Anda di halaman 1dari 5

1.

1 Obat Anti Hipertensi


Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim
digunakan untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu diuretik tiazid (misalnya
hidroklorotiazid), betabloker, (misalnya propanolol, atenolol) ACE-inhibitor
(misalnya

captopril,

enalapril),

Angiotensin

Reseptor

Bloker

(misalnya

candesartan, losartan), calcium channel blocker (misalnya amlodipin, nifedipin)


1.2 Farmakodinamik -Bloker
Beta blocker memblok betaadrenoseptor. Reseptor ini terbagi menjadi
Adrenoreseptor

beta-1

dan

beta-2 terdistribusi di seluruh tubuh, tetapi

terkosentrasi pada organ-organ dan jaringan tertentu. Beta-1 reseptor lebih banyak
pada jantung dan ginjal, dan beta-2 reseptor lebih banyak ditemukan pada paruparu, liver, pankreas, dan otot halus arteri. Reseptor beta juga dapat ditemukan di
otak. Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan memacu penglepasan
neurotransmitter yang meningkatkan aktivitas system saraf simpatis. Stimulasi
reseptor beta1 pada nodus sinoatrial dan miokardiak meningkatkan heart rate
dan kekuatan kontraksi. Stimulasi reseptor beta pada ginjal akan menyebabkan
penglepasan

rennin,

meningkatkan

aktivitas

aldosteron. Efek akhirnya adalah peningkatan

system

renninangiotensin

cardiac output, peningkatan

tahanan perifer dan peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron dan retensi
air. Terapi menggunakan betablocker akan mengantagonis semua efek tersebut
sehingga terjadi penurunan tekanan darah.

1.3 Farmakokinetik -Bloker


Perbadaan farmakokinetik diantara penyekat beta berhubungan dengan
first pass metabolisme, waktu paruh, derajat kelarutan dalam lemak (lipophilicity),
dan rute eliminasi. Propranolol dan metoprolol mengalami first-pass metabolism,
jadi dosis yang diperlukan untuk memblok reseptor beta akan bervariasi dari
pasien ke pasien. Atenolol dan nadolol mempunyai waktu paruh panjang dan di
ekskresi lewat ginjal. Walaupun waktu paruh dari penyekat beta lainnya jauh lebih
singkat, pemberian 1x/hari efektif karena waktu paruh dalam serum tidak
berhubungan dengan lama keja hipotensinya. Penyekat beta bervariasi dalam sifat
lipofiliknya atau penetrasinya ke susunan saraf pusat. Semua penyekat beta
melewati sawar darah-otak, tetapi agen lipofilik berpenetrasi lebih jauh dibanding
yang hidrofilik. Propranolol yang paling lipofilik dan atenolol yang sedikit
lipofiliknya. Jadi kosentrasi propranolol di otak lebih tinggi dibanding atenolol

bila dosis yang ekivalen diberikan. Hal ini mengakibatnya efek samping sistim
saraf pusat (seperti pusing dan mengantuk) dengan agen lipofilik seperti
propranolol. Tetapi, sifat lipofilik ini memberikan efek yang lebih untuk kondisi
nonkardiovaskular seperti migraine, mencegah sakit kepala, tremor essensial, dan
tirotoksikosis.
1.4 Efek samping -Bloker
Blokade

reseptor

beta2

pada

bronkhi

dapat

mengakibatkan

bronkhospasme, bahkan jika digunakan betabloker kardioselektif. Efek samping


lain adalah bradikardia, gangguan kontraktil miokard, dan tangakaki terasa
dingin karena vasokonstriksi akibat blokade reseptor beta2 pada otot polos
pembuluh darah perifer. Kesadaran terhadap gejala hipoglikemia pada beberapa
pasien DM tipe 1 dapat berkurang. Hal ini karena betablocker memblok sistem
saraf simpatis yang bertanggung jawab untuk memberi peringatan jika terjadi
hipoglikemia. Berkurangnya aliran darah simpatetik juga menyebabkan rasa malas
pada pasien.
Mimpi buruk kadang dialami, terutama pada penggunaan betablocker
yang larut lipid seperti propanolol. Impotensi juga dapat terjadi. Betablockers
nonselektif juga menyebabkan peningkatan kadar trigilserida serum dan
penurunan HDL.

1.5 Interaksi obat -Bloker


Interaksi beta-blocker dengan anti hipertensi.
Percobaan di klinik menunjukkan bahwa kombinasi beta-blocker denganl
diuretika diperoleh kerja anti hipertensi yang lebih baik. Dalam hal ini tidak

terjadi postural hipotensi dan tachycardi yang disebabkan oleh diuretika


(thiazide). Dan juga peninggian plasma renin akibat pemberian diuretika akan
dikurangi oleh beta-blocker
Interaksi Beta-blocker dengan anti-arrhythmia. .
Pengobatan arrhythmia dengan digitalis dapat menimbulkan paroxysmal
tachycardia. Maka pemberian beta-blocker bersama-sama dengan digitalis dapat
mengontrol tachycardi dengan baik
Interaksi beta-blocker dengan anti-depressan dan antl-psikotik tranguikner.
Pemberian

anti-depressan

misalnya

derivat

tricyclic

dan

derivat

phenothiazine dapat menimbulkan dysrhythmia. Maka pemberian beta-blocker


akan menghindarkan effek dysrhythmia akibat pemberian anti-depressan tersebut
Interaksi beta-blocker dengan obat hipoglikemik.
Gabungan kedua obat ini menghasilkan effek sinergistik. Hal ini terjadi
karena beta-blocker mempengaruhi kerja glikogenolitik dari glukagon dan juga
merangsang pelepasan insulin
Interaksi beta-blocker dengan anti-inflammasi.
Beta-blocker menghambat effek anti-inflammasi dari obat-obat Natrium
salisilat, Aminopirin, Fenilbutazon, Hidrokortison. Hal ini disebabkan karena
kompetisi langsung antara kedua obat ini pada reseptor yang sama
Interaksi beta-blocker dengan anti-angina.
Gabungan kedua obat ini menghasilkan sinergisme. Beta-blocker
mengurangi kerja jantung dengan mengurangi heart rate. Demikian pula Nitrat
berbuat hal yang Sama dengan mengurangi Venous return dan volume serta
tekanan dalam ventrikell kiri

Interaksi beta-blocker dengan atropin.


Gabungan kedua obat ini dapat memperbaiki sinus tachycardia yang
terjadi karena pernberian dosis besar atropin pada pengobatan keracunan
insektisida organofosfat. Sebaliknya kejadian bradikardi akibat kelebihan dosis
beta-blocker dapat diatasii dengan pemberian atropin
Interaksi beta-blocker dengan tembakau.
Pada mereka yang banyak merokok pemakaian beta-blocker akan
memerlukan dosis yang iebih besar. sebab tembakau bekerja antagonistik dengan
beta-blocker
1.6 Dosis obat -Bloker
Obat

Kardioselektif
a. Asebutolol
b. Atenolol
c. Bisoprolol
d. Metoprolol
Biasa
Lepas
Lambat
Nonselektif
a. Alprenolol
b. Karteolol
c. Nadolol
d. Oksprenolol
Biasa
Lepas lambat
e. Pindolol
f. Propranolol
g. Timolol
h. Karvedilol
i. Labetalol

Dosis
awal
(mg/hari)

Dosis
maksima
l
(mg/hari)

Frekwensi
pemberian

200
25
2,5

800
100
10

1-2x
1x
1x

Cap. 200 mg, tab 400 mg


Tab. 50 mg, 100 mg
Tab. 5 mg

50
100

200
200

1-2x
1x

Tab. 50 mg, 100 mg


Tab. 100 mg

100
2,5
20

200
10
160

2x
1x
2x

Tab. 50 mg
Tab. 5 mg
Tab. 40 mg, 80 mg

80
80
5
40
20
12,5
100

320
320
40
160
40
50
300

2x
1x
2x
2-3x
2x
1x
2x

Tab. 40 mg, 80 mg
Tab. 80 mg, 160 mg
Tab. 5 mg, 10 mg
Tab. 10 mg, 40 mg
Tab. 10 mg, 20 mg
Tab. 25 mg
Tab. 100 mg

Sediaan

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Rehab
    Lapsus Rehab
    Dokumen28 halaman
    Lapsus Rehab
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen17 halaman
    Bab Iv
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen1 halaman
    Bab Vi
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen12 halaman
    Bab Iii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Nervus Kranialis
    Nervus Kranialis
    Dokumen2 halaman
    Nervus Kranialis
    tiar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • B Bloker
    B Bloker
    Dokumen7 halaman
    B Bloker
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • BAB II Tinjauan Pustaka
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Dokumen10 halaman
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Riskabawal
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • BAB III Fix
    BAB III Fix
    Dokumen17 halaman
    BAB III Fix
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen5 halaman
    Bab Ii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat