Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Definisi Scabies
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabei varian hominis dan produknya. Sinonim atau
nama lain skabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo.1
Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua geografi
daerah, semua kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi masalah
utama pada daerah yang padat penduduk dengan gangguan sosial, sanitasi yang
buruk, dan negara dengan keadaan perekonomian yang kurang. Skabies ditularkan
melalui kontak fisik secara langsung. (skin-to-skin) maupun secara tak langsung
(pakaian, tempat tidur, yang dipakai bersama).2,3
Gejala utama skabies adalah pruritus intensif yang memburuk di malam
hari atau kondisi dimana suhu tubuh meningkat. Lesi kulit yang khas berupa
terowongan, papul, ekskoriasi dan kadang-kadang vesikel.4,5 Tungau penyebab
skabies merupakan parasit obligat yang seluruh siklus hidupnya berlangsung di
tubuh manusia. Tungau tersebut tidak dapat terbang atau meloncat namun
merayap dengan kecepatan 2.5 cm per menit pada kulit yang hangat.6
4.2 Epidemiologi
Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi.
Daerah endemic skabies adalah di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika,
Mesir, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara, Australia, Kepulauan
Karibia, India, dan Asia Tenggara.2,7
Terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan di semua geografi daerah,
semua kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi masalh utama pada
daerah yang padat dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk, dan negara
dengan keadaan perekonomian yang kurang. Skabies ditularkan melalui kontak
fisik langsung (skin to skin) maupun tidak langsung (pakaian, tempat tidur, yang
dipakai bersama). Diperkirakan bahwa terdapat lebih dari 300 juta orang di
seluruh dunia terjangkit tungau skabies.6 Studi epidemiologi memperlihatkan

20

21

bahwa prevalensi skabies cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja dan tidak
dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, umur, ataupun kondisi sosial ekonomi. Faktor
primer yang berkontribusi adalah kemiskinan dan kondisi hidup di daerah yang
padat, sehingga penyakit ini lebih sering di daerah perkotaan. 3,7
Terdapat bukti menunjukkan insiden kejadian berpengaruh terhadap
musim dimana kasus skabies lebih banyak didiagnosis pada musim dingin
dibanding musim panas. Insiden skabies semakin meningkat sejak dua dekade ini
dan telah memberikan pengaruh besar terhadap wabah di rumah-rumah sakit,
penjara, panti asuhan, dan panti jompo. 3,8 Ada dugaan bahwa setiap siklus 30
tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan
penyakit ini, antara lain: higiene yang buruk, kesalahan diagnosis, dan
perkembangan dermografik serta ekologi. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam
P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).1
4.3 Etiologi
Sarcoptes scabiei adalah parasit obligat yang termasuk filum Arthopoda,
kelas Arachnida, ordo Ackarima, superfamili Sarcoptes. Sarcoptes scabiei
berbentuk

lonjong,

bagian

kepala

depan

kecil

dan

bagian

belakang

torakoabdominal dengan penonjolan seperti rambut yang keluar dari dasar kaki. 6
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.1,4

Gambar 2. Sarcoptes scabiei

Tungau skabies mempunyai empat kaki dan diameternya berukuran 0,3


mm, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Tungau ini tidak dapat
terbang atau melompat dan hanya dapat hidup selama 30 hari di lapisan
epidermis.3 Skabies betina dewasa berukuran sekitar 0,4 mm dengan lebar 0,3
mm, dan ukuran jantan dewasa lebih kecil daripada betina dewasa yaitu sekitar

22

0,2 mm dengan lebar 0,15 mm. Tubuh tungau ini berwarna putih susu dan ditandai
dengan garis melintang yang bergelombang dan pada permukaan punggung
terdapat bulu dan dentikel.9
Sarcoptes scabiei memiliki empat pasang kaki pendek, di bagian depan
terdapat dua pasang kaki yang berakhir dengan perpanjangan peduncles dengan
pengisap kecil di bagian ujungnya. Pada tungau betina, terdapat dua pasang kaki
yang berakhir dengan rambut (Satae) sedangkan pada tungau jantan rambut
terdapat pada pasangan kaki ketiga dan peduncles dengan pengisap pada pasangan
kaki keempat.9
Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, tungau jantan
akan mati. Tapi terkadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan
yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari.
Tungau tersebut menggali terowongan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir
sehari sampai mencapai 40-50 telur yang dihasilkankan oleh setiap tungau betina
selama rentang umur 4-6 minggu dan selama itu tungau betina tidak
meninggalkan terowongan. Setelah itu, larva berkaki enam akan muncul dari telur
setelah 3-4 hari dan keluar dari terowongan dengan memotong atapnya. Larva
kemudian menggali terowongan pendek (moulting pockets) di mana mereka
berubah menjadi nimfa. Setelah itu berkembang menjadi tungau jantan dan betina
dewasa. Seluruh siklus hidup Sarcoptes scabiei mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.9,10
Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat
terowongannya dan menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus.
Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20 tungau di tubuhnya, kecuali
pada Norwegian scabies dimana individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau.
Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi dan pasien dengan pengobatan
immunosuppresan mempunyai risiko tinggi untuk menderita Norwegian scabies.3,9
Gambar 3. Siklus Hidup Skabies

23

4.
4

Patogenesis
Penyakit skabies ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
kutu Sarcoptes scabei. Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah
sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek, sanitasi lingkungan
tidak buruk, perilaku yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan
penduduk. Skabies dapat ditularkan melalui kontak

secara langsung maupun

kontak tak langsung. Yang paling sering terjadi adalah kontak secara langsung dan
erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian.
Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara
penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa skabies
dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat
utama.
Telur Sarcoptes scabiei menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari,
kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut.
Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa.
Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan
mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu
kamar selama lebih kurang 7-14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis

24

dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh
kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat
timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang
terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. Reaksi alergi yang sensitif terhadap
tungau dan produknya memperlihatkan peran yang penting dalam perkembangan
lesi dan terhadap timbulnya gatal.9 S. Scabiei melepaskan substansi sebagai respon
hubungan antara tungau dengan keratinosit dan sel-sel Langerhans ketika
melakukan penetrasi ke dalam kulit.11
Hasil

penelitian

sebelumnya

menunjukkan

keterlibatan

reaksi

hipersensitivitas tipe IV dan tipe I.9,11 Pada reaksi tipe I, pertemuan antigen tungau
dengan Imunoglobulin-E pada sel mast yang berlangsung di epidermis
menyebabkan degranulasi sel-sel mast. Sehingga terjadi peningkatan antibodi IgE.
Keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV akan memperlihatkan gejala sekitar
10-30 hari setelah sensitisasi tungau dan akan memproduksi papul-papul dan
nodul inflamasi yang dapat terlihat dari perubahan histologik dan jumlah sel
limfosit T banyak pada infiltrat kutaneus. 9,11 Kelainan kulit yang menyerupai
dermatitis tersebut sering terjadi lebih luas dibandingkan lokasi tungau dengan
efloresensi dapat berupa papul, nodul, vesikel, urtika dan lainnya. Akibat garukan
yang dilakukan oleh pasien dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta hingga
terjadinya infeksi sekunder.12
4.5 Penegakan Diagnosis
4.5.1 Gambaran Klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes
scabiei sangat bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan gambaran
klinis berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda
utama atau cardinal sign pada infestasi skabies, yaitu:1,13
1. Pruritus nocturna

25

Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit seperti
pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang berulang
menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal
terasa lebih hebat pada malam hari.3,4 Hal ini disebabkan karena
meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas.
Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi
gelisah.13
2. Sekelompok orang
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah
keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam
sebuah pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat menular hampir
ke seluruh penduduk. Didalam kelompok mungkin akan ditemukan individu
yang hiposensitisasi, walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga tidak
menimbulkan keluhan klinis akan tetapi menjadi pembawa/carier bagi
individu lain.13
3. Adanya terowongan
Kelangsungan hidup

Sarcoptes

scabiei

sangat

bergantung

kepada

kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum,


oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum
korneum yang relatif lebih longgar dan tipis. 13 Lesi yang timbul berupa
eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul yang sering ditemukan di daerah
sela-sela jari, aspek volar pada pergelangan tangan dan lateral telapak tangan,
siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola wanita. 3 Bila ada infeksi
sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).13

Gambar 4. Lesi pada sela jari, penis, dan areola mammae

Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi hipersensitivitas


pada antigen tungau. Lesi yang patognomonik adalah terowongan yang tipis
dan kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm,
berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau

26

vesikel yang merupakan hasil dari pergerakan tungau di dalam stratum


korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari, pergelangan
tangan dan daerah siku. Namun, terowongan tersebut sukar ditemukan di
awal infeksi karena aktivitas menggaruk pasien yang hebat.3

Gambar 5. Tempat-tempat predileksi skabies

4. Menemukan Sarcoptes scabiei


Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan
besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan
ini merupakan hal yang paling menunjang diagnostik. Akan tetapi, kriteria
yang keempat ini agak susah ditemukan karena hampir sebagian besar
penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak
spesifik.13 Pada kasus skabies yang klasik, jumlah tungau sedikit sehingga
diperlukan beberapa lokasi kerokan kulit. Teknik pemeriksaan ini sangat
tergantung pada operator pemeriksaan, sehingga kegagalan menemukan
tungau sering terjadi namun tidak menyingkirkan diagnosis skabies.14
4.5.2

Pemeriksaan penunjang
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi

penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit
ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari
empat cardinal sign.13 Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan
tungau dan produknya yaitu :
1. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH
10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan
untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan

27

di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah
mikroskop.13
2. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam
terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya
kemudian dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai
parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi
memerlukan keahlian tinggi.13
3. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi
dengan tinta hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama
20-30 menit. Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan
tersebut akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena
akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbentuk
gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk zigzag.15,13
4. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy)
Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara
mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan
telunjuk kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan secara superficial
menggunakan pisau dan berhati-hati dalam melakukannya agar tidak
berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan
minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop.3,13
5. Biopsi irisan dengan pewarnaan HE.

Gambar 6. Sarcoptes scabiei dalam epidermis (panah) dengan pewarnaan H.E

6. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli.
Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood,

28

tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada


kanalikuli.13
Dari berbagai macam pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kerokan kulit
merupakan cara yang paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar
pemeriksaan berhasil, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni13 :
1) Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula, kanalikuli) dan tidak
dilakukan pada tempat dengan lesi yang tidak spesifik.
2) Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak
mineral agar tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat menemukan
tungau dalam keadaan hidup dan utuh.
3) Kerokan dilakukan pada lesi di daerah predileksi.
4) Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus
dilakukan di superficial dan menghindari terjadinya perdarahan. Namun
karena sulitnya menemukan tungau maka diagnosis scabies harus
dipertimbangkan pada setiap penderita yang datang dengan keluhan gatal
yang menetap.
4.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari scabies antara lain adalah:
a) Urtikaria Akut: erupsi pada papul-papul yang gatal, selalu sistemik.15

Gambar 7. Urtikaria Akut

b) Prurigo, biasanya berupa papul-papul yang gatal, predileksi pada bagian


ekstensor ekstremitas.15

29

Gambar 8. Prurigo nodularis

c) Gigitan

serangga,

biasanya

jelas

timbul

sesudah

ada

gigitan,

efloresensinya urtikaria papuler.15

Gambar 9. Insects bite

d) Folikulitis berupa pustul miliar dikelilingi daerah yang eritem. 10

Gambar 10. Folikulitis

4.7

Penatalaksanaan
Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektivitas

yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain
umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan faktor kegagalan terapi
yang pernah diberikan sebelumnya.3
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh
permukaan tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala, dan lebih difokuskan di
daerah sela-sela jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area

30

belakang telinga. Pada pasien anak dan scabies berkrusta, area wajah dan kulit
kepala juga harus dioleskan skabisid topikal. Pasien harus diinformasikan bahwa
walaupun telah diberikan terapi skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di
kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika tidak diberikan penjelasan, pasien
akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak berhasil dan kemudian
akan menggunakan obat anti scabies secara berlebihan.
Steroid topikal, anti histamin maupun steroid sistemik jangka pendek
dapat diberikan untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak
membaik setelah pemberian terapi skabisid yang lengkap.3
Penatalaksanaan secara umum
Edukasi pada pasien skabies :16
1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
2. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada
malam hari sebelum tidur.
3. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan
bila perlu direndam dengan air panas.
5. Jangan ulangi penggunaan skabisid yang berlebihan dalam seminggu walaupun
rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.
6. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang
sama dan ikut menjaga kebersihan.13,17
Penatalaksanaan secara khusus
Pengobatan skabies harus efektif terhadap tungau dewasa, telur dan
produknya, mudah diaplikasikan, nontoksik, tidak mengiritasi, aman untuk semua
umur, dan terjangkau biayanya.11 Pengobatan skabies yang bervariasi dapat berupa
topikal maupun oral.
Permethrin
Merupakan sintesa dari pyrethroid, dan bekerja dengan cara
mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan
natrium.

11,17

Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya

terjadi paralise parasit.11,18 Obat ini merupakan pilihan pertama dalam


pengobatan scabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah

31

dan kecenderungan keracunan akibat kesalahan dalam penggunaannya sangat


kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorpsi di kulit dan
cepat dimetabolisme yang kemudian dikeluarkan kembali melalui keringat dan
sebum, dan juga melalui urin.11,13 Belum pernah dilaporkan resistensi setelah
penggunaan obat ini.13
Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan selama
8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih.11 Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan
dengan pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin jarang diberikan pada
bayi-bayi yang berumur kurang dari 2 bulan, wanita hamil dan ibu menyusui. 13
Wanita hamil dapat diberikan dengan aplikasi yang tidak lama sekitar 2 jam. 11
Efek samping jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal, namun
mungkin hal tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang sensitif dan
terekskoriasi.11,13
2.

Presipitat Sulfur 2-10%


Sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25
M.11,16 Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan
umumnya salep konsentrasi 6% lebih disukai. Cara aplikasi salep sangat
sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh
selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut.13,16 Keuntungan penggunaan obat
ini adalah harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya pilihan
di negara yang membutuhkan terapi massal.16 Bila kontak dengan jaringan
hidup, preparat ini akan membentuk hydrogen sulfide dan pentathionic acid
(CH2S5O6) yang bersifat germicid dan fungicid. Secara umum sulfur bersifat
aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif
dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian pemakaian obat ini adalah bau
tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.13

3.

Benzyl benzoate
Benzil benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzyl. 17 Benzil
benzoate bersifat neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25%
emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anakanak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil benzoate sangat efektif bila
digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima. Efek

32

samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah
dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan
secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi.
Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan
anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam
pengelolaan resistant crusted scabies. Di negara-negara berkembang dimana
sumber daya yang terbatas, benzil benzoate digunakan dalam pengelolaan
skabies sebagai alternatif yang lebih murah.16
4.

Gamma benzene heksaklorida (Lindane)


Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah
sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Lindane
diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian
keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang
kaya lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian
tungau. 16
Lindane dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses. 17
Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan tidak
berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh
dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion.
Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1
minggu.11,13 Hal ini untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak
musnah oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan
penggunaan Lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak
mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain
selain 1%.13 Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP,
kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi.
Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit
kepala, mual, pusing, muntah, gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan,
berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma, dan
kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat mempengaruhi
perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik, trombositopenia,
dan pancytopenia.11

33

5.

Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine)


Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10%
atau lotion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil terbaik
telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut
setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam
kemudian dicuci setelah aplikasi kedua.11,13 Efek samping yang ditimbulkan
berupa iritasi bila digunakan jangka panjang.13
Beberapa ahli beranggapan bahwa crotamiton krim ini tidak memiliki
efektivitas yang tinggi terhadap skabies. Crotamiton 10% dalam krim atau
losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil,
bayi dan anak kecil.11

6.

Ivermectin
Ivermectin

adalah

bahan

semisintetik

yang

dihasilkan

oleh

Streptomyces avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotic


makrolid, namun tidak mempunyai aktifitas sebagai antibiotic, diketahui aktif
melawan ekto dan endo parasit. Digunakan secara meluas pada pengobatan
hewan, pada mamalia, pada manusia digunakan untuk pengobatan penyakit
filarial terutama oncocerciasis. Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200
ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk scabies. Digunakan pada umur lebih dari
5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus tentang formulasi ivermectin topikal
efektif untuk mengobati scabies. Efek samping yang sering adalah kontak
dermatitis dan toxicepidermal necrolysis.13
7.

Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus
ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari. 13

8.

Malathion
Malathion 0,5% adalah insektisida organosfosfat dengan dasar air
digunakan selama 24%.11 Pemberian berikutnya beberapa hari kemudian.13
Namun saat ini tidak lagi direkomendasikan karena berpotensi memberikan
efek samping yang buruk.11
a. Penatalaksanaan skabies berkrusta

34

Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun scabies
berkrusta berespon lebih lambat dan umumnya membutuhkan beberapa
pengobatan dengan skabisid. Kulit yang diobati meliputi kepala, wajah, kecuali
sekitar mata, hidung, mulut dan khusus dibawah kuku jari tangan dan jari kaki
diikuti dengan penggunaan sikat di bagian bawah ujung kuku. Pengobatan diawali
dengan krim permethrin dan jika dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur.
Mungkin sangat membantu bila sebelum terapi dengan skabisid diobati dengan
keratolitik.13
b. Pengobatan terhadap komplikasi
Pada infeksi bakteri sekunder dapat digunakan antibiotik oral.13
c. Pengobatan simptomatik
Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal
yang secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan
anti skabeis yang adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi kulit
yang sangat aktif dan aplikasi pelumas atau emolient pada lesi yang kurang aktif
mungkin sangat membantu, dan pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon
0,1% .13
Setelah pengobatan berhasil untuk membunuh tungau skabies, masih
terdapat gejala pruritus selama 6 minggu sebagai reaksi eczematous atau masa
penyembuhan. Pasien dapat diobati dengan Emolien dan kortikosteroid topikal,
dengan atau tanpa antibiotic topikal tergantung adanya infeksi sekunder oleh
Staphylococcus aureus. Crotamiton antipruritic topikal sering membantu pada
kulit yang gatal.
Tabel 8. Pengobatan Skabies3

35

Keluhan sering ditemukan pada pasien yaitu mengalami gejala yang


berkelanjutan selama 2-6 minggu setelah pengobatan berhasil. Hal ini karena
respon tubuh dari kekebalan terhadap antigen tungau. Jika gejalanya menetap di
luar 2 minggu, itu mungkin karena diagnosis awal yang tidak sesuai, aplikasi obat
yang salah menyebabkan tungau skabies tetap ditemukan pada pasien.
Kebanyakan kambuh karena reinfeksi dan tidak diobati.16
6.8. Pencegahan
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang
yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal
skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran
scabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang
masih dalam periode inkubasi asimptomatik.3
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal,
handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan
dikeringkan dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari
diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (vacuum
cleaner).3

36

6.9

Komplikasi
Infeksi sekunder pada pasien skabies merupakan akibat dari infeksi bakteri

atau karena garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinik yang ada. Erosi
merupakan tanda yang paling sering muncul pada lesi sekunder. Infeksi sekunder
dapat ditandai dengan munculnya pustul, supurasi, dan ulkus. Selain itu dapat
muncul eritema, skuama, dan semua tanda inflamasi lain pada ekzem sebagai
respon imun tubuh yang kuat terhadap iritasi. Nodul-nodul muncul pada daerah
yang tertutup seperti bokong, skrotum, inguinal, penis, dan axilla.5 Infeksi
sekunder lokal sebagian besar disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan
biasanya mempunyai respon yang bagus terhadap topikal atau antibiotic oral,
tergantung tingkat pyodermanya.10 Selain itu, limfangitis dan septiksemia dapat
juga

terjadi

terutama

pada

skabies

Norwegian,

post-streptococcal

glomerulonephritis bisa terjadi karena skabies-induced pyodermas yang


disebabkan oleh Streptococcus pyogens.3
6.10 Prognosis
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada
individu yang immunocompetent, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu.3
Infestasi scabies dapat disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi scabies,
jika diobati dengan benar, memiliki prognosis yang baik, keluhan gatal dan
ekzema akan sembuh.8

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Nervus Kranialis
    Nervus Kranialis
    Dokumen2 halaman
    Nervus Kranialis
    tiar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Rehab
    Lapsus Rehab
    Dokumen28 halaman
    Lapsus Rehab
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen12 halaman
    Bab Iii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen1 halaman
    Bab Vi
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • B Bloker
    B Bloker
    Dokumen7 halaman
    B Bloker
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • B Blocker
    B Blocker
    Dokumen5 halaman
    B Blocker
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • BAB II Tinjauan Pustaka
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Dokumen10 halaman
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Riskabawal
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • BAB III Fix
    BAB III Fix
    Dokumen17 halaman
    BAB III Fix
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen5 halaman
    Bab Ii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • GINGIVA PIGMENTASI
    GINGIVA PIGMENTASI
    Dokumen2 halaman
    GINGIVA PIGMENTASI
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat