Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Tuberkulosis


Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Nama tuberkulosis berasal
dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem
kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. TB paru ini
bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. TB paru dapat menular melalui udara, waktu
seseorang dengan TB aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.4
Klasifikasi Tuberkulosis 4,5

2.2.

Ada beberapa klasifikasi Tb paru menurut Departemen Kesehatan yaitu:


a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
1. Tuberkulosis paru BTA positif

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA


positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan


kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan


biakan positif

2. Tuberkulosis paru BTA negatif


Kriteria diagnostik Tb paru BTA negatif harus meliputi:

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran


klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak
respons dengan pemberian antibiotik spektrum luas

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan


M.tuberculosis positif

Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa

c. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan


sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:
1. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
2. Kasus kambuh (relaps)
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif. Bila hanya menunjukkan perubahan pada gambaran
radiologik sehingga dicurigai lesi aktif kembali, harus dipikirkan beberapa
kemungkinan :
Infeksi sekunder
Infeksi jamur
TB paru kambuh
3. Kasus pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu
kabupaten dan kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan/pindah
4. Kasus lalai berobat
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan
berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya
penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
5. Kasus Gagal

Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan)

Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif


menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan ataugambaran
radiologik ulang hasilnya perburukan

6. Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik
7. Kasus bekas TB

Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas) negatif


dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih
gambaran radiologik serial menunjukkan gambaran yang menetap.
Riwayat pengobatan OAT yang adekuat akan lebih mendukung

Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan lesi TB aktif, namun


setelah mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan ternyata tidak ada
perubahan gambaran radiologik

2.3.

Patogenesis 1,4
Sumber penularan Tb Paru adalah penderita Tb BTA+ ,Pada waktu

batuk/bersin,penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk dropler


(percikan dahak).
2.3.1

Infeksi Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di

jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
nasib sebagai berikut:

a. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali

(restitution ad

integrum)
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
c. Menyebar dengan cara perkontinuitatum menyebar kesekitarnya.

Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan


bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar
sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan
akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus
yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan
pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.

Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru


sebelahnya atau tertelan.

Penyebaran secara hematogen dan limfogen.


Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi
kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan
tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan
menimbulkan keadaan cukup gawat seperti itu berkulosismilier, meningitis
tuberkulosis, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat
menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal,
anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini
mungkin berakhir dengan:
Sembuh

dengan

terbelakang

pada

meninggalkan
anak

sekuele

setelah

(misalnya

mendapat

pertumbuhan

ensefalomeningitis,

tuberkuloma).
Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.
2.3.2

Infeksi Post Primer


Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah

tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis


postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk
dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk
tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena

dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang


dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang
pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut:
a. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat. Sarang tersebut akan
meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan jaringan
fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk
jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.
b. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti
akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya
berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik).
Kaviti tersebut akan menjadi:

Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang pneumoni


ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan di atas.

Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.


Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif
kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi.

Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti
menyembuh

dengan

membungkus

diri

dan

akhirnya

mengecil.

Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut


sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).
2.4.

Diagnosis 1
Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan melalui pemeriksaan gejala klinis,

mikrobiologi, radiologi, dan patologi klinik. Pada program tuberkulosis nasional,


penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis
utama. Pemeriksaan lain seperti radiologi, biakan dan uji kepekaan dapat
digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
Tidak dibenarkan mendiagnosis tuberkulosis hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB
paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.

2.4.1 Gejala
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.
a. Gejala respiratorik
Batuk 3 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis
pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit,
maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi
karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak
ke luar. Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan
tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat
gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas
dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
b. Gejala sistemik
Demam
Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun
2.4.2 Tanda
Tanda-tanda yang di temukan pada pemeriksaan fisik tergantung luas dan
kelainan struktural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisis dapat normal atau
dapat ditemukan tanda konsolidasi paru utamanya apeks paru. Tanda pemeriksaan
fisik paru tersebut dapat berupa: fokal fremitus meingkat, perkusi redup, bunyi
napas bronkovesikuler atau adanya ronkhi terutama di apeks paru. Pada lesi luas
dapat pula ditemukan tanda-tanda seperti : deviasi trakea ke sisi paru yang
terinfeksi, tanda konsolidasi, suara napas amporik pada cavitas atau tanda adanya
penebalan pleura.

2.4.3

Pemeriksaan dahak mikroskopis


Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak


untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak
yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan sewaktu-pagi
sewaktu (SPS)
a. S (sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak
untuk mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua
b. P(pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas.
c. S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak
pagi hari.
Table 2.1 Interpretasi hasil pemeriksaan tb paru
3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif
1 kali positif, 2 kali negative
Bila 1 kali positif, dua kali negative
Bila 3 kali negative
2.4.4

BTA +
Ulangi BTA 3 kali
BTA +
BTA -

Pemeriksaan Bactec
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode

radiometrik. Mycobacterium tuberculosa memetabolisme asam lemak yang


kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin
ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat
untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan. Bentuk lain
teknik ini adalah dengan memakai Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT)
2.4.5

Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang spesifik

untuk Tb paru. Laju Endap Darah ( LED ) jam pertama dan jam kedua
dibutuhkan. Data ini dapat di pakai sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan
nilai keseimbangan penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon
terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat
penyembuhan penderita. Demikian pula kadar limfosit dapat menggambarkan

10

daya tahan tubuh penderita. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED
yang normal juga tidak menyingkirkan diagnosa TBC.
2.4.6

Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi

ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus dimana pada
pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak diperlukan lagi. Pada beberapa
kasus dengan hapusan positif perlu dilakukan foto toraks bila:

Curiga adanya komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks)

Hemoptisis berulang atau berat

Didapatkan hanya 1 spesimen BTA +


Pemeriksaan foto toraks memberi gambaran bermacam-macam bentuk.

radiologi yang dicurigai lesi Tb paru aktif:

Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas dan


segmen superior lobus bawah paru.

Kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau
nodular.

Bayangan bercak milier.

Efusi Pleura

Gambaran radiologi yang dicurigai Tb paru inaktif :

Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas dan atau
segmen superior lobus bawah.

Kalsifikasi.

Penebalan pleura.
Penegakan alur diagnosis TB Paru dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

11

Gambar 2.1 Alur Diagnosis Tb paru

2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegahkekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kumanterhadap OAT.1,6
2.5.2

Prinsip Pengobatan

12

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:


1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan
OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT
KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan; 2) Untuk menjamin
kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly
Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO);
3) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.7
Tahap awal (intensif): 1) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat
setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat; 2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu;
3) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.6,7
Tahap lanjutan: 1) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih
sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama; 2) Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.6,7
2.5.3 Paduan OAT yang Digunakan di Indonesia
2.5.3.1 OAT Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ini diberikan untuk pasien baru
TB paru BTA positif, pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif atau pasien
TB ekstra paru (Tabel 2.2).4
Tabel 2.2. Panduan OAT Kategori-1.
Berat badan (kg)

Tahap intensif tiap hari


selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)

Tahap lanjutan 3 kali seminggu


selama 16 minggu
RH (150/150)

30-37

2 tablet 4KDT

2 tablet 2KDT

38-54

3 tablet 4KDT

3 tablet 2KDT

55-70

4 tablet 4KDT

4 tablet 2KDT

71

5 tablet 4KDT

2.5.3.2 OAT Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

tablet 2KDT

13

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya, yaitu pasien kambuh, pasien gagal, atau pasien dengan pengobatan
setelah putus berobat (default)(Tabel 2.3).4

Berat
badan
(Kg)
30-37
38-54
55-70
71

Tabel 2.3. Panduan OAT Kategori-24


Tahap intensif tiap hari
Tahap lanjutan 3 kali seminggu
RHZE (150/75/400/275) + S
RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari
Selama 28 hari
Selama 20 minggu
2 tablet 4KDT
2 tab 2KDT
+
2 tab 4KDT
+
Streptomisin 500 mg
2 tab Etambutol
3 tablet 4KDT
3 tab 2KDT
+
3 tab 4KDT
+
Streptomisin 750 mg
3 tab Etambutol
4 tablet 4KDT
4 tab 2KDT
+
4 tab 4KDT
+
Streptomisin 1000 mg
4 tab Etambutol
5 tablet 4KDT
5 tab 2KDT
+
5 tab 4KDT
+
Streptomisin 1000 mg
5 tab Etambutol

2.5.3.3 Dosis OAT Tunggal


Dosis tunggal OAT dapat dilihat pada (Tabel 2.4) berikut ini.
Tabel 2.4. Dosis OAT Tunggal4
Dosis yg dianjurkan
Obat

Dosis
(mg/KgBB/hr)

Harian
(mg/KgBB/hr)

Intermiten
(mg/KgBB/hr)

Dosis
max
(mg)

Dosis (mg)/berat
badan(kg)
< 40

40-60

>60

8 12

10

10

600

300

450

600

46

10

300

150

300

450

20 30

25

35

750

1000

1500

15 20

15

30

750

1000

1500

15 18

15

15

Sesuai
BB

750

1000

1000

2.5.3.4 OAT Sisipan (HRZE)


Panduan OAT ini diberikan kepada pasien BTA positif yang pada akhir
pengobatan intensif masih tetap BTA positif. Paket sisipan Kombinasi Dosis

14

Terapi (KDT) adalah sama seperti anduan untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)(Tabel 2.5).4,6
Tabel 2.5. Dosis KDT sisipan (HRZE)4
Berat Badan (Kg)
30-37
38-54
55-70
71 kg

Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari


RHZE (150/75/400/275)
2 tablet 4 KDT
3 tablet 4 KDT
4 tablet 4 KDT
5 tablet 4 KDT

2.5.3.5 Efek Samping Obat dan Penatalaksanaan


Tabel 2.6. Efek Samping Ringan4
Penyebab
Rifampisin
Isoniazid
Pirasinamid
Rifampisin

Efek samping
Tidak ada nafsu makan,
mual, sakit perut
Kesemutan sampai dengan
rasa terbakar di kaki
Nyeri sendi
Warna kemerahan pada
air seni (urine)

Penatalaksanaan
Semua OAT diminum malam
sebelum tidur
Beri vitamin B6 (piridoxin)
100 mg per hari
Beri Aspirin
Tidak perlu diberi apa-apa, tapi
perlu penjelasan kepada pasien

Tabel 2.6. Efek Samping Berat4


Penyebab
Semua jenis OAT

Efek samping
Gatal dan kemerahan kulit

Streptomisin

Tuli

Streptomisin

Gangguan keseimbangan

Hampir semua OAT


Hampir semua OAT
Etambutol
Rifampisin

Ikterus tanpa penyebab lain


Bingung dan muntah-muntah
(permulaan ikterus
karena obat)
Gangguan penglihatan
Purpura dan renjatan (syok)

Penatalaksanaan
Ikuti petunjuk penatalaksanaan
di bawah
Streptomisin dihentikan, ganti
Etambutol
Streptomisin dihentikan, ganti
Etambutol
Hentikan semua OAT sampai
ikterus menghilang
Hentikan semua OAT, segera
lakukan tes fungsi hati
Hentikan Etambutol
Hentikan Rifampisin

Penatalaksanaan pasien dengan efek samping gatal dan kemerahan kulit:


jika seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal-gatal singkirkan
dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu anti-histamin, sambil meneruskan
OAT dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal tersebut pada sebagian pasien hilang,
namun pada sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan kulit. Bila keadaan

15

seperti ini, hentikan semua OAT. Tunggu sampai kemerahan kulit tersebut hilang.
Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk.4,7
2.5.4 Penanganan Efek Samping Obat.1,5
Efek samping yang ringan seperti gangguan lambung yang dapat diatasi
secara simptomatik

Gangguan sendi karena pirazinamid dapat diatasi dengan pemberian salisilat /

allopurinol
Efek samping yang serius adalah hepatits imbas obat. Penanganan seperti

tertulis di atas
Penderita dengan reaksi hipersensitif seperti timbulnya rash pada kulit yang
umumnya disebabkan oleh INH dan rifampisin, dapat dilakukan pemberian
dosis rendah dan desensitsasi dengan pemberian dosis yang ditingkatkan
perlahan-lahan dengan pengawasan yang ketat. Desensitisasi ini tidak bisa

dilakukan terhadap obat lainnya


Kelainan yang harus dihentikan pengobatannya adalah trombositopenia, syok
atau gagal ginjal karena rifampisin, gangguan penglihatan karena etambutol,
gangguan nervus VIll karena streptomisin dan dermatitis exfoliative dan

agranulositosis karena thiacetazon


Bila sesuatu obat harus diganti maka paduan obat harus diubah hingga jangka
waktu pengobatan perlu dipertimbangkan kembali dengan baik.

2.6

Evaluasi Pengobatan 1,5,8


Evaluasi penderita meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik, dan

efek samping obat,serta evaluasi keteraturan berobat.


a. Evaluasi klinik

Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan


selanjutnya setiap 1 bulan

Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi penyakit

Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.

b. Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9)

Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak

Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik

16

Sebelum pengobatan dimulai


Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
Pada akhir pengobatan

Bila ada fasiliti biakan : pemeriksaan biakan (0 - 2 6/9)

c. Evaluasi radiologik (0 - 2 6/9)


Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:

Sebelum pengobatan

Setelah 2 bulan pengobatan

Pada akhir pengobatan

d. Evaluasi efek samping secara klinik

Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal dan
darah lengkap

Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan


gula darah , asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek samping
pengobatan

Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid

Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol

Penderita yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji keseimbangan dan


audiometri

Pada anak dan dewasa mudaumumnya tidak diperlukan pemeriksaan awal


tersebut. Yang paling penting adalah evaluasi klinik kemungkinan terjadi
efek samping obat. Bila pada evaluasi klinik dicurigai terdapat efek
samping, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya
dan penanganan efek samping obat sesuai pedoman

e. Evalusi keteraturan berobat

Yang tidak kalah pentingnya selain dari paduan obat yang digunakan adalah
keteraturan berobat. Diminum / tidaknya obat tersebut. Dalam hal ini maka
sangat penting penyuluhan atau pendidikanmengenai penyakit dan
keteraturan berobat yang diberikan kepada penderita, keluarga dan
lingkungan

Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi.

17

f. Evaluasi penderita yang telah sembuh


Penderita TB yang telah dinyatakan sembuh tetap dievaluasi minimal dalam 2
tahun pertama setelah sembuh untuk mengetahui terjadinya kekambuhan. Yang
dievaluasi adalah mikroskopik BTA dahak dan foto toraks. Mikroskopik BTA
dahak 3,6,12 dan 24 bulan setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto toraks 6,
12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.
2.7

Komplikasi 1,4
Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan

komplikasi.Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan


menjadi dua, yaitu:
a. Komplikasi dini: komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis,
usus.
b. Komplikasi pada stadium lanjut:
1. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok
hipovolemik
2. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
3. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
4. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Rehab
    Lapsus Rehab
    Dokumen28 halaman
    Lapsus Rehab
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen17 halaman
    Bab Iv
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen1 halaman
    Bab Vi
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen12 halaman
    Bab Iii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • B Blocker
    B Blocker
    Dokumen5 halaman
    B Blocker
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Nervus Kranialis
    Nervus Kranialis
    Dokumen2 halaman
    Nervus Kranialis
    tiar
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • B Bloker
    B Bloker
    Dokumen7 halaman
    B Bloker
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • BAB III Fix
    BAB III Fix
    Dokumen17 halaman
    BAB III Fix
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • BAB II Tinjauan Pustaka
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Dokumen10 halaman
    BAB II Tinjauan Pustaka
    Riskabawal
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen5 halaman
    Bab Ii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Fahmi_Iskandar
    Belum ada peringkat