PENDAHULUAN
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai oleh gangguan citra tubuh
yang menonjol yang disertai rasa takut yang hebat akan kenaikan berat badan (ketakutan
besar akan kegemukan) sehingga membatasi jumlah makanan dengan amat sangat ketat.(1,2)
Gejala anoreksia nervosa termasuk orang yang mempunyai berat tubuh 15% di bawah
normal rata-rata dari umur dan tinggi tubuh, ketakutan yang luar biasa akan gemuk walau
berat tubuh sebenarnya sudah jauh di bawah tubuh ideal, terdapat juga gangguan persepsi
citra tubuhnya sehingga pasien melihat dirinya masih gemuk padahal sudah kurus sekali dan
pada wanita terdapat amenore sedikit untuk 3 bulan terakhir mungkin karena kelaparan relatif
itu.(2)
Gangguan ini yang potensial fatal mulai antara umur 13-20 tahun dan 9-10 kali lebih
banyak pada wanita daripada pria. Anoreksia lebih sering ditemukan pada kelompok
sosioekonomi menengah ke atas daripada kelompok sosioekonomi menengah ke bawah.(2)
Prevalensi gangguan makan menurut DSM-5 (n = 117), yaitu : (10)
Gangguan Makan
Anoreksia Nervosa
Bulimia Nervosa
Binge eating disorder
Gangguan makan YTK
Gangguan makan lainnya
Gangguan makan YTT
DSM-5, n (%)
55 (47.0)
22 (18.8)
6 (5.1)
30 (25.6)
4 (3.4)
Sumber : Serafino G. Mancuso, J. Richard Newton, Peter Bosanac, Susan L. Rossell, Julian B. Nesci and David
J. Castle. Classification Of Eating Disorders: Comparison Of Relative Prevalence Rates Using DSM-IV And
DSM-5 Criteria. The British Journal of Psychiatry.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
24
2.1 Definisi
Anoreksia nervosa adalah suatu gangguan makan yang ditandai oleh gangguan citra
tubuh yang menonjol yang disertai rasa takut yang hebat akan kenaikan berat badan
(ketakutan besar akan kegemukan) sehingga membatasi jumlah makanan dengan amat
ketat.(1,2)
Anoreksia nervosa adalah gangguan perilaku yang berkaitan dengan penolakan
makan. Anoreksia nervosa dapat merupakan penyerta gangguan neurotic atau psikotik
ataupun sindrom tersendiri yang disebut dengan istilah anoreksia idiopatik atau anoreksia
esensial.(8)
Penyebabnya tampaknya multifaktorial, dengan determinan termasuk pengaruh
genetik, kepribadian perfeksionisme dan compulsiveness, riwayat gangguan kecemasan,
keluarga, depresi, obesitas, rekan, tekanan, budaya sekitar mengenai penampilan.(5)
Anorexia nervosa merupakan gangguan makan yang biasanya dimulai pada masa
remaja dan ditandai oleh diet yang tekun, sering disertai dengan dorongan untuk
berolahraga sehingga berat badan rendah berkelanjutan. Fitur lain termasuk body image
terganggu, bertambahnya keinginan untuk menurunkan berat badan, dan ketakutan
kegemukan.(5)
2.2 Epidemiologi
Gangguan makan dalam berbagai bentuk telah dilaporkan hampir 4% pelajar remaja
dan dewasa muda. Sedangkan Anoreksia nervosa sendiri diperkirakan terjadi kira-kira 0,5
sampai 1% gadis remaja. Usia yang tersering untuk onset gangguan adalah pada awal
umur 20 tahun. Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita muda dibandingkan dengan
laki-laki. Biasanya gangguan ini terjadi pada wanita muda yang profesinya memerlukan
kekurusan seperti model dan penari balet.(1,12)
2.3 Etiologi
Beberapa faktor penyebab anoreksia nervosa yaitu:
a. Faktor biologis
Kelaparan menimbulkan banyak perubahan biokimia, beberapa diantaranya juga
terdapat pada depresi, seperti hiperkortisolemia dan nonsupresi oleh deksametason.
Fungsi tiroid juga ditekan. Kelainan ini diperbaiki dengan pemberian asupan nutrisi
kembali. Kelaparan menyebabkan amenore yang mencerminkan penurunan kadar
hormon (FSH, LH, dan GRH). Namun beberapa pasien anoreksia nervosa menjadi
amenore sebelum menurunnya berat badan secara signifikan.(1)
25
menyerupai obsesi terhadap makanan dan kenaikan berat badan untuk mengejar
keserataan dengan remaja normal lainnya.(1)
2.4 Gambaran Klinis
Pasien dengan gangguan ini menunjukkan perilaku yang aneh tentang makanan.
Mereka menyembunyikan makanan di seluruh tempat di dalam rumah dan seringkali
membawa sejumlah besar kembang gula di dalam kantungnya dan dompetnya. Saat
makan, mereka mencoba untuk membuang makanan di dalam serbetnya atau
menyembunyikan di dalam kantungnya.(1,4)
Pasien dengan anoretik biasanya lebih cemas, obsesif dan kaku. Gangguan itu
biasanya mulai dalam rangka satu konflik tentang kebebasan dan seksualitas. Kondisi ini
dapat berada bersama dengan bulimia nervosa dalam lingkaran kelaparan yang kaku
diikuti dengan hilangnya pengendalian dengan episode makan lahap sehingga membuat
pasien merasa bersalah yang membuatnya melakukan muntah paksaan. Pasien anoretik
juga sering menyalahgunakan diuretika dan laksansia dalam usaha untuk menurunkan
berat badan tubuh.(2,3)
Perilaku obsesif kompulsif, depresi dan anxietas adalah gejala psikiaatrik anoreksia
nervosa lainnya yang paling sering dicantumkan dalam literature. Pasien cenderung
menjadi kaku dan perkfeksionis, disertai keluhan somatik, terutama ketidaknyamanan
26
Jumlah
65
47
29
84
82
33
54
47
38
48
19
14
Persentase (%)
77
56
35
100
98
39
64
56
45
57
23
17
Sumber : Robert L. Hendren. Depresion in Anorexia Nervosa. Journal Of The American Academy Of Child
Psychiatry.
27
b. Remaja dengan episode penurunan berat badan tersendiri yang berkaitan dengan
stress kehidupan atau depresi
c. Remaja atau dewasa muda dengan anoreksia nervosa kronik progresif, sering
dengan penyakit afektif
Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu dan atau
28
berkembang dan terdapat amenore primer, pada anak laki-laki genitalnya tetap
kecil). Pada penyembuhan, pubertas kembali normal, tetapi menarche terlambat.
Berdasarkan DSM-5 : (13)
a. Kebutuhan asupan energy yang dibatas, mengakibatkan berat badan yang rendah secara
signifikan berdasarkan umur, jenis kelamin, pertumbuhan , dan kesehatan fisik.
b. Ketakutan yang besar pada kenaikan Berat badan, atau menjadi gemuk, atau perilaku
menetap dalam menurunkan berat badan, walaupun Berat badan sudah rendah secara
signifikan.
c. Gangguan penilaian berat badan atau bentuk badan yang tidak semestinya, atau
kurangnya perhatian akan bahayanya berat badan yang terlalu rendah.
307.1 (F50.01) : Anorexia Nervosa, Restricting Type
307.1 (F50.02) : Anorexia Nervosa, Purging Type
29
e. Evaluasi pasien untuk adanya depresi karena pasien anorekti sering mengalami
depresi.
f. Bila terdapat komplikasi penyakit, pengobatan paksa mungkin akan dibutuhkan
contoh pemberian makanan melalui pipa atau cairan intravena. Bila ada krisis
keluarga atau resiko bunuh diri perawatan rawat inap mungkin dibutuhkan.
g. Pendekatan secara kognitif untuk mengubah persepsi pasien tentang citra tubuhnya
mungkin berguna. Tetapi keluarga amat dianjurkan.
2.7 Komplikasi (5,6,11,12)
a. Dermatologik: kulit kering, pucat, lanugo (rambut halus seperti bayi di seluruh
tubuh)
b. Jantung: lebih ditemukan bradikari dan hipertensi
c. Pencernaan: kembung, konstipasi dan nyeri abdomen
d. Reproduktif: amenore, kadar luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating
hormone (FSH) yang rendah
e. Skelet: osteoporosis (kadar estrogen serum rendah dan asupan protein dan kalsium
yang rendah)
f. Metabolik : kelainan elektrolit terutama alkalosis hipokalemik dan hipoglikemik
g. Gigi : erosi enamel gigi terutama gigi depan dengan kerusakan gigi yang
bersangkutan
h. Neuropsikiatrik : kejang (berhubungan dengan gangguan elektrolit), kelelahan dan
kelemahan.
i. Pria dengan Anoreksia Nervosa : gejalanya termasuk perubahan fungsi seksual.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan testis yang kecil, penurunan massa otot,
maupun perubahan tanda-tanda vital. Pemeriksaan laboratorium didapatkan
penurunan testoteron.
j. Ibu Hamil : komplikasi nya mengenai ibu hamil maupun janin yang dikandungnya.
Pada ibu hamil dapat terjadi perdarahan dini dan melahirkan dengan Section
Cesarean. Penurunana aliran darah uteroplasenta dan transfer nutrisi dari ibu
hamil ke janin menyebabkan bayi lahir dengan BBLR, skor APGAR rendah, dan
labio-palatoschisis (bibir sumbing).
2.8 Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding anoreksia nervosa adalah : (1)
Bulimia Nervosa
Kehilangan nafsu makan psikogenik (F50.8)
Tumor otak
30
Kehilangan nafsu makan oleh karena efek samping obat-obatan seperti SSRI dan
ampetamin.
Pada pasien depresif mengalami kekurangan nafsu makan dan tidak memiliki
31
pasien untuk bergantung pada perilaku anorectic dapat diatasi jika mereka dapat
belajar untuk menggunakan teknik ini dengan efektif. (1)
a. Rawat inap
Indikasi hospitalisasi pasien dengan anoreksia nervosa adalah:
a) Perilaku bunuh diri, depresi berat, psikosis
b) Gangguan metabolik berat (nadi <40 kali/menit, suhu <360C, tekanan
darah sistolik <70 mmHg, kalium serum <2,5 nmol/L)
c) Gangguan elektrolit
d) Kehilangan berat badan >30% dalam 3 bulan
e) Diabetes mellitus yang tidak terkontrol
f) Penyalahgunaa laksantif
g) Makan pencahar tidak terkendali
h) Kegagalan pengobatan pada pasien rawat jalan
b. Pemberian kembali makanan
a) Kontrak untuk suatu berat badan yang dapat diterima, tujuan adalah
pertambahan berat badan 1-2 ponds selama minggu pertama dan 3-5
ponds/minggu sesudahnya.
b) Mulai dengan 800 hingga 1200 kkal/hari dalam makanan kecil yang sering
untuk menghindarkan rasa kembung.
c) Secara berangsur-angsur tingkatkan asupan menjadi 1800 hingga 3000
kkal/hari.
d) Sesuaikan cairan untuk membantu mencapai sasaran kalori
e) Suplemen vitamin dan mineral, khususnya kalsium (1000-1200 mg/hari)
f) Serat larut dari sumber padi-padian mengurangi konstipasi dan
meningkatkan eliminasi
g) Produk susu sesuai toleransi (kemungkinan intoleransi laktosa akibat
kelaparan)
c. Psikoterapi
- Terapi perilaku kognitif
Prinsip terapi perilaku dan kognitif dapat diterapkan di lingkungan rawat inap
maupun rawat jalan.Terapi perilaku ternyata efektif untuk mencetuskan
peningkatan berat badan.Pasien diajarkan mengawasi asupan makanan, emosi,
perasaan, perilaku makan berlebihan dan mengeluarkan kembali, serta
masalah mereka di dalam hubungan interpersonal.Pada metode ini pasien
belajar berpikir dan membuat strategi untuk menghadapi masalah yang
-
tidak berlaku lagi. Di atas semua itu, psikoterapi harus fleksibel, persisten dan
tahan lama dalam menghadapi kecenderungan pasien mnegalahkan semua
-
neurotransmitter,
menghambat
penghancuran
oleh
enzim
33
Siproheptadin (Periactin)
Antagonis serotonin dan histamin meningkatkan berat badan secara ringan dan
mengurangi gejala depresif pada pasien dengan anoreksia nervosa jika
a.
b.
c.
d.
2.10 Prognosis
Anoreksia nervosa dihubungkan dengan depresi pada 65% kasus, fobia social
pada 34% kasus, dan gangguan obsesif-kompulsif pada 26% kasus.(1)
Indikator prognosis yang baik pada anoreksia nervosa adalah (1,6)
a. Umur awitan yang dini
b. Kembali pada haid normal
c. Riwayat kerja dan sekolah premorbid yang baik
d. Pekerjaan professional
Indikator prognosis negatif pada anoreksia nervosa adalah:(1)
a.
Awitan yang lanjut atau stadium kronik penyakit pada temuan pertama
b. Sejumlah bear kegagalan rawat inap dan pengobatan
c. Prognosis pria sering kali lebih buruk disbanding dengan wanita, pada pria lebih
d.
e.
f.
g.
h.
34
BAB III
KESIMPULAN
Anoreksia nervosa adalah gangguan perilaku yang berkaitan dengan penolakan
makan. Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu dan atau
dipertahankan oleh penderita.
Anoreksia nervosa terjadi terutama pada anak perempuan dan wanita muda. Onset biasanya
selama masa remaja.
35
Etiologi yang tepat tidak diketahui. Dapat berupa pengaruh genetik, gangguan
kecemasan, keluarga, depresi, obesitas, rekan sekitar, tekanan, dan budaya sekeliling terhadap
penampilan.
Umur awutan terutama pada rentang umur 13-25 tahun, puncak pada umur 14-18
tahun.Anoreksia nervosa umunya 95% ditemukan pada wanita.
Kriteria diagnostik untuk anoreksia nervosa (berdasarkan DSM-5) yaitu:
a. Kebutuhan asupan energy yang dibatas, mengakibatkan berat badan yang rendah
secara signifikan berdasarkan umur, jenis kelamin, pertumbuhan , dan kesehatan fisik.
b. Ketakutan yang besar pada kenaikan Berat badan, atau menjadi gemuk, atau perilaku
menetap dalam menurunkan berat badan, walaupun Berat badan sudah rendah secara
signifikan.
c. Gangguan penilaian berat badan atau bentuk badan yang tidak semestinya, atau
kurangnya perhatian akan bahayanya berat badan yang terlalu rendah.
Ada dua subtipe dari anoreksia nervosa yaitu tipe membatasi (Restricting Type) dan
tipe pesta makan/mencahar. Penggunaan Cyproheptadin suatu obat dengan sifat antihistamin
dan anti serotonin dan Amitriptilin (Elavil) dilaporkan dapat memberi manfaat. Pada pasien
anoreksia nervosa dengan gangguan depresif yang juga ada, keadaan depresif harus diatasi.
Secara umum terapi utamanya adalah psikoterapi ditambah dengan terapi simtomatik untuk
gangguan sekunder yang timbul serta pemberian diet tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Eating Disorders in Saddock, James Benjamin, Saddock, Alcott Virginia, Kaplan and
Sadocks Concise Textbook of Clinical Psychiatry.
2. Anoreksia Nervosa in Muslim Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III.
3. B, Evelyn Attia. Treatment in Psychiatry Anoreksia Nervosa. The American Journal of
Psychiatry. Volume 164. 2007. Hal 1-5.
4. I.P, Dike. Anoreksia and Bulimia Nervosa. Journal of Psychology and Conseling Volume
2; Academic Journal. 2009. Hal 1-8.
36
5. Yager, Joel. Andersen, Arnold E. Anoreksia Nervosa. The New England Journal of
Medicine (NEJM). 2005.
6. Anoreksia Nervosa. National Eating Disorders Association; NEDA. 2005. Hal 1-12.
7. Obat Anti Depresi in Muslim Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik; Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2007: Hal 23-30.
8. Slamet, suryono. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
9. Robert L. Hendren. Depression in Anorexia Nervosa. Journal Of The American
Academy Of Child Psychiatry. 1983.
10. Serafino G. Mancuso, J. Richard Newton, Peter Bosanac, Susan L. Rossell, Julian B.
Nesci and David J. Castle. Classification of eating disorders: comparison of relative
prevalence rates using DSM-IV and DSM-5 criteria. The British Journal of Psychiatry.
2015.
11. Philip S Mehler and Carrie Brown. Anorexia Nervosa : Medical Complications. Journal
of Eating Disorders. 2015.
12. Cynthia M.Bulik, Lauren Reba, Anna-Marie Siega-Riz and Ted Reichborn-Kjennerud.
Anorexia Nervosa : Definiton, Epidemiology and Cycle of Risk. Interscience Journal of
Eating Disorders. 2005.
13. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of Mental disorders
37