Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai oleh gangguan citra tubuh
yang menonjol yang disertai rasa takut yang hebat akan kenaikan berat badan (ketakutan
besar akan kegemukan) sehingga membatasi jumlah makanan dengan amat sangat ketat.(1,2)
Gejala anoreksia nervosa termasuk orang yang mempunyai berat tubuh 15% di bawah
normal rata-rata dari umur dan tinggi tubuh, ketakutan yang luar biasa akan gemuk walau
berat tubuh sebenarnya sudah jauh di bawah tubuh ideal, terdapat juga gangguan persepsi
citra tubuhnya sehingga pasien melihat dirinya masih gemuk padahal sudah kurus sekali dan
pada wanita terdapat amenore sedikit untuk 3 bulan terakhir mungkin karena kelaparan relatif
itu.(2)
Gangguan ini yang potensial fatal mulai antara umur 13-20 tahun dan 9-10 kali lebih
banyak pada wanita daripada pria. Anoreksia lebih sering ditemukan pada kelompok
sosioekonomi menengah ke atas daripada kelompok sosioekonomi menengah ke bawah.(2)
Prevalensi gangguan makan menurut DSM-5 (n = 117), yaitu : (10)
Gangguan Makan
Anoreksia Nervosa
Bulimia Nervosa
Binge eating disorder
Gangguan makan YTK
Gangguan makan lainnya
Gangguan makan YTT

DSM-5, n (%)
55 (47.0)
22 (18.8)
6 (5.1)
30 (25.6)
4 (3.4)

Sumber : Serafino G. Mancuso, J. Richard Newton, Peter Bosanac, Susan L. Rossell, Julian B. Nesci and David
J. Castle. Classification Of Eating Disorders: Comparison Of Relative Prevalence Rates Using DSM-IV And
DSM-5 Criteria. The British Journal of Psychiatry.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
24

2.1 Definisi
Anoreksia nervosa adalah suatu gangguan makan yang ditandai oleh gangguan citra
tubuh yang menonjol yang disertai rasa takut yang hebat akan kenaikan berat badan
(ketakutan besar akan kegemukan) sehingga membatasi jumlah makanan dengan amat
ketat.(1,2)
Anoreksia nervosa adalah gangguan perilaku yang berkaitan dengan penolakan
makan. Anoreksia nervosa dapat merupakan penyerta gangguan neurotic atau psikotik
ataupun sindrom tersendiri yang disebut dengan istilah anoreksia idiopatik atau anoreksia
esensial.(8)
Penyebabnya tampaknya multifaktorial, dengan determinan termasuk pengaruh
genetik, kepribadian perfeksionisme dan compulsiveness, riwayat gangguan kecemasan,
keluarga, depresi, obesitas, rekan, tekanan, budaya sekitar mengenai penampilan.(5)
Anorexia nervosa merupakan gangguan makan yang biasanya dimulai pada masa
remaja dan ditandai oleh diet yang tekun, sering disertai dengan dorongan untuk
berolahraga sehingga berat badan rendah berkelanjutan. Fitur lain termasuk body image
terganggu, bertambahnya keinginan untuk menurunkan berat badan, dan ketakutan
kegemukan.(5)
2.2 Epidemiologi
Gangguan makan dalam berbagai bentuk telah dilaporkan hampir 4% pelajar remaja
dan dewasa muda. Sedangkan Anoreksia nervosa sendiri diperkirakan terjadi kira-kira 0,5
sampai 1% gadis remaja. Usia yang tersering untuk onset gangguan adalah pada awal
umur 20 tahun. Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita muda dibandingkan dengan
laki-laki. Biasanya gangguan ini terjadi pada wanita muda yang profesinya memerlukan
kekurusan seperti model dan penari balet.(1,12)
2.3 Etiologi
Beberapa faktor penyebab anoreksia nervosa yaitu:
a. Faktor biologis
Kelaparan menimbulkan banyak perubahan biokimia, beberapa diantaranya juga
terdapat pada depresi, seperti hiperkortisolemia dan nonsupresi oleh deksametason.
Fungsi tiroid juga ditekan. Kelainan ini diperbaiki dengan pemberian asupan nutrisi
kembali. Kelaparan menyebabkan amenore yang mencerminkan penurunan kadar
hormon (FSH, LH, dan GRH). Namun beberapa pasien anoreksia nervosa menjadi
amenore sebelum menurunnya berat badan secara signifikan.(1)
25

Secara neurokimia, berkurangnya kadar dan aktivitas norepinefrin dicurigai oleh


penurunan kadar 3-methoxy-4-hydroxyphenylglycol (MHPG) dalam urin dan cairan
serebrospinal pada beberapa pasien anoreksia nervosa. Sedangkan, penurunan MHPG
akan meningkatkan kemungkinan terjadinya depresi. Hal ini merupakan salah satu
penyebab depresi pada pasien anoreksia nervosa.(1)
b. Faktor sosial
Pasien anoreksia nervosa mendapat dukungan atas perbuatan mereka melalui
tekanan masyarakat akan olahraga dan kekurusan. Tidak ada kelompok keluarga yang
spesifik untuk anoreksia nervosa, tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa pasien
ini memiliki hubungan dekat tetapi bermasalah dengan orang tuanya. Di dalam
keluarga dengan anak yang memiliki gangguan makan, terutama makan berlebihan
atau subtipe mengeluarkan kembali, mungkin terdapat tingkat permusuhan, kekacauan
dan isolasi yang tinggi serta tingkat empati dan pengasuhan yang rendah.(1)
c. Faktor psikologis dan psikodinamis
Anoreksia nervosa tampak sebagai reaksi terhadap tuntunan yang mengharuskan
remaja untuk berperilaku lebih mandiri dan meningkatkan fungsi sosial serta
seksualnya. Pasien dengan gangguan ini

mengganti preokupasi mereka yang

menyerupai obsesi terhadap makanan dan kenaikan berat badan untuk mengejar
keserataan dengan remaja normal lainnya.(1)
2.4 Gambaran Klinis
Pasien dengan gangguan ini menunjukkan perilaku yang aneh tentang makanan.
Mereka menyembunyikan makanan di seluruh tempat di dalam rumah dan seringkali
membawa sejumlah besar kembang gula di dalam kantungnya dan dompetnya. Saat
makan, mereka mencoba untuk membuang makanan di dalam serbetnya atau
menyembunyikan di dalam kantungnya.(1,4)
Pasien dengan anoretik biasanya lebih cemas, obsesif dan kaku. Gangguan itu
biasanya mulai dalam rangka satu konflik tentang kebebasan dan seksualitas. Kondisi ini
dapat berada bersama dengan bulimia nervosa dalam lingkaran kelaparan yang kaku
diikuti dengan hilangnya pengendalian dengan episode makan lahap sehingga membuat
pasien merasa bersalah yang membuatnya melakukan muntah paksaan. Pasien anoretik
juga sering menyalahgunakan diuretika dan laksansia dalam usaha untuk menurunkan
berat badan tubuh.(2,3)
Perilaku obsesif kompulsif, depresi dan anxietas adalah gejala psikiaatrik anoreksia
nervosa lainnya yang paling sering dicantumkan dalam literature. Pasien cenderung
menjadi kaku dan perkfeksionis, disertai keluhan somatik, terutama ketidaknyamanan

26

epigastrium yang biasanya ditemukan. Mencuri kompulsif, baisanya permen dan


pencahar lazim pada pasien ini.(1)
Penyesuaian seksual yang buruk sering digambarkan pada pasien dengan gangguan
ini. Banyak pasien remaja dengan anoreksia nervosa mengalami keterlambatan
perkembangan seksual psikososial, pada orang dewasa penurunan minat yang nyata
terhadap seks sering menyertai awitan gangguan.(1)
Berikut gejala depresi pada anoreksia nervosa, yaitu : (9)
Gejala Klinis
Disforia
Gangguan depresi berat (skor >=6)
Depresi endogen (skor >=6)
Amenore
Perubahan nafsu makan
Susah tidur
Kehilangan energi
Agitasi Psikomotorik
Kehilangan minat
Selalu merasa dirinya bersalah
Konsentrasi berkurang
Percobaan bunuh diri

Jumlah
65
47
29
84
82
33
54
47
38
48
19
14

Persentase (%)
77
56
35
100
98
39
64
56
45
57
23
17

Sumber : Robert L. Hendren. Depresion in Anorexia Nervosa. Journal Of The American Academy Of Child
Psychiatry.

Ada dua subtipe dari anoreksia nervosa, yaitu(1,2)


a. Tipe Membatasi (Restricting Type)
Selama episode anoreksia nervosa saat ini, pasien tidak secara teratur terlibat
dalam perilaku pesta makan dan mencahar (yaitu membuat diri sendiri muntah atau
penyalahgunaan laksatif dan diuretik). Dan pada orang anoreksia nervosa pembatas
ini selalu membatasi pemilihan makanannya, menggunakan kalori sesedikit mungkin
dan sering kali memiliki sifat obsesif kompulsif dalam hal makanan dan hal lain.
b. Tipe Pesta Makan/Mencahar (Purging Type)
Selama episode anoreksia nervosa sekarang, pasien secara teratur terlibat
dalam pesta makan atau mencahar. Beberapa pasien tidak dapat secara terus menerus
mengendalikan pembatasan makanannya sehingga mereka melakukan pesta makan
yang biasanya terjadi secara rahasia dan sering kali pada malam hari. Muntah
diinduksi oleh diri sendiri yang sering kali mengikuti pesta makan dan pasien juga
menyalahgunakan laksatif bahkan diuretik untuk menurunkan berat badan.
Modus tampilan pada anoreksia nervosa ini meliputi: (4)
a. Remaja dibawa ke ginekolog dengan amenore sebagai keluhan utama (20%
mengalami amenore mendahului penurunan berat badan)

27

b. Remaja dengan episode penurunan berat badan tersendiri yang berkaitan dengan
stress kehidupan atau depresi
c. Remaja atau dewasa muda dengan anoreksia nervosa kronik progresif, sering
dengan penyakit afektif

kambuhan dan penyulit kelaparan, dibawa keluarga

dengan pembatasan makanan, diet dan perilaku di luar kendali


d. Datang ke dokter dengan keluhan contohnya kelelahan, tidak enak perut,
konstipasi, poliuri, intoleransi dingin dan gangguan tidur
e. Sebagian besar tampilan berkaitan dengan tingkat penyangkalan dan perlawanan
yang tinggi terhadap pengobatan.
2.5 Pedoman Diagnostic(2)
Berdasarkan PPDGJ-III :

Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu dan atau

dipertahankan oleh penderita.


Untuk suatu diagnosis yang pasti, dibutuhkan semua hal seperti di bawah ini:
a. Berat badan dipertahankan 15% dibawah yang seharusnya (baik yang berkurang
maupun yang tak pernah dicapai), atau Quetelets body-mass index adalah 17,5
atau kurang (Quetelets body-mass index = berat (kg) / tinggi (m)2). Pada penderita
pra pubertas bisa saja gagal mencapai berat badan yang diharapkan selama periode
pertumbuhan.
b. Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindarkan makanan yang
mengandung lemak dan salah satu atau lebih dari hal-hal yang berikut ini:
a) Merangsang oleh muntah sendiri
a) Menggunakan pencahar
b) Olahraga berlebihan
c) Memakai obat penekan nafsu makan dan atau diuretic
c. Terdapat distorsi body image dalam bentuk psikopatologi yang spesifik di mana
ketakutan gemuk terus menerus menyerang penderita, penilaian yang berlebihan
terhadap berat badan yang rendah.
d. Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan hypothalamic pituitary
gonadal axis dengan pria sebagai kehilangan minat dan potensi seksual. (Suatu
perkecualian adalah pendarahan vagina yang menetap pada wanita yang anoreksia
yang menerima terapi hormon, umumnya dalam bentuk pil kontrasepsi). Juga
terdapat kenaikan hormone pertumbuhan, naiknya kadar kortisol, perubahan
metabolism peripheral dan hormon tiroid dan sekresi insulin abnormal.
e. Jika onset terjadinya pada masa pra pubertas, perkembangan pubertas tertunda, atau
dapat juga tertahan (pertumbuhan terhenti, pada anak perempuan buah dadanya tidak

28

berkembang dan terdapat amenore primer, pada anak laki-laki genitalnya tetap
kecil). Pada penyembuhan, pubertas kembali normal, tetapi menarche terlambat.
Berdasarkan DSM-5 : (13)
a. Kebutuhan asupan energy yang dibatas, mengakibatkan berat badan yang rendah secara
signifikan berdasarkan umur, jenis kelamin, pertumbuhan , dan kesehatan fisik.
b. Ketakutan yang besar pada kenaikan Berat badan, atau menjadi gemuk, atau perilaku
menetap dalam menurunkan berat badan, walaupun Berat badan sudah rendah secara
signifikan.
c. Gangguan penilaian berat badan atau bentuk badan yang tidak semestinya, atau
kurangnya perhatian akan bahayanya berat badan yang terlalu rendah.
307.1 (F50.01) : Anorexia Nervosa, Restricting Type
307.1 (F50.02) : Anorexia Nervosa, Purging Type

2.6 Evaluasi Klinik(1)


a. Lakukan evaluasi medic lengkap untuk menemukan defisiensi gizi dan penyakit
metabolik. Sebagai tambahan terhadap kekurangan gizi karena kelaparan, beberapa
gangguan akibat kelaparan, beberapa gangguan kesehatan seperti kanker dan
gangguan gastrointestinal dapat menampilkan gejala berkurangnya berat tubuh yang
hebat, kemungkinan itu harus secara lengkap diperiksa. Gangguan keseimbangan
elektrolit dapat disebabkan muntah, diuretic atau laksansia.
b. Pemeriksaan skrining untuk penyalahgunaan obat/zat. Penyalahgunaan stimulansia
dapat menyebabkan berkurangnya berat tubuh walau turunnya tidak sebanyak
seperti pada anoreksia nervosa. Periksalah feses pasien untuk fenoltalein sebagai
bukti penyalahgunaan laksansia.
c. Riwayat keluarga yaitu riwayat penyakit afektif, psikosis, gangguan makan, obesitas
dan penyalahgunaan zat.
d. Uji laboratorium: hitung sel darah lengkap dengan hitung jenis darah, hitung
trombosit, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, kalim fosfat, magnesium, protein
total, albumin serum, kolesterol, alanine dan aspartate aminotransferase, fosfatase
alkali, bilirubin, amylase, triyodotironin tiroksin dan kadar hormon perangsang
tiroid (TSH), urinalisis.

29

e. Evaluasi pasien untuk adanya depresi karena pasien anorekti sering mengalami
depresi.
f. Bila terdapat komplikasi penyakit, pengobatan paksa mungkin akan dibutuhkan
contoh pemberian makanan melalui pipa atau cairan intravena. Bila ada krisis
keluarga atau resiko bunuh diri perawatan rawat inap mungkin dibutuhkan.
g. Pendekatan secara kognitif untuk mengubah persepsi pasien tentang citra tubuhnya
mungkin berguna. Tetapi keluarga amat dianjurkan.
2.7 Komplikasi (5,6,11,12)
a. Dermatologik: kulit kering, pucat, lanugo (rambut halus seperti bayi di seluruh
tubuh)
b. Jantung: lebih ditemukan bradikari dan hipertensi
c. Pencernaan: kembung, konstipasi dan nyeri abdomen
d. Reproduktif: amenore, kadar luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating
hormone (FSH) yang rendah
e. Skelet: osteoporosis (kadar estrogen serum rendah dan asupan protein dan kalsium
yang rendah)
f. Metabolik : kelainan elektrolit terutama alkalosis hipokalemik dan hipoglikemik
g. Gigi : erosi enamel gigi terutama gigi depan dengan kerusakan gigi yang
bersangkutan
h. Neuropsikiatrik : kejang (berhubungan dengan gangguan elektrolit), kelelahan dan
kelemahan.
i. Pria dengan Anoreksia Nervosa : gejalanya termasuk perubahan fungsi seksual.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan testis yang kecil, penurunan massa otot,
maupun perubahan tanda-tanda vital. Pemeriksaan laboratorium didapatkan
penurunan testoteron.
j. Ibu Hamil : komplikasi nya mengenai ibu hamil maupun janin yang dikandungnya.
Pada ibu hamil dapat terjadi perdarahan dini dan melahirkan dengan Section
Cesarean. Penurunana aliran darah uteroplasenta dan transfer nutrisi dari ibu
hamil ke janin menyebabkan bayi lahir dengan BBLR, skor APGAR rendah, dan
labio-palatoschisis (bibir sumbing).
2.8 Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding anoreksia nervosa adalah : (1)

Bulimia Nervosa
Kehilangan nafsu makan psikogenik (F50.8)

Tumor otak

30

Gangguan gastrointestinal (contoh Crohn's disease, Sindrom Malabsorpsi)

Kehilangan nafsu makan oleh karena efek samping obat-obatan seperti SSRI dan
ampetamin.
Pada pasien depresif mengalami kekurangan nafsu makan dan tidak memiliki

ketakutan yang kuat akan kegemukan/gangguan citra sedangkan pasien anoreksia


nervosa mengatakan memiliki nafsu makan normal dan merasa lapar, hanya pada
anoreksia nervosa yang berat saja pasien benar-benar mengalami penurunan nafsu
makan.(1,2)
Anoreksia nervosa harus dibedakan dengan bulimia nervosa, yaitu suatu
gangguan dengan perilaku makan yang berlebihan dengan episodic, disertai mood
depresif, pikiran mencela diri dan sering muntah yang dibuat sendiri, berat badan
pasien dipertahankan dalam batas normal.(1)
Pada tahap pertama dalam menghadapi penyakit ini kita harus yakin bahwa
tidak ada suatu penyebab organik. Selanjutnya harus pula kita perhatikan penyakit
kronik, seperti tuberculosis paru, tumor ganas, dan lain-lain yang mungkin menjadi
penyebab keluhan penyakit anoreksia nervosa.(2,8)
2.9 Terapi
Mengingat implikasi medis dan psikologi yang rumit dari anoreksia nervosa,
rencana perawatan yang komprehensif, termasuk rumah sakit bila perlu dan terapi
individu dan keluarga, dianjurkan. Pendekatan perilaku, interpersonal, dan kognitif,
dalam beberapa kasus, obat-obatan harus dipertimbangkan.(1)
Secara umum, terapi utamanya adalah psikoterapi ditambah dengan terapi
simtomatik untuk gangguan sekunder yang timbul serta pemberian diet tertentu.
Terapi hormonal kadang-kadang juga dibutuhkan.(8)
Psikoterapi yang dapat diberikan pada penderita anoreksia nervosa adalah
psikoterapi atau behavioral dan psikoterapi kognitif. Terapi perilaku telah ditemukan
efektif untuk mendorong kenaikan berat badan meski tidak besar. Pemantauan
merupakan komponen penting dari psikoterapi kognitif dan perilaku. Pasien diajarkan
untuk memantau asupan makanan, perasaan dan emosi mereka, perilaku mereka, dan
masalah mereka dalam hubungan interpersonal. Pasien diajarkan merestruktur dan
mengidentifikasi keyakinan inti mereka.pemecahan masalah merupakan metode
khusus dimana pasien belajar bagaimana memikirkan dan menyusun strategi untuk
mengatasi masalah yang terkait makanan dan interpersonal mereka. Kerentanan

31

pasien untuk bergantung pada perilaku anorectic dapat diatasi jika mereka dapat
belajar untuk menggunakan teknik ini dengan efektif. (1)
a. Rawat inap
Indikasi hospitalisasi pasien dengan anoreksia nervosa adalah:
a) Perilaku bunuh diri, depresi berat, psikosis
b) Gangguan metabolik berat (nadi <40 kali/menit, suhu <360C, tekanan
darah sistolik <70 mmHg, kalium serum <2,5 nmol/L)
c) Gangguan elektrolit
d) Kehilangan berat badan >30% dalam 3 bulan
e) Diabetes mellitus yang tidak terkontrol
f) Penyalahgunaa laksantif
g) Makan pencahar tidak terkendali
h) Kegagalan pengobatan pada pasien rawat jalan
b. Pemberian kembali makanan
a) Kontrak untuk suatu berat badan yang dapat diterima, tujuan adalah
pertambahan berat badan 1-2 ponds selama minggu pertama dan 3-5
ponds/minggu sesudahnya.
b) Mulai dengan 800 hingga 1200 kkal/hari dalam makanan kecil yang sering
untuk menghindarkan rasa kembung.
c) Secara berangsur-angsur tingkatkan asupan menjadi 1800 hingga 3000
kkal/hari.
d) Sesuaikan cairan untuk membantu mencapai sasaran kalori
e) Suplemen vitamin dan mineral, khususnya kalsium (1000-1200 mg/hari)
f) Serat larut dari sumber padi-padian mengurangi konstipasi dan
meningkatkan eliminasi
g) Produk susu sesuai toleransi (kemungkinan intoleransi laktosa akibat
kelaparan)
c. Psikoterapi
- Terapi perilaku kognitif
Prinsip terapi perilaku dan kognitif dapat diterapkan di lingkungan rawat inap
maupun rawat jalan.Terapi perilaku ternyata efektif untuk mencetuskan
peningkatan berat badan.Pasien diajarkan mengawasi asupan makanan, emosi,
perasaan, perilaku makan berlebihan dan mengeluarkan kembali, serta
masalah mereka di dalam hubungan interpersonal.Pada metode ini pasien
belajar berpikir dan membuat strategi untuk menghadapi masalah yang
-

berkaitan dengan makanan.


Psikodinamik
Fase pembukaan proses psikoterapi harus diarahkan untuk membangun
hubungan terapeutik. Pasien mungkin akan merasakan interpretasi awal
seolah-olah seseorang mengatakan pada mereka apa yang benar-benar mereka
rasakan sehingga yang sebenarnya dirasakan sendiri menjadi minimal dan
32

tidak berlaku lagi. Di atas semua itu, psikoterapi harus fleksibel, persisten dan
tahan lama dalam menghadapi kecenderungan pasien mnegalahkan semua
-

upaya untuk membantu mereka.


Terapi keluarga
Beberapa terapi keluarga telah digunakan dalam pengobatan anoreksia
nervosa.Terdapat sedikit penelitian formal mengenai efektifitas pengobatan ini.
Pasien dengan awitan penyakit sebelum umur 18 tahun dan lama penyakit

kurang dari 3 tahun tampaknya paling responsive terhadap terapi keluarga.


- Terapi psikotropik
a. Anti depresi
Beberapa pasien telah memperlihatkan respon bermakna terhadap desipramin,
imipramine atau amitriptilin dalam hubungannya dengan perbaikan dalam
pertambahan berat badan dan gejala depresif. Inhibitor monoamine oksidase
dan lithium telah dilaporkan bermanfaat dalam pengobatan pasien dengan
anoreksia nervosa. Anti depresi harus diberikan secara hati-hati setelah
memperbaiki hipotensi dan kelainan elektrolit serta EKG. Mulai dengan dosis
yang rendah yaitu Desipiramin 25 mg dan secara berangsur-angsur tingkatkan
dosis menjadi 150-200 mg/hari.(7)
Mekanisme kerja obat dari anti depresi adalah menghambat reuptake
aminergic

neurotransmitter,

menghambat

penghancuran

oleh

enzim

monoamine oksidase sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic


neurotransmitter pada sinaps di neuron SSP (sistem saraf pusat). (7)
Efek samping obat anti depresi dapat berupa sedasi (rasa mengantuk,
kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif
menurun), efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,
konstipasi, sinus takikardi), efek anti adrenergikalfa (perubahan EKG,
hipotensi), efek neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia). (7)
Efek samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari
penderita) biasanya berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan dengan
dosis yang sama. (7)
Pada keadaan overdosis atau intoksikasi trisiklik dapat timbul atropine
toxic syndrome dengan gejala eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi,
toxic confusional state (confusion, delirium, disorientasi). Tindakan untuk
keadaan tersebut adalah gastic lavage, diazepam 10 mg (intramuscular) untuk
mengatasi konvulsi, prostogmine 0,5-1 mg (intramuscular) untuk mengatasi
efek anti kolinergik dan monitoring EKG untuk kelainan jantung. (7)

33

Siproheptadin (Periactin)
Antagonis serotonin dan histamin meningkatkan berat badan secara ringan dan
mengurangi gejala depresif pada pasien dengan anoreksia nervosa jika

a.
b.
c.
d.

diberikan dalam dosis tinggi yaitu 32 mg/hari.


Obat anti depresi SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) yaitu: (7)
Sertraline = dosis: 50-100 mg/hari, sediaan: 50 mg
Paroxetine = dosis: 24-40 mg/hari, sediaan: 20 mg
Fluvoxamine = dosis: 50-100 mg/hari, sediaan: 50 mg
Fluoxetine = dosis: 20-40 mg/hari, sediaan: 20 mg

2.10 Prognosis
Anoreksia nervosa dihubungkan dengan depresi pada 65% kasus, fobia social
pada 34% kasus, dan gangguan obsesif-kompulsif pada 26% kasus.(1)
Indikator prognosis yang baik pada anoreksia nervosa adalah (1,6)
a. Umur awitan yang dini
b. Kembali pada haid normal
c. Riwayat kerja dan sekolah premorbid yang baik
d. Pekerjaan professional
Indikator prognosis negatif pada anoreksia nervosa adalah:(1)
a.

Awitan yang lanjut atau stadium kronik penyakit pada temuan pertama
b. Sejumlah bear kegagalan rawat inap dan pengobatan
c. Prognosis pria sering kali lebih buruk disbanding dengan wanita, pada pria lebih
d.
e.
f.
g.
h.

lazim psikopatologik primer yang lebih serius


Status sosioekonomi yang lebih rendah
Adanya bulimia disamping anoreksia nervosa
Riwayat obesitas premorbid
Adanya psikopatologi serius pada orang tua
Emosi terekspresif negatif tinggi dalam keluarga
Perjalanan gangguan anoreksia nervosa sangat beragam. Pasien anoretik subtipe

membatasi makanan tampak lebih kecil kemungkinannya untuk pulih daripada


mereka yang memiliki tipe makan nerlebihan/mengeluarkan makan kembali.(7)
Studi hasil 10 tahun di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kira-kira seperempat
dari pasien pulih sempurna dan setengah lainnya sangat membaik. Seperempat
lainnya mencakup angka mortalitas keseluruhan 7% dan mereka yang berfungsi buruk
dengan keadaan kronis berat badan kurang.(7)

34

BAB III
KESIMPULAN
Anoreksia nervosa adalah gangguan perilaku yang berkaitan dengan penolakan
makan. Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu dan atau
dipertahankan oleh penderita.
Anoreksia nervosa terjadi terutama pada anak perempuan dan wanita muda. Onset biasanya
selama masa remaja.

35

Etiologi yang tepat tidak diketahui. Dapat berupa pengaruh genetik, gangguan
kecemasan, keluarga, depresi, obesitas, rekan sekitar, tekanan, dan budaya sekeliling terhadap
penampilan.
Umur awutan terutama pada rentang umur 13-25 tahun, puncak pada umur 14-18
tahun.Anoreksia nervosa umunya 95% ditemukan pada wanita.
Kriteria diagnostik untuk anoreksia nervosa (berdasarkan DSM-5) yaitu:
a. Kebutuhan asupan energy yang dibatas, mengakibatkan berat badan yang rendah
secara signifikan berdasarkan umur, jenis kelamin, pertumbuhan , dan kesehatan fisik.
b. Ketakutan yang besar pada kenaikan Berat badan, atau menjadi gemuk, atau perilaku
menetap dalam menurunkan berat badan, walaupun Berat badan sudah rendah secara
signifikan.
c. Gangguan penilaian berat badan atau bentuk badan yang tidak semestinya, atau
kurangnya perhatian akan bahayanya berat badan yang terlalu rendah.
Ada dua subtipe dari anoreksia nervosa yaitu tipe membatasi (Restricting Type) dan
tipe pesta makan/mencahar. Penggunaan Cyproheptadin suatu obat dengan sifat antihistamin
dan anti serotonin dan Amitriptilin (Elavil) dilaporkan dapat memberi manfaat. Pada pasien
anoreksia nervosa dengan gangguan depresif yang juga ada, keadaan depresif harus diatasi.
Secara umum terapi utamanya adalah psikoterapi ditambah dengan terapi simtomatik untuk
gangguan sekunder yang timbul serta pemberian diet tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
1. Eating Disorders in Saddock, James Benjamin, Saddock, Alcott Virginia, Kaplan and
Sadocks Concise Textbook of Clinical Psychiatry.
2. Anoreksia Nervosa in Muslim Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III.
3. B, Evelyn Attia. Treatment in Psychiatry Anoreksia Nervosa. The American Journal of
Psychiatry. Volume 164. 2007. Hal 1-5.
4. I.P, Dike. Anoreksia and Bulimia Nervosa. Journal of Psychology and Conseling Volume
2; Academic Journal. 2009. Hal 1-8.
36

5. Yager, Joel. Andersen, Arnold E. Anoreksia Nervosa. The New England Journal of
Medicine (NEJM). 2005.
6. Anoreksia Nervosa. National Eating Disorders Association; NEDA. 2005. Hal 1-12.
7. Obat Anti Depresi in Muslim Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik; Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2007: Hal 23-30.
8. Slamet, suryono. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
9. Robert L. Hendren. Depression in Anorexia Nervosa. Journal Of The American
Academy Of Child Psychiatry. 1983.
10. Serafino G. Mancuso, J. Richard Newton, Peter Bosanac, Susan L. Rossell, Julian B.
Nesci and David J. Castle. Classification of eating disorders: comparison of relative
prevalence rates using DSM-IV and DSM-5 criteria. The British Journal of Psychiatry.
2015.
11. Philip S Mehler and Carrie Brown. Anorexia Nervosa : Medical Complications. Journal
of Eating Disorders. 2015.
12. Cynthia M.Bulik, Lauren Reba, Anna-Marie Siega-Riz and Ted Reichborn-Kjennerud.
Anorexia Nervosa : Definiton, Epidemiology and Cycle of Risk. Interscience Journal of
Eating Disorders. 2005.
13. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of Mental disorders

(DSM V TM). American Psychological Association (APA): Washington DC

37

Anda mungkin juga menyukai