PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan JNC VII (Seventh Joint National Committee) on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, hipertensi adalah
tekanan darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau
peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90 mmHg
(Nugroho, 2010; Bakri, 2008). Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana
terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer, 2000).
Hipertensi primer atau idiopatik memiliki angka prevalensi tertinggi yaitu
sekitar 95% kasus sedangkan sisanya adalah hipertensi sekunder. Pada hipertensi
primer banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, usia, jenis kelamin,
lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek
dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler (misalnya oleh karena diet
tinggi garam) dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas,
alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi tipe ini biasanya timbul pada umur
30-50 tahun (Price dan Lorraine, 2008).
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Diantaranya adalah penyakit ginjal
kronis, penyakit jantung (hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokardium
dan gagal jantung), penyakit otak (stroke, Transient Ischemic Attack /TIA),
penyakit arteri perifer, retinopati (Kuswardhani, 2006).
Oleh karena itu, kasus ini termasuk dalam kasus dengan area kompetensi
4A, dimana dokter harus mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas serta kompetensi yang dicapai ini pada
saat telah lulus dokter. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
mengangkat kasus ini sebagai pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran
keluarga yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan
terhadap penanganan pasien dengan permasalahan penyakit hipertensi primer.
1.2 Tujuan