Anda di halaman 1dari 5

Ni Made Ayu L, Putu RA, Novita C | Perbedaan Kadar Hemoglobin pada Pasien End Stage Renal Disease (ESRD)

Sebelum dan Setelah


Mendapat Terapi Eritropoietin di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

Perbedaan Kadar Hemoglobin pada Pasien End Stage Renal Disease (ESRD)
Sebelum dan Setelah Mendapat Terapi Eritropoietin di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung
Ni Made Ayu Linggayani Pasek1, Putu Ristyaning Ayu2, Novita Carolia3
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
3
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Anemia merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD), prevalensinya terus
meningkat dari 8,4% pada stadium 1 hingga 53,4% pada stadium 5. Penyebab utama anemia pada CKD yaitu penurunan
sintesis hormon eritropoietin oleh sel intersititial peritubular ginjal. Penyebab lainnya adalah inflamasi, pemendekan masa
hidup eritrosit, defisiensi besi, kehilangan darah saat dialisis, dan uremia. Anemia pada CKD perlu tatalaksana khusus yaitu
pemberian terapi eritropoietin (EPO). Pemberian EPO dinilai efektif dalam meningkatkan kadar hemoglobin dan
memperbaiki kualitas hidup pasien. Desain penelitian ini adalah analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional
terhadap 26 pasien End Stage Renal Disease (ESRD) yang menjalani hemodialisis. Data yang diambil berupa data primer
yaitu darah pasien sebelum terapi EPO dan dua minggu setelah terapi EPO yang diberikan oleh dokter spesialis penyakit
dalam di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Rerata kadar hemoglobin pre terapi EPO yaitu 8,1 gr/dl dan rerata
kadar hemoglobin post terapi EPO yaitu 8,7 gr/dl. Hasil uji T-berpasangan kadar hemoglobin pre dan post terapi EPO
didapati nilai p yaitu 0,001 (p < 0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar hemoglobin sebelum dan setelah
mendapat terapi EPO.

Kata Kunci: Anemia, eritropoietin, esrd, hemoglobin.

Differences of Hemoglobin Levels in End Stage Renal Disease (ESRD) Patients


Before and After Erythropoietin Treatment at RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung
Abstract
Anemia is a common complication of Chronic Kidney Disease (CKD) patients, its prevalence increase continously from 8.4%
in stage 1 to 53.4% in stage 5. The main cause of anemia in CKD is decreased synthesis of erythropoietin hormone by
peritubular interstitial cell in kidney. It is also caused by inflammation, shortening of erythrocyte life span, iron deficiency,
blood loss during dialysis, and uremia. Anemia in CKD needs special treatment that is erythropoietin (EPO) therapy. EPO
administration is considered effective in increasing hemoglobin levels and improving patient’s quality of life. The design of
this study is comparative analytic with cross sectional approach to 26 ESRD patients undergoing hemodialysis. The data
were taken in the form of primary data that are patient’s blood before EPO therapy and two weeks after EPO treatment
which is given by an internist at RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. The mean hemoglobin level pre EPO therapy
is 8.1 g/dl and mean hemoglobin level post-EPO therapy is 8.7 g/dl. Paired T-test result of hemoglobin levels difference is p
= 0.001 (p <0.05). There is a significant difference between hemoglobin levels before and after EPO therapy.

Keywords: Anemia, Erythropoietin, ESRD, Hemoglobin

Korespondesi : Ni Made Ayu Linggayani Pasek, alamat Jl. Melati no. 45 Labuhan Dalam, Tanjung Senang, Bandar Lampung
35142, HP 082221318000, email linggayaniayu@gmail.com

Pendahuluan kerusakan ginjal, bergantung pada


Penyakit ginjal kronik atau dikenal penyebabnya.1 Prevalensi CKD di Indonesia
dengan Chronic Kidney Disease (CKD) pada tahun 2018 sebesar 3,8% dan di
merupakan keadaan penurunan fungsi ginjal Lampung sebesar 3,9%.2
yang ditandai dengan glomerular filtration Komplikasi yang umum terjadi pada CKD
rate (GFR) GFR <60 mL/min/1,73 m2 selama ≥ adalah anemia. Berdasarkan WHO, anemia
3 bulan dengan atau tanpa penanda didefinisikan sebagai keadaan dimana
konsentrasi Hb < 13,0 g/dL pada pria dewasa
dan < 12,0 g/dL pada wanita.3 Prevalensi

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019|533


Ni Made Ayu L, Putu RA, Novita C | Perbedaan Kadar Hemoglobin pada Pasien End Stage Renal Disease (ESRD) Sebelum dan Setelah
Mendapat Terapi Eritropoietin di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

anemia pada pasien CKD terus meningkat dari Stage Renal Disease (ESRD) yang mendapat
8,4% pada stadium 1 hingga 53,4% pada terapi EPO.
stadium 5.4 Etiologi anemia pada CKD bersifat Sampel berupa darah responden yang
multifaktorial, namun faktor utamanya yaitu telah diambil kemudian diukur kadar
penurunan produksi eritropoietin oleh sel hemoglobinnya di Laboratorium Patologi
peritubular ginjal yang mengalami kerusakan. 5 Klinik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Erythropoietin (EPO) dan terapi besi Lampung. Hemoglobin diukur dengan
tambahan menjadi terapi utama anemia pada menggunakan alat automated hematology
CKD hingga saat ini.6 Penggunaan EPO terbukti analyzer dengan prinsip kerja cyanide free
efektif dalam mengoreksi anemia dan hemoglobin spectrophotometry.
menurunkan kebutuhan akan transfusi darah Hasil penelitian berupa kadar
reguler pada pasien CKD yang menderita hemoglobin responden sebelum dan 2 minggu
anemia sehingga dapat menurunkan risiko setelah terapi EPO kemudian diolah dengan
infeksi terkait transfusi darah dan kelebihan menggunakan program analisis data, dengan
besi.7 metode analisis yang digunakan adalah uji
Berdasarkan penelitian kohort statistik komparatif paired t-test.
prospektif terhadap 25 pasien hemodialisis
yang dilakukan oleh Salad Elmi et al., terapi Hasil
eritropoietin terbukti memiliki efek yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
signifikan dalam meningkatkan kadar Hb, jumlah responden pria lebih banyak
dimana rerata kadar Hb sebelum terapi yaitu dibandingkan dengan responden wanita.
9,34 g/dL dan rerata kadar Hb 1 bulan setelah Sedangkan berdasarkan kelompok umur,
mendapat EPO yaitu 10,35 g/dL.8 Sejalan responden terbanyak berasal dari kelompok
dengan penelitian yang dilakukan dengan umur > 55 tahun, kemudian diikuti dengan
Salad Elmi et al., systematic review yang responden dari kelompok umur 15 – 55 tahun.
dilakukan oleh Johansen et al. terhadap 15 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
artikel menunjukkan bahwa terapi ESA yang umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada
diberikan mampu mempertahankan kadar Hb tabel dibawah ini.
≥ 10 g/dL. 9
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
Metode Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Desain penelitian ini adalah analitik Jumlah Persentase
Variabel
komparatif dengan metode pengambilan data (n) (%)
cross sectional. Data penelitian yang akan Kelompok Umur
0-14 th (Anak-anak) 0 0
dianalisis berasal dari data primer, yaitu
15-55 th (Dewasa) 12 46,2
sampel darah pasien hemodialisis sebelum >55 th (Lansia) 14 53,8
mendapat terapi EPO dan 2 minggu setelah Jenis Kelamin
mendapat terapi EPO. Pria 15 57,7
Penelitian ini dilakukan di Ruang Wanita 11 42,3
Hemodialisa RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Total 26 100
Bandar Lampung pada bulan Oktober hingga
November. Sampel pada penelitian ini Tabel 2. Kadar Hemoglobin Sebelum dan Setelah
berjumlah 26 responden yang telah Terapi EPO
memenuhi kriteria inklusi penelitian. Variabel Jumlah Rerata SD
Hb
terikat pada penelitian ini yaitu kadar (n) (g/dl) (±)
hemoglobin sebelum dan setelah mendapat Pre 26 8,1 1,7
terapi EPO yang diberikan oleh dokter Post 26 8,7 1,5
spesialis penyakit dalam di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung, sedangkan variabel Berdasarkan data pada tabel 2, dari 26
bebas dari penelitian ini adalah pasien End responden, rerata kadar hemoglobin sebelum

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019|534


Ni Made Ayu L, Putu RA, Novita C | Perbedaan Kadar Hemoglobin pada Pasien End Stage Renal Disease (ESRD) Sebelum dan Setelah
Mendapat Terapi Eritropoietin di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

terapi EPO yaitu 8,1 gr/dl dengan standar kadar hemoglobin. Hasil serupa juga terdapat
deviasi ± 1,7. Sedangkan rerata kadar pada penelitian yang dilakukan oleh Drueke et
hemoglobin 2 minggu setelah terapi EPO yaitu al. terhadap 603 pasien yang terbagi dalam
8,7 gr/dl dengan standar deviasi ± 1,5. dua kelompok dengan rerata kadar
hemoglobin sebelum mendapat terapi EPO
Tabel 3. Hasil Uji T-Berpasangan Kadar 11,6 ± 0,6 gr/dl. Selama 3 tahun penelitian
Hemoglobin Sebelum dan Setelah Terapi EPO didapati peningkatan kadar hemoglobin pada
CI 95% masing-masing kelompok, dengan perbedaan
Variabel p
Lower Upper median antar kelompok sebesar 1,5 gr/dl.10
Kadar Hemoglobin -8,40 -7,22 0,001 Hasil uji T-berpasangan antara kadar
Pre terapi EPO –
hemoglobin sebelum pasien mendapat terapi
Post terapi EPO
EPO dan kadar hemoglobin pada pasien 2
minggu setelah mendapat terapi EPO yang
Hasil uji T-berpasangan pada tabel 3
tertera pada tabel 3 menunjukkan perbedaan
menunjukkan interval perbedaan dalam taraf
yang signifikan, dimana terjadi peningkatan
kepercayaan 95% antara -8,40 sampai -7,22
rerata kadar hemoglobin setelah pasien
dengan nilai p 0,001 (p < 0,05) dimana hasil
mendapat terapi EPO. Hal ini sesuai dengan
tersebut menunjukkan bahwa terdapat
penelitian yang dilakukan oleh Snyder et al.
perbedaan bermakna antara kadar
terhadap kelompok pasien yang menjalani
hemoglobin pada responden sebelum dan
hemodialisis yang diberi terapi EPO. Kelompok
setelah mendapat terapi EPO.
pasien tersebut tersebut mampu mencapai
target hemoglobin yang telah ditetapkan (11 –
Pembahasan
12 gr/dl) dalam 3 bulan sejak pemberian
Berdasarkan distribusi frekuensi
terapi EPO.11
responden berdasarkan kelompok umur,
Peran EPO dalam eritropoiesis sehingga
kelompok umur > 55 tahun adalah yang
dapat meningkatkan kadar hemoglobin yaitu
terbanyak dengan jumlah 14 pasien (53,8%),
saat sampai di sumsum tulang, EPO berikatan
kemudian jumlah pasien kelompok umur 15 –
dengan reseptor EPO (EPO-R) yang terdapat
55 tahun terdapat 12 pasien (46,2%), dan
pada permukaan sel progenitor eritroid.
tidak terdapat responden yang berusia 0 – 14
Ikatan tersebut menginisiasi aktivasi Janus
tahun. Data ini sesuai dengan data dari Riset
Kinase (JAK) 2, Signal Transducer and Activator
Kesehatan Dasar Indonesia pada tahun 2018
of Transcription (STAT) 5, dan Mitogen
yang menyatakan bahwa jumlah pasien CKD
Activated Protein Kinase (MAPK), yang
yang berumur > 55 tahun lebih banyak
menimbulkan proliferasi dan diferensiasi
dibandingkan dengan pasien CKD yang
terminal pada sel prekursor eritroid dan
berumur < 55 tahun dengan prevalensi
melindungi sel dari apoptosis.12–14
masing-masing 22,92% dan 12,56%.2
Terapi EPO yang diberikan pada pasien
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin,
ESRD di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
jumlah pasien pria lebih banyak dibandingkan
Lampung yaitu Eritropoietin Hemapo yang
dengan pasien wanita. Jumlah pasien pria
mengandung bahan aktif epoetin alfa. Terapi
pada penelitian ini sebanyak 15 orang (57,7%)
diberikan melalui jalur intravena dengan
dan pasien wanita 11 orang (42,3%). Hal ini
frekuensi satu kali dalam satu minggu.
sesuai dengan data yang tertera pada Riset
Berdasarkan data Indonesian Renal Registry
Kesehatan Dasar Indonesia pada tahun 2018
pada tahun 2018, eritropoietin hemapo
yang menyatakan bahwa prevalensi pada pria
merupakan jenis program terapi eritropoietin
(4,17%) lebih tinggi dibandingkan pada wanita
terbanyak yang digunakan pada pasien ESRD
(3,52%).2
di Provinsi Lampung. Jumlah pasien program
Hasil penelitian menunjukkan dari total
terapi eritropoietin dengan eritropoietin
26 responden yang mendapat terapi EPO, 22
hemapo di Provinsi Lampung yaitu sebanyak
responden (84,61%) mengalami peningkatan
3184 pasien.15

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019|535


Ni Made Ayu L, Putu RA, Novita C | Perbedaan Kadar Hemoglobin pada Pasien End Stage Renal Disease (ESRD) Sebelum dan Setelah
Mendapat Terapi Eritropoietin di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

Pemberian EPO menurut Kidney Disease 6. Bonomini, M., Del Vecchio, L., Sirolli, V.,
Outcomes Quality Initiative (KDOQI) pada dan Locatelli, F. New Treatment
tahun 2015, dilakukan saat kadar hemoglobin Approaches for the Anemia of CKD. Am J
< 13,5 g/dl pada pria dan < 12 gr/dl pada Kidney Dis. 2016; 67(1): 133–42.
wanita. Pada pasien dewasa, kadar 7. Bargman, J. M. dan Skorecki, K. Chronic
hemoglobin tidak dapat melebihi 11,5 gr/dl kidney disease. Dalam: Longo, D. L.,
saat terapi EPO, dan untuk pasien pediatrik Kasper, D. L., Jameson, J. L., Fauci, A. S.,
target kadar hemoglobin yang ditentukan Hauser, S. L., and Loscalzo, J., penyunting.
yaitu berada pada nilai 11,0 hingga 12,0 Harrison`s Principles of Internal Medicine
gr/dl.16 Sedangkan untuk terapi pemeliharaan, 18th ed. USA: McGraw-Hill. 2012. hlm.
EPO tidak direkomendasikan untuk 2308–21.
meningkatkan kadar hemoglobin > 13 gr/dl.17 8. Salad, E. O., Ghrayeb, F. A. W., Meng, O.
Target Hb > 13 g/dL, berdasarkan L., Nadiah, W., Noushad, M. dan Kaur, G.
penelitian yang dilakukan oleh Singh et al. dan Effect of Erythropoietin on
Palmet et al., diasosiasikan dengan Haematological Parameters in Chronic
meningkatnya risiko kematian, infark miokard, Renal Failure Patients Undergoing Dialysis
stroke, hipertensi, gagal jantung kongestif, in Malaysia. IMJM. 2014; 21(5): 1–5.
infark serebral, dan trombosis vaskular 9. Johansen, K. L., Finkelstein, F. O., Revicki,
dibanding dengan target Hb yang lebih D. A., Evans, C., Wan, S., Gitlin, M. dan
rendah.18 Agodoa, I. L. Systematic review of the
impact of erythropoiesis-stimulating
Kesimpulan agents on fatigue in dialysis patients.
Pemberian terapi Eritropoietin (EPO) Nephrol Dial Transplant. 2012; 27(6):
pada pasien End Stage Renal Disease (ESRD) 2418–25.
yang menderita anemia memiliki peran yang 10. Drueke, T., Locatelli, F., Clyne, N., Eckardt,
signifikan dalam meningkatkan kadar K. U., Macdougall, I., Tsakiris, D., et al.
hemoglobin dan dalam meningkatkan kualitas Normalization of Hemoglobin Levels in
hidup pasien. Patients with Chronic Kidney Disease and
Anemia. N Engl J Med. 2008; 355(20):
Daftar Pustaka 2195–207.
1. Webster, A. C., Nagler, E. V, Morton, R. L., 11. Snyder, J. J. Hemoglobin Levels and
dan Masson, P. Chronic Kidney Disease. Erythropoietin Doses in Hemodialysis and
Lancet Glob Health. 2016; 6736(16): 1– Peritoneal Dialysis Patients in the United
15. States. Clin J Am Soc Nephrol. 2013;
2. Badan Penelitian dan Pengembangan 15(1): 174–79.
Kesehatan. Laporan hasil riset kesehatan 12. Weiss, M. J. New Insights Into
dasar (riskesdas) Indonesia tahun 2013. Erythropoietin and Epoetin Alfa:
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Mechanisms of Action, Target Tissues,
Indonesia; 2018. and Clinical Applications. Oncologist.
3. Lankhorst, C. E. dan Wish, J. B. Anemia in 2014; 8 (Suppl 2): 18–29.
Renal Disease: Diagnosis and 13. Elliott, S., Pham, E., dan Macdougall, I. C.
management. Blood Rev. 2010; 24: 39– Erythropoietins: A Common Mechanism
47. of Action. Experimental Hematology.
4. Stauffer, M. E. dan Fan, T. Prevalence of 2015; 36(12): 1573–84.
Anemia in Chronic Kidney Disease in the 14. Broxmeyer, HE. Erythropoietin: multiple
United States. PloS One. 2014; 9(1): 2–5. targets, actions, and modifying influences
5. Lankhorst, C. E. dan Wish, J. B. Anemia in for biological and clinical consideration. J
Renal Disease: Diagnosis and Exp Med. 2013; 210(2):205–8.
management. Blood Rev. 2010; 24: 39– 15. PERNEFRI, 11th Report Of Indonesian
47. Renal Registry 2018 [Internet]. Jakarta:

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019|536


Ni Made Ayu L, Putu RA, Novita C | Perbedaan Kadar Hemoglobin pada Pasien End Stage Renal Disease (ESRD) Sebelum dan Setelah
Mendapat Terapi Eritropoietin di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

Perhimpunan Nefrologi Indonesia; 2018; 17. KDIGO. KDIGO Clinical Practice Guideline
[disitasi tanggal 28 Desember 2019]. for Anemia in Chronic Kidney Disease.
Tersedia dari: 2012; 2: 283-7.
https://www.indonesianrenalregistry.org 18. Mimura, I., Tanaka, T. dan Nangaku, M.
/data/IRR%202018.pdf How the Target Hemoglobin of Renal
16. Gerardi, C. dan Bertele, V. 2017. Anemia Should Be ?. Nephron Clin Pract.
Application for Erythropoietin-Stimulating 2015; 131(3): 202–9.
Agents. WHO EML. 3: 1–46.

Medula | Volume 9 | Nomor 3 | Oktober 2019|537

Anda mungkin juga menyukai