sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas
melalui sungkup-sungkup yang disebut menara gelembung. Makin ke atas, suhu dalam
menara fraksionasi itu makin rendah. Hal itu menyebabkan komponen dengan titik didih
lebih tinggi akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya
lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian seterusnya, sehingga
komponen yang mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu kamar
berupa gas.
Perhatikan diagram fraksionasi minyak bumi pada gambar 2 di atas.
Hasil-hasil frasionasi minyak bumi yaitu sebagai berikut.
1) Fraksi pertama
Pada fraksi ini dihasilkan gas, yang merupakan fraksi paling ringan. Minyak bumi
dengan titik didih di bawah 30 oC, berarti pada suhu kamar berupa gas. Gas pada
kolom ini ialah gas yang tadinya terlarut dalam minyak mentah, sedangkan gas yang
tidak terlarut dipisahkan pada waktu pengeboran.
Gas yang dihasilkan pada tahap ini yaitu LNG (Liquid Natural Gas) yang mengandung
komponen utama propana (C3H8) dan butana (C4H10), dan LPG (Liquid Petroleum
Gas) yang mengandung metana (CH4)dan etana (C2H6).
2) Fraksi kedua
Pada fraksi ini dihasilkan petroleum eter. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil
90 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendinginan dengan suhu 30 oC
90 oC. Pada trayek ini, petroleum eter (bensin ringan) akan mencair dan keluar ke
penampungan petroleum eter. Petroleum eter merupakan campuran alkana dengan
rantai C5H12 C6H14.
3) Fraksi Ketiga
Pada fraksi ini dihasilkan gasolin (bensin). Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari
175 oC , masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 90 oC
175 oC. Pada trayek ini, bensin akan mencair dan keluar ke penampungan bensin.
Bensin merupakan campuran alkana dengan rantai C6H14C9H20.
4) Fraksi keempat
Pada fraksi ini dihasilkan nafta. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari 200 oC,
masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 175 oC - 200 oC.
Pada trayek ini, nafta (bensin berat) akan mencair dan keluar ke penampungan nafta.
Nafta merupakan campuran alkana dengan rantai C9H20C12H26.
5) Fraksi kelima
Pada fraksi ini dihasilkan kerosin (minyak tanah). Minyak bumi dengan titik didih lebih
kecil dari 275 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu
175 oC - 275 oC. Pada trayek ini, kerosin (minyak tanah) akan mencair dan keluar ke
penampungan kerosin. Minyak tanah (kerosin) merupakan campuran alkana dengan
rantai C12H26C15H32.
6) Fraksi keenam
Pada fraksi ini dihasilkan minyak gas (minyak solar). Minyak bumi dengan titik didih
lebih kecil dari 375 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan
suhu 250 oC - 375 oC. Pada trayek ini minyak gas (minyak solar) akan mencair dan
keluar ke penampungan minyak gas (minyak solar). Minyak solar merupakan campuran
alkana dengan rantai C15H32C16H34.
7) Fraksi ketujuh
Pada fraksi ini dihasilkan residu. Minyak mentah dipanaskan pada suhu tinggi, yaitu di
atas 375 oC, sehingga akan terjadi penguapan.
Pada trayek ini dihasilkan residu yang tidak menguap dan residu yang menguap.
Residu yang tidak menguap berasal dari minyak yang tidak menguap, seperti aspal dan
arang minyak bumi. Adapun residu yang menguap berasal dari minyak yang menguap,
yang masuk ke kolom pendingin dengan suhu 375 oC. Minyak pelumas (C16H34
C20H42) digunakan untuk pelumas mesin-mesin, parafin (C21H44C24H50) untuk
membuat lilin, dan aspal (rantai C lebih besar dari C36H74) digunakan untuk bahan
bakar dan pelapis jalan raya.
b. Pengolahan tahap kedua
Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan lanjutan dari hasil-hasil unit
pengolahan tahapan pertama. Pada tahap ini, pengolahan ditujukan untuk
mendapatkan dan menghasilkan berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM) dan non
bahan bakar minyak (non BBM) dalam jumlah besar dan mutu yang lebih baik, yang
sesuai dengan permintaan konsumen atau pasar.
Pada pengolahan tahap kedua, terjadi perubahan struktur kimia yang dapat berupa
pemecahan molekul (proses cracking), penggabungan molekul (proses polymerisasi,
alkilasi), atau perubahan struktur molekul (proses reforming).
Proses pengolahan lanjutan dapat berupa proses-proses seperti di bawah ini.
1) Konversi struktur kimia
Dalam proses ini, suatu senyawa hidrokarbon diubah menjadi senyawa hidrokarbon lain
melalui proses kimia.
a) Perengkahan (cracking)
Dalam proses ini, molekul hidrokarbon besar dipecah menjadi molekul hidrokarbon
yang lebih kecil sehingga memiliki titik didih lebih rendah dan stabil.
Caranya dapat dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:
Perengkahan termal; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan suhu dan
tekanan tinggi saja.
Perengkahan katalitik; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan panas dan
katalisator untuk mengubah distilat yang memiliki titik didih tinggi menjadi bensin dan
karosin. Proses ini juga akan menghasilkan butana dan gas lainnya.
Perengkahan dengan hidrogen (hydro-cracking); yaitu proses perengkahan yang
merupakan kombinasi perengkahan termal dan katalitik dengan "menyuntikkan"
hidrogen pada molekul fraksi hidrokarbon tidak jenuh.
Dengan cara seperti ini, maka dari minyak bumi dapat dihasilkan elpiji, nafta, karosin,
avtur, dan solar. Jumlah yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik
dibandingkan dengan proses perengkahan termal atau perengkahan katalitik saja.
Selain itu, jumlah residunya akan berkurang.
b) Alkilasi
Alkilasi adalah suatu proses penggabungan dua macam hidrokarbon isoparafin secara
kimia menjadi alkilat yang memiliki nilai oktan tinggi. Alkilat ini dapat dijadikan bensin
atau avgas.
c) Polimerisasi
Polimerisasi adalah penggabungan dua molekul atau lebih untuk membentuk molekul
tunggal yang disebut polimer. Tujuan polimerisasi ini ialah untuk menggabungkan
molekul-molekul hidrokarbon dalam bentuk gas (etilen, propena) menjadi senyawa
nafta ringan.
d) Reformasi
Reformasi adalah proses yang berupa perengkahan termal ringan dari nafta untuk
mendapatkan produk yang lebih mudah menguap seperti olefin dengan angka oktan
yang lebih tinggi. Di samping itu, dapat pula berupa konversi katalitik komponenkomponen nafta untuk menghasilkan aromatik dengan angka oktan yang lebih tinggi.
e) Isomerisasi
Dalam proses ini, susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa menambah atau
mengurangi bagian asal. Hidrokarbon garis lurus diubah menjadi hidrokarbon garis
bercabang yang memiliki angka oktan lebih tinggi. Dengan proses ini, n-butana dapat
diubah menjadi isobutana yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam proses
alkilasi.
2) Proses ekstraksi
Melalui proses ini, dilakukan pemisahan atas dasar perbedaan daya larut fraksifraksi
minyak dalam bahan pelarut (solvent) seperti SO2, furfural, dan sebagainya. Dengan
proses ini, volume produk yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik bila
dibandingkan dengan proses distilasi saja.
3) Proses kristalisasi
Pada proses ini, fraksi-fraksi dipisahkan atas dasar perbedaan titik cair (melting point)
masing-masing. Dari solar yang mengandung banyak parafin, melalui proses
pendinginan, penekanan dan penyaringan, dapat dihasilkan lilin dan minyak filter. Pada
hampir setiap proses pengolahan, dapat diperoleh produk-produk lain sebagai produk
tambahan. Produk-produk ini dapat dijadikan bahan dasar petrokimia yang diperlukan
untuk pembuatan bahan plastik, bahan dasar kosmetika, obat pembasmi serangga, dan
berbagai hasil petrokimia lainnya.
4) Membersihkan produk dari kontaminasi (treating)
Hasil-hasil minyak yang telah diperoleh melalui proses pengolahan tahap pertama dan
proses pengolahan lanjutan sering mengalami kontaminasi dengan zat-zat yang
merugikan seperti persenyawaan yang korosif atau yang berbau tidak sedap.
Kontaminan ini harus dibersihkan misalnya dengan menggunakan caustic soda, tanah
liat, atau proses hidrogenasi.
Proses pengolahan minyak mentah menjadi fraksi-fraksi minyak bumi yang bermanfaat
dilakukan di kilang minyak (oil refinery). Di Indonesia terdapat sejumlah kilang minyak,
antara lain:
Kilang minyak (oil refinery) adalah pabrik/fasilitas industri yang mengolah minyak
mentah menjadi produk petroleum yang bisa langsung digunakan maupun produk-produk lain yang
menjadi bahan baku bagi industri petrokimia. Produk-produk utama yang dihasilkan dari kilang
minyak antara lain: minyak nafta, bensin (gasoline), bahan bakar diesel, minyak tanah(kerosene),
dan elpiji.[1][2] Kilang minyak merupakan fasilitas industri yang sangat kompleks dengan berbagai
jenis peralatan proses dan fasilitas pendukungnya. Selain itu, pembangunannya juga membutuhkan
biaya yang sangat besar. Kilang minyak merupakan salah satu bagian downstream paling penting
pada industri minyak bumi.
Minyak mentah yang baru dipompakan ke luar dari tanah dan belum diproses umumnya tidak begitu
bermanfaat. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, minyak mentah tersebut harus diproses
terlebih dahulu di dalam kilang minyak.
Minyak mentah merupakan campuran yang amat kompleks yang tersusun dari berbagai
senyawahidrokarbon. Di dalam kilang minyak tersebut, minyak mentah akan mengalami sejumlah
proses yang akan memurnikan dan mengubah struktur dan komposisinya sehingga diperoleh
produk yang bermanfaat.
Secara garis besar, proses yang berlangsung di dalam kilang minyak dapat digolongkan menjadi 5
bagian, yaitu:
Proses distilasi, yaitu proses penyulingan berdasarkan perbedaan titik didih; Proses ini
berlangsung dikolom distilasi atmosferik dan Kolom Destilasi Vakum.
Proses konversi, yaitu proses untuk mengubah ukuran dan struktur senyawa hidrokarbon.
Termasuk dalam proses ini adalah:
Dekomposisi dengan cara perengkahan termal dan katalis (thermal and catalytic
cracking)
Proses-proses lainnya, antara lain meliputi: pengolahan limbah, proses penghilangan air
asin (sour-water stripping), proses pemerolehan kembali sulfur (sulphur recovery), proses
pemanasan, proses pendinginan, proses pembuatan hidrogen, dan proses-proses
pendukung lainnya.
Gambar ini memperlihatkan proses distilasi (penyulingan) minyak mentah yang berlangsung di Kolom
Distilasi.
Tahap awal proses pengilangan berupa proses distilasi (penyulingan) yang berlangsung di
dalam Kolom Distilasi Atmosferikdan Kolom Distilasi Vacuum. Di kedua unit proses ini minyak
mentah disuling menjadi fraksi-fraksinya, yaitu gas, distilat ringan (seperti minyak bensin),
distilat menengah (seperti minyak tanah, minyak solar), minyak bakar (gas oil), dan residu.
Pemisahan fraksi tersebut didasarkan pada titik didihnya.
Kolom distilasi berupa bejana tekan silindris yang tinggi (sekitar 40 m) dan di dalamnya terdapat
tray-tray yang berfungsi memisahkan dan mengumpulkan fluida panas yang menguap ke atas.
Fraksi hidrokarbon berat mengumpul di bagian bawah kolom, sementara fraksi-fraksi yang lebih
ringan akan mengumpul di bagian-bagian kolom yang lebih atas.
Fraksi-fraksi hidrokarbon yang diperoleh dari kolom distilasi ini akan diproses lebih lanjut di unitunit proses yang lain, seperti:Fluid Catalytic Cracker, dan lain-lain.
Minyak bensin (gasoline). Minyak bensin merupakan produk terpenting dan terbesar dari
kilang minyak.
Minyak pelumas
Pertamina Unit Pengolahan II Dumai/Sei Pakning, Riau (Kapasitas Kilang Dumai 127 ribu
barel/hari, Kilang Sungai Pakning 50 ribu barel/hari)
Pertamina Unit Pengolahan III Plaju, Sumatera Selatan (Kapasitas 145 ribu barel/hari)
Pertamina Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur (Kapasitas 266 ribu barel/hari)
Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat (Kapasitas 125 ribu barel/hari)
Pertamina Unit Pengolahan VII Sorong, Irian Jaya Barat (Kapasitas 10 ribu barel/hari)
Namun pernyataan kesuksesan suatu periode adalah buakan sekedar sukses ketika masa jabatanya
namun ketika dapat menghasilkan (kader-kader) periode yang lebih sukses.
Maka dapat dikatakan dalam sebuah organisasi adalah ketika dalam suatu periode dapat dikatakan
sebagai masa kejayaan,
namun hal tersebut tidak ada artinya ketika setelah itu organisasi tersebut terpuruk atau bahkan
bubar karena kelemahan tau bahkan tidakadanya kader penerus.
Mempertahankan kader
Pengkaderan ini, terkait erat pada pengembangan organisasi. Ketika suatu organisasi dapat merekrut
kader dalam animo besar,
memungkinkan jangkauan organisasi tersebut pada komunitas yang luas, serta hal tersebut
merupakan sumber daya yang tidak bisa diremehkan.
Setelah berhasil merekrut kader dalam animo yang besar, jika tidak dapat memberdayakan, dalam
rangka mempertahankan kader-kadernya
maka seringkali kader-kader tersebut akan maengalami seleksi alam.
Oleh karena itu usaha mempertahankan kader sering kali lebih penting daripada rekrutmenya.
Uraian diatas sebenarnya adalah masalah internal dalam suatu organisasi. Jadi apabila kita kelak
menjadi seorang pemimpin, terlebih dahulu kita hindari
masalah-masalah yang ada di intern organisasi kita agar tidak memicu timbulnya masalah-masalah
dari luar.
generasi berikutnya. Motivation Saat seseorang memotivasi dirinya sendiri atau orang lain, orang
tersebut sedang mengembangkan kondisi yang akan membantu mendorong seseorang untuk
berperilaku sesuai kehendak. Apakah itu adalah melalui motivasi intrinsik atau ekstrinsik motivasi,
sebagian besar individu digerakkan oleh keyakinan mereka, nilai, kepentingan pribadi dan bahkan
ketakutan. Salah satu tantangan yang lebih sulit untuk seorang pemimpin adalah untuk belajar
bagaimana secara efektif memotivasi mereka yang bekerja untuk mereka. Salah satu alasan
mengapa begitu sulit adalah karena motivasi bisa sangat pribadi. Biasanya, para pemimpin yang
tidak berpengalaman percaya bahwa faktor-faktor yang memotivasi diri mereka sendiri akan
memotivasi lain. Kesalahpahaman lain adalah bahwa para pemimpin yang tidak berpengalaman
adalah bahwa faktor-faktor yang memotivasi seorang karyawan akan juga bekerja pada orang lain
padahal satu ukuran tidak cocok untuk semua ketika berhubungan dengan motivasi.
Kurangnya Koordinasi
Koordinasi dalam Program kerja
Seringkali dalam sebuah organisasi yang suadah mapan sekali pun, atau dapat dikatakan ketika
dalam organisasi terdapat sebuah program kerja yang sangat bagus sekali pun, jika tidak ada
koordinasi maka sering kali menyebabkan kesalahpahaman, yang tentunya dapat menyebabkan
kacaunya terlaksanya sebuah program.
Kekacauan tersebut dapat terjadi ketika antar penanggung jawab tidak mengetahui batasan-batasan
jobnya, yang seringkali hanya dapat diperoleh melalui koordinasi antar penanggungjawab. Hal
tersebut dapat menyebabkan overlaping karena beberapa panitia mengerjaknnya, dalam beberapa
tugas, sementara kekosongan dalam tugas yang lainnya.
Koordinasi antar Pimpinan
Parahnya lagi, koordinasi yang buruk dapat mengarah pada komunikasi yang buruk pula.
Komunikasi yang buruk antar pimpinan tersebut dalam sebuah program dapat berakibat pada
program-program selanjutnya. Maka seringkali terjadi salah sangka dan salah paham diantaranya.
Padahal para pimpinan selain berhubungan dalam pelaksanaan program kerja seharusnya memiliki
ikatan cultural, ketika terjalin komunikasi yang baik diantaranya.
2. Pengkaderan
Rekrutmen
Bagi sebagian periode organisasi, dan bagi berbagai macam organisasi masalah pengkaderan ini
dirasakan berbeda-beda, oleh karena tingkat animo peminat organisasi yang berbeda beda
misalnya.
Namun pernyataan kesuksesan suatu periode adalah buakan sekedar sukses ketika masa
jabatanya namun ketika dapat menghasilkan (kader-kader) periode yang lebih sukses.
Maka dapat dikatakan dalam sebuah organisasi adalah ketika dalam suatu periode dapat dikatakan
sebagai masa kejayaan, namun hal tersebut tidak ada artinya ketika setelah itu organisasi tersebut
terpuruk atau bahkan bubar karena kelemahan tau bahkan tidakadanya kader penerus.
Mempertahankan kader
Pengkaderan ini, terkait erat pada pengembangan organisasi. Ketika suatu organisasi dapat
merekrut kader dalam animo besar, memungkinkan jangkauan organisasi tersebut pada komunitas
yang luas, serta hal tersebut merupakan sumber daya yang tidak bisa diremehkan.
Setelah berhasil merekrut kader dalam animo yang besar, jika tidak dapat memberdayakan, dalam
rangka mempertahankan kader-kadernya maka seringkali kader-kader tersebut akan maengalami
seleksi alam. Oleh karena itu usaha mempertahankan kader sering kali lebih penting daripada
rekrutmenya.
Praktik praktik Organisasi
1. Rasa hormat, martabat, dan kebebasan perorangan. Masalah ini berhubungan dengan cara
organisasi memperlakukan anggotanya. Dari sudut pandang sebagian besar anggota oraganisasi,
kepentingan organisasi didahulukan dan kepentingan anggota dijadikan yang paling akhir.
2. Kebijakan dan praktik personel. Masalah ini berkenaan dengan etika kepegawaian, pemberian
gaji, kenaikan pangkat, pendisiplinan, pemberhinetian dan masalah pension anggota organisasi.
Kewajiban umum organisasi adalah berlaku adil pada anggota organisasi yang prospektif disetiap
jenjang karirnya.
3. Keleluasaan (privacy) dan pengaruh terhadap keputusan pribadi. Perjanjian eksplisit dan implicit
antara pegawai dengan organisasi yang memperkerjakan mereka, memberi peluang kepada
organisasi untuk memperhatikan faktor faktor yang secara jelas mempengaruhi prestasi kerja
pegawai. Namun masalah etika muncul bila organisasi menaruh perhatian khusus pada masalah
kehidupan pribadi anggotanya yang tidak secara langsung mempengaruhi prestasi kerja mereka
dalam organisasi, misalnya segala sesuatu yang terjadi selama cuti yang mungkin mempengaruhi
citra organisasi, keikutsertaan dalam masalah masalah public seperti kegiatan masyarakat dan
organisasi pelayanan, kontribusi pada badan badan amal, dan keterlibatan dalam kelompok
kegiatan politik.
BENTUK ORGANISASI
1. Organisasi Garis
Bentuk organisasi tertua dan paling sederhana. Ciri-ciri bentuk organisasi ini adalah organisasinya
masih kecil, jumlah karyawannya sedikit dan saling mengenal serta spesialisasi kerja belum tinggi.
2. Organisasi Garis dan staf
Dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang tugas yang beraneka
ragam serta rumit dan jumlah karyawannya banyak. Staf yaitu orang yang ahli dalam bidang
tertentu, tugasnya memberi nasihat dan saran dalam bidang kepada pejabat pimpinan di dalam
organisasi.
3. Organisasi fungsional
Organisasi yang disusun atasdasar yang harus dilaksanakan organisasi ini dipakai pada
perusahaan yang pembagian tugasnya dapat dibedakan dengan jelas.
4. Organisasi Panitia
Organisasi dibentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah tugas selesai maka selesailah
organisasi tersebut.
5. Organisasi Lini dan Staf
Staf tugasnya memberi layanan dan nasihat kepada manager dalam pelaksanaan suatu kegiatan.
Tugas yang dilakukan oleh ini merupakan tugas-tugas pokok dari suatu organisasi atau perusahaan
Kesimpulannya : Masalah dalam organisasi itu sebenarnya berasal dari diri mereka masing masing
yang menciptakan masalah itu sendiri dan juga dikarenakan manusia merupakan manusia yang
mempunyai akal dan pikiran yang berbeda beda.
Dalam sebuah organisasi ada beberapa hal yang harus dipelajar oleh setiap pemimpin maupaun
para anggotanya seperti:
1. Sebagai pemimpin atau anggota harus mau nenerima masukan dari orang lain dan berani untuk
menerima jika pendapatnya atau idenya itu ditolak oleh orang lain
2. Dalam berorganisasi antar ketua dan anggotanya harus saling mempercayai, jika kepercayaan itu
tercipta maka akan mudah dalam melaksanakan tugas tugasnya
3. Sebagai ketua harus tegas dan jangan pernah lelah untuk mengingatkan para anggotanya dalam
tugas tugas yang diberikan
4. Berkerja sama / saling bahu membahu untuk mendapat tujuan bersama
5. Mau perkorban untuk organisasi
Organisasi adalah:
1) wadah atau tempat terselenggaranya administrasi
2) didalamnya terjadi berbagai hubungan antar-individu maupun kelompok, baik dalam organisasi itu
sendiri maupun keluar
3) terjadinya kerjasama dan pembagian tugas
4) berlangsungnya proses aktivitas berdasarkan kinerja masing-masing.
sekian terima kasih.
Untuk mengatasi carut marut bisnis migas kita, yang sengaja dibuat rumit adalah untuk menyuburkan
kepentingan mafia. Identifikasi masalah masalah dan menyusun daftar inventaris masalah adalah
langkah awal menangani masalah mafia migas. Berikut kami jabarkan masalah masalah migas kita dan
bagaimana mengatasinya secara umum dan mulai dari Hulu hingga Hilir, yang pada ujungnya
penanganan masalah mafia migas ini adalah target Zero impor BBM.
A. Hulu
Permasalahan di Hulu dapat kita kelompokkan sbb :
1. UU No. 22 Tahun 2001 tentang MIGAS
UU no. 22 Tahun 2001 tentang Migas ini menjadi titik nol pemberantasan mafia migas. UU ini telah
menggiring bangsa masuk dalam wilayah liberalisasi dan sangat tidak menguntungkan bagi bangsa,
akrena memang UU ini sejatinya bukanlah produk bangsa Indonesia, tetapi produk asing dimana pada
saat penyusunan UU ini Kuntor mangkusubroto menyerahkannya kepada pihak asing. UU ini harus
dicabut dan diganti, atau direvisi sesuai jiwa UUD 45 yang berpihak pada rakyat, berpihak pada negara.
Kekacauan bisnis migas kita semakin kacau salah satunya adalah ekses dari UU ini.
SKK Migas yang dulu adalah BP MIGAS, dan sebagai akibat dari keputusan MK atas UU migas,
diputuskan bahwa BP Migas harus dibubarkan. Pemerintah SBY akhirnya mengganti nama BP MIGAS
menjadi SKK Migas. Kebijakan ini sama sekali bukanlah bentuk implementasi dari keputusan MK Nomor
36/PUU-X/2012, akan tetapi lebih kepada akal-akalan pemerintah menyikapi keputusan MK tersebut demi
melindungi kepentingan si pembuat UU Migas dan kelompok yang butuh keberadaan BP Migas meski
dalam bentuk SKK Migas. SKK Migas ini harus dibubarkan, karena telah menjadi rumah pesta para mafia
yang sesungguhnya disamping bahwa SKK Migas bertentangan dengan UUD 45. Maka untuk
menjernihkan usaha migas kita, maka SKK Migas harus dibubarkan, dan kembalikan wewenangnya
kepada Pertamina, perkuat pertamina dengan UU tentang pertamina seperti UU No.8 Tahun 1971
Tentang Pertamina. Bentuk pengawasan yang melekat untuk menghindari penyimpangan yang terjadi.
3. Subsidi BBM
Permasalahan subsidi ini menjadi masalah pelik, rumit dan penuh kebohongan yang selama puluhan
tahun dipertahankan dalam APBN dengan pola yang tidak transparan dan cenderung hanya untuk
memperkaya para mafia yang ada. Penetapan besaran subsidi tidak pernah dibuka ke publik secara jujur.
Subsidi ini bisa ditetapkan setelah adanya perhitungan biaya produksi BBM kita, namun anehnya,
pemerintah tidak pernah membuka secara jujur tentang tentang biaya produksi, dan bila pemerintah
dalam beberapa kesempatan menyebut biaya produksi, tidak pernah sama dan sering berbeda dan saling
sanggah antara pejabat negara. Ini memalukan bagi sebuah bangsa yang mengaku berbudaya tinggi,
tapi penuh kebohongan. Banyak pihak yang melakukan perhitungan sendiri terhadap harga BBM
mengacu pada harga BBM internasional dan kurs dolar, hasilnya sungguh mencengangkan karena
berbeda jauh dengan perhitungan yang dilakukan oleh pemerintah. Perbedaan ini pun tidak pernah
dijawab oleh pemerintah dan bahhkan membiarkan polemik itu berkelanjutan. Pemerintah harus
menetapkan harga biaya produksi secara terbuka dengan melibatkan pihak pihak independent. Saya
melihat penetapan Idul fitri yang dilakukan oleh pemerintah bersama organisasi-organisasi keagamaan,
pola ini dapat ditiru oleh pemerintah untuk menghitung biaya produksi BBM kita sehingga penetapan
subsidi benar-benar faktual dan tidak direkayasa penuh kebohongan untuk memperkaya mafia.
4. Cost Recovery
Kebijakan pemerintah yang memasukkan Cost recovery sebagai bagian dari product Sharing Contract
(PSC) adalah salah satu kesalahan yang sangat fatal sebagai akibat dari UU No.22 Tahun 2001 tentang
Migas. Cost recovery ini menjadi momok menyakitkan bagi bangsa kita, karena kita telah menjadi orang
bodoh yang menyerahkan hasil bumi kita secara cuma2 kepada pihak asing dalam hal ini perusahaan
explorasi migas. Semua bentuk pengeluaran perusahaan explorasi dimasukkan dalam hitungan Cost
recovery, ini sungguh perampokan yang dilegalkan oleh pemerintah melalui UU pro kapitalis. Kedepan
Cost recovery ini harus dihentikan, Product Sharing Contract harus dirobah mejadi Service Contract yang
lebih menguntungkan bagi bangsa dan negara. Service kontract tidak mengenal Cost recovery, tetapi
bagi hasil murni yang sama2 menguntungkan. Penerapan Service Contract ini sangat perlu segera
diterapkan khususnya pada kontrak-kontrak yang sudah habis masa konsesinya. Jika ingin diperpanjang,
maka kontrak PSC yang selama ini dipergunakan harus diganti dengan SC yang tidak lagi mengenal Cost
recovery. Jika pemerintah berani melakukan ini, maka negara akan diuntungkan sangat besar setiap
tahunnya dari dunia migas, meski sebetulnya kontrak yang sudah habis masa konsesinya lebih baik
diambil alih seluruhnya dengan menasionalisasi kontrak tersebut. Hal ini akan memutus kenikmatan yang
diperoleh mafia selama ini dari pengucuran Cost recovery yang sangat besar yang mana pada tahun
2014 tercatat pemerintah harus membayar Cost recovery sebesar USD 16 M.
5. Kilang Minyak
Kebijakan pemerintah selama ini yang tidak memberikan kemudahan investasi terhadap pembangunan
Kilang minyak, menjadi salah satu bentuk permainan mafia diatataran kebijakan. Inilah keuntungan yang
didapat mafia dengan menempatkan oragn2nya duduk dalam posisi penting pengambil kebijakan.
Dihambatnya pembanguna kilang minyak adalah cara mafia untuk terus mengimport minyak secara
besar2an. Semakin besar impor semakin besar jugalah keuntungan para mafia yang bermain.
Kedepan, pemerintahan Joko Widodo harus menargetkan pembangunan kilang minyak untuk mampu
mencukupi seluruh kebutuhan nasional. Indonesia harus memiliki kilang pengolahan minyak, yang
mampu memproduksi minyak hingga minimal 1,5 juta barel perhari. Saat ini Indonesia baru punya kilang
minyak diantaranya, Kilang Pangkalan Brandan dengan kapasitas 5000 barel / hari, Kilang Dumai
170.000 barel/hari, Kilang Plaju/Musi 133.000 barel/hari, Kilang cilacap 348.000 barel/hari, Kilang
Balongan 125.000 barel/hari, Kilang Kasim 1000 Barel/hari. Kilang-kilang minyak ini masih sangat tidak
mampu memenuhi kebutuhan nasional, disamping kilang sudah tua, tidak lagi mampu berproduksi secara
maksimal.
Melihat fakta suplay and demand, maka pemerintah perlu segera membuka kemudahan bagi investasi
pembangunan kilang minyak minimal dalam 4 tahun kedepan mampu menambah pasokan sebesar
500.000 barel / barel untuk memenuhi kebutuhan nasional. Untuk menopang keberadaan kilang minyak
ini, maka dalam UU Migas yang baru harus dicantumkan bahwa minyak bagi hasil untuk perusahaan
operator/explorasi tidka boleh dijual kepasar internasional tapi dijual kepertamina dengan harga yang
berlaku dipasar internasional. Dengan demikian, minya produksi nasional tidak lagi dijual keluar tapi
diolah dikilang minyak kita snediri untuk memenuhi kebutuhan nasional. Peningkatan kebutuhan terhadap
BBM juga harus diikuti pembangunan infrastruktur Gas seperti SPBG untuk transportasis yang
menghabiskan 70% BBM serta gas untuk pembangkit listrik. Dengan demikian, bangsa kita bisa
berdaulat dan tidak lagi impor minyak. Zero impor, dengan sendirinya mematikan mafia.