Anda di halaman 1dari 7

Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan

Manusia Menjadi Sebuah Dilema


Salah satu konflik dunia yang paling menghebohkan untuk saat ini adalah
konflik yang terjadi antara India dan Pakistan dalam memperebutkan wilayah
Kashmir. Disebut paling menghebohkan, karena konfliknyang pada tahun 1948,
1965, dan 1975 menyebabkan perang terbuka di antara kedua negara ini
melibatkan upaya-upaya kedua negara dalam mengembangkan salah satu
teknologi terhebat dunia saat ini, yaitu nuklir. Perlombaan persenjataan nuklir
India-Pakistan ini menimbulkan kekhawatiran mendalam tentang kemungkinan
perang nuklir, yang tidak saja dapat menghancurkan kedua negara, tetapi juga
mencelakakan Asia Selatan maupun dunia.
Kejadian di atas adalah salah satu dampak buruk dari pengembangan ilmu
pengetahuan yang menghasilkan teknologi. Mencermati kejadian di atas, penulis
menjadi

ragu, apakah

ilmu

pengetahuan dan teknologi

sebagai hasil

pengembangannya akan menghancurkan kehidupan kita di muka bumi ini?


Padahal, ilmu pengetahuan lahir dan hadir di tengah-tengah manusia untuk
melakukanenlightening, pencerahan. Tetapi mengapa ilmu pengetahuan dan
teknologi, kemudian malah menimbulkan tanda-tanda kehancuran bagi umat
manusia?
Dalam tulisan ini, penulis akan mengulas bagaimana sesungguhnya
idealnya peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan manusia? Serta
mengapa ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk saat ini, malah menimbulkan
berbagai kegoncangan di muka bumi, di samping, tentunya, ada juga sisi
positifnya?
Sebelum membahas permasalahan di atas lebih lanjut, perlu kiranya
dikemukakan lebih dahulu pernyataan Nurcholish Madjid, sebagai bahan
renungan. Cak Nur menyatakan, bahwa teknologi modern sebagai anak kandung
ilmu pengetahuan dan pilihan-pilihannya mengandung masalah yang tidak boleh
dipandang enteng.

Tujuan Awal Ilmu Pengetahuan


Perkembangan sejarah manusia selalu diwarnai oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang melingkupinya. Hal ini tentunya berbanding
lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Dan teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya.
Secara definitif, ilmu adalah pengetahuan yang membantu manusia dalam
mencapai tujuan hidupnya. Maka, patutlah dikatakan, bahwa peradaban manusia
sangat bergantung kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam bidang ini,
pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan lebih
mudah.Secara lebih spesifik, Eugene Staley menegaskan bahwa teknologi adalah
sebuah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani.
Pada tahap selanjutnya, seiring dengan perkembangan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan turunannya yang
berbentuk teknologi ini, meluas bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia
secara sempit. Pemanfaatan teknologi meluas pada upaya penghapusan
kemiskinan, penghapusan jam kerja yang berlebihan, penciptaan kesempatan
untuk hidup lebih lama dengan perbaikan kualitas kesehatan manusia, membantu
upaya-upaya pengurangan kejahatan, peningkatan kualitas pendidikan, dan
sebagainya.
Bahkan secara lebih komprehensif, ilmu pengetahuan dan teknologi juga
dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang pembangunannya. Misalnya dalam
perencanaan

dan programing pembangunan,

organisasi

pemerintah

dan

administrasi negara untuk pembangunan sumber-sumber insani, dan teknik


pembangunan dalam sektor pertanian, industri, dan kesehatan.
Puncaknya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan saja
membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lebih jauh,
ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mendatangkan kemudahan hidup bagi
manusia. Bendungan, kalkulator, mesin cuci, kompor gas, kulkas, OHP, slide, TV,

tape recorder, telephon, komputer, satelit, pesawat terbang, merupakan produkproduk teknologi yang, bukan saja membantu manusia memenuhi kebutuhan
hidupnya, tetapi membuat hidup manusia semakin mudah.
Manfaat-manfaat inilah yang mula-mula menjadi tujuan manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan hingga menghasilkan teknologi. Mulai dari
teknologi manusia purba yang paling sederhana berupa kapak dan alat-alat
sederhana lainnya. Sampai teknologi modern saat ini, yang perkembangannya
jauh lebih pesat dari perkembangan teknologi sebelumnya. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini sanggup membawa berkah bagi umat manusia
berupa kemudahan-kemudahan hidup, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan
dalam benak manusia.
Teknologi: Kemudahan yang Menghancurkan
Perlahan tapi pasti, tujuan mulia ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
membantu manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, mengalami pergeseran.
Teknologi yang sejatinya hanyalah sarana dan alat bagi manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, berubah menjadi sesuatu yang diberhalakan. Padahal,
seharusnya ilmu dan teknologi hanya sebagai alat dalam kehidupan, bukan
sebagai gantungan atau andalan dalam kehidupan.Amien Rais menggambarkan,
bahwa ada kecenderungan manusia modern untuk mengagung-agungkan atau
menyembah ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam pandangan manusia modern,
iptek adalah means everything, segala-galanya. Solah-olah, di tangan iptek-lah
kesejahteraan manusia masa depan akan digantungkan.
Akibatnya, ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi bumerang bagi
manusia sebagai penggunanya, senjata makan tuan. Akibat penggunaan iptek yang
salah kaprah dan tidak terkendali, teknologi hanyalah menciptakan alienasi,
dehumanisasi, dan konsumerisme dalam kehidupan manusia.Tentang proses
dehumanisasi akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, Jujun S.
Suriasumantri, mengatakan bahwa iptek bukan lagi merupakan sarana yang

membantu manusia mencapai tujuan hidupnya. Tetapi, iptek malah menciptakan


tujuan hidup itu sendiri.
Sementara itu, proses alienasi tercipta karena teknologi modern dengan
sendirinya menghasilkan tatanan sosial, dengan pranata dan pelembagaannya,
yang juga teknikalistik. Dalam keadaan seperti itu, manusia terasing dari dirinya
sendiri dan dari nilai kepribadiannya, karena ia menjadi tawanan sistem yang
melingkari kehidupannya.
Dalam gambaran Francis Fukuyama, dunia sekarang, yang memasuki era
masyarakat post-industri, serta diiringi perkembangan ilmu dan teknologi yang
tidak terkendali, tengah mengalami great disruption (goncangan luar biasa).Akibat
dari goncangan ini adalah terjadinya ancaman serius bagi eksisnya nilai-nilai yang
dianut masyarakat, dibarengi statistik kriminalitas yang makin meningkat, anakanak yang kehilangan orang tua, terbatasnya akses dan kesempatan memperoleh
pandidikan, saling tidak percaya, dan berbagai krisis kemanusiaan lainnya.
Untuk menggambarkan dampak negatif perkembangan iptek bagi
kehidupan dunia sekarang, Anthony Giddens, seorang sosiolog terkenal, sengaja
menulis sebuah buku yang cukup apresiatif, berjudul Runaway World. Giddens
menjelaskan, bahwa proses globalisasi merupakan anak dari kemajuan ilmu dan
teknologi. Tetapi, bukannya menciptakan kebahagiaan bagi manusia, globalisasi
malah mencipatakan penyakit dan siap mengantarkan manusia menuju lembah
kehancurannya. Globalisasi menciptakan berbagai resiko hidup dan ketidakpastian
hidup

yang

melampaui

kemampuan

manusia

untuk

mengantisipasinya.

Globalisasi juga menciptakan perubahan super dahsyat yang merombak dan


memporak-porandakan tradisi, dimana nilai-nilai penyangga kehidupan manusia
terbentuk. Tidak berhenti di situ saja, proses penghancuran ini pun merambah
keluarga, komunitas terkecil tempat manusia hidup. Akibatnya, manusia semakin
kehilangan tempat berpijak bagi kehidupannya.
Semua gambaran di atas hanyalah salah satu dampak perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam aspek yang abstrak. Dampak dalam aspek yang

lebih kongkrit akan lebih mengejutkan lagi. Francis Fukuyama menggambarkan,


bahwa dampak paling krusial dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dihadapi manusia saat ini, adalah menyangkut posisi revolusi bio-teknologi.Selain
menghasilkan penemuan yang positif bagi kehidupan manusia, revolusi bioteknologi juga menghasilkan bahaya besar melalui teror bom.
Selanjutnya, Nurcholish Madjid menyebutkan, bahwa peningkatan hidup
material manusia modern akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
bukan berarti peningkatan kualitas kemanusiaan secara moral dan spiritual.
Biarpun manusia sekarang itu lebih modern, namun mereka tetap primitif dalam
nilai-nilai kemanusiaan dan buas dalam tingkah lakunya. Hal ini bisa dilihat dari
munculnya Naziisme Jerman yang cukup mrngerikan dan jatuhnya bom atom oleh
Amerika di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, serta Perang Dunia I dan Perang
Dunia II yang sempat menghancurkan sendi-sendi kemanusiaan.Kejadian ini tidak
lepas dari pengaruh kemajuan di bidang iptek.
Lebih lanjut, pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan
mengancam kelestarian bumi sebagai tempat pijak manusia. Perlombaan senjata
nuklir yang belakangan ini semakin marak makin menambah daftar negatif
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan senjata nuklir
yang semula untuk tujuan mulia kemanusiaan, malah menciptakan ancaman maha
besar bagi kelanjutan peradaban manusia.
Ilmu pengetahuan dan teknologi ibarat pisau belati. Jika dipakai orang
baik, akan menciptakan kemakmuran bagi manusia. Sebaliknya jika dipakai orang
jahat, akan menciptakan bencana kemanusiaan yang lebih dahsyat. Jenis kedua
inilah yang sekarang tengah terjadi pada dunia. Akhirnya, ilmu pengetahuan yang
seharusnya membebaskan manusia dari pekerjaan yang melelahkan spiritual,
malah menjadikan manusia sebagai budak-budak mesin.
Mendudukkan Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
Capra menyatakan, bahwa budaya dunia (dalam hal ini adalah Barat,
dengan segala aspek kemajuan yang mereka peroleh) telah terpuruk di lembah

kehancuran, penuh kontradiksi, dan kacau. Penyebabnya adalah tidak tepatnya


paradigma yang digunakan dalam penyusunan kebudayaan barat.
Jika analisa Capra di atas dikorelasikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan segala dampaknya, seperti dijelaskan di atas,
kayaknya analisa tersebut sangat relevan.
Menurut Holmes Rolston III, kerangka kerja ilmiah yang digunakan para
ilmuwan modern telah mengalami proses sekularisasi. Menurut Rolston, dahulu,
penjelasan ilmiah harus meliputi empat sebab Aristotelian, yaitu efisien, material,
formal, dan final. Kemudian, oleh para ilmuwan modern, sebab formal dan final
yang berkaitan dengan makna dilepas, karena kajian ilmiah menurut mereka
hanya berkaitan dengan fakta, tidak dengan makna. Proses sekularisasi ilmu juga
didorong oleh pandangan ideologis bangsa Eropa yang cenderung rasional dan
sekular serta tidak mempercayai hal-hal yang bersifat metafisis atau spiritual.
Dari gambaran di atas, jelaslah bahwa para ilmuwan barat telah terjebak
pada alam pemikiran materialistik (menurut Auguste Comte alam positivistik),
dan menolak pembicaraan tentang hal-hal yang bersifat metafisis dan spiritual.
Karena paradigma yang mereka gunakan hanya berdasar pada paradigma
materialistik, maka dalam pengembangan ilmu pengetahuan pun, yang selanjutnya
menghasilkan teknologi, mereka sama sekali tidak mendasarkan pada nilai-nilai
yang telah digariskan Tuhan.
Lebih lanjut, jika melihat kategorisasi dari Mahmud Muhammad Thaha
tentang peradaban (madaaniyyah) dan kebudayaan (hadlaarah), akan terlihat lebih
jelas kesesatan manusia modern dengan perkembangan iptek-nya. Menurut Thaha,
peradaban adalah tujuan utama hidup manusia berupa kebahagiaan dan
ketentraman hidup. Sementara kebudayaan hanyalah sarana atau alat untuk
mencapai peradaban yang penuh dengan kebahagiaan dan ketentraman hidup.
Peradaban barat yang didasarkan pada kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, terlalu silau dengan sarana dan alat yang mereka ciptakan sendiri, yaitu

kemajuan iptek. Sementara tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu menciptakan


masyarakat berperadaban (masyarakat madani) tidak pernah disentuh.
Dari penjelasan di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
mendudukkan kembali peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan
manusia. Agar peran ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lagi menjadi tujuan
hidup manusia dan mengekploitasi kehidupan manusia, tetapi hanya sebagai
sarana manusia dalam mencapai kebahagiaan hidupnya.
Pertama, kita harus menetapkan strategi pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, agar sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dijunjung oleh nenek
moyang kita selama ini.Sebagai bahan acuan, buku Erich Schumacher yang
berjudulSmall is Beautiful merupakan salah satu usaha mencari alternatif
penerapan teknologi yang lebih bersifat manusiawi.
Kedua, dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, perlu
diikutsertakan peran agama yang menyokong nilai-nilai moralitas. Karena
pengembangan iptek tanpa didasari nilai-nilai moralitas hanya akan menciptakan
bumerang yang akan mencekik penciptanya dan menimbulkan malapetaka
kemanusiaan.
Ketiga,

konsep

Tauhid

perlu

diikutsertakan

dalam

mengawal

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam arti apapun yang


dilakukan kita dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, harus
selalu ditundukkan kepada Dzat Yang Menguasai alam semesta, yaitu Allah.
Sehingga, dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, tujuan kita
bukan mengeksploitasi kekayaan bumi atau memuaskan nafsu, tetapi dalam
rangka beribadah kepada-Nya (li yabuduun).
Keempat, kembali kepada kategorisasi Mahmud Muhammad Thaha di
atas, mulai saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi jangan lagi dijadikan sebagai
tujuan hidup kita. Karena semua itu hanyalah kebudayaan atau sarana kita untuk
mencapai tujuan hidup yang sejati, yaitu peradaban yang diliputi kebahagiaan dan
ketentraman hidup.

Anda mungkin juga menyukai