Anda di halaman 1dari 13

GAMBARAN PROSES PEMBUATAN TRANSFEMORAL PROSTHESIS

MENGGUNAKAN POLYCENTRIC KNEE JOINT UNTUK PASIEN


AMPUTASI ATAS LUTUT

Ismi Dwi Syafitri, Nur Rachmat


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Ortotik Prostetik

Abstract : Transfemoral Amputasi, Transfemoral Prosthesis, Polycentric Knee Joint.


World Health Organization (WHO) estimated that there are 40 million amputees
throughout the developing countries. Amputation in the lower limbs reached 85% -90%
of all amputations. Transfemoral amputation because of this amputation occurs in the
thigh that passed through the femur bone. Amputation causes significant gait
abnormalities. amputation levels increased, the functional level is reduced, and the
characteristic of the gait abnormality is immediately apparent. Transfemoral Prosthesis
is artificial limb that made for above knee amputation. making process of transfemoral
prosthesis includes assessment, measurement, casting, fabrication, fitting, finishing. Of
all components for transfemoral patients, prosthetic knee joints are the most important
components that can affect to gait stability. The choice for the type of popular passive
knee mechanism is polycentric knee. The polycentric knee joint mechanism, linkage of
4 and 6 bar mechanisms have been used to increase stability during the stance and
kinematic phase of the swing phase.

Keyword : Transfemoral Amputasi, Transfemoral Prosthesis, Polycentric Knee Joint.

Abstrak : Transfemoral Amputasi, Transfemoral Prosthesis, Polycentric Knee


Joint. World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 40 juta pasien
amputasi diseluruh negara berkembang. Amputasi pada anggota gerak bawah mencapai
85%-90% dari seluruh amputasi. Amputasi transfemoral karena amputasi ini terjadi
dipaha yang melalui tulang femur. Amputasi menyebabkan kelainan pola jalan yang
signifikan. Dengan meningkatnya level amputasi maka, tingkat fungsional berkurang,
dan karakteristik kelainan pola jalan semakin terlihat jelas. Transfemoral Prosthesis
merupakan kaki tiruan yang digunakan untuk amputasi atas lutut. proses pembuatan
transfemoral prosthesis meliputi assessment, measurement, casting, fabrication, fitting,
finishing. Dari semua komponen untuk pasien transfemoral, prosthetic knee joint
merupakan komponen yang paling penting yang dapat berefek pada stabilitas pola jalan.
Pilihan untuk tipe mekanisme knee pasif yang popular adalah polycentric knee.
Mekanisme polycentric knee joint, menggabungkan mekanisme 4 dan 6 bar telah
dimanfaatkan untuk menambah stabilitas saat stance phase dan kinematik swing phase.

Kata Kunci : Transfemoral Amputasi, Transfemoral Prosthesis, Polycentric Knee Joint.

PENDAHULUAN pasien amputasi diseluruh negara


World Health Organization berkembang. Angka kejadian amputasi
(WHO) memperkirakan terdapat 40 juta yang pasti di indonesia tidak diketahui

12
Ismi Dwi Syafitri, Gambaran Proses Pembuatan Transfemoral 13

menurut vitriana (2002) di amerika serikat atas lutut sulit akan mengembalikan
terjadi 43.000 kasus per tahun dari jumlah gerakan normal. Secara umum, individu
penduduk 280.562.489 jiwa atau sekitar dengan amputasi atas lutut harus
0,02%, sedangkan dalam raichle et menggunakan 80% lebih banyak energy
al.(2008) disebutkan bahwa terjadi kasus untuk berjalan daripada seseorang yang
amputasi sekitar 158.000 per tahun dari masih memiliki tungkai normal. Hal ini
jumlah penduduk 307.212.123 atau sekitar disebabkan kompleksitas gerakan yang
0,05% (jumeno, 2009) terjadi pada lutut. Untuk proses
Terjadi peningkatan kasus pembuatan transfemoral prosthesis
amputasi di amerika serikat, baik secara meliputi: (1)assessment, (2) measurement,
jumlah maupun secara presentase dari (3)casting, (4)fabrikasi, (5)fitting,
jumlah penduduk. Amputasi pada anggota (6)finishing. tahapan fabrikasi terdiri dari
gerak bawah mencapai 85%-90% dari rektifikasi negative cast, filling, rektifikasi
seluruh amputasi (jumeno,2009). positif cast, laminasi (Berke,2008).
Amputasi lebih banyak disebabkan oleh Amputasi menyebabkan kelainan
kecelakaan lalu lintas (trauma). Menurut pola jalan yang signifikan. Dengan
badan pusat statistik indonesia, meningkatnya level amputasi maka,
kecelakaan di indonesia pada tahun 2012 tingkat fungsional berkurang, dan
mencapai 117.949 kasus. Hal ini karakteristik kelainan pola jalan semakin
menyebabkan trauma akibat kecelakaan terlihat jelas. Seperti halnya pola jalan
menjadi hal yang umum yang dapat pada pasien transfemoral berbeda dari
menyebabkan cacat fisik di masyarakat. pola jalan yang normal. Sebagian besar
Amputasi sebagian anggota gerak pasien mengalami kesulitan saat berdiri
akan menyebabkan ketidakmampuan (Nolan, 2000)
seseorang untuk melakukan aktivitas Perubahan pada pola jalan,
dalam derajat yang bervariasi, tergantung ketidakstabilan dalam tahapan berdiri, dan
bagian anggota gerak yang teramputasi, fokus mental saat menggunakan prosthesis
usia, dan penanganan operasi. (Berke, meningkatkan konsumsi energy yang
2008). Amputasi dapat disebabkan oleh menghasilkan prosthetic knee yang tidak
berbagai hal diantaranya penyakit, trauma, stabil. Pasien disebabkan karena faktor
infeksi, tumor, congenital. Amputasi pada fisik dan psikologi (pauley,2006).
level transfemoral sangat menantang Setiap bagian ekstremitas bawah
untuk pasien melakukan operasi, berkontribusi terhadap kestabilan pola
prosthetist, physiotherapist, dan setiap jalan, khususnya joint. Ankle dan knee
anggota tim kesehatan. Di united states, joint bertanggung jawab untuk load
level amputasi ini paling dikenal sebagai bearing, artikulasi, dan dan semua pola
amputasi atas lutut (a.k.a), mengingat jalan dinamik. Oleh karena itu, kehilangan
ditempat lain amputasi ini dikenal knee dan ankle joint karena amputasi
amputasi transfemoral karena amputasi ini transfemoral sangat berefek besar pada
terjadi dipaha yang melalui tulang femur pola jalan (ramakrishnan, 2015).
(ülger, 2009). Perkembangan teknologi pada
Transfemoral Prosthesis penggunaan prosthetic membuka lebih
merupakan kaki tiruan yang digunakan luas terhadap pilihan knee, oleh karena
untuk amputasi ata lutut. Individu dengan itu, memberikan kinematika berjalan pada
14 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 3, No 1,Mei 2018, hlm 01-57

pasien amputasi transfemoral lebih baik. mempertimbangkan kemampuan setiap


Namun, prosthetic modern lebih mahal, pasien dan tujuan fungsional untuk
karena kompleks dan biaya knee, yang menentukkan prosthetis knee yang paling
mana sebagian besar komponen penting sesuai, dan yang mana kemungkinan akan
pada transfemoral prosthesis. Pemilihan menghasilkan pola jalan yang lebih baik
knee adalah proses kompleks yang (Silver, 2009).
melibatkan rehabilitasi individu yang Selama stance phase, knee harus
kompleks dengan penilaian sebelumnya menyediakan stabilitas selama weight
terhadap semua elemen struktur tubuh dan bearing sementara juga memfasilitasi
kinerja fisik dan menetapkan tujuan transisi dari stance ke swing phase.
fungsional dengan tujuan prosthesis Anatomical knee yang normal dapat
menjadi unit biomechanical baru. memenuhi kecenderungan efisiensi yang
karakteristik utama pada pasien yang berbeda melalui interaksi struktur
menetapkan pilihan pada lower limb anatomical, aktivitas otot, dan ground
prosthesis, dalam kasus knee ini adalah reaction force vector (GRFV). Standar
gaya hidup, usia, berat, gaya fisik dan mekanisme prosthetic knee tidak
panjang stump pasien (Gabbiadini,2011). menggantikan komponen muscular pada
Salah satu cara efektif untuk anatomical knee, dan tidak dapat
mengembalikan kembali kemampuan menyesuaikan kecenderungan ini. Sebagai
berjalan yaitu dengan menggunakan hasilnya mungkin menyediakan untuk
design prosthetic yang tepat. terdapat pasien TF antara stabilitas stance phase
banyak pilihan yang tersedia untuk dan permintaan untuk memulai swing
komponen prosthesis, bagaimanapun phase, dan permintaan ini dapat
kriteria prescription berdasarkan menyebabkan gait deviasi dan
pengalaman subjektif pada terapis dan meningkatakan kecenderungan pada
prosthetis. Dari semua komponen untuk musculature pada hip stump (Silver,
pasien transfemoral, prosthetic knee joint 2009).
merupakan komponen yang paling penting Stabilitas stance phase pada desain
yang dapat berefek pada stabilitas pola prosthetic knee memiliki 2 faktor yang
jalan (mohanty, 2017). berkontribusi : stabilitas mekanikal yang
Prosthetic knee harus mengganti melekat pada mekanisme itu sendiri, dan
fungsi dari knee-nya untuk menyediakan stabilitas yang sengaja disediakan oleh
stabilitas knee selama weight bearing saat otot hip yang tersisa pada pasien TF.
stance pahase dan mengontrol pergerakan Mekanikal stabilitas pada prosthetic knee
selama swing phase. Ketidakstabilan pada yang tersedia dengan alignment center of
prosthetic knee sering menyebabkan gait rotation pada posterior knee prosthetic ke
deviasi, peningkatan konsumsi energi GRFV selama stance. Hasil ini pada
untuk ambulasi dan mungkin dapat moment pasif ekstension pada knee,
menghasilkan prosthesis knee fleksi mencegah knee fleksi saat weight bearing
selama stance. Ketidaktepatan mekanisme dan selama mungkin GRFV tetap anterior
swing phase yang sesuai dapat pada rotasi knee axis (Silver, 2009).
menyebabkan gait deviasi dan Menyediakan stabilitas selama
meningkatkan konsumsi energy pada stance tidak hanya fungsi dari prosthetic
ambulasi. Prosthetis dan fisioterapi harus knee. Kehalusan transisi dari stance ke
Ismi Dwi Syafitri, Gambaran Proses Pembuatan Transfemoral 15

swing phase dan mengontrol pergerakan melakukan gait deviasi circumduction


knee selama swing phase dapat disediakan untuk mencapai toe clearance saat swing
melalui penggunaan mekanisme kontrol phase dan menaikkan hip selama stance
swing phase seperti alat constant friction phase. Single axis joint tanpa manual lock
dan hydraulic. Menonaktifkan control menyebabkan pola jalan yang hyper-
stance phase biasanya terjadi karena stable, dimana saat stace phase sampai
pergerakan GRFV anterior ke knee joint transisi swing phase (melewati knee
pada mid- ke yang terbaru. Untuk fleksi) terlambat. Jika tidak di alignment
mengatasi stabilitas alignment pada dengan benar, mereka dapat menyebabkan
prosthetic knee bagaimanapun, knee “fleksi” selama stance awal
permintaan bahwa pasien mengaktifkan menyebabkan pengguna tersandung atau
penggunaan fleksi moment pada hip. Ini jatuh (Arelekatti,2016).
menggerakan posterior GRFV ke center Pilihan untuk tipe mekanisme knee
of rotation pada prosthetic knee dan pasif yang popular adalah polycentric
membolehkan pasien untuk memfleksikan knee (ramakrishnan, 2015). polycentric
knee dan memulai swing. Design knee knee adalah jenis knee yang paling stabil
prosthetic menyediakan peningkatan dari semua jenis knee kecuali manual lock
stabilitas alignment selama stance phase knee. Polycentric knee joint berisi variabel
yang mungkin menyebabkan peningkatan centre of rotation dan menyediakan
pada hip fleksi moment untuk memulai keamanan pada semua fase berjalan. jenis
knee fleksi selama swing phase, knee ini memiliki hubungan yang
menghasilkan ketersediaan antara upaya kompleks yang mempertahankan
stabilitas stance phase dan memulai swing instantaneous center of rotation (ICR),
phase (Silver, 2009). maksudnya bahwa center of rotation knee
Knee joint yang terdistribusi di selalu bergerak selama stance phase.
negara berkembang adalah dengan tipe pergerakan ICR membantu
pasif, murah, dan dengan desain yang mempertahankan knee center dibelakang
simple (Arelekatti,2016) . terdapat 5 jenis ground reaction force yangmana
pasif knee locking, yaitu manual, poly- menyediakan stabilitas. sebagian besar
centric, single axis, weight activated, and polycentric knee, center of rotation ini
knee with exterior hinges. Single-axis- ditempatkan proksimal dan posterior,
self-locking knee menggunakan constant terhadap otot perut hamstring, untuk
friction selama fase swing phase, maksimum stabilitas. Mempertahankan
sedangkan mekanisme self-locking untuk fleksi adan ekstensi dikontrol
diaktifkan dengan mentransfer beban pada melalui friction yang berada di polycentric
prosthesis, yangmana mencegah knee knee joint, yangmana di atur oleh
mengunci selama tahapan berdiri, dan prosthetist untuk level aktivitas pasien.
hanya membolehkan untuk flexion- karena stabilitas yang melekat pada unit
extension pattern (open-closed knee) knee ini, polycentric knee sering
(Silver, 2009). Single axis dengan dan diindikasikan untuk pasien amputasi
tanpa manual lock telah ditemukan dan bilateral dan pasien yang tidak dapat
sebagian besar didistribusikan dinegara ambulasi dengan aman dengan tipe knee
berkembang. Single axis joint dengan lainnya. tipe knee ini juga diresepkan
manual lock membuat pengguna untuk pasien yang memiliki long stump
16 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 3, No 1,Mei 2018, hlm 01-57

dan pasien knee disarticulation karena knee joint akan diteliti dari data yang
efek yang pendek pada polycentric knee konkrit. Subjek yang akan diteliti adalah
saat tahap awal swing phase (Berke, pasien transfemoral amputasi yang
2008). menggunakan single axis knee joint
Polycentric joint dikembangkan dengan cara wawancara terfokus pada
oleh d-rev telah di gunakan juga di pasien tersebut dan observasi saat
negara-negara berkembang (arelekatti menggunakan dua jenis knee joint.
2016). polycentric knee joint, posisi Dalam penelitian ini, peneliti
instantaneous center of rotation (ICR) menggunakan metode penelitian kualitatif
secara terus menerus berubah dengan dengan teknik penelitian studi kasus (case
mengubah sudut knee fleksi. study). Studi kasus adalah suatu bentuk
Mekanisme polycentric knee joint, penelitian (inquiry) atau studi tentang
menggabungkan mekanisme 4 dan 6 bar suatu masalah yang memiliki sifat
telah dimanfaatkan untuk menambah kekhususan (particularity), dapat
stabilitas saat stance phase dan kinematik dilakukan baik dengan pendekatan
swing phase. Polycentric knee joint kualitatif maupun kuantitatif, dengan
terbuat dari baja atau duralumunium lebih sasaran perorangan (individual) maupun
disukai, dimana menggunakan titanium kelompok, bahkan masyarakat luas
atau carbon, dapat membuat lebih ringan, (basuki (2006). Stake (dalam basuki,
tetapi lebih mahal (mohanty, 2017). 2006) menambahkan bahwa penekanan
Dengan latar belakang inilah, studi kasus adalah memaksimalkan
maka peneliti ingin mengetahui tentang pemahaman tentang kasus yang dipelajari
stabilitas saat menggunakan dan bukan untuk mendapatkan
menggunakan prosthetic polycentric knee generalisasi, kasusnya dapat bersifat
joint. kompleks maupun sederhana dan waktu
untuk mempelajari dapat pendek atau
METODE PENELITIAN panjang, tergantung waktu untuk
Penelitian ini menggunakan berkonsentrasi.
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif Pada studi kasus intrinsik, peneliti
menghasilkan mengolah data yang bersifat mempunyai ketertarikan atau kepedulian
deskriptif. Dalam penelitian ini, penulis pada kasus ini (wilig, 2001 ), yaitu
ingin memberikan deskripsi mengenai stabilitas saat menggunakan single axis
stabilitas saat menggunakan polycentric knee joint dan saat menggunakan
knee joint , dan tidak ada hipotesis yang polycentric knee joint pada pasien
diuji, meskipun menggunakan teori yang transfemoral prosthesis tanpa
ada. Pendekatan penelitian menggunakan menghasilkan konsep-konsep atau teori,
murni kualitatif dengan menggunakan ataupun tanpa upaya menggeneralisasi.
metode kontak langsung, yaitu Dalam penelitian ini peneliti
wawancara. Peneliti akan melakukan memutuskan untuk menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan metode observasi langsung dimana peneliti
pengumpulan data secara wawancara pengamatan yang dilakukan secara
terfokus (poerwandari. 2009). langsung saat melakukan proses fitting
Stabilitas pada pola jalan pasien saat subjek melakukan tahapan dynamic
transfemoral menggunakan polycentric alignment yaitu berjalan menggunakan
Ismi Dwi Syafitri, Gambaran Proses Pembuatan Transfemoral 17

transfemoral prosthesis dengan single axis dengan manual lock karena mudah fleksi
knee joint dan polycentric knee joint yang menyebabkan tidak seimbang saat
sehingga pola jalan dapat diamati secara digunakan. Karena ketidaknyamanan
langsung. Pada penelitian ini, peneliti prosthesis pasien menggunakan prosthesis
melakukan observasi pada saat pasien hanya 1 bulan setelah prosthesis
melakukan proses fitting. Observasi diserahkan, untuk bulan berikutnya pasien
dilakukan dengan cara mengamati pola memilih menggunakan kruk dengan
jalan saat proses fitting dengan alasan lebih nyaman dan mobilitasnya
menggunakan transfemoral prosthesis lebih cepat saat digunakan untuk
dengan polycentric knee joint. beraktifitas dibandingkan saat
Peneliti akan melakukan menggunakan prosthesis. Tetapi
wawancara dengan pedoman wawancara prosthesisnya masih digunakan hanya saat
yang terbuka. Pedoman wawancara ditulis pasien ada acara penting saja.
secara umum, dengan pertanyaan dan Saat menggunakan prosthesis
penjabarannya yang bersifat fleksibel dengan polycentric knee joint pasien lebih
dalam kalimat. Peneliti akan melakukan stabil dan terdapat perubahan pola jalan
wawancara kepada pasien pada saat dan lebih nyaman saat menggunakan joint
proses assessment dan fitting, yang jenis ini.
diharapkan dapat mengetahui secara rinci Transfemoral prosthesis adalah
tentang kondisinya saat menggunakan alat ganti tungkai bawah untuk pasien
polycentric knee joint transfemoral yang mengalami amputasi sampai tulang
prosthesis. Pertanyaan wawancara terdiri femur (Berke,2008). Untuk pembuatan
atas pertanyaan tentang kondisi subjek prosthesis melalui beberapa tahapan yaitu
saat menggunakan pertanyaan tentang assessment, yangmana proses wawancara
kondisi subjek saat menggunakan masuk dalan tahapan ini dan hasil dari kita
polycentric knee joint. mengetahui kondisi pasien meliputi
Subjek penelitian ini adalah satu kekuatan otot (MMT) dan luas gerak sendi
orang pengguna transfemoral prosthesis (ROM) didapat dari tahap ini. Untuk alat
dengan single axis manual lock. Alasan yang digunakan adalah blanko ukur, alat
mengambil satu subjek karena peneliti tulis, goniometer ( CSPO, 1999).
ingin melihat stabilitas pola jalan pada
saat menggunakan knee joint single axis
dengan manual lock dan saat
menggunakan polycentric knee joint.

HASIL PENELITIAN
Pasien masih mengalami phantom
sensation dan phantom pain. Prosthesis
sebelumnya terlalu tinggi 1,5 cm dari sisi
tungkai yang normal, yang menyebabkan
tidak nyaman dan berpengaruh terhadap Tahapan yang kedua adalah
pola jalan yaitu munculnya gait deviasi tahapan pengukuran (measurement) stump
circumduction. Pasien tidak dapat pasien dan sisi tungkai yang normal.
menggunakan single axis knee joint Sebelum dilakukan pengukuran lakukan
18 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 3, No 1,Mei 2018, hlm 01-57

penandaan pada stump. Pakaikan duduk 90⁰ ), (4) Circumference tungkai


stockinet basah pada stump pasien dan terbesar, (5) Circumference tungkai
buat lubang di ujung atas depan dan terkecil, (6) Jarak antara tungkai terbesar
belakang stockinet untuk diikatkan dengan dengan lantai, (7) Jarak antara tungkai
tali rafiah yang dibuat menyilang di bahu terkecil dengan lantai, (8) Panjang foot,
pasien yang berguna untuk (9) Tinggi heel sepatu yang digunakan
mengencangkan stockinet supaya tidak pasien. Untuk alat dan bahan yang
bergeser atau lepas setelah dilakukan digunakan adalah : (1) Blangko
penandaan. Selanjutnya melakukan pengukuran, (2) Mid line, (3) Pensil Air,
penandaan pada stump pasien, meliputi: (4) Alat tulis, Goniometer, (5) Midline,
(1) trochantor mayor, (2) garis interval (6) caliper, (7) Plastic wrap, (8) stockinet,
(setiap 2cm, 3cm atau 5cm), (3) adductor (9) tali raffia, (10) ember, (11) Air.
tendon, (4) distal end of femur ( CSPO, Tahapan ketiga adalah tahapan
1999). pengambilan cetakan stump pasien
(casting) yang nantinya akan
menghasilkan negative cast. Sebelum
dilakukan casting memberikan
pengarahan dan sedikit penjelasan kepada
pasien tentang proses apa saja yang akan
dilakukan, sehingga pasien dapat
mengikuti proses dengan baik dan tidak
menyinggung privasi pasien. Selanjutnya
persiapkan bahan dan alat yang
dibutuhkan, yaitu: (1) Plaster of paris
Dan selanjutnya pengukuran pada bandage (P.O.P Bandage), (2) Air, (3)
stump, yaitu: (1) Panjang stump (dari Stockinet, (4) Plastik wrap, (4) Pensil air,
ischial tuberosity – ujung stump & dari (5) Gunting / cutter, (6) Kursi casting, (7)
ischial tuberosity – ujung femur), (2) Alas casting, (8) Ember, (9) Handuk/kain,
Circumference pertama (dari perineum; (10) Rafia, (11) gunting/cutter. Selama
dengan tekanan, tanpa tekanan), (3) Jarak proses casting pasien dalam posisi berdiri
antar interval, (4) Circumference setiap dan sebelum dibalutkan P.O.P lakukan
interval, (5) Diameter A-P (dari ischial latihan hand position untuk mengetahui
tuberosity/ tempat yang diduduki pasien – gambaran letak dari ischial tuberosity dan
adductor tendon), (6) Diameter M-L (dari gambaran posisi tangan yang membentuk
adductor tendon – trochantor mayor; quadrilateral socket .
diukur saat pasien duduk) ( CSPO, 1999 ).
Dan lakukan pengukuran pada sisi
tungkai yang normal untuk menjadi
patokan saat merangkai prosthesis diukur
dalam posisi berdiri yang diukur adalah :
(1) Panjang sound leg dari ischial
tuberosity sampai ke lantai, (2) Pasien
dalam posisi duduk, (3) Panjang tungkai
bawah (tibial plateu sampai lantai; pasien
Ismi Dwi Syafitri, Gambaran Proses Pembuatan Transfemoral 19

Dalam pembalutan P.O.P bandage dilakukan dalam tahapan ini , adalah


dilakukan menggunakan teknik slab dan mengecek ukuran negative cast dan
wrapping, untuk teknik slab lakukan lakukan penandaan ulang, Potong
pengukuran panjang P.O.P bandage dari trimeline sesuai garis yang telah dibuat
adductor tendon sampai melingkupi saat pengecekan cast, lakukan
bagian atas trochantor mayor dengan penambahan di posterior wall untuk
ketebalan 3-4 lapis. Pada bagian tengah membentuk ischial seat. Pastikan sudut
P.O.P bandage, buat notch dengan lebar 4 luar antara dinding medial dan posterior
cm. Selanjutnya rendam P.O.P bandage membentuk sudut 90⁰ . Melakukan
dalam air dan peras kemudian balutkan rektifikasi pada medial wall : 1/3
pada stump pasien dari adductor tendon proksimal dibuat flat dan vertical,
sampai bagian atas trochantor mayor Proksimal medial wall dibuat turun 0,5 cm
(horizontal). Pastikan notch berada pada untuk pubis ramus dan adductor tendon.
aductor tendon. Selanjutnya menggunakan Melakukan rektifikasi pada posterior wall
teknik wrapping, yaitu rendam P.O.P : Bentuk sudut 100⁰ (antara dinding
Bandage dalam air , kemudian peras dan medial dan posterior ), Ischial seat dibuat
balutkan memutar mulai dari pelvis ke horizontal dan flat. Rektifikasi pada
bagian distal stump dengan ketebalan 3 anterior wall : penambahan pada segitiga
lapis, massage. Lakukan penekanan pada scarpa, bagian proksimal dibuat flare /
ischial tuberosity, medial wall dan scarpa melengkung ke luar. Rektifikasi pada
triangle untuk membentuk quadrilateral lateral wall : Lakukan penambahan pada
dan penekanan pada 1/3 proksimal lateral 1/3 proksimal (di atas trochantor mayor),
untuk memberikan lateral support. Dan bagian proksimal dibuat flare /
alignment pada negative cast dengan melengkung ke luar. Sesuaikan diameter
menggunakan plumb line pada anterior A-P cast, Sesuaikan diameter M-L cast,
wall dan lateral wall untuk mengetahui Sesuaikan sudut fleksi, Sesuaikan sudut
sudut fleksi dan abduksi stump dan tandai adduksi , yang perlu diperhatikan adalah
menggunakan pensil air. Lepaskan tuberositas isia diposisikan 1,5-2,5 cm
negative cast dari stump pasien dan lateral dari medial wall, tendon adductor
lakukan pengecekkan supaya mengetahui longus berada pada sudut antara medial
kekurangan dari negative cast dan dan anterior wall, cekungan pada anterior
perbaikkan yang harus dilakukan. femoral triangle selevel dengan ischia
Tahapan keempat fabrikasi yang tuberositi titik terdalamnya ada pada
merupakan proses pembuatan socket, baik segitiga medial wall.
hard socket maupun soft socket. Dalam
tahapan ini meliputi rektifikasi negative
cast, filling negative cast, rektifikasi
positif cast, laminasi, assembling dan
alignment.
Tahap rektifikasi cast bertujuan
untuk memudahkan membentuk
quadrilateral dan mengetahui apakah cast
sudah memiliki bentuk dan simetri yang Selanjutnya tahap filling negative
tepat di medio-lateral axis. Yang cast dengan campuran adonan dari gipsum
20 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 3, No 1,Mei 2018, hlm 01-57

powder dan air. Sebelum adonan di menggunakan mesin routher sampai halus
tuangkan tutup mengelilingi bagian sehingga tidak melukai pasien.
proksimal menggunakan p.o.p bandage
sampai ketinggian sama, dan masukkan
tangkai besi yang sudah di beri penjepit ke
dalam negative cast dan tuangkan adonan
gipsum.

Selanjutnya tahap penyusunan


komponen- komponen untuk menjadi 1
prosthesis yang utuh ( assembling).
komponen- komponen yang dibutuhkan
adalah socket, socket adaptor, polycentric
knee joint, tube , tube adaptor, tube clamp,
Setelah hasil filling mengeras,
foot adaptor, foot. rangkai komponen-
membuka cetakan negative cast dan
komponen tersebut menggunakan kunci L
menghasilkan cetakan berupa positif cast.
, tahapan ini disebut juga dengan bench
Tandai ulang di positif cast dan mengukur
alignment.
ulang dan bandingkan dengan blanko
ukur. tahapan selanjutnya rektifikasi
positif cast , lakukan pengurangan di
bagian proksimal seluruh dinding, 1/3
middle lateral wall (lateral support), 1/3
distal pengurangan mengikuti bentuk cast.
Penambahan pada bagian distal cast
dengan Panjang penambahan yaitu (seat
buttom – (knee buttom + knee axis-socket
adaptor +ketebalan resin+ panjang stump
)), rektifikasi hasil penambahan , setelah
itu, haluskan di seluruh permukaan positif
cast dengan wire screen. Bench alignment yang bisa
Tahap laminasi , tahapan yang dilakukan sesuai dengan kondisi pasien
menghasilkan hard socket yang terbuat tersebut adalah sebagai berikut socket flexi
dari resin , fiber glass, stockinet, plastic 15o karena terdapat kontraktur hip fleksi
pvc, tinner, benang / kain perca. setelah 15o , socket adduksi 5o , alignment socket
tahap laminasi lakukan pembuatan pada pandangan anterior adalah 60%
trimline dan lepaskan hard socket dari lateral dan 40% medial, alignment socket
positif cast menggunakan cast cutter. pada pandangan lateral adalah 50%
lakukan penghalusan trimline anterior dan 50% posterior, knee axis 1,5-
2 cm di depan TKA line, knee axis 2 cm di
Ismi Dwi Syafitri, Gambaran Proses Pembuatan Transfemoral 21

atas MTP, foot 5o-7 o external rotasi atau


sesuai dengan line of progression.
Tahap kelima adalah fitting atau
pengepasan alat ketubuh pasien saat
berdiam ( static alignment), yang perlu di
check pas tidaknya socket, mengecek
bench alignment dan mengecek panjang
prosthesis baik saat menggunakan
prosthesis yang baru atau yang lama dan
saat pasien berjalan menggunakan
prosthesis ( dynamic alignment) karena
pasien sebelumnya pernah menggunakan PEMBAHASAN
prosthesis, tidak perlu diberikan edukasi Hasil observasi pasien mengalami
berjalan dan dapat langsung diminta amputasi transfemoral tungkai kiri,
berjalan menggunakan prosthesis yang termasuk short stump distal padding yang
lama dan baru , yang dicheck meliputi cukup tebal. Kekuatan otot pasien 4-5
kondisi pola jalan saat menggunakan disetiap gerakan. Pasien tidak memiliki
prosthesis lama dan baru yang digunakan riwayat penyakit yang mengharuskan
untuk pembanding. perhatian khusus, dan terdapat bekas
jahitan di distal tetapi tidak ada gangguan
didaerah tersebut. Pergerakan sendi
pasien normal dengan bukti hasil tes
stabilitas sendi yang baik dan hasil
pengukuran range of motion hip joint
pasien yang mendekati normal. Dan
terdapat kontraktur hip fleksi 15.
Dan dari hasil observasi saat
menggunakan transfemoral prosthesis
dengan single axis manual lock pasien
tidak bisa menggunakannya karena
merasa tidak stabil sehingga pasien
Selanjutnya tahap keenam adalah menggunakan sedikit atau tidak
finishing . tahapan yang dilakukan setelah menggunakan knee fleksi karena merasa
semua tahapan selasai dengan tujuan tidak aman atau berbahaya dan ketika
untuk memperindah dalam segi digunakan di jalan turunan bisa jatuh jika
kosmesisnya dan dilakukana sebelum tidak di lock, sehingga selama
prosthesis diserahkan kepada pasien. dan menggunakan prosthesis tersebut knee di
lakukan edukasi kepada pasien tentang lock. gait yang deviasi yang muncul
cara pemakaian, perawatan stump dan adalah circumduction yang disebabkan
prosthesis. karena prosthesis terlalu terlalu tinggi 1,5
cm dari sisi sound side dan knee di lock.
Dan untuk hasil observasi saat
menggunakan transfemoral prosthesis
dengan polycentric knee joint pada saat
22 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 3, No 1,Mei 2018, hlm 01-57

fitting terdapat gait deviasi medial whip yang masih ada adalah: fase heel strike -
karena knee joint terlalu eksternal rotasi, stance – push off – swing (CSPO,1999).
tinggi prosthesis setelah menggunakan
sepatu masih kurang 1,5 cm, dan lateral Normal Gait
wall kurang tinggi yang menyebabkan gait
deviasi lateral trunk bending. lateral trunk
bending dapat muncul ketika pasien
berjalan dengan abduction gait.
munculnya gait deviasi abduction gait
karena merupakan karakteristik dari short
stump dan alignment yang tidak tepat.
untuk mengatasi kecenderungan shorth a.heel strike b.foot flat c.mid
stump abduksi gait dengan alignment stance d. heel off
ulang di adaptor socket yangmana socket
diatur abduksi mengikuti karakteristik
stump tersebut.
Terdapat rongga di ujung
proksimal anterior socket. Pasien merasa
e. toe off f. acceleration g.
lebih stabil saat menggunakan knee joint
mid swing h. deceleration
polycentric dan menghilangkan gait
deviasi circumduction. circumduction
Amputee Gait
yang yang salah satu penyebabnya karena
knee joint yang dilock. Dari hasil
wawancara juga pasien merasa bahwa
jalannya ketika memakai single axis knee
joint dengan manual lock, merasa
ketinggian dan lebih mensupport pada
dinding lateral socket. Tetapi walaupun
lebih mensupport pada dinding lateral
socket dilihat dari jenis knee joint yang
digunakan pola jalan pasien lebih baik
ketika menggunakan polycentric knee
joint.
Pada normal gait terdapat 2 fase
yaitu 60% stance phase dan 40% swing
phase. fase pada normal gait meliputi heel
strike – foot flat – mid stance – heel off –
toe off – acceleration – mid swing –
deceleration (Perry, 1992).
Pasien transfemoral kehilangan a. heel strike b.stance
otot yang mengontrol knee joint sehingga c.push off
pola jalannya berbeda dengan orang d. swing
normal. saat menggunakan transfemoral
dengan polycentric knee joint fase gait
Ismi Dwi Syafitri, Gambaran Proses Pembuatan Transfemoral 23

KESIMPULAN DAN SARAN 771/1/PhD_Thesis_Gabbiadini_Ste


Berdasarkan hasil observasi, lla.pdf.
wawancara dan analisa yang dilakukan Jumeno, Desto & adlis,a.w.2009; Desain
bahwa pembuatan transfemoral prosthesis Prosthesis Endoskeletal Bawah
meliputi: assessment, measurement, Lutut Untuk Penyandang Cacat;
casting, fabrication, fitting, dan finishing. Universitas Andalas Limau Manih,
Penggunaan polycentric knee joint lebih Padang.
stabil dari pada single axis knee joint Mohanty,R.K., Sabut, S.K.,
dengan manual lock. stabilitas prosthetic Mohanty,R.C.,2017.Polycentric
knee adalah faktor penting yang Protosthetic Knee Joint: A
ditetapkan dimana komponen prosthetic Review.International Journal Of
knee sebagian besar sesuai dengan kondisi Engineering, Science And
pasien. pasien yang memiliki kesulitan Mathematics.Vol.6(8).
tertentu dalam menstabilisasikan knee, Nolan L, Lees A. The functional demands
jenis knee yang lebih baik polycentric on the intact limb during walking
knee joint dari pada single axis knee joint. for active trans-femoral and trans-
untuk mempermudah pasien dalam belajar tibial amputees. Prosthet Orthot
menstabilkan saat awal stance phase Int.o2000;24:117-125.
kemudian memperbaiki masalah Pauley, T., Devlin, M., Heslin, K. Falls
stabilisasi selanjutnya saat stance phase sustained during inpatient
mintalah bantuan dari prosthetis dan rehabilitation after lower limb
fisioterapi untuk mengajarkannya. amputation: prevalence and
predictors. Am J Phys Med
DAFTAR RUJUKAN Rehabil. 2006; 85: 521–532.
Arelekatti,V.N.M.2016. Design and Perry, Jacquelin.1992. Gait Analysis:
Preliminary Field Validation of a Normal and Pathological
Fully Passive Prosthetic Knee Function. Thorofare, New Jersey:
Mechanism for Users with SLACK Incorporated. ISBN 978-1-
Transfemoral Amputation in India. 55642-192-1.
ASME Journal of Mechanisms and Poerwandari, E. K,“Pendekatan Kualitatif
Robotics. untuk Penelitian Perilaku
Basuki, A. M. H. (2006). Penelitian Manusia”,LPSP3.UI, Depok, 2009
kualitatif untuk ilmu-ilmu Raichle, Katherine., Marisol A Hanley,
kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Ivan Molton, Nancy J. Kadel,
Gunadarma. Kellye Campbell, Emily Phelps,
Berke, G.M. et.al, 2008; Transfemoral Dawn Ehde, Douglas G Smith,
Amputation: The Basic and 2008, Prosthesis Use in Persons
Beyond. Ottobock Healthcare LP With Lower and Upper Limb
And Prosthetic Research Study. Amputation, J Rehabil Res Dev,
Gabbiadini S. Knowledge-based design of 45.961-972.
lower limb prosthesis. Universita Ramakrishnan, T., Lahiff , C.A.,
Degli Studi Di Padova 2011;113- Marroquin, A.K., Asgard Kaleb
122 ,Reed, K.B., 2015. Position And
http://paduaresearch.cab.unipd.it/3 Weight Activated Passive
24 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 3, No 1,Mei 2018, hlm 01-57

Prosthetic Knee Mechanism.


International Mechanical
Engineering Congress and
Exposition.
Silver,T.M.B., and Glaister, C.L.
Functional stability of transfemoral
amputee gait using the 3R80 and
total knee 2000 prosthetic knee
units. J Prosthet Ortho 2009; 21:
18–31.
Ülger Ö, Topuz S, Bayramlar K. Effects
of a hydraulic knee joint on energy
consumption, gait and patient
satisfaction in trans-femoral
amputees.Fizyoter Rehabil.
2009;20(3):169-177.
Vitriana. 2002. www.pustaka.unpad.ac.id.
Diakses pada 9 februari 2018.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpconte
nt/uploads/2009/05/rebilitasi_pasie
n_amputasi_bawah_lutut.pdf.
Wilig, C, “Introducing Qualitative
Research in Psychology:
Adventure in Theory and Method”,
UK: Open University Press, 2001.

Anda mungkin juga menyukai