Anda di halaman 1dari 12

JMPF Vol. 12 No.

3 : 164-175
ISSN-p : 2088-8139
ISSN-e : 2443-2946

Cost Effectiveness Analysis (CEA) Strategi Terapi Anemia Pada


Pasien Penyakit Ginjal Kronis

Cost Effectiveness Analysis (CEA) Strategy for Anemia Therapy in Chronic Kidney Disease Patients

Nurfina Dian K*, Tri Murti Andayani, Dwi Endarti


Magister Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada
Submitted: 23-02-2022 Revised: 11-03-2022 Accepted: 22-09-2022
Corresponding : Nurfina Dian K; Email : nurfina.dian@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan kondisi dimana ginjal tidak mampu mempertahankan
keseimbangan cairan sisa metabolisme yang bersifat progresif, irreversible dan berlangsung secara
lambat. Anemia sebagai komplikasi pada PGK berkontribusi pada morbiditas, mortalitas, kualitas hidup
pasien, serta biaya perawatan yang lebih besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perbedaan
efektivitas dan biaya terapi anemia dengan epoetin pada pasien penyakit ginjal kronis. Penelitian
dilakukan secara observasional-analitik dengan desain cohort retrospektif dari perspektif provider.
Sampel yang digunakan yaitu pasien PGK dengan anemia yang memenuhi kriteria inklusi periode Januari
- Desember 2020, data diambil dari catatan medis dan rekap keuangan pasien. Dilakukan analisis statistik
pada efektivitas terapi anemia dengan epoetin berdasarkan ketercapaian outcome klinis peningkatan nilai
Hb dalam waktu 3 bulan dan pembiayaan yang dihitung berdasarkan biaya medis langsung. Sebanyak 113
pasien yang memenuhi kriteria inklusi, terdiri atas 96 pasien kelompok epoetin alfa dan 17 pasien
kelompok epoetin beta. Persentase ketercapaian target terapi pada kelompok epoetin beta lebih tinggi
(11,76%) dibandingkan kelompok epoetin alfa (10,42%). Rata-rata kenaikan Hb kelompok epo beta lebih
tinggi dibandingkan kelompok epo alfa. Biaya epoetin pada terapi pengobatan anemia kelompok epoetin
beta (Rp 1.005.365) lebih rendah dibandingkan kelompok epoetin alfa (Rp 1.017.188). Nilai ICER yang
diperoleh sebesar Rp -125.966 menunjukkan penghematan biaya Rp 125.966 untuk meningkatkan 1%
ketercapaian target terapi nilai Hb >10 g/dl. Biaya terapi dengan epo beta lebih rendah dibandingkan epo
alfa dan ketercapaian target terapi Hb lebih baik pada epo beta dibandingkan epo alfa.
Kata Kunci: anemia; cost effectiveness analysis (CEA); penyakit ginjal kronik

ABSTRACT
Chronic kidney disease (CKD) is a condition in which the kidneys are unable to maintain a fluid
balance of metabolic waste that is progressive, irreversible, and takes place slowly. Anemia is a
complication of CKD that contributes to morbidity, mortality, and quality of life of patients, as well as
greater costs of care. This study aims to evaluate the differences in the effectiveness and cost of anemia
therapy with epoetin in patients with chronic kidney disease. The study was conducted in an analytical-
observational manner with a retrospective cohort design from the provider's perspective. The sample
used was CKD patients with anemia who met the inclusion criteria for the period January - December
2020, data were taken from medical records and patient financial recapitulation. Statistical analysis was
carried out on the effectiveness of anemia therapy with epoetin based on the achievement of clinical
outcomes of increasing Hb values within 3 months and financing calculated based on direct medical costs.
A total of 113 patients met the inclusion criteria, consisting of 96 patients in the epoetin alpha group and
17 patients in the epoetin beta group. The percentage of achieving therapeutic targets in the epoetin beta
group was higher (11.76%) than in the epoetin alfa group (10.42%). The average increase in Hb in the EPO
beta group was higher than in the EPO alpha group. The cost of epoetin for anemia treatment in the beta
epoetin group (Rp 1,005,365) was lower than the epoetin alfa group (Rp 1,017,188). The ICER value
obtained was IDR -125,966, indicating a cost savings of IDR 125,966 to increase 1% of the achievement of
therapeutic targets for Hb values >10 g/dl. The cost of therapy with EPO beta is lower than EPO alpha and
the achievement of Hb therapy targets is better in EPO beta than EPO alpha.
Keywords: anemia; cost-effectiveness analysis (CEA); chronic kidney disease

164 DOI : 10.22146/jmpf.72614 | JMPF Vol 12(3), 2022


Nurfina Dian K, et al

PENDAHULUAN berkembangnya riset mengenai anemia pada


Penyakit ginjal kronis didefinisikan penyakit ginjal kronik 9. Terapi eritropoetin
sebagai adanya kelainan pada struktur atau menjadi terapi utama untuk anemia pada
fungsi ginjal yang terjadi selama tiga bulan pasien PGK sejak 1989 dan terbukti efektif dan
atau lebih yang mempengaruhi kesehatan. aman mengurangi morbiditas, menurunkan
Dalam beberapa dekade, penyakit ginjal biaya perawatan di rumah sakit dan
ditandai dengan adanya penurunan kliren meningkatkan kualitas hidup pasien.
kreatinin menjadi kurang dari 50 mL/menit Peningkatan Hb > 1 g% diperkirakan
(0,83 mL/s)1–3. Penelitian Global Burden of merupakan terapi EPO yang paling optimal
Disease pada tahun 2010 menyebutkan bahwa pada akhir minggu kedua dan jika target Hb
penyakit ginjal kronis berada diurutan 27 sudah tercapai maka perlu dilakukan
penyebab kematian di dunia dan menjadi monitoring setiap satu bulan sekali 10.
urutan ke-18 pada tahun 2010 4. Penyakit ginjal Pertimbangan penggunaan obat dalam
kronik juga dapat menyebabkan adanya pengobatan suatu penyakit selain memenuhi
penurunan fungsi ginjal yang berpengaruh syarat efektivitas dan keamanan juga
dalam proses eritropoesis yang menyebabkan memperhitungkan aspek farmakoekonomi 11.
terjadinya anemia, hipertensi maupun edema. Terapi anemia pada pasien dengan penyakit
Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit ginjal kronis dilakukan secara kontinyu untuk
ginjal kronik. Anemia merupakan keadaan menghambat progresivitas dan meningkatkan
dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin kualitas hidup pasien. Farmakoekonomi
(Hb) dalam sel darah merah yang berfungsi sangat penting dalam upaya mencari sistem
untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh pengobatan yang efisien, mulai dari diagnosis,
sehingga kebutuhan oksigen jaringan tidak penanganan pasien hingga penggunaan obat
terpenuhPada penyakit ginjal kronik, anemia dengan harga terjangkau 12. Terdapat
memberikan kontribusi bermakna terhadap beberapa jenis eritropoetin (EPO) yang
gejala, progresivitas, rawat inap, cognitive digunakan untuk terapi anemia diantaranya
impairment, komplikasi kardiovaskuler pada EPO α dan EPO β. Belum terdapat laporan
pasien serta kematian 5. Prevalensi anemia yang menyatakan terdapat perbedaan klinis
meningkat seiring meningkatnya stage yang sangat signifikan antara EPO α dan EPO
penyakit ginjal kronik, pada stage 1 sebesar β, namun perbedaan dalam beberapa sistem
8,4% menjadi 53,4% pada stage 5. Sebanyak analisis menyarankan bahwa ada kebutuhan
22,8% pasien penyakit ginjal kronik dirawat untuk memisahkan standar internasional
akibat anemia sebelum terdiagnosis anemia, pada kedua tipe EPO tersebut.
14,6% pasien pada penyakit ginjal kronik stage Penelitian Insani dkk pada pasien
1-2 dan 26,4% pada pasien stage 3-4 6. hemodialisis dengan terapi anemia
Patofisiologi anemia pada penyakit menunjukkan bahwa terapi EPO efektif
ginjal kronik bersifat multifaktor. Faktor meningkatkan kadar RBC, Hb, Hct dan MCV
utama yang berperan yaitu insufisiensi pada pasien anemia hemodialisis13. Penelitian
produksi dari hormon eritropoetin endogen. Omrani dkk menyatakan bahwa tidak
Kontribusi dari defisiensi EPO semakin besar terdapat perbedaan statistik secara signifikan
dengan semakin menurunnya nilai laju filtrasi kenaikan nilai Hb pada pasien dengan terapi
glomerulus 7. Defisiensi besi sering terjadi EPO alfa dan EPO beta 14. Penelitian
pada pasien dengan penyakit ginjal kronik Azmandian dkk menyebutkan bahwa EPO
sehingga dapat menyebabkan anemia beta dapat mempertahankan dan mencapai
dan terjadi hyporesponsiveness terhadap target level Hb yang lebih efektif
eritropoetin, sehingga diperlukan terapi dibandingkan dengan EPO alfa. Pada
untuk mengoptimalkan eritropoesis 8. penelitian tersebut, dilakukan perbandingan
Penatalaksanaan anemia mengalami biaya dimana diperkirakan bahwa biaya
perkembangan yang pesat, dengan semakin tahunan pasien dengan EPO alfa sekitar 2,5

JMPF Vol 12(3), 2022 165


Cost Effectiveness Analysis (CEA) Strategi Terapi Anemia Pada Pasien

kali lebih besar dibandingkan pada pasien bulan. Sampel penelitian harus memenuhi
dengan EPO beta. Perbedaan ini merupakan kriteria inklusi berupa pasien dengan usia >18
indikasi bahwa terdapat perbedaan total biaya tahun (usia dewasa dan usia lanjut), pasien
pada terapi kedua EPO tersebut. Penggunaan penyakit ginjal kronik stage 4 dan 5 yang
EPO beta berpotensi menurunkan biaya terapi menjalani rawat jalan dan hemodialisis rutin
bagi pasien maupun pembayar pada terapi minimal selama 3 bulan dengan kondisi yang
anemia pasien PGK 15. Penelitian Widianti stabil, pasien dengan diagnosis anemia
menunjukkan penggunaan epoetin beta normositik normokromik dan mendapatkan
(Recormon®) memiliki efektivitas yang lebih terapi anemia berupa eritropoetin, tersedia
tinggi dalam peningkatan Hb sebesar 56,41%. data rekam medis dan rekap keuangan yang
Berdasarkan nilai CER dan tabel efektivitas- lengkap untuk dilakukan penelitian. Kriteria
biaya Recormon® adalah pilihan terapi yang eksklusi pada penelitian berupa pasien
lebih cost-effective 12. anemia karena penyebab lain (kehilangan
Perbedaan penelitian ini dibandingkan darah yang cukup banyak, dan keganasan).
dengan penelitian yang sudah dilakukan di RS Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan
PKU Muhammadiyah Yogyakarta yaitu persetujuan ethical clereance dari FK-KMK
penelitian ini dilakukan pada pasien PGK UGM dengan nomor KE/FK/0091/EC/2021
dengan anemia normokromik normositik dan dan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
dilakukan analisis efektivitas biaya terhadap dengan nomor 00203/KT.7.4/VIII/2021. Besar
terapi anemia pada pasien PGK stage 4 dan 5 minimal sampel yang memenuhi kriteria
dengan epoetin berdasarkan target kadar Hb. inklusi diperoleh berdasarkan perhitungan
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi apakah rumus untuk penelitian cohort sebesar 87
terdapat perbedaan efektivitas dan biaya sampel setiap kelompok 16. Dari 139 pasien
terapi epoetin beta dibandingkan epoetin alfa PGK menggunakan epoetin yang menjalani
berdasarkan ketercapaian nilai Hb serta hemodialisa rutin, terdapat 26 yang tidak
berapakah nilai ICER untuk pencapaian target memenuhi kriteria inklusi.
Hb pada terapi epoetin beta dibandingkan Pencatatan data selama 3 bulan periode
epoetin alfa pada pasien hemodialisis di RS penelitian berupa nama pasien, nomor rekam
PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pada medis, tanggal lahir, jenis kelamin, frekuensi
penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hemodialisis setiap bulan, terapi yang
perbedaan efektivitas dan biaya terapi antara diperoleh setiap bulan, komorbid, dan data
terapi epoetin beta dan epoetin alfa pada laboratorium yang mendukung penelitian
terapi anemia pasien PGK dengan yaitu nilai pemeriksaan darah yang meliputi
hemodialisa berdasarkan pencapaian target nilai Hb dan nilai fungsi ginjal yaitu ureum
Hb dan untuk mengevaluasi nilai ICER untuk dan kreatinin yang dilakukan setiap awal
pencapaian target Hb pada terapi epoetin beta bulan selama 3 bulan penelitian. Rekap
dibandingkan epoetin alfa. keuangan pasien berupa biaya medis
langsung yang meliputi yang meliputi biaya
METODOLOGI administrasi setiap hemodialisis dan kontrol
Penelitian ini dilakukan secara selama 3 bulan, biaya konsultasi dengan
observasional-analitik dengan desain dokter spesialis saat kontrol selama 3 bulan,
penelitian cohort retrospektif. Pengumpulan biaya tindakan hemodialisis selama 3 bulan,
data dilakukan secara retrospektif biaya pemeriksaan laboratorium dan biaya
berdasarkan catatan medis pada pasien obat dalam waktu 3 bulan.
penyakit ginjal kronik dengan anemia yang Pengukuran outcome klinik yaitu nilai
menjalani hemodialisis di RS PKU Hb dan Hct dalam 3 bulan. Analisis rata-rata
Muhammadiyah Yogyakarta secara purposive nilai Hb setiap kelompok dan nilai rata-rata
nonrandom sampling pada pasien dengan PGK kenaikan Hb pada setiap kelompok dilakukan
periode Januari – Desember 2020 selama 3 uji independent sample t-test untuk mengetahui

166 JMPF Vol 12(3), 2021


Nurfina Dian K, et al

ada tidaknya perbedaan rata-rata nilai Hb dan tidak terdistribusi normal maka selanjutnya
rata-rata kenaikan Hb jika data terdistribusi dilakukan analisis Mann Whitney U Test
normal dan uji Mann Whitney test jika data sedangkan jika data terdistribusi normal
terdistribusi tidak normal. Penilaian dilakukan dengan Uji Independent T test.
pencapaian target yaitu jika nilai Hb > 10g/dl Terdapat beberapa data yang dianalisis
dan HCT >30%. Uji Chi Square dilakukan dengan uji Chi Square. Proporsi subyek
dengan membandingkan capaian target penelitian dikatakan berbeda signifikan jika
Hb dan Hct dari terapi epoetin. Analisis nilai p<0.05. Hasil analisis karakteristik subjek
efektivitas biaya dilakukan dengan penelitian dapat dilihat pada tabel I.
menganalisis rasio efektivitas biaya yang Berdasarkan hasil analisis statistik pada kedua
diperoleh dari rata-rata biaya penggunaan kelompok diperoleh tidak terdapat perbedaan
(Rp) dibagi dengan % efektivitas (% pada signifikan secara statistik pada variabel jenis
pasien yang mencapai target terapi kelamin, usia, frekuensi hemodialisis, dan
anemia) dalam jangka waktu 3 bulan.. Analisis komorbid.
ICER dilakukan dengan membandingkan Pada kedua kelompok persentase
selisih biaya medis langsung dengan selisih pasien laki-laki lebih dominan dibandingkan
outcome atau efek dalam hal ini berupa perempuan. Hal ini sama dengan dengan
persentase pasien yang mencapai target terapi beberapa penelitian sebelumya dimana
anemia. persentase pasien laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Penelitian
Sihombing menunjukkan persentase laki-laki
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik pasien sebanyak 54,02% dan Murtisiwi menunjukkan
Pasien yang memenuhi kriteria inklusi persentase laki-laki sebanyak 59,4% 18,19. Jenis
sebanyak 96 pasien menggunakan epoetin alfa kelamin merupakan prediktor yang tidak
dan 17 pasien menggunakan epoetin beta. dapat diprediksi terkait risiko inisiasi dan
Sedikitnya pasien yang menggunakan epoetin progresi PGK. Laki-laki lebih mungkin untuk
beta (Recormon®) disebabkan adanya mencapai gagal ginjal lebih cepat daripada
kebijakan dari RS yang merekomendasikan perempuan sehingga laki-laki digunakan
penggunaan epoetin yaitu epoetin alfa. Hal sebagai faktor risiko untuk memprediksi
tersebut dapat disebabkan Recormon® waktu yang lebih cepat dalam mencapai gagal
merupakan epoetin pertama yang ginjal. Penurunan nilai GFR pada perempuan
mencantumkan keterangan pada proses lebih lambat dibandingkan laki-laki dapat
pembuatannya bersinggungan dengan bahan dipengaruhi oleh tekanan darah sistolik
bersumber babi sehingga terdapat kebijakan perempuan cenderung lebih rendah 10 mmHg
RS untuk menjamin kehalalan pengobatan dibanding laki-laki. Tekanan darah
yang digunakan oleh pasien dengan merupakan penentu perburukan PGK.
merekomendasikan epoetin alfa. Adanya Perempuan dihubungkan dengan progresi
kebijakan tersebut menjadikan pasien yang yang lebih lambat, proteksi ginjal dan luaran
menggunakan epoetin beta sangatlah sedikit, yang lebih baik dibanding laki-laki. Adaya sex
berdasarkan Arikunto apabila subjek dimorphic adipokine dan adiponectin dikaitkan
penelitian kurang dari 100, maka seluruh dengan penurunan fungsi ginjal pada pria,
populasi dapat menjadi sampel penelitian tetapi tidak pada wanita 20,21. Usia subyek
sehingga adanya perbedaan jumlah sampel ini penelitian didominasi oleh pasien dengan usia
masih dapat diterima untuk dilakukan 18-59 tahun sebanyak 68% pada kelompok
penelitian17. Karakteristik subyek penelitian epoetin alfa dan 76% pada epoetin beta. Studi
ini adalah usia, jenis kelamin, frekuensi epidemiologis menunjukkan peningkatan
hemodialisa, dan jumlah komorbid. Uji prevalensi penurunan GFR, peningkatan
normalitas pada semua data penelitian ACR, meningkatnya faktor risiko CVD pada
dilakukan dengan uji Shapiro Wilk, jika data pasien geriatri 22. Berdasarkan data USRDS

JMPF Vol 12(3), 2022 167


Cost Effectiveness Analysis (CEA) Strategi Terapi Anemia Pada Pasien

Tabel I. Karakteristik Pasien PGK yang menjalani hemodialisa rutin

EPO beta EPO alfa


Karakteristik p value
n(=96) % n(=17) %
Laki-laki 10 58,82 56 58,33
Jenis kelamin 0,97
Perempuan 7 41,18 40 41,67
18-60 tahun 13 76,47 65 67,71
Usia 0,471
> 60 tahun 4 23,53 31 32,29
Frekuensi HD/ 2x 16 94,12 88 91,67
0,731
minggu 3x 1 5,88 8 8,33
<3 6 35, 29 24 25,00
Skor CCI 3-5 11 64,71 65 67,71 0,88
>5 0 0,00 7 7,29
≤3 16 94,12 87 90,63
Komorbid 0,64
>3 1 5,88 9 9,38%

* Charson Comorbid Index; ** Uji Chi-Square tidak signifikan secara statistik (p>0,05)

2020, kejadian PGK meningkat 4 kali lebih dengan kurang 3 komorbid. Komorbid dapat
umum pada usia lebih dari 65 tahun mempengaruhi luaran klinis dan biaya terapi
dibandingkan individu yang lebih muda. pada pasien. Berdasarkan tabel II, hipertensi,
Pada usia ≥ 40 tahun akan terjadi penurunan diabetes melitus, dan gangguan
jumlah nefron fungsional sebesar ±10% setiap kardiovaskuler merupakan komorbid yang
sepuluh tahunnya akibat nefrosklerosis dan paling banyak terjadi. Komorbid pada
glomerulosklerosis 23,24. penelitian tidak memiliki perbedaan
Hemodialisis dapat dilakukan dengan signifikan secara statistik pada kedua
frekuensi 3x per minggu dengan durasi 4-5 kelompok tersebut. Hipertensi merupakan
jam. Hemodialisis dapat mengontrol anemia komplikasi dan penyebab utama dari PGK.
dengan lebih baik. Di Indonesia frekuensi Hipertensi dapat merusak ginjal secara
hemodialisis dibatasi 2x per minggu oleh BPJS progresif. Berdasarkan NHANES peningkatan
untuk membatasi pengeluaran biaya dan serum kreatinin lebih tinggi pada pasien
pemerataan pelayanan hemodialisis. Pada hipertensi dibandingkan pasien non
pasien PGK umumnya memiliki komorbid hipertensi.
tambahan yang merupakan faktor penting Prevalensi hipertensi pada CKD 60-90%
pada hasil akhir atau outcome pasien. tergantung pada keparahan PGK dan
Komorbid dapat mempengaruhi terapi, biaya penyebabnya. Sekitar 50-70% pasien dengan
medis maupun luaran klinis dari pasien. CCI GFR <60 ml/min/1,73 m2 atau CKD stage 3-5
dapat digunakan untuk memprediksi hasil mengalami hipertensi. Tekanan darah yang
klinis dari pasien dengan ESRD dan tingkat tinggi dan hipertensi yang tidak terkontrol
mortalitas pada pasien yang menjalani dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan
hemodialisis secara sederhana dan efektif 25. glomerulus dan risiko lebih tinggi terjadinya
Usia, PGK, dan cardiovascular disease morbiditas kardiovaskuler dan kematian.
merupakan kontributor utama pada skor CCI Kerusakan dalam jangka panjang dapat
dalam penelitian ini. Pasien dengan skor 3 mengakibatkan PGK dan hipertensi.
memiliki 77% survival rate dalam 10 tahun Mekanisme hipertensi pada PGK dapat terjadi
sedangkan pasien dengan skor 5 memiliki 21% akibat volume cairan yang berlebihan,
survival rate dalam 10 tahun 26. Karakteristik aktivitas simpatis yang berlebihan, retensi
komorbid pada kedua kelompok didominasi garam, disfungsi endotel dan perubahan

168 JMPF Vol 12(3), 2021


Nurfina Dian K, et al

Tabel II. Jenis komorbid pasien PGK yang menjalani hemodialisis rutin

EPO beta EPO alfa


Komorbid
n (=17) % n (=96) %
Hipertensi 14 82,35 68 70,83
DM 4 23,53 29 30,21
CHF 3 17,65 8 8,33
Angina Pectoris 2 11,76 1 1,04
Heart Disease 1 1,04
COPD 1 1,04
CHD 3 3,13
Hiperkolesterolemia 2 2,08
Hiperurecemia 4 4,17
Chronic NS 1 1,04
IHD 3 3,13
Asma 1 1,04

DM= Diabetes melitus; CHF= Congestive heart failure; COPD= Chronic obstructive pulmonary disease;
CHD= Coronary heart disease; NS= Nephrotic syndrome; IHD= Ischemic heart disease

dalam sistem hormonal yang mengatur sehingga meningkatkan risiko terjadinya


tekanan darah 27–29. Di Amerika, diabetes serangan jantung, gagal jantung kongestif dan
menjadi penyebab utama ESRD. Komplikasi stroke32. Perburukan fungsi ginjal dapat
mikrovaskuler ini berkembang sekitar 30% mengakibatkan perburukan fungsi jantung.
pada pasien dengan DM tipe 1 dan 40% pada Pasien PGK dapat mengalami gagal jantung
pasien dengan DM tipe 2. Kontrol gula darah akibat efek metabolisme progresivitas PGK.
yang baik telah terbukti memperlambat CKD Pasien PGK terjadi peningkatan risiko
dan CVD. Kontrol gula darah yang gangguan kardiovaskuler yang dapat
buruk merupakan prediktor independen bermanifestasi sebagai penyakit arteri
berkembangnya proteinuriadengan atau koroner, gagal jantung, aritmia dan cardiac
tanpa ESRD. Berdasarkan penelitian, kontrol arrest. Insiden dan prevalensi kejadian
gula darah secara intensif pada saat awal PGK kardiovaskuler meningkat secara signifikan
menunjukkan efek menguntungkan jangka pada PGK lanjutan (CKD stage IV dan V) dari
panjang pada risiko perkembangan PGK. pada awal PGK (CKD stage I-III) dibandingkan
Penurunan sensitivitas insulin pada jaringan dengan populasi umum 33.
perifer (resistensi insulin) pada pasien PGK
menyebabkan gangguan pada metabolisme Luaran klinis terapi anemia
glukosa. Hati dan ginjal merupakan organ Outcome klinis pada penelitian
penting dalam proses eliminasi insulin 30,31. berdasarkan perubahan nilai Hb setelah
Nilai eritrosit yang rendah pada pasien penggunaan epoetin selama 3 bulan. Epoetin
PGK dengan anemia dapat memicu jantung yang digunakan di RS PKU Muhammadiyah
bekerja lebih keras dan terjadi pelebaran Yogyakarta untuk terapi anemia pada pasien
ventrikel kiri jantung. Pada pasien CKD PGK yaitu Hemapo® yang mengandung
dengan anemia oksigen yang masuk pada epoetin alfa 3000 IU atau Recormon® yang
jaringan dan organ lebih sedikit sehingga mengandung epoetin beta 2000 IU. Terapi
meningkatkan risiko kerusakan jantung. anemia dengan epoetin pada pasien dengan
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan Hb 10-12g/dl dapat menurunkan resiko
ginjal melepas enzim renin secara berlebihan terjadinya CVD pada pasien dengan

JMPF Vol 12(3), 2022 169


Cost Effectiveness Analysis (CEA) Strategi Terapi Anemia Pada Pasien

Tabel III. Ketercapaian target terapi anemia pada pasien hemodialisis rutin

Kategori Epo beta (n=17) Epo alfa (n=96) p value*


Mencapai target 2 (11,76%) 10 (10,42%)
0,896
Tidak mencapai target 15 (88,24%) 86 (89,58%)

*uji Chi-Square tidak signifikan secara statistik (p>0,05)

Tabel IV. Rata-rata kenaikan nilai Hb pada pasien yang mencapai target terapi anemia

Kelompok Rata-rata kenaikan Hb (g/dl) P value*


Epo beta 0,46 ± 1,17
0,726
Epo alfa 0,41± 1,13

*uji Mann Whitney U Test tidak signifikan secara statistik (p>0,05)

hipertensi, diabetes melitus, dan gagal jantung sejalan dengan penelitian Widianti yang
kongestif. Terapi anemia pada PGK menyebutkan bahwa terjadi peningkatan nilai
menggunakan epoetin berdasarkan Hb sebesar 56,41% pada pasien epoetin beta
PERNEFRI diharapkan dapat mencapai target dan 54% pada pasien dengan epoetin alfa.
10-11 g/dl. Rata-rata peningkatan Hb pada kelompok
Berdasarkan tabel III, pada kelompok epoetin beta sebesar 1,02 g/dl sedangkan
epoetin beta persentase pasien yang mencapai epoetin alfa sebesar 0,76 g/dl. Peningkatan
target terapi lebih baik dibandingkan pada nilai Hb bergantung pada variasi respon
kelompok epoetin alfa. Terdapat 11,76% individual terhadap penggunaan epoetin 12.
pasien mencapai target terapi dalam 3 bulan. Pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis
Target terapi yang tidak tercapai dengan anemia selain terapi epoetin sebagai
kemungkinan dapat terjadi akibat adanya terapi utama, diberikan terapi anemia lainnya
penurunan nilai TSAT dan nilai ferritin pada sebagai kombinasi. Obat yang digunakan
pasien. Adanya penurunan nilai besi pada sebagai terapi anemia lainnya pada penelitian
pasien PGK dapat menurunkan efektifitas ini terdapat pada tabel V.
penggunaan epoetin8. Tidak semua pasien Umumnya sebagian besar pasien PGK
PGK di RS PKU dilakukan pemeriksaan status mendapatkan asam folat sebagai anti anemia
besi secara rutin sehingga tidak dapat lainnya akibat berkurangnya asam folat saat
dilakukan pencegahan penurunan efektifitas hemodialisis. Asam folat dan vitamin yang
terapi epoetin akibat status besi yang rendah larut air seperti vitamin b kompleks ikut
secara optimal. Adanya komorbid dapat terbuat bersama cairan hemodialisis. Asam
mempengaruhi respon terhadap epoetin. folat dan vitamin B kompleks sebagai terapi
Komorbid dapat menyebabkan hipo-responsif kombinasi yang dapat meningkatkan
ESA. Adanya peningkatan fibrosis sumsum optimalisasi epoetin belum terdapat bukti
tulang belakang dan efek hormonal dapat yang cukup, namun pemberian kedua obat
menyebabkan penghambatan pada proses tersebut dapat direkomendasikan untuk
eritropoesis34. Nilai Hb selama 3 bulan memenuhi nutrisi pada pasien PGK 35.
pemberian epoetin dapat dilihat pada tabel IV. Pemberian asam folat pada pasien PGK dapat
Pada pasien yang mencapai target menurunkan homosistein yang meningkat 36.
terapi dapat dilihat rata-rata kenaikan Hb Pada guideline Red Blood Cell Transfusion
pasien dengan epoetin beta memiliki merekomendasikan pemberian transfusi pada
peningkatan yang lebih besar dibandingkan pasien yang disesuaikan dengan situasi klinik
dengan kelompok epoetin alfa. Hal ini pasien. pasien dengan nilai Hb ≤ 7 mg/dL

170 JMPF Vol 12(3), 2021


Nurfina Dian K, et al

Tabel V. Terapi anemia lainnya yang digunakan pada penelitian

Epo beta Epo alfa


Terapi anemia p value*
n = 17 (%) n = 96 (%)
Asam folat 17(100,00%) 81(84,38%) 0,121
Vitamin B complex 1(5,88%) 11(11,46%) 0,69
Nefrover®/ Venofer® (Besi Sukrosa iv) 3(17,65%) 15(15,63) 0,733
Transfusi darah 3(17,65) 22 (22,92) 0,76

*uji Chi-Square tidak signifikan secara statistik (p>0,05)

sangat direkomendasikan untuk dilakukan pasien menjalani hemodialisis, semakin


PRC Transfusion. Satu kantong RBC dapat banyak komplikasi yang dapat terjadi dan
meningkatkan Hb ~1 g/dl dan HCT ~3% 37. memerlukan biaya tambahan untuk
Pada penelitian ini persentase pasien yang mengatasi komplikasi tersebut 38. Pada
membutuhkan transfusi darah pada penelitian ini dilakukan cost effectiveness
kelompok epoetin beta lebih rendah analysis untuk mengukur biaya terapi anemia
dibandingkan kelompok epoetin alfa. dalam rupiah dengan outcome klinis berupa
ketercapaian target nilai Hb yang
Cost Effectiveness Analysis Penggunaan menunjukkan perbaikan kesehatan.
Eritropoetin Pada tabel VI, tidak terdapat perbedaan
Komponen biaya yang dianalisis berupa pada komponen biaya hemodialisis, biaya
biaya administrasi, biaya konsultasi dengan laboratorium dan biaya obat. Biaya
dokter spesialis, biaya tindakan hemodialisis, penggunaan epoetin pada kedua kelompok
biaya pemeriksaan laboratorium dan biaya tersebut berdasarkan analisis statistik tidak
obat selama 3 bulan terapi . Rata-rata biaya terdapat perbedaan signifikan. Kelompok epo
tiap bulan pada kedua kelompok disajikan beta memiliki biaya epoetin yang lebih mahal
pada tabel VI. Uji normalitas data rata-rata namun biaya secara keseluruhan tidak
rincian biaya medic langsung terapi anemia menjadikan biaya terapi kelompok epo beta
pasien hemodialisis dilakukan dengan uji lebih mahal dibandingkan kelompok epo alfa.
Shapiro Wilk diperoleh data tidak terdistribusi Hal ini dapat disebabkan pada kelompok epo
normal, dan selanjutnya dilakukan analisis beta membutuhkan epoetin yang lebih sedikit
Mann Whitney U Test. Hasil analisis perbedaan dibandingkan pada kelompok epo alfa dalam
biaya pada kedua kelompok diperoleh nilai p mencapai target terapi dan mempertahankan
sebesar 0,091 sehingga dapat disimpulkan nilai Hb dalam rentang terapi. Target terapi
bahwa kedua rata-rata biaya tersebut tidak yang tidak tercapai dan ketidakstabilan nilai
terdapat perbedaan signifikan. Hb pada kelompok epo alfa menyebabkan
Berdasarkan tabel VI, biaya yang paling peningkatan kebutuhan epoetin. Semakin
besar pada kedua kelompok yaitu biaya banyak epoetin yang digunakan berdampak
hemodialisis. Hasil ini sejalan dengan pula pada meningkatnya biaya epoetin pada
penelitian sebelumnya oleh Lcks dan Roggeri kelompok epo alfa. Adanya komorbid dapat
yang menyatakan bahwa pada pasien dengan mempengaruhi biaya medik langsung pada
hemodialisis biaya yang paling besar yaitu pasien PGK. Banyaknya komorbid sejalan
biaya hemodialisis itu sendiri. Biaya dengan semakin tingginya biaya terhadap
pengobatan anemia pada PGK dengan terapi terapi yang diperlukan untuk mengatasi
epoetin, suplementasi zat besi, dan transfusi komorbid tersebut 38.
darah berdasarkan pada target Hb, jenis dan Nilai ICER yang diperoleh sebesar Rp -
dosis EPO, harga pengobatan anemia dan 125.966 yang artinya terdapat penghematan
komplikasi yang menyertainya. Semakin lama biaya sebesar Rp 125.966,- untuk

JMPF Vol 12(3), 2022 171


Cost Effectiveness Analysis (CEA) Strategi Terapi Anemia Pada Pasien

Tabel VI. Rata-rata rincian biaya medik langsung terapi anemia pasien hemodialisis pada
kedua kelompok dalam 1 bulan

Biaya Epo beta Epo alfa p value


Hemodialisis 5.267.294 ± 685.176 5.315.917 ± 841.409 0,845*
EPO 1.005.365 ± 112.380 1.017.188 ± 102.018 0,668**
Laboratorium 278.104 ± 70.128 276.382 ± 70.006 0,926*
Obat 416.388 ± 856.321 523.015 ± 937.749 0,618*
Total 6.965.429 ± 1.078.790 7.134.223 ± 1.464.042 0,091*

*uji Mann Whitney U Test tidak signifikan secara statistik (p>0,05); **uji Independent T-test tidak
signifikan secara statistik (p>0,05)

Tabel VII. Perhitungan nilai ICER dan analisis sensitivitas pada pasien PGK
hemodialisis rutin RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 2020

Epo Biaya Medik Langsung % Efektivitas ICER


Epo beta 6.965.429 11,76 -125.966
Epo alfa 7.134.223 10,42
Analisis Sensitivitas Nilai ICER Baru Selisih ICER
Biaya (Epo beta min) -931.033 846.636
Biaya (Epo beta max) 679.101 -763.498
Biaya (Epo alfa min) 966.603 -1.051.000
Biaya (Epo alfa max) -1.218.534 1.134.137

meningkatkan 1% ketercapaian target terapi lebih variabel penelitian. Terdapat nilai ICER
nilai Hb> 10g/dl. Berdasarkan hasil penelitian yang negatif selain pada nilai base case yaitu
Widianti yang menyebutkan bahwa epo beta pada biaya epoetin alfa maksimal dan pada
memiliki nilai rasio efektivitas biaya lebih biaya epoetin beta minimal. Nilai ICER
kecil dibandingkan epo alfa. Epoetin beta menunjukkan nilai positif pada perhitungan
memiliki harga yang lebih mahal biaya epoetin alfa minimal dan pada biaya
dibandingkan dengan epoetin alfa, akan tetapi epoetin beta maksimal. Adanya retang yang
tidak membuat biaya pasien dengan epoetin besar pada nilai ICER baru dapat disebabkan
beta menjadi lebih tinggi. Hal ini dapat karena adanya jumlah pasien yang berbeda
disebabkan pasien dengan epoetin beta pada kedua kelompok sehingga dapat
memiliki efektivitas mencapai target terapi mempengaruhi standar devisiasi perhitungan
anemia yang lebih tinggi dan menjaga nilai Hb biaya medis langsung dan adanya komponen
stabil dalam rentang target terapi biaya yang memiliki variasi yang lebar yaitu
dibandingkan epoetin alfa. Nilai Hb yang biaya hemodialisis dan biaya obat.
tidak stabil dapat mengakibatkan perlunya Keterbatasan dalam penelitian ini
penambahan biaya untuk mempertahankan berupa jumlah sampel yang tidak
nilai Hb dalam rentang target terapi. proporsional antar kedua kelompok penelitian
Analisis sensitivitas bertujuan untuk sehingga dapat berpeluang terjadinya
memperhitungkan ketidakpastian yang overestimate dan kurang representatif dalam
umum terjadi pada evaluasi ekonomi penelitian, tidak dilakukan penilaian outcome
kesehatan karena pada praktik klinis terdapat klinik berupa nilai Hct dikarenakan tidak
berbagai macam variasi. Perhitungan semua pasien dilakukan pemeriksaan nilai
dilakukan dengan memodifikasi satu atau Hct secara rutin setiap bulannya. Tidak

172 JMPF Vol 12(3), 2021


Nurfina Dian K, et al

diketahuinya durasi pemakaian epoetin dan 2021;78(3):442-458.


tidak dilakukan identifikasi interaksi antar 4. KEMENKES RI. Profil Kesehatan
terapi yang diperoleh oleh pasien sehingga Indonesia 2013. Published 2013.
tidak dapat diketahui pengaruh interaksi obat Accessed March 24, 2021.
terhadap luaran klinik. https://pusdatin.kemkes.go.id/resource
s/download/pusdatin/profil-kesehatan-
KESIMPULAN indonesia/profil-kesehatan-indonesia-
Dari penelitian ini dapat disimpulkan 2013.pdf
ketercapaian target terapi anemia Hb ≥ 10 5. Babitt JL, Lin HY. Mechanisms of
mg/dl pada kelompok epoetin beta lebih baik Anemia in CKD. JASN.
dibandingkan kelompok epoetin alfa. Nilai 2012;23(10):1631-1634.
rata-rata peningkatan kadar Hb setiap bulan 6. Stauffer ME. Prevalence of Anemia in
pada kelompok epoetin beta lebih tinggi Chronic Kidney Disease in the United
dibandingkan kelompok epoetin alfa.Total States. Published online 2014.
biaya pada kelompok epoetin beta lebih 7. Cheung AK, Chang TI, Cushman WC, et
rendah dibandingkan pada kelompok epoetin al. KDIGO 2012 Clinical Practice
alfa namun tidak berbeda secara statistik. Guideline for Anemia in Chronic
Epoetin beta lebih cost effective dibandingkan Kidney Disease. Published online
dengan epoetin alfa sebagai terapi anemia 2012:64.
pada pasien PGK dengan hemodialisis di RS 8. Cases A, Egocheaga MI, Tranche S, et al.
PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Anemia of chronic kidney disease:
Januari - Desember 2020. Protocol of study, management and
referral to Nephrology. Nefrología
UCAPAN TERIMAKASIH (English Edition). 2018;38(1):8-12.
Penulis mengucapkan terimakasih 9. PERNEFRI. Konsensus Manajemen
kepada Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Anemia Pada Penyakit Ginjal Kronik.
Mada khususnya Prodi Magister Farmasi Published online 2011.
Klinik dan segenap staf RS PKU 10. Somvanshi S, Khan NZ, Ahmad M.
Muhammadiyah Yogyakarta atas izin, Anemia in chronic kidney disease
masukan, dukungan dan bantuan yang patients. Clinical Queries: Nephrology.
diberikan dalam penelitian ini. 2012;1(3):198-204.
11. Trisna Y. Aplikasi Farmakoekonomi.
DAFTAR PUSTAKA Published 2016. Accessed March 16,
1. Marriott J, Cockwell P, Stringe S. 2021. http://iai.id/news/artikel/aplikasi-
Chronic Kidney Disease and End-Stage farmakoekonomi
Renal Disease. In: Whittlesea C, Hodson 12. Widianti C, Anggriani Y, Kusumaeni T,
K, eds. Clinical Pharmacy and Meila O. Analisis Efektivitas Biaya
Therapeutics. Sixth edition. Elsevier; Penggunaan Eritropoetin (HEMAPO®,
2019:294-316. EPOTREX®, RECORMON®) Pada
2. Sowinski KM, Churchwell MD, Decker Pasien Hemodialisis Di RSUP
BS. Chronic Kidney Disease. In: DiPiro Persahabatan. Published online 2018:5.
JT, ed. The 11th Edition of 13. Insani N, Manggau MA, Kasim H.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Analisis Efektivitas Terapi Pada Pasien
Approach. Eleventh edition. McGraw Anemia Gagal Ginjal Hemodialisis Di
Hill Medical; 2020:1904-1991. Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo
3. Vondracek SF, Teitelbaum I, Kiser TH. Makassar. MFF. 2018;22(1):13-15.
Principles of Kidney Pharmacotherapy 14. Omrani HR, Golmohhamadi S,
for the Nephrologist: Core Curriculum Hashemian AH, Vaysmoradi AZ,
2021. American Journal of Kidney Diseases. Safari-Faramani R. Therapeutic efficacy

JMPF Vol 12(3), 2022 173


Cost Effectiveness Analysis (CEA) Strategi Terapi Anemia Pada Pasien

of erythropoietin alfa and Department of Health and Human Services,


erythropoietin beta in hemodialysis; a Centers for Disease Control and Prevention.
randomized controlled trial. J Renal Inj Published online 2021:4.
Prev. 2018;8(1):44-49. 24. USRDS. Unites States Renal Data
15. Azmandian J, Abbasi MR, Pourfarziani System Annual Data Report 2020.
V, et al. Comparing Therapeutic USRDS. Published 2020. Accessed
Efficacy and Safety of Epoetin Beta and December 6, 2021. https://adr.usrds.org/
Epoetin Alfa in the Treatment of 25. Chae JW, Song CS, Kim H, Lee KB, Seo
Anemia in End-Stage Renal Disease BS, Kim DI. Prediction of Mortality in
Hemodialysis Patients. Am J Nephrol. Patients Undergoing Maintenance
2018;48(4):251-259. Hemodialysis by Charlson Comorbidity
16. Lemeshow S, Hosmer Jr DW, Klar J, Index Using ICD-10 Database. Nephron
Lwanga SK, eds. Adequacy of Sample Size Clin Pract. 2010;117(4):379-384.
in Health Studies. Published on behalf of 26. MDCalc. Charlson Comorbidity Index
the World Health Organization by (CCI). MDCalc. Published 2021.
Wiley; Distributed in the U.S.A., Accessed December 7, 2021.
Canada, and Japan by Liss; 1990. https://www.mdcalc.com/charlson-
17. Arikunto S. Pengembangan Instrumen comorbidity-index-cci
Penelitian Dan Penilaian Program. 27. Ku E, Lee BJ, Wei J, Weir MR.
Pustaka Pelajar; 2017. Hypertension in CKD: Core Curriculum
18. Murtisiwi L. Perbandingan Kualitas 2019. American Journal of Kidney Diseases.
Hidup Pasien yang Menjalani 2019;74(1):120-131.
Hemodialisis dengan Terapi Epoetin 28. Pugh D, Gallacher PJ, Dhaun N.
Alfa dan Epoetin Beta di RS PKU Management of Hypertension in
Muhammadiyah Yogyakarta. jf. Chronic Kidney Disease. Drugs.
2019;4(1):25. 2019;79(4):365-379.
19. Sihombing JP. Cost Effectiveness 29. Sinha AD, Agarwal R. Clinical
Analysis Eritropoetin α Ddibandingkan Pharmacology of Antihypertensive
dengan Eritropoetin β Pada Pengobatan Therapy for the Treatment of
Anemia Pasien Penyakit Ginjal Kronik Hypertension in CKD. CJASN.
yang Menjalani Hemodialisa Rutin. 2019;14(5):757-764.
Universitas Gadjah Mada. Published 30. Alicic RZ, Rooney MT, Tuttle KR.
online 2019:202. Diabetic Kidney Disease: Challenges,
20. Brown LJ, Clark PC, Armstrong KA, Progress, and Possibilities. CJASN.
Liping Z, Dunbar SB. Identification of 2017;12(12):2032-2045.
Modifiable Chronic Kidney Disease 31. Hahr AJ, Molitch ME. Management of
Risk Factors by Gender in an African- Diabetes Mellitus in Patients With CKD:
American Metabolic Syndrome Cohort. Core Curriculum 2022. American Journal
Nephrol Nurs J. 2010;37(2):133-142. of Kidney Diseases. Published online
21. Carrero JJ. Gender Differences in September 2021:S0272638621007629.
Chronic Kidney Disease: 32. Segall L, Nistor I, Covic A. Heart Failure
Underpinnings and Therapeutic in Patients with Chronic Kidney
Implications. Kidney Blood Press Res. Disease: A Systematic Integrative
2010;33(5):383-392. Review. BioMed Research International.
22. International Society of Nephrology. 2014;2014:1-21.
Definition and classification of CKD. 33. Jankowski J, Floege J, Fliser D, Böhm M,
Kidney Int Suppl (2011). 2013;3(1):19-62. Marx N. Cardiovascular Disease
23. CDC. Chronic Kidney Disease in the in Chronic Kidney Disease:
United States 2021. Atlanta, GA: US Pathophysiological Insights and

174 JMPF Vol 12(3), 2021


Nurfina Dian K, et al

Therapeutic Options. Circulation. 36. Wells BG, DiPiro JT, Schwinghammer


2021;143(11):1157-1172. TL, DiPiro CV. Pharmacotherapy
34. Selim MFM, Lotfy EEM, Abd L, Handbook.; 2015.
Mohamed E, Zahran MH. Assessment 37. Carson JL, Guyatt G, Heddle NM, et al.
Of Erythropoietin Efficacy and Dosing Clinical Practice Guidelines From the
in Hemodialysis Patients. European AABB: Red Blood Cell Transfusion
Journal of Molecular & Clinical Medicine. Thresholds and Storage. JAMA.
2021;8(02):9. 2016;316(19):2025.
35. Inker LA, Astor BC, Fox CH, et al. 38. Yarnoff BO, Hoerger TJ, Simpson SA, et
KDOQI US commentary on the 2012 al. The Cost-Effectiveness of Anemia
KDIGO clinical practice guideline for Treatment for Persons with Chronic
the evaluation and management of Kidney Disease. PLOS ONE. Published
CKD. Am J Kidney Dis. 2014;63(5):713- online 2016:14.
735.

JMPF Vol 12(3), 2022 175

Anda mungkin juga menyukai