Anda di halaman 1dari 24

1.

ANATOMI FARING
Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang bentuknya seprti corong, yang besar
dibagian atas dan sempit dibagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan
dengan hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus
orofaring, sedangkan dengan laring dan ke bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke
bawah berhubungan dengan esophagus. Panjang dinidng [osterior faring pada orang dewasa
kurang lebih 14 cm, bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinidng
faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lender, fasia faringobasilier, pembungkus
otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring, dan
laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lender (mucous
blanket) dan otot.

Mukosa
Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung pada letaknya. Pada nasofaring karena
fungsinya untuk saluran respirasi, maka mukosanya bersilia, sedangkan epitelnya torak
berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring,
karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia.
Disepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam
rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam system retikuloendotelial. Oleh karena itu
faring dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.

Palut lendir (Mucous Blanket)


Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernafasan yang diisap melalui hidung. Dibagain
atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak diatas silia dan bergerak sesuai
dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel
kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap. Palut lendir ini mengandung enzim lysozyme
yang penting untuk proteksi.
Otot
Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang
(longitudianal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari m.kostriktor faring superior, m.konstrikor
faring media, m.konstriktor faring inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar. Otot-otot ini
berbentuk kipas dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari
belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu pada jaringan ikat yang disebut rafe
faring (raphe pharyngis). Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot
ini dipersarafi oleh n.vagus (n.X).
Otot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. letak otot-otot ini
disebalah dalam. M.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik laring,
sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah
faring dan laring. Jadi kedua otot ini berkerja sebagai elevator. Kerja kedua otot itu penting
pada waktu menelan. M.stilofaring dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring
dipersarafi oleh n.X.
Pada palatum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan satu dalam satu sarung fasia dari
mukosa yaitu, m.levator veli palatine, m.tensor veli palatine, m.palatoglosus m.palatofaring,
m.azigos uvula.
M.levator veli palatine membentuk sebagian besar palatum mole dan kerjanya untuk
menyempitkan ismus faring dan memperlebar ostium tuba Eustachius. Otot ini dipersarafi
oleh n.X.
M.tensor veli palatine membentuk tenda palatum mole dan kerjanya untuk
mengencangkan bagian anterior palatume mole dan membuka tuba Eustachius. Otot ini
dipersarafi oleh n.X.

M.palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan kerjanya menyempitkan ismus


faring dan kerjanya menyempitkan ismus faring. Otot ini dipersarafi oleh n.X.
M.palatofaring membentuk arkus posterior faring. Otot ini dipersarafi oleh n.X.
M.azigos uvula merupakan otot yang kecil, kerjanya memperpendek dan menaikkan uvula
kebelakang atas. Otot ini dipersarafi oleh n.X.
Pendarahan
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan.
Yang utama berasal dari cabang a.karotis eksterna (cabang faring asendens dan cabang fasial)
serta dari cabang a.maksila interna yakni cabang palatine superior..

Persarafan
Persarafan motoric dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang
ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dan n.vagus, cabang dari n.glosofaring dan
serabut simpais. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motoric. Dari pleksus faring yang
ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk otot-otot faring kecuali m.stilofaring yang
dipersarafi langsung oleh cabang n.glosofaring (n.IX).
Kelenjar getah bening
Aliran limfe dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media, dan
inferior. Saluran limfe superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofiring dan kelenjar
getah bening servikal dalam atas. Saluran limfe media mengalir ke kelenjar getah bening

jugulo digastik dan kelenjar servikan dalam atas, sedangkan saluran limfe inferior mengalir
ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah.
Berdasarkan letak faring dibagi atas:
1. Nasofaring
Batas nasofaring dibagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah
palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra
servikal.
Nasofaring yang relative kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa
struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan
resesus faring yang disebut fosa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan
invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suara refleksi mukosa
faring di atas penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugelare, yang
dilalui oleh n.glosofaring, n.vagus, dan n.asesorius spinal saraf kranial dan v.jugularis
interna, bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba
eustachius.

2. Orofaing
Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atanya palatum mole, batas bawah
adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang
adalah vertebra servikal.
Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil
palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan
foramen sekum.
.
3. Laringofaring (Hipofaring)
Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas epiglottis, batas anterior ialah
laring, batas inferior ialah esophagus serta batas posterior ialah vertebra servikal. Bila
laringofaing diperiksa laring tidak langusng atau dengan laringoskop pada
pemeriksaan laring langusng, maka struktur pertama yang tampak dibawah dasar
lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh
ligamentum glosoepiglotika medial dan lagamentum glosoepiglotika lateral pada tiap
sisi. Valekula disebut juga kantong pil (pill pockets), sebab pada beberapa orang,
kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut dibagian tersebut.

Dibawah valekula terdapat epiglottis. Pada bayi epiglottis ini berbentuk omega dan
pada perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk infantile
(bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat
menjadi demikian lebar dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak
langsung tampat menutupi pita suara. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi
(proteksi) glottis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus
tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus.
Nervus laring superior berjalan di bawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi
laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian analgesia local di
faring dan laring pada tindakan laringoskopi langsung.

1.1 FARINGITIS
Fringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus ( 40-60%),
bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Virus dan bakteri melakukan
invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal.
Faringitis Akut
a. Faringitis Viral
Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian akan
menimbulkan faringitis.
Gejala dan tanda
Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan
tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachae virus dan
sitomegalovirus

tidak

menghasilkan

eksudat.

Coxsachae

virus

dapat

menimbulkan lesi vesikular diorofaring dan lesi kulit berupa makulopapular rash.
Adenovirus selain dapat menimbulkan gejala faringitis juga menimbulkan
gejala konjungtivitis terutama pada anak.
Ebstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi
eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfe diseluruh
tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.

Faringitis yang disebabkan HIV 1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok,


nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,
terdapat eksudat limfadenopati akut dileher dan pasien tampak lemah.
b. Faringitis Bakterial
Infeksi group A streptococcus Hemoliticus merupakan penyebab faringitis akut
pada orang dewasa ( 15%) dan pada anak ( 30%)
Gejala dan Tanda
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu
yang tinggi dan jarang disertai batuk.
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis, dan
terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
peteckiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar,
kenyal dan nyeri pada penekanan

c. Faringitis Fungal

Candida dapat tumbuh di rongga mulut dan faring


Gejala dan Tanda
Keluhan nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak
putih diorofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur
dilakukan dalam agar sabouroud dextrosa.
d. Faringitis Gonorea
Hanya terdpat pada pasien yang melakukan kontak orogenital.
e. Faringitis Kronis
Terdapat dua bentuk, yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi.
Faktor predisposisi faringitis kronik difaring ini adalah rinitis kronik, sinusitis, iritasi
kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring,
dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang biasa
bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat.
f. Faringitis Kronik Hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan dinding mukosa posterior
faring. Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi.
Pada pemeriksaan didapat mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular.
Gejala dan Tanda
Pasien mengeluh mula-mula tenggorokan kering dan gatal dan akhirnya batuk.

g. Faringitis Kronik Atrofi


Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rinitis atrofi. Pada rinitis
atrofi, udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga
menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.
Gejala dan Tanda

Pasien mengeluh tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau. Pada
pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila
diangkat tampak mukosa kering.
h. Faringitis spesifik
1. Faringitis Leutika
Treponema Pallidum dapat menimbulkan infeksi didaerah faring seperti juga
penyakit lues diorgan lain. Gambaran Kliniknya tergantung stadium penyakit
primer, sekunder atau tersier.
Stadium Primer
Kelaian pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil dan
dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi terus
berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia
yanitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula yang tidak
nyeri tekan.
Stadium Sekunder
Dtadium ini jarang ditemukan. Terdapat eritema pada dinding faring yang
menjalar kearah laring.
Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan palatum. Jarang
pada dinding psoterior faring. Guma pda dinding posterior faring dapat meluas ke
vertebra servikal dan bila pecah dapat menyebabkan kematian. Guma yang
terdapat dipalatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut yang dapat
menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen.Diagnosis ditegakkan
sengan cara serologik.
i. Faringitis Tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Pada infeksi kuman tahan
asam jenis bovinum dapat timbul Ttuberkulosis faring primer. Cara infeksi

eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi
kuman melalui udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah pada
tuberkulosis milliaris. Buila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil dapat
terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding psoterior faring,
arcus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan palatum
durum.

Kelenjar regional leher membesar. Saat ini juga penyebaran secara

limfogen.
Gejala dan Tanda
Keadaan umum pasien buruk karena infeksi dan odinofagia. Pasine mengeluh
nyeri yang hebat ditenggorok, nyeri ditelinga atau otalgia serta pembesaran
kelenjar limfa sevikal.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum basil tahan asma,
foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru dan biopsi jaringan yang
terinfeksi untuk menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman basil tahan
asam dijaringan.
2. EMBRIOLOGI DAN ANATOMI TONSIL
2. 1 EMBRIOLOGI TONSIL
Tonsila Palatina berasal dari proliferasi sel-sel epitel yang melapisi kantong faringeal
kedua. Perluasan ke lateral dari kantong faringeal kedua diserap dan bagian dorsalnya tetap
ada dan menjadi epitel tonsilla palatina. Pilar tonsil berasal dari arcus branchial kedua dan
ketiga. Kripta tonsillar pertama terbentuk pada usia kehamilan 12 minggu dan kapsul
terbentuk pada usia kehamilan 20 minggu. Pada sekitar bulan ketiga, tonsil secara gradual
akan diinfiltrasi oleh sel-sel limfatik.
Secara histologis tonsil mengandung 3 unsur utama yaitu jaringan ikat atau trabekula
(sebagai rangka penunjang pembuluh darah, saraf dan limfa), folikel germinativum (sebagai
pusat pembentukan sel limfoid muda) serta jaringan interfolikel (jaringan limfoid dari
berbagai stadium).9
INCLUDEPICTURE
"http://www.siumed.edu/~dking2/erg/images/GI046b.jpg" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "http://www.siumed.edu/~dking2/erg/images/GI046b.jpg" \*

MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://www.siumed.edu/~dking2/erg/images/GI046b.jpg" \* MERGEFORMATINET

Gambar 1. Gambaran Histologi Tonsil


2.2 ANATOMI TONSIL
Tonsilla lingualis, tonsilla palatina, tonsilla faringeal dan tonsilla tubaria membentuk
cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan. Cincin ini
dikenal dengan nama cincin Waldeyer. Kumpulan jaringan ini melindungi anak terhadap
infeksi melalui udara dan makanan. Jaringan limfe pada cincin Waldeyer menjadi hipertrofi
fisiologis pada masa kanak-kanak, adenoid pada umur 3 tahun dan tonsil pada usia 5 tahun,
dan kemudian menjadi atrofi pada masa pubertas.
Tonsil palatina dan adenoid (tonsil faringeal) merupakan bagian terpenting dari
cincin waldeyer.

Gambar

2:
CincinWaldeyer

Jaringan

limfoid

lainnya yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid. Kelenjar ini
tersebar dalam fossa Rossenmuler, dibawah mukosa dinding faring posterior faring dan dekat
orificium tuba eustachius (tonsil Gerlachs).

Tonsilla palatina adalah dua massa jaringan limfoid berbentuk ovoid yang terletak
pada dinding lateral orofaring dalam fossa tonsillaris. Tiap tonsilla ditutupi membran mukosa
dan permukaan medialnya yang bebas menonjol kedalam faring. Permukaannya tampak
berlubang-lubang kecil yang berjalan ke dalam Cryptae Tonsillares yang berjumlah 6-20
kripta. Pada bagian atas permukaan medial tonsilla terdapat sebuah celah intratonsil dalam.
Permukaan lateral tonsilla ditutupi selapis jaringan fibrosa yang disebut Capsula tonsilla
palatina, terletak berdekatan dengan tonsilla lingualis.
INCLUDEPICTURE
"http://img.webmd.com/dtmcms/live/webmd/consumer_assets/site_images/articl
es/image_article_collections/anatomy_pages/Tonsils_72.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://img.webmd.com/dtmcms/live/webmd/consumer_assets/site_images/articl
es/image_article_collections/anatomy_pages/Tonsils_72.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://img.webmd.com/dtmcms/live/webmd/consumer_assets/site_images/articl
es/image_article_collections/anatomy_pages/Tonsils_72.jpg" \*

MERGEFORMATINET

Gambar 3. Tonsil Palatina


Adapun struktur yang terdapat disekitar tonsilla palatina adalah :
1. Anterior : arcus palatoglossus
2.
Posterior : arcus palatopharyngeus
3.
Superior : palatum mole
4.
Inferior : 1/3 posterior lidah

5.
Medial : ruang orofaring
6.
Lateral : kapsul dipisahkan oleh m. constrictor pharyngis superior.
A. carotis interna terletak 2,5 cm dibelakang dan lateral tonsilla.

INCLUDEPICTURE "http://www.aafp.org/afp/2002/0101/afp20020101p93f1.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE


"http://www.aafp.org/afp/2002/0101/afp20020101p93-f1.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://www.aafp.org/afp/2002/0101/afp20020101p93-f1.jpg" \*
MERGEFORMATINET

Gambar 4. Anatomi normal Tonsil Palatina


Adenoid atau tonsila faringeal adalah jaringan limfoepitelial berbentuk triangular
yang terletak pada aspek posterior. Adenoid berbatasan dengan kavum nasi dan sinus
paranasalis pada bagian anterior, kompleks tuba eustachius- telinga tengah- kavum mastoid
pada bagian lateral.
Terbentuk sejak bulan ketiga hingga ketujuh embriogenesis. Adenoid akan terus
bertumbuh hingga usia kurang lebih 6 tahun, setelah itu akan mengalami regresi. Adenoid
telah menjadi tempat kolonisasi kuman sejak lahir. Ukuran adenoid beragam antara anak
yang satu dengan yang lain. Umumnya ukuran maximum adenoid tercapai pada usia antara 3-

7 tahun. Pembesaran yang terjadi selama usia kanak-kanak muncul sebagai respon multi
antigen seperti virus, bakteri, alergen, makanan dan iritasi lingkungan.
INCLUDEPICTURE
ent.com/newkids800/images/adenoid.jpg"
INCLUDEPICTURE

"http://www.kids\*

MERGEFORMATINET

"http://www.kids-ent.com/newkids800/images/adenoid.jpg" \*

MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE

ent.com/newkids800/images/adenoid.jpg"

"http://www.kids\*

MERGEFORMATINET

Gambar 5. Adenoid
Fossa tonsil atau sinus tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior
adalah otot palatoglosus, batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring
superior. Pada bagian atas fossa tonsil terdapat ruangan yang disebut fossa supratonsil.
Ruangan ini terjadi karena tonsil tidak mengisi penuh fossa tonsil.
Pada bagian permukaan lateral dari tonsil tertutup oleh suatu membran jaringan ikat,
yang disebut kapsul. Kapsul tonsil terbentuk dari fasia faringobasilar yang kemudian
membentuk septa.
Plika anterior dan plika posterior bersatu di atas pada palatum mole. Ke arah bawah
berpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan dinding lateral faring. Plika triangularis
atau plika retrotonsilaris atau plika transversalis terletak diantara pangkal lidah dengan bagian
anterior kutub bawah tonsil dan merupakan serabut yang berasal dari otot palatofaringeus.
Serabut ini dapat menjadi penyebab kesukaran saat pengangkatan tonsil dengan jerat.

Komplikasi yang sering terjadi adalah terdapatnya sisa tonsil atau terpotongnya pangkal
lidah.
Vaskularisasi tonsil berasal dari cabang-cabang A. karotis eksterna yaitu A. maksilaris
eksterna (A. fasialis) yang mempunyai cabang yaitu A. tonsilaris dan A. palatina asenden, A.
maksilaris interna dengan cabang A. palatina desenden, serta A. lingualis dengan cabang A.
lingualis dorsal, dan A. faringeal asenden.
Arteri tonsilaris berjalan ke atas pada bagian luar m. konstriktor superior dan
memberikan cabang untuk tonsil dan palatum mole. Arteri palatina asenden, mengirimkan
cabang-cabangnya melalui m. konstriktor posterior menuju tonsil. Arteri faringeal asenden
juga memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar m. konstriktor superior. Arteri
lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan mengirim cabangnya ke tonsil, plika anterior dan
plika posterior. Arteri palatina desenden atau a. palatina posterior atau "lesser palatine artery"
memberi vaskularisasi tonsil dan palatum mole dari atas dan membentuk anastomosis dengan
a. palatina asenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan
pleksus dari faring. 9,10
INCLUDEPICTURE "http://chestofbooks.com/health/anatomy/Human-BodyConstruction/images/Fig-142-Diagram-illustrating-the-blood-supply-of-thefau.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://chestofbooks.com/health/anatomy/Human-Body-Construction/images/Fig142-Diagram-illustrating-the-blood-supply-of-the-fau.jpg" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "http://chestofbooks.com/health/anatomy/Human-Body-

Construction/images/Fig-142-Diagram-illustrating-the-blood-supply-of-the-

fau.jpg" \* MERGEFORMATINET

Gambar 6. Pendarahan Tonsil


Infeksi dapat menuju ke semua bagian tubuh melalui perjalanan aliran getah bening.
Aliran limfa dari daerah tonsil akan mengalir ke rangkaian getah bening servikal profunda
atau disebut juga deep jugular node. Aliran getah bening selanjutnya menuju ke kelenjar
toraks dan pada akhirnya ke duktus torasikus.
Innervasi tonsil bagian atas mendapat persarafan dari serabut saraf V melalui ganglion
sphenopalatina dan bagian bawah tonsil berasal dari saraf glossofaringeus (N. IX). 9,10
INCLUDEPICTURE "http://www.bartleby.com/107/Images/large/image602.gif" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://www.bartleby.com/107/Images/large/image602.gif" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "http://www.bartleby.com/107/Images/large/image602.gif" \*

MERGEFORMATINET

Gambar 7. Sistem Limfatik kepala dan leher


Lokasi tonsil sangat memungkinkan mendapat paparan benda asing dan patogen,
selanjutnya membawa mentranspor ke sel limfoid. Aktivitas imunologi terbesar dari tonsil
ditemukan pada usia 3 10 tahun. Pada usia lebih dari 60 tahun Ig-positif sel B dan sel T
berkurang banyak sekali pada semua kompartemen tonsil.
Secara sistematik proses imunologis di tonsil terbagi menjadi 3 kejadian yaitu respon
imun tahap I, respon imun tahap II, dan migrasi limfosit. Pada respon imun tahap I terjadi
ketika antigen memasuki orofaring mengenai epitel kripte yang merupakan kompartemen
tonsil pertama sebagai barier imunologis. Sel M tidak hanya berperan mentranspor antigen
melalui barier epitel tapi juga membentuk komparten mikro intraepitel spesifik yang
membawa bersamaan dalam konsentrasi tinggi material asing, limfosit dan APC seperti
makrofag dan sel dendritik
Respon imun tonsila palatina tahap kedua terjadi setelah antigen melalui epitel kripte
dan mencapai daerah ekstrafolikular atau folikel limfoid. Adapun respon imun berikutnya
berupa migrasi limfosit. Perjalanan limfosit dari penelitian didapat bahwa migrasi limfosit
berlangsung terus menerus dari darah ke tonsil melalui HEV( high endothelial venules) dan
kembali ke sirkulasi melalui limfe.

2.1 TONSILITIS
2.1.1 Definisi
Adalah peradanagn tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Cincin
waldayer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu :
tonsil paringea (adenoid), taonsilpalatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal
lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring / gerlachs tonsil).
Penyebab infeksi melalui udara (airborn droplets), tangan dan ciuman. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak.
2.1.2

Tonsilitis akut
a.Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold disertai rasa nyeri
tenggorok.

Penyebab yang paling seringbadalah viris Epstein Barr (EBV).

Hemofilius influenza merupakan penyebab tonsilitis akut suprative. Jika terjadi


infeksi virus coxchaki, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak lukaluka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.

b.Tonsilitis bakterial
Radanga akut tonsil dapat disebabkan kuman group A stertococus hemolitikus
dikenal sebagai strept throat, pneumokokus, streptokokus viridan, dan stertococus
piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan
reaksi radang berupa kluarnya leukosit polimorfnukleat sehingga terbentuk
detritus. Detritus ini merupak kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel
terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil & tampak sebagai bercak
kuning
Bentuk tonsililitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis
polikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur maka

akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini melebar sehingga terbentuk
semacam membran semu (pseudomembran) yang menutup tonsil
Gejala dan Tanda

Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri
tenggorokan dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi,
rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan rasa nyeri di telinga
(otalgia). Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih (referred pain) melalui saraf
n. Glosofaringeus (n.IX). pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak,
hiperemis dan terdapat detritus folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu.
Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.

Komplikasi
Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses
peritonsil (quincy throat), abses parafarin, bronkitis, glomerulonefritis akut,
miokarditis, artritis serta septikemia akibat infeksi V. Jugularis interna (sindrom
lamierre).
Akibat

hipertrofi

tonsil

akan

menyebabkan

pasien

bernfas

menggunakan mulut, tdur mendengkur (ngorok), gangguan tidur karena terjadi


sleep apnea yang dikenal sebagai obstructive sleep apnea syndrome (OSAS)
2.1.3

Tonsil Membranosa

Penyakit yang termasuk dalam golongan tonsilitis membranosa adalah (a)


tonsilitis defteri (b) tonsilitis septic (septic sore throat) , (c)angina plaut vincent,
(d)penyakit klainan darah seperti leukimia akut, anemia pernisiosa, neutropnia
maligna serta infeksi mono-nukleusis, (e)proses spesifik lues dan tuberkulosis
(f)infeksi jamur monoliasis atimolikosis dan blastomikosis, (g)onfeksi virus
morbili pertusis dan skarlatini.
1.Tonsilitis defteri
Frekuensi penyeakit ini sudah menurun berkat keberhasilan imunisasi kepada
bayi dan anak. Penyebab tonsilitis defteri adalah kuman myobacterium coryne
bacterium diphteriae, kuman yang termasuk gram positif dan hidung du
saluran nafas bagian atas, yaitu hidung, faring, dan laring. Tidak semua orang
yang terinfeksi oleh kuman ini akan menjadi sakit. Keadaan ini tergantung titer
antitoksi dalam darah seseorang. Titer antitoksim sebsesar 0,03 satuan per cc
darah dapat dianggap cukup meberikan dasar imunitas. Hal inilah yang dipakai
dalam tes Schick.
Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10
tahun dan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa
masih mungkin menderita penyakit ini.

Gejala dan tanda


Gambaran klinis dibagi dalam 3 golongan yaitu gejala umum, gejala lokal dan
gejala akibat eksotoksin.
1. Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu tubuh
biasanya subfebtis, nyeri kepala, tidak napsu makan, badan lemah, nadi lambat,
serta keluhan nyeri menelan
2. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor
yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membran semu. Membran
ini dapat meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea, dan bronkus dan

dapat menyumbat saluran napas. Membran semu ini melekat pada dasarnya,
sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Pada perkembangan ini, bila infeksi
bejalan terus, kelenjar limfa leher akan membesar sedemikian besarnya sehingga
leher menyerupai leher sapi (bullneck) atau disebut juga burgemesters hals
3. Gejala akibat eksotoksin yang dikeluatkan oleh kuman difteri ini akan menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai
dekompensasi kordis, mengenai saraf kranial menyebabkan kelumpuhan otot
palatum dan otot-otot pernapasan dan pada ginjal menimbulkan albuminuria.
Diagnosis
Diagnosis tonsilitis difteri ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan
pemeriksaan preparat langsung kuman yang di ambil dari permukaan bawah
membran semu dan didapatkan kuman corynebacterium difteriae.
2. Tonsilitis septik
Penyebab dari tonsilitis septik ialah streptokokus hemolitikus yang terdapat
dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh karena itu di indonesia susu
sapi dimasak dulu dangan cara pasteorisasi sebelum diminum maka penyakit ini
jarang ditemukan.
3. Angina plaut vincent (stomatitis ulsero membranosa)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan
pada penderita dengan hygen mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C.
Gejala
Demam sampai 39oC, nyeri kepala, badan lemah dan kadang-kadang terdapat
gangguan pencernaan. Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan busi sering
berdarah.
4.

Penyakit kelainan darah

Tidak jarang tanda pertama leukimia akut, angina agranulositosis dan infeksi
mononukleus timbul difaring atao tonsil yang tertutup membran semu. Kadang-

kadang terdapat perdarahan diselaput lendir mulut dan faring serta pembesaran
kelenjar submandibula.
a.Leukimia akut
Gejala pertama sering berupa epitaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi, dan
dibawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil membengkak
ditutupi membran semu tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat
ditenggorokan.
b.Angina agranulositosis
Penyebabnya ialah akibat keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa dan
arsen. Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa mulut dan faring serta disekitar
ulkus tampak gejala radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan digenitalia dan
saluran cerna.
c.Infeksi mononukleusis
Pada penyakit ini terjadi tonsilofaringitis ulsero membranosa bilateral. Membran
semu yang menutupi ulkus mudah di angkat tanpa timbul perdarahan. Terdapat
pembesaran kelenjar limfa leher, ketiak dan regioinguinal gambaran darah khas
yaitu redapat leukosit mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khasa yang lain
ialah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah
domba (reaksi paul bunnel).

2.1.4

Tonsilitis Kronik
Faktor predisposis timbulnya tonsillitis kronik ialah rangsangan yang menahan
dari rokok, berapa jenis makanan, higene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman
penyebabnya sama dengan tonsillitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah
menjadi kuman golongan gram negative.
Patologi

Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga
jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid
diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti
melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus
sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan
jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limpa submandibula.
Gejala dan tanda
Pada pemeriksaa tampa tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata,
kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal
di tenggorokan, dirasakan kering di tenggorokan dan nafas berbau.
Anamnesis
Keluhan kelainan di daerah faring dan rongga mulut umumnya adalah 1) nyeri
tenggorok, 2) nyeri menelan (odinofagia), 3) rasa banyak dahak di tenggorokan, 4)
sulit menelan (disfagia), 5) rasa ada yang menyumbat atau mengganjal.

Nyeri tenggorok. Keluhan ini dapat hilang timbul atau menetap. Apakah nyeri
tenggorok ini disertai dengan demam, batuk, serak, dan tenggorok terasa kering.

Apakah pasien merokok dan berapa jumlahnya per hari.


Nyeri menelan (odinofagia) merupakan rasa nyeri di tenggorok waktu gerakan

menelan. Apakah rasa nyeri ini dirasakan sampai ke telinga.


Dahak di tenggorok merupakan keluhan yang sering timbul akibat adanya inflamasi
di hidung dan faring. Apakah dahak ini berupa lendir saja, pus, atau bercampur darah.

Dahak ini dapat turun, keluar bila dibatukkan atau terasa turun di tenggorok.
Sulit menelan (disfagia) sudah berapa lama dan untuk jenis makanan cair atau padat.
Apakah juga disertai muntah dan berat badan menurun dengan cepat, apakah makin

lama makin betambah berat.


Rasa sumbatan di leher (sense of lump in the neck) sudah berapa lama, tempatnya
dimana.
Keluhan pasien pada hipofaring dan Laring dapat berupa : 1) suara serak, 2) batuk, 3)

rasa ada sesuatu di leher.

Suara serak (disfoni) atau tidak keluarnya suara sama sekali (afoni) sudah berapa
lama dan apakah sebelumnya menderita peradangan di hidung atau tenggorokan.
Apakah keluhan ini disertai dengan batuk, rasa nyeri dan penurunan berat badan.

Batuk yang diderita pasien sudah berapa lama, dan apakah ada factor sebagai
pencetus batuk tersebut seperti rokok, udara yang kotor serta kelelahan. Apa yang
dibatukkan, dahak kental, bercampur darah dan jumlahnya. Apakah pasien seorang

perokok.
Rasa ada sesuatu di leher merupakan keluhan yang sering dijumpai dan perlu
ditanyakan sudah berapa lama diderita, adakah keluhan lain yang menyertainya serta
hubungannya dengan keletihan mental dan fisik.

Pemeriksaan faring dan rongga mulut


Dengan lampu kepala yang diarahkan ke rongga mulut, dilihat keadaan bibir, mukosa
rongga mulut, lidah, dan gerakan lidah.
Dengan menekan bagian tengah lidah memakai spatula lidah maka bagian-bagian
rongga mulut lebih jelas terlihat. Pemeriksaan dimulai dengan melihat keadaan dinding
belakang faring serta kelenjar limfanya, uvula, arkus faring serta gerakannya, tonsil, mukosa
pipi, gusi dan gigi geligi.
Palpasi rongga mulut diperlukan bila ada massa tumor, kista, dan lain-lain. Apakah
ada rasa nyeri di sendi temporo mandibula ketika membuka mulut.

DAFTAR PUSTAKA

Adam Boies Higler. 1997. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring dalam Buku
Ajar Penyakit THT Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Keith, L., Agur, A.M., (2007), Essential Clinical Anatomy 2nd Edition, New york :
Lippincott Williams and Wilkins..

Soepardi, Iskandar, N., Bashiruddin, J., et al. (eds)., (2007), Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi Keenam, Jakarta :
FKUI.

Simon, K., (2009. December 10 last updated), Pediatric, Pharyngitis, (Emedicine),


Available from : http://emedicine.medscape.com/article/803258-overview, (Accessed :
2015, July 20).

Anda mungkin juga menyukai