Anda di halaman 1dari 43

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang
mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources)
penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketinggian tertentu dari instalasi. Semakin
besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari istalasi maka semakin besar energi yang
bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Biasanya Mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang
mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai. Istilah kapasitas
mengacu kepada jumlah volume aliran air persatuan waktu (flow capacity) sedangkan beda
ketinggian daerah aliran sampai ke instalasi dikenal dengan istilah head. Mikrohidro juga
dikenal sebagai white resources dengan terjemahan bebas bisa dikatakan energi putih.
Dikatakan demikian karena instalasi pembangkit listrik seperti ini mengunakan sumber daya
yang telah disediakan oleh alam dan ramah lingkungan.
Suatu kenyataan bahwa alam memiliki air terjun atau jenis lainnya yang menjadi
tempat air mengalir. Dengan teknologi sekarang maka energi aliran air beserta energi
perbedaan ketinggiannya dengan daerah tertentu (tempat instalasi akan dibangun) dapat
diubah menjadi energi listrik.
Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil sedangkan hidro artinya air.
Dalam, prakteknya istilah ini tidak merupakan sesuatu yang baku namun bisa dibayangkan
bahwa Mikrohidro, pasti mengunakan air sebagai sumber energinya. Yang membedakan
antara istilah Mikrohidro dengan Minihidro adalah output daya yang dihasilkan. Mikrohidro
menghasilkan daya lebih rendah dari 500 kW, sedangkan untuk minihidro daya keluarannya
berkisar antara 500 kW sampai 10 MW. Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen
utama yaitu air (sumber energi), turbin dan generator.
Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dari ketinggian tertentu menuju
rumah instalasi (rumah turbin). Di rumah instalasi air tersebut akan menumbuk turbin dimana
turbin sendiri, dipastikan akan menerima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi
mekanik berupa berputarnya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian
ditransmisikan ke generator dengan mengunakan kopling. Dari generator akan dihasilkan
energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah
atau keperluan lainnya (beban).
Terdapat sebuah peningkatan kebutuhan suplai daya ke daerah-daerah pedesaan di
sejumlah negara, sebagian untuk mendukung industri-industri, dan sebagian untuk
menyediakan penerangan di malam hari. Kemampuan pemerintah yang terhalang oleh biaya
yang tinggi dari perluasan jaringan listrik, sering membuat Mikrohidro memberikan sebuah
alternatif ekonomi ke dalam jaringan. Ini karena skema Mikrohidro yang mandiri menghemat
biaya dari jaringan transmisi, dan karena skema perluasan jaringan sering memerlukan biaya
peralatan dan pegawai yang mahal. Dalam kontrak, skema Mikrohidro dapat didesain dan
dibangun oleh pegawai lokal dan organisasi yang lebih kecil dengan mengikuti peraturan yang
lebih longgar dan menggunakan teknologi lokal seperti untuk pekerjaan irigasi tradisional atau
mesin-mesin buatan lokal. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan lokal.
Komponen Pembangkit Listrik Mikrohidro
Berikut ini adalah gambar 2.6 menunjukan skema dari komponen PLTMH

Komponen Hidrolisis
Komponen hidrolisis adalah komponen paling penting dalam perencanaan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), diantaranya adalah sebagai berikut
Perencanaan hidrolis
Kecepatan aliran pada saluran penghantar direncanakan sedemikian rupa untuk
mencegah sedimentasi akibat kecepatan rendah maupun pengerusan tanah akibat kecepatan
tinggi. Kecepatan aliran yang diijinkan dalam saluran ditetapkan dengan asumsi ukuran butir
material sedimen 0.2 0.3 mm, yang dikutip dari
Kecepatan aliran yang diijinkan pada perencanaan ini adalah :
Kecepatan maksimum

: 4.8 m3/det, saluran pasangan batu tanpa plesteran

Kecepatan minimum

: 2.4 m3/det, saluran pasangan batu plesteran 2.0


m/det, saluran tanpa pasangan/plesteran

Kecepatan rata aliran yang diijinkan pada perencanaan ini berkisar 2.0 sampai 4.8
m3/det.
Teori Debit aliran Sungai Dengan Rumus Empiris
Menentukan debit aliran sungai Mantenan dengan air terjun Mantenan dapat dihitung
menggunakan persamaan yang dikutip dari buku Kensakku Takkada yang berjudul Hidrologi
Untuk Pengairan, sebagai berikut.

Q = 0,277 x f x I x Adas
Dimana
Q

= debit rata-rata (m3/s)

= Koefisien pengaliran

= Intensitas curah hujan rata-rata(mm/hari)

Adas

= Daerah tadah hujan (Km2)

Daerah Aliran sungai ( DAS )


DAS merupakan tempat melimpahnya air hujan yang terkonsentrasi ke sungai, Luas
DAS diperkirakan dengan melakukan pengukuran peta topografi dan kemudan dikalikan
dengan skalanya. Dalam hal ini luas DAS sungai Mantenan adalah sekitar 162 Km 2, ( Sumber
Dinas ESDM Merangin)
Teori Koefisien Pengaliran (f)
Koefisien pengaliran (f) bergantung pada faktor fisik seperti topografi daerah pengaliran,
perbedaan kegunaan tanah dan telah diketahui kondisi sekitar sungai yang ada ialah tanah
bergelombang dan hutan. Secara umum teori koefisien pengaliran diperlihatkan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Koefisien pengaliran (f)
Kondisi daerah pengaliran
Daerah pegunungan yang curam
Daerah pegunungan yang tersier
Tanah bergelombang dan hutan
Tanah daratan yang ditanami
Persawahan yang diairi
Sungai di daerah pegunungan
Sungai kecil di dataran
Sungai besar yang lebih dari setengah
daerah pengaliran terdiri dari daratan

Harga (f)
0,75 0,90
0,75 0,80
0,50 0,75
0,45 0,60
0,70 0,80
0,75 0,85
0,45 0,75
0,50 0,75

Sumber : Dinas pertanian dan Pengembangan agribisnis, Kabupaten Merangin, 2008


Berdasarkan tabel diatas sesuai dengan kondisi daerah sekitar sungai Mantenan di Desa
Pulau Tengah maka koefisien pengaliran yang di pilih adalah 0,75 0,85 ( sumber hasil olah data
lapangan)
Teori Debit Rencana Optimum
Perhitungan Debit air sungai Mentenan ( m 3/s ) berdasarkan pengaruh curah hujan
selama masa periode 1995 2007 ( 13 tahun ), maka diperoleh debit air yang tersedia
sepanjang 13 tahun terakhir adalah menurut persamaan 2.2 yang dikutip buku Manual
Pembangunan PLTMH halaman 4-6.
Q=

rata 2debit n tahun


n tahun

Dimana, Q = debit air, n = jumlah tahun


Secara umum teori persentase penggunaan air diberbagai proyek diperlihatkan pada
tabel 2.2.

Tabel 2.2. Persentase penggunaan air diberbagai proyek


Untuk penyediaan air minum

99%

Untuk penyediaan air industry


a.Daerah beriklim setengah lembab
b.Daerah beriklim terang
Untuk pembangkit listrik tenaga air

85 95 %
70 85 %
80 95 %
85 95 %

Sumber : Dinas pertanian dan Pengembangan agribisnis, Kabupaten Merangin, 2008


Komponen Bangunan Sipil
Berikut ini adalah komponen sipil dari suatu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
yang pada dasarnya merupakan gabungan dari pengembangan sistem irigasi air dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Air pada umumnya adalah sebagai berikut ;
Diversion Weir dan Intake (Dam/Bendungan Pengalih dan Intake)
Dam pengalih berfungsi untuk mengalihkan air melalui sebuah pembuka di bagian sisi
sungai (Intake pembuka) ke dalam sebuah bak pengendap (Settling Basin).
Pada umumnya instalasi PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro) merupakan
pembangkit listrik tenaga air jenis aliran sungai langsung, jarang yang merupakan jenis waduk
(bendungan besar). Konstruksi bangunan intake untuk mengambil air langsung dari sungai
dapat berupa bendungan (intake dam) yang melintang sepanjang lebar sungai atau langsung
membagi aliran air sungai tanpa dilengkapi bangunan bendungan. Lokasi intake harus dipilih
secara cermat untuk menghindarkan masalah di kemudian hari.
Lokasi intake harus memiliki dasar sungai yang relatif stabil, apalagi bila bangunan
intake tersebut tanpa bendungan (intake dam). Dasar sungai yang tidak stabil mudah
mengalami erosi sehingga permukaan dasar sungai lebih rendah dibandingkan dasar
bangunan intake hal ini akan menghambat aliran air memasuki intake.
Dasar sungai berupa lapisan lempeng batuan merupakan tempat yang stabil. Tempat
di mana kemiringan sungainya kecil, umumnya memiliki dasar sungai yang relatif stabil. Pada
kondisi yang tidak memungkinkan diperoleh lokasi intake dengan dasar sungai yang relatif
tidak stabil dan erosi pada dasar sungai memungkinkan terjadi, maka konstruksi bangunan
intake dilengkapi dengan bendungan untuk menjaga ketinggian dasar sungai di sekitar intake.
Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada instalasi PLTMH adalah kerusakan
pada bangunan intake yang disebabkan oleh banjir. Hal tersebut sering terjadi pada intake
yang ditempatkan pada sisi luar sungai. Pada bagian sisi luar sungai mudah erosi serta rawan
terhadap banjir. Batu-batuan, batang pohon serta berbagai material yang terbawa banjir akan
mengarah pada bagian tersebut. Sementara itu bagian sisi dalam sungai merupakan tempat
terjadinya pengendapan lumpur dan sedimentasi, sehingga tidak cocok untuk lokasi intake.
Lokasi intake yang baik terletak sepanjang bagian sungai yang relatif lurus, di mana aliran
akan terdorong memasuki intake secara alami dengan membawa beban (load) yang kecil.
Settling Basin (Bak Pengendap)

Bak pengendap digunakan untuk memindahkan partikel-partikel pasir dari air. Fungsi
dari bak pengendap adalah sangat penting untuk melindungi komponen-komponen berikutnya
dari dampak pasir.
Headrace (Saluran Pembawa)
Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk menjaga elevasi dari air yang
disalurkan.
Headtank (Bak Penenang)
Fungsi dari bak penenang adalah untuk mengatur perbedaan keluaran air antara
sebuah penstock dan headrace, dan untuk pemisahan akhir kotoran dalam air seperti pasir,
kayu-kayuan.
Perhitungan dimensi bak penenang dilakukan dengan beberapa criteria, yaitu :
1. Volume bak 10 20 kali debit yang masuk untuk menjamin aliran steady di pipa pesat dan
mampu meredam tekanan balik pada saat penutupan aliran di pipa pesat.
2.

Bak penenang direncanakan dengan menetapkan kecepatan vertikal partikel sedimen


0.03 m/det.

3. Pipa pesat ditempatkan 15 cm di atas dasar bak penenang untuk menghindarkan


masuknya batu atau benda-benda yang tidak diijinkan terbawa memasuki turbin, karena
berpotensi merusak turbin.
4. Pipa pesat ditempatkan pada jarak minimum 4 x D (diameter pipa pesat) dari muka air
untuk menjamin tidak terjadi turbulensi dan pusaran yang memungkinkan masuknya
udara bersama aliran air di dalam pipa pesat
5. Bak penenang dilengkapi trash rack untuk mencegah sampah dan benda-benda yang
tidak diinginkan memasuki pipa pesat bersama aliran air.
6. Pipa penguras ditempatkan di bak pengendap dan bak penenang sebagai kelengkapan
untuk perawatan (pembuangan endapan sedimen).
7. Bak penenang diiengkapi pelimpas yang direncanakan untuk membuang kelebihan debit
pada saat banjir. Bangunan bak penenang dan saluran pembawa direncanakan terjaga
ketinggian permukaan pada saat banjir sampai maksimum 25% dari debit desain.
8. Konstruksi bak penenang dan pengendap berupa pasangan batu diplester dengan dasar
bak berupa cor-an beton tumbuk (tanpa tulangan) kedap air.
Penstock (Pipa Pesat/Penstock)
Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih rendah ke sebuah roda air,
dikenal sebagai sebuah Turbin. Pipa pesat (penstock) adalah pipa yang yang berfungsi untuk
mengalirkan air dari bak penenang. Perencanaan pipa pesat mencakup pemilihan material,
diameter penstock, tebal dan jenis sambungan (coordination point). Pemilihan material
berdasarkan pertimbangan kondisi operasi, aksesibility, berat, sistem penyambungan dan

biaya. Diameter pipa pesat dipilih dengan pertimbangan keamanan, kemudahan proses
pembuatan, ketersediaan material dan tingkat rugi-rugi seminimal mungkin. Ketebalan
penstock dipilih untuk menahan tekanan hidrolik dan surge pressure yang dapat terjadi.
Data dan asumsi awal perhitungan pipa pesat:
1) Material pipa pesat menggunakan plat baja diroll dan dilas (welded rolled steel. Hat ini
dipilih sebagai alternatif terbaik untuk mendapatkan biaya terkecil. Material yang
digunakan adalah mild steel (St 37) dengan kekuatan cukup.
2) Head losses pada sistem pemipaan (penstock) diasumsikan sekitar 4% terhadap head
gross.
3) Diameter pipa pesat
Diameter minimum pipa pesat dapat dihitung dengan persamaan 2.3 yang dikutip dari
internet yang beralamatkan www.M Suhud/blogers.com, 23 Januari 2011
D=

7 .72 x n x Q x L
H

Di mana:
n = koefisien kekasaran (roughness) untuk welded steel, 0.012
Q = debit desain sebesar m3/S
L = panjang penstock, m
H = tinggi jatuhan air (gross head), m
Tabel 2.3 Karakteristik macam macam pipa pesat

Perhitungan tebal plat pipa pesat dapat menggunakan persamaan yang dikutip dari
buku Kensakku Takkada yang berjudul Hidrologi Untuk Pengairan,

tp=

Pt x D
+t
2 x Sf x Kf

dimana :
ts

= penambahan ketebalan pipa untuk faktor korosi

P1

= tekanan hidrostatik, atm/mm2

= diameter dalam pipa

Kf = faktor pehgelasan sebesar 0.9 untuk pengelasan dengan inspeksi x-ray factor
pengelasan sebesar 0.8 untuk pengelasan biasa
Sf

= desain tegangan pipa yang diijinkan

Pendekatan paling sederhana menggunakan rekomendasi ASME untuk tebal penstock


minimum (mm) adalah 2,5 kali diameter pipa (m) di tambah 1,2 mm. Persamaan 2.5 dan 2.6
yang dikutip dari buku Kensakku Takkada yang berjudul Hidrologi Untuk Pengairan

t min = ( 2.5 x D ) + 1.2 mm


Rekomendasi lain adalah
t min

(D+508)
1400

Waterhammer
Terjadi pada saat penutupan inlet valve dapat terjadi tekanan gelombang aliran air di
dalam pipa yang dikenal sebagai waterhammer. Tekanan balik akibat tertahannya aliran air
oleh penutupan katup akan berinteraksi dengan tekanan air yang menuju inlet valve sehingga
terjadi tekanan tinggi yang dapat merusak penstock (pipa pesat). Besarnya tekanan tersebut
dipengaruhi oleh factor. Kecepatan gelombang tekanan ( pressure wave speed ), c yang
besarnya dapat dihitung menggunakan persamaan dari buku Kensakku Takkada yang berjudul
Hidrologi Untuk Pengairan,
c=50 .5 x

Et
x3. K
(1+ K . D)

Dimana :
K = modulus bulk air, 2.1 x 10 N/m 2
Et = modulus elastilk material, untuk welded steel 2.1 x 11C N/m 2
D = diameter pipa (mm)

t = tebal pipa (mm)


Surge pressure pada pipa, Ps ( kolom air) dapat dihitung menggunakan persamaan

Ps = C x

Pv
g

di mana :
PV = kecepatan aliran air didalam pipa adalah 4Q/ PD 2
g = percepatan gravitasi m/det2
Tekanan total (tekanan kritis) di dalam pipa adalah sebesar, Pc dapat dihitung
menggunakan persamaan
Pc = PO + PS
= (0.96 Hgross) + PS
Dimana Po adalah tekanan hidrostatik dalam pipa dengan asumsi headloss 4%
Sementara itu tegangan yang terjadi pada dinding pipa dapat dihitung menggunakan
persamaan
s=

Pc . D
2 .t

Dimana S= tegangan pada dinding (atm), D = diameter (m), dan t= tebal pipa (m)
Tegangan pada dinding pipa tersebut dibandingkan dengan kekuatan tarik material
dan tegangan yang diijinkan. Apabila tegangan pada dinding pipa lebih besar maka penentuan
diameter dan ketebalan pipa diulang sampai diperoleh kondisi yang aman. Perhitungan rinci
kekuatan dan keamanan pipa dilampirkan pada setiap lokasi rencana pengembangan PLTMH.
Tumpuan Pipa Pesat (Saddles Support)
Tumpuan pipa pesat, baik pondasi anchor block, saddle support, berfungsi untuk
mengikat dan menahan penstock. Jarak antar tumpuan (L) ditentukan oleh besarnya defleksi
maksimum penstock yang diijinkan. Jarak maksimum dudukan pondasi penstok dapat dihitung
dengan persamaan
L=

( D+0 . 0147 ) . 4D. 4


x 60 ,8
P

Dimana.
D = diameter dalam penstock (m)

P = berat satuan dalam keadaan penuh berisi air (kg/m).


Berat satuan pipa pesat dapat dihitung menggunakan persamaan
W pipa = PD x t x l x Pbaja
Di mana
W pipa = kg 1 m pipa pesat
D

= diameter pipa, m

= tebal pipa, m

Pbaja

= 7860 kg/m3
Berat air di dalam pipa dapat dihitung menggunakan persamaan

W air = 0.25 D 2 x 1 x air


Di mana:
W air = kg 1 m pipa pesat
D

= diameter pipa, m

= panjang pipa satuan, 1 m

air = 1000 kg/m3


Berat satuan pipa berisi penuh air adalah, P = W pipa + W
PLTMH ini, jarak antar tumpuan pipa pesat rata-rata adalah 4 m

air

. Pada perencanaan

Kavitasi
Kavitasi adalah suatu pembebanan yang tidak seragam, terutama pada permukaan
sudu. Peristiwa ini biasanya diawali dengan terjadinya gelembung-gelembung uap di dalam
fluida kerja (air) yang mengalir apabila tekanan ditempat tersebut sama dengan tekanan
uapnya. Apabila gelembung tersebut terbawa arus dan kemudian sampai pada suatu daerah
dimana tekanannya melebihi tekanan uap jenuhnya, maka gelembung tersebut akan pecah
secara tiba-tiba. Pecahnya gelembung-gelembung tersebut bukan saja menimbulkan suara
yang berisik dan getaran, tetapi juga menimbulkan lubang-lubang kikisan pada permukaan
dinding saluran atau bagian-bagian turbin. Kavitasi yang berlebihan dapat pula mengurangi
daya dan efisiensi turbin.
Komponen Pengkonversian Energi

Komponen pengkonversian energi adalah suatu sistem yang mengkonversikan energi


potensial air menjadi suatu energi mekanik dengan suatu mekanisme yang telah dirancang
sebelumnya, komponen komponen ini terdiri dari :
Komponen Turbin Air
Turbin Air adalah suatu sistem pembangkit tenaga yang mengkonversikan energi air
menjadi energi mekanis. Sebelum fluida cair (air) memasuki tubin di dalam salurannya terjadi
perubahan dari head ketinggian menjadi head kecepatan, atau energi potensial menjadi energi
kinetis. Perubahan energi potensial menjadi kinetis tidak hanya terjadi dalam saluran air
memasuki turbin, tetapi yang utama terjadi di dalam turbin melalui nosel.
Selanjutnya energi kinetis berpindah menjadi energi mekanis pada poros turbin melalui
mekanisme perubahan momentum. Gaya dari perubahan momentum aliran terhadap sudu
turbin yang bekerja pada jarak tertentu dari sumbu poros mengakibatkan terjadinya torsi yang
menghasilkan daya turbin. Mekanisme semacam ini berlangsung pada turbin impuls atau turbin
aksi. Dengan kata lain bahwa pada turbin impuls, kerja poros turbin (momen putar) yang terjadi
diakibatkan secara langsung oleh perubahan momentum yang mengakibatkan terjadinya
impuls. Sedangkan pada turbin reaksi, momen putar yang terjadi tidak semata-mata terjadi
oleh perubahan momentum dan gaya impuls, tetapi juga dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya
reaksi.
Pada roda turbin terdapat sudu-sudu yang bergerak sesuai dengan gerakan roda,
yang befungsi untuk menerima momentum dari fluida kerja atau air. Gaya-gaya yang memutar
roda turbin sepenuhnya bekerja pada sudu-sudu gerak.
Pemilihan Turbin
Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial, tekanan
dan energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran
poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga listrik. Berdasarkan
prinsip kerjanya turbin air dibagi menjadi dua kelompok , yaitu:
a) Turbin impuls (cross-flow, pelton & turgo)
b) Turbin reaksi ( francis, Kaplan, propeller)
Secara umum terdapat daerah operasi turbin berdasarkan tinggi jatuhan air
( Head) diperlihatkan pada tabel 2.4
Tabel 2.4 Daerah Operasi Turbin

Sumber www. Energi Terbarukan.com, 17.00, 23 Januari 2011

Kriteria Pemilihan Jenis Turbin


Pemilihan jenis turbin dapat ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari
jenis-jenis turbin, khususnya untuk suatu desain yang sangat spesifik. Pada tahap awal,
pemilihan jenis turbin dapat diperhitungkan dengan mempertimbangkan parameter-parameter
khusus yang mempengaruhi sistem operasi turbin ( Kadir,A. Manual Pembangunan PLTMH,
hal 15), yaitu :
a) Faktor tinggi jatuhan air efektif (Net Head) yang akan dimanfaatkan untuk operasi
turbin merupakan faktor utama yang mempengaruhi pemilihan jenis turbin, sebagai
contoh : turbin pelton efektif untuk operasi pada head tinggi, sementara turbin propeller
sangat efektif beroperasi pada head rendah.
b) Faktor daya (power) yang diinginkan berkaitan dengan head dan debit yang tersedia.
c) Kecepatan (putaran) turbin yang akan ditransmisikan ke generator. Sebagai contoh
untuk sistem transmisi direct couple antara generator dengan turbin pada head rendah,
sebuah turbin reaksi (propeller) dapat mencapai putaran yang diinginkan, sementara
turbin pelton dan crossflow berputar sangat lambat (low speed) yang akan menyebabkan
sistem tidak beroperasi.
Ketiga faktor tersebut seringkali diekspresikan sebagai kecepatan spesifik, (N s), yang
dapat dihitung menggunakan persamaan
Ns = N x P0.h
dimana :
N = kecepatan putaran turbin, rpm
P0 = maksimum turbin output, kW
h = head efektif , m
Output turbin dapat dihitung dengan persamaan
P = 9.81 x Q x Hx t
Dimana
Q

= debit air, m 3 ldetik

= efektif head, m

= efisiensi turbin
= 0.8 0.85 untuk turbin pelton
= 0.8 0.9 untuk turbin francis
= 0.7 0.8 untuk turbin crossfiow
= 0.8 0.9 untuk turbin propeller kaplan

Pada perencanaan PLTMH ini, pilihan turbin yang cocok untuk lokasi yang tersedia
adalah :
1. Turbin propeller tipe open flume untuk head rendah s.d 6 m
2. Turbin crossflow 1 banki-mithell untuk head 6 m < H < 60 m.
Pemilihan jenis turbin tersebut berdasarkan ketersedian teknologi secara lokal dan
biaya pabrikasi yang lebih murah dibandingkan tipe lainnya seperti pelton dan francis. Jenis
turbin crosstlow yang dipergunakan pada perencanaan ini adalah crossfiow T-14 dengan
diameter runner 0.3 m. Turbin tipe ini memiliki efisiensi maksimum yang baik sebesar 0.74
dengan efisiensi pada debit 40% masih cukup tinggi di atas 0.6. Sementara untuk penggunaan
turbin propeller open flume pabrikasi lokal ditetapkan efisiensi turbin sebesar 0.75.
Penggunaan kedua jenis turbin tersebut untuk pembangkit tenaga air skala mikro
(PLTMH), khususnya crossfIlow T-14 telah terbukti handal di lapangan dibandingkan jenis
crossfiow lainnya yang dikembangkan oleh berbagai pihak (lembaga penelitian, pabrikan,
import). Putaran turbin baik propeller open flume head rendah dan turbin crossflow memiliki
kecepatan yang rendah. Pada sistem mekanik turbin digunakan transmisi sabuk flat belt dan
pulley untuk menaikkan putaran sehingga sama dengan putaran generator 1500 rpm. Efisiensi
sistem transmisi mekanik flat belt diperhitungkan 0.98. Sementara pada sistem transmisi
mekanik turbin propeller open flume menggunakan sabuk V, dengan efisiensi 0.95.
Berikut ini adalah tabel putaran nominal turbin air yang berdasarkan atas jenis turbin
yang diperlihatkan pada tabel 2.5
Tabel 2.5 Putaran nominal turbin air berdasarkan jenisnya

Klasifikasi Turbin Air


Dengan kemajuan ilmu Mekanika fluida dan Hidrolika serta memperhatikan sumber
energi air yang cukup banyak tersedia di pedesaan maka pengembangan perencanaanperencanaan turbin yang divariasikan terhadap tinggi jatuh ( head ) dan debit air secara
maksimal.
Dari itu maka masalah turbin air menjadi masalah yang menarik dan menjadi objek
penelitian untuk mencari sistem, bentuk dan ukuran yang tepat dalam usaha mendapatkan
effisiensi
turbin
yang
maksimum.
Pada uraian berikut akan dijelaskan pengklasifikasian turbin air berdasarkan beberapa kriteria,
yaitu
Berdasarkan Model Aliran Air Masuk Runner.
Berdasaran model aliran air masuk runner, maka turbin air dapat dibagi menjadi tiga
tipe yaitu
a. Turbin Aliran Tangensial
Pada kelompok turbin ini posisi air masuk runner dengan arah tangensial atau tegak
lurus dengan poros runner mengakibatkan runner berputar, contohnya Turbin Pelton dan
Turbin Cross-Flow, gambar 2.12 menggambarkan turbin aliran tangensial berikut ini.

Sumber : Didik.NS, 2009, Diktat kuliah energy terbarukan, FT Pakuan Bogor


Gambar . 2.12 Turbin aliran tangensial
b. Turbin Aliran Aksial

Pada turbin ini air masuk runner dan keluar runner sejajar dengan poros runner, Turbin
Kaplan atau Propeller adalah salah satu contoh dari tipe turbin ini, gambar 2.13
menggambarkan turbin aliran aksial berikut ini

Sumber : Didik.NS, 2009, Diktat kuliah energy terbarukan, FT Pakuan Bogor


Gambar 2.13 Model turbin aksial
c. Turbin Aliran Aksial - Radial
Pada turbin ini air masuk ke dalam runner secara radial dan keluar runner secara
aksial sejajar dengan poros. Turbin Francis adalah termasuk dari jenis turbin ini. Gambar 2.14
menggambarkan model turbin aksial-radial berikut ini

Sumber : Didik.NS, 2009, Diktat kuliah energy terbarukan, FT Pakuan Bogor


Gambar 2.14 Model turbin aksial-radial
Berdasarkan Kecepatan Spesifik (ns)
Kecepatan spesifik dari suatu turbin ialah kecepatan putaran runner yang dapat
dihasilkan daya effektif untuk setiap tinggi jatuh 1 meter. Setiap turbin air memiliki nilai
kecepatan spesifik masing-masing, tabel 2.6. menjelaskan batasan kecepatan spesifik untuk
beberapa turbin kovensional ( Lal, Jagdish, 1975 ). Dengan mengetahui kecepatan spesifik
turbin maka perencanaan dan pemilihan jenis turbin akan menjadi lebih mudah. Beberapa
formula yang dikembangkan dari data eksperimental berbagai jenis turbin dapat digunakan
untuk melakukan estimasi perhitungan kecepatan spesifik turbin, yang diperlihatkan pada tabel
2.6, yaitu :
Tabel 2.6 Macam macam Turbin berdasarkan Kecepatan

Turbin pelton (1 jet)

Ns = 85.49/H0.243

(Siervo & Lugaresi, 1978)

Turbin Francis

Ns = 3763/H0.854

(Schweiger & Gregory, 1989)

Turbin Kaplan

Ns = 2283/H0.486

(Schweiger & Gregory, 1989)

Turbin Crossfiow

Ns = 513.25/H0.505

(Kpordze & Wamick, 1983)

Turbin Propeller

Ns = 2702/H0.5

(USBR, 1976)

Sumber : Didik.NS, 2009, Diktat kuliah energy terbarukan, FT Pakuan Bogor


Berdasarkan Head dan Debit.
Dalam hal ini pengoperasian turbin air disesuaikan dengan potensi head dan debit
yang ada yang dikutip dari www.M.Suhud /blogers.com, yaitu :
1. Head yang rendah yaitu dibawah 40 meter tetapi debit air yang besar, maka Turbin Kaplan
atau propeller cocok digunakan untuk kondisi seperti ini.
2. Head yang sedang antara 30 sampai 200 meter dan debit relatif cukup, maka untuk kondisi
seperti ini gunakanlah Turbin Francis atau Cross-Flow.
3. Head yang tinggi yakni di atas 200 meter dan debit sedang, maka gunakanlah turbin impuls
jenis Pelton.
Berdasarkan Perubahan Momentum Fluida Kerjanya.
Dalam hal ini turbin air dapat dibagi atas dua tipe yaitu :
a. Turbin Impuls (Crossflow, Pelton, Turgo)
Turbin ini dibuat sedemikian sehingga rotor (runner) bekerja karena aliran air, disini
beda tinggi diubah menjadi kecepatan karena perbedaan tinggi, yang khas dari jenis ini adalah
turbin pelton, dengan pasangan ember-ember (buckets) pada keliling luar rotor yang bekerja
karena pancaran air (jet discharge) dari mulutnya (nozzle) (Dr. Arismundar jilid I, 1975 ;53),
beberapa contoh turbin impuls antara lain adalah sebagai berikut:
b. Turbin Crossflow
Merupakan salah satu jenis turbin aliran silang yang dikembangkan oleh Anthony
Michell (Australia), Donat Banki ( Hungaria), dan Fritz Ossberger (Jerman). Berbeda dengan
jenis turbin lainnya dengan aliran aksial atau radial, pada turbin aliran silang air dilewatkan
turbin secara transversal. Seperti pada kincir air lainnya, air dilewatkan melalui tepi kincir

melewati silinder pusat dan keluar melewati tepi kincir berbeda. Ketika air melewati silinder
pusat, air dapat membersihkan silinder dari kotoran dan polusi. Tipe kincir ini mempunyai
kecepatan mesin rendah.
Turbin aliran silang (Crossflow) ini biasanya terdiri dari dua turbin yang mempunyai
kapasitas yang berbeda. Kincir turbin mempunyai diameter yang sama namun mempunyai
panjang yang berbeda, untuk mempertahankan perbedaan volume pada tekanan yang sama.
Turbin ini biasanya menghasilkan volume rasio 1:2. Efisiensi total dari jenis turbin ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan turbin Kaplan, Francis, dan Pelton. Namun turbin ini
mempunyai kurva efisiensi mendatar dibawah beban yang bervariasi.
Turbin crossflow menggunakan Nozzle persegi panjang yang lebarnya sesuai dengan
lebar runner. Pancaran air masuk ke turbin dan mengenai sudu sehingga terjadi konversi
energy kinetic menjadi energy mekanik. Air mengalir keluar membentur sudu dan memberikan
energinya (lebih rendah dibandingkan saat masuk) kemudian meninggalkan turbin. Runner
turbin dibuat dari beberapa sudu yang dipasang pada sepasang piringan parallel. Untuk lebih
jelasnya diperlihatkan pada gambar 2.15 dan 2.16.

Sumber : Didik.NS, 2009, Diktat kuliah energy terbarukan, FT Pakuan Bogor


Gambar 2.15 Komponen turbin crossflow

Sumber hasil survey lapangan di Desa Pulau Tengah, 2010


Gambar 2.16 tampak atas turbin crossflow

c. Turbin pelton
Turbin pelton adalah turbin untuk tinggi terjun yang tinggi, yaitu diatas 300 meter.
Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik pada roda air turbin
dilakukan melalui proses impuls sehingga turbin pelton juga disebut sebagai turbin impuls
( Marsudi, Djateng, 2005:93)
Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk sedemikian
sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan pancaran air tersebut akan
berbelok kedua arah sehingga bisa membalikkan pancaran air dengan baik dan membebaskan
sudu dari gaya samping. Untuk turbin dengan daya yang besar, sistem penyemprotan airnya
dibagi lewat beberapa nozzle. Dengan demikian diameter pancaran air bisa diperkecil dan
ember sudu lebih kecil, gambar 2.17 menggambarkan model turbin Pelton.

Sumber. www.wikipedia/macam-macam turbin.com, 20.00, 23 Januari 2011


Gambar 2.17 Contoh turbin Pelton
d. Turbin Turgo
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 sampai 300 meter. Seperti turbin Pelton,
turbin Turgo merupakan turbin impulse tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozzle
membentur sudu pada sudut 20 0. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari turbin Pelton.
Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator sehingga menaikkan
effisiensi total sekaligus menurunkan biaya perawatan, gambar 2.18

Gambar 2.18 contoh turbin Turgo


e. Turbin Reaksi (Francis, Kaplan, Propeller).
Pada turbin reaksi, seluruh energi potensial dari air dirubah menjadi energi kinetis
pada saat air melewati lengkungan sudu-sudu pengarah, dengan demikian putaran runner

disebabkan oleh perubahan momentum oleh air. beberapa contoh turbin reaksi antara lain
adalah sebagai berikut:
f. Turbin Francis
Turbin Francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara sumber
air tekanan tinggi dibagian masuk, dan air bertekanan rendah di bagian keluar. Turbin Francis
menggunakan sudu pengarah, sudu pengarah mengarahkan air masuk secara tangensial dan
dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu
pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat.
Turbin Francis paling banyak digunakan di Indonesia. Turbin ini digunakan untuk tinggi
terjun air sedang, yaitu 20-400 meter. Teknik mengkonversikan energy potensial air menjadi
energy mekanik pada roda air turbin dilakukan melalui proses reaksi sehingga turbin Francis
juga disebut sebagai turbin reaksi (Marsudi, Djateng, 2005 : 91)
Dengan memanfaatkan aliran sungai yang memiliki debit air yang cukup besar. Air
tersebut ditampung dalam sebuah waduk dan kemudian air dialirkan melalui pintu pengambil
air, yang pengaturannya dilakukan melalui pusat pengendali bendungan ( DAM Control
Center). Selanjutnya masuk kedalam terowongan tekan (headrace tunnel). Sebelum memasuki
pipa pesat (Penstock), air tersebut harus melewati tangki pendatar (surge Tank) yang berfungsi
mengamankan pipa pesat apabila terjadi tekanan kejut atau tekanan mendadak yang bisa
disebut sebagai pukulan air ( Water Hammer) saat katup utama ditutup seketika. Setelah katup
utama dibuka, aliran air memasuki rumah keong (Spiral Case) bergerak memutar turbin. Dari
turbin, air mengalir keluar melalui pipa pelepas ( tail race) dan selanjutnya dibuang kesaluran
pembuangan.
Poros turbin yang berputar tersebut dikopel dengan poros generator sehingga
menghasilkan energi listrik. Melalui transformator utama energi listrik tersebut disalurkan
kepada konsumen melalui jaringan Gardu Induk dan disalurkan melalui jaringan tegangan
tinggi.
Pada roda turbin terdapat guide vane yang berfungsi untuk mengatur aliran air yang
masuk kedalam turbin. Sehingga putaran turbin dapat diatur dengan kecepatan yang
diinginkan. Guide vane ini terletak pada celah penggerak (runner), sehingga aliran air pada
guide vane menimbulkan momentum yang selanjutnya menimbulkan gaya. Gaya yang bekerja
pada guide vane ini yang menyebabkan roda turbin berputar, untuk lebih jelasnya diperlihatkan
pada gambar 2.19

Gambar 2.19 contoh turbin Francis


g. Turbin Kaplan

Turbin Kaplan digunakan untuk tinggi terjun yang rendah, yaitu dibawah 20 meter.
Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik pada roda air turbin
dilakukan melalui pemanfaatan kecepatan air, roda air turbin menyerupai baling-baling dari
kipas angin. Turbin Kaplan dan Propeler merupakan turbin reaksi aliran aksial. Turbin ini
tersusun dari propeller seperti pada perahu. Propeler tersebut biasanya mempunyai tiga
hingga enam sudu.
h. Turbin Propeler Open Flume
Banyak orang beranggapan untuk membuat pembangkit listrik harus dari air terjun
alami, tidak selamanya demikian. Seperti terlihat pada gambar ilustrasi, beda tinggi (head) bisa
diperoleh dengan pembuat intake dari sungai dan mengalirkannya pada posisi yang tepat
sehingga terbentuk ketinggian yang optimal. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada gambar
2.20 berikut ini

Gambar 2.20 contoh turbin Propeller dan kaplan


Fungsi dan Prinsip Kerja Turbin Air
Turbin air sebagai penggerak mula merupakan komponen awal proses pembangkitan
berlangsung . Turbin air bekerja sebagai penggerak mula yang menggunakan energi air
dengan debit air tertentu untuk menggerakkan generator. Turbin bergerak secara melingkar
(Rotasi) hal ini ditandai dengan perputaran poros turbin yang dikopel dengan poros generator
atau roda turbin, sedangkan bagian yang tidak berputar disebut stator atau rumah turbin.
Turbin air mengubah energi potensial air menjadi energi mekanik, dari rotasi yang
dihasilkan roda turbin air. Pada roda turbin terdapat guide vane yang berfungsi mengatur aliran
air yang masuk kedalam turbin sehingga turbin bisa berputar dengan kecepatan yang
diinginkan, guide vane terletak diantara celah-celah runer.
Aliran air pada guide vane menimbulkan perubahan momentum yang selanjutnya
menimbulkan gaya. Gaya yang bekerja pada guide vane inilah yang menyebabkan roda turbin
berputar
Peralatan Utama Turbin Air
Berikut ini beberapa bagian dari peralatan utama turbin air, diantaranya adalah
sebagai berikut.
a. Spiral Cassing (Rumah Keong)
Rumah keong adalah tempat lajuan air yang menghubungkan katup utama dengan runner,
yang berfungsi untuk mengarahkan air menuju runner dan sekaligus mengubah energy
potensial yang masih tersisa dalam air menjadi energi kinetis.
b. Stay Ring ( Sudu Tetap)

Sudu tetap adalah sudu pengarah yang terpasang secara tetap dan berfungsi untuk
mengarahkan air menuju runner
c. Wicketgate
Wicketgate adalah sudu pengatur yang dapat bergerak secara bersama-sama dan
ditempatkan antara sudu tetap dan runner. Fungsinya untuk mengatur jumlah air yang
digunakan untuk memutar runner dengan cara membuka dan menutup air yang menuju runner
sesuai yang diinginkan atau dengan kata lain perubahan beban turbin dapat diatur dengan
wicketgate.
d. Runner
Runner adalah peralatan yang berbentuk roda yang dilengkapi dengan daun sudu-sudu, yang
berfungsi untuk mengubah energi kinetis air menjadi energi mekanik dalam bentuk daya pada
poros turbin. Bahan runner terbuat dari baja stainless steel, bahan anti karat
e. Drafftube
Drafftube adalah pipa yang menghubungkan spiral case dengan saluran pembuangan,
fungsinya untuk mengalirkan air yang keluar dari runner ke saluran pembuangan dan
memamfaatkan daya sisa untuk memperbaiki effisiensi turbin
f. Shaft
Shaft berfungsi untuk meneruskan daya turbin ke generator
g. Koppling
Koppling fungsi utamanya adalah untuk memindahkan energi putaran dari poros turbin ke
poros generator
Fungsi lainnya adalah :
Mengantisipasi ketidakstabilan dari poros
Memberikan kemungkinan kepada poros untuk berekspansi (memuai) yang disebabkan
oleh panas
Merendam getaran
Pengatur putaran bagi poros yang digerakkan khusus koppling fluida
Memungkinkan pelepasan dari bagian-bagian poros untuk pekerjaan perbaikan
h. Protection dan Wearing Ring
Protection dan wearing ring fungsinya sebagai pengaman head cover ( upper dan lower) turbin.
i. Turbin Head Cover Upper dan Lower
Turbin head cover upper dan lower fungsinya sebagai penutup spiral case atas dan bawah
j. bearing
Bearing adalah sebagai tempat tumpuan poros beban, sehingga dapat berlangsung secara
halus, aman, dan durable ( awet/tahan lama).
Komponen Koppling turbin
Kopling yang digunakan adalah jenis kopling fleksible tipe FCL. Kopling fleksible yang
digunakan di PLTMH berfungsi mentransmisikan torsi dari poros penggerak (Turbin Air) ke
poros lain yang di gerakan (Poros generator), kontruksi kopling FCL cukup sederhana,
koppling ini mudah di pasang, mudah dilepas dan bebas pemeliharaan, Flange kopling
dipasang pada poros transmisi dan diperkuat dengan pasak (Baut).
a. Pulley
Pulley yang digunakan dalam system transmisi mekanik PLTMH dirancang untuk
menaikan kecepatan dari 625 rpm pada poros turbin menjadi 1500 rpm pada poros generator.
Diameter nominal Pulley pada sisi turbin adalah 1190 mm dan pada sisi generator 400 mm.

Lebar kedua pulley adalah 180 mm sedangkan lebar flat belt penghubung kedua pulley
tersebut 100 mm. Material yang digunakan untuk membuat pulley adalah mild steel SS 400/St
37.
Pulley yang lebih besar (Pada sisi Turbin) juga mempunyai fungsi sebagai flywheel
( Roda gila) untuk menstabilkan putaran turbin meskipun ada sedikit peningkatan atau
pengurangan kecepatan ketika beroperasi. Pulley perlu dibersihkan sehingga bebas dari
kotoran debu, minyak.
b. Bellt
Belt dioperasikan berdasarkan prinsip gesekan dengan permukaan Pulley.
Kerenggangan belt disesuaikan dengan batas tegangan yang diperbolehkan. Belt yang
digunakan pada transmisi mekanik adalah jenis flat belt merek SIEGLING EXTREMULTUS
TIPE GT 54, ukuran 5115 x 100 mm, endless. Flat belt ini dapat beroperasi dengan effisiensi
98%. Suara yang ditimbulkan flat belt ini ketika beroperasi dengan kecepatan tinggi cukup
keras tetapi tidak bising.
Berikut ini adalah gambar 2.21 tabel pemilihan turbin berdasarkan head dan debit
menurut Didik, N.S, Diktat kuliah Energi Terbarukan, 2009, Bogor

Sumber. Didik, N.S, Diktat kuliah Energi Terbarukan, 2009, Bogor


Gambar. 2.21 Perbandingan Debit dan Head untuk pemlihan turbin
Komponen Pembangkitan Energi Listrik
Komponen pembangkitan energi Listrik ini adalah proses kelanjutan dari suatu sistem
komponen pengkonversian energi listrik, untuk menciptakan suatu energi listrik diperlukan
komponen komponen sebagai berikut :
Pemilihan Generator dan Sistem Kontrol
Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Jenis generator yang digunakan pada perencanaan PLTMH ini adalah :
a) Generator sinkron, sistem eksitasi tanpa sikat (brushless exitation) dengan penggunaan
dua tumpuan bantalan (two bearing).

b) Induction Motor sebagai Generator (IMAG) sumbu vertikal, pada perencanaan turbin
propeller open flume
Spesifikasi generator adalah putaran 1500 rpm, 50 Hz, 3 phasa dengan keluaran
tegangan 220 V/380 V. Efisiensi generator secara umum adalah
a) Aplikasi < 10 KVA efisiensi 0.7 0.8
b) Aplikasi 10 20 KVA efisiensi 0.8 0.85
c) Aplikasi 20 50 KVA efisiensi 0.85
d) Aplikasi 50 100 KVA efisiensi 0.85 0.9
e) Aplikasi >. 100 KVA efisiensi 0.9 0.95
Generator
Generator merupakan alat untuk mengubah daya poros turbin menjadi energi listrik.
Pada MikroHidro umumnya digunakan generator sinkron dan generator induksi sebagai
generator. Terdapat beberapa tipe generator sinkron, tetapi yang tersedia dipasaran untuk
aplikasi mikrohidro biasanya menggunakan generator sinkron tipe kutub di dalam (internal
poles) dimana medan magnetiknya terletak pada rotor dan daya listrik yang dibangkitkan
melalui kumparan statornya eksitasi sendiri ( self excited generator) dengan kontruksi rotor
kutub menonjol (salient Poles). Meskipun generator sinkron dengan eksitasi melalui slip ring
dan sikat karbon masih tersedia dipasaran tetapi sebaiknya dihindari untuk dipakai di PLTMH,
karena membutuhksn perawatan dan pergantian secara berkala sikat karbon tersebut.
Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk
Mengahasilkan medan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover, menghasilkan
medan magnet berputar pada mesin. Medan magnet putar ini, menginduksi tegangan tiga
fasa pada kumparan stator generator. Rotor pada generator sinkron pada dasarnya adalah
sebuah elektromagnet yang besar. Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient (kutub
sepatu) dan dan non salient (rotor silinder). Gambaran bentuk kutup sepatu generator sinkron
diperlihatkan pada gambar 2.22 di bawah ini.

Sumber. www.wikipedia/generator.com 19.00, 9 Febuari 2011


Gambar 2.22 Rotor salient (kutub sepatu) pada generator sinkron

Pada kutub salient, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor sedangkan
pada kutub non salient, konstruksi kutub magnet rata dengan permukaan rotor. Rotor silinder
umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan empat kutub, sedangkan rotor kutub sepatu
digunakan untuk rotor dengan empat atau lebih kutub. Pemilihan konstruksi rotor tergantung
dari kecepatan putar prime mover, frekuensi dan rating daya generator.
Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi 50 Hz dan rating daya
sekitar 10MVA menggunakan rotor silinder. Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan
kecepatan rendah maka digunakan rotor kutub sepatu. Gambaran bentuk kutup silinder
generator sinkron diperlihatkan pada gambar 2.23 di bawah ini.

Sumber. www.wikipedia/generator.com 19.00, 19 Febuari 2011


Gambar 2.23 (a) rotor Non-salient (rotor silinder),(b) penampang rotor pada generator sinkron
Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara:
1. Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan sarana slip ring dan
sikat.
2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan langsung pada batang rotor
generator sinkron.
Kontruksi Generator AC ( Generator sinkron)
Kontruksi generator sinkron ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu
a. Stator, yakni bagian diam yang mengeluarkan tegangan Bolak balik AC
b. Rotor, yakni bagian bergerak yang menghasilkan medan magnit yang menginduksikan
ke stator.
Stator terdiri dari badan generator yang terbuat dari baja yang berfungsi melindungi
bagian dalam generator, kotak terminal dan name plate ditempakan disisi luar badan generator.
Inti stator yang terbuat dari bahan ferromagnetic yang berlapis-lapis dan terdapat alur-alur
tempat meletakan lilitan stator. Lilitan stator yang merupakan tempat untuk menghasilkan
tegangan. Sedangkan, Rotor berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah udara
sama rata ( Rotor silinder).
Komponen Generator dan Fungsinya
Berikut ini adalah komponen dan fungsi dari generator, yaitu;
a. Main Stator ( Stator utama)
Berfungsi sebagai pembangkit utama tegangan listrik
b. Main rotor ( Rotor utama)

c. Rotating diode ( Rangkaian diode putar)


Berfungsi sebagai penyearah arus ac menjadi dc
d. Excitor rotor ( rotor eksitasi)
Berfungsi sebagai eksitasi awal dari AVR ke diode
e. Excitor stator ( Stator eksitasi)
f. Permanent magnit rotor
Berfungsi sebagai pembangkit atau penyatu daya pertama ke AVR
g. Permanent magnit stator
Berfungsi sebagai pembangkit atau penyatu daya pertama ke AVR
h. AVR ( Automatic voltage Regulator)
Befungsi sebagai pengatur dan pengontrol system kerja generator
Kecepatan Putar Generator Sinkron
Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah sinkron dengan kecepatan
putar generator. Rotor generator sinkron terdiri atas rangkaian electromagnet dengan suplai
arus DC. Medan magnet rotor bergerak pada arah putaran rotor. Hubungan antara kecepatan
putar medan magnet pada mesin dengan frekuensi elektrik
pada stator, bila kecepatannya 60 Revolution per menit (Rpm), frekuensi 1 Hz. Maka
untuk frekuensi f = 60 Hz, rotor harus berputar 3600 Rpm. Untuk kecepatan rotor n rpm, rotor
harus berputar pada kecepatan n/60 revolution per detik (rps). Bila rotor mempunyai lebih dari
1 pasang kutub, misalnya P kutub maka masing-masing revolution dari rotor menginduksikan
P/2 siklus tegangan dalam lilitan stator. Frekuensi dari tegangan induksi sebagai sebuah fungsi
dari kecepatan rotor, dan diformulasikan

Dimana
f = Frekuensi (Hz),

P = Jumlah Kutub,

N = Putaran (rpm)

Effisiensi generator
Dalam mengkonversikan energi mekanis menjadi energi listrik, alternator mengalami
kehilangan daya (losses). Rugi rugi tersebut adalah sebagai berikut
a) Rugi rugi angin dan gesekan (Pa dan Pg)
Rugi-rugi angin dan gesekan yang dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari bagian
yang berputar, rancangan sudut kipas rotor, desain bantalan (bearing) dan susunan rumah
(housing) mesin.
b) Rugi rugi inti besi ( Pi)
Rugi rugi inti besi disebabkan oleh fluksi utama mesin dan terjadi terutama pada gigi
gigi stator (jangkar), pada bagian inti jangkar dekat gigi gigi stator dan pada permukaan
kutub rotor. Inti stator pada umumnya dibentuk dari laminasi tipis baja silicon yang terisolasi
satu sama lain untuk membatasi rugi-rugi histeris dan arus tolak (eddy current) pada baja
c) Rugi rugi tembaga kumparan medan penguat(Ptp)
Rugi rugi tembaga penguat dihitung dari arus medan dan tahanan arus searah dari
kumparan penguat pada suhu 75 0. Jatuh tegangan pada cincin kolektor sikat umumnya
diabaikan, tapi bisa juga disertakan dalam rugi-rugi penguat.
d) Rugi rugi tembaga kumparan jangkar(Ptj)

Rugi rugi tembaga jangkar dihitung dari tahanan arus searah kumparan jangkar pada
suhu 75 ( pada umumnya)
e) Rugi rugi buta (stray losses) (Pb)
Pelat Nama Generator
0

Hal hal yang tertera pada pelat nama alternator pada umumnya adalah sebagai
berikut :
a) merek dagang alternator
b) system fasa listrik (umumnya 3 fasa)
c) daya semu alternator (umumnya dinyatakan dalam kVA). Besarnya daya nominal didasarkan
pada besaran daya semu dalam satuan kVA bukan berdasar daya aktif dalam satuan kW, hal
ini dikarenakan pembatasan beban yang dipikul oleh alternator adalah berdasarkan batasan
pemanasan yang terjadi pada kumparan stator, hal ini terlihat sebagai besarnya pemanasan
akibat rugi tembaga stator.
d) Frekuensi yang dapat diaplikasikan pada alternator (umumnya 50 Hz atau 60 Hz). Pada
dasarnya mesin pada frekuensi 50 Hz dapat dioperasikan pada system 60 Hz dan sebaliknya,
asalkan perhitungan batas fluks maksimum yang dapat dicapai oleh mesin yang bersangkutan.
Sebagaimana diketahui Ea = k . . ini akan mempengaruhi besarnya Ea maksimum yang
dizinkan, dan berubah ketika kecepatan putarannya diubah.Misalnya alternator dengan
frekuensi nominal 60 Hz dioperasikan pada frekuensi 50 Hz, maka besarnya GGL yang
dibangkitkan sekitar 50 Hz atau 60 Hz tegangan nominalnya atau sebesar 83,3% tegangan
nominalnya.
e) Nomor identifikasi alternator
f)

Tanggal pembuatan (manufacturing date)

g) Standar teknis (technical standart). Menyatakan bahwa spesifikasi teknis mengacu referensi
pada badan standart teknis tertentu, misalnya IEC, NEMA, BS, JIS, DIN, dan sebagainya. Hal
ini akan memudahkan kita mengetahui pasti spesifikasi teknis peralatan tersebut, karena
mengacu pada suatu standar yang baku.
h) Besarnya gaya gerak listrik (Ea) dalam satuan volt.
i)

Arus medan penguat dalam satuan ampere. Arus medan ini menentukan maksimum panas
pada kumparan medan yang diperbolehkan. Karena
Ea = k . . , maka secara tidak
langsung besarnya Ir ini akan berpengaruh pada besarnya nilai Ea maksimum yang
diperbolehkan. Adapun pengaruh pencapaian Ifmaks da Eamaks ini diterjemahkan secara
langsung sebagai nilai minimum dari factor daya yang diperbolehkan ketika alternator
beroperasi dalam kondisi beban penuhnya (sesuai nilai nominalnya)

j)

Factor daya atau cos

k) Kelas isolasi
Menurut standat IEC kelas isolasi kumparan mesin sinkron adalah:
Kelas A : suhu maksimum yang diizinkan adalah 60 0 diatas temperature ruangan
Kelas B : suhu maksimum yang diizinkan adalah 60 0 diatas temperature ruangan
Kelas F : suhu maksimum yang diizinkan adalah 60 0 diatas temperature ruangan
Kelas H : suhu maksimum yang diizinkan adalah 60 0 diatas temperature ruangan
l)

Factor pelayanan (service factor). Factor pelayanan ini didefinisikan sebagai perbandingan
antara kemampuan aktual dengan kemampuan nominalnya.

Komponen Pengkontrolan Energi Listrik


Komponen pengkontrolan energi listrik ini berguna untuk menjaga kualitas dari
produksi listrik. Sistem kontrol yang digunakan pada perencanaan PLTMH (Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro) ini menggunakan pengaturan beban sehingga jumlah output daya
generator selalu sama dengan beban. Apabila terjadi penurunan beban di konsumen, maka
beban tersebut akan dialihkan ke sistem pemanas udara (air heater) yang dikenal sebagai
ballast load/dumy load.
Sistem pengaturan beban yang digunakan pada perencanaan ini adalah
a) Electronic Load Controller (ELC) untuk penggunaan generator sinkron
b) Induction Generator Controller (IGC) untuk penggunaan IMA
Sistem kontrol tersebut telah dapat dipabrikasi secara lokal, dan terbukti handal pada
penggunaan di banyak PLTMH. Sistem kontrol ini terintegrasi pada panel kontrol (switch gear).
Fasillitas operasi panel kontrol minimum terdiri dari
a) Kontrol start/stop, baik otomatis, semi otomatis, maupun manual
b) Stop/berhenti secara otomatis
c) Trip stop (berhenti pada keadaan gangguan: over-under voltage, over-under frekuensi.
d) Emergency shut down, bila terjadi gangguan listrik (misal arus lebih)
Electronik Load control ( ELC )
Governour beroperasi pada mesin penggerak sehingga generator menghasilkan keluaran arus
yang dapat diatur dari 0% sampai dengan 100% kemampuannya. Jadi masukkan ke mesin penggerak

sebanding dengan keluaran arus generatornya atau dengan kata lain pengaturan governor 0% sampai
dengan 100% sebanding dengan arus generator 0% sampai dengan 100% pada tegangan dan
frekuensi konstan. Governour bekerja secara hidrolik atau mekanis, sedangkan sinyal masukan dari
keluaran arus generator berupa elektris, sehingga masukan ini perlu diubah ke mekanis dengan
menggunakan elektrik actuator untuk menggerakkan motor listrik yang menghasilkan gerakan mekanis
yang diperlukan oleh governour.

Seperti diketahui bahwa governour pada PLTMH merupakan peralatan pengatur


jumlah air yang masuk kedalam turbin agar tenaga air yang masuk turbin sesuai dengan daya
listrik yang dikeluarkan oleh pembangkit hingga putaran konstan. Penggunaan governour
tersebut kurang menguntungkan bila ditinjau secara ekonomis, karena harganya hampir sama
bahkan melebihi harga generator.
Sistem Kontrol Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) pada dasarnya ada dua
macam sistem pengaturan pada pembangkit listrik mikrohidro, yaitu governour (Sistem
pengatur debit air) dan electronic load controller (ELC) (sistem pengatur beban elektronis).
Governour didesain agar putaran turbin-generator konstan dalam range yang dikehendaki
dengan menambah atau mengurangi debit air yang masuk ke runner turbin untuk
mempertahankan keseimbangan daya antara masukan daya (Power input) dan permintaan
daya (power demand). Governour bekerja bila terjadi suatu perubahan pada permintaan daya
yang menyebabkan fluktuasi putaran turbin-generator. Turbin air seperti layaknya penggerak
mula, membutuhkan sistem pengaturan agar suatu perubahan beban tidak mengakibatkan
terjadinya perubahan putaran.
Hal ini secara tradisional dicapai dengan pengaturan debit air yang masuk ke turbin
dengan menggunakan governour mekanis. Kerugian sistem ini adalah ketidakmampuannya
bereaksi cepat bila terjadi perubahan beban secara mendadak. Pada beberapa sistem kontrol
debit air, dibutuhkan suatu katup pengontrol air yang mahal. Governor mekanis membutuhkan
kesesuaian antara turbin dan pipa pesat (penstock).
Sistem Control ELC
Electronic Load Controller (ELC), pada prinsipnya bertujuan agar besar daya yang
dibangkitkan oleh generator selalu sama dengan daya yang diserap oleh konsumen ditambah
dengan daya yang dibuang ke beban ballast, dengan demikian akan diperoleh frekuensi yang
stabil. Pada kondisi penyerapan daya oleh beban konsumen melebihi daya yang dibangkitkan
generator (overload) akan terjadi penurunan frekuensi (under frequency). Kondisi ini umumnya
tidak diinginkan karena penurunan frekuensi bersifat merusak khususnya peralatan listrik yang
bersifat induktif (kumparan, transformator). ELC dilengkapi fasilitas under frequency trip yang
akan memutuskan hubungan ke beban konsumen dan semua daya akan dibuang pada beban
ballast. Prinsip kerja ELC secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila daya
yang diserap pada beban konsumen berubah akan mengakibatkan pula perubahan frekuensi
(frekuensi akan menurun bila beban konsumen bertambah dan sebaliknya), perubahan
frekuensi akan segera dideteksi dan dimanipulasikan untuk mengatur sudur penyalaan pada
thyristor. Thyristor pada ELC tidak lain merupakan sakelar elektronik yang mengatur besar
kecilnya daya yang harus dibuang ke beban ballast atau diambil dari beban ballast sesuai

dengan perubahan frekuensi yang terjadi, sehingga dapat dicapai kembali kondisi daya yang
dibangkitkan oleh generator sama dengan daya yang diserap oleh beban konsumendan beban
ballast. Karena dilakukan secara elektronik, perubahan frekuensi yang terjadi untuk kembali
stabil ke setting frekuensi yang telah ditetapkan akan berlangsung singkat, hanya memerlukan
waktu kurang dari 0.25 detik, dengan penyimpangan frekuensi kurang dari 0,25 Hz
pengaturan putaran generator mikrohidro dengan beban komplemen menggunakan
saklar elektronik yang terdiri atas tiga bagian utama, yaitu :
Alat ini berfungsi untuk mendeteksi perubahan arus beban yang dihasilkan oleh
generator sebagai akibat adanya perubahan arus pada beban konsumen yang kemudian akan
dibandingkan dengan harga referensi yang telah ditentukan. Selanjutnya rangkaian control
akan memberikan aksi atas perubahan tersebut dengan memberikan trigger pada SCR sesuai
dengan perubahan yang terjadi.
AVR (Automatic Voltage regulator)
Fungsi dari sistem AVR secara umum adalah untuk menghubungkan, menyearahkan
dan mengendalikan arus eksitasi yang berasal dari PMG (Permanent Magnet Generator) ke
generator exciter. Gambar 2.26 merupakan salah satu produk AVR (Automatic Voltage
Regulator).

Gambar 2.26 AVR


Exciter tanpa sikat terdiri atas alternator yang menghasilkan arus AC yang kemudian
disearahkan dan diumpankan ke generator untuk menghasilkan medan penguat.
Energi eksitasi didapatkan dari PMG (Permanent Magnet Generator) yang
disambungkan ke stator exciter melalui sebuah power amplifier yang terdiri atas beberapa
thyristor. Pengontrolan eksitasi dilakukan dengan mengendaikan output dari thyristor.
Berikut ini adalah bagian bagian utama dari AVR (Automatik Voltage Regulator)
antara lain :
a) Regulator drawer
Berfungsi mendeteksi tegangan dan arus keluaran generator utama dan menghasilkan
sinyal control yang sesuai untuk mengubah keluaran generator tersebut agar sesuai dengan
yang diinginkan. Sinyal control ini akan dikirimkan ke pembangkit pulsa pada bagian firing
drawer, untuk menentukan sudut pemicuan thyristor

b) Firing drawer
Berfungsi untuk menghasilkan pulsa untuk kaki GATE dari thyristor yang terdapat di
power drawer. Pulsa ini mempunyai nilai peak tertentu yang cukup untuk memicu kerja thyristor
c) Power drawer, field breaker (41E)
Berisi thyristor thyristor penyearah dan piranti pendukungnya yang berfungsi untuk
menghasilkan tegangan yang sesuai untuk kendali arus medan generator melalui AC exciter,
dan Field Breaker berfungsi sebagai saklar penghubung AVR dengan generator exciter
d) Base adjusting equipment (70E)
Berfungsi untuk menentukan sinyal basis bagi system MWTA AVR. Potensiometer ini
digerakkan dengan motor DC dan dikendalikan dari ruangan control
e) Voltage adjusting equipment(90R)
Berfungsi untuk mendapatkan level tegangan deteksi (sensing) dari generator agar
sesuai dengan nilai tertentu sehingga didapatkan tegangan keluaran generator yang
diinginkan. Alat ini digerakkan dengan motor DC dan dikendalikkan dari ruangan kontrol
f)

Balance meter dan Fault indication


Berfungsi sebagai parameter yang mengindikasikan derajat kurang atau lebih sinyal
eror dari regulator yang akan diumpankan ke bagian power drawer, dan fault indication
berfungsi sebagai penunjuk beberapa kondisi alarm antara lain : Loss of DC power source,
Blow Out of Fuse, Loss of Pulse, Minimum excitation limit, dan cooling fan trouble.

Panel Hubung Bagi ( PHB)


Panel hubung bagi ( PHB ) adalah panel berbentuk kotak (cubicle), yang dapat
dibedakan sebagai :
a) panel utama/MDP : Main Distribution Panel
b) Panel cabang/SDP : Sub Distribution Panel
c) Panel Beban/SSDP : Sub distribution Panel
Untuk PHB sistem tegangan rendah, hantaran utamanya merupakan kabel feeder dan
biasanya menggunakan NYFGBY. Di dalam panel biasanya busbar (rel) dibagi menjadi dua
segmen yang saling berhubungan dengan saklar pemisah, yang satu mendapat saluran masuk
dari APP ( pengusaha ketenagalistrikan) dan satunya lagi dari sumber listrik sendiri (genset).
Dari kedua busbar didistribusikan ke beban secara langsung, melalui SDP, atau SSDP. Tujuan
busbar dibagi menjadi dua segmen ini adalah jika sumber listrik dari PLN mati akibat
gangguan ataupun karena pemeliharaan, maka suplai ke beban tidak akan terganggu dengan
adanya sumber listrik sendiri (genset) sebagai cadangan.
Komponen Pendistribusian Tenaga Listrik
Pendistribusian listrik memerlukan tegangan tinggi, teangan yang lebih tinggi ini
diperoleh dengan transformator penaik tegangan (step up transformator). Pemakaian tegangan
tinggi ini diperlukan untuk berbagai alasan efisiensi. Antara lain, penggunaan penampang
penghantar menjadi efisien karena arus yang mengalir akan menjadi lebih kecil, ketika
tegangan tinggi diterapkan. Setelah saluran transmisi mendekati pusat pemakaian tenaga

a.

b.

c.

d.

listrik, yang dapat merupakan suatu daerah industri atau suatu kota, tegangan melalui gardu
induk (GI) diturunkan menjadi tegangan menengah (TM) 20kV.
Setiap GI sesungguhnya merupakan Pusat Beban untuk suatu daerah pelanggan
tertentu, bebannya berubah-rubah sepanjang waktu sehingga daya yang dibangkitkan dalam
pusat-pusat Listrik harus selalu berubah. Perubahan daya yang dilakukan di pusat pembangkit
ini bertujuan untuk mempertahankan tenaga listrik tetap pada frekuensi 50 Hz. Proses
perubahan ini dikoordinasikan dengan Pusat Pengaturan Beban (P3B). Tegangan menengah
dari GI ini melalui saluran distribusi primer disalurkan ke gardu gardu distribusi (GD) atau
pemakai tegangan menengah.
Dari saluran distribusi primer, tegangan menengah (TM) diturunkan menjadi tegangan
rendah (TR) 220/380 V melalui gardu distribusi (GD). Tegangan rendah dari gardu distribusi
disalurkan melalui saluran tegangan rendah ke konsumen tegangan rendah (Sakti, 2008:4)
Sistem tenaga listrik secara umum dibagi menjadi empat bagian utama, diantaranya:
Pembangkitan:
Generator-generator dan prime mover
Tegangan yang dibangkitkan 3-13 kV
Peralatan pengatur tegangan dan frekuensi
Transformator tegangan tinggi
Saluran transmisi
Saluran-saluran transmisi tegangan tinggi (isolator, arrester)
Tegangan 70-150 kV ( tegangan tinggi ) dan 500 kV ( tegangan extra tinggi )
Transformator pengatur daya aktif dan reaktif
Distribusi
Saluran yang menghubungkan ke beban
Tegangan 11-33 kV
Transformator-transformator gardu dan tiang
Instalasi:
Saluran beban terhubung ke peralatan
Tegangan 110-400 V
Beban-beban listrik (motor, trafo, peralatan listrik, dll)

Bagian-Bagian Sistem Distribusi Listrik


Berikut ini adalah bagian bagian dari sistem pendistribusian energi listrik, yaitu :
a. Jaringan subtransmisi
Jaringan subtransmisi berfungsi menyalurkan daya listrik dari sumber daya besar
menuju gardu induk yang terletak di daerah tertentu. Biasanya menggunakan tegangan tinggi
(70-150 kv) ataupun tegangan extra tinggi (500 kv) dalam penyaluran tegangannya, hal
dilakukan untuk berbagai alasan efisiensi, antara lain, penggunaan penampang penghantar
menjadi efisien, karena arus yang mengalir akan menjadi lebih kecil, ketika tegangan tinggi
diterapkan (Sakti, 2008:4)
b. Gardu Induk (GI)
Gardu induk berfungsi menerima daya listrik dari jaringan subtransmisi dan
menurunkan tegangannya menjadi tegangan jaringan distribusi primer (Jaringan Tegangan
Menengah/ JTM). Jadi pada bagian ini terjadi penurunan tegangan dari tegangan tinggi
ataupun tegangan extra tinggi ke tegangan menengah 20 kV.
c. Gardu Hubung (GH)

d.

e.

f.

g.

Gardu hubung berfungsi menerima daya listrik dari gardu induk yang telah diturunkan
menjadi tegangan menengah dan menyalurkan atau membagi daya listrik tanpa merubah
tegangannya melalui jaringan distribusi primer (JTM) menuju gardu atau transformator
distribusi.
Jaringan Distribusi Primer / Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Jaringan distribusi primer berfungsi menyalurkan daya listrik, menjelajahi daerah
asuhan ke gardu / transformator distribusi. Jaringan distribusi primer dilayani oleh gardu
hubung atau langsung dari gardu induk dan atau dari pusat pembangkit.
Gardu Distribusi (GD)
Gardu distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan primer (tegangan menengah)
menjadi tegangan sekunder (tegangan rendah) yang biasanya 127/220 Volt atau 220/ 380
Volt.
Jaringan distribusi sekunder/ Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Jaringan distribusi sekunder berfungsi untuk menyalurkan/ menghubungkan sisi
tegangan rendah transformator distribusi ke konsumen mengunakan jaringan hantaran udara 3
fasa 4 kawat dengan tegangan distribusi sekunder 127/ 220 Volt atau 220/ 380 Volt. Kecuali
untuk daerah-daerah khusus dengan pertimbangan keindahan, keselamatan dan keandalan
yang tinggi dipergunakan sistem kabel bawah tanah.
Sambungan rumah
Pada sambungan rumah, biasanya tegangan yang diterima sebesar 110-400 volt, yaitu
tegangan saluran beban menghubung kepada peralatan. Pada sambungan rumah, tegangan
yang diterima disesuaikan antara 220/380 volt.

Transformator
Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: kumparan
pertama (primer) yang bertindak sebagai input, kumparan kedua (skunder) yang bertindak
sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang
dihasilkan.
a. Prinsip Kerja Transformator
Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika Kumparan
primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada
kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah
diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga pada
ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbalbalik (mutual inductance).
Pada skema transformator di samping, ketika arus listrik dari sumber tegangan yang
mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magnet yang
dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder
akan berubah polaritasnya.
Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan
jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan

Sehingga dapat dituliskan:

dimana
Vp = tegangan primer (volt)
Vs = tegangan sekunder (volt)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Simbol Transformator
Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder
transformator ada dua jenis yaitu:
1. Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik rendah
menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder lebih banyak
daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).
2. Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik tinggi
menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer lebih banyak
daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).
Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan
sekunder adalah:
1.

Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns).


2. Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP).
3. Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer,
b. Penggunaan Transformator
Transformator (trafo) digunakan pada peralatan listrik terutama yang memerlukan
perubahan atau penyesuaian besarnya tegangan bolak-balik. Misal radio memerlukan
tegangan 12 volt padahal listrik dari PLN 220 volt, maka diperlukan transformator untuk
mengubah tegangan listrik bolak-balik 220 volt menjadi tegangan listrik bolak-balik 12 volt.
Contoh alat listrik yang memerlukan transformator adalah: TV, komputer, mesin foto kopi, gardu
listrik dan sebagainya.
c.

Trafo Tegangan (Potential Transformer PT)


Pada prinsipnya transformator banyak digunakan disekitar rumah tangga, perkantoran
dan lain-lain sebagai suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk menaikkan tegangan (Step
up) atau penurun tegangan (Step down) dan juga sebagai peralatan untuk menstabilisasikan
tegangan (Stabilizer).

Dengan dioperasikannya tranformator melayani bebannya maka akan terjadi dua arah
fluksi pada inti yaitu pada sisi primer dan sisi sekunder, kedua arah fluksi tersebut mempunyai
arah yang berlawanan yang secara vektoris saling mengkompensasi, tetapi di dalam inti akan
terjadi tingkat saturasi medan magnit, yang bearti inti besi telah mencapai tingkat titik jenuh
yang sesaat oleh fluksi medan.Hal tersebut akan berpengaruh terhadap inti besi yang
membuat inti besi tidak mampu lagi menampung fluksi medan, dengan demikian akan
terpengaruh terhadap pembangkitan tegangan.
Transformator dipakai untuk mencatui rangkaian tegangan alat penunjuk, dan rele
pengaman. Batas dasar dari trafo tegangan adalah perbandingan transformasi dan bebannya,
dalam hal ini jumlah beban diberikan oleh alat yang tersambung.
Pengaruh pengaruh yang ada pada transformator tegangan
- perubahan tegangan
- frekuensi
- arus sekunder (VA)
- power faktor sekunder

Perencanaan PLTMH ( Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro)


Berikut ini adalah beberapa langkah dalam pemilihan perencanaa Pembangkit listrik
Tenaga Mikrohidro, diantaranya adalah sebagai berikut.
Pemilihan Lokasi dan Lay out Dasar
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) pada dasarnya memanfaatkan energi
potensial airdari jatuhan air. Semakin tinggi jatuhan air ( head ) maka semakin besar energi
potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di samping faktor geografis yang
memungkinkan, tinggi jatuhan air ( head ) dapat pula diperoleh dengan membendung aliran air
sehingga permukaan air menjadi tinggi.
Secara umum lay-out sistem PLTMH merupakan pembangkit jenis run off river,
memanfaatkan aliran air permukaan (sungai). Komponen sistern PLTMH tersebut terdiri dari
bangunan intake (penyadap) bendungan, saluran pembawa, bak pengendap dan penenang,
saluran pelimpah, pipa pesat, rumah pembangkit dan saluran pembuangan. Basic lay-out pada
perencanaan pengembangan PLTMH dimulai dari penentuan lokasi intake, bagaimana aliran
air akan dibawa ke turbin dan penentuan tempat rumah pembangkit untuk rnendapatkan tinggi
jatuhan ( head ) optimum dan aman dari banjir.

Lokasi Rumah Pembangkit (Power House)


Pada dasarnya setiap pembangun an mikrohidro berusaha untuk mendapatkan head
yang maksimum. Konsekuensinya lokasi rumah pembangkit (power house) berada pada
tempat yang serendah mungkin. Karena alasan keamanan dan konstruksi, lantai rumah

pembangkit harus selalu lebih tinggi dibandingkan permukaan air sungai. Data dan informasi
ketinggian permukaan sungai pada waktu banjir sangat diperlukan dalam menentukan lokasi
rumah pembangkit.
Selain lokasi rumah pembangkit berada pada ketinggian yang aman, saluran
pembuangan air ( tail race ) harus terlindung oleh kondisi alam, seperti batu-batuan besar.
Disarankan ujung saluran tail race tidak terletak pada bagian sisi luar sungai karena akan
mendapat beban yang besar pada saat banjir, serta memungkinkan masuknya aliran air
menuju ke rumah pembangkit.
Lay-out Sistem PLTMH
Lay out sebuah sistem PLTMH merupakan rencana dasar untuk pembangunan
PLTMH. Pada lay out dasar digambarkan rencana untuk mengalirkan air dari intake sampai ke
saluran pembuangan akhir.
Air dari intake dialirkan ke turbin menggunakan saluran pembawa air berupa kanal dan
pipa pesat (penstock). Penggunaan pipa pesat memerlukan biaya yang lebih besar
dibandingkan pembuatan kanal terbuka, sehingga dalam membuat lay out perlu diusahakan
agar menggunakan pipa pesat sependek mungkin. Pada lokasi. tertentu yang tidak
memungkinkan pembuatan saluran pembawa, penggunaan pipa pesat yang panjang tidak
dapat dihindari.
Rugi-Rugi Head (Head Losses) Diberikan Oleh Faktor:
Berikut ini adalah beberapa kerugian yang terdapat dalam perencanaan PLTMH,
diantaranya adalah kerugian yang harus diperhatikan adalah.
b) Kerugian karena gesekan saat aliran air melewati trashrack
c) Kerugian gesekan aliran fluida di dalam pipa
d) Kerugian karena turbulensi aliran yang dipengaruhi belokan, bukaan katup, perubahan
penampang aliran
Reduksi head losses dapat dilakukan dengan cara :
a. Penggunaan diameter pipa yang lebih besar (harus mempertimbangkan biaya)
b. Mengurangi belokan pada penstock dan pemilihan dimensi yang terbaik
untukmendapatkan rugi-rugi yang kecil.
Besarnya rugi-rugi pada pipa pesat terdiri dari:
Rugi-rugi karena gesekan selama aliran didalam pipa, hfriction
H friction=

P.L.V
g. D

Di mana ;
P =koefisien gesekan berdasarkan diagram Moody, bilangan Reynolds dan koefisien
kekasaran material
L = panjang penstock, m
V = kecepatan rata-rata, m/det
G = percepatan gravitasi, m/det2
D = diameter pipa pesat, m
Berdasarkan perhitungan menggunakan formula-formula di atas, maka pada
perencanaan PLTMH ini ukuran pipa pesat distandarisasi untuk
Teori Analisa Drop Tegangan
Drop tegangan adalah suatu rugi-rugi dalam system pendistribusian listrik, adapun
untuk menghitung drop tegangan menggunakan beberapa persamaan - persamaan berikut
yang dikutip dari buku Prof. Ir. Abdul Kadir Pembangkit Listik Tenaga Air
V =

VsVr
x 100
Vr
P=I 2 x Z x L
P=V x I x cos

Dimana P

= Daya dalam watt


V

= Tegangan dalam volt

Vs

= tegangan kirim dalam volt

Vr

= Teganan terima dalam volt

= Arus dalam Ampere

Cos

= power factor

%V

= Jatuh tegangan dalam Prosentase

Perencanaan Daya
Berikut ini adalah teori dasar dari system pembangkitan energy listrik dari tenaga air
yang dikutip dari buku buku Takedda
a) Perhitungan daya listrik pada sistem PLTMH

a. Daya poros turbin


Pt=9.81 xQxHx
b. Daya yang ditransmisikan ke generator
Ptrans = 9.81 x Q x H x t x belt
c. Daya yang dibangkitkan generator
P~. = 9.81 x Q x H x t x belt x gen
dimana :

Q = debit air, m3/detik


H = efektif head, m
t = efisiensi turbin
= 0.74 untuk turbin crossflow T-14
= 0.75 untuk turbin propeller open flume lokal
belt = 0.98 untuk flat belt, 0.95 untuk V belt
gen = efisiensi generator

Daya yang dibangkitkan generator ini yang akan disalurkan ke pengguna. Dalam
perencanaan jumlah kebutuhan daya di pusat beban harus di bawah kapasitas daya
terbangkit, sehingga tegangan listrik stabil dan sistem menjadi lebih handal (berumur panjang)
b. Kebutuhan listrik masyarakat
Kebutuhan listrik masyarakat, khususnya pada program pelistrikan desa sangat
dibatasi. Hal ini didasarkan ketersediaan potensi sumber daya air, kemampuan memelihara
dan membiayai penggunaan listrik, serta besaran biaya pembangunan.
Salah satu faktor pembatas adalah. pemilihan pembatas arus terkecil di pasaran, yaitu
0.5 A, sehingga daya yang dapat digunakan untuk setiap sambungan instalasi rumah rata-rata
sebesar 110 W. Penggunaan listrik masyarakat perdesaan dengan PLTMH ini, khusus untuk
penerangan digunakan pada malam hari dengan pertimbangan pada siang hari sebagian
besar masyarakat bekerja
Estimasi Biaya Pembangunan PLTMH
Berikut adalah estimasi dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
( PLTMH ).
Harga Satuan

Perhitungan harga satuan merupakan tahapan paling terdepan dari estimasi biaya
pembangunan. Parameter perhitungan dan analisis harga satuan pekerjaan pada perencanaan
PLTMH antara lain
a. Lokasi sumber material diharapkan pada jarak terdekat dengan lokasi pekerjaan
konstruksi
b. Tenaga kerja yang digunakan menggunakan tenaga kerja lokal di lokasi proyek
dengan upah didasarkan pada harga satuan yang berlaku di wilayah tersebut.
Penggunaan tenaga kerja diluar lokasi, hanya pada tingkatan pengawas dan
tukang untuk pekerjaan tertentu dengan upah didasarkan pada harga yang wajar.
c. Harga satuan material diperoleh dari harga satuan material dan bahan yang
berlaku di wilayah rencana pembangunan PLTMH dan disesuaikan dengan faktor
lokasi proyek (penyesuaian biaya transportasi dan pengangkutan)
d.

Komponen peralatan
Perhitungan koefisien peralatan didasarkan pada peralatan yang digunakan
dalam satuan pekedaan, sebagaimana yang berlaku secara umum dalam
pekerjaan sipillkonstruksi.

Hasil perhitungan analisis harga satuan sesuai jenis pekerjaan dapat dilihat pada
lampiran setiap lokasi rencana pembangunan PLTMH.
Komponen Biaya Pembangunan PLTMH
Komponen biaya pembangunan PLTMH pada studi perencanaan ini terdiri dari
a. Engineering
Komponen engineering pada pembangunan PLTMH dialokasikan untuk kegiatan detail
desain, supervisi pembangunan, dan penyiapan dokumen teknis akhir pembangunan PLTMH.
Pada beberapa kasus kegiatan ini dapat diasumsikan terintegrasi pada pelaksana
pembangunan. Pada model pembangunan lainnya, khususnya yang melibatkan dana cukup
besar, kegiatan engineering dilaksanakan oleh konsultan teknik yang bertanggung jawab
mereview basic desain, mengawasi pelaksanaan (supervisi), menyiapkan dokumen teknis
akhir, dan melaksanakan komisioning bersama pelaksana pembangunan.
Komponen biaya engineering ini dihitung berdasarkan kebutuhan minimum
penggunaan tenaga ahli senior dan berpengalaman pada bidang pekerjaan sipil, teknik mesin
atau elektro, dan juru gambar.
b. Peralatan Elektrikal Mekanik
Komponen peralatan elektrikal mekanik meliputi pengadaan sarana dan
peralatanTurbin dan perlengkapannya yang terdiri dari unit turbin, sistem transmisi mekanik,
base frame, biaya instalasi dan trial run Generator dan base frame Panel kontrol (switch gear
dan kontrol beban) Ballast Load Instalasi peralatan elektrikal dan sistem pengkabelan Biaya
lain-lain (10%)

c. Pekerjan Sipil
Pekerjaan sipil pada pembangunan PLTMH meliputi:Bangunan intake -weir, Saluran
pembawa, Bak pengendap, Bak penenang, Pipa pesat, Bangunan pelimpas, Rumah
pembangkit,Pondasi turbin (under ground),Saluran pembuangan,Biaya fain-lain (5%)
d. Jaringan Transmisi, Distribusi, dan Instalasi Rumah
1) Tiang lisfrik
2) Pengadaan kabel
3) Instalasi rumah
4) Biaya lain-lain (5%)
e. Komponen Lain-lain
Komponen lain-lain yang dimaksud pada bagian ini adalah alokasi untuk penggunaan
alat bantu khusus apabila harus diperlukan seperti alat berat untuk penataan lokasi, alat
angkut khusus untuk peralatan yang berat Keuntungan pelaksana pembangunan (15%)
pelatihan operator dan pengelola
f.

Pajak
Komponen pajak dihitung terhadap total pekerjaan. Pajak yang diperhitungkan pada
perencanaan ini adalah PPn sebesar 10%.

g.

Biaya Pengembangan (Project Development)


Biaya pengembangan dapat dikatakan sebagai indirect cost. Komponen ini
diperhitungkan sebagai akibat proses penyiapan dan perencanaan pembangunan PLTMH
yang tidak mudah dan memerlukan kegiatan pendukung.
Aktivitas yang berkait dengan kegiatan pengembangan ini adalah kegiatan
administrasi proyek, manajemen proyek di tingkat owner (pemilik pekerjaan), biaya legal,
penyiapan dan pelaksanaan tender, ganti rugi atas pembebasan tanah apabila ada, monitoring
dan evaluasi proyek di tingkat owner.

Komponen Biaya Operasional


Perawatan PLTMH memegang peranan penting dalam menjaga sustanibility dan
kehandalan operasi. Pengelola harus dapat menangani kegiatan perawatan dan
membiayainya. Kegiatan perawatan ada yang bersifat periodik (penggantian oli) ada yang
bersifat temporer setiap ada kerusakan pada fasilitas bangunan sipil, peralatan elektrikal
mekanik, maupun jaringan transmisi dan distribusi.
Sebagai gambaran kebutuhan biaya perawatan PLTMH, analisis dilakukan untuk
periode tahunan (annual cost). Besar biaya perawatan setiap lokasi akan berbeda. Estimasi
biaya operasional untuk setiap PLTMH terlampir pada laporan masing~ masing lokasi PLTMH.

Finansial Skema On Grid


Pada pembangunan PLTMH dengan skerna On-Grid System dilakukan perhitungan
kelayakan secara ekonomis. Aspek penilaian kelayakan dilakukan dengan kriteria :
a. Pay back periods atau pengembalian investasi maksimum 213 dari umur ekonomis
proyek.
b. NPV (net present value) investasi > 0
c. IRR (internal rate of return) > discount rate
d. Profitability Indeks > 1
Parameter atau asumsi yang digunakan pada perhitungan cash flow ditetapkan
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Kenaikan biaya OM (operasi dan maintenance) setiap tahun sebesar 4%


Suku bunga pinjaman kornersial 17%-18%
Suku bunga deposito 10%
Tingkat resiko penggunaan equity 5%

e) Penyesuaian tarif jual listrik ke PLN setiap tahun 2,5%


f)

Skerna investasi 100% equity, dan equity.. loan (60%: 40%)

g) Depresiasi 10 tahun
h) Grace periods pengembalian pinjaman 2 tahun
i)

Jangka waktu pengembalian pinjaman 10 tahun

Pengukuran Debit Air


Debit air adalah banyaknya air yang mengalir dalam waktu 1 detik, misalkan sebagai
contoh. Didapat dari hasil pengukuran sebesar Q = 200 m/det. Diharapkan PLTMH yang akan
dibangun dapat membangkitkan tenaga listrik disepanjang tahun. Dengan demikian maka,
pengukuran pengukuran debit yang dilakukan dalam musim kemarau disaat aliran air dalam
keadaan paling kecil, adalah penting sekali untuk menjamin pembangkitan tenaga listrik
sepanjang tahun tersebut. Lebih banyak pengukuran (catatan pengukuran) debit dilakukan
pada waktu berlainan adalah dianjurkan karena semakin lengkap diperoleh perbedaan aliran
cukup besar, baik selama musin kemarau maupun musim penghujan.
Wawancara dengan penduduk sekitar aliran begitupun dengan pihak lain yang
mengetahui perlu dilakukan untu mendapatkan gambaran yang lebih luas tentang kejadiankejadian debit pada saat-saat yang paling kering dan sewaktu banjir besar yang pernah terjadi.
Jika di kemudian hari ternyata bahwa debit yang dimanfaatkan terlalu kecil, akan berarti masih
ada kemungkinan guna memasang pembangkit tenaga listrik kedua andai diperlukan.
Untuk memanfaatkan air sebagai sumber tenaga, harus diperhatikan hal sebagai
berikut :
Debit air yang mengalir dengan konstan

ketinggian terjun
Besarnya daya yang terjkandung dalam aliran air
Lokasi bebas dari banjir
Turbin, generator/dinamo yang harus digunakan
Keadaan sekitar lokasi
Minat dan kemampuan konsumen atau pemakai

Ada beberapa metoda untuk mengkukur debit air, diantaranya :


Metode 1. dengan menggunakan bendung atau (Weir)
Metode 2. Pengukuran dengan Menggunakan Papan duga air.
Metode 3. perhitungan debit berdasarkan rumus rasional.
Metode 4. Dengan Menggunakan Pelampung.
Dari ke-empat metode pengukuran di atas, maka dengan cara menggunakan
pelampung sangat sederhana.Metode ini sangat mudah dilaksanakan, dengan ketentuan sbb :
Berdasarkan pengalaman masyarakat desa, pada umunya musim hujan dan musim
kering setiap tahun dapat diperhitungkan akan terjadi pada bulan berapa. Pada akhir musim
kering, yang dianggap paling kering dilakukan suatu pengukuran terhadap sungai yang
direncanakan akan dibangun PLTMH.
Untuk mendapatkan kecepatan aliran air sungai denganmenggunakan persamaan
sebagai berikut:
V

S
T

(m/det )

Dimana :
V = kecepatan aliran (m/det)
S = jarak tempuh (m)
T = Waktu tempuh (m/det)
Pada gambar 2.35 dan 2.36 diperlihatkan ilustrasi perhitungan debit air dengan konsep
sederhana Cari suatu tempat yang lurus, dengan panjang 5 meter dan tidak ada arus putar
yang menghalangi pelampung.

Gambar 2.35
Contoh Pengukuran Debit
Dengan Menggunakan Pelampung

Gambar 2.36
Pengasumsian Bentuk Luas
Penampang Basah

Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan pelampung yang diampungkan


dengan jarak tertentu ( 5 7 meter), sedangkan waktu tempuh dicatat dan diukur dengan
menggunakan stop watch.
Pengukuran ini dilakukan beberapa kali, selanjutnya rata-rata (V rata-rata
m/det).Pengukuran lebar sungai ( L = m), diukur dengan menggunakan rol meter. Pengukuran
tinggi muka air ( h = m), diukur denngan menggunakan tongkat pengukur dan rol meter dan
dilakukan berulang kali untuk selanjutnya diambil rata-rata (H rata-rata).
Menghitung besarnya debit sungai ( Q = m 3 / det) Untuk menghitung besarnya luas
penampang basah sangatlah rumit karena permukaan luas penampang basah tidaklah rata
atau tidak beraturan sehingga pengasumsian bentuk luas penampang adalah merupakan
bagian-bagian luas segi empat, sehingga apabila semakin kecil pembagian luas segiempat
maka semakin mendekati nilai yang sebenarnya, pengukuran tersebut terlihat seperti digambar
2.3. Dari gambar 2.3 dapat ditarik persamaan sebagai berikut Luas penampang 1 adalah :
A1 = d1 x l1
A2 = d2 x l2
Dimana.

A= luasan (m2)
I = lebar sungai (m)
d = kedalaman sungai (m)

Sehingga luas Penampang keselurahan adalah penjumlah dari luas segi adalah :
A total = A1 + A2 + An

Dimana : A = Luas penampang (m2); d = kedalaman sungai (m)


l = lebar sungai (m)
Maka untuk menghitung debit air digunakan rumus :
( Q ) = K. A x V ( M/det)

Koefisien Pengairan.
Kondisi dasar sungai berbatu K = 0,60
Kondisi dara sungai berbatu campur pasir K = 0,65
Kondisi dasar sungai berpasir ( K = 0,75)
Kondisi dasar sungai cadas ( K = 0,85)

Mengukur Tinggi Terjun dan Membuat Data Situasi.


Pengukuran Tinggi terjun dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
Menggunakan theodolite atau waterpass untuk dapat mengetahui beda tinggi.
menggunakan peralatan sederhana, yaitu selang berisi air diameter cm, tongkat
pengukur dan rol meter, pengukuran dilakukan secara bertahap, hal ini dapat dilihat
pada gambar berikut ini :
Beda Tinggi : HI = H2 h1
Lokasi
wadah
air

Lokasi
bendungan
sentral

HII = H3 h2

Sungai

HIII = H4 h3

Gambar 2.37. Mengukur Tinggi Terjun


Selanjutnya, dihitung dengan rumus :
H = H1 + H2 + H3 (m)
Dimana. H = tinggi (m)
Berikut ini adalah gambar tentang sistem PLTMH ( Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro yang diperlihatkan pada gambar 2.38

Gambar 2.38. Sistem PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro)

2.11 Teori Daerah Tadah Hujan


Untuk mengukur debit air yang dipengaruhi oleh daerah tadah hujan dapat
menggunakan persamaan 2.34 yang dikutip dari diktat kuliah energi terbarukan Prof Didik N
halaman 6-18 adalah sebagai berikut
Dimana, V = Volume air ( m3 ), Q= debit air ( m3/s ), t= curah hujan rata-rata ( mm ), =
koefisien pengaliran, A= luas DAS ( m2 ), dan t = waktu ( s ).
Q=

t x x A
t

..2.34

Anda mungkin juga menyukai