Anda di halaman 1dari 9

EPIDEMIOLOGI

Osteomielitis memiliki beberapa kecenderungan yang luas. Kejadian osteomyelitis di


Negara berkembang tidak diketahui dengan pasti, namun angka kejadian osteomyelitis yang
disebarkan melalui hematogen tampaknya semakin menurun. Dalam satu studi, di Glasgow,
Skotlandia, dari 275 kasus osteomielitis hematogen akut pada anak di bawah tiga belas tahun,
penulis melaporkan penurunan kejadian sekitar 87-42 per 10.000 kasus per tahun selama periode
dua puluh tahun penyelidikan. Jumlah kasus osteomielitis yang melibatkan tulang panjang
menurun sementara tingkat osteomielitis di tempat lainnya tetap sama. Prevalensi infeksi
Staphylococcus aureus juga menurun, dari 55% menjadi 31%, selama dua puluh tahun waktu
penelitian.1,2
Berbeda dengan osteomielitis hematogen, kejadian osteomielitis karena inokulasi langsung
atau contiguous focus infection meningkat. Ini mungkin akibat meningkatnya angka kejadian
kecelakaan kendaraan bermotor dan meningkatnya penggunaan perangkat fiksasi ortopedi dan
jumlah implan sendi.1
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II, tetapi dapat pula ditemukan pada
bayi dan neonatus. Insiden di amerika 1 dari 5000 anak, dan 1 dari 1000 pada neonatal. Pada
keseluruhan insiden terbanyak pada negara berkembang. Osteomielitis pada anak-anak sering
bersifat akut dan menyebar secara hematogen, sedangkan osteomielitis pada orang dewasa
merupakan infeksi subakut atau kronik yang berkembang secara sekunder dari fraktur terbuka
dan meliputi jaringan lunak. 3,4
Kejadian pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan dengan
perbandingan 4:1. Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang, misalnya femur, tibia,
humerus, radius, ulna dan fibula. Namun tibia menjadi lokasi tersering untuk osteomielitis post
trauma karena pada tibia hanya terdapat sedikit pembuluh darah. 3,4
Faktor-faktor pasien seperti perubahan pertahanan netrofil, imunitas humoral, dan
imunitas selular dapat meningkatkan resiko osteomielitis. 4 selain itu osteomyelitis dapat berisiko
terjadi fraktur terbuka, tergantung dengan jenis fraktur, derajat kerusakan jaringan, derajat
kontaminasi mikroba dan penggunaan antibiotic.2

ETIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan organisme tersering penyebab osteomielitis terutama
osteomiletis akut yaitu kurang lebih 90% kasus. Tempat masuk dari bakteri ialah melalui kulit
yang terluka dan terinfeksi, lecet, dan jerawat atau bisul. Terkadang juga dapat melalui mukosa
membran selaput lendir dari saluran napas atas sebagai komplikasi dari infeksi tenggorokan atau
hidung. Bahkan bila menyikat gigi yang terlalu kuat dan menyebabkan inflamasi gusi dapat
mengakibatkan bakteremia transien. Adanya bakteremia, memainkan peranan penting dalam
menentukan bagian tulang yang berkembang menjadi osteomielitis (kemungkinan karena ada
trombosis lokal dan penurunan resistensi terhadap infeksi) selain itu juga menjelaskan mengapa
insiden osteomielitis lebih tinggi pada laki-laki dan lebih sering menyerang ekstremitas bawah.5
Selain itu bakteri lain yang dapat menyebabkan osteomielitis ialah Streptococcus dan
Pneumococcus terutama pada bayi. Dengan berkembangnya vaksin yang efektif maka
Haemophilus influenzae sudah jarang menyebabkan osteomielitis. 5 Bakteri lain yang dapat
menyebabkan osteomielitis yaitu E. colli, Aerogenus kapsulata, Salmonella tifosa, Psedumonas
aerogenus, Proteus mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerobik yaitu Bakteroides fragilis.6

Gambar 1. Etiologi dan Prevalensi Osteomielitis Hematogen7


Untuk osteomielitis kronis terutama disebabkan bakteri Staphylococcus auerus (75%)
atau E.colli, Proteus, atau Pseudomonas. Staphylococcus epidermidis merupakan penyebab
utama osteomielitis kronik pada pasien operasi ortopedi yang menggunakan implan.6

Organisme penyebab osteomielitis tersering berdasarkan umur pasien :


Bayi ( < 1 tahun)
Anak (1 16 tahun)
Dewasa ( >16 tahun)

Grup B Streptococci
Staphylococcus auereus
Escherichia coli
Staphylococcus auereus
Streptococcus pyogenes
Haemophilus influenzae
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus auereus

- Pseudomonas aeruginosa
- Serratia mercescens
- Escherichia coli
Tabel 1. Organisme Penyebab Osteomielitis Berdasarkan Umur8
FAKTOR RESIKO
1. Sumber Infeksi
Osteomielitis dapat disebabkan oleh penyebaran hematogen, inokulasi langsung dari
mikroorganisme ke dalam tulang, atau fokus bersebelahan infeksi. Osteomielitis hematogen
biasanya melibatkan metafisis tulang panjang pada anak-anak atau badan vertebra pada orang
dewasa. Penyebab paling umum dari direct-inokulasi osteomielitis yaitu luka tembus dan
kontaminasi bedah. Osteomielitis fokus infeksi bersebelahan umumnya terjadi pada pasien
dengan penyakit pembuluh darah yang parah.1
2. Faktor Host
Faktor host dapat mempengaruhi individu untuk pengembangan osteomielitis. kekurangan
host yang menyebabkan bakteremia mendukung pengembangan osteomielitis hematogen.
kekurangan host yang terlibat dalam inokulasi langsung dari organisme atau penyebaran infeksi
bersebelahan dari daerah yang berdekatan dengan infeksi jaringan lunak terutama terlibat dalam
kurangnya pertahanan terhadap infeksi. Tiga kelompok pasien dengan kerentanan yang tidak
biasa untuk infeksi tulang akut adalah mereka dengan anemia sel sabit, penyakit granulomatosa
kronis, dan diabetes mellitus. Banyak faktor sistemik dan lokal mempengaruhi kemampuan host
untuk mendapatkan respon yang efektif terhadap infeksi dan pengobatan (Tabel 2).1

Systemic or Local Factors That Affect Immune Surveillance, Metabolism, and Local Vascularity
Systemic (Bs)

Local (BI)

Malnutrition

Chronic lymphedema

Renal, hepatic failure

Venous stasis

Diabetes mellitus

Major vessel compromise

Chronic hypoxia

Arteritis

Immune disease

Extensive scarring

Malignancy

Radiation fibrosis

Extremes of age

Small vessel disease

Immunosuppression or immune deficiency

Neuropathy

Asplenia
HIV/AIDS
Ethanol and/or tobacco abuse
Tabel 2. Faktor Sistemik dan Lokal Mempengaruhi Kemampuan Host untuk Mendapatkan
Respon yang Efektif terhadap Infeksi dan Pengobatan.1
KLASIFIKASI
Osteomielitis merupakan penyakit yang kompleks, sehingga sistem klasifikasi yang
bervariasi telah dikembangkan disamping kategori umum yaitu akut, sub-akut, dan kronik.
System klasifikasi Waldvogel membagi osteomielitis dalam kategori hematogenous, contiguous
and chronic, sedangkan klasifikasi yang lebih baru menurut sistem klasifikasi Cierny-Mader
berdasarkan status dari proses penyakit, bukan etiologi, kronisitas, atau factor lainnya sehingga
istilah akut dan kronik tidak dipergunakan pada system Cierny-Mader derajat pada system ini
bersifat dinamik dan dapat berubah-ubah sesuai sesuai kondisi medik pasien, keberhasilan terapi
antibiotic dan pengobatan lainnya. 9,10

Waldvogel Classification System for


Osteomyelitis

Cierny-Mader Staging System for


Osteomyelitis

Hematogenous osteomyelitis

Anatomic type
Stage 1: medullary osteomyelitis
Stage 2: superficial osteomyelitis
Stage 3: localized osteomyelitis
Stage 4: diffuse osteomyelitis
Physiologic class
A host: healthy
B host:
Bs: systemic compromise
Bl: local compromise
Bls: local and systemic compromise
C host: treatment worse than the disease
Factors affecting immune surveillance,
metabolism and local vascularity
- Systemic factors (Bs): malnutrition,
renal or hepatic failure, diabetes mellitus,
chronic hypoxia, immune disease,
extremes of age, immunosuppression or
immune deficiency
- Local factors (Bl): chronic
lymphedema, venous stasis, major vessel
compromise, arteritis, extensive scarring,
radiation fibrosis, small-vessel disease,
neuropathy, tobacco abuse

Osteomyelitis secondary to contiguous


focus of infection
No generalized vascular disease
Generalized vascular disease
Chronic osteomyelitis (necrotic bone)

Information from Waldvogel FA, Medoff


G, Swartz MN. Osteomyelitis: a review
of clinical features, therapeutic
considerations and unusual aspects (first
of three parts). N Engl J Med
1970;282:198-206.

Adapted with permission from Cierny G,


Mader JT, Pennick JJ. A clinical staging
system for adult osteomyelitis. Contemp
Orthop 1985;10:17-37.

Ross dan Cole (1985) membagi lesi-lesi ini


sebagai yang bersifat agresif atau rongga di
dalam daerah metafisis atau diafisis. Klasifikasi
ini membantu dalam perencanaan pengobatan
sebagai lesi yang sifatnya menyerang yang

seharusnya diobati dengan pembedahan untuk mendiagnosisnya. Gledhill mengklasifikasikan


osteomyelitis subakut berdasarkan gambaran radiologinya (1973), dan klasifikasi ini telah
dimodifikasi oleh Robert, dkk pada tahun 1982. Klasifikasi ini berguna untuk pelaporan hasil
pengobatan berdasarkan lokasi dan ini bukan merupakan suatu prognosis atau rencana
pengobatan. 9,10
A. Tipe I adalah lesi metafisis
-

Tipe Ia merupakan lesi di sentral metafisis sebagai gambaran radiolusen,


sering merupakan sugestif dari histiositosis sel Langerhans.

Tipe Ib merupakan lesi di metafisis yang aneh yang berlokasi pada erosi
korteks, yang mungkin memberikan gambaran dari sarkoma osteogenik.

B. Tipe II merupakan lesi diafisis


-

Tipe IIa berlokasi di korteks dan reaksi periosteal meniru osteoid osteoma.

Lesi tipe IIb merupakan abses meduler diafisis tanpa perusakan korteks tetapi
merupakan reaksi periosteal yang menyerupai kulit bawang mirip sarkoma Ewing.

C. Tipe III merupakan lesi epifisis


-

Tipe IIIa merupakan osteomielitis primer pada epifisis dan tampak sebagai
gambaran konsentrik radiolusen. Tipe ini biasanya tampak pada anak-anak usia 4-5 tahun.

Tipe IIIb adalah osteomielitis subakut yang menyilang epifisis dan meliputi
baik epifisis maupun metafisis.

D. Lesi tipe IV merupakan lesi yang sama dengan lesi metafisis, yang didefinisikan sebagai
bagian dari tulang yang rata atau ireguler yang dibatasi oleh kartilago (pertumbuhan lempeng
apofisis, kartilago artikuler, atau fibrokartilago), seperti vertebra, pelvis, dan tulang-tulang
pendek seperti tulang tarsal dan klavikula (Nixon, 1978).
-

Tipe IVa meliputi tulang belakang dengan proses erosi atau destruksi.

Tipe IVb meliputi penutup tulang dari pelvis dan paling sklerotik tidak adanya
proses erosi maupun destruksi. Ezra, dkk menyebutkan tipe ini pada tahun 1993 dan 1997.

Tipe IVc meliputi tulang-tulang pendek, seperti tulang tarsal dan klavikula.

Walaupun sistem klasifikasi osteomielitis membantu mendiskripsikan infeksi dan


menentukan diperlukan atau tidaknya pembedahan, namun kategori ini tidak dapat digunakan
pada keadaan tertentu (infeksi pada sendi prostetik, material yang di implantasi, atau pada
tulang-tulang kecil dan osteomielitis vertebra). 9,10

DAFTAR PUSTAKA
1.

Luca Lazzarini, MD; Jon T. Mader, MD; Jason H. Calhoun, MD, 2004, Osteomyelitis in

2.
3.

Long Bones. J Bone Joint Surg Am, ; 86 (10): 2305 -2318.


IPD
Siregar P. Osteomielitis. Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staff

4.

Pengajar FK UI. Binarupa Aksara. Jakarta. 1995. Hal 472 74


King R., Johnson D. Osteomyelitis. www.emedicine.com. Last updated: Nov 4, 2008

5.

Shalter, R.B., 1999. Textbook of Disorders and Injuries of the Muskuloskeletal System
Third Edition. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins

6.
7.

Rasjad, C., 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone
Netter, F., 2015. Etiology and Prevalance of Hematogenous Osteomyelitis. Available

8.

from : http://www.netterimages.com [Accessed February 2016]


Dirschl, DR., Almekinders, LC, 1993. Osteomyelitis, Common Causes and Treatment

9.

Recommendations Drugs. 45:29-43.


Lew, Daniel P., Waldvogel, Francis A. 1997. Osteomyelitis. The New England Journal of

Medicine.
10. Khoshhal

K.,

Letts

R.

M.

Subacute

www.emedicine.com. Last updated: Jul 18, 2008.

Osteomyelitis

(Brodie

Abscess).

Anda mungkin juga menyukai