya

dalam

mengantisipasi ancaman dan tantangan terhadap keutuhan NKRI serta meningkatkan


kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kebijakan
implementasinya

melalui

kegiatan-kegiatan

berupa;

peningkatan

toleransi

ini
dan

kerukunan dalam kehidupan beragama; peningkatan kesadaran masyarakat akan nilainilai luhur budaya bangsa; sosialisasi dan peningkatan pembauran dan kerukunan umat
beragama.
b)

Melaksanakan Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan.


Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman wawasan kebangsaan bagi
masyarakat sehingga terciptanya rasa nasionalisme kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kebijakan ini diimplementasikan melalui kegiatan-kegiatan seperti; seminar;
talk show; diskusi peningkatan wawasan kebangsaan; pemantapan ideologi dan bela
negara; fasilitasi peningkatan pemahaman hak asasi manusia.

c)

Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal.


Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas pengkajian/analisis dilingkungan
kesbang dan linmas terhadap sistem kondisi keamanan daerah, terbentuknya forum
kewaspadaan dini masyarakat, serta tercegahnya gangguan keamanan. Kebijakan ini
dilaksanakan melalui kegiatan-gegiatan yaitu; peningkatan kerjasama dengan aparat
keamanan dalam teknik pencegahan kejahatan; peningkatan kapasitas aparat dalam
rangka pelaksanaan siskamswakarsa di daerah.

d)

Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan.


Kebijakan ini bertujuan menciptakan rasa aman, kenyamanan dan perlindungan kepada
masyarakat dari ancaman baik yang datang dari dalam maupun luar yang mungkin
terjadi. Kebijakan ini implementasinya melalui kegiatan pelatihan pengendalian
keamanan dan lingkungan.

15

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

e)

Pendidikan Politik Masyarakat.


Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
perdamaian, pemahaman akan hak dan kewajiban berpolitik, kualitas berkomunikasi
serta kontrol politik masyarakat dalam membangun karakter bangsa yang demokratis.
Kebijakan ini dilaksankan melalui kegiatan-kegiatan seperti;

fasilitasi penyelesaian

perselisihan partai politik; koordinasi forum-forum diskusi politik; koordinasi pembinaan


infrastruktur politik;

sosiallisasi politik damai Aceh; dan sosialisasi kebijakan politik

pemerintah.
f)

Peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan penegakan hukum


Melakukan sosialisasi tentang perundang-undangan yang berlaku bagi masyarakat luas,
sanksi dan hukuman yang akan diterapkan agar masyarakat lebih siap dalam
melakukan kegiatan yang mempunyai landasan payung hukum yang jelas. Selain itu
juga melakukan pengawasan pada setiap penegakan hukum dilaksanakan kepada
masyarakat untuk menghindari penyelewengan yang dilakukan oleh penegak hukum.

g)

Pemberian bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu


Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk memberikan bantuan hukum bagi
masyarakat kurang mampu yang terlibat pelanggaran hukum sebatas pelanggaran tidak
bertentangan dengan aksi sara dan makar.

h)

Pembinaan penanganan konflik masyarakat melalui lembaga adat


Memberikan pelatihan dan pembinaan penanganan konflik sosial yang bisa mengancam
masyarakat dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama dan lembaga adat.
Memaksimalkan fungsi dan peran lembaga adat untuk bisa lebih mandiri dalam
menyelesaikan masalah sosial yang timbul.

5.2

Tahapan dan Skala Prioritas Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah


Untuk mencapai visi, misi dan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 20052025, maka tahapan dan skala prioritas yang
akan menjadi agenda pemerintah daerah melalui Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) guna menjawab berbagai permasalahan yang hendak
diselesaikan secara terencana, terpadu, bertahap dan berkelanjutan. Tahapan dan skala
prioritas yang ditetapkan mencerminkan pentingnya permasalahan yang harus diselesaikan
dengan tidak mengabaikan kompleksitas permasalahan lainnya.
16

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

Dengan demikian fokus dan skala prioritas pada setiap tahapan tentu berbedabeda namun kesemuanya tetap harus dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dari
periode ke periode berikutnya dalam kerangka pencapaian visi, misi dan arah Rencana
Pembangunan Jangka Panjang. Hal tersebut dilakukan dalam korelasinya dengan berbagai
keterbatasan sumberdaya pembangunan yang dimiliki daerah, sehingga Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah tersebut perlu dilaksanakan melalui tahapan dan
skala prioritas yang direncanakan sebagai berikut:
5.2.1

Periode RPJP 5 Tahun Pertama Tahun 2005-2010


Periode ini Kabupaten Pidie Jaya pada masih bergabung dengan Kabupaten Pidie

hingga tahun 2007. Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 7 Tahun 2007 maka
terbentuklah Kabupaten Pidie Jaya hasil pemekaran dari Kabupaten Pidie. Selama dua
tahun Kabupaten Pidie Jaya belum mempunyai Bupati Definitif dari 15 Juni 2007 hingga
tahun 2009, pada masa ini belum banyak tercapai sasaran pembangunan karena
pemerintahan masih dalam tahap peralihan dari Kabupaten Pidie. Berdasarkan kondisi
tersebut pencapaian pembangunan RPJP periode pertama tahun 2005 2007 masih
merupakan tanggungjawab Kabupaten Pidie (induk).
5.2.2

Periode RPJP 5 Tahun Kedua Tahun 2010-2015


Sasaran pokok yang akan dicapai dalam tahap pertama pembangunan jangka

panjang daerah yaitu pembenahan struktur organisasi/lembaga pemerintahan daerah dan


reformasi birokrasi serta penyediaan infrastruktur dasar kebutuhan pelayanan masyarakat
pada bidang pendidikan dan kesehatan, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan
komoditi unggulan daerah serta penyediaan infrastruktur penunjang yang dapat mengungkit
ekonomi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pidie Jaya.
Indikator kinerja utama yang diharapkan tercapai pada pembangunan tahap kedua RPJPD
Kabupaten Pidie Jaya, yaitu :
1.

Tata Kelola Pemerintahan dan Penyediaan Sarana dan Prasarana Pemerintah Daerah;

2.

Pertumbuhan Ekonomi mencapai 5,50 6,50;

3.

Peningkatan capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diharapkan mencapai 73,00


73.50 persen, IPM ini diukur dari peningkatan angka harapan hidup yang diharapkan
mencapai 69,62 tahun, rata-rata lama sekolah 9 tahun dan angka melek huruf mencapai
99,32 persen,;

4.

Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat mencapai 12,32 juta rupiah;

5.

Menurunnya jumlah penduduk miskin 20,00% 22,00%;


17

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

6.

Menurunnya tingkat pengangguran menjadi 6.00% - 7,00%;

7.

Angka kematian bayi 9/1000 Kelahiran Hidup;

8.

Angka kelangsungan hidup bayi 97,50% 98,50%;

9.

Gizi buruk ditekan menjadi 2,00% - 2,50%.

Prioritas utama pada tahapan ini adalah peletakan fondasi untuk mewujudkan
masyarakat Pidie Jaya yang maju, adil dan sejahtera melalui penyelenggaraan
pemerintahan yang baik bebas dari KKN, aman, damai dan demokratis serta pembangunan
infrastruktur pemerintahan, peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan, peningkatan
pendapatan dan kemampuan daya beli masyarakat melalui peletakan dasar pembangunan
ekonomi yang berbasis agribisnis, penyediaan infrastruktur penunjang pembangunan
ekonomi, serta pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup yang lestari melalui
penyelesaian Regulasi Tata Ruang Daerah. Disamping itu juga dilakukan pemberdayaan
ulama dan tokoh masyarakat dalam rangka pemahaman, penghayatan dan pengamalan
nilai-nilai agama sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan syariat Islam, etika, budaya dan aturan hukum
yang berlaku
5.2.3

Periode RPJP 5 Tahun KetigaTahun 2015-2020


Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan Periode RPJP 5

tahun kedua, maka pada periode ketiga ini ditujukan untuk lebih meningkatkan
pembangunan Kabupaten Pidie Jaya secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian daerah berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kesejahteraan rakyat terus
meningkat dan merata yang didorong oleh meningkatnya pertumbuhan
berkualitas yang

disertai berkembangnya

ekonomi

yang

lembaga-lembaga usaha mikro kecil dan

menengah. Kualitas sumber daya manusia terus meningkat

yang

ditandai oleh

meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan, termasuk yang berbasis keunggulan lokal
dan didukung oleh manajemen pelayanan pendidikan yang efisien dan efektif; meningkatnya
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat serta meningkatnya sarana dan prasarana
kesehatan yang berkualitas; meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya kesejahteraan
dan perlindungan anak; meningkatnya budaya dan karakter masyarakat dalam semangat
kegotongroyongan.
Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang semakin mantap dicerminkan oleh
terjaganya daya dukung lingkungan dan kemampuan pemulihan untuk mendukung kualitas
18

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

kehidupan sosial dan ekonomi yang serasi, seimbang, dan lestari; terus membaiknya
pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam yang diimbangi dengan upaya
pelestarian fungsi lingkungan hidup yang didukung oleh mental dan perilaku masyarakat;
serta semakin mantapnya kelembagaan dan kapasitas penataan ruang diseluruh wilayah
Kabupaten Pidie Jaya. Daya saing perekonomian Kabupaten Pidie Jaya semakin kuat
dan kompetitif dengan semakin berkembangnya industri di sektor pertanian, kelautan dan
sumber daya alam lainnya secara berkelanjutan; terpenuhinya ketersediaan infrastruktur
yang

didukung

oleh

mantapnya

kerjasama

pemerintah

dan dunia usaha, makin

selarasnya pembangunan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi dan industri serta


terlaksananya penataan kelembagaan ekonomi untuk mendorong peningkatan efisiensi,
produktivitas, penguasaan dan penerapan teknologi oleh masyarakat dalam kegiatan
perekonomian, pembangunan daerah secara berkelanjutan dengan pemantapan tata kelola
pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan bertanggungjawab.
Target capaian pembangunan pada akhir Periode RPJP 5 tahun ketiga tahun 2020
adalah sebagai berikut :
1.

Pertumbuhan Ekonomi mencapai 6,50% 7,50%;

2.

Peningkatan capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diharapkan mencapai 73,50


74.50 persen,

3.

Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat mencapai 14,50 juta rupiah;

4.

Menurunnya jumlah penduduk miskin 14,00% 17,00%;

5.

Menurunnya tingkat pengangguran 5,50% - 6,50%;

6.

Angka kematian bayi 5/1000 Kelahiran Hidup;

7.

Angka kelangsungan hidup bayi 98,50 99,00 persen;

8.

Gizi buruk ditekan menjadi 1,50% - 2,00%.


Prioritas utama pada tahapan ini adalah meningkatnya kualitas penyelenggaraan

pelayanan publik dengan melaksanakan Standar Pelayanan minimal (SPM), meningkatnya


pertumbuhan sektor agribisnis serta tumbuhnya UMKM yang berbasis pada pengolahan
hasil pertanian (agroindustri), meningkatnya infrastruktur penunjang sektor ekonomi daerah,
meningkatnya penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan, pemanfaatan dan
pengelolaan lingkungan yang mengacu kepada RTRW daerah, disamping itu juga
meningkatnya peran ulama dalam rangka pemahaman, pengamalan dan penghayatan nilainilai agama dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan syariat islam, budaya dan
aturan hukum yang berlaku.

19

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

5.2.4

Periode RPJP 5 Tahun Keempat 2020-2025


Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberlanjutann pembangunan

periode RPJP 5 tahun kedua dan ketiga, maka periode RPJP 5 tahun keempat ini
merupakan puncak pembangunan daerah dengan terwujudnya visi pembangunan daerah
yakni Kabupaten Pidie Jaya yang Islami, Berkualitas, Adil, Makmur dan Sejahtera
dalam Tatanan Peugah Lagee Buet, Peubuet Lagee Na. Sesuai arahan pembangunan
jangka panjang daerah Kabupaten Pidie Jaya 2005-2025 dengan memanfaatkan seluruh
potensi sumber daya pembangunan yang ada melalui percepatan pembangunan di berbagai
bidang dengan menekankan pada terbangunnya struktur perekonomian yang semakin kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif yang didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing, dengan tetap mempertimbangkan pembangunan daerah
yang berkelanjutan dan reformasi birokrasi yang telah sesuai dengan prinsip-prinsip tata
kelola pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan bertanggungjawab sebagaimana
diamanatkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada periode keempat ini,
tahapan dan prioritas pada pemantapan pembangunan pada semua aspek sehingga pada
akhir periode keempat kesejahteraan masyarakat

Kabupaten Pidie Jaya terwujud sesuai

dengan rencana.
Capaian pembangunan pada akhir periode RPJP 5 tahun keempat yang merupakan
akhir dari periode 20 tahun RPJPD Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 2025 adalah
sebagai berikut :
1.

Pertumbuhan Ekonomi mencapai 7,50% 9,00%;

2.

Peningkatan capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diharapkan mencapai 74,50


76.00 persen,

3.

Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat mencapai 17,50 juta rupiah;

4.

Menurunnya jumlah penduduk miskin 10,00% 14,00%;

5.

Menurunnya tingkat pengangguran 4,50% - 5,50%;

6.

Angka kematian bayi 3/1000 Kelahiran Hidup;

7.

Angka kelangsungan hidup bayi 99,00 99,50 persen;

8.

Gizi buruk ditekan menjadi 0,00% - 1,00%.

Prioritas utama pada periode ini adalah mewujudkan masyarakat Pidie Jaya yang
berkualitas didasari kepada penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, taat hukum
dan bebas KKN, penerapan standar pelayanan minimal (SPM) pada semua layanan publik.
Terbangunnya perekonomian daerah yang kokoh didasari pada pemantapan produktivitas
20

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

komoditas unggulan daerah yang ditunjang oleh sektor UMKM yang berdaya saing, dan
menghasilkan pusat-pusat industri pengolahan berbasis pertanian dan sumber daya alam
daerah. Mantapnya pengelolaan lingkungan yang berbasis RTRW Kabupaten Pidie Jaya.
Tumbuhnya karakter budaya daerah yang berbasis pada penyelenggaraan syariat islam
secara kaffah.

21

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

BAB VI
KAIDAH PELAKSANAAN

Masa berlakunya RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya adalah tahun 2005-2025.
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah,
diamanatkan bahwa untuk menghindari kekosongan perencanaan maka RPJP Daerah yang
ada pada periode pemerintahan sebelumnya umtuk sementara dapat digunakan.
6.1
1)

Pelaksanaan
RPJP Daerah digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RPJM Daerah Kabupaten
Pidie Jaya;

2)

Sasaran RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya dijabarkan dalam RPJM Daerah dan
dikendalikan langsung oleh Bupati dan Wakil Bupati Pidie Jaya pada setiap tahapan
RPJM Daerah.

6.2

Organisasi Pelaksana
Penyelenggaraan RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya tahun 2005-2025 dilakukan

berdasarkan jenjang hierarki struktur organisasi dan kelembagaan Pemerintahan Daerah


Pidie Jaya, sesuai dengan Qanun Kabupaten Pidie Jaya

Nomor 2 tahun 2010 tentang

Perubahan atas Qanun Kabupaten Pidie Jaya Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten Pidie Jaya dan Nomor 3 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Qanun Kabupaten
Pidie Jaya Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas dan
Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pidie Jaya.
6.3
1)

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005-2025
dilaksanakan sesuai jenjang struktur organisasi pemerintahan Daerah.

2)

Monitoring dan evaluasi RPJP Daerah tidak terlepas kaitannya dengan monitoring dan
evaluasi RPJM Daerah pada setiap tahapan dengan pengukuran kinerja pada unit kerja
lingkup pemerintah Kabupaten Pidie Jaya sampai seberapa jauh pencapaian tujuan
dan sasaran serta indikator yang telah dirumuskan.

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA
TAHUN 2005-2025

3)

Kegiatan monitoring dan evaluasi RPJP Daerah dilakukan dengan tertib dan obyektif,
serta hasilnya disampaikan dalam bentuk laporan tertulis dengan memperhatikan
prinsip-prinsip Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP).

6.4
1.

Bagian dan Mekanisme Pengawasan


Pengawasan terhadap RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya Tahun

2005-2025

dilaksanakan oleh segenap unsur organisasi Pemerintahan Daerah.


2.

Pengawasan

RPJP Daerah tidak terlepas kaitannya dengan pelaksanaan

RPJM

Daerah pada setiap tahapan, dengan terus memantau secara cermat pencapaian
kinerja pada setiap unit kerja lingkup pemerintah Pidie Jaya terhadap pencapaian
tujuan, sasaran serta indikator yang telah dirumuskan.
3.

Pengawasan RPJP Daerah dilakukan dengan tertib dan obyektif, serta hasilnya
disampaikan dalam bentuk laporan tertulis dengan memperhatikan prinsip-prinsip
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP).
Evaluasi umum pelaksanaan RPJP Daerah dilaksanakan pada setiap akhir

pentahapan RPJM Daerah, dan dibuat sebagai evaluasi resmi kinerja pemerintah
Kabupaten. RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005-2025 harus dijalankan secara
bertanggung jawab, yang dilandasi dengan moral dan dedikasi tinggi, dalam mendukung
kinerja pemerintah Kabupaten Pidie Jaya.

Anda mungkin juga menyukai