Soedirman Melawan
Soedirman Melawan
Disusun oleh:
Mahasiswa-Mahasiswi
Universitas Jenderal Soedirman
2016
BAB I
POIN DAN SIKAP
Berikut adalah poin dan sikap dari kami, Mahasiswa Universitas Jenderal
Soedirman (Unsoed), kepada pimpinan universitas untuk ditindaklanjuti dengan
sungguh-sungguh. Adapun analisa pokok dan permasalahan dari poin-poin ini
akan dipaparkan dalam BAB II. Poin dan sikap yang kami maksud yaitu:
1. Menolak
ditariknya
Uang
Pangkal
dan
cabut
SK
Rektor
No.
BAB II
ANALISA POKOK PERMASALAHAN
A. Uang Pangkal
Berdasarkan Permenristekdikti no 22/2015, pasal 9 menyatakan bahwa
PTN dapat memungut uang pangkal dan/atau pungutan lain selain UKT, dari
mahasiswa baru program sarjana dan program diploma. Adapun hal-hal yang
masih menjadi permasalahan umum terhadap Permenristekdikti No 22 Tahun
2015 sebagai aturan organik ialah sebagai berikut:
1. Secara historikal, adanya sistem UKT adalah untuk menjadikan sistem
pendanaan kuliah dalam satu pintu. Dan berdasarkan permendikbud no
55/2013 (peraturan yang mendasari adanya sistem UKT), menyebutkan bahwa
tidak boleh adanya pungutan lain selain UKT. Maka dengan diberlakukannya
sistem uang pangkal, maka secara tidak langsung menodai makna historikal
diciptakannya sistem UKT tersebut.
2. Tidak jelasnya perbedaan Uang Pangkal dalam Permenristek & dikti Nomor
22 Tahun 2015 dengan SPI dalam konsep sebelum diundangkannya UU No 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
a. Bahwa awal mula muncul sumbangan yang berkaitan dengan
infrastruktr pembangunan, ialah bermula pada diundangkannya
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Tinggi yang diperbaharui oleh PP No 30 Tahun 1999 tentang
Pendidikan Tinggi
b. Bahwa Secara yuridis normatif, pengaturan tentang pendidikan tinggi
mulai muncul dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60
Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi. Pada bab Pembiayaan pada PP
Pendidikan
Tinggi,
khususnya
pengaturan
mengenai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak 20% dari keseluruhan
mahasiswa baru
g. Bahwa jika dilihat secara seksama, antara pasal 8 dan pasal 9 ada
kontradiksi/ saling pertentangan. Namun intinya dalam regulasi ini,
PTN termasuk Unsoed diperbolehkannya memungut Uang Pangkal di
luar ketentuan UKT
h. Bahwa hal demikianlah sistem UP dan SPI sebelum dan sesudah
diundangkannya UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
diketahui
hakikat
Uang
Pangkal
(UP)/
Sumbangan
pihak
rektorat
Unsoed
harus
benar-benar
memberikan
surat
keputusan
Rektor
Universitas
Jenderal
Soedirman
j.
Bahwa
oleh
karenanya,
dengan
diberlakukannya
SK
e. kolekte;
f. dana punia;
g. sumbangan individu dan/atau perusahaan;
h. dana abadi Pendidikan Tinggi; dan/atau
i. bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
d. Bahwa dalam pasal 84 UU No. 12 Tahun 2012 yang diterjemahkan dalam
Pasal 1 Ayat (3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 44
Tahun 2012, dalam pengertiannya tidak memberikan batasan atau ketetapan
waktu untuk memberikan uang sumbangan pendidikan atau yang dalam
Permenristekdikti Nomor 22 Tahun 2015 Tentang Biaya Kuliah Tunggal
Dan Uang Kuliah dan dalam SK No.491/UN23/KM.02/2016 disebut sebagai
Uang Pangkal;
e. Bahwa Uang Pangkal secara pengertiannya tidak ada penjelasan di dalam
pasal manapun, akan tetapi jika Uang Pangkal di samakan dengan
sumbangan, maka dalam pengertiannya dapat melihat dalam Pasal 1 Ayat
(3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 44 Tahun 2012
sumbangan adalah penerimaan biaya pendidikan baik berupa uang dan/atau
barang/jasa yang diberikan oleh peserta didik, orangtua/wali, perseorangan
atau lembaga lainnya kepada satuan pendidikan dasar yang bersifat
sukarela, tidak memaksa, tidak mengikat, dantidak ditentukan oleh satuan
pendidikan dasar baik jumlah maupun jangka waktu pemberiannya;
Dan dalam pasal 1 ayat 2, dijelaskan, pungutan adalah penerimaan biaya
pendidikan baik berupa uang dan/atau barang/jasa pada satuan
pendidikan dasar yang berasal dari peserta didik atau orangtua/wali
secara langsung yang bersifat wajib, mengikat, serta jumlah dan jangka
waktu pemungutannya ditentukan oleh satuan pendidikan dasar.
f. Bahwa dalam penjelasan tentang pengertian Sumbangan sebagaimana
dalam Pasal 1 Ayat (3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No
44 Tahun 2012 tidak memperbolehkan adanya:
1) Paksaan;
2) Mengikat;
2012.
h. Bahwa
sebagaimana
dijelaskan
dalam
SK
rektor
No.
mewajibkan
membayar uang
untuk bisa masuk Unsoed, angkatan 2016 yang masuk melalui jalur mandiri
diwajibkan
membayar
Uang
Pangkal,
meskipun
besarannya
tidak
Bahwa dari penjelasan diatas yang menunjukkan bahwa Uang Pangkal yang
ditetapkan oleh Universitas Jenderal Soedirman untuk mahasiswa angkatan
2016 keatas yang masuk melalui jalur seleksi mandiri melalui SK Rektor
No. 491/UN23/KM.02/2016 Tentang Uang Pangkal bersifat memaksa,
mengikat dan memberi adanya batasan waktu;
j.
bertentangan
dengan
peraturan-peraturan
perundang-
undangan tersebut;
k. Bahwa pertentangan tersebut secara jelas dapat dilihat dalam Pasal 1 Ayat
(3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 44 Tahun 2012,
yang menyebutkan Sumbangan bahwa penerimaan biaya pendidikan baik
berupa uang dan/atau barang/jasa yang diberikan oleh peserta didik,
Bahwa
berdasarkan
penjelasan
dalam
SK
Rektor
No.
3. Unsoed
Komersil
Uang
Pangkal
dalam
SK
Rektor
No.
penerimaan
akan dialokasikan ke mana? dan mengapa ukt menjadi naik? penjaringan pertama
ini merupakan awal dari jaringan selanjutnya. mahasiswa baru dapat dijaring dari
3 gelombang, yaitu dari SNMPTN, SBMPTN, dan SPMB atau ujian Mandiri
Unsoed. Kemudian mahasiswa baru yang memulai pendaftaran segi fisik adalah
penerimaan dari Undangan.
Unsur kenaikan ini pun sudah dirasakan oleh mahasiswa baru angkatan
2016. Mahasiswa baru tersebut dapat dilihat pada pendaftaran online pada tanggal
17 sampai 20 Mei 2016 dengan dilakukannya perpanjangan registrasi online dari
tanggal 21 Mei sampai 24 Mei 2016. Penerimaan mahasiswa baru tahun 2016
dilakukan oleh unsoed pada tanggal 31 mei lalu. Dimana mahasiswa baru yang
telah terjaring seluruh fakultas sebanyak sekitar 1343 pada registrasi fisik. dan
ternyata, data yang ditemukan aliansi soedirmanmelawan bahwa mahasiswa baru
membayar ukt dengan nominal yang variatif. Alhasil, beberapa dari mahasiswa
tersebut menyikapi kenaikan UKT ini dengan berbagai macam pendapat. Tetapi,
yang perlu ditanggapi adalah UKT mengalami kenaikan dan para mahasiswa baru
tersebut sulit untuk mengakses.
Dari penjabaran diatas, maka dapat diamati bahwa ukt terjadi kenaikan
yang sangat pesat untuk mahasiswa 2016. Sehingga penelitian ini ditujukan untuk
mengawali dan membedah secara tuntas yang rinciannya sebagai berikut:
1. Bahwa tahun akademik 2016 telah dibuka penerimaan mahasiswa baru
angkatan 2016 terkhususkan juga bagi Unsoed untuk menerima mahasiswa
baru;
2. Bahwa menurut permenristekdikti nomor 22 tahun 2015 tentang BIAYA
KULIAH TUNGGAL DAN UANG KULIAH TUNGGAL PADA
PERGURUAN TINGGI NEGERI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI disebutkan bahwa
adanya sistem pembayaran yaitu UKT dan BKT;
3. Bahwa Unsoed sebagai PTN yang berstatus BLU menerapkan sistem UKT
sebagai konsekuensi logis dan yuridis dari penerapan dan pelaksanaan
regulasi terbaru yaitu Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi (Permenristek & dikti) No 22 Tahun 2015 tentang BKT dan UKT
Kuliah
Tunggal
yang
selanjutnya
latar belakang
yang bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme nomor 28 tahun 1999 pada
pasal 3 ayat 1 yaitu asas kepastian hukum karena akan menerapkan status
level yang bertentangan dengan asas keadilan yang juga tertera didalam UU
Dikti Nomor 12 Tahun 2012.
21. Bahwa telah diketahui pada SK Rektor Unsoed tentang UKT yang
melampirkan data statistik nominal dan level UKT 2016 di semua program
studi pada Unsoed yang dikualifikasikan sebagai tindakan hukum publik
oleh pejabat tata usaha negara, untuk dapat menilai keabsahan dan legalitas
tersebut sebagaimana dijelaskan sebelumnya harus dinilai dari 3 aspek yaitu
aspek wewenang, aspek prosedural dan aspek substantif.
22. Bahwa dalam Permenristek & dikti No 22 Tahun 2015 tentang BKT dan
UKT tersebut sebagai batu tulis dan dasar pengujian keabsahan legalitas SK
Rektor Unsoed tersebut, ada beberapa pasal dan ayat yang sangat berkaitan
dengan aspek wewenang, aspek prosedural dan aspek substantif yaitu antara
lain:
Pasal 3
(1) UKT sebagaimana dimaksud dalam pasla 2 ayat (2) terdiri atas
beberapa kelompok yang ditentukan berdasarkan kemampuan ekonomi
mahasiswa,
orang
tua
mahasiswa,
atau
pihak
lain
yang
membiayainya.
(2) Pengelompokkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh
PTN kepada menteri untuk ditetapkan
Pasal 4
c. Lampiran III untuk mahasiswa pada PTN mulai tahun angkatan 2015
Pasal 5
(3) Pemberlakuan UKT kelompok 1 sampai dengan UKT kelompok VIII
kepada mahasiswa didasarkan pada kemampuan ekonomi mahasiswa,
orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberlakuan UKT sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Pemimpin PTN
23. Bahwa untuk dapat menilai keabsahan dan legalitasnya perlu ada penafsiran
dan penginterpretasian pada regulasi tersebut yaitu pada pasal 4 huruf c pada
redaksi mulai tahun angkatan 2015 dapat ditafsirkan bahwa permberlakuan
sistem UKT tersebut dapat untuk angkatan 2015 dan selanjutnya seperti
angkatan 2016 dan seterusnya terkecuai ada aturan yang mengatur sebaliknya.
24. Bahwa pada pasal 5 ayat (4) pada redaksi Pemberlakuan UKT sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) yaitu (pemberlakuan level 1 sampai level 8 UKT
ditetapkan oleh Pemimpin PTN. Pasal ini dapat ditafsirkan bahwa untuk
memberlakukan sistem UKT pada level 1 sampai level 8 itu harus benar-benar
disesuaikan dengan kondisi kemampuan ekonomi mahasiswa, di mana untuk
mengakomodir konteks kemampuan ekonomi mahasiswa ini secara eksplisit
ditejermahkan sebagai SK Rektor aquo khususnya yang berisi pada bagian
range dalam lampirannya.
25. Bahwa dilihat dari beberapa point aturan tersebut, dapat dinilai keabsahannya
dari aspek prosedural dan aspek wewenang tidak terpenuhi. Melihat bahwa
tafsiran pada pasal 5 ayat (4) itu yang dimaksudkan pada SK Rektor aquo
pada lampiran range, bukan mengenai kewenangan rektorat untuk menerapkan
sistem UKT bagi mahasiswa angkatan 2016 dari level 1 sampai level 8. Secara
aspek wewenang, Rektorat tidak memiliki kewenangan dalam menetapkan
sistem UKT dari level 1 sampai level 8, namun yang menetapkan ialah
pemerintah pusat dalam hal ini melalui Kemenristekdikti yang diterjemahkan
dalam bentuk Peraturan Menteri. Rektorat hanya memiliki kewenangan
untuk merumuskan dan mengusulkan draft UKT tersebut, bukan menetapkan
melalui
SK
Rektor
aquo.
Lalu
mengenai
SE
Kemensitekdikti
26. Bahwa kemudian pada aspek prosedural, yaitu proses perumusan dan
penetapan sebuah SK Rektor aquo ini perlu dibedakan. Proses perumusan ini
yaitu yang merumuskan UKT itu kewenangannya ada pada pihak rektorat
beserta jajarannya yaitu dekanat dan kepala prodi. Untuk konteks penetepan
ini, dalam Permenristekdikti No 22 Tahun 2015 tidak mendelegasikan
kewenangannya sama sekali kepada pimpinan PTN yang dalam hal ini
Rektorat Unsoed untuk menetapkan SK Rektor UKT yang berisi level 1
sampai level 8. Lagi-lagi secara prosedural, Unsoed sebagai PTN-BLU
memiliki kewenangan non-akademik dalam hal ini kewenangan keuangan
yang terbatas khususnya dalam hal ini SK Rektor tentang UKT harus ada
persetujuan dan penetapan dari pemerintah pusat yaitu Kemenristekdikti.
Maka dari itu, aspek prosedural ini tidak terpenuhi.
27. Bahwa pada indikator penilaian terakhir yaitu aspek substantif ini mengacu
pada kemampuan ekonomi mahasiswa yang didasarkan pada pasal 5 ayat (3)
Pemberlakuan UKT kelompok 1 sampai dengan UKT kelompok VIII kepada
mahasiswa didasarkan pada kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua
mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya. Perlu diingat kembali pada
draft SK Rektor Unsoed tentang UKT dalam Lampiran data statistik level dan
nominal UKT, semua program studi telah mengalami kenaikan nominal di
semua level bahkan level 8 yang baru diterapkan pun juga di level yang tinggi.
Di sinilah permasalahan yang menjadi standing point, terkait dengan aspek
substanstif, padahal jika dilihat masing-masing level UKT terdapat nominal
yang dikatakan tinggi dan tidak disesuaikan dalam konteks kemampuan
ekonomi mahasiswa, ditambah lagi SK Rektor Unsoed tentang UKT dalam
lampiran range, begitu sempit dan kecil jarak range antara level dan nominal
di masing-masing kelompok 1, 2 dan 3.
28. Bahwa telah diketahui ada beberapa pihak fakultas yang dalam merumuskan
nominal dan level UKT 2016 dibuat dengan tidak berdasar khususnya
berdasarkan pada kemampuan ekonomi mahasiswai yang dijatuhkan pada
masing-masing level UKT.
29. Bahwa dapat dilihat bahwa nominal di masing-masing level dari level 1 dan
level 8 khususnya dari level 3 dan level 8 di mana level 3 di semua program
studi mengalami kenaikan yang jauh dari level 2 dan pola kenaikan masingmasing level tidak berpola serta tidak menyesuaikan dan memperhatikan
kemampuan ekonomi mahasiswa.
30. Bahwa dari aspek substantif ini di mana pasal 5 ayat (3) ini sebagai dasar
penilaiannya, ketentuan substantif mengenai nominal masing-masing level
UKT khususnya level 3 sampai level 8 tidak terpenuhi mengingat tidak
memperhatikan kemampuan ekonomi mahasiswa. Maka dapat dikatakan
aspek substantif tidak terpenuhi.
31. Bahwa dari ketiga aspek yaitu aspek wewenang, aspek prosedural dan aspek
substantif di sini, ketiga aspek yang dimaksud sebelumnya tidak dipenuhi.
32. Bahwa mengingat sebuah tindakan hukum publik oleh pejabat tata usaha
negara harus memenuhi 3 aspek tersebut dalam arti keabsahan dan legalitas
baru terpenuhi jika 3 aspek tersebut telah terpenuhi, lalu mengenai SK Rektor
Unsoed tentang UKT yang belum diterbitkan dan diundangkan dengan
penilaian semua 3 aspek belum terpenuhi yaitu aspek prosedural, aspek
wewenang dan aspek substani materiil. Maka dapat dikatakan bahwa SK
Rektor Unsoed tentang UKT yang akan diterbitkan dan disahkan, dikatakan
tidak sah dan tidak legal.
Atas penjelasan yang Ilmiah dan Logis sebagaimana diatas, maka tidak
ada landasan yang ilmiah dalam segi hukum bagi Universitas Jenderal
Soedirman untuk menaikkan biaya Uang Kuliah Tunggal untuk angkatan 2016
termasuk penambahan level sampai dengan level 1-8.
Mulai dari tidak berlandaskan pada aturan hukum yang pasti, tidak
jelasnya penetuan indikator penetuan level, tidak adanya transparansi dan UKT
yang memberatkan semester akhir menjadi landasan yang ilmiah, logis dan kuat
untuk Unsoed melakukan peninjauan ulang terhadap penerapan UKT 2012, UKT
2013, UKT 2014 dan UKT 2015. Hal ini tentu melandaskan pada kewenangan
Universitas melalui Rektorat yang tertera di dalam Peraturan PerundangUndangan dan berlandaskan juga pada kajian yang Ilmiah dan Logis atas segala
permasalahan-permasalahan yang inheren dalam penerapan UKT 2012, UKT
2013, UKT 2014 dan UKT 2015 di Universitas Jenderal Soedirman.
1. Transparansi BOPTN, BKT, UKT, dan alokasinya
a. Transparansi dan alokasi penggunaan BOPTN
1) Tidak tersedianya informasi dari Kemenristekdikti tentang besaran
BOPTN tiap PTN.
a) Bahwa BOPTN (Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri)
ini merupakan salah satu bagian dari BKT (Biaya Kuliah
Tunggal) sebagai dasar penentuan besaran dan nominal
kebutuhan operasional mahasiswa yang dibutuhkan.
b) Bahwa item BOPTN ditafsirkan pertama kali pada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No 55
Tahun 2013 pasal (2) Biaya Kuliah Tunggal digunakan
sebagai dasar penetapan biaya yang dibebankan kepada
mahasiswa
masyarakat
dan
pemerintah.
Redaksi
mengenai
point-point
yang
telah
dijelaskan
Tinggi
ayat
(1)
mengatakan
Pemerintah
yang
bersangkutan,
karena
memang
yang
memberi
penjelasan
mengenai
alur
mekanisme
setiap
mahasiswa
berdasarkan
kemampuan
ekonominya.
c) Bahwa makna dari BKT ini merupakan biaya operasional
mahasiswa per semester, di mana sebagian telah ditanggung
oleh mahasiswa melalui UKT, dan sisanya ditopang oleh
pemerintah melalui BOPTN.
d) Bahwa secara konseptual, konsep BKT ini terdiri dari UKT dan
BOPTN yang telah dirumuskan dalam regulasi tersebut.
Namun dalam tataran teknis dan operasional, komponen yang
terdapat dalam BKT tidak dijelaskan secara rigid dan jelas.
e) Bahwa idealnya komponen antara BKT, UKT dan BOPTN
harus memiliki komponen yang sama satu sama lain, karena
memang bentuk konseptualnya demikian. Yang berbeda
hanyalah nominal dalam setiap item dan komponen yang ada di
dalamnya,
karena
memang
menyesuaikan
kompleksitas
harus
memberikan
informasi
dan
transparansi
c) Bahwa
kemudian
berdasarkan
Pasal
angka
adalah
biaya
operasional
mahasiswa,
perlu
diperhatikan
ialah,
yang
dijual
bukanlah
memperoleh
perlindungan
hukum
dalam
hal
Level UKT
Pendapatan Perkapita
Level 7
Level 6
Level 5
Level 4
Level 3
Level 2
Level 1
Pendapatan Perkapita
Level 7
Level 6
Level 5
Level 4
Level 3
Level 2
Level 1
Level UKT
Pendapatan Perkapita
Level 7
Level 6
Level 5
Level 4
Level 3
Level 2
Level 1
yang
sangat
sempit
sehingga
berdampak
pada
kebijakan
penyelenggaraan
negara
harus
logikanya
mahasiswa
semester
akhir
kebutuhan
membayar
UKT
yang
sama
padahal
kebutuhan
si
mahasiswa,
sehingga
dalam
Lampiran
dari
Permenristekdikti
tersebut.
Adapun
melanggar
ketentuan
peraturan
perundang-
landasan
peraturan
perundang-undangan,
program
studi
di
Unsoed.
Khususnya
untuk
Forum tersebut
diperlukan agar
BKT
Seperti rumus:
BKT = UKT + BOPTN + BLU.
2. Usulan Nominal UKT dilakukan secara cepat dan dengan prediksi kira kira.
Besaran nominal UKT level 8 ditentukan secara singkat. Pada tanggal 26
Februari 2016, Unsoed menerima surat edaran Kemenristekdikti dengan
No.800/A.AI/KU/2016 tentang Penyesuaian Biaya Kuliah Tunggal (BKT) &
Usulan Tarif UKT Tahun Angkatan 2016.
Dalam surat edaran ini juga terdapat himbauan untuk perguruan tinggi
diperbolehkan menarik dan menentukan uang pakal seperti yang diatur dalam
permenristekdikti no. 22 tahun 2015 ayat 9. Unsoed baru menyebar SE
tersebut baru disebar oleh rektorat untuk dilakukan penghitungan nominal
UKT sampai level 8. Fakultas merumuskan nominal UKT 2016 hanya dalam
jangka waktu 3 hari yaitu yaitu tanggal 7,8,dan 10 karena tanggal 9 maret
libur nasional. Bahkan, di beberapa fakultas seperti FISIP contohnya
menentukan nominal UKT dalam hitungan jam di rapat dekanat. Dan dalam
Rektor
yang
berlandaskan
Permendikti.
Namun,
Uang pangkal
1. Berdasarkan SK rektor yang mengatur tentang uang pangkal, didalam isinya
untuk besaran uang pangkal yang dibayarkan oleh orang tua mahasiswa adalah
sukarela. Penggunaan kata sukarela dapat dimaknai bermacam macam
(multitafsir). Uang pangkal di Unsoed boleh juga di isi nol rupiah sesuai
perkataan WR 4, Prihananto
Bidik Misi
Unsoed mendapatkan Anggaran BOPTN sebesar 24 M turun sebesar 2M
dari tahun sebelumnya. Karena penurunan ini, jumlah bidik misi di Unsoed juga
berkurang. Kuota bidik misi yang diterima yaitu sebesar 342 mahasiswa. Bidik
misi hanya ada di jalur SNMPTN dan SBMPTN.
BAB III
TUNTUTAN
Atas dasar kajian dan analisa hukum yang Ilmiah dan Logis serta aspek
yang lain, maka kami Mahasiswa Unsoed yang tergabung dalam Soedirman
Melawan menuntut Rektor untuk:
1. Mencabut Surat Keputusan Rektor No. Kep. 491/UN23/KM.02/2016
tentang Uang Pangkal dan tidak menerapkan Uang Pangkal;
2. Tidak menaikkan Uang Kuliah Tunggal 2016 dan menyesuaikan ke Uang
Kuliah Tunggal 2015;
3. Tidak menerapkan 8 level untuk Uang Kuliah Tunggal 2016;
4. Meninjau ulang penerapan Uang Kuliah Tunggal yang telah diterapkan
sejak UKT 2012, 2013, 2014 dan 2015 dengan rinciaan:
a. Transparansi;
b. Indikator penentuan level UKT;
c. Pemenuhan kuota level 1 dan 2 sesuai dengan peraturan;
d. Menolak pemberlakukan sistem UKT bagi mahasiswa S1 diatas
semester 8 dan bagi mahasiswa diploma diatas semester 6.
5. Menuntut agar Rektorat Unsoed untuk tidak bertindak/ melakukan
represifitas terhadap mahasiswa
Abdullah M. Ihsan