Anda di halaman 1dari 2

Kasper berusaha membawa konsep tentang persona keluar dari keterikatan penuh

pada alkitab tapi juga memperhatikan konsep doktrin yang juga berkembang di
jaman modern. Ini bukan berarti anti alkitab atau jauh berbeda dengan kitab suci
tapi interpretasi objektif dari kesaksian kitab suci.
Ada keterbatasan bahasa linguistik untuk mengartikan makna persona dengan lebih
baik dan mudah dipahami. Masalah ini menjadi lebih rumit di jaman modern karena
istilah persona lebih dipakai dalam konteks psikologi.
Untuk mempermudah pemahaman mengenai persona ini,kasper mengartikan
persona sebagai makhluk bebas dan dapat mentransendensikan diri dengan dunia,
sesama, dan juga Allah. Realitas tertinggi itu ditemukan dalam sebuah relasi dan
bukan substansi. Maka dalam menyebut Kristus, Kristus pra eksistensi itu harus ada
karena jika tidak maka Allah tidak bisa relasional
Persona dalam konteks trinitas sangat mempengaruhi segi kristologi di mana
identitas keilahian dan kemanusiaan Yesus (flp 2:5-11). Bicara tentang Kristologi,
Kasper lebih menekankan aspek relasi hakiki antara Bapa dan Yesus daripada
penjelasan tentang kristologi dari atas atau bawah.
Kesatuan ilahi-manusiawi Yesus itu datang dari Allah. Peran Kristus sebagai
jembatan manusia dan Allah karena secara manusiawi manusia tidak bisa
menjembatani jarak itu. Yesus bertindak sebagai komunikator diri Allah bagi
manusia. Sedang dari segi manusiawi Yesus menyatakan peran dan hubungannya
yang unik pada Bapa melalui doa dan pengajaran.
Pengalaman Yesus dan bapa itu menunjukkan sisi kristologis yang nyata tidak
abstrak, yang berdasarkan pada kehidupan cinta manusia pada Allah dan
pelayanan pada sesama.
Dalam dunia modern ini dipahami akan keterbatasan Injil dalam membahas tentang
segi psikologi Yesus. konsisten dengan tekanan teologi modern, Kasper lebih tertarik
pada kemanusiaan Yesus.
Kemanusiaan Yesus itu terwujud pula dalam pribadi logos, sehingga Yesus
mengalami sendiri dengan cara manusia sebagai Aku yang sebenarnya anak
Allah. Pengalaman kebersatuan yesus dan bapa ini menjadi dasar kesadaran Yesus
akan kehendak Bapa.
Yesus menunjukkan bahwa Allah adalah Allah sejarah yang masuk dan berada
dalam penderitaan ciptaanNya.
Kasper mendasarkan refleksi keputraan Yesus dari perspektif kematian dan
kebangkitannya untuk penggenapan karya keselamatan, bukan pada peristiwa
inkarnasi. Dari situlah dapat dilihat bahwa apa yang dilikukan Yesus menunjukkan
identitas Yesus, demikian pula sebaliknya.
Poin keselamatan Kristus ada pada keberadaannya, baik dalam dirinya sendiri
maupun hubungannya dengan bapa. Jika Yesus hanya manusia, ia hanya bisa
mencukupi sifat manusiawi tapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pembebasan
akan dosa dan kematian. Sedangkan bila yesus tidak sama dan benar-benar
manusia maka Allah tidak dapat ambil bagian dalam kemanusiaan kita, sehingga
tanpa kepenuhan keberadaan Yesus sendiri keselamatan hanya abstrak dan kosong.
Keselamatan itu hadir melalui kerajaan Allah yang ia wartakan dengan kata-kata,
perbuatan, dan sikap hidupnya. Kerajaan Allah merangkum semua umat manusia
termasuk mereka yang bredosa.
Kasper melihat bahwa tanpa Yesus dan roh Allah yang benar maka manusia tidak
benar-benar diselamatkan.
Pusat kristologi Kasper adalah kematian dan kebangkitan Yesus, bukan inkarnasi.
Jika penekanan pada inkarnasi, maka kematian Yesus hanya sekedar akhir dari
inkarnasi dan kebangkitannya hanya konfirmasi atas keilahian Yesus.

Inkarnasi bagi Kasper mau menunjuk pada makna menjadi manusia, yakni Yesus
menjadi contoh unik dan tertinggi dari pemenuhan manusia itu dengan terbebas
dari dosa.
Aspek penting Inkarnasi adalah segi pelayanan Yesus di mana ia menawarkan kasih
Allah dan keselamatan kepada semua orang. Ia mewartakan Kerjaan Allah sebagai
tawaran keselamatan dan pemenuhan harapan akan masyarakat yang baru.

Anda mungkin juga menyukai