ANATOMI FARING
Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang bentuknya seprti corong, yang besar
dibagian atas dan sempit dibagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan
dengan hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus
orofaring, sedangkan dengan laring dan ke bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke
bawah berhubungan dengan esophagus. Panjang dinidng [osterior faring pada orang dewasa
kurang lebih 14 cm, bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinidng
faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lender, fasia faringobasilier, pembungkus
otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring, dan
laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lender (mucous
blanket) dan otot.
Mukosa
Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung pada letaknya. Pada nasofaring karena
fungsinya untuk saluran respirasi, maka mukosanya bersilia, sedangkan epitelnya torak
berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring,
karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia.
Disepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam
rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam system retikuloendotelial. Oleh karena itu
faring dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.
Persarafan
Persarafan motoric dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang
ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dan n.vagus, cabang dari n.glosofaring dan
serabut simpais. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motoric. Dari pleksus faring yang
ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk otot-otot faring kecuali m.stilofaring yang
dipersarafi langsung oleh cabang n.glosofaring (n.IX).
Kelenjar getah bening
Aliran limfe dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media, dan
inferior. Saluran limfe superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofiring dan kelenjar
getah bening servikal dalam atas. Saluran limfe media mengalir ke kelenjar getah bening
jugulo digastik dan kelenjar servikan dalam atas, sedangkan saluran limfe inferior mengalir
ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah.
Berdasarkan letak faring dibagi atas:
1. Nasofaring
Batas nasofaring dibagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah
palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra
servikal.
Nasofaring yang relative kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa
struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan
resesus faring yang disebut fosa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan
invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suara refleksi mukosa
faring di atas penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugelare, yang
dilalui oleh n.glosofaring, n.vagus, dan n.asesorius spinal saraf kranial dan v.jugularis
interna, bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba
eustachius.
2. Orofaing
Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atanya palatum mole, batas bawah
adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang
adalah vertebra servikal.
Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil
palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan
foramen sekum.
.
3. Laringofaring (Hipofaring)
Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas epiglottis, batas anterior ialah
laring, batas inferior ialah esophagus serta batas posterior ialah vertebra servikal. Bila
laringofaing diperiksa laring tidak langusng atau dengan laringoskop pada
pemeriksaan laring langusng, maka struktur pertama yang tampak dibawah dasar
lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh
ligamentum glosoepiglotika medial dan lagamentum glosoepiglotika lateral pada tiap
sisi. Valekula disebut juga kantong pil (pill pockets), sebab pada beberapa orang,
kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut dibagian tersebut.
Dibawah valekula terdapat epiglottis. Pada bayi epiglottis ini berbentuk omega dan
pada perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk infantile
(bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat
menjadi demikian lebar dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak
langsung tampat menutupi pita suara. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi
(proteksi) glottis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus
tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus.
Nervus laring superior berjalan di bawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi
laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian analgesia local di
faring dan laring pada tindakan laringoskopi langsung.
1.1 FARINGITIS
Fringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus ( 40-60%),
bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Virus dan bakteri melakukan
invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal.
Faringitis Akut
a. Faringitis Viral
Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian akan
menimbulkan faringitis.
Gejala dan tanda
Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan
tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachae virus dan
sitomegalovirus
tidak
menghasilkan
eksudat.
Coxsachae
virus
dapat
menimbulkan lesi vesikular diorofaring dan lesi kulit berupa makulopapular rash.
Adenovirus selain dapat menimbulkan gejala faringitis juga menimbulkan
gejala konjungtivitis terutama pada anak.
Ebstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi
eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfe diseluruh
tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.
c. Faringitis Fungal
Pasien mengeluh tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau. Pada
pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila
diangkat tampak mukosa kering.
h. Faringitis spesifik
1. Faringitis Leutika
Treponema Pallidum dapat menimbulkan infeksi didaerah faring seperti juga
penyakit lues diorgan lain. Gambaran Kliniknya tergantung stadium penyakit
primer, sekunder atau tersier.
Stadium Primer
Kelaian pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil dan
dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi terus
berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia
yanitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula yang tidak
nyeri tekan.
Stadium Sekunder
Dtadium ini jarang ditemukan. Terdapat eritema pada dinding faring yang
menjalar kearah laring.
Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan palatum. Jarang
pada dinding psoterior faring. Guma pda dinding posterior faring dapat meluas ke
vertebra servikal dan bila pecah dapat menyebabkan kematian. Guma yang
terdapat dipalatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut yang dapat
menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen.Diagnosis ditegakkan
sengan cara serologik.
i. Faringitis Tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Pada infeksi kuman tahan
asam jenis bovinum dapat timbul Ttuberkulosis faring primer. Cara infeksi
eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi
kuman melalui udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah pada
tuberkulosis milliaris. Buila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil dapat
terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding psoterior faring,
arcus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan palatum
durum.
limfogen.
Gejala dan Tanda
Keadaan umum pasien buruk karena infeksi dan odinofagia. Pasine mengeluh
nyeri yang hebat ditenggorok, nyeri ditelinga atau otalgia serta pembesaran
kelenjar limfa sevikal.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum basil tahan asma,
foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru dan biopsi jaringan yang
terinfeksi untuk menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman basil tahan
asam dijaringan.
2. EMBRIOLOGI DAN ANATOMI TONSIL
2. 1 EMBRIOLOGI TONSIL
Tonsila Palatina berasal dari proliferasi sel-sel epitel yang melapisi kantong faringeal
kedua. Perluasan ke lateral dari kantong faringeal kedua diserap dan bagian dorsalnya tetap
ada dan menjadi epitel tonsilla palatina. Pilar tonsil berasal dari arcus branchial kedua dan
ketiga. Kripta tonsillar pertama terbentuk pada usia kehamilan 12 minggu dan kapsul
terbentuk pada usia kehamilan 20 minggu. Pada sekitar bulan ketiga, tonsil secara gradual
akan diinfiltrasi oleh sel-sel limfatik.
Secara histologis tonsil mengandung 3 unsur utama yaitu jaringan ikat atau trabekula
(sebagai rangka penunjang pembuluh darah, saraf dan limfa), folikel germinativum (sebagai
pusat pembentukan sel limfoid muda) serta jaringan interfolikel (jaringan limfoid dari
berbagai stadium).9
INCLUDEPICTURE
"http://www.siumed.edu/~dking2/erg/images/GI046b.jpg" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "http://www.siumed.edu/~dking2/erg/images/GI046b.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://www.siumed.edu/~dking2/erg/images/GI046b.jpg" \* MERGEFORMATINET
Gambar
2:
CincinWaldeyer
Jaringan
limfoid
lainnya yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid. Kelenjar ini
tersebar dalam fossa Rossenmuler, dibawah mukosa dinding faring posterior faring dan dekat
orificium tuba eustachius (tonsil Gerlachs).
Tonsilla palatina adalah dua massa jaringan limfoid berbentuk ovoid yang terletak
pada dinding lateral orofaring dalam fossa tonsillaris. Tiap tonsilla ditutupi membran mukosa
dan permukaan medialnya yang bebas menonjol kedalam faring. Permukaannya tampak
berlubang-lubang kecil yang berjalan ke dalam Cryptae Tonsillares yang berjumlah 6-20
kripta. Pada bagian atas permukaan medial tonsilla terdapat sebuah celah intratonsil dalam.
Permukaan lateral tonsilla ditutupi selapis jaringan fibrosa yang disebut Capsula tonsilla
palatina, terletak berdekatan dengan tonsilla lingualis.
INCLUDEPICTURE
"http://img.webmd.com/dtmcms/live/webmd/consumer_assets/site_images/articl
es/image_article_collections/anatomy_pages/Tonsils_72.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://img.webmd.com/dtmcms/live/webmd/consumer_assets/site_images/articl
es/image_article_collections/anatomy_pages/Tonsils_72.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://img.webmd.com/dtmcms/live/webmd/consumer_assets/site_images/articl
es/image_article_collections/anatomy_pages/Tonsils_72.jpg" \*
MERGEFORMATINET
5.
Medial : ruang orofaring
6.
Lateral : kapsul dipisahkan oleh m. constrictor pharyngis superior.
A. carotis interna terletak 2,5 cm dibelakang dan lateral tonsilla.
7 tahun. Pembesaran yang terjadi selama usia kanak-kanak muncul sebagai respon multi
antigen seperti virus, bakteri, alergen, makanan dan iritasi lingkungan.
INCLUDEPICTURE
ent.com/newkids800/images/adenoid.jpg"
INCLUDEPICTURE
"http://www.kids\*
MERGEFORMATINET
"http://www.kids-ent.com/newkids800/images/adenoid.jpg" \*
MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE
ent.com/newkids800/images/adenoid.jpg"
"http://www.kids\*
MERGEFORMATINET
Gambar 5. Adenoid
Fossa tonsil atau sinus tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior
adalah otot palatoglosus, batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring
superior. Pada bagian atas fossa tonsil terdapat ruangan yang disebut fossa supratonsil.
Ruangan ini terjadi karena tonsil tidak mengisi penuh fossa tonsil.
Pada bagian permukaan lateral dari tonsil tertutup oleh suatu membran jaringan ikat,
yang disebut kapsul. Kapsul tonsil terbentuk dari fasia faringobasilar yang kemudian
membentuk septa.
Plika anterior dan plika posterior bersatu di atas pada palatum mole. Ke arah bawah
berpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan dinding lateral faring. Plika triangularis
atau plika retrotonsilaris atau plika transversalis terletak diantara pangkal lidah dengan bagian
anterior kutub bawah tonsil dan merupakan serabut yang berasal dari otot palatofaringeus.
Serabut ini dapat menjadi penyebab kesukaran saat pengangkatan tonsil dengan jerat.
Komplikasi yang sering terjadi adalah terdapatnya sisa tonsil atau terpotongnya pangkal
lidah.
Vaskularisasi tonsil berasal dari cabang-cabang A. karotis eksterna yaitu A. maksilaris
eksterna (A. fasialis) yang mempunyai cabang yaitu A. tonsilaris dan A. palatina asenden, A.
maksilaris interna dengan cabang A. palatina desenden, serta A. lingualis dengan cabang A.
lingualis dorsal, dan A. faringeal asenden.
Arteri tonsilaris berjalan ke atas pada bagian luar m. konstriktor superior dan
memberikan cabang untuk tonsil dan palatum mole. Arteri palatina asenden, mengirimkan
cabang-cabangnya melalui m. konstriktor posterior menuju tonsil. Arteri faringeal asenden
juga memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar m. konstriktor superior. Arteri
lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan mengirim cabangnya ke tonsil, plika anterior dan
plika posterior. Arteri palatina desenden atau a. palatina posterior atau "lesser palatine artery"
memberi vaskularisasi tonsil dan palatum mole dari atas dan membentuk anastomosis dengan
a. palatina asenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan
pleksus dari faring. 9,10
INCLUDEPICTURE "http://chestofbooks.com/health/anatomy/Human-BodyConstruction/images/Fig-142-Diagram-illustrating-the-blood-supply-of-thefau.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://chestofbooks.com/health/anatomy/Human-Body-Construction/images/Fig142-Diagram-illustrating-the-blood-supply-of-the-fau.jpg" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "http://chestofbooks.com/health/anatomy/Human-Body-
Construction/images/Fig-142-Diagram-illustrating-the-blood-supply-of-the-
fau.jpg" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "http://www.bartleby.com/107/Images/large/image602.gif" \*
MERGEFORMATINET
2.1 TONSILITIS
2.1.1 Definisi
Adalah peradanagn tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Cincin
waldayer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu :
tonsil paringea (adenoid), taonsilpalatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal
lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring / gerlachs tonsil).
Penyebab infeksi melalui udara (airborn droplets), tangan dan ciuman. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak.
2.1.2
Tonsilitis akut
a.Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold disertai rasa nyeri
tenggorok.
b.Tonsilitis bakterial
Radanga akut tonsil dapat disebabkan kuman group A stertococus hemolitikus
dikenal sebagai strept throat, pneumokokus, streptokokus viridan, dan stertococus
piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan
reaksi radang berupa kluarnya leukosit polimorfnukleat sehingga terbentuk
detritus. Detritus ini merupak kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel
terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil & tampak sebagai bercak
kuning
Bentuk tonsililitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis
polikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur maka
akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini melebar sehingga terbentuk
semacam membran semu (pseudomembran) yang menutup tonsil
Gejala dan Tanda
Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri
tenggorokan dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi,
rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan rasa nyeri di telinga
(otalgia). Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih (referred pain) melalui saraf
n. Glosofaringeus (n.IX). pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak,
hiperemis dan terdapat detritus folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu.
Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.
Komplikasi
Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses
peritonsil (quincy throat), abses parafarin, bronkitis, glomerulonefritis akut,
miokarditis, artritis serta septikemia akibat infeksi V. Jugularis interna (sindrom
lamierre).
Akibat
hipertrofi
tonsil
akan
menyebabkan
pasien
bernfas
Tonsil Membranosa
dapat menyumbat saluran napas. Membran semu ini melekat pada dasarnya,
sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Pada perkembangan ini, bila infeksi
bejalan terus, kelenjar limfa leher akan membesar sedemikian besarnya sehingga
leher menyerupai leher sapi (bullneck) atau disebut juga burgemesters hals
3. Gejala akibat eksotoksin yang dikeluatkan oleh kuman difteri ini akan menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai
dekompensasi kordis, mengenai saraf kranial menyebabkan kelumpuhan otot
palatum dan otot-otot pernapasan dan pada ginjal menimbulkan albuminuria.
Diagnosis
Diagnosis tonsilitis difteri ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan
pemeriksaan preparat langsung kuman yang di ambil dari permukaan bawah
membran semu dan didapatkan kuman corynebacterium difteriae.
2. Tonsilitis septik
Penyebab dari tonsilitis septik ialah streptokokus hemolitikus yang terdapat
dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh karena itu di indonesia susu
sapi dimasak dulu dangan cara pasteorisasi sebelum diminum maka penyakit ini
jarang ditemukan.
3. Angina plaut vincent (stomatitis ulsero membranosa)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan
pada penderita dengan hygen mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C.
Gejala
Demam sampai 39oC, nyeri kepala, badan lemah dan kadang-kadang terdapat
gangguan pencernaan. Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan busi sering
berdarah.
4.
Tidak jarang tanda pertama leukimia akut, angina agranulositosis dan infeksi
mononukleus timbul difaring atao tonsil yang tertutup membran semu. Kadang-
kadang terdapat perdarahan diselaput lendir mulut dan faring serta pembesaran
kelenjar submandibula.
a.Leukimia akut
Gejala pertama sering berupa epitaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi, dan
dibawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil membengkak
ditutupi membran semu tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat
ditenggorokan.
b.Angina agranulositosis
Penyebabnya ialah akibat keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa dan
arsen. Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa mulut dan faring serta disekitar
ulkus tampak gejala radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan digenitalia dan
saluran cerna.
c.Infeksi mononukleusis
Pada penyakit ini terjadi tonsilofaringitis ulsero membranosa bilateral. Membran
semu yang menutupi ulkus mudah di angkat tanpa timbul perdarahan. Terdapat
pembesaran kelenjar limfa leher, ketiak dan regioinguinal gambaran darah khas
yaitu redapat leukosit mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khasa yang lain
ialah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah
domba (reaksi paul bunnel).
2.1.4
Tonsilitis Kronik
Faktor predisposis timbulnya tonsillitis kronik ialah rangsangan yang menahan
dari rokok, berapa jenis makanan, higene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman
penyebabnya sama dengan tonsillitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah
menjadi kuman golongan gram negative.
Patologi
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga
jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid
diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti
melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus
sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan
jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limpa submandibula.
Gejala dan tanda
Pada pemeriksaa tampa tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata,
kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal
di tenggorokan, dirasakan kering di tenggorokan dan nafas berbau.
Anamnesis
Keluhan kelainan di daerah faring dan rongga mulut umumnya adalah 1) nyeri
tenggorok, 2) nyeri menelan (odinofagia), 3) rasa banyak dahak di tenggorokan, 4)
sulit menelan (disfagia), 5) rasa ada yang menyumbat atau mengganjal.
Nyeri tenggorok. Keluhan ini dapat hilang timbul atau menetap. Apakah nyeri
tenggorok ini disertai dengan demam, batuk, serak, dan tenggorok terasa kering.
Dahak ini dapat turun, keluar bila dibatukkan atau terasa turun di tenggorok.
Sulit menelan (disfagia) sudah berapa lama dan untuk jenis makanan cair atau padat.
Apakah juga disertai muntah dan berat badan menurun dengan cepat, apakah makin
Suara serak (disfoni) atau tidak keluarnya suara sama sekali (afoni) sudah berapa
lama dan apakah sebelumnya menderita peradangan di hidung atau tenggorokan.
Apakah keluhan ini disertai dengan batuk, rasa nyeri dan penurunan berat badan.
Batuk yang diderita pasien sudah berapa lama, dan apakah ada factor sebagai
pencetus batuk tersebut seperti rokok, udara yang kotor serta kelelahan. Apa yang
dibatukkan, dahak kental, bercampur darah dan jumlahnya. Apakah pasien seorang
perokok.
Rasa ada sesuatu di leher merupakan keluhan yang sering dijumpai dan perlu
ditanyakan sudah berapa lama diderita, adakah keluhan lain yang menyertainya serta
hubungannya dengan keletihan mental dan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Adam Boies Higler. 1997. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring dalam Buku
Ajar Penyakit THT Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Keith, L., Agur, A.M., (2007), Essential Clinical Anatomy 2nd Edition, New york :
Lippincott Williams and Wilkins..
Soepardi, Iskandar, N., Bashiruddin, J., et al. (eds)., (2007), Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi Keenam, Jakarta :
FKUI.