Anda di halaman 1dari 16

Efisiensi Pemberian Epoetin

Subkutan dibandingkan Intra Vena

dr. Harnavi Harun, SpPD – KGH, FINASIM


Sub Bagian Ginjal Hipertensi
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil PADANG
Terapi ESA
(Erythropoiesis Stimulating Agent)

 ESA merupakan standar terapi anemia pada pasien PGK.


 Koreksi anemia dengan ESA dapat memperlambat progresivitas
PGK, menurunkan morbiditas dan mortalitas serta memperbaiki
kualitas hidup.
 Waktu yang tepat untuk memulai terapi ESA dan penetapan
target Hb ditentukan berdasarkan :
1. Manfaat koreksi Hb
2. Efisiensi biaya
3. Dampak negatif yang berpotensi timbul akibat terapi ESA

Konsensus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik


PERNEFRI 2011
Kapan Terapi ESA Dimulai ?

 Terapi ESA diberikan bila :


 Hb < 10 g/dl
 Penyebab lain anemia sudah disingkirkan.
 Tidak ada anemia defisiensi besi absolut
 Tidak ada infeksi berat

 Kondisi yang perlu diperhatikan :


 Tekanan darah tinggi
 Hiperkoagulasi
Dosis dan Target Hemoglobin pada Terapi ESA

 Berat badan rata-rata pasien PGK di Indonesia adalah 50-60 kg


maka :
Dosis yang diberikan 80-150 IU/kg BB/minggu setara dengan
2000 – 5000 IU / kali HD.
 Target kenaikan Hb yang diharapkan :
0,5 – 1,5 g/dl dalam 4 minggu.
 Monitor Hb tiap 4 minggu.
 Bila Hb > 13 g/dl, hentikan pemberian ESA.
Cara Pemberian ESA

 ESA dapat diberikan secara subkutan maupun intra vena.

 Pemberian ESA subkutan lebih dianjurkan karena waktu paruh


lebih panjang sehingga dapat menghemat kebutuhan ESA.

 ESA subkutan dapat dilakukan sebelum, saat atau setelah HD


selesai.
Keuntungan Pemberian Epoetin
Subkutan dibandingkan Intra Vena

Administration of Epoetin
American Journal of Kidney Diseases, October 1997
Pemberian Epoetin Subkutan dibandingkan
dengan Intra Vena

Tahun 1997 sampai tahun 2000, pemberian epoetin sub kutan sedikit meningkat
dari 6.5% sampai 11.0% pasien.
Pada tahun 2005 turun menjadi 4.3%
Association of Erythropoietin Dose and Route of Administration
Clin J Am Soc Nephrol 10 : 1822 – 1830, October 2015
Perbandingan Dosis Epoetin
Subkutan dibandingkan Intra Vena

Tidak ada perubahan dosis rata-rata epoetin sub kutan sejak tahun 1997 sampai 2005.
Sedangkan dosis rata-rata epoetin iv lebih besar (P < 0.001) dibandingkan dengan dosis
epoetin sub kutan, bahkan meningkat secara progresif.
Association of Erythropoietin Dose and Route of Administration
Clin J Am Soc Nephrol 10 : 1822 – 1830, October 2015
Perbandingan Nilai Hb Rata-rata pada pemberian
Epoetin Sub Kutan dibandingkan dengan Intra Vena

Nilai Hb rata-rata pasien yang diberikan


epoetin sub kutan hampir sama dengan i.v
(11.37 ± 1.22 versus 11.45 ± 1.23 g/dl; SD rata-
rata 6).

Proporsi pasien dengan nilai Hb yang


dipertahankan rata-rata < 10 - ≥ 13 g/dl itu
SAMA baik pada pemberian epoetin i.v
maupun sub kutan.

Association of Erythropoietin Dose and Route of Administration


Clin J Am Soc Nephrol 10 : 1822 – 1830, October 2015
Perbandingan Dosis Tengah Epoetin subkutan
dibandingkan dengan Intra Vena
terhadap Nilai Hemoglobin

Dosis tengah epoetin yang diberikan secara subkutan lebih rendah 20% - 28%
pada semua respon nilai Hb lebih dibandingkan dengan pemberian i.v (P<0.001)
Tingkat Efek Samping Kumulatif Epoetin Subkutan
dibandingkan dengan Intra Vena
Tingkat Efek Samping Kumulatif Epoetin Subkutan
dibandingkan dengan Intra Vena (cont …)

Dosis epoetin- α yang lebih tinggi diperlukan untuk mencapai


respon Hb ekuivalen pada pasien PGK yang diberikan secara iv
dibandingkan secara subkutan.

Resiko kematian dini dan / atau hospitalisasi untuk komplikasi


kardiovaskular lebih tinggi secara bermakna pada pasien yang
diberikan epoetin secara i.v dibandingkan dengan subkutan.
Kesimpulan

 Dosis rata-rata epoetin i.v lebih besar dibandingkan dengan subkutan


(lebih rendah 20% - 28%)
 Subkutan maupun i.v mampu mempertahankan nilai Hb rata-rata
antara < 10 g/dl - ≥ 13 g/dl.
 Komplikasi kardiovaskular lebih tinggi pada pemberian i.v
dibandingkan dengan subkutan.

Pemberian epoetin subkutan secara rutin dibandingkan dengan i.v dalam penanganan
anemia pada pasien HD mampu meningkatkan kelangsungan hidup dan menurunkan
hospitalisasi terhadap komplikasi kardiovaskular dengan meminimalkan dosis epoetin.
EPOETIN ALFA PERTAMA YANG MELAKUKAN UJI KLINIK
DI INDONESIA

Protokol uji klinik sudah disetujui


oleh BPOM.

Clinical Research Supporting Unit


(CRSU) FK-UI Jakarta.

Implementasi uji klinik telah


diperiksa oleh BPOM

Peneliti Utama :
Prof.DR.Dr.Parlindungan Siregar,
SpPD-KGH

Koordinator Uji Klinik :


Prof. Arini Setiawati, PhD
HASIL UJI KLINIK :
Renogen vs Produk Inovator dalam mempertahankan nilai Hb
pada pasien anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik (PGK)

Inovator

Nilai Hb rata-rata dipertahankan > 10 g/dl pada setiap kunjungan 2 minggu


selama terapi 8 minggu dengan Renogen maupun Produk Inovator
Renogen
tetap terjaga
pada suhu yang sesuai (2 - 8°C)
walaupun dalam perjalanan

Anda mungkin juga menyukai