Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Kulit adalah suatu organ dengan struktur yang cukup kompleks dan
memiliki berbagai fungsi yang vital. Kulit merupakan organ tubuh yang memiliki
luas paling besar, yaitu kira-kira 1,9 m2 pada orang dewasa.
LAPISAN KULIT

Gambar Lapisan Kulit


Lapisan kulit dari lapisan luar kedalam terdiri dari epidermis, dermis, sub
dermis dengan susunan sebagai berikut :

1. Lapisan Epidermis/kutikula

Merupakan lapisan terluar, sebagian besar terdiri dari epitel skuamosa yang
bertingkat yang mengalami keratinisasi yang tidak memiliki pembuluh darah. Sel-sel
yang menyusun epidermis secara terus menerus terbentuk dari lapisan germinal
dalam epithelium kolumnar. Pigmentasi dari kulit sebagian besar karena melanin
(suatu pigmen yang berwarna hitam, pada lapisan terdalam epidermis), pigmentasi ini
sebagian besar dikontrol oleh hormone adrenalin dan pituitary.
Lapisan epidermis terdiri dari :
a. Stratum korneum (lapisan tanduk), yang terdiri dari sel gepeng yang mati tidak
berinti, mengandung keratin (sel tanduk).
b. Stratum Lusidum , merupakan sel gepeng tanpa inti, yang jelas terlihat pada
telapak kaki dan tangan dengan ketebalan empat sampai tujuh lapisan sel.
c. Stratum Granulosum, yang merupakan sel gepeng berkulit kasar dan berinti, selsel tersebut hanya 2-3 lapisan yang sejajar dengan permukaan kulit.
d. Stratum spinosum (stratum akantosum), yaitu lapisan yang paling tebal dan
terdiri dari banyak glikogen. Sel-selnya disebut spinosum karena sel-selnya terdiri
dari sel yang bentuknya polygonal atau banyak sudut dan mempunyai banyak
tanduk (spina) dan disebut akantosum sebab sel-selnya berduri .
e. Stratum Basale (germinatium), bentuknya silindris dengan inti yang lonjong,
didalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. Disini
terjadi pembelahan yang cepat dan sel baru didorong masuk kelapisan berikutnya.
2. Lapisan Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi
oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis. Di dalam
lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf dan juga
lapisannya elastis, fibrosanya padat dan terdapat folikel rambut.
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
a. Bagian atas, pars papilare (stratum papilar)
Menonjol ke epidermis , terdiri dari serabut saraf, dan pembuluh darah yang
memberi nutrisi pada epidermis yang diatasnya.
b. Bagian bawah, pars retikulare (stratum retikularis)

Menonjol kearah subkutan, serabut penunjang yaitu serabut kolagen, elastic, dan
serabut retikulus. Serabut kolagen tugasnya memberikan kekuatan kepada kulit,
dan serabut elastic tugasnya memberikan kelenturan pada kulit dan memberi
kekuatan pada alat disekitar kelenjar dan folikel rambut. Sejalan dengan
penambahan usia, deteriosasi normal pada simpul kolagen dan serat elastic
mengakibatkan pengeriputan kulit.
3. Subkatis atau Hypodermis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel lemak dan diantaranya terdapat
serabut-serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus
yang tebalnya tidak sama. Kegunaan dari penikulus adiposus adalah sebagai
shokbreker atau pegas bila terjadi tekanan trauma mekanis yang menimpa pada
kulit dan sebagai tempat penimbunan kalori serta tambahan untuk kecantikan
tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
PERSYARAFAN KULIT
Kulit dipersarafi oleh saraf sensorif dan simpatis. Serat saraf sensorif berakhir
pada kulit dalam berbagai bentuk yaitu antara lain :
-

Ujung saraf bebas


Fleksus saraf disekitar olikel rambut
Korpuskel meissnerian, suatu struktur kecil yang tertutup ditemukan di sekitar

ujung saraf pada papilla


Korpuskel paccinian, suatu struktur besar tertutup ditemukan disebelah dalam
Dermis.

Serat syaraf simpatis mensarafi asteriole, kelenjar keringat , dan pili arektor otot.
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan yang
terdiri dari saraf-saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang
terdapat pada kulit, sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan
yang terdapat dari luar atau kulit.
Pada kulit ujung-ujung saraf sensorik ini membentuk bermacam-macam kegiatan
untuk menerima rangsangan. Ujung-ujung saraf yang bebas menerima rangsangan

sakit atau nyeri banyak terdapat di epidermis, disini ujung-ujung sarafnya mempunyai
bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu organ.
FISIOLOGI INDRA KULIT
1. Fungsi proteksi: menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik,
misalnya gesekan, tarikan dan gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan
iritasi. Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet dan infeksi dari luar
(bakteri dan jamur).
2. Fungsi absorpsi: kulit yang sehat tidak mudah menyerap air dan larut, tetapi
cairan yang mudah menguap akan lebih mudah diserap, begitu juga yang larut
dalam lemak.
3. Fungsi ekskresi: kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna (zat sisa
metabolisme) dari dalam tubuh berupa Na, Cl, urea, asam urat dan amonia.
Sebum berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum mengandung
minyak untuk melindungi kulit dan menahan air yanhg berlebihan sehingga
kulit tidak menjadi kering.
4. Fungsi persepsi: kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis untuk merangsang panas diterima oleh dermis dan subkutis,
sedangan untuk rangsangan dingin terjadi di dermis. Perbedaan dirasakan oleh
papila dermis markel renfier yang terletak pada dermis, sedangkan tekanan
yang dirasakan oleh epidermis serabut saraf sensorik memiliki jumlah lebih
banyak di daerah erotik.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh: kulit berperan mengeluarkan keringat dan
kontraksi otot dengan pembuluh darah kulit.
6. Fungsi pembentukan pigmen: terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit.
7. Fungsi pembentukan vitamin D: pembentukan vitamin D berlangsung
dengan mengubah dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari,
tetapi kebutuhan bitamin D tidak cukup hanya dari proses tersebut, pemberian
vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
KULIT SEBAGAI INDRA PERABA
Kita mengenal dua macam alat peraba, yaitu :

1. Alat peraba tepi : untuk menerima rangsang-rangsang dari permukaan tubuh,


yakni kulit.
2. Alat peraba dalam: terdapat dalam otot-otot, persendian-persendian. Alat itu
member kesan kepada kita tentang sikap atau letak bagian-bagian tubuh.
Rangsangan itu melalui saraf perasa diteruskan ke pusat susunan saraf. Alat itu
memberi kesan kepada kita tentang rasa dingin, rasa panas, rasa nyeri, kesan tentang
perabaan seperti bentuk kasar dan halus. Pada seluruh permukaan kulit terdapat alatalat penerima rangsang tersebut. Ujung-ujung saraf peraba itu terdapat pada lapisan
Malphigi dari kulit, dan pada berbagai alat dalam tubuh. Namun keberadaan ujungujung saraf peraba ini tidak merata pada seluruh permukaan kulit.
Permukaan kulit yang kaya akan ujung-ujung saraf peraba adalah ujung jari
telunjuk, telapak tangan, telapak kaki, samping kiri kanan leher dan lain sebagainya.
Sel-sel saraf peraba juga terdapat pada pangkal rambut. Bila rambut yang muncul di
permukaan kulit tersentuh oleh suatu benda, maka sel-sel saraf akan terangsang.
Rasa Mekanik
Beberapa modalitas (kualitas) rasa tekan, raba, getar dan geli berada di setiap
bagian tubuh tertentu. Dengan menggunakan Aestesiometer dapat mengetahui bagian
kulit yanhg paling peka terhadap rangsangan pada permukaan kulit yang peka. Titik
tekan lebih pada dibandingkan dengan kulit lain, hal ini merupakan manifestasi
adanya reseptor tekan pada kulit dibawahnya.
1. Ambang diskriminasi spasial (ADS): merupakan kemampuan untuk
membedakan dua titik berdekatan sebagai titik yang terpisah yaitu ambang
diskriminasi spasial suksesif (pengganti) dan ambang diskriminasi spasial
simultan. ADS suksesif lebih kecil dibandingkan dengan ADS simultan. Hal
ini disebabkan karena ADS suksesif dihantarkan oleh saraf yang sama,
sedangkan ADS simultan secara bersamaan dihantarkan oleh dua saraf yang
hubungannya dengan kortek sensoris melalui serat yang berbeda.
Ukuran bidang reseptif untuk sentuhan ringan dapat diukur dengan tes
ambang batas dua titik. Dalam prosedur ini, dua titik pada sepasang kaliper
secara bersamaan diposisikan pada kulit dan satu menentukan jarak minimum
antara dua titik caliper yang dapat dianggap sebagai titik terpisah stimulasi.

Ini disebut dua titik diskriminasi ambang batas. Jika jaraknya sangat kecil,
masing-masing titik caliper menyentuh bidang reseptif hanya satu neuron
sensorik. Jika jarak antara titik rangsangan kurang dari ambang batas ini,
hanya satu titik rangsangan bisa dirasakan. Dengan demikian, dua-titik
diskriminasi ambang batas adalah ukuran ketajaman taktil. Besarnya ambang
diskriminasi dua titik bervariasi dari satu tempat ke tempat pada tubuh dan
terkecil di mana sentuhan reseptor yang paling banyak. Poin stimulus pada
bagian belakang, misalnya, harus dipisahkan oleh setidaknya 65 mm sebelum
mereka dapat dibedakan secara terpisah, sedangkan di ujung jari dua stimuli
diakui jika mereka dipisahkan oleh sesedikit 2 mm.
2. Reseptor gatal: merupakan pengindra yang memiliki kecepatan tinggi dan
terdapat pada reseptor akar rambut, bila pada punggung tangan diraba akan
timbul rasa raba. Intensitas yang ditimbulkan oleh gerakan rambut tadi
berbanding langsung dengan kecepatan gerak rambut hanya jika rambut itu
bergerak.
3. Reseptor getar: rangsangan berbentuk gelombang siku yang kuatnya sama
dan beberapa kali lebih kuat dari ambang batas rangsangan. Reseptor ini
menghasilkan satu impuls saja dan sangat cepat beradaptasi. Reseptor getar ini
merupakan reseptor percepatan struktur yang mempunyai sifat sesuai dengan
badan pacini.
4. Reseptor geli: melalui ujung saraf bebas yang merupakan ujung saraf
pengindra, ambang rangsangan hanya dapat mengetahui adanya rangsang
untuk reseptor. Rangsangan mekanik ringan bergerak seperti gerakan serangga
kecil di kulit. Rasa geli ditimbulkan oleh rangsangan frekuensi rendah yang
dihasilkan oleh sesuatu yang bergerak pada kulit secara berulang pada
serabut-serabut saraf kulit.
Rasa Suhu
Mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor ini
berfungsi mengindra rasa dingin/panas dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor
ini dibantu oleh reseptor dalam sistem saraf pusat. Dengan pengukuran waktu, reaksi

dapat dinyatakan: kecepatan rasa dingin lebih cepat dibandingkan kecepatan hantaran
rasa panas.
1. Rasa suhu kulit tetao (statis): bila seorang berada dalam air hangat, mulamula akan timbul rasa hangat, kemudian rasa hangat tidak dirasakan lagi dan
bila keluar dari air, rasa hangat akan kembali. Hal ini karena tubuh secara
penuh beradaptasi terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini hanya
terjadi pada suhu netral (suhu nyaman), rasa hangat yang mantap akan
dirasakan di atas 36C dan rasa dingin dirasakan pada suhu 17C.
2. Rasa suhu kulit yang berubah: terdapat tiga parameter tertentu yaitu suhu
awal, kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar terhadap
rangsangan suhu. Pada suhu kulit yang rendah, ambang rasa hangat suhu
berpengaruh terhadap timbulnya rasa panas atau dingin. Luasnya daerah kulit
yang terpapar juga berpengaruh pada timbulnya rasa panas/dingin.
3. Titik-titik rasa dingin dan panas: permukaan kulit yang peka terhadap rasa
panas dan dingin berlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa
suhu lebih rendah dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin
lebih banyak dibandingkan rasa panas. Kulit wajah merupakan daerah yang
paling peka terhadap rasa suhu dan memiliki kepadatan titik-titik rasa dingin
yang paling tinggi.
Sifat Reseptor Suhu
1. Selalu mengeluarkan impuls pada suhu kulit yang konstan dan frekuensinya
tergantung pada suhu kulit itu sendiri.
2. Pada penurunan/kenaikan suhu akan terjadi perubahan frekuensi impuls.
3. Tidak peka terhadap rangsangan lain.
4. Ambang rangsang sesuai dengan kepekaan rasa suhu manusia terhadap
rangsangan suhu di kulit.
5. Mempunyai daerah reseptif yang sempit, setiap serat eferen hanya
mempersarafi satu atau beberapa titik rasa suhu saja.
Rasa Propriosepsi
Berasal dari dalam tubuh disebut juga rasa dalam, tidak terdapat pada kulit
tetapi bagian yang lebih dalam misalnya otot, tendo dan sendi. Informasi propriosepsi
dihantarkan ke medula spinalis melalui kolom dorsal dan masuk ke serebelum,
7

sebagian berjalan ke laminikulus medial, talamus dan sebagian lagi ke korteks.


Impuls berasal dari kumparan otot berbentuk urat golgi, organ sensorik dalam dan
sekitar sendi. Neuron dalam korteks sensoris berespons terhadap gerakan-gerakan
tertentu.
Terdapat 3 submodalitas yaitu :
1. Rasa posisi: mengindrai bagian-bagian tubuh dalam ruang atau posisi ruas
sendi tubuh yang satu dengan ruas sendi yang berdekatan, rasa ini sedikit
sekali bahkan mungkin tidak beradaptasi.
2. Rasa gerakan: timbulnya menghindari gerak pada setiap sendi danberapa
besar perubahan sudut dan kecepatan gerak pada sendi yang bergerak.
3. Rasa kekuatan: seberapa besar kekuatan atau tahanan yang dikerahkan untuk
gerak otot itu.

BAB II
METODE KERJA
2.1 Paleo Sensibilitas
A. Rasa- rasa panas dan dingin
Rasa- rasa panas dan dingin tidak ditentukan oleh suhu suatu benda yang
sebenarnya, melainkan oleh kecepatan hilangnya panas atau mendapatkan panas
oleh kulit.
1. a) sediakanlah 3 buah bak yang masing-masing berisi air es, air bersuhu
40c dan air bersuhu 30c
b) masukkan telunjuk kanan ke dalam air es dan telunjuk kiri ke dalam air
40c . catatlah perasaan yang saudara alami.
8

c) kemudian segera masukkakn kedua telunjuk saudara kedalam bak


berisi air bersuhu 30c . catatlah dan terangkan perasaan yang saudra
alami.
2. a) Tempatkanlah punggung tangan saudara 10 cm didepan mulut dan
tiuplah kulit punggung tangan itu perlahan-lahan . catatlah rasa yang
saudara alami.
b) Basahilah punggungtangan itu dengan air terlebih dahulu, kemudian
tiuplah seperti percobaan tersebut di atas.catatlah pula rasa yang
saudara alami.
c) oleskan punggung tangan itu dengan alkool atau eter dulu, kemudian
tiuplah lagi. Rasa yang bagaimanakah yang saudara alami sekarang ?
terangkan !
Pertanyaan :
1. Pada percobaan dengan alkohol atau eter pada kulit. Mula-mula ditimbulkan
perasaan dingin dahulu kemudian disusul dengan perasaan panas ? terangkan!
2. Apakah rasa-rasa panas atau dingin itu dirasakan terus-menerus ?
B. Reaksi reaksi di kulit
Rasa-rasa panas , dingin, raba/ tekan dan nyeri dihantarkan oleh serat-serat
syaraf terpisah , yang menghubungkan titik di kulit. Kepadatan titik-titik rasa
diberbagai tempat dikulit tidaklah sama.
1. Letakkanlah telapak tangan kiri di atas meja dan tandai lah suatu daerah 3 x 3
cm dengan menggunakan stempel yang tersedia.
2. Selidikilah secara teratur mengikuti garis-garis sejajar titik-titik panas dengan
menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam didalam air panas
beruhu 50c (sebelum diletakkan pada telapak tangan, keringkan dahulu
kerucut itu dengan handuk). Berilah tanda pada titik titik itu dengan tinta
hitam.
3. Lakukanlah percobaan tersebut di atas untuk menentukan titik-titik dingin
dengan menggunakan kerucut kuningan yan telah direndam di dalam air es.
4. Buatlah gambar tangan di atas kertas putih dan tuliskan ttik-titik rasa itu ke
dalamnya.
9

5. Lakukan percobaan tersebut (nomer 2 s/d 3) untuk daerah-daerah lengan


bawah, kuduk dan pipi.
Pertanyaan :
Di daerah manakah dari tubuh masing-masing rasa itu terpadat ?
2.2 Neo-sensibilitas
a) Lokalisasi rasa tekan :
1. Tutuplah mata manusia coba, kemudian tekanlah ujung pensil dengan kuat
pada ujung jarinya.
2. Suruhlah manusia coba menunjukkan dengan pensil tempat yang telah
dirangsang itu. Tentukan jarak antara titik rangsang dengan titik tunjuk dalam
mm.
3. Ulangi percobaan tersebut 3 kali dan tentukan jarak-jarak rata-ratanya.
4. Lakukan percobaan tersebut untuk daerah-daerah telapak tangan, lengan
bawah, lengan atas, pipi dan kuduk.
b) Diskriminasi rasa tekan :
1. Tutuplah mata manusia coba, kemudian tekanlah kedua ujung sebuah jangka
secara serentak (simultan) pada ujung jarinya.
2. Ambillah mula-mula jarak ujung jangka yang kecil sehingga manusia coba
belum dapat membedakan dua titik. Kemudian perbesarlah jarak ujung jangka
setiap kali dengan 2 mm, hingga tepat dapat dibedakan dua titik oleh orang
percobaan.
3. Ulangi percobaan ini dengan jarak ujung jangka yang besar dahulu, kemudian
dikecilkan setiap kali 2 mm sampai ambang diskriminasi. Ambillah jarak ratatata dan tindakan 2 s/d 3.
4. Lakukan percobaan nomor 1 s/d 3, tetapi sekarang dengan menekan kedua
ujung jangka secara berturut-turut (suksesif).
5. Tentukanlah dengan cara-cara tersebut di atas ambang diskriminasi dua titik
untuk daerah-daerah kuduk, bibir, pipi, dan lidah.
6. A. ambillah sekarang jarak terbesar antara ujung-ujung jangka yang masih
dirasakan sebagai satu titik oleh kulit dengan telinga.
B. gerakkan lah sekarang jangka tersebut mulai dari kulit depan telinga kearah
pipi, bibir atas, bibir bawah. Catatlah yang saudara alami .

10

Pertanyaan :
Adakah perbedaan diskriminasi, bila ujung-ujung jangka ditekankan secara simultan
dan suksesif?
c) Diskriminasi kekuatan rangsangan. Hukum Weber- Fechner
Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsangan rasa-rasa , pada
umumnya tidak tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi
pada perbesaran relatifnya.
1. Tutuplah mata manusia coba dan letakkan tangannya di atas meja dengan
telapak tangan nya menghadap ke atas.
2. Letakkan kotak timbangan dengan beban 5 gram di dalamnya pada ujungujung jarinya.
3. Tambahkanlah setiap kali ke dalam kotak timbangan suatu beban, sampai
manusia coba tepat dapat membedakan tambahan berat. Catatlah beban
permulaan (ditambah kotak timbangan) dan berat terakhir.
4. Lakukanlah percobaan nomor 2 dan nomor 3 dengan beban mula-mula di
dalam kotak berturut-turut 10 gram , 50 gram, dan 100 gram.
Pertanyaan :
Bagaimana bunyi hukum Weber-Fechner ? dapatkah hukum ini diperlihatkan dengan
percobaan tersebut di atas ?

d) Kemampuan diskriminasi
Dalam melakukan praktikum ini seringkali timbul kesukaran karena yang
dipakai adalah orang-orang sehat dan normal kemampuan diskriminasinya. Oleh
sebab itu dilakukan perbandingan kemampuan diskriminasi antara tangan (yang
normal) dengan lengan bawah atau kuduk.
Kemampuan diskriminasi kekasaran :
1. Suruhlah manusia coba dengan mata tertutup meraba-raba dengan ujung
jarinya kertas penggosok yang berbeda-beda derajat kekasarannya.

11

2. Bagaimana daya pembedanya ? ulangi percobaan tersebut dengan lengan


bawahnya.
Kemampuan diskriminasi ukuran :
a. Tekanlah pada telapak tangan manusia coba (mata tertutup) cincin logam
dari bermacam-macam ukuran.
b. Ulangi percobaan itu dengan lengan bawahnya.

Kemampuan diskriminasi bentuk :


a. Dengan mata tertutup suruhlah manusia coba memegang benda kecil yang
tersedia dan suruhlah menyebutkan benda-benda tersebut (lingkaran,
empat persegi panjang, segitiga, bulat lonjong, dll).
b. Ulangi percobaan ini dengan lengan bawahnya.

12

BAB III
HASIL PRAKTIKUM
3.1 Paleo sensibilitas :
A. Rasa-rasa panas dan dingin
No

Suhu

Telunjuk kanan

Telunjuk kiri

1a

Dingin

1b

Es
40

Panas

1c

30

Hangat

Dingin

2. a. Punggung tangan ditiup,terasa dingin


b. Punggung tangan diberi air, terasa semakin dingin
c. Punggung tangan diberi alkohol kemudian ditiup, terasa sangat dingin
kemudian rasa dingin itu hilang perlahan-lahan.
Pembahasan pertanyaan :
1. Titik penguapan alkohol lebih rendah dibandingkan dengan air, sehingga
alkohol mudah menguap. Karena alkohol mudah menguap maka yang
dirasakan ketika kulit dioleskan alkohol adalah rasa dingin yang hilang
perlahan-lahan, kemudian timbul rasa panas
2. Tidak, rasa panas dan dingin hanya dirasakan bila ada rangsangan panas
dan dingin tersebut.

13

B. Reaksi-reaksi di kulit
Daerah kulit

Panas

Dingin

Telapak tangan

Lengan bawah

Kuduk

14

Pipi

Keterangan:

X : Tidak terasa
H : Hangat
D : Dingin

Pembahasan pertanyaan :
Bagian yang paling peka pada rangsangan dingin adalah lengan bawah, kuduk dan
pipi. Sedangkan bagian yang paling peka terhadap rangsangan panas adalah kuduk
dan pipi.
3.2 Neo-sensibilitas
A. Lokalisasi rasa tekan :
Lokasi
Ujung jari
Telapak tangan
Lengan bawah
Lengan atas
Pipi
Kuduk

Jarak I
Tepat
5 mm
3 mm
10 mm
1 mm
9 mm

B. Diskriminasi rasa tekan :


Lokasi
Perlakuan
Ujung jari
Simultan

Jarak II
1 mm
7 mm
12 mm
10 mm
4 mm
15 mm

Jarak III
Tepat
3 mm
6 mm
10 mm
1 mm
10 mm

Jarak titik
0 mm
2 mm
4 mm
6 mm
6 mm

Rata-rata
0,3 mm
5 mm
7 mm
10 mm
2 mm
11,33 mm

Diskriminasi rasa tekan


1
1
1
2
2

15

Suksesif

Simultan

Kuduk

Suksesif

Pipi

Simultan

Suksesif

4 mm
1 mm
0 mm
0 mm
2 mm
4 mm
4 mm
2 mm
0 mm
0 mm
2 mm
4 mm
6 mm
8 mm
10 mm
12 mm
12 mm
10 mm
8 mm
6 mm
4 mm
2 mm
0 mm
0 mm
2 mm
4 mm
6 mm
6 mm
4 mm
2 mm
0 mm
0 mm
2 mm
4 mm
6 mm
6 mm
4 mm
2 mm
0 mm
0 mm

2
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
16

2 mm
4 mm
6 mm
6 mm
4 mm
2 mm
0 mm

1
1
2
2
1
1
1

Pembahasan pertanyaan :
Ada perbedaan diskriminasi bila ujung-ujung jangka ditekan secara simultan dan
suksesif. Apabila rangsangan diberikan secara terus menerus ( suksesif) pada reseptor,
frekuensi potensial aksi di saraf sensori semakin lama akan meningkat sehingga
reseptor lebih peka.

C. Diskriminasi kekuatan rangsangan ( Hukum Weber-Fechner )


Beban awal
5g
10 g
50 g
100 g

Diskriminasi kekuatan rangsang


pada beban
100 g
100 g
100 g
200 g

Hukum Weber-Fechner :
Weber kemudian Fechner mengajukan prinsip bahwa gradasi kekuatan
rangsangan dibedakan secara proporsional dalam bentuk logaritma kekuatan
rangsangan. Hukum ini dapat diperlihatkan dengan hasil percobaan diatas, hal ini
memperkuat dugaan bahwa semakin besar intensitas sensorik yang diterima,
semakin besar pula perubahan tambahan rangsangan yang diperlukan agar kita
dapat mendeteksi perubahan tersebut.
D. Kemampuan diskriminasi
17

Kemampuan diskriminasi kekasaran


Kekasaran
Sangat halus
Halus
Sedikit kasar
Kasar
Sangat kasar

Telapak tangan

Lengan bawah

Telapak tangan
X
X
X

Lengan bawah
X

Telapak tangan

Lengan bawah

Keterangan : = benar

Kemampuan diskriminasi ukuran


Ukuran
Kecil
Sedang
Besar

Keterangan : = tepat/benar
X = salah
Kemampuan diskriminasi bentuk
Bentuk
lingkaran
Persegi panjang
Segitiga
Persegi
Lingkaran
Keterangan :

: tepat/benar
X : salah

18

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Paleo Sensibilitas


A. Rasa Panas Dingin
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan untuk melihat
sensitivitas jari tangan terhadap rangasangan panas dan dingin, dapat
diketahuin bahwa, jari tangan kanan yang dicelupkan pada air dingin
menyebabkan rasa dingin yang menyengat. Pada jari tangan kiri yang
dimasukan pada air hangat menyebabkan rasa hangat yang tidak begitu
menyengat. Sedangkan saat kedua jari dimasukan ke air dengan suhu
normal, rasa dingin pada jari tangan kanan awalnya berasa hangat lalu
kemudian normal kembali. Begitu juga dengan jari tangan kiri, yang
awalnya terasa hangat, kemudian terasa dingin dan perlahan-lahan normal
kembali. Hal ini disebabkan karena ujung-ujung jari tangan mengalami
adaptasi.
B. Punggung Tangan
Pada percobaan meniup punggung tangan dengan kondisi tangan kering,
terasa hembusan nafas yang suhunya sedang (tidak panas dan tidak
19

dingin). Sedangkan setelah punggung tangan diolesi dengan alcohol, saat


ditiup, tangan terasa dingin. Hal ini dikarenakan titik uap alcohol sangat
rendah, artinya dibutuhkan hanya sedikit panas untuk mengubah bentuk
cair alcohol, menjadi uap. Ketika alcohol diteteskan dipunggung tangan,
suhu tubuh sudah cukup untuk mengubah wujudnya. Dengan demikian
panas dari tubuh mengalir ke alcohol. Sewaktu aliran panas dari tubuh
terjadi disaat itulah kulit tubuh terasa dingin.
C. Reaksi-reaksi dikulit
Berdasarkan hasil percobaan, pada telapak tangan dan lengan bagian
bawah manusia coba terdapat satu titik yang tidak bisa merasakan suhu
hangat. Sedangkan suhu dingin dapat dirasakan pada semua titik. Hal ini
membuktikan bahwa pada telapak tangan, lengan bawah, kuduk dan pipi
terdapat reseptor sensorik terhadap suhu hangat dan dingin. Bagian yang
paling peka pada rangsangan dingin adalah lengan bawah, kuduk dan pipi.
Sedangkan bagian yang paling peka terhadap rangsangan panas adalah
kuduk dan pipi.
4.2 Neo-sensibilitas
A. Lokalisasi rasa tekan
Hasil menunjukan bahwa tempat-tempat seperti ujung jari, telapak tangan,
lengan bawah, lengan atas, pipi dan kuduk memiliki sensitivitas atau
kepekaan terhadap rangsang yang berbeda. Dari hasil percobaan dapat
diketahui bahwa ujung jari memiliki kepekaan yang paling besar dilihat dari
ketepatan menunjuk dan jarak antara titik tekan dan titik tunjuk yang tidak
terlalu jauh. Setelahnya diikuti dengan pipi, telapak tangan, lengan atas,
lengan bawah, dan kuduk yang memiliki tingkat kepekaan yang paling kecil.
Hasil ini dapat berbeda pada tiap orang tergantung tingkat kepekaan tiap
orang.
B. Diskriminasi rasa tekan
Pada percobaan ini dilakukan dengan cara menekan pada ujung jari dengan
sebuah jangka, perbesar setiap kali 2 mm sampai dirasakan dua titik dan dapat
dibedakan dua titik oleh manusia coba. Dilakukan secara simultan maupun

20

suksesif (terus menerus). Pada percobaan ini dapat kita ketahui bahwa daerah
yang paling peka dalam membedakan dua titik ujung jangka secara simultan
yaitu, ujung jari dan pipi, dapat dilihat dari jarak 2 titik berbeda yang dapat
dirasakan oleh manusia coba yang lebih pendek dibandingkan pada kuduk.
Sedangkan secara suksesif, daerah yang paling peka dalam membedakan dua
titik adalah ujung jari. Ada perbedaan diskriminasi bila ujung2 ditekan secara
simultan dan suksesif. Apabila rangsangan diberikan secara suksesif (terus
menerus) pada reseptor, frekuensi potensial aksi di saraf sensori lama
kelamaan akan meningkat meningkat sehingga reseptor lebih peka.
C. Diskriminasi kekuatan rangsangan ( Hukum Weber-Fechner )
Pada percobaan, kekuatan rangsangan Hukum Weber Fechner, orang coba
ditutup matanya kemudian pada telapak tangannya diletakkan beban awal.
Kemudian sedikit demi sedikit ditambah bebannya sampai terasa pertambahan
beban tersebut. Pertambahan beban yang terasa berkisar 100 - 200 gram. Hasil
percobaan tersebut sesuai dengan Hukum Weber Fechner. Hal ini dibuktikan
pada hasil pengamatan, semakin besar intensitas sensorik yang diterima,
semakin besar pula perubahan tambahan rangsangan yang diperlukan agar kita
dapat mendeteksi perubahan tersebut.
D. Kemampuan diskriminasi
Kemampuan diskriminasi kekasaran
Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian terhadap kemampuan
menebak orang coba terhadap kekasaran kertas gosok sangat halus, halus,
sedikit kasar, kasar, sangat kasar.Percobaan dilakukan pada telapak tangan
dan lengan bawah. Pada telapak tangan dan lengan bawah merupakan
bagian yang peka karena tidak terdapat kesalahan dalam menebak
kekasaran kertas gosok.
Kemampuan diskriminasi ukuran
Berdasarkan percobaan yang dilakukan untuk mendeskriminasi ukuran
suatu benda dengan menggunakan bagian tubuh yaitu jari tangan dan

21

lengan bawah dan menggunakan ukuran logam kecil sedang dan besar
didapatkan hasil bahwa orang coba kesulitan mengenali ukuran kecil,
sedang, dan besar pada telapak tangan. Namun dengan menggunakan
lengan bawah orang coba hanya dapat mengenali logam dengan ukuran
sedang saja. Jadi dapat disimpulkan bahwa lengan bawah manusia coba
lebih peka dibandingkan telapak tangannya.
Kemampuan diskriminasi bentuk
Berdasarkan percobaan yang dilakukan untuk mendeskriminasi bentuk
benda dengan menggunakan bagian tubuh yaitu telapak tangan dan lengan
bawah serta objek berupa benda berbentuk setengah lingkaran, persegi
panjang, segitiga, persegi, dan lingkaran. Denagn menggunakan telapak
tangan manusia coba dapat mengenali semua bentuk benda dengan benar.
Sedangkan pada lengan bawah manusia coba tidak mengenali bentuk
lingkaran. Ini berarti bahwa telapak tangan lebih peka dibandingkan lengan
bawah.

BAB V

22

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan
bahwa :
1. Terdapat reseptor suhu panas dan dingin pada ujung-ujung jari yang mampu
melakukan adaptasi.
2. Alkohol memiliki titik uap sangat rendah, sehingga sedikit panas dapat
mengubah bentuk cair alcohol menjadi uap.
3. Bagian yang paling peka terhadap rangsangan dingin adalah bagian lengan
bawah, kuduk, dan pipi. Bagian yang paling peka terhadap rangsangan panas
adalah kuduk dan pipi.
4. Ujung jari memiliki kepekaan yang paling besar dilihat dari ketepatan
menunjuk dan jarak antara titik tekan dan titik tunjuk yang tidak terlalu jauh.
Setelahnya diikuti dengan pipi, telapak tangan, lengan atas, lengan bawah, dan
kuduk yang memiliki tingkat kepekaan yang paling kecil. Hasil ini dapat
berbeda pada tiap orang tergantung tingkat kepekaan tiap orang.
5. Jika rangsangan diberikan secara suksesif (terus menerus) pada reseptor,
frekuensi potensial aksi di saraf sensori lama kelamaan akan meningkat
meningkat sehingga reseptor lebih peka.
6. Semakin besar intensitas sensorik yang diterima, semakin besar pula
perubahan tambahan rangsangan yang diperlukan agar kita dapat mendeteksi
perubahan tersebut ( Hukum Weber-Fechner).
7. Dari seluruh percobaan yang dilakukan, saraf sensoris yang bekerja pada
tubuh manusia mempunya sensibilitas yang berbeda dan tergantung dari letak
pemberian rangsangan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Guyton,Arthur C,.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11 Jakarta : EGC
Setiadi,.2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu

23

Marieb, EN,. 2006. Essensial of Human Anatomy & Physiologi. Edisi 10.
California : The Benjamin Publishing Company

24

Anda mungkin juga menyukai