Anda di halaman 1dari 14

LARUTAN RESEPTOR

TRANSFERIN SEBAGAI
INDIKATOR KEKURANGAN ZAT
BESI DAN KEJANG DEMAM
NUVITA HASRIANTI
030.10.210
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK RSUD KARDINAH, TEGAL

Kejang demam:
kejang yang
terkait dengan
kenaikan suhu
tubuh karena
proses
ekstrakranial.

Kejang paling
umum pada
anak, sekitar 2-5
%
mempengaruhi
anak usia
dibawah 5 tahun.

Kekurangan zat
besi : masalah
gizi paling umum
di seluruh dunia.
Dan zat besi
berperan dalam
metabolism
neurotransmitter.

Di Indonesia :
16,5 %
mengalami
anemia.

Kekurangan zat besi dapat menjadi faktor kejang demam.

TUJUAN
PENELITIAN

hubungan antara
tingkat sTfR
sebagai indikator
defisiensi zat besi
dan kejang demam.

subjek

lokasi

anak usia 3
bulan sampai 5
tahun dengan
demam akut
yang kurang dari
7 hari.
Dibagi dua
kelompok :
kontrol dan kasus

Kelompok
kontrol :
suhu 37,5
C/lebih
tanpa
kejang.

Rumah Sakit Dr.


Hoesin
Mohammad,
Palembang, dari
bulan Februari
sampai
September 2013

Kelompok
kasus : suhu
tubuh 37,5
C/lebih disertai
kejang

Pengambilan data
kuesioner,
pemeriksaan fisik
dan laboratorium
yang ditemukan.
Gender, suhu
tubuh, riwayat
keluarga kejang
demam, riwayat
intrauterine dan
persalinan, dan
penyebab
demam
dimasukkan
sebagai
pengganggu
faktor

METODE

HASIL

D
I
S
K
U
S
I

Rata-rata nilai sTfR dari kelompok kasus secara


signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kontrol

Penelitian ini seseuai dengan penelitian


sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kekurangan zat
besi dan kejang demam sederhana pada kedua
analisis univariat dan multivariat
Mittal dan Agarwal menemukan secara signifikan
penurunan GABA dan peningkatan asam glutamat
dalam penelitian hewan tikus dengan kekurangan zat
besi

Peran zat besi pada intraneuronal dalam metabolisme bervariasi dan

melibatkan: penggabungan zat besi ke dalam enzim dari oksidasi-reduksi


atau transpor elektron; sintesa dan transport neurotransmiter; serta
penyerapan dan degradasi neurotransmitter ke protein lain yang
mengandung besi yang dapat secara langsung atau tidak langsung
mengubah fungsi otak melalui penurunan peroksida, amino metabolisme
asam dan desaturasi lemak, sehingga dapat mengubah fungsi membran

Karena standar
pemeriksaan status zat
besi yang dipengaruhi
oleh peradangan, dapat
menghambat
interpretasi klinis,
peneliti menggunakan
transferin reseptor larut
(sTfR) sebagai
parameter dari
kekurangan zat besi,
karena tidak
dipengaruhi oleh
peradangan

Pada tahap
awal dari
kekurangan
zat besi, nilai
sTfR
meningkat
secara
progresif.

Peneliti
menemukan
secara
signifikan
bahwa nilai
sTfR lebih
tinggi dalam
kelompok
kasus
dibandingka
n pada
kelompok
kontrol.

Studi lain juga


melaporkan hasil yang
sama, analisis secara
univariat, bivariate dan
multivariat menunjukkan
bahwa kekurangan zat
besi secara signifikan
dapat menjadi faktor
resiko kejang demam.
(OR = 25,1; 95% CI 5.1
untuk 122,6; P <0,001)

Uji validitas nilai


sTfR,
menggunakan
analisis ROC
Area dibawah kurva
adalah 78,9%
Titik cut-off adalah
37 nmol/L

Sensitivitas
77% &
spesifisitas
72,55%

Titik cut-off 2,55%


adalah indikator kejang
demam

KESIMPULAN

peningkatan nilai sTfR


sebagai indikator kekurangan
zat besi merupakan faktor
risiko yang signifikan untuk
demam kejang. Tindak lanjut
penelitian dengan desain
prospektif dan ukuran sampel
yang lebih besar diperlukan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai