Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No.

1, Tahun 2016
Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
_______________________________________________________________________________________

Perancangan Kaki Tiruan Atas Lutut (Above Knee Prosthesis) Berdasar Biomekanika Lutut
Manusia
Alhakim B.P1, a, Sugiyanto1, b, dan R.Ismail1, c
1

Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro


2
Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. +62247460059

alhakim.bp@gmail.com , b edt.sugiyanto@gmail.com , c Ismail.rifky@gmail.com


Abstrak

Hilangnya sebagian alat gerak akan menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan
aktivitas dalam derajat yang bervariasi. Untuk membantu kasus amputasi atas lutut diperlukan kaki tiruan
atas lutut atau sering disebut sebagai above knee prosthesis (AKP) yang memiliki sendi lutut tiruan yang
menyerupai sendi lutut asli. Produk AKP menghendaki fleksibilitas gerak, kenyamanan, fungsi kaki yang
optimal dan kemudahan pengaturan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan
produk AKP UNDIP dengan desain yang berdasar biomekanika lutut manusia dan mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan produk 1 sampai 4 kemudian dianalisis pembebanan statis desain kaki tiruan
dengan bantuan software Solidworks 2014. Analisis yang digunakan adalah finite element methode
(FEM) dengan beban statis dengan beban 1000 N pada sudut titik mati transfemoral prosthesis. Sudut
titik mati terjadi pada fase loading respons, saat itu knee joint menerima beban maksimum dari berat
tubuh pengguna. Sesuai dengan fungsi AKP, maka penting untuk mendapatkan data teknis tentang
besarnya tegangan von Mises pada knee joint saat titik matinya. Hasil analisis menunjukkan nilai
tegangan von Mises maksimal terjadi pada variasi model B1 sebesar 99.14 MPa sedangkan tegangan
von Mises terkecil terjadi pada variasi model C1 sebesar 87.89 MPa.
Kata kunci: Above Knee Prosthesis, Transfemoral Prosthesis, Gait Cycle, Finite Element
Abstract
The loses of limbs will cause the inability to perform activities in varying degrees. Above knee artificial
legs or above knee prosthesis (AKP) is a tool to support person to perform activities because of above
knee aputations. AKP must have knee joints that are similar to a normal knee joint and should be flexible,
comfort, optimal foot function, and easier settings. The first aims of this research is designing and
developing AKP UNDIP products based on the biomechanics of human knee and considered on the
advantages-disadvantages of 1st to 4th product. And the second is analizing static loading on the design
by using Solidworks 2014. The analysis used finite element methode (FEM) with static loading 1000 N
at the dead point of transfemoral prosthesis. Dead spot occurs on loading respons phase, when knee
joint receive the maximum load of body weight. Considering the functions of the AKP, it is important to
obtain von Mises data on the knee joint when dead point. The analysis shows a maximum value of von
Mises occurs in model variation B1 by 99.14 MPa whereas the smallest von Mises occurs in model
variaton C1 by 87.89 MPa.
Keywords: Above Knee Prosthesis, Transfemoral Prosthesis, Gait Cycle, Finite Element

Pendahuluan
Hilangnya sebagian alat gerak akan menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan
aktivitas dalam derajat yang bervariasi. Kehilangan alat gerak tersebut dapat disebabkan berbagai hal,
seperti penyakit, faktor cacat bawaan lahir, ataupun kecelakaan. Operasi pengangkatan alat gerak
pada tubuh manusia ini disebut dengan amputasi [1]. Di Rumah Sakit Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso
Surakarta tercatat 57 kasus amputasi kaki dan di Rumah Sakit Kariadi Semarang tercatat 119 kasus
amputasi kaki sepanjang tahun 2014 hingga Mei 2015.
Kaki tiruan adalah alat bantu berjalan yang dibutuhkan penyandang disabilitas kaki akibat proses
amputasi atau disabilitas bawaan sejak lahir. Pada kasus amputasi di atas lutut diperlukan mekanisme
JTM (S-1) Vol. 4, No. 1, Januari 2016:1-6

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016


Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
_______________________________________________________________________________________

pergerakan sendi lutut buatan yang baik agar pengguna merasakan kenyamanan saat
menggunakannya. Selain itu produk kaki tiruan diharapkan mampu menahan beban tubuh saat
digunakan untuk berjalan. Produk kaki tiruan atas lutut atau sering disebut sebagai above knee
prosthesis (AKP) yang memiliki sendi lutut tiruan berbasis kinerja mekanis yang memiliki
fleksibilitas pengaturan tinggi masih didominasi oleh produk impor. Produk AKP domestik masih
berkonsentrasi pada sistem sendi konvensional. Untuk pasar dengan segmen menengah ke bawah,
kaki tiruan produk domestik memiliki pasar yang masih berkembang, Untuk pasar AKP dengan
segmen menengah ke atas yang menghendaki fleksibilitas gerak, kenyamanan, fungsi kaki yang
optimal dan kemudahan pengaturan, masyarakat Indonesia masih tergantung terhadap produk impor.
Sejak Tahun 2013 Jurusan Teknik Mesin (JTM) UNDIP telah mengembangkan 4 jenis kaki
tiruan, above knee prosthesis (AKP), untuk pasien dengan amputasi di atas lutut. (1) AKP jenis
pertama didesain menggunakan batang tunggal dengan sendi penekuk hidrolik. (2) Jenis kedua
didesain menggunakan batang tiga dengan sendi hidrolik. (3-4) Pada desain ketiga dan keempat, AKP
menggunakan batang tunggal dengan sendi four bar linkage. Desain AKP ketiga dan keempat
menjadi model konsep dasar pengembangan produk. Desain AKP ketiga dan keempat ini
menggunakan mekanisme sendi tiruan jenis polycentric knee atau four bar linkage knee. Kekurangan
dari desain ketiga dan keempat yaitu kurang seimbang saat digunakan berdiri, belum bisa mengikuti
gerakan gait cycle dengan baik, dan susunan middle linkage dan side linkage kurang memenuhi
kriteria four bar linkage knee dan static alignment above knee prosthesis.
Gait cycle merupakan siklus gerakan manusia melakukan gerakan berjalan. Siklus berjalan ini
mempunyai 8 fase yaitu initial contact, loading respons, mid stance, terminal stance, pre-swing,
initial swing, mid swing dan terminal swing. Gerakan sendi lutut tiruan harus sealami mungkin agar
dapat mengikuti fleksi dan ekstensi lutut saat gait cycle. Gambar 1 memperlihatkan pergerakan dari
masing masing fase gait cycle [2].

Gambar 1. Siklus berjalan (gait cylce) [2].


Gerakan lutut yang normal pada Gambar 2 mempunyai gerakan yang kompleks, terdiri dari
mengayun (Rocking), meluncur (Gliding), dan rotasi (Axial Rotation). Titik pusat sesaat/ICR
(instantaneous center of rotation) berubah setiap peningkatan fleksi bergerak ke posterior dan
membentuk pola spiral. Titik pusat sesaat ini berubah-ubah setiap kaki fleksi tidak seperti singleaxial, melainkan menggambarkan sebuah beberapa pusat atau jalur polycentric [3].

JTM (S-1) Vol. 4, No. 1, Januari 2016:1-6

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016


Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
_______________________________________________________________________________________

Gambar 2. Gerakan normal lutut manusia [3]


Kestabilan four bar linkage mechanism knee dapat ditentukan menggunakan teori T.K.A
(Trochanter-Knee-Ankle). Sumbu T.K.A ditentukan melalui proses kesejajaran statis (static
alignment) dengan kondisi lutut ekstensi penuh. T.K.A adalah garis yang menghubungkan antara
Trochanter (tulang paha), lutut, dan angkle. Untuk mencapai kestabilan yang optimal maka garis
T.K.A harus berada di depan (anterior) sumbu lutut antara 10-15 mm seperti yang ditunjukkan
Gambar 3 [4].

Gambar 3. Static alignment above knee prosthesis [4]


Untuk melakukan proses kesejajaran statis (static alignment) posisi lutut harus berekstensi penuh.
Saat lutut terekstensi penuh maka perpotongan garis antara dua batang penyangga (lihat Gambar 4)
akan membentuk pusat rotasi sesaat/ICR di titik o, pusat rotasi instan ini akan berubah-ubah saat lutut
fleksi. Hubungan antara pusat rotasi sesaat dengan garis T.A membentuk suatu sistem kestabilan.
Kestabilan akan terjadi saat titik o ini berada di belakang garis T.A (posterior) [5].

JTM (S-1) Vol. 4, No. 1, Januari 2016:1-6

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016


Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
_______________________________________________________________________________________

Gambar 4. Skema above knee prosthesis [5]


Metode Penelitian
Secara umum penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu perancangan produk dan analisis
pembebanan yang keduanya dibantu dengan software Solidworks 2014. Pada tahap pertama
dilakukan perancangan produk prostesis atas lutut (AKP). Mekanisme sendi AKP yang digunakan
adalah four bar linkage. Pada tahap kedua, desain model 3D tersebut dilakukan analisa tegangan
menggunakan FEM untuk mengetahui distribusi tegangan maksimum dan minimum batang yang
menerima beban.

Gambar 5. Diagram alir penelitian


JTM (S-1) Vol. 4, No. 1, Januari 2016:1-6

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016


Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
_______________________________________________________________________________________

Secara umum, diagram alir penelitian pada paper ini diperlihatkan pada Gambar 3. Tahap
pertama perancangan produk memperlihatkan bahwa dimensi awal telah ditetapkan dengan
mempertimbangkan kebutuhan pelanggan berdasarkan observasi terhadap pasien pengguna AKP dan
data perbandingan produk AKP. Sendi pada AKP dimodelkan secara 3D dengan memperhatikan
aspek biomekanik pada sendi lutut manusia, static alignment AKP, dan karakteristik four bar
mechanism. Model 3D dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Model 3D produk


Model 3D kemudian divariasikan, dengan variabel bebas c dan e. Dimensi c divariasikan antara
10-15 mm dan dimensi e divariasikan antara 25-30 mm. Perubahan dimensi harus memperhatikan
sudut tetha yang terbentuk harus >15o. Sudut 15o ini terjadi pada fase loading respons dimana kaki
tiruan menopang sepenuhnya beban tubuh. Tetha adalah titik mati middle linkage, terjadi saat kaki
tiruan fleksi dan e berpelurus dengan d. Berdasarkan pengamatan terhadap produk AKP 3 dan 4 pada
titik mati ini kaki tiruan akan cenderung fleksi sehingga titik mati atau tetha yang dibentuk harus
>15o.

Gambar 7. Letak pembebanan dan hasil meshing model 3D


JTM (S-1) Vol. 4, No. 1, Januari 2016:1-6

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016


Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
_______________________________________________________________________________________

Beban 1000 N dikenakan pada komponen upper block dan tumpuan dikenakan pada komponen
lower block seperti yang ditampilkan pada Gambar 7. Material yang digunakan dalam pemodelan ini
adalah aluminium alloy 6061 T6 yang memiliki nilai modulus elastisitas E = 68,9 GPa, Poissons
ratio = 0,33, dan yield strength y = 276 MPa.
Hasil dan Pembahasan
Fase intial contact adalah fase dimana posisi garis trochencter knee dan knee ankle kaki manusia
membentuk sudut 5o. Gambar 7 menunjukan posisi kaki saat fase initial contact. Pada fase ini kaki
belum menopang sepenuhnya beban tubuh.

Gambar 7. Posisi kaki saat fase initial contact [6].


Fase berikutnya adalah fase loading respons dimana pada fase ini posisi garis trochencter knee dan
knee ankle kaki manusia membentuk sudut 15o sebagaimana terlihat pada Gambar 8. Pada fase ini
kaki menopang berat tubuh sepenuhnya.

Gambar 8. Posisi kaki saat loading respons [6]


Dari variasi dimensi c dan e didapatkan 33 variasi model yang memenuhi kriteria. Untuk variasi
dimensi c = 10-15 mm disimbolkan dengan huruf A-F dan untuk variasi dimensi e = 30-23 mm
disimbolkan dengan angka 1-8.
Setelah proses analisa tegangan menggunakan Solidworks simulation, dilakukan plot terhadap
data hasil tegangan von Mises desain AKP 5 ke dalam grafik yang ditunjukkan pada Gambar 9.
JTM (S-1) Vol. 4, No. 1, Januari 2016:1-6

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016


Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
_______________________________________________________________________________________
22

100

Expon. ()

21

98

20

96

19

94

18

92

17

90

16

88

15

Tegangan von Mises (MPa)

Titik mati ( o)

86
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 C1 C2 C3 C4 C5 C6 D1 D2 D3 D4 D5 E1 E2 E3 E4 F1 F2 F3
Variasi dimensi

Gambar 9. Grafik hasil simulasi pembebanan


Berdasarkan data hasil pembebanan setiap variasi diketahui bahwa tegangan von Mises tertinggi
pada B1 yaitu 99.14 MPa dengan titik mati () = 20.48 (Gambar 10) dan teganan von Mises terendah
pada yaitu 87,89 MPa dengan titik mati () = 19,96 (Gambar 11).

Gambar 10. Tegangan von Mises maksimum pada variasi model A1

JTM (S-1) Vol. 4, No. 1, Januari 2016:1-6

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016


Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
_______________________________________________________________________________________

Gambar 11. Tegangan von Mises minimum pada variasi model E4


Terjadi tren penurunan nilai tegangan von Mises saat dimensi c diperbesar dan dimensi e
diperkecil degan rata-rata tegangan 91.64 MPa. Dapat disimpulkan jika semakin kecil dimensi c maka
nilai tegangan von Mises akan semakin tinggi, tetapi sebaliknya jika dimensi e diperkecil maka nilai
tegangan von Mises akan menurun.. Desain AKP UNDIP 5 ini dinyatakan aman dari kegagalan
mekanik.
Selain ditinjau dari tegangan von Mises perlu adanya simulasi kinematik untuk mengetahui
apakah gerakan sendi lutut tiruan sudah mendekati gerakan sendi lutut normal. Gerakan sendi lutut
normal mempunyai titik pusat sesaat/ICR yang berubah setiap peningkatan fleksi bergerak ke
posterior dalam pola spiral. Gambar 12 menunjukkan pola perubahan titik pusat sesaat desain AKP
UNDIP 5 yang mempunyai kemiripan dengan pola spiral pada gerakan lutut normal.

Gambar 12. Pola gerakan sendi lutut tiruan


Desain terpilih adalah desain dengan dimensi yang mempunyai tegangan von Mises kurang dari
tegangan von Mises rata-rata dan titik mati yang mendekati 15. Kriteria tersebut terdapat pada variasi
E4 dengan dimensi c = 14 mm, e = 27 mm, dan titik mati () = 15,79. Gambar desain terpilih
ditunjukkan pada Gambar 13.
JTM (S-1) Vol. 4, No. 1, Januari 2016:1-6

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016


Online: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtm
_______________________________________________________________________________________

Gambar 13. Desain terpilih


Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan desain AKP ketiga dan keempat menjadi model konsep dasar
pengembangan produk. Jenis sendi yang digunakan adalah polycentric knee atau four bar linkage
knee. Dari variasi dimensi didapatkan 33 variasi model yang memenuhi kriteria.
Dari hasil simulasi tegangan statis, tegangan von Mises tertinggi terdapat pada variasi model B1
dengan nilai 99,14 MPa dan tegangan von Mises terendah terdapat pada variasi model C1 dengan
nilai 87,89 MPa. Model terpilih adalah variasi model E4 dengan rincian dimensi c = 14 mm dan e =
27 mm.
Referensi
[1] Vitriana, 2002. Rehabilitasi Pasien Amputasi Bawah Lutut dengan Menggunakan Immediate Post
Operative Prosthetic. Bandung: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK-UNPAD / RSUP
dr.Hasan Sadikin FK-UI / RSUPN dr. Ciptomangunkusumo.
[2] Williams, D. R. L., 2016. Engineering Biomechanics of Human Motion. s.l.:Biomedical
Engineering Ohio University.
[3] Gunston, F.H., 1971. Polycentric knee arthroplasty prosthetic simulation of normal knee
movement. Journal of Bone & Joint Surgery, British Volume, 53(2), pp.272-277.
[4] ICRC, 2006. Transfemoral Prosthesis. Geneva: International Committee of the Red Cross.
[5] Greene, M.P., 1983. Four bar linkage knee analysis. Orthot Prosthet, 37(1), pp.15-24.
[6] Whittle, M. W., 2007, Gait Analysis an Introduction, 4th Ed., Butterworth Heinemann Elsevier,
Philadelphia, USA.

JTM (S-1) Vol. 4, No. 1, Januari 2016:1-6

Anda mungkin juga menyukai