Nama Mahasiswa
: Nuvita Hasrianti
NIM
: 030.10.210
Tanda tangan
IDENTITAS PASIEN
DATA
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan
Asuransi
No. RM
PASIEN
An. S
1 tahun
Perempuan
AYAH
IBU
Tn. D
Ny. I
32 tahun
29 tahun
Laki-laki
Perempuan
Pondok martoyo
Islam
Islam
Islam
Jawa
Jawa
Jawa
SMK
SI
Wiraswasta
IRT
Rp 3.000.000
Hubungan orangtua dengan anak adalah anak kandung
BPJS
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu kandung pasien pada hari
Kamis, 26 Mei 2016 di Bangsal Wijaya Kusuma Atas RSU Kardinah pukul 15.20 WIB.
a. Keluhan Utama
Demam sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
b. Keluhan Tambahan
Nafsu makan berkurang, lemas, intake kurang, pucat, dan buang air kecil
kurang.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar orang tuanya ke Poli Anak RSU Kardinah pada
tanggal 25 Mei 2016 pukul 11.00 WIB dengan keluhan demam sejak 1
minggu sebelum masuk Rumah Sakit. Demam dirasakan terus menerus tanpa
periode bebas demam selama 1 minggu. Demam hanya turun sebentar jika
diberikan obat penurun panas.
Sejak 1 minggu yang lalu pasien juga mengalami penurunan nafsu makan,
minumnya malas, tampak pucat dan lemas, serta frekuensi buang air kecil
yang menurun.
Pasien sempat dibawa keluarganya berobat di puskesmas pada demam hari
ke 3 dan diberikan obat penurun panas, namun keluarga pasien lupa namanya.
Namun keluhan belum juga membaik.
Keluhann kejang, batuk pilek, sesak, gusi berdarah, mimisan, mual
muntah, nyeri perut dan mencret disangkal.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat asma, bersin-bersin di pagi hari, dan penyakit jantung
Tempat kelahiran
: Rumah Sakit
Penolong persalinan
: Dokter
Cara persalinan
: Sectio Sesarea
Masa gestasi
Air ketuban
: Jernih
: 2880 gram
: 49 cm
Lingkar kepala
: lupa
Keadaan lahir
Nilai APGAR
: tidak tahu
Kelainan bawaan
: Tidak ada
Penyulit/ komplikasi
: Tidak ada
o Perkembangan
-
Senyum
: 2 bulan
Tengkurap
: 5 bulan
Duduk
: 9 bulan
Merangkak
: 9 bulan
Berdiri
: 11 bulan
Berjalan
Berlari
:-
DASAR (umur)
ULANGAN (umur)
BCG
1 bln
DPT
2 bln
4 bln
6 bln
POLIO
Saat lahir
2 bln
4 bln
CAMPAK
9 bln
HEP B
Saat lahir
1 bln
6 bln
6 bln
Laki-laki
Perempuan
Pasien
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 26 Mei 2016, pukul 15.20 WIB, di Bangsal WKA RSU Kardinah
Dilakukan pada tanggal 18 Mei 2016, pukul 14.20 WIB, di bangsal PICU RSUD
KARDINAH.
A. Kesan Umum
Kesadaran
Keadaan umum
: Compos mentis
: Tampak lemas, pucat, tidak terdapat ptekiae pada kedua lengan
- Nadi
: 103 kali/menit, reguler, teraba kuat
- Laju nafas
: 28 x/menit
- Suhu
: 6,5 C (aksila)
C. Data Antropometri
Berat badan sekarang
: 6,5 kg
Panjang badan sekarang : 70 cm
D. Status Internus
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Mulut
Tenggorok
granulasi (-)
Leher
Axilla
Thorax
Pulmo
Palpasi
Perkusi
Cor
Palpasi
Perkusi
: Sulit dinilai
Abdomen
Palpasi
Perkusi
Inguinal
Genitalia
Anorektal
Ekstremitas
Superior
Inferior
Akral Dingin
-/-/Akral Sianosis
-/-/CRT
<2
<2
Oedem
-/-/Hematom
-/-/Kulit
: lembap, tidak terdapat ptekiae di kedua ekstremitas atas,
dan bawah tapi ada hematom di ekstremitas superior dextra.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium 25/05/2016 Pukul 11: 59
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Rujukan
Hematologi
CBC
Hemoglobin
7.6
g/dL
10.7 14.7
Lekosit
15.0
1000/ul
4.5 13.5
Hematokrit
25.2
33 41
Trombosit
592
1000/ul
150 521
Eritrosit
4.4
1000000/uL
3.7 5.7
RDW
19.6
11.5 14.5
MCV
57.5
73 101
MCH
17.4
Pcg
22 34
MCHC
30.2
g/dL
26 34
Sero Imunologi
Widal
St O
Negative
Negative
St H
Negative
Negative
S pt AH
Negative
Negative
Hasil
Satuan
Rujukan
Hematologi
CBC
Hemoglobin
7.6
g/dL
10.7 14.7
Lekosit
15.0
1000/ul
4.5 13.5
Hematokrit
25.2
33 41
Trombosit
592
1000/ul
150 521
Eritrosit
4.4
1000000/uL
3.7 5.7
RDW
19.6
11.5 14.5
MCV
57.5
73 101
MCH
17.4
Pcg
22 34
MCHC
30.2
g/dL
26 34
Urin
Urinalisis Poli
Makroskopis
Warna
Kuning
Kuning
Kekeruhan
Jernih
Jernih
Kimia Urin
pH
5.0
4.8 7.8
Protein
Negative
Negative, +1/0.25,
+2/0.75 , +3/1.5 , +4/5.0
Reduksi
Negative
Negative
Mikroskopis (Sedimen)
Eritrosit
Negative
Lekosit
1 3/lpb
29, +4/
Epitel
Positive
Silinder
Bakteri
Negative
Krista
Amorf
Jamur
Negative
Lainlain
Negative
Negative
Khusus
BJ
1.015
1.003 1.030
Bilirubin
Negative
Negative
Urobilinogen
Negative
Negative
Keton
1+
Nitrit
Negative
Negative
Blood
Negative
Negative
Lekosit
Negative
Negative
Sero Imunologi
Widal
St-O
Negative
Negative
St-H
Negative
Negative
S pt-AH
Negative
Negative
Hasil
Nilai rujukan
satuan
Metode periksa
Ug/dL
Ferrence
Hematologi
TIBC
405
260 - 389
pemeriksaan
hasil
satuan
Nilai rujukan
Hematologi
Gambaran darah Tepi
Eritrosit
- Anisositosis & poikilositosis ringan
- mikrositik hipokrom (target sel, stomatosit, eritrosit berinti (-) negative, ovalosit, eliptosit,
ovalosit)
Trombosit
- jumlah meningkat
- morfologi dalam batas normal
- clumping trombosit (-) negative
Lekosit
- Estimasi jumlah tampak meningkat
- morfologi dalam batas normal
- sel blast (-) negative
- granula toxic (-) negative
- jumlah neutrophil meningkat
Kesan
- Anemia mirkositik
- Leukositosis dengan neutrofilia
- Trombisitosis
- Suspek adanya profil infeksi/inflamasi
Saran :
- hs CRP
- LED
- PT, APTT
- Monitoring Darah Rutin + GDS
Diff
Netrofil
72.0
50 70
Limfosit
12.0
25 40
Monosit
8.0
28
Eosinophil
24
Basophil
0.0
01
Lain lain
Hasil
Satuan
Rujukan
Hematologi
CBC
Hemoglobin
9.9
g/dL
10.7 14.7
Lekosit
10.8
1000/ul
4.5 13.5
Hematokrit
31.0
33 41
Trombosit
589
1000/ul
150 521
Eritrosit
4.9
1000000/uL
3.7 5.7
RDW
26.3
11.5 14.5
MCV
63.0
73 101
MCH
20.1
Pcg
22 34
MCHC
31.9
g/dL
26 34
PEMERIKSAAN KHUSUS
Data Antropometri
Anak perempuan usia 5 Pertumbuhan persentil anak menurut CDC sebagai berikut:
tahun
Lingkar Kepala
Kesan: mesosefali
Pemeriksaan status gizi
DAFTAR MASALAH
- Demam
- tampak pucat dan lemah
- konjungtiva anemis
- anemia mikrositik hipokrom
- leukositosis dengan neutrofilia
- trombositosis
- gizi kurang
DIAGNOSIS BANDING
1. Anemia
Berdasarkan morfologi
- Anemia mikrositik hipokrom
- Anemia normositik normokrom
- Anemia makrositik normokrom
Berdasarkan etiologi
- Anemia hemolitik
- Defisiensi
- Perdarahan
- Anemia aplasstik
2. Status gizi
- Gizi kurang
- Gizi baik
- Gizi lebih
DIAGNOSIS KERJA
Anemia Defisiensi Besi
Status gizi kurang
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tanggal 26 Mei 2016 dibangsal WKA
a. Medikamentosa
- Infus ASR 10 tpm
- Usul koreksi Hb : PRC 90 ul
- Inj. Cefotaxim 3 x 250 mg
- Sanmol 4 x 0,6 ml
b. Non-Medikamentosa
- tirah baring
- pengawasan KU dan tanda vital
- Memberian asupan gizi sesuai kebutuhan
- kebutuhan protein : 14.44 kkal
- kebutuhan kalori : 16,25 kkal
- kebutuhan Cairan : 650 cc
SARAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan serum ferritin
- Pemeriksaan FEP
- Pemeriksaan reseptor transferrin
- Pemeriksaan sumsum tulang (sesuai indikasi)
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad santionam
: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal
Pukul 11.00
Pukul 11.00
Kepala : mesosefali
Kepala : mesosefali,
Febris
Febris
Anemia
Anemia
Tanggal
Pukul 08.00
Pukul 11.00
Kepala : mesosefali
Kepala : mesosefali,
Febris
Febris
ANALISA KASUS
MASALAH
INTERPRETASI
ANEMIA DEFISIENSI BESI
ANAMNESIS
Pasien datang diantar orang tuanya ke Poli
Anak RSU Kardinah pada tanggal 25 Mei 2016
pukul 11.00 WIB dengan keluhan demam sejak
1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit.
Demam dirasakan terus menerus tanpa periode
bebas demam selama 1 minggu. Demam hanya
turun sebentar jika diberikan obat penurun
panas.
Gejala
- Pucat, letih, lemah, lesu, tidak aktif
beraktifitas atau jarang bermain, sesak nafas,
kurang berkonsentrasi, kesulitan makan, gagal
tumbuh, dan infeksi berulang
- Sering berdebar-debar
- Sakit kepala dan iritabel
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TIBC : 405
Gambaran Darah Tepi :
- anemia mikrositik
- leukositosis & netrofilia
Menurut WHO
Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata menurun
Kadar Fe serum menurun
- trombositosis
kadang menurun
o Jumlah leukosit dan hitung jenis
biasanya normal kecuali disertai infeksi.
o Peningkatan
trombosit
jarang
ditemukan pada sediaan apus darah tepi
(SADT)
o
Mikrositik hipokrom
feses
perdarahan
TINJAUAN PUSTAKA
ANEMIA
DEFINISI
Anemia aplastik, yaitu anemia yang terjadi akibat terhentinya proses pembuatan
sel darah oleh sumsum tulang.
Anemia hemoragik, anemia yang terjadi akibat proses perdarahan masif atau
perdarahan yang menahun.
Anemia hemolitik, anemia yang terjadi akibat penghancuran sel darah merah yang
berlebihan. Bisa bersifat intrasel seperti pada penyakit talasemia, sickle cell
anemia/ hemoglobinopatia, sferosis kongenital, defisiensi G6PD atau bersifat
ektrasel seperti intoksikasi, malaria, inkompabilitas golongan darah, reaksi
hemolitik pada transfusi darah.
b. Pendekatan morfologi
Pendekatan ini mengkategorikan anemia berdasarkan perubahan ukuran eritrosit (Mean
corpuscular volume/MCV) dan respons retikulosit.
a. Pendekatan kinetik
Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme independen:
Berkurangnya produksi sel darah merah
Meningkatnya destruksi sel darah merah
Kehilangan darah.
Berkurangnya produksi sel darah merah
Anemia disebabkan karena kecepatan produksi sel darah merah lebih rendah dari
destruksinya. Penyebab berkurangnya produksi sel darah merah:
Kekurangan nutrisi: Fe, B12, atau folat; dapat disebabkan oleh kekurangan diet,
malaborpsi
(anemia pernisiosa, sprue) atau kehilangan darah (defi siensi Fe)
Kelainan sumsum tulang (anemia aplastik, pure red cell aplasia, mielodisplasia, infl
itrasi tumor)
Supresi sumsum tulang (obat, kemoterapi, radiasi)
Rendahnya trophic hormone untuk stimulasi produksi sel darah merah (eritropoietin
pada gagal ginjal, hormon tiroid [hipotiroidisme] dan androgen [hipogonadisme])
Anemia penyakit kronis/anemia infl amasi, yaitu anemia dengan karakteristik
berkurangnya Fe yang efektif untuk eritropoiesis karena berkurangnya absorpsi Fe dari
traktus gastrointestinal dan berkurangnya pelepasan Fe dari makrofag, berkurangnya
kadar eritropoietin (relatif ) dan sedikit berkurangnya masa hidup erirosit.
Peningkatan destruksi sel darah merah
Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena berkurangnya masa hidup
sel darah merah (kurang dari 100 hari). Pada keadaan normal, umur sel darah merah 110120 hari.2 Anemia hemolitik terjadi bila sumsum tulang tidak dapat mengatasi kebutuhan
untuk menggganti lebih dari 5% sel darah merah/hari yang berhubungan dengan masa
hidup sel darah merah kira-kira 20 hari.
Pendekatan morfologi
Penyebab anemia dapat diklasifi kasikan berdasarkan ukuran sel darah merah pada
apusan darah tepi dan parameter automatic cell counter. Sel darah merah normal
mempunyai volume 80-96 femtoliter (1 fL = 10-15 liter) dengan diameter kira-kira 7-8
micron, sama dengan inti limfosit kecil. Sel darah merah yang berukuran lebih besar dari
inti limfosit kecil pada apus darah tepi disebut makrositik.1 Sel darah merah yang
berukuran lebih kecil dari inti limfosit kecil disebut mikrositik. Automatic cell counter
memperkirakan volume sel darah merah dengan sampel jutaan sel darah merah dengan
mengeluarkan angka mean corpuscular volume (MCV) dan angka dispersi mean tersebut.
Angka dispersi tersebut merupakan koefisien variasi volume sel darah merah atau RBC
distribution width (RDW). RDW normal berkisar antara 11,5-14,5%. Peningkatan RDW
menunjukkan adanya variasi ukuran sel.
GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya anemia, juga
kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan pada anemia yang terjadi perlahan-lahan,
karena ada kesempatan bagi mekanisme homeostatik untuk menyesuaikan dengan berkurangnya
kemampuan darah membawa oksigen.
Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor :
Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan
Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan masif )
Pasokan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan mekanisme
kompensasi peningkatan volume sekuncup, denyut jantung dan curah jantung pada kadar Hb
mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb lebih
tinggi selama aktivitas atau ketika terjadi gangguan mekanisme kompensasi jantung karena
penyakit jantung yang mendasarinya.
Gejala utama adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat istirahat, fatigue,
gejala dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat, jantung berdebar, dan roaring in the
ears). Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi, konfusi, dan komplikasi yang
mengancam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/atau infark miokard).
Anemia yang disebabkan perdarahan akut berhubungan dengan komplikasi berkurangnya
volume intraseluler dan ekstraseluler. Keadaan ini menimbulkan gejala mudah lelah, lassitude
(tidak bertenaga), dan kram otot. Gejala dapat berlanjut menjadi postural dizzines, letargi,
sinkop; pada keadaan berat, dapat terjadi hipotensi persisten, syok, dan kematian.
DIAGNOSIS
Riwayat penyakit
Beberapa komponen penting dalam riwayat penyakit yang berhubungan dengan anemia:
Riwayat atau kondisi medis yang menyebabkan anemia (misalnya, melena pada
penderita ulkus peptikum, artritis reumatoid, gagal ginjal).
Waktu terjadinya anemia: baru, subakut, atau lifelong. Anemia yang baru terjadi pada
umumnya disebabkan penyakit yang didapat, sedangkan anemia yang berlangsung
lifelong, terutama dengan adanya riwayat keluarga, pada umumnya merupakan kelainan
herediter (hemoglobinopati, sferositosis herediter).
Etnis dan daerah asal penderita: talasemia dan hemoglobinopati terutama didapatkan
pada penderita dari Mediterania, Timur Tengah, Afrika sub-Sahara, dan Asia Tenggara.
Obat-obatan. Obat-obatan harus dievaluasi dengan rinci. Obat-obat tertentu, seperti
alkohol, asam asetilsalisilat, dan antiinflamasi nonsteroid harus dievaluasi dengan cermat.
Riwayat transfusi.
Penyakit hati.
Pengobatan dengan preparat Fe.
Paparan zat kimia dari pekerjaan atau lingkungan.
Penilaian status nutrisi.
Pemeriksaan fisik
Tujuan utamanya adalah menemukan tanda keterlibatan organ atau multisistem dan untuk
menilai beratnya kondisi penderita.
Pemeriksaan fisik perlu memperhatikan :
adanya takikardia, dispnea, hipotensi postural.
pucat: sensitivitas dan spesifi sitas untuk pucat pada telapak tangan, kuku, wajah atau
konjungtiva sebagai prediktor anemia bervariasi antara 19-70% dan 70-100%.
ikterus: menunjukkan kemungkinan adanya anemia hemolitik. Ikterus sering sulit
dideteksi di ruangan dengan cahaya lampu artifisial. Pada penelitian 62 tenaga medis,
icterus ditemukan pada 58% penderita dengan bilirubin >2,5 mg/dL dan pada 68%
penderita dengan bilirubin 3,1 mg/dL.
penonjolan tulang frontoparietal, maksila (facies rodent/chipmunk) pada talasemia.
lidah licin (atrofi papil) pada anemia defisiensi Fe.
limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang (terutama di sternum); nyeri tulang
dapat disebabkan oleh adanya ekspansi karena penyakit infiltratif (seperti pada leukemia
mielositik kronik), lesi litik ( pada myeloma multipel atau metastasis kanker).
Pemeriksaan laboratorium
1). Complete blood count (CBC)
CBC terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit, ukuran eritrosit, dan
hitung jumlah leukosit. Pada beberapa laboratorium, pemeriksaan trombosit, hitung jenis, dan
retikulosit harus ditambahkan dalam permintaan pemeriksaan (tidak rutin diperiksa). Pada
banyak automated blood counter, didapatkan parameter RDW yang menggambarkan variasi
ukuran sel.
2). Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi apusan darah tepi harus dievaluasi dengan baik.
Beberapa kelainan darah tidak dapat dideteksi dengan automated blood counter.
3). Sel darah merah berinti (normoblas)
Pada keadaan normal, normoblas tidak ditemukan dalam sirkulasi. Normoblas dapat ditemukan
pada penderita dengan kelainan hematologis (penyakit sickle cell, talasemia, anemia hemolitik
lain) atau merupakan bagian dari gambaran lekoeritroblastik pada penderita dengan bone marrow
replacement. Pada penderita tanpa kelainan hematologis sebelumnya, adanya normoblas dapat
menunjukkan adanya penyakit yang mengancam jiwa, seperti sepsis atau gagal jantung berat.
4). Hipersegmentasi neutrofi
Hipersegmentasi neutrofi l merupakan abnormalitas yang ditandai dengan lebih dari 5% neutrofi
l berlobus >5 dan/atau 1 atau lebih neutrofi l berlobus >6. Adanya hipersegmentasi neutrofi l
dengan gambaran makrositik berhubungan dengan gangguan sintesis DNA (defisiensi vitamin
B12 dan asam folat).
5). Hitung retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hitung retikulosit dapat berupa persentasi dari sel
darah merah, hitung retikulosit absolut, hitung retikulosit absolut terkoreksi, atau reticulocyte
production index. Produksi sel darah merah efektif merupakan proses dinamik. Hitung retikulosit
harus dibandingkan dengan jumlah yang diproduksi pada penderita tanpa anemia. Rumus hitung
retikulosit terkoreksi adalah:
Hitung retikulosit terkoreksi = % retikulosit penderita x hematocrit : 45
Faktor lain yang memengaruhi hitung retikulosit terkoreksi adalah adanya pelepasan retikulosit
prematur di sirkulasi pada penderita anemia. Retikulosit biasanya berada di darah selama 24 jam
sebelum mengeluarkan sisa RNA dan menjadi sel darah merah. Apabila retikulosit dilepaskan
secara dini dari sumsum tulang, retikulosit imatur dapat berada di sirkulasi selama 2-3 hari. Hal
ini terutama terjadi pada anemia berat yang menyebabkan peningkatan eritropoiesis. Perhitungan
hitung retikulosit dengan koreksi untuk retikulosit imatur disebut reticulocyte production index
(RPI).
RPI = (%retikulosit x hematokrit penderita / 45) : Faktor koreksi
Faktor koreksi dapat dilihat pada tabel 2 . Faktor koreksi hitung RPI
Hematokrit penderita (%)
Faktor koreksi
40 45
1,0
35 39
1,5
25 34
2,0
15 24
2,5
<15
3,0
RPI di bawah 2 merupakan indikasi adanya kegagalan sumsum tulang dalam produksi sel darah
merah atau anemia hipoproliferatif. RPA 3 atau lebih merupakan indikasi adanya hiperproliferasi
sumsum tulang atau respons yang adekuat terhadap anemia.
6). Jumlah leukosit dan hitung jenis
Adanya leukopenia pada penderita anemia dapat disebabkan supresi atau infiltrasi sumsum
tulang, hipersplenisme atau defisiensi B12 atau asam folat.
Adanya leukositosis dapat menunjukkan adanya infeksi, infl amasi atau keganasan hematologi.
Adanya kelainan tertentu pada hitung jenis dapat memberikan petunjuk ke arah penyakit tertentu:
Peningkatan hitung neutrofi l absolut pada infeksi
Peningkatan hitung monosit absolut pada mielodisplasia
Peningkatan eosinofi l absolut pada infeksi tertentu
Penurunan nilai neutrofi l absolut setelah kemoterapi
Penurunan nilai limfosit absolut pada infeksi HIV atau pemberian kortikosteroid
Jumlah trombosit
Abnormalitas
jumlah
trombosit
memberikan
informasi
penting
untuk
diagnostik.
7). Pansitopenia
Pansitopenia merupakan kombinasi anemia, trombositopenia dan netropenia. Pansitopenia berat
dapat ditemukan pada anemia aplastik, defisiensi folat, vitamin B12, atau keganasan hematologis
(leukemia akut). Pansitopenia ringan dapat ditemukan pada penderita dengan splenomegali dan
splenic trapping sel-sel hematologis.
Evaluasi kadar hemoglobin dan hematokrit secara serial dapat membantu diagnostik.1 Contoh:
Pada seorang penderita, Hb turun dari 15 g% menjadi 10 g% dalam 7 hari. Bila disebabkan oleh
ganguan produksi total (hitung retikulosit= 0) dan bila destruksi sel darah merah berlangsung
normal (1% per hari), Hb akan turun 7% dalam 7 hari. Penurunan Hb seharusnya 0,07 x 15 g% =
1,05 g%. Pada penderita ini, Hb turun lebih banyak, yaitu 5 g%, sehingga dapat diasumsikan
supresi sumsum tulang saja bukan merupakan penyebab anemia dan menunjukkan adanya
kehilangan darah atau destruksi sel darah merah.
Algoritme pendekatan diagnosis anemia
ANEMIA
Anemia
hipokromik
mikrositer
Anemia
normokromik
normositer
Anemia
makrositer
Besi serum
normal
menurun
Feritin normal
TIBC
TIBC
FERITIN
FERITIN
Elektroforesis
Besi sumsum tulang
negatif
Hb
Ring sideroblast
dalam sumsum
tulang
Hb A2
HbF
Anemia defisiensi
besi
Anemia akibat
penyakit kronik
Thalasemia beta
Anemia
sideroblastik
Tumor
Faal hati
Anemia
Faal
padaginjal
GGK
Penyakit
Faal tiroid
Hati Kronik
Penyakit
Hipotiroid
kronik
peny.kronik
Anemia
ganas
Riwayat
Tanda
pati
Anemia pada
Hemaglobinop
Riwayat
pasca
Retikulosit
hematologiAnemia pada
Perdarahan
obat/parasit
ati
hemolisis
leukimia
Hipoplastik
sindrom
Limfoma
keluarg
perdarahan Anemia
Anemia
(leukimia,mi
Akut
akut/mieloma
mielodisplastik
positif
p
ositif
negatif
Meningkat
aplastik
Normal/menurun
infiltrasi
kanker
Tulang Normal
a positif
Tes coomb AIHA
akut
displastik Sumsum
mieloptisik
eloma)
Retikulosit
Normal/Menurun
Meningkat
Riwayat
Perdarahan
akut
Sumsum tulang
Megaloblastik
Anemia Pasca
Perdarahan
akut
B12 serum
rendah
Anemia
Defisiensi
besi
Non
Megaloblastik
Asam folat
rendah
Anemia
Defisiensi
asam folat
Faal Tiroid
Anemia pada
Hipotiroidisme
Anemia Defisiensi
Besi/asam folat
dalam terapi
Faal hati
Anemia pada
penyakit hati
Displastik
Sindrom
mielodisplastik
di
Indonesia pada tahun 1980-an, prevalensi anemia pada wanita hamil 50-70%, anak belita 3040%, anak sekolah 25-35% dan pekerja fisik berpenghasilan rendah 30-40% (Husaini 1989).
Menurut SKRT 1995, prevalensi ratarata nasional pada ibu hamil 63,5%, anak balita 40,1%
(kodyat, 1993). Prevalensi ADB pada anak di Negara sedang berkembang masih tinggi. Pada
anak sekolah dasar umur 7-13 tahun di Jakarta(1999) di dapatkan 50% dari seluruh anak
penderita anemia adalah ADB.
Etiologi
Menurut Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian (1992), ADB dapat
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor penyebab langsung dan tidak langsung.Faktor
penyebab langsung meliputi jumlah Fe dalam makanan tidak cukup, absorbsi Fe rendah,
kebutuhan naik serta kehilangan darah, sehingga keadaan ini menyebabkan jumlah Fe dalam
tubuh menurun. Menurunnya Fe (zat besi) dalam tubuh akan memberikan dampak yang
negatif bagi fungsi tubuh. Hal ini dikarenakan zat besi merupakan salah satu zat gizi penting
yang terdapat pada setiap sel hidup, baik sel tumbuh-tumbuhan, maupun sel hewan.Di dalam
tubuh, zat besi sebagian besar terdapat dalam darah yang merupakan bagian dari protein yang
disebut hemoglobin di dalam sel-sel darah merah, dan disebut mioglobin di dalam sel-sel otot.
Beberapa penyebab anemia defisiensi besi menurut umur :
Persediaan besi yang kurang : BBLR atau bayi kembar, ASI eksklusif tanpa
supplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat, anemia semasa
kehamilan
Masukan besi kurang karena tidak dapat makanan tambahan (hanya minum susu)
Malabsorbsi
Perdarahan hebat
Faktor resiko
Diet
Prenatal/perinatal
Sosial
Pertumbuhan cepat
ASI
eksklusif
tanpa Prematuritas
supplementasi besi
Kehamilan kembar
Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme dan besi non hem.Besi non heme
merupakan sumber utama zat besi dalam makanannya.Terdapat dalam semua jenis sayuran
misalnya sayuran hijau, kacang kacangan, kentang dan sebagian dalam makanan hewani.
Sedangkan besi heme hampir semua terdapat dalam makanan hewani antara lain daging, ikan,
ayam, hati dan organ organ lain.
Setiap hari turnover besi ini berjumlah 35mg, tetapi tidak semuanya harus di dapatkan dari
makanan.Sebagian besar yaitu sebanyak 34mg di dapat dari penghancuran sel-sel darah merah
tua, yang kemudian di saring tubuh untuk dapat dipergunakan lagi oleh sum-sum tulang untuk
pembentukan sel-sel darah merah yang baru.
bayi BBLR mendapat makanan yang cukup mengandung zat besi, maka pada usia 9 bulan kadar
Hb akan dapat menyamai bayi yang normal.
Prevalensi anemia yang tinggi pada anak balita umumnya disebabkan karena makanannya
tidak cukup banyak mengandung zat besi sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya,
terutama pada negara sedang berkembang dimana serelia dipergunakan sebagai makanan pokok.
Faktor budaya juga berperanan penting, bapak mendapat prioritas pertama mengkonsumsi bahan
makanan hewani, sedangkan anak dan ibu mendapat kesempatan yang belakangan. Selain itu erat
yang biasanya terdapat dalam makanannya turut pula menhambat absorbsi zat besi.
Patofisiologi
Defesiensi Fe ditandai dengan penurunan cadangan Fe yang tercermin dari berkurangnya
konsentrasi serum ferritin. Selanjutnya terjadi peningkatan absorpsi Fe akibat menurunnya level
Fe tubuh. Manifestasi keadan ini menimbulkan eritropoeisis defisiensi Fe (defisiensi Fe tanpa
anemia), cadangan Fe menipis dan produksi Hb terganggu. Meskipun konsentrasi Hb di atas cut
off point kategori anemia, namun terjadi pengurangan transferin saturasi yaitu jumlah suplai Fe
ke sumsum tulang tidak cukup, meningkatnya konsentrasi eritrosit protoporfirin karena
kekurangan Fe untuk membentuk Hb. Diakhiri tahapan defisiensi Fe, anemia di tandai dengan
konsentrasi Hb atau hematokrit di bawah batas normal
Gejala Klinis
- Lemas, pucat dan cepat lelah
- Sering berdebar-debar
- Sakit kepala dan iritabel
- Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku
- Konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white)
- Adanya koilnikia, glositis dan stomatitis angularis
- Papil lidah atrofi : lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah, meradang dan sakit.
- Jantung dapat takikardi
Jumlah leukosit dan hitung jenis biasanya normal kecuali disertai infeksi.
Peningkatan trombosit jarang ditemukan pada sediaan apus darah tepi (SADT)
Mikrositik hipokrom
Penatalaksanaan
Pengobatan sudah harus di mulai pada stadium dini untuk mencegah terjadinya anemia
defisiensi besi. Umumnya, tatalaksana ADB di lakukan secara kausal tergantung penyebab yang
memicu terjadinya ADB
Pencegahan
i. Primer : pemberian ASI saja setelah usia 6 bulan dapat menyebabkan defisiensi besi, oleh
sebab itu perlu supplementasi besi sebagai pencegahan. Bila menggunakan susu formula, pilihlah
formula yang di fortifikasi dengan besi
ii. Sekunder : Bayi yang memiliki satu atau lebih faktor resiko harus menjalani skrining ADB.
Skrining tersebut meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap, kadar ferritin dalam serum dan
saturasi ferritin
iii. Gizi :
a. Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama setelah lahir.
b. Bayi usia kurang dari 1 tahun yang tidak mendapatkan ASI, sebaiknya diberikan susu formula
dengan kandungan zat besi 12 mg/L.
c. Bayi usia 6 bulan ke atas bisa diberikan sereal dengan tambahan zat besi serta vitamin C
secukupnya untuk membantu penyerapan zat besi.
d. Pertimbangkan juga untuk memberikan anak usia di atas 6 bulan bubur dengan daging yang
dihaluskan.
Prognosis
Prognosa baik bila penyebab anemianya hanya kekurangan besi saja dan diketahui penyebabnya
serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan manifestasi klinisnya
akan membaik dengan pemberian preparat besi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of Pediatrics.
18th ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2007.
2. Nathan DG, Orkin SH, Oski FA, Ginsburg D. Nathan and Oskis Hematology of
Infancy and Childhood. 7th ed. Philadelphia: Saunders; 2008.
3. Khusun H, Yip R, Schultink W, Dillon DHS. World Health Organization Hemoglobin
Cut-Off Points for the Detection of Anemia Are Valid for An Indonesian Population. J
Nutr. 1999;129:1669-74.
4. Ezzati M, Lopez AD, Rodgers A, Vander Hoorn S, Murray CJ, the Comparative Risk
Assessment Collaborating Group. Selected major risk factors and global and regional
burden of disease. Lancet. 2002;360:1347-60.
5. Sari M, de Pee S, Martini E, Herman S, Sugiatmi, Bloem MW, et al. Estimating the
prevalence of anaemia: a comparison of three methods. Bulletin of the World Health
Organization. 2001;79:506-11.
6. U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF). Screening for iron defi ciency
anemia - including iron supplementation for children and pregnant women. Rockville
(MD): Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ); 2006.
7. Rudolph CD, Rudolph AM, Hostetter MK, Lister G, Siegel NJ. Rudolphs Pediatrics.
21st ed. USA: McGraw-Hill; 2003.
8. Bessman JD, Gilmer PR, Gardner FH. Improved classifi cation of anemias by MCV
and RDW. Am J Clin Pathol. 1983;80:322-6.
9. Lanzkowsky P. Manual of Pediatric Hematology and Oncology. 4th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2005.
10. Kohli-Kumar M. Screening for anemia in children: AAP recommendations - a
critique. Pediatrics. 2001;108:e56-7.
11. Schrier SL. Approach to the adult patient with anemia. January 2011. [cited 2011,
June 9 ]. Available from: www.uptodate.com
12. Schrier SL. Approach to the diagnosis of hemolytic anemia in the adult. January
2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com
13. Teff eri A. Anemia in adults : A contemporary approach to diagnosis. Mayo Clin Proc.
2003;78:1274-80.
14. Mehta BC. Approach to a patient with anemia. Indian J Med Sci. 2004;58:26-9.
15. Karnath BM. Anemia in the adult patient. Hospital Physician 2004:32-6.
16. Schrier SL. Macrocytosis. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from:
www.uptodate.com
17. Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders, p : 3-16.