Bab I Pendahuluan Kulit
Bab I Pendahuluan Kulit
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Kulit adalah suatu organ dengan struktur yang cukup kompleks dan
memiliki berbagai fungsi yang vital. Kulit merupakan organ tubuh yang memiliki
luas paling besar, yaitu kira-kira 1,9 m2 pada orang dewasa.
LAPISAN KULIT
1. Lapisan Epidermis/kutikula
Merupakan lapisan terluar, sebagian besar terdiri dari epitel skuamosa yang
bertingkat yang mengalami keratinisasi yang tidak memiliki pembuluh darah. Sel-sel
yang menyusun epidermis secara terus menerus terbentuk dari lapisan germinal
dalam epithelium kolumnar. Pigmentasi dari kulit sebagian besar karena melanin
(suatu pigmen yang berwarna hitam, pada lapisan terdalam epidermis), pigmentasi ini
sebagian besar dikontrol oleh hormone adrenalin dan pituitary.
Lapisan epidermis terdiri dari :
a. Stratum korneum (lapisan tanduk), yang terdiri dari sel gepeng yang mati tidak
berinti, mengandung keratin (sel tanduk).
b. Stratum Lusidum , merupakan sel gepeng tanpa inti, yang jelas terlihat pada
telapak kaki dan tangan dengan ketebalan empat sampai tujuh lapisan sel.
c. Stratum Granulosum, yang merupakan sel gepeng berkulit kasar dan berinti, selsel tersebut hanya 2-3 lapisan yang sejajar dengan permukaan kulit.
d. Stratum spinosum (stratum akantosum), yaitu lapisan yang paling tebal dan
terdiri dari banyak glikogen. Sel-selnya disebut spinosum karena sel-selnya terdiri
dari sel yang bentuknya polygonal atau banyak sudut dan mempunyai banyak
tanduk (spina) dan disebut akantosum sebab sel-selnya berduri .
e. Stratum Basale (germinatium), bentuknya silindris dengan inti yang lonjong,
didalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. Disini
terjadi pembelahan yang cepat dan sel baru didorong masuk kelapisan berikutnya.
2. Lapisan Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi
oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis. Di dalam
lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf dan juga
lapisannya elastis, fibrosanya padat dan terdapat folikel rambut.
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
a. Bagian atas, pars papilare (stratum papilar)
Menonjol ke epidermis , terdiri dari serabut saraf, dan pembuluh darah yang
memberi nutrisi pada epidermis yang diatasnya.
b. Bagian bawah, pars retikulare (stratum retikularis)
Menonjol kearah subkutan, serabut penunjang yaitu serabut kolagen, elastic, dan
serabut retikulus. Serabut kolagen tugasnya memberikan kekuatan kepada kulit,
dan serabut elastic tugasnya memberikan kelenturan pada kulit dan memberi
kekuatan pada alat disekitar kelenjar dan folikel rambut. Sejalan dengan
penambahan usia, deteriosasi normal pada simpul kolagen dan serat elastic
mengakibatkan pengeriputan kulit.
3. Subkatis atau Hypodermis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel lemak dan diantaranya terdapat
serabut-serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus
yang tebalnya tidak sama. Kegunaan dari penikulus adiposus adalah sebagai
shokbreker atau pegas bila terjadi tekanan trauma mekanis yang menimpa pada
kulit dan sebagai tempat penimbunan kalori serta tambahan untuk kecantikan
tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
PERSYARAFAN KULIT
Kulit dipersarafi oleh saraf sensorif dan simpatis. Serat saraf sensorif berakhir
pada kulit dalam berbagai bentuk yaitu antara lain :
-
Serat syaraf simpatis mensarafi asteriole, kelenjar keringat , dan pili arektor otot.
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan yang
terdiri dari saraf-saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang
terdapat pada kulit, sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan
yang terdapat dari luar atau kulit.
Pada kulit ujung-ujung saraf sensorik ini membentuk bermacam-macam kegiatan
untuk menerima rangsangan. Ujung-ujung saraf yang bebas menerima rangsangan
sakit atau nyeri banyak terdapat di epidermis, disini ujung-ujung sarafnya mempunyai
bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu organ.
FISIOLOGI INDRA KULIT
1. Fungsi proteksi: menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik,
misalnya gesekan, tarikan dan gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan
iritasi. Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet dan infeksi dari luar
(bakteri dan jamur).
2. Fungsi absorpsi: kulit yang sehat tidak mudah menyerap air dan larut, tetapi
cairan yang mudah menguap akan lebih mudah diserap, begitu juga yang larut
dalam lemak.
3. Fungsi ekskresi: kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna (zat sisa
metabolisme) dari dalam tubuh berupa Na, Cl, urea, asam urat dan amonia.
Sebum berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum mengandung
minyak untuk melindungi kulit dan menahan air yanhg berlebihan sehingga
kulit tidak menjadi kering.
4. Fungsi persepsi: kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis untuk merangsang panas diterima oleh dermis dan subkutis,
sedangan untuk rangsangan dingin terjadi di dermis. Perbedaan dirasakan oleh
papila dermis markel renfier yang terletak pada dermis, sedangkan tekanan
yang dirasakan oleh epidermis serabut saraf sensorik memiliki jumlah lebih
banyak di daerah erotik.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh: kulit berperan mengeluarkan keringat dan
kontraksi otot dengan pembuluh darah kulit.
6. Fungsi pembentukan pigmen: terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit.
7. Fungsi pembentukan vitamin D: pembentukan vitamin D berlangsung
dengan mengubah dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari,
tetapi kebutuhan bitamin D tidak cukup hanya dari proses tersebut, pemberian
vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
KULIT SEBAGAI INDRA PERABA
Kita mengenal dua macam alat peraba, yaitu :
Ini disebut dua titik diskriminasi ambang batas. Jika jaraknya sangat kecil,
masing-masing titik caliper menyentuh bidang reseptif hanya satu neuron
sensorik. Jika jarak antara titik rangsangan kurang dari ambang batas ini,
hanya satu titik rangsangan bisa dirasakan. Dengan demikian, dua-titik
diskriminasi ambang batas adalah ukuran ketajaman taktil. Besarnya ambang
diskriminasi dua titik bervariasi dari satu tempat ke tempat pada tubuh dan
terkecil di mana sentuhan reseptor yang paling banyak. Poin stimulus pada
bagian belakang, misalnya, harus dipisahkan oleh setidaknya 65 mm sebelum
mereka dapat dibedakan secara terpisah, sedangkan di ujung jari dua stimuli
diakui jika mereka dipisahkan oleh sesedikit 2 mm.
2. Reseptor gatal: merupakan pengindra yang memiliki kecepatan tinggi dan
terdapat pada reseptor akar rambut, bila pada punggung tangan diraba akan
timbul rasa raba. Intensitas yang ditimbulkan oleh gerakan rambut tadi
berbanding langsung dengan kecepatan gerak rambut hanya jika rambut itu
bergerak.
3. Reseptor getar: rangsangan berbentuk gelombang siku yang kuatnya sama
dan beberapa kali lebih kuat dari ambang batas rangsangan. Reseptor ini
menghasilkan satu impuls saja dan sangat cepat beradaptasi. Reseptor getar ini
merupakan reseptor percepatan struktur yang mempunyai sifat sesuai dengan
badan pacini.
4. Reseptor geli: melalui ujung saraf bebas yang merupakan ujung saraf
pengindra, ambang rangsangan hanya dapat mengetahui adanya rangsang
untuk reseptor. Rangsangan mekanik ringan bergerak seperti gerakan serangga
kecil di kulit. Rasa geli ditimbulkan oleh rangsangan frekuensi rendah yang
dihasilkan oleh sesuatu yang bergerak pada kulit secara berulang pada
serabut-serabut saraf kulit.
Rasa Suhu
Mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor ini
berfungsi mengindra rasa dingin/panas dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor
ini dibantu oleh reseptor dalam sistem saraf pusat. Dengan pengukuran waktu, reaksi
dapat dinyatakan: kecepatan rasa dingin lebih cepat dibandingkan kecepatan hantaran
rasa panas.
1. Rasa suhu kulit tetao (statis): bila seorang berada dalam air hangat, mulamula akan timbul rasa hangat, kemudian rasa hangat tidak dirasakan lagi dan
bila keluar dari air, rasa hangat akan kembali. Hal ini karena tubuh secara
penuh beradaptasi terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini hanya
terjadi pada suhu netral (suhu nyaman), rasa hangat yang mantap akan
dirasakan di atas 36C dan rasa dingin dirasakan pada suhu 17C.
2. Rasa suhu kulit yang berubah: terdapat tiga parameter tertentu yaitu suhu
awal, kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar terhadap
rangsangan suhu. Pada suhu kulit yang rendah, ambang rasa hangat suhu
berpengaruh terhadap timbulnya rasa panas atau dingin. Luasnya daerah kulit
yang terpapar juga berpengaruh pada timbulnya rasa panas/dingin.
3. Titik-titik rasa dingin dan panas: permukaan kulit yang peka terhadap rasa
panas dan dingin berlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa
suhu lebih rendah dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin
lebih banyak dibandingkan rasa panas. Kulit wajah merupakan daerah yang
paling peka terhadap rasa suhu dan memiliki kepadatan titik-titik rasa dingin
yang paling tinggi.
Sifat Reseptor Suhu
1. Selalu mengeluarkan impuls pada suhu kulit yang konstan dan frekuensinya
tergantung pada suhu kulit itu sendiri.
2. Pada penurunan/kenaikan suhu akan terjadi perubahan frekuensi impuls.
3. Tidak peka terhadap rangsangan lain.
4. Ambang rangsang sesuai dengan kepekaan rasa suhu manusia terhadap
rangsangan suhu di kulit.
5. Mempunyai daerah reseptif yang sempit, setiap serat eferen hanya
mempersarafi satu atau beberapa titik rasa suhu saja.
Rasa Propriosepsi
Berasal dari dalam tubuh disebut juga rasa dalam, tidak terdapat pada kulit
tetapi bagian yang lebih dalam misalnya otot, tendo dan sendi. Informasi propriosepsi
dihantarkan ke medula spinalis melalui kolom dorsal dan masuk ke serebelum,
7
BAB II
METODE KERJA
2.1 Paleo Sensibilitas
A. Rasa- rasa panas dan dingin
Rasa- rasa panas dan dingin tidak ditentukan oleh suhu suatu benda yang
sebenarnya, melainkan oleh kecepatan hilangnya panas atau mendapatkan panas
oleh kulit.
1. a) sediakanlah 3 buah bak yang masing-masing berisi air es, air bersuhu
40c dan air bersuhu 30c
b) masukkan telunjuk kanan ke dalam air es dan telunjuk kiri ke dalam air
40c . catatlah perasaan yang saudara alami.
8
10
Pertanyaan :
Adakah perbedaan diskriminasi, bila ujung-ujung jangka ditekankan secara simultan
dan suksesif?
c) Diskriminasi kekuatan rangsangan. Hukum Weber- Fechner
Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsangan rasa-rasa , pada
umumnya tidak tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi
pada perbesaran relatifnya.
1. Tutuplah mata manusia coba dan letakkan tangannya di atas meja dengan
telapak tangan nya menghadap ke atas.
2. Letakkan kotak timbangan dengan beban 5 gram di dalamnya pada ujungujung jarinya.
3. Tambahkanlah setiap kali ke dalam kotak timbangan suatu beban, sampai
manusia coba tepat dapat membedakan tambahan berat. Catatlah beban
permulaan (ditambah kotak timbangan) dan berat terakhir.
4. Lakukanlah percobaan nomor 2 dan nomor 3 dengan beban mula-mula di
dalam kotak berturut-turut 10 gram , 50 gram, dan 100 gram.
Pertanyaan :
Bagaimana bunyi hukum Weber-Fechner ? dapatkah hukum ini diperlihatkan dengan
percobaan tersebut di atas ?
d) Kemampuan diskriminasi
Dalam melakukan praktikum ini seringkali timbul kesukaran karena yang
dipakai adalah orang-orang sehat dan normal kemampuan diskriminasinya. Oleh
sebab itu dilakukan perbandingan kemampuan diskriminasi antara tangan (yang
normal) dengan lengan bawah atau kuduk.
Kemampuan diskriminasi kekasaran :
1. Suruhlah manusia coba dengan mata tertutup meraba-raba dengan ujung
jarinya kertas penggosok yang berbeda-beda derajat kekasarannya.
11
12
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
3.1 Paleo sensibilitas :
A. Rasa-rasa panas dan dingin
No
Suhu
Telunjuk kanan
Telunjuk kiri
1a
Dingin
1b
Es
40
Panas
1c
30
Hangat
Dingin
13
B. Reaksi-reaksi di kulit
Daerah kulit
Panas
Dingin
Telapak tangan
Lengan bawah
Kuduk
14
Pipi
Keterangan:
X : Tidak terasa
H : Hangat
D : Dingin
Pembahasan pertanyaan :
Bagian yang paling peka pada rangsangan dingin adalah lengan bawah, kuduk dan
pipi. Sedangkan bagian yang paling peka terhadap rangsangan panas adalah kuduk
dan pipi.
3.2 Neo-sensibilitas
A. Lokalisasi rasa tekan :
Lokasi
Ujung jari
Telapak tangan
Lengan bawah
Lengan atas
Pipi
Kuduk
Jarak I
Tepat
5 mm
3 mm
10 mm
1 mm
9 mm
Jarak II
1 mm
7 mm
12 mm
10 mm
4 mm
15 mm
Jarak III
Tepat
3 mm
6 mm
10 mm
1 mm
10 mm
Jarak titik
0 mm
2 mm
4 mm
6 mm
6 mm
Rata-rata
0,3 mm
5 mm
7 mm
10 mm
2 mm
11,33 mm
15
Suksesif
Simultan
Kuduk
Suksesif
Pipi
Simultan
Suksesif
4 mm
1 mm
0 mm
0 mm
2 mm
4 mm
4 mm
2 mm
0 mm
0 mm
2 mm
4 mm
6 mm
8 mm
10 mm
12 mm
12 mm
10 mm
8 mm
6 mm
4 mm
2 mm
0 mm
0 mm
2 mm
4 mm
6 mm
6 mm
4 mm
2 mm
0 mm
0 mm
2 mm
4 mm
6 mm
6 mm
4 mm
2 mm
0 mm
0 mm
2
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
16
2 mm
4 mm
6 mm
6 mm
4 mm
2 mm
0 mm
1
1
2
2
1
1
1
Pembahasan pertanyaan :
Ada perbedaan diskriminasi bila ujung-ujung jangka ditekan secara simultan dan
suksesif. Apabila rangsangan diberikan secara terus menerus ( suksesif) pada reseptor,
frekuensi potensial aksi di saraf sensori semakin lama akan meningkat sehingga
reseptor lebih peka.
Hukum Weber-Fechner :
Weber kemudian Fechner mengajukan prinsip bahwa gradasi kekuatan
rangsangan dibedakan secara proporsional dalam bentuk logaritma kekuatan
rangsangan. Hukum ini dapat diperlihatkan dengan hasil percobaan diatas, hal ini
memperkuat dugaan bahwa semakin besar intensitas sensorik yang diterima,
semakin besar pula perubahan tambahan rangsangan yang diperlukan agar kita
dapat mendeteksi perubahan tersebut.
D. Kemampuan diskriminasi
17
Telapak tangan
Lengan bawah
Telapak tangan
X
X
X
Lengan bawah
X
Telapak tangan
Lengan bawah
Keterangan : = benar
Keterangan : = tepat/benar
X = salah
Kemampuan diskriminasi bentuk
Bentuk
lingkaran
Persegi panjang
Segitiga
Persegi
Lingkaran
Keterangan :
: tepat/benar
X : salah
18
BAB IV
PEMBAHASAN
20
suksesif (terus menerus). Pada percobaan ini dapat kita ketahui bahwa daerah
yang paling peka dalam membedakan dua titik ujung jangka secara simultan
yaitu, ujung jari dan pipi, dapat dilihat dari jarak 2 titik berbeda yang dapat
dirasakan oleh manusia coba yang lebih pendek dibandingkan pada kuduk.
Sedangkan secara suksesif, daerah yang paling peka dalam membedakan dua
titik adalah ujung jari. Ada perbedaan diskriminasi bila ujung2 ditekan secara
simultan dan suksesif. Apabila rangsangan diberikan secara suksesif (terus
menerus) pada reseptor, frekuensi potensial aksi di saraf sensori lama
kelamaan akan meningkat meningkat sehingga reseptor lebih peka.
C. Diskriminasi kekuatan rangsangan ( Hukum Weber-Fechner )
Pada percobaan, kekuatan rangsangan Hukum Weber Fechner, orang coba
ditutup matanya kemudian pada telapak tangannya diletakkan beban awal.
Kemudian sedikit demi sedikit ditambah bebannya sampai terasa pertambahan
beban tersebut. Pertambahan beban yang terasa berkisar 100 - 200 gram. Hasil
percobaan tersebut sesuai dengan Hukum Weber Fechner. Hal ini dibuktikan
pada hasil pengamatan, semakin besar intensitas sensorik yang diterima,
semakin besar pula perubahan tambahan rangsangan yang diperlukan agar kita
dapat mendeteksi perubahan tersebut.
D. Kemampuan diskriminasi
Kemampuan diskriminasi kekasaran
Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian terhadap kemampuan
menebak orang coba terhadap kekasaran kertas gosok sangat halus, halus,
sedikit kasar, kasar, sangat kasar.Percobaan dilakukan pada telapak tangan
dan lengan bawah. Pada telapak tangan dan lengan bawah merupakan
bagian yang peka karena tidak terdapat kesalahan dalam menebak
kekasaran kertas gosok.
Kemampuan diskriminasi ukuran
Berdasarkan percobaan yang dilakukan untuk mendeskriminasi ukuran
suatu benda dengan menggunakan bagian tubuh yaitu jari tangan dan
21
lengan bawah dan menggunakan ukuran logam kecil sedang dan besar
didapatkan hasil bahwa orang coba kesulitan mengenali ukuran kecil,
sedang, dan besar pada telapak tangan. Namun dengan menggunakan
lengan bawah orang coba hanya dapat mengenali logam dengan ukuran
sedang saja. Jadi dapat disimpulkan bahwa lengan bawah manusia coba
lebih peka dibandingkan telapak tangannya.
Kemampuan diskriminasi bentuk
Berdasarkan percobaan yang dilakukan untuk mendeskriminasi bentuk
benda dengan menggunakan bagian tubuh yaitu telapak tangan dan lengan
bawah serta objek berupa benda berbentuk setengah lingkaran, persegi
panjang, segitiga, persegi, dan lingkaran. Denagn menggunakan telapak
tangan manusia coba dapat mengenali semua bentuk benda dengan benar.
Sedangkan pada lengan bawah manusia coba tidak mengenali bentuk
lingkaran. Ini berarti bahwa telapak tangan lebih peka dibandingkan lengan
bawah.
BAB V
22
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan
bahwa :
1. Terdapat reseptor suhu panas dan dingin pada ujung-ujung jari yang mampu
melakukan adaptasi.
2. Alkohol memiliki titik uap sangat rendah, sehingga sedikit panas dapat
mengubah bentuk cair alcohol menjadi uap.
3. Bagian yang paling peka terhadap rangsangan dingin adalah bagian lengan
bawah, kuduk, dan pipi. Bagian yang paling peka terhadap rangsangan panas
adalah kuduk dan pipi.
4. Ujung jari memiliki kepekaan yang paling besar dilihat dari ketepatan
menunjuk dan jarak antara titik tekan dan titik tunjuk yang tidak terlalu jauh.
Setelahnya diikuti dengan pipi, telapak tangan, lengan atas, lengan bawah, dan
kuduk yang memiliki tingkat kepekaan yang paling kecil. Hasil ini dapat
berbeda pada tiap orang tergantung tingkat kepekaan tiap orang.
5. Jika rangsangan diberikan secara suksesif (terus menerus) pada reseptor,
frekuensi potensial aksi di saraf sensori lama kelamaan akan meningkat
meningkat sehingga reseptor lebih peka.
6. Semakin besar intensitas sensorik yang diterima, semakin besar pula
perubahan tambahan rangsangan yang diperlukan agar kita dapat mendeteksi
perubahan tersebut ( Hukum Weber-Fechner).
7. Dari seluruh percobaan yang dilakukan, saraf sensoris yang bekerja pada
tubuh manusia mempunya sensibilitas yang berbeda dan tergantung dari letak
pemberian rangsangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton,Arthur C,.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11 Jakarta : EGC
Setiadi,.2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu
23
Marieb, EN,. 2006. Essensial of Human Anatomy & Physiologi. Edisi 10.
California : The Benjamin Publishing Company
24