Anda di halaman 1dari 24

Makalah

PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN


KELAS
Disusun Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah
Manajemen Pengelolaan Administrasi Sekolah

Oleh Kelompok 3
Irmaini

NIM.

Jefri Soni

8126132054
NIM.

Irvan Wandri

8126132055
NIM.

Jhon R Siregar

8126132056
NIM.

Leonardo

8126132057
NIM.

Sijabat

8126132058

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


KONSENTRASI KEPENGAWASAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIMED


2013

PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS

A. PENDAHULUAN
Pengelolaan

kelas

termasuk

faktor

penting

yang

membantu anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.


Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan
kompetensinya,

guru

yang

kompeten

akan

lebih

mampu

menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih


mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada
pada tingkat yang optimal. Pengelolaan kelas dipandang sebagai
salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang
mendasar, di antaranya

mengelola tingkah laku siswa dalam

kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses


kelompok. Aktivitas pengelolaan yang dilakukan oleh guru dalam
rangka

menciptakan

kondisi

yang

optimal

agar

proses

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dapat berupa


tindakan pencegahan atau perbaikan.
Tindakan

pecegahan

dapat

dilakukandengan

jalan

menyediakan atau membangun kondisi baik fisik maupun kondisi


sosio emosional yang dirasakan kenyamanan dan keamanannya
oleh

peserta

didik

sehingga

mereka

termotivasi

untuk

belajar.Setelah tindakan preventif dilakukan maka tindakan


selanjutnya adalah tindakan korektif terhadap tingkah laku
peserta didik yang menyimpang dan merusak kondisi optimal
pembelajaran yang sedang berlangsung. Tindakan itu antara lain
dapat berupa tindakan darurat dan tindakan strategis. Tindakan
darurat adalah tindakan yang diambil untuk mengatasi perilaku
yang tidak disiplin dan mengganggu pada saat pembelajaran

demi tujuan jangka pendek.Sedangkan tindakan strategis adalah


tindakan yang diambil untuk mengatasi perilaku peserta didik
yang tidak disiplin dengan tujuan mengubah dan memperbaiki
perilakunya.
Berdasarkan masalah-masalah yang bersifat individual
dan kolektif yang sering kali terjadi dalam pengelolaan kelas,
sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami
kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab ia harus
terlebih dahulu meyakini bahwa pendekatan yang dipilihnya
untuk menangani suatu kasus pengelolaan kelas merupakan
alternatif yang terbaik sesuai dengan hakekat masalahnya.
Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa
penggunaan suatu pendekatan memang cocok dengan hakekat
masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan
untuk mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap
kali

ia

menangani

keprofesionalan

cara

kasus
kerja

pengelolaan
seorang

guru

kelas.

Sebaliknya,

adalah

demikian

sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak


memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih
mampu

melakukan

analisis

ulang

terhadap

situasi

untuk

kemudian tiba pada alternatif pendekatan yang kedua, dan


seterusnya.
B. PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS
Peserta didik dalam mengikuti pembelajaran itu tidak
hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara
psikologis. Dengan kata lain, peserta didik harus dibimbing untuk
mendapatkan pengalaman, dan membentuk kompetensi yang
akan

mengantar

mereka

mencapai

tujuan

dari

sebuah

pembelajaran. Ini berarti bahwa guru harus mampu memaknai


kegiatan pembelajaran dengan serangkaian kreativitasnya, salah
satunya dari kemampuan guru dalam pengelolaan kelas.

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu, Pengelolaan


dan Kelas.Istilah lain dari kata pengelolaan adalah manajemen.
Manajemen berasal dari bahasa Inggris, yaitu management,
yang berarti ketataaksanaan, tata pimpinan, pengadministrasian,
pengaturan atau penataan suatu kegiatan.(Djamarah:2006, 196).
Sedangkan kelas menurut Hamalik yang dikutip oleh Djamarah
adalah

suatu

kelompok

orang

yang

melakukan

kegiatan

pembelajaran secara bersama, yang mendapat bimbingan dari


seorang pengajar/guru. Pengertian ini jelas meninjaunya dari segi
peserta didik, karena dalam pengertian tersebut ada frase
kelompok orang. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto
yang juga dikutip oleh Djamarah yang menyatakan bahwa kelas
adalah sekelompok peserta didik yang pada waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.(Djamarah:
2006).
Berbeda dengan pendapat Nawawi yang memandang
kelas

dari

dua

sudut,

yaitu:

(a)

Kelas

dalam

arti

sempit/tradisional yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat


dinding, tempat sejumlah berkumpul untuk mempelajari sebuah
materi dalam sebuah pembelajaran. Kelas dalam pengertian
tradisional

ini

menunjukkan

mengandung
pada

kelas

sifat
dalam

statis
makna

karena
sebuah

sekedar
sarana

pembelajaran yang digunakan untuk mengelompokkan menurut


tingkat perkembangannya yang antara lain didasarkan pada
batas umur kronologis masing-masing; (b) Kelas dalam arti luas
adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah, yang sebagai suatu kesatuan diorganisir
menjadi unit kerja yang secara dinamis dapat menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan pembelajaran

yang kreatif untuk mencapai

suatu tujuan. (Djamarah: 2006).


Selanjutnya pengelolaan kelas menurut Rohani adalah
menunjuk kepada pengaturan orang (dalam hal ini terutama

peserta didik) maupun pengaturan fasilitas. Fasilitas disini


mencakup pengertian yang luas mulai dari ventilasi, penerangan,
tempat duduk, sampai dengan perencanaan program belajar
mengajar yang tepat (Rohani: 2004). Pendapat yang sama juga
diungkapkan

oleh

Arikunto,

menurutnya

pengelolaan

kelas

adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggungjawab


kegiatan pembelajaran atau asisten/yang membantu dengan
maksud

agar

dicapainya

kondisi

optimal

sehingga

dapat

terlaksana kegiatan pembelajaran seperti yang diharapkan.


Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan pengelolaan kelas adalah keterampilan guru
dalam menata/menciptakan dan memelihara sebuah kelas dan
fasilitasnya agar atmosfir pembelajaran dapat terkendali secara
optimal baik ketika pembelajaran dalam kondisi normal maupun
ketika ada muncul hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran
di kelas. Selain itu, petugas yang bertanggungjawab dalam
pengelolaan kelas "guru" dapat melibatkan peserta didik dalam
melaksanakan kegiatan pengelolaan tersebut.
Penjelasan

di

atas

memberikan

gambaran

bahwa

pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan.


Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah terciptanya kelas
dengan

berbagai

fasilitas

yang

dibutuhkan

dan

mampu

menopang keberhasilan kegiatan pembelajaran di kelas. Fasilitas


yang disediakan memungkinkan peserta didik untuk belajar dan
bekerja

dalam suasana

kepuasan,

suasana

sosial-emosional yang memberikan

disiplin,

perkembangan

intelektual,

emosional, sikap serta apresiasi pada materi pembelajaran


sehingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran itu
sendiri.
Aktivitas pengelolaan yang dilakukan oleh guru dalam
rangka

menciptakan

kondisi

yang

optimal

agar

proses

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dapat berupa

tindakan pencegahan atau perbaikan. Tindakan pecegahan dapat


dilakukan dengan jalan menyediakan atau membangun kondisi
baik fisik maupun kondisi sosio-emosional yang dirasakan
kenyamanan dan keamanannya oleh peserta didik sehingga
mereka termotivasi untuk belajar.
Kegiatan

pengelolaan

kelas

yang

bersipat

preventif

tersebut antara lain: Pertama, mengatur ruang kelas yang


memungkinkan semua bergerak leluasatidak berdesak-desakan
dan saling menggangu antara peserta didik yang satudengan
yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. Tidak ada
satupun pengaturan ruangan yang ideal dan tidak boleh dirubah,
namun terdapat beberapa pilihan yang bisa dipilih.
Menurut Silberman (2001) ada sepuluh rancangan tata
ruangan kelas yaitu:out grouping, susunan chevron, kelas
traditional dan auditorium. tata ruangan berbentuk hurup U,
bercorak

tim,

meja

konferensi,

lingkaran,

kelompok

untuk

kelompok, workstation, break out grouping, susunan chevron,


kelas tradisional dan auditorium. Terkait dengan hal di atas,
dalam mengatur kelas perlu diperhatikan juga

pengaturan

tempat duduk. Pengaturan posisi tempat duduk di kelas sangat


berpengaruh bagi para peserta didik, interaksi antar mereka dan
interaksi dengan guru. Dalam mengatur tempat duduk peserta
didik dapat disesuaikan dengan rancangan pembelajaran dan
jenis teknik mengajar yang dipilih guru.
Format apapun yang dipilih guru dalam mengatur tempat
duduk haruslah berdasarkan persyaratan berikut ini: (1) Memiliki
kemudahan untuk mengembangkan dan memantau proses
pembelajaran

yang

sedang

berlangsung;

(2)

Selalu

memungkinkan guru memiliki akses untuk berkomunikasi dengan


dari waktu ke waktu; (3) Menjaga proses pembelajaran yang
sedang berlangsung agar tidak mengganggu proses pembelaran
dari kelas yang berdampingan; (4) Dapat menyesuaikan dengan

tingkat perkembangan psikologis; dan (5) Menjaga asas keadilan


bagi setiap peserta didik. Apabila guru menetapkan salah satu
format dalam jumlah lebih dari satu pada satu saat untuk satu
tugas kelas, maka prinsip kerja sama lebih diutamakan daripada
prinsip kompetensi bebas. (Harsanto: 2007)
Kedua, mengatur situasi kelas. Kondisi sosio-emosional
dalam kelasakan mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap

proses

pembelajaran.

Kegairahan

peserta

didik

merupakan efektivitas tercapainya tujuan pembelajaran. Kondisi


sosio- emosional seperti itu terwujud dalam

interaksi edukatif

dialogis antara guru dan peserta didik. Interaksi eduakatif


dialogis mempunyai tujuan untuk mendidik dan mengantar
peserta didik pada arah "kedewasan". Ciri-ciri dari interaksi
edukatif dialogis sebagai berikut: 1) Ada tujuan yang ingin
dicapai. 2) Ada bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi. 3)
Ada

pelajar

yang

aktif

mengalami.4)

Ada

guru

yang

melaksanakan.5) Ada metode yang digunakan. 6) Ada proses


interaksi yang berjalan dengan baik. 7) Ada penilaian terhadap
hasil interaksi (Tohirin: 2005).
Setelah

tindakan

preventif

dilakukan

pada

pengelolaan kelas, maka tindakan selanjutnya adalah

awal

tindakan

korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang


dan

merusak

kondisi

optimal

pembelajaran

yang

sedang

berlangsung. Tindakan itu antara lain dapat berupa tindakan


darurat dan tindakan strategis. Tindakan darurat adalah tindakan
yang kita ambil untuk mengatasi perilaku yang tidak disiplin dan
mengganggu pada saat pembelajaran demi tujuan jangka
pendek.
Sedangkan tindakan strategis

adalah tindakan yang

diambil untuk mengatasi perilaku peserta didik/siswa yang tidak


disiplin dengan tujuan mengubah dan memperbaiki perilakunya.
Ada lima langkah yang dapat membantu dalam mengambil

tindakan stategis ini yaitu:

(1) Membuat catatan dan daftar

perilaku siswa yang dinilai menggangu; (2) Amati setiap perilaku


yang mengganggu; (3) Sesudah disusun skala prioritas perilaku
siswa yang akan ditangani, perlu adanya kejelasan tujuan dari
bertindak; (4) Dibuat rencana kerja yang hendak dilakukan; dan
(5) pelaksanaan rencana kerja.(Harsanto:2007).
A. ALTERNATIF PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS
Masalah-masalah

dalam pengelolaan kelas yang sering

terjadi dapat dikategorisasikan menjadi dua kategori yaitu


masalah yang bersifat individual dan kelompok. Masalah itu
muncul dari sebuah keinginan dari setiap peserta didik bahwa
semua tingkah laku yang mereka lakukan dapat diterima.Jika
keinginan tersebut tidak diterima

maka mereka bertindak

dengan cara-cara yang tidak logis dan lumrah.


Di antara tindakan atau perbuatan asosial yang bersifat
individu menurut Direkurs sebagaimana dikutip Rohani (2004)
adalah sebagai berikut:
a. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain
misalnya membadut aktif di kelas, atau berbuat serba
lamban.
b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan misalnya
selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional.
c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain, misalnya
mengata-ngatai.
d. Peragaaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama
sekali menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena
yakin bahwa kegagalan yang menjadi bagiannya.
Adapun masalah kelompok dalam pengelolaan kelas
adalah: 1) Kelas kurang kohesif. 2) Kelas memberikan reaksi
negative terhadap salah seorang siswa. 3) Kelas memberikan
support kepada anggota kelas yang melanggar norma atau

disiplin. 4) Kelas mudah dialihkan konsentrasinya kepada hal-hal


yang tidak ada hubungan dengan kegiatan pembelajaran. 5)
Semangat kerja rendah. 6) Kelas kurang mampu beradaptasi
dengan kondisi yang baru.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, sebagai pekerja
profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan
pendekatan-pendekatan kelas, sebab ia harus terlebih dahulu
meyakini bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani
suatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik
sesuai dengan hakekat masalahnya. Artinya seorang guru
terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan suatu
pendekatan memang cocok dengan hakekat masalah yang ingin
ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan untuk mengatakan
bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali ia menangani
kasus pengelolaan kelas. Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja
seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif
tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana
yang diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis
ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba pada alternatif
pendekatan yang kedua, dan seterusnya.
Djamarah

(2006)

pendekatan-pendekatan

dalam

pengelolaan kelasadalah sebagai berikut :


a.

Pendekatan Otoriter
Pendekatan otoriter memandang bahwa manajerial kelas
sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta
didik oleh guru.Pendekatan ini menempatkan guru dalam
peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas
dengan menggunakan strategi pengendalian.Tujuan guru
yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta didik.
Guru bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta
didik

karena

gurulah

yang

paling

mengetahui

dan

berurusan dengan peserta didik. Tugas ini sering dilakukan

guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan


hukuman.
Kelemahan :
Pendekatan otoriter janganlah dipandang sebagai strategi
yang bersifat mengintimidasi.Guru yang mempraktekkan
pendekatan

otoriter

tidak

memaksakan

kepatuhan,

merendahkan peserta didik, dan tidak bertindak kasar. Guru


otoriter bertindak untuk kepentingan peserta didik dengan
menerapkan disiplin yang tegas.Pendekatan ini kurang
mantap dalam pelaksanaan baik perintah maupun larangan
dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah - masalah
pengelolaan kelas tertentu.
Kelebihan :
Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang dapat
diterapkan

dalam

memanajemeni

kelas

yaitu

(1)

menetapkan dan menegakkan peraturan, (2) memberikan


perintah,

pengarahan,

teguran,

(4)

mendektai,

dan

pesan,

menggunakan

dan

(5)

(3)

menggunakan

pengendalian

menggunakan

dengan

pemisahan

dan

pengucilan.
Otoriter

Pengelolaan

kelas

sebagai

proses

untuk

mengontrol tingkah laku siswa kearah disiplin, bila timbul


masalah

masalah

yang

merusak

kedisiplinan

dan

ketertiban kelas maka menggunakan pendekatan perintah


dan larangan, penekanan dan penguasaan, penghukuman
dan pengancaman
b.

Pendekatan Intimidasi
Pendekatan
intimidasi
memandang
pengendalian

adalah

manajemen
perilaku

pendekatan

kelas

peserta

yang

sebagai

didik.

Berbeda

proses
dengan

pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang


manusiawi,

pendekatan

intimidasi

menekankan

pada

perilaku guru yang mengintimidasi.Bentuk-bentuk intimidasi

itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan,


ancaman, menyalahkan.Peranan guru adalah memaksa
peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.
Kelemahan :
Kendatipun pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas
dan

ada

manfaatnya,

terdapat

kecaman

terhadap

pendekatan ini.Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat


pemecahan

masalah

secara

sementara

dan

hanya

menangani gejala-gejala masalahnya, bukan masalahnya


itu sendiri. Kelemahan lain yang timbul dari penerapan
pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan
hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik.
Siswa merasa dikucilkan dan takut terhadap

guru,

pendekatan ini tidak berlaku untuk situasi kelas yang ricuh


atau

ramai

keseluruhan

individu.Penggunaan
pemecahan

masalah

karena

pendekatan
secara

ini

bersifat

hanya

sementara

dan

bersifat
hanya

menangani gejala-gejala masalahnya, bukan masalahnya


itu sendiri. Kelemahan lain yang timbul dari penerapan
pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan
hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik
Kelebihan :
Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu
dengan menggunakan teguran keras.Teguran keras adalah
perintah verbal yang keras yang diberikan pada situasi
tertentu

dengan

maksud

untuk

segera

menghentikan

perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Misal, guru


memergoki dua peserta didik berkelahi.kemudian guru
bertindak berhenti dengan harapan setelah mendengar
suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi.
Kehadiran guru membuat mereka takut, takut karena
mereka membayangkan akan memperoleh hukuman yang
sangat berat.

10

Intimidasi : Perlakuan yang menggunakan pendekatan ini


akan menjadikan siswa tidak mengulangi perbuatannya lagi
(siswa akan merasa jera) dan sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik
c.

Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan
perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral
dari pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga
guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas
sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah
meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu
akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur
tangan guru hendaknya seminimal mungkin, dan berperan
sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik
secara penuh.
Kelemahan
Pendekatan permisif sedikit penganjurannya.Pendekatan ini
kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah sistem
sosial yang memiliki pranata-pranata sosial.Dalam sistem
sosial para anggotanya, dalam hal ini guru dan peserta didik
menyandang hak dan kewajiban.Mereka diharapkan bertindak
sesuai dengan hak dan kewajibannya dan diterima oleh
semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan
memerkosa dan mengancam hak-hak orang lain.
Melalui pendekatan ini pengajar memandang mudah, tak
banyak risiko. Namun sebenarnya pengajar gegabah dalam
mengambil

cara

pendekatan,

mengalihkan,

menukar,

mengganti suatu tugas atau penanggungjawab. Padahal


pembelajar memiliki harga diri pribadi serta pola berpikir yang
tidak sama. Pendekatan ini juga kurang menguntungkan dan
tanpa kontrol yang memandang ringan terhadap gejala-gejala
yang

muncul

seperti:

mengalihkan,

memasabodohkan,

membiarkan dan memberi kebebasan terhadap peserta didik.

11

Pihak

pengajar

dan

pembelajar

tampak

bebas,

kurang

memikat. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah


dan kelas adalah sistem sosial yang memiliki pranata-pranata
social
Kelebihan :
Banyak pendapat
permisif

dalam

diterapkan

yang

mengatakan

bentuknya

dalam

situasi

yang
atau

bahwa

murni

pendekatan

tidak

lingkungan

produktif

sekolah

dan

kelas.Namun disarankan agar guru memberikan kesempatan


kepada para peserta didik melakukan urusan sendiri apabila
hal itu berguna. Urusan itu seperti para peserta didik
memperoleh kesempatan secara psikologis, memilkul risiko
yang aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya,
mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri, disiplin
sendiri, dan tanggung jawab sendiri. Dengan demikian, guru
harus dapat menemukan cara untuk memberikan kebebasan
sebesar mungkin kepada peserta didik di satu sisi, di sisi lain
tetap dapat mengendalikan kebebasan itu dengan penuh
tanggung jawab.
Permisif : Memiliki tema sentral yaitu apa, kapan dan dimana
juga guru hendaknya membiarkan peserta didik bebas sesuai
dengan

yang

diinginkannya.

Peranan

guru

adalah

meningkatkan kebebasan peserta didik , sebab dengan itu


akan mudah membantu pertumbuhan secara wajar. Campur
tangan guru hendaknya seminimal mungkin, dan berperan
sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik
secra penuh.
d.

Pendekatan Buku Masak


Pendekatan buku masak adalah pendekatan berbentuk
rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan atau
yang tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila
menghadapi berbagai tipe masalah manajemen kelas.

12

Daftar tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang


tidak harus dilakukan ini biasanya dapat ditemukan dalam
artikel: Tiga puluh cara untuk memperbaiki perilaku peserta
didik, misalnya karena daftar ini sering merupakan resep
yang cepat dan mudah, pendekatan ini dikenal sebagai
pendekatan buku masak.
Kelemahan :
Pendekatan buku masak tidak dijabarkan atas dasar konsep
yang jelas, sehingga tidak ditemukan prinsip-prinsip yang
memungkinkan

guru

masalah-masalah
menumbuhkan

menerapkan secara

lain.

sikap

Pendekatan

reaktif

pada

ini
diri

umum pada
cenderung
guru

dalam

memanajemeni kelas. Dengan kata lain, guru biasanya


memberikan reaksi terhadap masalah tertentu dan sering
mempergunakan dalam jangka pendek. Kelemahan lain
pendekatan buku masak adalah apabila resep tertentu
gagal mencapai tujuan, guru tidak dapat memilih alternatif
lain, karena pendekatan ini bersifat mutlak. Guru yang
bekerja

dengan

kerangka

acuan

buku

masak

akan

merugikan diri sendiri dan tidak mungkin menjadi manajer


kelas yang efektif.
Apabila resep tertentu gagal mencapai tujuan, guru tidak
dapat memilih alternatif lain karena pendekatan ini bersifat
mutlak. Guru yang bekerja dengan kerangka acuan buku
masak akan merugikan diri sendiri dan tidak mungkin
menjadi manajer kelas yang efektif.
Kelebihan :
Karena memiliki daftar tentang apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak harus dilakukan. Biasanya dapat
ditemukan

dalam

artikel:

Tiga

puluh

cara

untuk

memperbaiki perilaku peserta didik, misalnya karena daftar


ini sering merupakan resep yang cepat dan mudah,
pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan buku masak.

13

Pendekatan ini cenderung menumbuhkan sikap reaktif pada


diri guru dalam memanajeneni kelas. Dengan kata lain guru
bisanya memberikan reaksi terhadap masalah tertentu dan
e.

sering menggunakannya dalam jangka pendek


Pendekatan Instruksional
Pendekatan
instruksional
adalah
pendekatan

yang

mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang


dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah
timbulnya

sebagian

besar

masalah

manajerial

kelas.

Pendekatan ini berpendapat bahwa manajerial yang efektif


adalah

hasil

bermutu.Dengan

perencanaan
demikian

pengajaran

peranan

guru

yang
adalah

merencanakan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap


peserta didik.
Kelemahan :
Para penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen
kelas cenderung memandang perilaku instruksional guru
mempunyai

potensi

manajemen
timbulnya

kelas.

mencapai
Tujuan

masalah

itu

manajerial,

dua

tujuan

adalah:
dan

2)

1)

utama

mencegah

memecahkan

masalah manajerial kelas. Cukup banyak contoh yang


membuktikan

bahwa

direncanakan

dan

kegiatan

dilaksanakan

belajar-mengajar
dengan

baik

yang
adalah

merupakan faktor utama dalam pencegahan timbulnya


masalah manajemen kelas.
Anggapan
bahwa
dalam

suatu

perencanaan

dan

pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah


laku anak didik dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa
dicegah, namun masing- masing peserta didik memiliki
permasalahan yang berbeda
Kelebihan :
Pendekatan ini berpendapat bahwa manajerial yang efektif
adalah

hasil

bermutu.Dengan

perencanaan
demikian

14

pengajaran

peranan

guru

yang
adalah

merencanakan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap


peserta didik.
Mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku
anak didik yang kurang baik.Para penganjur instruksional
dalam manajameen kelas cenderung memandang perilaku
instruksional guru mempunyai potensi mencapai dua tujuan
utama

manajemen

kelas

yaitu

mencegah

timbulnya

masalah menejerial dan memecahkan masalah manajerial


kelas.
f.

Pendekatan Pengubahan Perilaku


Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsipprinsip

psikologi

behaviorisme.

Prinsip

utama

yang

mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan hasil


proses belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku yang
sesuai maupun perilaku yang menyimpang
Kelemahan :
Penganjur pendekatan ini berpendapat bahwa seorang
peserta didik berperilaku menyimpang adalah disebabkan
oleh salah satu dari dua alasan berikut: 1) peserta didik
telah belajar berperilaku yang tidak sesuai, atau 2) peserta
didik tidak belajar berperilaku yang sesuai. Pendekatan
pengubahan perilaku dibangun atas dasar dua asumsi
utama yaitu: 1) empat proses dasar belajar, 2) pengaruh
kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas guru adalah
menguasai

dan

menerapkan

empat

prinsip

dasar

belajar.Prinsip tersebut adalah penguatan positif, hukuman,


penghentian, dan penguatan negatif.
Proses belajar sebagian atau bahkan seluruhnya dipengaruh
oleh kejadian - kejadian yang berlangsung di lingkungan.
Penguatan perilaku tertentu sejalan dengan usaha belajar
yang

hasilnya

akan

memperoleh

ganjaran

hadiah

(penguatan atau pendorong). Usaha pemberian hadiah atau


ganjaran ini dimaksud untuk memberi penguatan tertentu

15

agar muncul suatu perilaku baru yang semakin mantap,


kuat dan disetujui.Perilaku tertentu yang diberi ganjaran
cenderung untuk diteruskan.
Kelebihan :
Pendekatan pengubahan perilaku dibangun atas dasar dua
asumsi utama yaitu: 1) empat proses dasar belajar, 2)
pengaruh kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas guru
adalah menguasai dan menerapkan empat prinsip dasar
belajar.Prinsip tersebut adalah penguatan positif, hukuman,
penghentian, dan penguatan negatif.
Pendekatan penghukuman ini dianggap bermanfaat bila
segera menghentikan atau menghilangkan penampilan
tingkah laku yang tak disukai sambil melaksanakan system
penguatan yang tepat bagi kelayakan penampilan perilaku
tertentu yang disukai.Memperlihatkan persetujuan terhadap
perilaku yang isukai dan sebaliknya merupakan tindakan
yang efektif untuk membina tingkah laku pembelajar dalam
kelas

adalah

kunci

dalam

pengelolaan

kelas

melalui

pengubahan perilaku.
g.

Pendekatan Iklim Sosio-Emosional


Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas
berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dan karena itu
memberikan arti yang sangat penting pada hubungan antar
pribadi.Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa
manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif)
sangat tergantung pada hubungan yang positif antara guru
dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas
hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas
pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun
hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim
sosio-emosional yang positif pula.
Kelemahan :

16

Pendekatan

ini

dibangun

atas

dasar

asumsi

bahwa

manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif)


sangat tergantung pada hubungan yang positif antara guru
dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas
hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas
pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun
hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim
sosio-emosional yang positif pula.
Kegiatan pembelajaran di sekolah berlangsung dalam suatu
kelompok tertentu.Kelas adalah suatu sistem sosial yang
memiliki ciri - ciri sebagaimana dimiliki oleh sistem sosial
lainnya.
Kelebihan :
Pendekatan ini

dibangun

atas

dasar

asumsi

bahwa

manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif)


sangat tergantung pada hubungan yang positif antara guru
dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas
hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas
pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun
hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim
sosio-emosional yang positif pula.
Pembelajar perlu dilayani dengan penuh penghargaan
sehingga

pengajar

mengupayakan

sejauh

mungkin

kemungkinan yang menimbulkan kegagalan yang efeknya


bisa membunuhkan motivasi, kecemasan, tanpa harapan,
dan menyingkirkan perangsang timbulnya tingkah laku
menyimpang.Kelas

yang

diliputi

oleh

hubungan

inter-

personal yang baik merupakan kondisi yang beriklim sosio


emosional

yang

baik.Sehingga

menjadikan

pembelajar

merasa tenteram tanpa suatu ancaman atau dikejar-kejar


oleh kekuasaan/ penekatan tertentu.
h.

Pendekatan Proses Kelompok

17

Premis

utama

yang

kelompok

didasarkan

kehidupan

sekolah

mendasari
pada

pendekatan

asumsi-asumsi

berlangsung

dalam

proses

barikut:

1)

lingkungan

kelompok, yakni kelompok kelas, 2) tugas pokok guru


adalah memnciptakan dan membina kelompok kelas yang
efektif dan produktif, 3) kelompok kelas adalah suatu
system social yang mengandung cirri-ciri yang terdapat
pada semua system social, 4) pengelolaan kelas oleh guru
adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang
menunjang

terciptanya

suasana

belajar

yang

menguntungkan.
Kelemahan :
Komunikasi, baik verbal maupun non-verbal adalah dialog
antara anggota-anggota kelompok.Komunikasi mencakup
kemampuan khas manusia untuk saling memahami buah
pikiran

dan

perasaan

masing-masing.Komunikasi

yang

efektif berarti menerima pesan menafsirkan dengan tepat


pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan. Oleh karena
itu,

tugas

rangkap

guru

adalah

membuka

saluran

komunikasi sehingga semua siswa menyatakan buah pikiran


dan perasaanya dengan bebas, menerima buah pikiran dan
perasaan siswa
Menumbuhkan pada diri pengajar dan pembelajar yang
realistik tepat dan jelas, Suatu kelompok dalam kelas
terciipta jika terrdapat kepemimpinan yang didistribusikan
pada semua anggota kelompok, sehingga setiap anggota
merasakan
untuk

bahwa

mereka

melaksanakan

mempunyai

tugas

kelompok

tanggungjawab
dengan

baik,

Menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, positif di


antara

anggota

kelompok

yang

menungkinkan

dalam

pengelolaan kelas dan menghindari tingkah laku yang


menyimpang
Kelebihan :

18

Premis

utama

yang

kelompok

didasarkan

kehidupan

sekolah

mendasari
pada

pendekatan

asumsi-asumsi

berlangsung

dalam

proses

barikut:

1)

lingkungan

kelompok, yakni kelompok kelas, 2) tugas pokok guru


adalah memnciptakan dan membina kelompok kelas yang
efektif dan produktif, 3) kelompok kelas adalah suatu
system social yang mengandung cirri-ciri yang terdapat
pada semua system social, 4) pengelolaan kelas oleh guru
adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang
menunjang

terciptanya

suasana

belajar

yang

menguntungkan
Menekankan pentingnya cirri-ciri kelompok sehat yang
terdapat dalam kelas didukung adanya saling berhubungan
antar pembelajar dalam kelompok dikelas itu.Membantu
kelompok

yang

bertanggung

awab

atas

perbuatan

kelompok.Kelompok yang berfungsi secara efektif dapat


melakukan pengawasan yang mantap terhadap anggotaanggitanya.
i.

Pendekatan Eklektik
Wilford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan
cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai
pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu
kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang secara
filosofis, teoritis, dan/atau psikologis dinilai benar, yang bagi
guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan
tertentu yang sesuai dengan situasi disebut pendekatan
eklektik (Wilford A. Weber, 1986). Dua syarat yang perlu
dikuasai oleh guru dalam menerapkan pendekatan eklektik
yaitu: 1) menguasai pendekatan-pendekatan manajemen
kelas yang potensial, seperti pendekatan Pengubahan
Perilaku,

Penciptaan

Iklim

Sosio-Emosional,

Proses

Kelompok, dan 2) dapat memilih pendekatan yang tepat

19

dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam


masalah manajemen kelas ( M. Endang dan T. Raka Joni,
1983)
Kelemahan :
Pendekatan Perubahan Tingkah Laku dipilih, misalnya bila
tujuan tindakan manajemen kelas yang akan dilakukan
adalah menguatkan tingkah lakupeserta didik yang baik
dan/atau menghilangkan perilaku peserta didik yang kurang
baik;

pendekatan

Penciptaan

Iklim

Sosio-Emosional

dipergunakan apabila sasaran tindakan manajemen kelas


adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru dan
peserta didik; sementaa itu pendekatan Proses Kelompok
dianut bila seorang guru ingin kelompoknya melakukan
kegiatan secara produktif
Penggunaan pendekatan ini dalam suatu situasi mungkin
dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin
harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan
tersebut (potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif).
Kelebihan :
Kemampuan guru memilih strategi manajemen kelas yang
sangat

tergantung

pada

kemampuannya

menganalisis

masalah manajemen kelas yang dihadapinya. Pendekatan


Perubahan Tingkah Laku dipilih, misalnya

bila

tujuan

tindakan manajemen kelas yang akan dilakukan adalah


menguatkan tingkah lakupeserta didik yang baik dan/atau
menghilangkan perilaku peserta didik yang kurang baik;
pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-Emosional dipergunakan
apabila

sasaran

tindakan

manajemen

kelas

adalah

peningkatan hubungan antar pribadi guru dan peserta didik;


sementaa itu pendekatan Proses Kelompok dianut bila
seorang

guru

ingin

kelompoknya

secara produktif

20

melakukan

kegiatan

Eklektik : Pendekatan ini menekankan pada potensialitas,


kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih
berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang
dihadapinya.
j.

Pendekatan Analitik Pluralistik


Berbeda dengan pendakatan eklektik, pendekatan analitik
pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih
strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi
dari

berbagai

mempunyai
masalah

pendekatan

potensi

manajemen

manajemen

terbesar
kelas

berhasil

dalam

yang

dianggap

menanggulangi

situasi

yang

telah

dianalisis.Guru yang bijaksana menghargai pendekatan dan


strategi manajemen kelas yang mempunyai konsep yang
baik.Dengan

demikian,

pendekatan

analitik

memperluas jangkauan pendekatan.Pendekatan

pluralistik
analitik

pluralistik berupa pemilihan diantara berbagai strategi


manajemen kelas suatu atau beberapa strategi yang
mempunyai kemungkinan menciptakan dan menampung
kondisi-kondisi

yang

memberi

kemudahan

kepada

pembelajaran yang efektif dan efisien.


Kelemahan :
Pendekatan analitik pluralistik berupa pemilihan diantara
berbagai strategi manajemen kelas suatu atau beberapa
strategi yang mempunyai kemungkinan menciptakan dan
menampung kondisi-kondisi yang memberi kemudahan
kepada pembelajaran yang efektif dan efisien.
Analitik Pluralistik : Kelemahanya mendominasi tergantung
berdasarkan jenispendekatan apa yang akan dipakai guru
dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.
Kelebihan :
Berbeda dengan pendakatan eklektik, pendekatan analitik
pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih
strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi

21

dari

berbagai

mempunyai
masalah

pendekatan

potensi

manajemen

terbesar

manajemen

kelas

berhasil

dalam

yang

dianggap

menanggulangi

situasi

yang

telah

dianalisis.Guru yang bijaksana menghargai pendekatan dan


strategi manajemen kelas yang mempunyai konsep yang
baik.Dengan

demikian,

pendekatan

analitik

pluralistik

memperluas jangkauan pendekatan. Pendekatan analitik


pluralistik berupa pemilihan diantara berbagai strategi
manajemen kelas suatu atau beberapa strategi yang
mempunyai kemungkinan menciptakan dan menampung
kondisi-kondisi

yang

memberi

kemudahan

kepada

pembelajaran yang efektif dan efisien.Pendekatan Analitik


Pluralistik, contoh: guru bisa menangani masalah yang
terjadi di dalam kelas dengan mudah, seperti anak yang
nakal, berkelahi, pemalu dll, karena dalam pendekatan
analitik pluralistik guru bisa memilih strategi manajemen
kelas

yang

dianggapnya

paling

berpotensi

untuk

pembelajaran.Guru dapat memilih dan menggabungkan


secara bebas pendekatan- pendekatan sesuai dengan
kemampuan selama maksud dan penggunaannnya untuk
pengelolaan

kelas

sehingga

proses

berjalan secara efektif dan efisien

22

belajar

mengajar

Sumber Bacaan

Arikunto,

Suharsimi,

1988,

Pengelolaan

Kelas

Sebuah

Pendekatan Evaluatif,Jakarta: Rajawali.


Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2006, Strategi Belajar
Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri,2000,

Guru dan Anak Didik dalam

Interaksi Edukatif,Jakarta: PT Rineka Cipta.


Harsanto,

Radno,

2007,Pengelolaan

Kelas

yang

Dinamis,

Jogjakarta: Kanisius.
Mulyasa, 2005, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Rosda
Karya.
Purwanto, Ngalim, 1998, Psikologi Belajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rohani, Ahmad, 2004,

Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT

Rineka Cipta.
Silberman, Melm 2002, Active Learning, Jogakarta: Yapendis.
Tohirin, 2005, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: PR Raja Grafindo.

23

Anda mungkin juga menyukai