TUGAS
Journal Review
1. Thermo-mechanical Control Process
2. Warm Forming
3. Superplastic Forming
Oleh :
RAFDI ABDUL MAJID
M. ARIF ISMANTO
PROGRAM PASCASARJANA
DEPARTMENT TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2016
Journal Review
Thermo-mechanical Control Process
Journal 1:
Judul
Penulis
5th International Conference on Advanced Design and Manufacturing Engineering (ICADME 2015)
Latar Belakang
Cold-heading-quality bars adalah penggunaan utama pada komponen penyambung misalnya
baut, nuts, dan rangkaian pada banyak area industry misalnya automobiles, machineries,
electronic, dan konstruksi. Umumnya, material cold forging kelas high-strength telah dibuat dari
medium-carbon steel. Namun, tingginya kandungan karbon membawa penurunan cold
formability/mampu bentuk yang sangat besar. Hal ini perlu digunakan low carbon steel untuk
mendapatkan deformability tinggi selama proses cold forging. Karena dengan metode
theermomechanical treatment menjadi alasan dasar dalam biaya produksi yang lebih rendah dan
menjadi teknologi yang lebih ekonomis.
Thermo-mechanical proses dapat meningkatkan mikrostruktur dan mechanical properties dari
low carbon steel. Konrol temperature rolling di mulai selama perubahan kritis untuk
memprosuksi keseragaman bidang dari ultrafine equiaxed ferrite.
Proses Perlakuan material
Specimens (ingot 80x80x30) di panaskan di atas 1150 0C dan ditahan selama 1 jam untuk
mendapatkan struktur single austenitic. Kemudian specimens di rolling pada temperature awal
10000C menjadi 4 mm. Empat buah slabs di rolling dengan intervals selama dau perubahan yang
dilewati pada hot rolling untuk mendapatkan jenis akhir temperature rolling. Setelah rolling,
empat slabs yang didinginkan dengan air pada 12,63 37,50C/s diatas meja keluar 5500C, lalu
didinginkan ke temperature ruang. Parameter TMCP dapat dilihat pada table 2.
2. Mechanical Properties
Fig. 5 menampilkan ultimate tensile strength (UTS), yield strength (YS), dan total elongation
(TEL) dari specimens dengan jenis TMCP. Prosedur control hot rolling disertai oleh
pendinginan pada specimens dengan cara mencapai percepatan pendinginan yang dapat
memperbaiki nilai properties cold forging steel.
Specimens 2 menampilkan nilai UTS yang tinggi (520 MPa), artinya mechanical properties dari
specimens 2 yang dilakukan melaui TMCP lebih tinggi dari standard persyaratan ML30.
Specimens 3 dan 4 melebihi standard persyaratan dari ML25 steel sehubungan dengan
temperature rendah rolling (8500C dan 8200C). sebagai catatan pad fig.5, total elongation (TEL)
dari 1 dan 3 mencapai nilai tertinggi (33% dan 34%), meskipun mechanical properties dari
specimens 1 hanya mencapai standard persyaratan dari ML20 steel.
Kesimpulan
Low karbon steel mempunyai jenis mikrostruktur berdasarkan variasi dari kondisi rolling dan
cooling. Percepatan pendinginan setelah rolling merupakan pengaruh utama dari proses
thermomechanical treatment dan dengan proses TMCP meningkatkan kekuatan material.
Journal II
Judul
Penulis
Dari gambar 3 di atas menampilkan jenis dari yield strength dan tensile strength, elongation
dan strain hardening dengan nilai n sebagai fungsi dari temperature pendinginan cepat.
Yield dan tensile strength meningkat dengan penurunan dari temperature akhir pendinginan
(gam. 3a), dimana sesuai dengan evaluasi mikrostruktur yang dijelaskan sebelumnya.
Artinya, fraksi volum dari perubahan fasa keras pada temperature rendah di granular bainite,
merosot atas bainite, dan lath bainite meningkat dengan penurunan temperature akhir
pendinginan. Dibandingkan dengan variasi kekuatan, sebuah tren terbalik diharapkan akan
diamati sehubungan elongasi sebagai sebuah fungsi dari temperature akhir pendinginan.
Kesimpulan
Penurunan temperature akhir percepatan pendinginan berpengaruh terhadap mikrostruktur dari
granular bainite ke lath bainite. Sehingga meningkatkan yield dan tensil strength, sedangkan
impact toughness berbanding terbalik sehubungan dengan penurunan tempertaur laju
pendinginan. Hal ini disebabkan karena formasi model cleavage fracture.
Journal III
Judul
Penulis
Lembaga
Latar Belakang
Logam dual fasa atau dual phase (DP) steel merupakan salah satu jenis material yang memiliki
mechanical properties sangat baik (low yield/tensile ratio, continuous yielding, high hardening
rate) dan banyak digunakan pada fabrikasi komponen automobile. DP steel biasanya didesign
sebagai C-Mn-Mo atau C-Mn-Nb seri yang membutuhkan kapasiitas pendinginan lebih rendah
untuk peralatan laminar. Mo dan Nb merupakan jenis material yang cukup mahal, sehingga
untuk mengembangkan steel generasi baru yang lebih rendah biaya, ringan, dan ramah
lingkungan. Maka hot rolled ferrite-martensite dual phase steel di produksi menggunakan C-MSi tanpa penembahan alloys seperti Nb dan Mo. Namun, harus tersedia cooling capacity yang
cukup pada runout table ketika C-Mn-Si DP diproduksi. Dibandingkan dengan hot rolling
konvensional lebih sulit untuk memproduksi C-Mn-Si DP steel yang sebagian besar tidak
mempunyai cooling capacity yang cukup. Sehingga untuk meningkatkan cooling capacity, maka
digunakan ultra fast cooling (UFC) pada Baogang CSP. Selain cooling capacity yang cukup,
ketepatan komposisi kimia, dan parameter proses rolling dan cooling juga menjadi bagian yang
sangat penting. Sehingga pada proses ini dilakukan optimalisasi parameter-parameter tersebut.
Komposisi material
Samapel yang digunkan adalah 3 jenis material dengan komposisi kimia sebagai berikut:
Thermo-mechanical process
Pada proses ini dilakukan rolling terhadap slab dengan ketebalan 70 mm hingga didapatkan 4
mm (fig. 1). Pendinginan dilakuakan setelah proses rolling pada temperature 790-860 oC, dan
proses pendinginan dilakukan secara bertahap seperti pada gambar.
Steel chemistry
Journal IV
Penulis
Lembaga
: school of mechanical engineering & automation Northeastern University,
Shenyang China
Journal Material processing Technology 217 (2015)
Latar Belakang
Kebutuhan terhadap material pada plates baja dengan performance tinggi menghasilkan banyak
teknologi. Dimana, TMCP di kombinasi dengan percepatan pendinghinan menjadi salah satu
metode yang efektif untuk mengontrol mikrostruktur dan meningkatkan kekuatan plate baja.
Banyak parameter yang berpengaruh terhadap proses thermo-mechanical proses misalnya
temperature pemanasan awal, temperature akhir rolling dan metode pendinginan. Penambahan
baberapa unsur seperti Nb, Ti, dan V juga memberikan pengaruh terhadap strengthening dan
toughening dari hasil kombiasi rolling dengan cooling. Namun penambahan unsur tersebut juga
tidak mudah karena dapat meningkatkan segregasi selama proses solidifikasi, sehingga dapat
berdampak pada impact energy dan cleavage fracture toughness.
Proses mikroalloyed telah banyak dilakukan dengan proses TMCP, sehingga pada paper ini
dilakukan kombinasi TMCP dan percepatan pendinginan untuk memproduksi higt strength
bainite steel dengan pengaruh dari unsur mikroalloyed yaitu Ti dan B.
Proses Perlakuan
-
Material
Sampel yang digunkan adalah inghot yang dirolled dengan komposisi kimia seperti pada
table berikut:
Proses
Material hasil rolled dengan diameter 8 mm dan panjang 15 mm dipanaskan pada
temperature 1200oC kemudian di dinginkan ke 820oC dengan laju 10oC/s dan ditahan selama
15 sec. pada umumnya proses thermo-mechanical proses dilakukan dengan beberpa step
Microstructure
Dengan kondisi pendinginan cepat pada plate baja didapatkan mikrostruktur yang kompleks
yaitu ferrite, granular bainite, degenerate upper bainite, lath bainite, lath martensite, dan juga
unsur utama martensite-austenite seperti pada kedua gambar berikut.
Gambar 2 dan 3 merupakan pengaruh temperature akhir pendinginan dari mikrostruktur B-free
steel dan Ti-B steel. Dimana, Ti-B steel mempunyai mikrostruktur yang lebih halus dibandingkan
dengan B-free steel dengan kondisi proses yang sama seprti pada gambar 2b dan 3a.
- Tensile properties
Dari gambar di atas terlihat crack propagation dari sampel B free steel lebih besar dari Ti-B
steel, sehingga Ti-B steel memiliki crack propagation energy yang lebih rendah. Untuk steel
yang sama, normalnya puncak beban dan final defleksi dari specimen mengalami penurunan
dengan tempertur akhir percepatan pendinginan, dimana impact toughness nya memburuk
khususnya crack propagation energy. Rendahnya crack propagation energy dari Ti-B steel
daripada B-free steel karena berhubungan dengan precipitate kasar yang terbentuk pada
matriks.
Kesimpulan
-
Journal V
Judul
Penulis
Lembaga
Latar Belakang
HSLA merupakan material yang banyak digunakan pada berbagai component misalnya
automotive, building, bridge, offshore structure, dan pipelines. HSLA dibuat dengan tujuan
meningktakan kekuatan dan mengurangi massa, sehingga mengurangi konsumsi bahan bakar
pada kendaraan, meningkatkan safety dan lebih ekonomis. Banyak metode yang digunakan
untuk menigkatkan kekuatan HSLA steel dan yang efektif dengan biaya rendah adalah
meningkatkan kandungan karbon, tetapi mengurangi sifat ductility. Sehingga banyak studi yang
dilakukan untuk mengurangi kandungan karbon, tapi dengan kekuatan tetap misalnya alloying,
proses off-line quenching dan tempering, dll. Pada jurnal ini difokuskan pada hot rolled HSLA
steel low karbon dengan yield strength 1000 MPa dan dengan proses thermo-mechanical control
process (TMCP).
Proses Perlakuan
-
Material
Sampel yang digunakan adalah material hasil casting dengan komposisi kimia 0.08-0.11C,
0.4 Si, 1.0-1.9Mn, 0.8 Cr,0.28Mo, 0.12(Nb+V+Ti), 0.0013B, dan Fe balance.
Proses
Sampel slabs dengan ketebalan 40 mm di panaskan hingga 1200oC, kemuidian di rolling
hingga ketebalan 6 mm dengan temperature akhir 840oC (fig. 1). sampel yang digunakan
adalah A dan B.
Hasil proses TMCP kemudian dilakukan proses karakterisasi mikrostruktur dan pengujian
mechanical properties.
Pengaruh Hasil Proses Perlakuan
-
Mechanical properties
Dari kedua sampel terdapat crack initiation dan crack propagation, walaupun pada sampel A
lebih besar dari sampel B. Beban pada sampel A menurun secara perlahan setelah mencapai
puncak, sedangkan pada sampel B mengalami penurunan secara drastis.
Microstructure
Kesimpulan
-
Review Journal
Warm Forming Process
Keywords: Isothermal Warm Forming, alumunium alloy, ductibility, formability, die temperature,
stainless steel, sheet metal, air bending, springback
1. Warm Forming
Warm Forming adalah proses deformasi metal yang dipanaskan pada suatu temperatur yang
memaksimalkan kelunakan material (materials malleability) tanpa melewati re-kristalisasi,
pertumbuhan butir (grain growth) ataupun retakan metalurgi. Proses ini menyebabkan metal
berhasil dibentuk dengan secara keseluruhan pada toleransi optimal dengan mengeliminasi
operasi machining sekunder. Temperatur ini ditentukan dari jenis material metal, geometri,
spesifikasi final dan toleransinya.
Warm forming telah dilakukan dengan forming machine, terutama pada industri ruang angkasa
dikarenakan material-material seperti titanium. Secara historical mesin-mesin dengan tipe 3-blow
2-die atau double stroke (2-die, 2 blow) menggunakan induksi panas yang ditambahkan padanya.
Saat ini mesin-mesin khusus seperti FORMAX dibuat dengan teknologi unggul yang didisain
khusus untuk aplikasi warm-forming.
Gambar 1 Pada nonisothermal warm forming, pendinginan die corner dan punch meningkatkan drawability
2.2. Nonisothermal Warm Cup Drawing dalam suatu Servo Drive Press.
Satu dari studi laboratorium awal untuk nonisothermal drawing dari diameter 40mm mangkuk
paduan aluminum dilakukan AIDA dan Center for Precision Forming pada Universitas Ohio.
Tooling yang digunakan pada studi ini dilustrasikan pada gambar 2 di bawah ini
Gambar 2 Round tool yang digunakan pada warm deep drawinguntuk alumunium cup
Die dan blank holder dipanaskan hingga sekitar 300 derajat Celcius dengan cartridge heaters,
sementara punch didinginkan dengan sirkulasi air. Piranti diletakkan dalam suatu AIDA servo
drive press untuk mendapatkan flexibility maksimum dalam ram motion seperti terlihat pada
gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3 Diagram slide motion dari servo press digunakan dalam warm forming (TDC adalah top dead center,
BDC adalah bottom dead center)
Test dan simulasi finite elemen ditunjukkan dalam warm forming, kedalaman dari drawn cup
dapat bertambah sebagaimana diindikasikan dengan pertambahan LDR yang dicapai (limiting
draw ratio = maximum blank diameter/punch diameter).
Dalam proses ini, die set, blank dan fluida digunakan untuk pressurizing blank dipanaskan
hingga 200 ke 300 derajat C. Sama dengan QPF, blank ditekan terhadap die cavity menggunakan
tekanan fluida (heated oil). Proses ini menghasilkan perbaikan formability dan distribusi
ketebalan yang lebih homogen dalam bagian yang dibentuk. Namun akan menjadi kesulitan
untuk mendapatkan temperatur yang uniform dalam tooling, juga cycle time relatif lebih
panjang. Proses ini akan ekonomis hanya untuk aplikasi khusus dan untuk produksi dalam
volume rendah.
Gambar 6. Proses preform-anneal digunakan untuk membuat 1.15 mm inner door panel terbuat dari Al5182-O3
Metode alternatif annealing diuji, dimana annealing dalam suatu convection oven pada 350
derajat C dan induksi berbeda pada annealing cycle di posisi tertentu dilakukan. Pemeriksaan
Pada temperature yang meningkat, kurva stress-strain (flow stress) dari material lembaran
seharusnya merupakan temperature dan strain rate. Pada simulasi nonisothermal, transfer panas
antara blank dan die seharusnya secara realistic dimodelkan.
Saat parameter yang tepat ditentukan, defect (cacat) pada bagian-bagian (cracks, wrinkles) dapat
diprediksi dengan simulasi. Perbaikan yang diperlukan dapat dilakukan pada tahap simulasi dan
ini dapat menghindari biaya rework dari dies.
Dua contoh simulasi dari warm forming adalah studi-studi yang dilakukan Harrison dan
Ichikawa. Harrison mensimulasikan kondisi warm blank-cold die menggunakan suatu geometri
inner pintu dan dapat memprediksikan beberapa cracks dengan simulasi. Ichikawa
mensimulasikan suatu proses dengan suatu heated die pada 200 derajat C dan suatu cooled punch
pada 50 derajat C dan kalibrasi friksi dan yield criteria berdasarkan eksperiment. Distribusi
wrinkles dan thickness dari part dapat diprediksikan.
2.8. Future Outlook
Penggunaan paduan alumunium terutama seri 5000 dan 6000, terus meningkat pada industri
otomotif. Material-material ini beserta paduan high-strength (seri 2000 dan 7000) memiliki
formability yang rendah dan menjadi tantangan dalam stamping complex parts yang memerlukan
draws lebih dalam dan sudut lebih tajam.
Pada aplikasi ini, warm forming pada paduan alumunium tertentu dapat efektif secara biaya
karena teknik ini dapat mengurangi berat kendaraan dan konsumsi bahan bakar. R&D yang
dilakukan universitas dan berbagai perusahaan terus mengembangkan kapasitas dari stamp
paduan alumunium untuk mendapatkan bagian dengan bentuk kompleks pada biaya yang
acceptable.
3. Warm Forming pada lembaran Stainless Steel
Penggunaan lembaran stainless steel meningkat untuk pembuatan berbagai piranti dikarenakan
sifatnya yang resistive terhadap korosi tinggi dan penampilannya yang baik. Namun dalam
Gambar 8. BendingSetup dengan pemanasan induksi metal (atas) specimen dibawah bending load(kiri bawah)
dan setelah springback (kanan bawah)
Test V-die air bending dilakukan untuk specimen lembaran dengan lebar 20mm dan ketebalan
1.0 dan 1.2 mm menggunakan setup sederhana dengan 25mm diameter punch (gambar 8). Empat
metode heating specimen diaplikasikan:
Tanpa heating-cold forming
Pemanasan pada satu lembaran specimen
Pemanasan induksi lembaran metal dan forming die flame heating
Pemanasan listrik dalam kondisi isothermal
Temperatur bending berkisar pada 5000C. Proses bending dilakukan bertahap, untuk masingmasing specimen dilakukan empat bending depth yang berbeda. Geometri specimen (bending
depth, angle dan radius) ditentukan pada saat loading dan setelah loading release, disaat
terjadinya spring back.
3.2. Diskusi dan Hasil
Gambar 9. Sudut lekukan specimen setelah springback berbanding dengan sudut lekukan dibawah beban untuk
kondisi die heating yang berbeda
Seperti yang telah diperkirakan bahwa forming temperatur akan mempengaruhi kuantitas
springback selama pelekukan lembaran specimen dalam semua kedalaman bending (gambar 9).
Reduksi yang paling efisien terhadap springback dicapai pada warm forming dalam kondisi
isothermal, dimana specimen, bending die dan punch diletakkan dalam ruangan pemanasan
listrik tertutup. Pada warm bending menggunakan pemanasan induksi lembaran specimen dalam
udara terbuka sulit mengisi regime temperature dan reduksi springback dalam perbandingan
terhadap cold forming kurang dapat dibuktikan.
Kesesuaian yang memuaskan antara perhitungan numeric dan hasil eksperimen didapat dalam
bending warm and cold pada ketebalan lembaran specimen 1.0 dan 1.2 mm (gambar 10
dibawah). Dalam kesemua hal karakteristik springback mendekati linier. Nilai koefisien
springback yang lebih besar (ditentukan dari rasio bend radius specimen dibwah beban dan
setelah lepas beban) untuk specimen lembaran tebal 1.2 mm menghasilkan bentuk plastic zone
yang lebih luas terhadap ketebalan lembaran. Efek temperature reduksi springback lebih terlihat
pada ketebalan lembaran 1.0 mm
Gambar 10. Koefisien Springback sebagai suatu fungsi dari bending radius perbandingan antara pengukuran
eksperimen(exp) dan simulasi numeric (FE) dari proses air bending pada kondisi cold (20 0C) dan warm 500 0C
untuk ketebalan lembaran stainless 1.0 dan 1.2 mm AMS 5604
Referensi Jurnal:
1. T. Altan and A.E. Tekkaya, Warm Forming of Magnesium and Alumunium Alloys, Sheet
Metal Forming Fundamental, Processes and Applications, Vol 2, Ch 5, ASM International 2012
2. S.E. Hartfield-Wunch et al, Formability Analysis Predictions for Preform Annealing of
Alumunium Sheet, SAE paper 2011-01-0533
3. N.R. Harrison et al, Optimization of High-Volume Warm Forming for Lightweigth Sheet,
SAE paper 2013-01-1170
4. T. Ichikawa and A. Yokoi, Verification of Warm Press Simulation of Alumunium, PAM
Users Conference Asia (PUCA) 2010, Tokyo, Japan, November 2010
5. F. STACHOWICZ, T. TRZEPIECISKI, Politechnika Rzeszowska, ul. W. Pola 2, 35-959
Rzeszw, Poland.
6. T. PIEJA, WSK PZL Rzeszw S.A., ul. Hetmaska 120, 35-078 Rzeszw, Poland.
Journal Review
Superplastic Forming
Jurnal 1
Determination of Material Parameters during Superplastic Forming of
AA 5086 Alloy
S.Ramesh Babu*,a, S. Deivanayagamb, M. Aravind
Masalah utama dalam Super plastic forming (SPF) sheet metal adalah belum jelasnya dalam
menentukan specific time yang diperlukan untuk mencapai keadaan yang steady pada
temperature, forming time pada sheet metal untuk sampai pada ukuran (thickness distribution)
yang diperlukan setelah parameter yang diinputkan seperti pressure dan temperature.
Steady state equation diperoleh untuk menentukan perkiraan waktu dimana sheet metal mencapai
temperature dan tekanan yang diperlukan untuk menerima deformasi dimana ketebalan
(thickness) dari proses tersebut sudah ditentukan.
Material yang diuji adalah AA5086 aluminium alloy.
The superplastic forming on as received AA 5086 Aluminium alloy was done and the following
conclusion was arrived.
1. Penambahan temperature, waktu yang diperlukan untuk mencapai tinggi dome berkurang.
Hal ini disebabkan karena flowstress dari material berkurang pada temperature yang lebih
tinggi. (temperature eksperimen pada 400 dan 450C).
2. Pada temperature tersebut, dengan penambahan tekanan mengakibatkan waktu yang
diperlukan untuk mencapai tinggi dome berkurang. Hal ini disebabkan oleh penambahan
strain rate sehingga forming time berkurang.
3. Penambahan cavitation density seiring penambahan strain rate.
4. Forming temperature pada material untuk menunjukan super plastic behavior sebesar
4500C.
Jurnal 2
The influence of tool steel microstructure on friction in sheet metal
forming
L. Kirkhorn n, V. Bushlya, M. Andersson, J.-E. Sta hl
Untuk menghasilkan to-quality produk sheet metal perlu memperhatikan pemahaman tentang
perilaku friksi yang memengaruhi formability dari sheet metal yang disebabkan oleh distribusi
strain pada variasi permukaan tool. Kesalahan seperti keausan, crack dll dapat direduksi dengan
mengendalikan tribological condition.
Tribotester yang digunakan meiliki kelebihan daripada alat sebelumnya adalah dilengkapi
dengan fully control pada kecepatan force drawing selama pengujian untuk mensimulasikan true
tribological condition secara akurat
Perbedaan mikrostruktur pada dua tool yang berbeda memperlihatkan perbedaan yang mencolok.
Jurnal 3
Micro structure and texture evolution during super plastic deformation
of MgRe extruded alloy
Li Li
Department of Mechanical Engineering, Hunan Institute of Technology, Hengyang 421002, PR China
Investigasi evolusi mikrostruktur dan tekstur selama deformasi plastis pada Mg-Gd-Y-Zr
extrudes rod telah diinvestigasi.
Evolusi mikrostruktur yang terjadi:
Tensile test dibawah super plastic deformation telah diujikan dalam variasi level strain.
Static annealing test dilakukan untuk mengungkap struktur mikro yang hanya dipengaruhi oleh
thermal load.
Analisa grain structure membuktikan bahwa awal dari grain refinement selama tahap preheating
yang terjadi oleh store energy dari ekstrusi deformasi.
Dari analisa mikrostruktur dan tekstur, deformasi mekamis berawal dari batas butir sliding dan
subsequent slip creep. Betha-phase (Mg5(Gd,Y)) dalam (sub) grain boundaries menghalangi
sliding pada batas butir dan rekristalisasi dynamic kontinyu.
Makro tekstur memperlihatkan komponen tekstur bervariasi menurut transisi mekanisme
deformasi.
Makro teksture dalam pengukurannya menggunakan EBSD yang membuktikan bahwa Betha
phase mengalami deformasi yang parah sebelum terjadi elongasi to failure.
Jurnal 4
Fabrication of lattice truss structures by novel super-plastic forming and
diffusion bonding process in a titanium alloy
Zhunli Tana*, Lishuo Baia, Bingzhe Baia, Bing Zhaob, Zhiqiang Lib, Hongliang Houb
Metode superplastic forming/diffusion bonding telah dikembangkan dalam produksi lattice truss
structure dari Ti6Al4V titanium alloy (3 layer lattice sandwich).
Hasil dari finite element memperlihatkan hubungan antara shear stress dan strain dari struktur
baru berbeda dibandingkan struktur yang dibuat dengan metoe brassing/proses welding.
Fluktasi stress terjadi pada compressive stress-strain curve dan tidak ditemukan platform yield
pada stress strain curve. Pola compressive finite element simulation konsisten sesuai dengan
hasil, disamping adanya deviasi yang cukup besar diantara simulasi shear dan thasil test.
Permukaan sheet core interface memiliki bond strength yang cukup dan tidak ada node failure.
Node robustness disebabkan terutama oleh homogenitas dari fine microstructure pada posisi
node.
Jurnal 5
A numerical simulation of super-plastic die forging process for Zr-based
bulk metallic glass spur gear
Zhihao Zhang, Jianxin Xie
Proses pembuatan bulk metallic glasses (BMGs) sangat sulit meskipun dikerjakan dengan
machining maupun plastic forming. Hal ini disebabkan karena sifatnya memiliki high strength
dan kekerasan yang tinggi pada temperature ruang. Pengembangan super plastic forming secara
presisi memerlukan sifat viscous flowing dari BMGs.
Proses die forging yang berbeda dan deformation behavior dari roda gigi lurus
Zr41.25Ti13.75Ni10Cu12.5Be22.5 BMG dianalisa dengan simulasi FEM. Simulasi menghasilkan
perbandingan dari kedua eksperimen tersebut.
Hasil eksperimen menunjukan perbedaan signifikan pada kurva antara forming dengan load time
dan aliran pada ketiga proses; prbandingan dengan kedua proses lain, 2-stage hole forming
dengan forming pressure yang lebih rendah dan cavity filling effect yang lebih baik.
Ketika proses 2-stage hole forming diaplikasikan, inadequate filling state pada cavity sangat
membantu untuk mengurangi beban hole forming pada stage ke 2.
Hasil: