Anda di halaman 1dari 32

BAB I

STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Tanggal Pemeriksaan

: Tn. K
: 49 Tahun
: Laki-Laki
: pondok kopi
: Islam
: 28 juli 2016

B. Anamnesis
1. Keluhan utama: Keluar cairan bening dari telinga kiri sejak 5 hari yang lalu.
2. Riwayat penyakit sekarang:
Tn. k datang ke poliklinik THT RSIJ Pondok kopi dengan keluhan telinga kiri keluar
cairan bening sejak 5 hari yang lalu. Keluar cairan bening, tidak disertai dengan
darah, nanah, cairan tidak berbau busuk. 3 hari kemudian telinga sebelah kanan keluar
cairan

bening,tidak disertai dengan darah,nanh,dan tidak berbau,Ada Rasa gatal

ditelinga sehingga pasien sering mengorek kupingnya dengan menggunakan


cootonbad Pasien juga mengaku tidak suka bersin kalau pagi atau pun saat ada debu.
Serta tidak ada gigi bolong atau gigi rusak. Tidak ada batuk pilek. Tidak adanya
hidung tersumbat, tidak ada mimisan. Tidak ada nyeri tenggorokan, nyeri menelan,
tenggorakan gatal, suara serak disangkal. Tidak mengorok kalau tidur, tidak sesak
napas..

3. Riwayat penyakit dahulu:


3 bulan yang lalu pasien pernah mengalami sakit di telinga kiri..
Saat itu dirasa nyeri telinga dalam, Keluhan ini terjadi tiba-tiba dengan disertai
demam,dan sakit didaun telinga, tanpa adanya batuk, pilek, mimisan, sesak napas,
hidung tersumbat, dan nyeri tenggorokan.

Saat itu ditemukan telinga pasien infeksi. Saat itu pasien berobat ke dokter dan
diberi obat serta semacam cairan pembersih telinga..
Pasien tidak ada riwayat darah tinggi dan kencing manis.
4. Riwayat penyakit keluarga:
5. dikeluarga tidak ada yg mengalami hal yang sama.
Riwayat alergi:
Pasien tidak memiliki riwayat alergi debu, makanan ataupun obat-obatan.
1. Riwayat pengobatan:
Pasien pernah berobat dua kali ke dokter THT saat 3 bulan lalu. Untuk keluhan
sekarang, belum berobat ke dokter.
2. Riwayat psikososial:
Pasien tidak merokok, dan tsuka mengorek telinga.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran

: Composmentis

Tanda Vital
Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Penafasan

: 18 x/menit

Nadi

: 70 x/menit

Suhu

: 36,90C

Status Generalis
1. Kepala
2. Mata

:
:

Normocephal, wajah simetris


Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

refleks pupil (+/+) isokor


3. Telinga
:
Status lokalis
4. Hidung
:
Status lokalis
5. Mulut
:
Bibir kering (-), sianosis (-), stomatitis (-), lidah
tidak kotor, tidak tremor, dan tidak parese, gigi palsu (-), gigi

a. Inspeksi

goyang (-) dan caries dentis (-).


6. Tenggorok : Status lokalis
7. Leher
: Status lokalis
8. Thorax
: Normochest, simetris, retraksi dinding dada (-)
2

b. Palpasi

: Tidak ada bagian dada yang tertinggal saat nafas, nyeri tekan (-)
: Sonor pada semua lapang paru
Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

c. Perkusi
d. Auskultasi :
9. Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
c. Perkusi : batas jantung relatif dalam batas normal
d. Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, regular. Murmur (-), Gallop (-)

a.
b.
c.
d.

10. Abdomen
Inspeksi : Perut cembung
Palpasi
: Nyeri tekan (-), massa (-), hepatomegali (-), spleenomegali (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus normal 6-7x/menit
11. Ekstremitas
a. Superior :

Akral hangat, udem (-/-), RCT < 2 detik,

sianosis (-/-)
b. Inferior

Akral hangat, udem (-/-), RCT < 2 detik,

sianosis (-/-)

D. Status lokalis THT


1. Telinga
Pemeriksaan telinga
AD
Normotia, helix sign (-),

AS
Aurikula

tragus sign (-)

Normotia, helix sign (-), tragus


sign (-)

Preaurikula
Tanda radang(-), pus(-), nyeri

Tanda radang(-), pus(-), nyeri

tekan(-), fistula(-)

tekan(-), fistula(-)

Retroaurikula
Tenang, udem(-), fistel(-),

Tenang, udem(-), fistel(-),

sikatriks(-), nyeri tekan(-)

sikatriks(-), nyeri tekan(-)

Hiperemis(-), udem(-),

Hiperemis(-), udem(-), sekret(-),

MAE

sekret(-),serumen(-), massa(-)

serumen(-), massa(-)
Membran timpani

Reflek cahaya (-), hiperemis

Reflek cahaya (-), hiperemis

(+), sikatriks (-), perforasi (+),

(+), sikatriks (-),perforasi (+),

sekret (-), bulging (-)

sekret (-) tidak aktif, bulging (-)

Tidak dilakukan

Uji Rinne

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Uji Weber

Tidak dilakukan

Uji Schwabach

2. Hidung
Dextra

Rhinoskopi anterior

Sinistra

Hiperemis (-)

Mukosa

Hiperemis (-)

(-)

Sekret/darah

(-)

Hipertrofi (-)

Konka inferior

Hipertrofi (-)

Deviasi (-)

Septum

Deviasi (-)

(-)

Massa/polip/benda asing

(-)

(+)

Pasase udara

(+)

Sinus paranasal
1) Inspeksi
2) Palpasi

:
:

Pembengkakan pada wajah (-)


Nyeri tekan pada dahi, hidung dan pipi

(-)
3. Tenggorok

Dextra

Sinistra
Mulut

Tenang
Bersih
Tenang
Karies dentis (-)
Simetris

Tenang
Bersih
Tenang
Karies dentis (-)
Simetris

Hiperemis (-)

Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi
Uvula
Tonsil
Mukosa

T1

Besar

T1

Hiperemis (-)
(-)
(-)

Faring
Mukosa
Granula
Post nasal drip

Hiperemis(-)
(-)
(-)

Hiperemis (-)

4. Leher
Dextra

Pemeriksaan

Sinistra

Pembesaran (-)
Pembesaran (-)

Thyroid
Kelenjar submental

Pembesaran (-)
Pembesaran (-)

Pembesaran (-)

Kelenjar submandibula

Pembesaran (-)

Pembesaran (-)
Pembesaran (-)

Kelenjar jugularis superior


Kelenjar jugularis media

Pembesaran (-)
Pembesaran (-)

Pembesaran (-)

Kelenjar jugularis inferior

Pembesaran (-)

Pembesaran (-)

Kelenjar supraklavikularis

Pembesaran (-)

E. Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi
Auris sinistra : -membrane timpani perforasi sedang pada pars tensa
-Sekret (-),
Auris dextra: -membran timpani perforasi dekat reflek cahaya,sekret(+)

F. Resume
Tn. K datang ke poliklinik THT RSIJ Pondok kopi dengan keluhan telinga kiri keluar cairan
bening sejak 5 hari. Keluhan disertai rasa gatal ditelinga dan 2 hari kemudian pada telinga
kanan keluar cairan Keluhan saat itu dirasakan tiba-tiba.
3 bulan yang lalu pasien pernah mengalami sakit di telinga kiri. Saat itu dirasa nyeri telinga
dalam.disertai dengan demam dan sakit di sekitar daun telinga Saat itu ditemukan telinga
pasien infeksi
Pemeriksaan :
Telinga kiri : perforasi pada membran timpani kiri, sekret (-)
Telinga kanan : membran timpani perforasi,sekret (+)
Endoskopi :
Aurissinistra

membrane

timpani

perforasi

dekat

umbo

-Sekret (-),
auris dextra ; membrane timpani perforasi dekat reflek cahaya,sekeret (+)

G. Diagnosa Kerja
Otitis Media Supuratif Kronik dextra sinistra
6

H. Planning

Antibiotik Amoxicillin 3x500 mg (7 hari, bila belum menutup lanjut sampai 3

minggu)
Dekongestan rhinos tab 2x1 tab
Otopain 3x4 tetes AS setelah sekret berkurang
H2O2 3% 3x4 tetes AS (3-5 hari)
I. Edukasi
Hindari penggunaan cotton bud
Mengusahakan agar telinga terhindar dari masuknya air ke liang telinga
Tidak berenang
Apabila mengalami ISPA segera berobat ke dokter
Apabila keluhan memberat segera control kembali ke dokter
Dan konsumsi nutrisi yang adekuat, olahraga cukup untuk kesehatan tubuh yang
maksimal dan imunitas yang baik
Penggunaan obat sesuai anjuran dokter agar tercapai kesembuhan yang
diharapkan.
J. Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad fungsionam

: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

BAB I
7

ANATOMI TELINGA

Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam

Gambar 1 : Anatomi telinga

Telinga

tengah dapat dianggap sebagai sebuah kubus 6 sisi. Batas lateral,

membran timpani, memisahkannya dari bagian luar telinga. Batas medial yang
dibentuk oleh promontorium, yang menunjukkan pergantian basal koklea. Batas
Anterior, berbatasan dengan

tensor tympani superior dan pembukaan tuba

eustachius inferior. Posterior, berhubungan dengan aditus superior, yang


menghubungkan rongga telinga tengah dengan antrum mastoid, dan inferior ke
punggungan wajah.
Atap rongga telinga tengah dibentuk oleh timpani tegmen, dan lantai rongga
telinga tengah terletak pada hubungan dekat dengan foramen jugularis. lipatan
Anterior dan posterior malleolar, yang berasal pada tingkat proses lateral
maleus, membentuk batas antara epitympanum dan mesotympanum, yang
terletak di atas dan di bawahnya, masing-masing. Penyakit Atticoantral dominan
mempengaruhi pars flaccida, dan penyakit tubotympanic mempengaruhi Tensa
pars.
Rongga telinga tengah juga terdiri dari rantai tulang pendengaran (maleus,
8

inkus, dan stapes). Rantai tulang pendengaran menghubungkan membran


timpani, di mana pegangan maleus tertanam, ke jendela oval, yang duduk dalam
footplate dari stapes. Pada penyakit atticoantral, rantai tulang pendengaran
sering dipengaruhi

oleh

kolesteatoma,

sehingga menyebabkan

gangguan

pendengaran. Pengankatan dari maleus dan inkus atau mungkin diperlukan jika
mereka secara ekstensif terlibat dengan kolesteatoma.

a. Telinga luar
Telinga

luar merupakan bagian terluar dari telinga.Telinga luar meliputi

daun

telinga atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius


eksternus, dan gendang telinga atau membrana timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke

dalam

liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga.


Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar
berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah
liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang

dan

tulang rawan yang dilapisi kulit tipis.


Gambar 2 : Anatomi Auris

Liang

telinga

berbentuk
tulang
dan

huruf

rawan
tulang

S,
pada

di

dua

dengan
sepertiga
pertiga

rangka
luar
dalam.

Liang telinga memiliki

panjang kira-kira

2,5 - 3 cm. Di dalam

liang

terdapat

kelenjar

menghasilkan

banyak

telinga
yang

zat

seperti lilin yang

disebut serumen atau

kotoran telinga.

Hanya bagian saluran

yang

memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut.Pada ujung saluran terdapat gendang
telinga yang meneruskan suara ke telinga tengah.

Gambar 3 : Anatomi liang telinga (Meatus akustikus eksternus).

b. Telinga Tengah

Gambar 4 : Anatomi telinga tengah


Telinga tengah adalah ruangan yang berbentuk kubus. Isinya meliputi gendang telinga, 3
tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes). muara tuba Eustachii juga berada di telinga
tengah Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
Batas luar

Membran timpani

Batas depan

Tuba eustachius

Batas Bawah

Vena Jugularis

Batas belakang

Aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis

10

Batas Dalam :

Kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong

(oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.

Membrane
Membrane timpani dan reflex cahaya
kanan timpani dan reflex cahaya kiri

Gambar 5 : Anatomi membran Timpani


Membran timpani adalah membran fibrosa tipis yang berbentuk bundar yang berwarna putih
mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Membran
timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik
terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran shrapnell),
sedangkan bagian bawah paras tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua,
yaitu bagian luar ialah lanjutan eptel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel
kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di
tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah membran timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo
bermula suatu refleks cahaya / cone of light ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk
membran timpani kiri dan pada pukul 5 untuk memran timpani kanan. Refleks cahaya ialah
11

cahaya ari uar yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat 2
macam serabut, sikuler dan radier. Serabut ini lah yang menyebabkan timbulnya refleks
cahaya yang berupa kerucut.
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan.Prosesus longus maleus
melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada
stapes.Stapes terletak pada jendela oval yang berhubungan dengan koklea.Hubungan antara
tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.
Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Bagian
tuba eusttachius adalah yang bertulang sementara duapertiga bagian medial bersifat
kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebalah atas bagian bertulang sementara
kanalis karotikus terletak dibagian bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan melintasi
dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas otot kontriktor superior. Bagian ini biasanya
tertutup tapi dapat dibuka dengan kontraksi otot levator palatinum dan tensor palatinum yang
masing masing disarafi pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustachius
berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrane timpani. Selain
itu, keberadaan tuba eustachius juga berfungsi sebagai drainase mukus dari telinga tengah
menuju nasofaring.
c. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis yaitu:
- Kanalis semisirkularis superior
- Kanalis semisirkularis posterior
- Kanalis semisirkularis lateral
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli disebelah atas, skala timpani disebelah
bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani
berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut
sebagai membran vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis. Pada membran ini terletak organ korti. Pada skala media terdapat bagian
yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria dan pada membrane basalis melekat sel
rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, luas dan kanalis korti, yang membentuk organ
korti.Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat indera keseimbangan.Bagian
ini secara struktural terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan
sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau kanalis semisirkularis. Kelima bagian ini

12

berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan
dengan bagian keseimbangan dari N. vestibulokoklearis.
Fisiologi Pendengaran
Proses pendengaran diawali oleh dengan ditangkapnya energi bunyi (gelombang
suara) oleh daun telinga dan melalui liang telinga diteruskan ke membran timpani. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian

tulang pendengaran yang akan mengaplikasikan getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian luas membran timpani dan tingkap lonjong (oval window).Energi
getar yang telah di amplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggetarkan oval window
sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.

13

Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga


akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.Proses ini
merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi steresilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel.Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40)
dilobus temporalis.

BAB III
14

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK


Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah perforasi membran timpani dengan
drainase persisten dari telinga tengah.

Nanah kronis dapat terjadi dengan atau tanpa

kolesteatoma, dan gejala klinis bisa sangat mirip. Rencana pengobatan untuk kolesteatoma
selalu meliputi pembedahan tympanomastoid dengan pengobatan medis sebagai tambahan.
OMSK berbeda dari otitis media serosa kronis. otitis media serosa kronis dapat didefinisikan
sebagai efusi telinga tengah tanpa perforasi yang dilaporkan untuk bertahan selama lebih dari
1-3 bulan. Drainase pengeluaran cairan telinga pada OMSK sulit untuk mengobati. McKenzie
dan Brothwell menunjukkan bukti otitis supuratif kronis dalam tengkorak yang ditemukan di
Norfolk, Inggris, yang diduga berasal dari periode Anglo-Saxon. Radiologic perubahan
mastoid akibat infeksi sebelumnya telah terlihat di sejumlah spesimen, termasuk 417 tulang
temporal dari South Dakota penguburan India dan 15 prasejarah tulang temporal Iran.

Skema 1: Pembagian Otitis Medi

15

Skema 2 :Patogeneses terjadinya otitis media OMA OME OMSK

A. Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut Otitis Media Perforata
(OMP) atau dalam sebutan sehari-hari adalah congek.
Yang disebut Otitis Media supuratif Kronis ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus
meneerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,bening atauberupa
nanah.

Gambar 4. Jenis-jenis perforasi (central, subtotal, atik, marginal)


B. Epidemiologi
Beberapa penelitian memperkirakan kejadian tahunan OMSK menjadi 39 kasus per 100.000
orang pada anak-anak dan remaja berusia 15 tahun dan lebih muda. Di Inggris, 0,9% dari anakanak dan 0,5% orang dewasa memiliki OMSK. Di Israel, hanya 0,039% dari anak-anak yang
16

terkena dampak. Subset populasi tertentu pada peningkatan risiko untuk mengembangkan
OMSK. Native American dan Eskimo populasi menunjukkan peningkatan risiko infeksi. 8%
dari penduduk asli Amerika dan sampai 12% dari orang Eskimo dipengaruhi oleh OMSK.
Anatomi dan fungsi tuba eustachius memainkan peran penting dalam peningkatan risiko ini.
Tuba eustachius lebih lebar dan lebih terbuka dalam populasi ini dari pada orang lain, sehingga
menempatkan mereka pada peningkatan risiko untuk refluks hidung bakteri umum untuk otitis
media akut dan otitis media akut berulang dan menyebabkan pengembangan lebih sering dari
OMSK.Populasi lain pada peningkatan risiko termasuk anak-anak dari Guam, Hong Kong,
Afrika Selatan, dan Kepulauan Solomon. Prevalensi OMSK tampaknya merata antara pria dan
wanita. Prevalensi yang tepat dalam kelompok usia yang berbeda tidak diketahui; Namun,
beberapa studi memperkirakan kejadian tahunan OMSK menjadi 39 kasus per 100.000 pada
anak-anak dan remaja berusia 15 tahun dan lebih muda. Survei prevalensi di seluruh dunia,

yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta
mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65330 juta
orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39200 juta) menderita kurang
pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah
3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik
THT rumah sakit di Indonesia.
C. Etiologi
Diagnosis OMSK memerlukan membran timpani perforasi. Perforasi ini
mungkin timbul trauma, iatrogenically dengan penempatan tabung, atau setelah
episode otitis media akut, yang decompress melalui perforasi timpani. Mekanisme
infeksi perforasi telinga tengah ini mendalilkan menjadi translokasi bakteri dari
saluran pendengaran eksternal melalui perforasi ke dalam telinga tengah.Studi
mencoba untuk mengkorelasikan frekuensi penyakit dengan pendidikan orang tua,
perokok pasif, menyusui, status sosial ekonomi, dan jumlah tahunan infeksi saluran
pernapasan bagian atas dapat disimpulkan.Pasien dengan anomali kraniofasial adalah
populasi khusus beresiko untuk OMSK. Bibir Sumbing, down syndrome, sindrom
tangisan kucing sindrom, atresia choanal, sindrom DiGeorge, bibir sumbing, dan
mikrosefali adalah diagnosis lain yang meningkatkan risiko OMSK, mungkin dari
diubah

eustachius

tabung

anatomi

dan

fungsi.

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
17

(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba


Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi
yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs syndrom. Adanya tuba
patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK
yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK
yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral (seperti
hipogammaglobulinemia) dan cell- mediated ( seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan
leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.
Penyebab OMSK antara lain:
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas,
tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan
sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang
lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan
kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.
2. Otitis media sebelumnya.
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari
otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui
faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang
menjadi keadaan kronis
3. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah
hampir tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa
metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama
dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme
lainnya.
4. Infeksi saluran nafas atas

18

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi


saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara
normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan
bakteri. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk
Staphylococcus, Pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan Aspergillus.
Organisme dari nasofaring diantaranya Streptococcus viridians (Streptococcus
-hemolitikus, Streptococcus -hemolitikus dan Pneumococcus).

5. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih
tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya
sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria
atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.
6. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh
edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih
belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan
untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa
tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada
OMSK :
a. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.

19

b. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan


pada perforasi.
c. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
d.

mekanisme migrasi epitel.


Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan
yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga
mencegah penutupan spontan dari perforasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi


kronis majemuk, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.

Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.


Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
Perforasi membran timpani yang menetap.
Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya

pada telinga tengah.


f. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid. Hal ini
dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan
granulasi atau timpanosklerosis.
g. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di
mastoid.
h. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau
perubahan mekanisme pertahanan tubuh.
D. Patofisiologi
Karena OMSK didahului OMA, maka penjelasan tentang patofisiologi OMSK,
akan dijelaskan dengan patofisiologi terjadinya OMA. OMA biasanya disebabkan
oleh Infeksi di Saluran Nafas Atas (ISPA), umumnya terjadi pada anak karena
keadaan tuba eustachius , yang sangat berperan penting dalam patofisologi OMA pada
anak berbeda dengan orang dewasa. Tuba eustachius pada anak lebih pendek, lebih
horizontal dan relatif lebih lebar daripada dewasa.
Infeksi pada saluran nafas atas akan menyebabkan edema pada mukosa saluran
nafas termasuk mukosa tuba eustachius dan nasofaring tempat muara tuba eustachius.
20

Edema ini akan menyebabkan oklusi tuba yang berakibat gangguan fungsi tuba
eustachius yaitu fungsi ventilasi, drainase dan proteksi terhadap telinga tengah.
1. Gangguan fungsi Ventilasi
Normalnya tuba akan berusaha menjaga tekanan di telinga tengah dan
udara luar stabil, ketika terdapat oklusi tuba, maka udara tidak akan dapat masuk
ke telinga tengah, sedangkan secara fisiologis udara (Oksigen dan Nitrogen) akan
diabsorbsi di telinga tengah 1 ml tiap hari pada orang dewasa. Keadaan ini kan
menyebabkan tekanan negatif pada telinga tengah, keadaan vacum di telinga
tengah menyebabkan transudasi cairan di telinga tengah.
2. Gangguan Fungsi drainase
Dalam keadaan normal mukosa telinga tengah akan menghasilkan sekret
yang akan di dorong oleh gerakan silia ke arah nasofaring, ketika terjadi oklusi
tuba fungsi ini akan terganggu, sehingga terjadi penumpukan sekret di telinga
tengah. Akumulasi cairan di telinga tengah akan lebih banyak dengan adanya
transudasi akibat tekanan negatif. Sekret ini merupakan media yang baik untuk
tumbuhnya kuman.
3. Gangguan fungsi proteksi
Tuba berperan dalam proteksi kuman dan sekret dari nasofaring masuk ke
telinga tengah, diantaranya melalui kerja silia. Ketika terjadi oklusi tuba, fungsi
silia tidak efektif untuk mencegah kuman dan sekret dari nasofaring ke kavum
timpani dengan akumulasi sekret yang baik untuk pertumbuhan kuman. Sehingga
terjadi proses supurasi di telinga tengah. Proses supurasi akan berlanjut dengan
peningkatan jumlah sekret purulen, penekanan pada membran timpani oleh
akumulasi sekret ini kan menyebabkan membran timpani (bagian sentral)
mengalami iskemi dan akhirnya nekrosis, dengan adnya tekanan akan
menyebabkan perforasi dan sekret mukopurulen akan keluar dari telinga tengah ke
liang telinga.

21

Jika proses peradangan ini tidak mengalami resolusi dan penutupan


membran timpani setelah 6 minggu maka OMA beralih menjadi OMSK.
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini
merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang
sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi
sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah
misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan
inaktif dari otitis media kronis.
OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap.
Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada
keseragaman gambaran patologi. Secara umum gambaran yang ditemukan adalah:
a. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral
b. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit
c. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya
infeksi sebelumnya
d. Pneumatisasi mastoid
OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling
akhir terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur
oleh otitis media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi
kronik terus berlanjut, mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran
prosesus mastoid berkurang.
E. Klasifikasi
OMSK dapat dibedakan menjadi beberapa macam, tergantung dari perjalanan
penyakit dan tergantung jenis aktifitas sekret yang dihasilkan oleh telinga tersebut.
Berikut ibi pembagian OMSK
1. Jenis OMSK terbagi atas 2 jenis, yaitu tipe benigna dan tipe maligna.
a. OMSK tipe Benigna
Proses peradangannya terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai
tulang.Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang

22

menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat
kolesteatoma.
b. OMSK tipe Maligna
Merupakan OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah
suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Kolesteatom dapat
dibagi atas 2 tipe yaitu kongenital dan didapat. OMSK tipe maligna dikenal juga
dengan OMSK tipe berbahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe
maligna letaknya di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK
dengan perforasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna.

Berikut ini adalah perbedaan antara OMSK benigna dan maligna, terlihat dari
tabel berikut ini.

Tabel 1. Perbedaan OMSK benigna dan maligan

2. Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar terdiri dari OMSK aktif dan OMSK
tenang.
23

a. OMSK aktif
Merupakan OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif.Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya
didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau
setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret
bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen
b. OMSK tenang
OMSK yang keadaan kavum timpaninyaterlihat basah atau kering.Pada
pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga
tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala
lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.
F. Gejala klinis
Gejala klinis yang sering ditemukan pada otitis media supuratif kronis
diantaranya
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering
kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak
dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan
polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu
sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan Pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran Biasanya
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian
24

tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna
biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran,
tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga
ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati..
Penurunan fungsi koklea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya
infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel
labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan
terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.
3. Nyeri Telinga (Otalgia)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri
dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses
otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis,
subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat
perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan
vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan
menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran
infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa
terjadi akibat komplikasi serebelum.
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna yang perlu diperhatikan mengingat
OMSK tipe ini seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu
ditegakkan diagnosis dini yang menjadi pedoman yaitu adanya perforasi pada
marginal atau pada atik. Sedangkan pada kasus yang lanjut dapat terlihat adanya
Abses atau fistel retroaurikular, jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang

25

berasal dari kavum timpani, pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma
kolesteatom) dan foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
G. Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk
mengetahui adanya gangguan pendengaran . Untuk mengetahui jenis dan derajat
gangguan pendengaran dapat dilakukan dengan pemeriksaan audiometri nada
murni,audiometri tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked
response audiometry) bagia pasien/anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan
audiometri nada murni.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi
kuman dari sekret telinga

H. Penatalaksanaan
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif dengan medikamentosa. Bila
sekret yang keluar terus-meneru,maka diberikan obat pencuci telinga,berupa larutan
H2O2 3 % selama 3 -5 hari. Setelah sekret berkurang,maka terapi dilanjutkan dengan
memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid.
Banyak ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini
mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu,penulis menganjurkan
agar obat tetes telinga jangan diberikan secara terus-menerus lebih dari 1 atau 2
minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari
golongan ampisilin,eritromisin, (bila pasien alergi teradap ampisilin),sebelum hasil tes
resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten
terhadap ampisilin maka dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.

26

Bila sekret telah kering,teteapi perforasi masih ada setelah diobesrvasi selama 2
bulan,maka idelanya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan
untuk :
-

Mengehentikan infeksi secara permanen


Memperbaiki membran timpani yang perforasi
Mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat
Memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada. Atau terjadinya infeksi
berulang,maka sumber infeksi itu harus dobati terlebih dahulu,mungkin juga perlu
melakukan pembedahan misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan,yaitu mastoidektomi. Jadi bila
terdapat OMSK tipe bahaya maka terapi yang paling tepat adalah dengan mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementaara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses
subperiosteal retroaurikuler maka insis abses sebainya dilakukan tersendiri sebelum
mastoidektomi.

I. Jenis Pembedahan pada OMSK


Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau bahaya, antara lain
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)


Mastoidektomi radikal
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Miringoplasti
Timpanoplasti
Pendekatan ganda timpanoplasti (combine approach tympanoplasty)
27

Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau
kolesteatom, sarana yang tersedia serta pengalaman operator.
Sesuai dengan luasnya infeksi atau luas kerusakan yang sudah terjadi, kadangkadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya.
1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan tiindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang
mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga
tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
2. Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK berbahaya dengan infeksi atau
kolesteatoma yang sudah meluas. Pada operasi ini, mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan
telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi
tersebut menjadi satu ruangan.
Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya.
Pasien harus datang dengan teraturuntuk control, supaya tidak terjadi infeksi kembali.
Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier
pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga
operasi serta membuat meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering
permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar menjadi lebar.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinsing
posterior liang telinga direndahkan.

28

Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan rongga
mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.2,9
4. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga
dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membrane
timpani.
Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinnga tengah
pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang dengan
ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membrane timpani.
5. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih
berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan
medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus
dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi
tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV,
V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum
timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis.
Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6
sampai 12 bulan.
6. Pendekatan ganda timpanoplasti (combine approach tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada
kasus OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas.
Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan
dinding posterior liang telinga).
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani,
dikerjakan melalui 2 jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan
29

rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada
OMSK tipe bahaya belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering terjadi
kambuhnya kolesteatoma kembali.

J. Komplikasi
Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena
komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan kematian. Tendensi
otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan
otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan,
akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe
maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang
virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari
OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
1. Komplikasi ditelinga tengah
a. Perforasi persisten membrane timpani
b. Erosi tulang pendengaran
c. Paralisis nervus fasial
2. Komplikasi telinga dalam
a. Fistel labirin
b. Labirinitis supuratif
c. Tuli saraf (sensorineural)
3. Komplikasi ekstradural
a. Abses ekstradural
b. Trombosis sinus lateralis
c. Petrositis

30

4. Komplikasi ke susunan saraf pusat


a. Meningitis
b. Abses otak
c. Hindrosefalus otitis
K. Prognosis
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan kontrol yang
baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran bervariasi dan
tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh gangguan konduksi dapat
dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun hasilnya tidak sempurna.
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik terhadap pengendalian infeksi.
Pemulihan terkait gangguan pendengaran bervariasi tergantung pada penyebabnya. Gangguan
pendengaran konduktif sering sebagian dapat dikoreksi dengan operasi. Tujuan pengobatan
adalah untuk menyediakan pasien telinga yang aman.Sebagian besar morbiditas OMSK
berasal dari terkait gangguan pendengaran konduktif dan stigma sosial dari pengeringan
cairan sering berbau busuk dari telinga yang terkena. Mortalitas OMSK timbul komplikasi
intrakranial yang terkait. OMSK sendiri bukanlah penyakit fatal. Meskipun beberapa studi
melaporkan kehilangan pendengaran sensorineural sebagai komplikasi dari OMSK morbid,
bukti lain bertentangan dengan klaim ini.
Sebuah studi oleh Jensen et al dari dua kelompok anak-anak di Greenland menemukan
bahwa di antara anak-anak dengan OMSK, 91% mengalami gangguan pendengaran
permanen yang lebih besar dari 15 dB HL (tingkat pendengaran desibel). Kelompok
ditindaklanjuti selama 10 dan 15 tahun. Sebuah studi oleh Aarhus et al gangguan
pendengaran pada berbagai jenis otitis media menemukan bahwa anak usia gangguan
pendengaran dari OMSK berhubungan dengan gangguan pendengaran dewasa, dengan efek
pada ambang batas pendengaran yang lebih besar di usia pertengahan (usia 40-56 tahun) dari
pada anak dewasa (usia 20-40 tahun). Hal yang sama diadakan benar untuk berulang otitis
media akut.Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien karena telah mengalami
komplikasi intrakranial yaitu meningitis.

31

32

Anda mungkin juga menyukai